Вы находитесь на странице: 1из 24

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Dahulu, selama berabad-abad, campak ( rubeola, morbili ), merupakan penyakit
menular masa kanak-kanak yang paling umum. Walaupun campak tidak umum lagi di
Negara yang memberikan vaksin secara luas, tetapi ketimpangan antara Negara maju
dan Negara lain yang kurang perawatan kesehatan untuk bayi dan anak sangat
mencolok. UNICEF memperkirakan lebih dari 1 juta kematian setahun disebabkan oleh
campak dan komplikasinya pada anak di Negara berkembang di seluruh dunia.
Menurut data SKRT ( 1996 ) insiden campak pada balita sebesar 528/10.000.
angka tersebut jauh lebih rendah disbanding tahun 1982 sebelum program imunisasi
campak dimulai, yaitu 8000/10.000 pada anak umur 1-15 tahun. Imunisasi merupakan
salah satu upaya terbaik untuk menurunkan insiden campak. Sebagai dampak program
imunisasi tersebut insiden campak cenderung turun pada ssemua umur. Pada bayi ( < 1
tahun ) dan anak umur 1-4 tahun terjadi penurunan cukup tajam, sedangkan pada
golongan umur 5-14 tahun relative landai.
Saat ini programpemberantasan penyakit campak dalam tahap reduksi yaitu
penurunan jumlah kasus dan kematian akibat campak, menyusul tahap eliminasi dan
akhirnya tahap eradikasi. Diharapkan 10-15 tahun setelah tahap eliminasi, penyakit
campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya penjamunya adalah manusia.
Makalah ini akan membahas lebih jauh penyakit campak, manifestasi klinis dan
pemeriksaan penunjang, komplikasi penyakit campak, serta asuhan keperawatan dari
penyakit campak itu sendiri.

1.2 Rumusan masalah


Bagaimana Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kasus
Morbili?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan
diagnosa medis campak.
2. Tujuan Khusus

1
a. Mahasiswa mengetahui pengkajian pada pasien campak.
b. Mahasiwa mengetahui diagnosa yang muncul pada pasien campak.
c. Mahasiswa mengetahui intervensi yang dapat diberikan pada pasien
campak.
d. Mahasiswa dapat melakukan implementasi sesuai intervensi yang telah
dibuat pada pasien campak.
e. Mahasiswa dapat mengevaluasi pasien campak.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari pembuatan makalah ini adalah
1. Menambah wawasan bagi pembaca khususnya mahasiswa keperawatan
2. Dapat digunakan sebagai bahan tambahan materi perkuliahan
3. Dapat diterapkan dalam dunia keperawatan profesional

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi fisiologi


1. Anatomi kulit.
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar
16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5
1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm
tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak
mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit
tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar
adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm
sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium
yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari
epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans
dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh,
paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar
5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai
yang terdalam) :
1) Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan
berganti.
2) Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit
tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3) Stratum GranulosumDitandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang
intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang
dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan
histidin. Terdapat sel Langerhans.
4) Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan
tonofibril, dianggap filamen-filamen tersebut memegang peranan penting
untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.

3
Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan
mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum
basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat
sel Langerhans.
5) Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang
hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara
konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke
permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu
lapis sel yang mengandung melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan
sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan
pengenalan alergen (sel Langerhans).
b. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai True Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis
dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang
paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
1. Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
2. Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan
bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,
kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai
dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan
serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan
kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga
mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya
derivat epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi,
menahan shearing forces dan respon inflamasi
c. Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit

4
secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya
berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu.
Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas,
cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.

Gambar 1 : penampang kulit.


2. Vaskularisasi Kulit
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak
antara lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan
jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla
dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada
epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis
melalui membran epidermis

3. Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh
diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan,
sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi
dan metabolisme.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari
elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi
mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi
kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti
pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu
dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus.

5
Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible
loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan
dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi
vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur
dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat
meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh
darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.

2.2 Definisi
a. Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk
mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 38 0c ata lebih dan
disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan mata merah. ( WHO )
b. Campak adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan tiga
stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi. ( ilmu
kesehatan anak 2:624 )
c. Penyakit campak ( rubeola, campak 9 hari, measles ) adalah suatu infeksi virus
yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis
( peradangan selaput ikat mata / konjungtiva ) dan ruam kulit.

2.3 Etiologi
Virus campak adalah anggota genus Morbillivirus dari family paramiksovirus.
Penyakit pada anjing, rinderpest ( plak ternak ), dan hewan pemamah biak peste des
petiis adalah morbillovirus lain yang memberikan derajat keterkaitan imunologi yang
jelas dengan campak, memberikesan adanya suatu jalur evolusi bersama lebih awal
dalam hal kemunculannya pada pejamu yang spesifik ( anjing, ternak, kambing,
manusia ).

Add caption

6
Virus campak mempunyai RNA untai lurus negative di dalam kapsid heliks
protein yang tertutup oleh membrane luar lemak dan protein. Virionnya adalah
pleomorfik, dengan diameter antara 100-250 nm. Enam protein structural telah
ditemukan dan fungsinya terlibat dalam beberapa sifat khas virus yang telah diketahui
( table 2-1 ). Virus sangat tidak tahan panas tetapi hidup dalam jangka waktu lama pada
temperature rendah. Virus campak memperbanyak diri dalam berbagai cara, baik
dibiakan sel primer maupun dibarisan yang stabil; sel yang berasal dari manusia dan
monyet paling dapat dipercaya untuk isolasi virus permulaan tetapi setelah beberapa
kali isolasi, virus mudah berbiak dalam biakan jaringan spesies lain.
Antibodi muncul di dalam serum 12-15 hari setelah infeksi pada manusia atau
hewan percobaan. Antibodi itu menetralisasi kerja virus secara spesifik, memfiksasi
komplemen dengan antigen virus dan menghambat hemaglutinasi dan hemolisis oleh
virus. Tidak terbukti adanya perbedaan antigen yang bermakna pada strain campak
selama 40 tahun ini. Keseragaman ini berkaitan dengan sangat jarang terjadinya
serangan kedua pada penyakit ini.

Table 2-1. protein virus campak


L Protein interna ( Large )
P Protein interna yang berhungan dengan polymerase RNA.
NP Nucleoprotein yang melindungi RNA virus.
F Factor penggabungan ( fusi ) dan aktifitas hemolisis.
H Hemaglutinasi dan adsorbs.
M Protein matriks membrane interna.

2.4 Patologi
Reaksi seluler terutama monositik, hyperplasia limfoid yang tersebar luas di
adenoid, tonsil, timus, limpa, plak peyer, apendiks dan nodus limfatikus sangat khas, di
dalam focus yang sedang aktif ini ditemukan sel besar dengan nucleus multiple. Sel
yang mengandung inklusi juga ditemukan di trakea, bronkus dan bronkiolus. Dengan
dikenainya lapisan mukosa saluran pernapasan ini, maka epitel yang terkena rontok
kedalam saluran bersama dengan makrofag, lender dan debris sel. Eksudat mononuclear

7
peribronkus meluas keberbagai derajat dengan pola intertisial dan terlihat makrofag di
dinding alveolus.
Jika terjadi ensefalomielitis setelah campak, terjadi serangan dimielinasi
perivaskuler yang menonjol terutama di substantia alba juga dilapisan korteks lebih
dalam. Bedungan perivaskuler sel microglia, limfosit dan sel plasma jelas terlihat
disekitar vena kecil, yang sel endotelnya membengkak.

8
2.5 Patofisiologi

VIRUS MORBILA

UDARA RESTI KOMPLIKASI PENULARAN

24 JAM

MUAL AS.LAMB GASTER REAKSI VIRUS INFEKSI METAB. HIPERTERMI


MUNTAH
EKSUDAT
ANOREKSIA
PROLIFERASI SEL
GANG.NUTRISI MONONUKLEUS
PROLIFERASI SEL
RESTI INFEKSI
POLIMORFONUKLEUS

SEKITAR KAPILER

BERSIHAN PENUMPUKAN BRONKUS KULIT SELAPUT LENDIR NASOPHARING


JALAN SEKRET
NAFAS TDK
EFEKTIF BERCAK MERAH

PRURITUS PENGGARUKAN PD LESI KULIT


DAERAH TERKENA

GANG. RASA GANG. INTEGRITAS NYERI


Virus campak ditularkan lewat infeksi
NYAMAN
droplet udara, menempel
KULIT dan berbiak.
Infeksi mulai saat orang yang rentan menghirup percikan mengandung virus dari secret
nasofaring pasien campak. Di tempat masuk kuman, terjadi periode pendek
perbanyakan virus local dan penyebaran terbatas, diikuti oleh viremia primer singkat
bertiter rendah, yang memberikan kesempatan kepada agen untuk menyebar ketempat
lain, tempat virus secara aktif memperbanyak diri di jaringan limfoid. Viremia sekunder
yang memanjang terjadi, berkaitan dengan awitan prodromal klinis dan perluasan virus.
Sejak saat itu ( kira-kira 9 sampai 10 hari setelah terinfeksi ) sampai permulaan
keluarnya ruam, virus dapat dideteksi di seluruh tubuh, terutama di traktus respiraturius
dan jaringan limfoid. Virus juga dapat ditemukan di secret nasofaring, urine, dan

9
darah.pasien paling mungkin menularkan pada orang lain dalam periode 5 sampai 6
hari. Dengan mulainya awitan ruam ( kira-kira 14 hari setelah infeksi awal ),
perbanyakan virus berkurang dan pada 16 hari sulit menemukan virus, kecuali di urine,
tempat virus bisa menetap selama beberapa hari lagi. Insiden bersamaan dengan
munculnya eksantema adalah deteksi antibody campak yang beredar dalam serum yang
ditemukan pada hampir 100% pasien dihari ke dua timbulnya ruam. Perbaikan gejala
klinis dimulai saat ini, kecuali pada beberapa pasien, dimulai beberapa hari kemudian
karena penyakit sekunder yang disebabkan oleh bakteri yang bermigrasi melintasi
barisan sel epitel traktus respiraturius. Terjadi sinusitis, otitis media, bronkopneumonia
sekunder akibat hilangnya pertahanan normal setempat.
Seorang wanita yang pernah menderita campak atau pernah mendapatkan
imunisasi campak akan meneruskan daya imunitasnya pada bayi yang dikandungnya.
Kekebalan ini akan bertahan selama satu tahun pertama setelah anak dilahirkan. Oleh
karena itu, jarang sekali kita jumpai bayi ( khususnya yang berusia dibwah 5 bulan )
yang menderita campak. Seseorang yang pernah menderita campak akan menjadi kebal
seumur hidupnya.

2.6 Manifestasi klinis


Campak memiliki masa tunas 10-20 hari. Penyakit ini dibagi dalam tiga stadium,
yaitu :
Masa tunasnya adalah 10-20 hari, dan penyakit ini dibagi menjadi dalam 3
stadium yaitu:
1. Stadium Kataral ( Prodormal)
Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala sebagai berikut:
a. Panas
b. Malaise
c. Batuk
d. Fotofobia
e. Konjungtivitis
f. Koriza
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul
bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh
eritema tapi itu sangat jarang dijumpai. Diagnosa perkiraan yang besar dapat dibuat
bila ada bercak koplik dan penderita pernah kotak dengan penderita morbili dalam
waktu 2 minggu terakhir.
2. Stadium Erupsi

10
Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah:
a. Koriza dan Batuk bertambah
b. Kadang terlehat bercak koplik
c. Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan
d. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening
e. Splenomegali
f. Diare dan muntah
Variasi dari morbili disebut Black Measles yaitu morbili yang disertai pendarahan
pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalensensi
Erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas (hiperpigmentasi). Suhu
menurun sampai normal kecuali ada komplikasi.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


a. Serologi
Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk
memastikannya. Tehnik pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi
complement, inhibisi hemaglutinasi, metode antibody fluoresensi tidak
langsung.
b. Patologi anatomi
Pada organ limfoid dijjumpai : hyperplasia folikuler yang nyata,
senterum germinativum yang besar, sel Warthin-Finkeldey ( sel datia berinti
banyak yang tersebar secara acak, sel ini memiliki nucleus eosinofilik dan jisim
inklusi dalam sitoplasma, sel ini merupakan tanda patognomonik sampak ). Pada
bercak koplik dijumpai : nekrosis, neutrofil, neovaskularisasi.
c. Darah tepi
Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri.
d. Pemeriksaan antibody IgM anti campak.
e. Pemeriksaan untuk komplikasi
Ensefalopati / ensefalitis ( dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar
elektrolit darah dan analisis gas darah ), enteritis ( feces lengkap),
bronkopneumonia ( dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas darah ).

2.8 Komplikasi
Otitis Media Akut
Laringitis
Bronkipneumonia

11
Mastoiditis
Encephalitis
Gastroenteritis
Gangguan Gizi

2.9 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Kecuali tindakan pendukung umum, tidak ada terapi terbaru bagi pasien
yang tidak mengalami komplikasi. Walaupun ribavirin menghambat replikasi
virus campak invitro, tidak terlihat hasil yang nyata pada pemberian invivo.
Penggunaan antipiretik yang bijaksana untuk demam tinggi dan obat penekan
batuk mungkin bermanfaat secara simptomatik. Pemberian pengobatan yang
lebih spesifik seperti pemberian anti mikroba yang tepat harus digunakan untuk
mengobati komplikasi infeksi bakteri sekunder.
Oleh karena campak jelas menurunkan cadangan vitamin A, yang
menimbulkan tingginya insiden xeroftalmia dan ulkus kornea pada anak yang
kurang gizi, WHO menganjurkan supplement vitamin A dosis tinggi di semua
daerah dengan defisiensi vitamin A. supplement vitamin A juga telah
memperlihatkan penurunan frekuensi dan keparahan pneumonia dan laring
otrakeo bronkitis akibat kerusakan virus campak pada epitel traktus respiraturius
bersilia. Pada bayi usia di bawah 1 tahun diberi vitamin A sebanyak 100.000 IU
dan untuk pasien lebih tua diberikan 200.000 IU. Dosis ini diberikan segera
setelah diketahui terserang campak. Dosis kedua diberikan hari berikutnya, bila
terlihat tanda kekurangan vitamin A dimata dan diulangi 1 sampai 4 minggu
kemudian.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Penyakit campak merupakan penyakit yang mudah sekali menular.
Selain itu sering menyebabkan kematian jika mengenai anak yang keadaan
gizinya buruk sehingga mudah sekali mendapatkan komplikasi terutama
bronkopneumonia. Pasien campak dengan bronkopnumonia perlu dirawat di
rumah sakit karena memerlukan perawatan yang yang memadai (kadang perlu
infuse atau oksigen ). Masalah yang perlu diperhatikan ialah kebutuhan nutrisi,
gangguan suhu tubuh, gangguan rasa aman nyaman, risiko terjadinya
komplikasi.
a. Kebutuhan Nutrisi

12
Campak menyebabkan anak menderita malaise dan anoreksia. Anak sering
mengeluh mulut pahit sehingga tidak mau makan atau minum. Demam yang
tinggi menyebabkan pengeluaran cairan lebih banyak. Keadaan ini jika tidak
diperhatikan agar anak mau makan ataupun minim akan menambah
kelemahan tubuhnya dan memudahkan timbulnya komplikasi.
b. Gangguan suhu tubuh
Campak selalu didahului demam tinggi. Demam yang disebabkan infeksi
virus ini pada akhirnya akan turun dengan sendirinya setelah campaknya
keluar banyak, kecuali bila terjadi komplikasi demam akan tetap berlangsung
lebih lama. Untuk menurunkan suhu tubuh biasanya diberikan antipiretik dan
jika tinggi sekali diberiakan sedative untuk mencegah terjadinya kejang.
c. Gangguan rasa aman nyaman
Gangguan ini dirasakan anak karena adanya demam, tak enak badan, pusing,
mulut terasa pahit dan kadang muntah-muntah. Biasanya anak juga tidak
tahan meluhat sinar karena silau, batuk bertambah banyak dan akan
berlangsung lebih lama dari campaknya sendiri. Anak kecil akan sangat
rewel, pada waktu malam anak sering minta digendong saja. Jika eksantem
telah keluar anak akan merasa gatal, hal ini juga menambah gangguan aman
dan kenyamanan anak. Untuk mengurangi rasa gatal tubuh anak dibedaki
dengan bedak salisil 1% atau lainnya ( atas resep dokter ). Selama masih
demam tinggi jangan dimandikan tetapi sering-sering dibedaki saja.
d. Resiko terjadinya komplikasi
Campak sering menyebabkan daya tahan tubuh sangat menurun. Hal ini
dapat dibuktikan dengan uji tuberculin yang semula positif berubah menjadi
negative. Ini menunjukkan bahwa antigen antibody pasien sangat kurang
kemampuannya untuk bereaksi terhadap infeksi. Oleh karena itu resiko
terjadinya komplikasi lebih besar terutama jika keadaan umum anak kurang
baik, seperti pada pasien dengan malnutrisi atau dengan penyakit kronik
lainya.

2.10 Pencegahan
a. Imunisasi Pasif
IG manusia yang diberikan segera setelah pemajanan dapat mengubah
gambaran klinis dan efek antigen pada infeksi virus campak. Anak yang rentan
harus segera diberi IG 0,25 ml/kg BB, untuk mencegah campak. Bila telah
berlangsung lebih dari 6 hari, maka IG tidak dapat diandalkan untuk mencegah

13
maupun memodifikasi penyakit. Pasien dengan campak yang dimodifikasi
globulin memperlihatkan gambaran klinis yang beragam dengan masa tunas
memanjang dan berbagai keluhan dan tanda penyakit campak, tetapi mereka
tetap sebagai sumber penular potensial pada individu yang berkontak dengan
mereka. Oleh karena sifat kekebalan alaminya sementara, imunisasi pasif harus
diikuti oleh iminisasi aktif dalam 3 bulan setelah itu. Karena dosis besar
immunoglobulin saat ini sering deberikan untuk pencegahan atau pengobatan
sejumlah gangguan ( misal infeksi HIV, penyakit Kawasaki, trombositopenia
imun, hepatitis B dan profilaksis varisela ) interval yang lebih panjang
dianjurkan sebelum vaksin virus campak. Ini bervariasi dari 3 sampai 11 bulan
bergantung pada produk dan jumlah globulin yang diberikan.
b. Imunisasi Aktif
Vaksin yang telah dilemahkan menghasilkan infeksi yang tidak menular
dan tidak ada hubungannya dengan infeksi bakteri sekunder dan komplikasi
neurologi.
Efek profilaksis vaksin hidup yang diberika mencapai 97%. Vaksin yang
dilemahkan menimbilkan reaksi ringan. Respon demam yang terjadi pada 5
sampai 15% anak memberikan sedikit rasa tidak nyaman, toksisitas atau
ketidakmampuan. Eksantem yang dimodifikasi dengan berbagai bentuk bisa
terjadi setelah serangan demam pada kurang dari 5% pasien yang divaksinasi.
Observaasi terus menerus pada anak yang mendapat vaksin hidup 20 sampai
25 tahun yang lalu memperlihatkan antibody menetap dan efek protektif yang
lebih baik dibandingkan dengan yang menderita campak secara alami.
1. Vaksin
Pada tahun 1963, telah dibuat dua jenis vaksin campak yaitu :
a. Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan
( tipe Edmonston B ).
b. Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan ( virus campak
yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam
aluminium ).
2. Dosis dan cara pemakaian
Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan
adalah 1000 TCID50 atau sebanyak 0,5 ml. untuk vaksin hidup, pemberian
dengan 20 TCID50 saja mungkin sudah dapat memberikan hasil yang baik.

14
Pemberian yang dianjurkan secara subkutan, walaupun demikian dapat
diberikan secra intramuscular. Daya proteksi vaksin campak diukur dengan
berbagai macam cara. Salah satu indicator pengaruh vaksin terhadap
proteksi adalah penurunan angka kejadian kasus campak sesudah
pelaksanaan program imunisasi.
3. Reaksi KIPI
Reaksi KIPI imunisasi campak yang banyak dijumpai terjadi pada
imunisasi ulang pada seseorang yang telah memiliki imunitas sebagian
akibat imunisasi dengan valsin campak dari virus yang dimatikan. Kejadian
KIPI imunisasi campak telah menurun dengan digunakanya vaksin campak
yang dilemahkan. Gejala KIPI berupa demam yan lebih dari 39,50c yang
terjadi pada 5-15% kasus, demam mulaidijumpai pada hari ke 5-6 sesudah
imunisasi dan berlangsung selama 2 hari. Berbeda dengan infeksi alami
demam tidak tinggi, walaupun demikian peningkatan suhu tubuh tersebut
dapat merangsang terjadinya kejang demam.
Ruam dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari ke 7-10
sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Hal ini sukar
dibedakan dengan modified measles akibat imunisasi yang terjadi jika
seseorang telah memperoleh imunisasi pada saat masa inkubasi penyakit
alami. Reaksi KIPI berat jika ditemukan gangguan fungsi system saraf
pusat seperti ensefalitis dan ensefalopati pasca diimunisasi.
4. Imunisasi Ulangan
Penelitian di jogyakarta, Ambon, dan Palu oleh Badan Lingkes
Depkes & Kesos mengenai kadar IgG pada 200 anak sekolah per provinsi
pada tahun 1998, menunjukkan status antibody campak hanya mencapai
71,9% sehingga pada umur 6-11 tahun jumlah anak yang rentan pada
infeksi campak cukup tinggi yaitu 26-32,6%. Atas dasar penelitian tersebut
ulangan imunisasi campak diberikan pada usia masuk sekolah ( umur 6-7
tahun ) melalui program BIAS.
Imunisasi ulang dianjurkan juga dalam situasi tertentu, misalnya :
a. Mereka yang memperoleh imunisasi sebelum umur 1 tahun dan
terbukti bahwa potensi vaksin yang digunakan kurang baik ( tampak
peningkatan insiden kegagalan vaksinasi ). Pada anak-anak yang
memperoleh imunisasi ketika berumur 12-14 bulan tidak disarankan

15
mengulangi imunisasinya tetapi hal ini bukan merupakan kontra
indikasi.
b. Apabila terdapat kejadian luar biasa peningkatan kasus campak,
maka anak SD, SLTP dan SLTA dapat diberikan imunisasi ulang.
c. Setiap orang yang pernah imunisasi vaksin campak yang virusnya
sudah dimatikan ( vaksin inaktif ).
d. Setiap orang yang pernah memperoleh imunoglobulin.
e. Seseorang tidak dapat menunjukkan catatan imunisasinya.
5. Kontra Indikasi
Kontra indikasi imunisasi campak berlaku bagi mereka yang sedang
menderita demam tinggi, sedang memperoleh pengobatan imunosupresif,
hamil, memiliki riwayat alergi, sedang memperoleh pengobatan
immunoglobulin atau bahan-bahan berasal dari darah.

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN MORBILI

3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses keperawatan
yang mempunyai 2 kegiatan pokok yaitu :
1. Pengumpulan Data
a. Anamnese
a) Identitas penderita
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th dengan
status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit infeksi, jenis
kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no register, tanggal
masuk rumah sakit, diagnosa medis.
b) Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema
dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan
bagian belakang bawah, badan panas, enantema ( titik merah ) dipalatum
durum dan palatum mole.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada orang
tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk, konjungtivitis,
koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang telah dilakukan
untuk mengatasinya.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah kontak
dengan pasien campak.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
f) Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO I,II,
III; DPT I, II, III; dan campak.
g) Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori
untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat
badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
- Gizi buruk kurang dari 60%
- Gizi kurang 60 % - <80 %
- Gizi baik 80 % - 110 %

17
- Obesitas lebih dari 120 %
h) Riwayat tumbuh kembang anak.
a. Tahap pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam
kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2
+ 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4
tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia pra sekolah
rata rata pertambahan berat badan 2,3 kg/tahun.Sedangkan untuk
perkiraan tinggi badan dalam senti meter menggunakan patokan
umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB
pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5
tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 7,5
cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.
b. Tahap perkembangan.
Perkembangan psikososial (Eric Ercson) : Inisiatif vs rasa
bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika
anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan
menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang
menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.
Perkembangan psikosexsual (Sigmund Freud) : Berada pada fase
oedipal/ falik (3-5 tahun). Biasanya senang bermain dengan anak
berjenis kelamin berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat
dengan ibunya ) dan Elektra komplek ( perempuan lebih dekat ke
ayahnya ).
Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap
preoperasional yaitu fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase
pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ). Pada tahap ini kanan-kiri belum
sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu belum benar
dan magical thinking.
Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai
melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi,
memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa menjelaskan
peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.
Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan
keagamaan dari ortu atau guru dan belajar yang benar salah

18
untuk menghindari hukuman.
Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik,
jelek,pendek-tinggi,baik-nakal, bermain sesuai peran jenis
kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan
kelompoknya.
Perkembangan sosial yaitu berada pada fase Individuation
Separation . Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya
terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa
mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan sedikit
atau tidak protes.
Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari
2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4
kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai objek yang familiar
seperti binatang, bagian tubuh, dan nama-nama temannya. Dapat
menerima atau memberikan perintah sederhana.
Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan
permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa
orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari
bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain
yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan
pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus yaitu
melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan roda tiga.
b. Pemeriksaan fisik ( had to toe )
a) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan, dan
tanda-tanda vital.
b) Kepala dan leher
- Inspeksi :
Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala, konjungtivitis,
fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga, di bagian atas lateral
tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
- Palpasi :
Adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan
didaerah leher belakang,
c) Mulut
- Inspeksi :

19
Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan dengan molar
bawah, enantema di palatum durum dan palatum mole, perdarahan
pada mulut dan traktus digestivus.
d) Toraks
- Inspeksi :
Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada nasofaring, perdarahan
pada hidung. Pada penyakit campak, gambaran penyakit secara klinis
menyerupai influenza.
- Auskultasi :
Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
e) Abdomen
- Inspeksi :
Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
- Auskultasi
Bising usus.
- Perkusi
Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda abnormal,
misalnya masa atau pembengkakan.
f) Kulit
- Inspeksi :
Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
- Palpasi :
Turgor kulit menurun
2. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan dilakukan
analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokkan data dibedakan atas data
subyektif objektif.
Data yang telah dikelompokkan tadi dianalisa sehingga dapat diambil
kesimpulan tentang masalah keperawatan dan kemungkinan penyebab.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
2. Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret b/d
penumpukan secret pada nasofaring.
3. Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.
4. Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
5. Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.

3.3 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan pada pasien campak sesuai dengan intervensi yang telah
disusun.

3.4 Evaluasi

20
Evaluasi merupakan bagian akhir dari proses keperawatan. Evaluasi dilakukan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan tindakan yang telah dilakukan. Disamping itu
evaluasi dapat dijadikan sebagai bahan pengkajian untuk proses berikutnya.

Perawat mempunyai tiga alternative dalam menentukan sejauh mana tujuan


tercapai :
a. Berhasil
Prilaku anak sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan
di tujuan.
b. Tercapai sebagian
Anak menunjukkan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam
pernyataan tujuan.
c. Belum tercapai
Pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai
dengan pernyataan tujuan.

21
BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan berbentuk
makulo popular selama tiga hari atau lebih disertai panas badan 38 0c atau lebih dan
disertai salah satu gejala batuk, pilek dan mata merah.
Keluhan yang umum muncul adalah kelerahan yang timbul pada bagian belakang
telinga, dahi, dan menjalar keseluruh tubuh. Selain itu, timbul gejala seperti flu disetai
mata berair dan kemerahan ( konjungtivitis ). Setalah 3-4 hari kemerahan mulai
menghilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2
minggu dan apabila sembuh kulit akan tampak seperti bersisik.
Pada anak sehat dan cukup gizi, campak biasanya tidak menjadi masalah serius.
Dengan istirahatyang cukup dan gizi yang baik, penyakit campak ( pada kasus ringan )
dapat sembuh dengan cepat tanpa menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Namun,
bila anak dalam kondisi yang yang tidak sehat dapat menyebebkan kematian pada anak.
Pengobatan pada anak dengan campak dapat dilakukan secara simtomatik yaitu
antipeiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki keadaan umum.
Tindakan lain adalah pengobatan segera terhadap komplikasi ayng timbul.
Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan dengan menberikan imunisasi
campak pada balita usia 9 bulan ke atas ( imunisasi aktif ).

3.2 Saran
1. Perawat
a. Mengingat bahwa penyakit campak merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang angka mordibilitasnya masih tinggi, maka penulis
menyarankan untuk semua perawat jika menemukan kasus campak
secepatnya dirujuk ke rumah sakit ssehingga anak secepatnya mendapatkan
perawatan dan pengobatan yang lebih baik.
b. Untuk lebih mengetahui perkenbangan anak, hendaknya perawat
mengunakan asuhan keperawatan secara tepat.
2. Keluarga
Penulis menyarankan keluarga untuk tanggap dan ikut serta dalam perawatan
anak serta memperhatikan status gizi anak jika anak terkena penyakit campak
tidak akan berdampak buruk bagi kondisi anak.

22
23
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Hardhi. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Doungus


Mediaction. Yogyakarta.

Hons &Utami,Sri.2008.Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Medika.Jakarta

24

Вам также может понравиться