Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
T1 T2 T3
x1 X2
Berikut merupakan data yang diambil Pada saat kondisi stedi dari hasil pengukuran
pada specimen uji A. Spesimen yang diuji ini merupakan serbuk kelapa yang direkatkan
menggunakan lem kayu dan dipadatkan dengan tekanan 25bar.
32
33
55
TEMPERATUR(C) Termokopel 1
50 Linear (Termokopel 1)
45 termokopel 2
Linear (termokopel 2)
40 termokopel 3
35 Linear (termokopel 3)
30
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
WAKTU(per 30 detik)
Gambar 4.2: Kondisi steady spesimen uji A (serbuk kelapa 25bar) pada
suhu 55C.
Data pada gambar 4.2 di atas diambil dengan menggunakan akuisisi data
dimana pengambilan data dilakukan tiap satu menit. Dari gambar 4.2 terlihat pada
termokopel 1 yaitu yang menempel antara heater dan spesimen standar 1
menunjukkan temperatur tertinggi, yaitu 55C. Sedangkan temperatur yang paling
rendah yaitu pada termokopel 3 yaitu yang menempel antara spesimen uji dengan
spesimen standar 2(pendingin).
Pada gambar 4.3 di atas diambil dari data temperatur rata-rata pada masing-
masing termokopel. Temperatur tertinggi yaitu pada termokopel 1 (55,35C)
selanjutnya pada termokopel 2 (55,01C) dan terendah pada termokopel 3 (31,75C).
Dari grafik di atas menunjukkan gradient temperatur dari hasil pengukuran. Hal
tersebut menunjukkan adanya kalor yang bersumber pada heater dan mengalir terus
ke spesimen uji. Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa kemiringan antara T1 dan T2
sangat kecil. Hal itu dikarenakan T pada spesimen standar jauh lebih kecil dari pada
spesimen uji. T pada spesimen standar yaitu 0,35C dan T pada spesimen uji yaitu
23,3C.
k s As ( T 1T 2 ) / x1
k uji =
A uji ( T 2T 3 ) /x 2
k s=89,7 W /m C
T 1 =55,3 C
T 2 =55 C
T 3 =31,6 C
x 1=0,03 m
x 1=0,0233 m
D1=Duji =0,025 m
4 2
A s =A uji =4,90625 x 10 m
Maka,
T 1 T 2=0,3 C
T 2 T 3 =23,4 C
Jadi,
k s ( T 1T 2) /x 1
k uji =
( T 2 T 3 ) /x 2
36
k uji =1,1W /m C
Dari perhitungan di atas, nilai konduktivitas termal untuk spesimen uji A pada
temperatur 55C adalah 1,1 W/mC.
Dengan cara yang sama pula dapat diketahui nilai konduktivitas termal spesimen uji
A pada tiga titik temperatur yang lain(65C, 75C, dan 85C).
Tabel 4.1 Hasil pengukuran nilai konduktivitas termal spesimen uji A pada empat variasi
temperatur.
2.0
0.0
50 55 60 65 70 75 80 85 90
temperatur (C)
Gambar 4.4 Grafik nilai konduktivitas termal spesimen uji A pada beberapa titik
temperatur.
Pada gambar 4.4 dapat dilihat bahwa grafik menunjukkan penurunan nilai
konduktivitas termal seiring dengan meningkatnya temperatur. Pengukuran dilakukan pada
empat titik temperatur. Pertama pada temperatur 55C, 65C, 75C, dan 85C. Nilai
konduktivitas yang paling rendah yaitu terletak pada saat pengukuran di temperatur 85C.
Dan nilai konduktivitas yang tertinggi yaitu pada saat pengukuran di temperatur 55C.
Akan tetapi nilai penurunan antara tiap titik temperatur sangatlah kecil.
Demikian juga halnya analisa pada tiga spesimen yang lain. Berikut hasil
pengukuran nilai konduktivitas termal pada spesimen uji B, C, dan D.
38
Tabel 4.2 Hasil pengukuran nilai konduktivitas termal spesimen uji B pada empat variasi
temperatur.
Tabel 4.3 Hasil pengukuran nilai konduktivitas termal spesimen uji C pada empat variasi
temperatur.
Tabel 4.4 Hasil pengukuran nilai konduktivitas termal spesimen uji D pada empat variasi
temperatur.
39
1.7
1.6
1.5
1.1
1.0
0.9
0.8
50 55 60 65 70 75 80 85 90
temperatur(C)
40
Gambar 4.5 Perbandingan nilai konduktivitas termal pada empat spesimen uji.
Dari gambar 4.5 dapat dilihat perbandingan nilai konduktivitas termal antara empat
spesimen yang diuji. Nilai konduktivitas termal yang paling rendah yaitu pada spesimen uji
A yang di dalam gambar ditunjukkan pada rangkaian titik berwarna biru. Dan nilai
konduktivitas termal yang paling tinggi ditunjukkan pada rangkaian titik berwarna ungu
yaitu pada spesimen uji D. Dari semua rangkaian titik, penurunan selalu terjadi pada saat
temperatur makin tinggi. Hal ini disebabkan oleh makin kecilnya nilai konduktivitas termal
pada temperatur yang makin tinggi.