Вы находитесь на странице: 1из 9

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengukuran Keluaran Sensor Temperatur dan Hasil Pengukuran Nilai


Konduktivitas Termal Spesimen Uji
Dalam melakukan pengukuran konduktivitas termal harus diketahui dengan jelas
mengenai jarak antara termokopel yang terpasang pada spesimen standard an spesimen uji.
Untuk memperjelas hal tersebut maka akan digambarkan mengenai pemasangan dan
penamaan sensor temperatur disertai dengan jarak-jaraknya antara tiap titik pada spesimen
standard an spesimen uji.

T1 T2 T3

x1 X2

Gambar 4.1: Pemasangan sensor temperatur dan jaraknya

Setelah temperatur mencapai kondisi steady maka akan diperoleh nilai


konduktivitas termal spesimen uji.

Berikut merupakan data yang diambil Pada saat kondisi stedi dari hasil pengukuran
pada specimen uji A. Spesimen yang diuji ini merupakan serbuk kelapa yang direkatkan
menggunakan lem kayu dan dipadatkan dengan tekanan 25bar.

32
33

Kondisi Steady Spesimen Uji A


60

55
TEMPERATUR(C) Termokopel 1
50 Linear (Termokopel 1)
45 termokopel 2
Linear (termokopel 2)
40 termokopel 3
35 Linear (termokopel 3)

30
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
WAKTU(per 30 detik)

Gambar 4.2: Kondisi steady spesimen uji A (serbuk kelapa 25bar) pada
suhu 55C.

Data pada gambar 4.2 di atas diambil dengan menggunakan akuisisi data
dimana pengambilan data dilakukan tiap satu menit. Dari gambar 4.2 terlihat pada
termokopel 1 yaitu yang menempel antara heater dan spesimen standar 1
menunjukkan temperatur tertinggi, yaitu 55C. Sedangkan temperatur yang paling
rendah yaitu pada termokopel 3 yaitu yang menempel antara spesimen uji dengan
spesimen standar 2(pendingin).

Pada Gambar 4.2 menunjukkan kondisi steady dimana perubahan temperatur


yang terjadi tidak begitu signifikan. Dengan demikian konduktivitas material uji dapat
diketahui dengan pengolahan data yang diambil pada kondisi tersebut.
34

Gradien Temperatur Spesimen Uji A


60
55 55.35 55.01
Temperatur(C) 50
45 penurunan suhu
40
35
31.75
30
0 10 20 30 40 50 60
x(mm)

Gambar 4.3 Gradien Temperatur Spesimen Uji A (Serbuk Kelapa 25bar)

Pada gambar 4.3 di atas diambil dari data temperatur rata-rata pada masing-
masing termokopel. Temperatur tertinggi yaitu pada termokopel 1 (55,35C)
selanjutnya pada termokopel 2 (55,01C) dan terendah pada termokopel 3 (31,75C).
Dari grafik di atas menunjukkan gradient temperatur dari hasil pengukuran. Hal
tersebut menunjukkan adanya kalor yang bersumber pada heater dan mengalir terus
ke spesimen uji. Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa kemiringan antara T1 dan T2
sangat kecil. Hal itu dikarenakan T pada spesimen standar jauh lebih kecil dari pada
spesimen uji. T pada spesimen standar yaitu 0,35C dan T pada spesimen uji yaitu
23,3C.

4.2 Analisa Hasil Pengukuran Konduktivitas Termal


Pada perhitungan nilai konduktivitas termal spesimen uji diambil contoh data pada
hasil pengukuran pertama spesimen uji A pada temperatur 55C(Lampiran Tabel 1). Sesuai
dengan literatur yang ada perhitungan konduktivitas termal dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut;
35

k s As ( T 1T 2 ) / x1
k uji =
A uji ( T 2T 3 ) /x 2

Dari hasil pengambilan data dapat diketahui :

k s=89,7 W /m C

T 1 =55,3 C

T 2 =55 C

T 3 =31,6 C

x 1=0,03 m

x 1=0,0233 m

D1=Duji =0,025 m

4 2
A s =A uji =4,90625 x 10 m

Maka,

T 1 T 2=0,3 C

T 2 T 3 =23,4 C

Jadi,

k s ( T 1T 2) /x 1
k uji =
( T 2 T 3 ) /x 2
36

k uji =1,1W /m C

Dari perhitungan di atas, nilai konduktivitas termal untuk spesimen uji A pada
temperatur 55C adalah 1,1 W/mC.

Dengan cara yang sama pula dapat diketahui nilai konduktivitas termal spesimen uji
A pada tiga titik temperatur yang lain(65C, 75C, dan 85C).

Tabel 4.1 Hasil pengukuran nilai konduktivitas termal spesimen uji A pada empat variasi
temperatur.

No Temperatur(C) k (W/mC) k rata-rata(W/mC)


1 55 1.1
1.1 1.1
1.1
2 65 1.0
1.0 1.0
1.0
3 75 0.9
1.0 1.0
1.0
4 85 0.9
0.9 0.9
0.9

Selanjutnya hasil hubungan variabel pengukuran nilai konduktifitas termal dan


temperatur dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
37

2.0

konduktivitas termal (W/mC)

1.0 1.1 1.0 1.0 0.9


konduktivitas termal serbuk
25bar

0.0
50 55 60 65 70 75 80 85 90
temperatur (C)

Gambar 4.4 Grafik nilai konduktivitas termal spesimen uji A pada beberapa titik
temperatur.

Pada gambar 4.4 dapat dilihat bahwa grafik menunjukkan penurunan nilai
konduktivitas termal seiring dengan meningkatnya temperatur. Pengukuran dilakukan pada
empat titik temperatur. Pertama pada temperatur 55C, 65C, 75C, dan 85C. Nilai
konduktivitas yang paling rendah yaitu terletak pada saat pengukuran di temperatur 85C.
Dan nilai konduktivitas yang tertinggi yaitu pada saat pengukuran di temperatur 55C.
Akan tetapi nilai penurunan antara tiap titik temperatur sangatlah kecil.

Demikian juga halnya analisa pada tiga spesimen yang lain. Berikut hasil
pengukuran nilai konduktivitas termal pada spesimen uji B, C, dan D.
38

Tabel 4.2 Hasil pengukuran nilai konduktivitas termal spesimen uji B pada empat variasi
temperatur.

No Temperatur(C) k (W/mC) k rata-rata(W/mC)


1 55 1.2
1.2 1.2
1.2
2 65 1.2
1.1 1.1
1.1
3 75 1.1
1.1 1.1
1.1
4 85 1.0
1.0 1.0
1.0

Tabel 4.3 Hasil pengukuran nilai konduktivitas termal spesimen uji C pada empat variasi
temperatur.

No Temperatur(C) k (W/mC) k rata-rata(W/mC)


1 55 1.3
1.3 1.3
1.3
2 65 1.3
1.3 1.3
1.2
3 75 1.2
1.2 1.2
1.2
4 85 1.2
1.2 1.2
1.2

Tabel 4.4 Hasil pengukuran nilai konduktivitas termal spesimen uji D pada empat variasi
temperatur.
39

No Temperatur(C) k (W/mC) k rata-rata(W/mC)


1 55 1.8
1.7 1.7
1.7
2 65 1.7
1.6 1.6
1.6
3 75 1.6
1.6 1.6
1.6
4 85 1.6
1.6 1.6
1.6

Grafik Perbandingan Nilai KonduktivitasTermal Pada Empat Spesimen Uji


1.8

1.7

1.6

1.5

1.4 spesimen uji A (25 bar)


konduktivitas termal(w/mC)

spesimen uji B (20 bar)


1.3
spesimen uji C (15 bar)
1.2 spesimen uji D (10 bar)

1.1

1.0

0.9

0.8
50 55 60 65 70 75 80 85 90

temperatur(C)
40

Gambar 4.5 Perbandingan nilai konduktivitas termal pada empat spesimen uji.

Dari gambar 4.5 dapat dilihat perbandingan nilai konduktivitas termal antara empat
spesimen yang diuji. Nilai konduktivitas termal yang paling rendah yaitu pada spesimen uji
A yang di dalam gambar ditunjukkan pada rangkaian titik berwarna biru. Dan nilai
konduktivitas termal yang paling tinggi ditunjukkan pada rangkaian titik berwarna ungu
yaitu pada spesimen uji D. Dari semua rangkaian titik, penurunan selalu terjadi pada saat
temperatur makin tinggi. Hal ini disebabkan oleh makin kecilnya nilai konduktivitas termal
pada temperatur yang makin tinggi.

Gambar 4.5 juga menunjukkan bahwa makin tinggi kerapatan(densitas) pada


padatan serbuk kelapa akan mengurangi kemampuan hantar panasnya. Dengan demikian
pemanfaatan serbuk kelapa sebagai bahan isolator diharapkan untuk memperhitungkan
kerapatannya karena dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa nilai konduktivitas yang
paling rendah yaitu pada padatan serbuk kelapa yang ditekan dengan tekanan paling
besar(25bar)dengan = 0,728 g/cm3. Selanjutnya berturut-turut meningkat pada padatan
serbuk kelapa yang ditekan dengan tekanan 20bar (= 0,661g/cm3), 15bar (= 0,641 g/cm3),
dan yang paling tinggi(nilai konduktivitas termalnya) dengan tekanan 10bar (= 0,595
g/cm3).

Dapat disimpulkan bahwa peningkatan nilai konduktivitas termal sebanding dengan


penurunan kepadatan dari padatan serbuk kelapa.

Вам также может понравиться