Вы находитесь на странице: 1из 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Preeklamsia telah dianggap sebagai gangguan dalam dua tahap.

Plasentasi atau perfusi abnormal menyebabkan peningkatan respon inflamasi

dan disfungsi endotel, yang menjadi karakteristik sindrom maternal (Redmant

dan Sargen, 2005). Stres oksidatif adalah salah satu dari beberapa mekanisme

yang menjadi penyebab manifestasi preeklampsi. Diperkirakan bahwa

pembentukan radikal bebas merupakan respon untuk mengurangi perfusi

plasenta sehingga menyebabkan manifestasi klinis (Hubel,1999). Dukungan

untuk konsep ini yaitu data yang menunjukkan terdapat beberapa modifikasi

oksidatif protein (Roggensack et al.,1999; Zusterzeel et al., 2001), lemak

(Hubel, 1999; Hubel et al., 1997; Zhang et al., 2008), dan DNA (Wiktor et

al., 2004) dalam darah dan jaringan dari wanita dengan preeklampsi dan bayi

mereka, dan pengamatan bahwa konsentrasi antioksidan seperti askorbat

mulai berkurang saat awal kehamilan pada perempuan yang mengalami

preeklampsi pada akhir kehamilannya (Chappell et al., 2002).

Meskipun tidak semua data mendukung hipotesis ini (Regan et

al.,2001), ada bukti yang cukup mendukung di akhir 90-an yaitu sebuah studi

RCT dari terapi antioksidan dimulai di awal kehamilan untuk mencegah

tanda-tanda klinis preeklampsi (Chappell et al., 1999). Penelitian Chappell et

al. (1999) melibatkan 283 wanita berisiko tinggi preeklampsi, suplementasi

dengan vitamin C dan E dibandingkan dengan plasebo efektif dalam

1
mengurangi terjadinya aktivasi endotel. Disamping itu, terdapat pengurangan

60% dalam diagnosis preeklampsi. Penelitian ini menstimulasi beberapa

kelompok, termasuk jaringan Human Development Maternal-Fetal Medicine

Unit (MFMU) dan Bagian Kesehatan Anak Institut Nasional Eunice Kennedy

Shriver, untuk melakukan RCT yang lebih luas dengan melibatkan

perempuan dengan risiko tinggi dan rendah dari preeklampsi (Villar et al.,

2009; Spinnato et al.,2007; Rumbold et al., 2006; Poston et al., 2006). Tidak

satupun dari studi ini mereplikasi temuan positif asli. Berbeda dengan

penelitian lain, penelitian Roberts et al. (2010) dirancang untuk mendeteksi

efek suplementasi antioksidan pada awal kehamilan terhadap hipertensi

kehamilan dan preeklampsi di kalangan perempuan berisiko rendah.

B. Tujuan

Menilai efek suplementasi antioksidan vitamin C dan E pada awal kehamilan

terhadap komplikasi pada ibu, fetus dan neonatus yang diakibatkan hipertensi

terkait kehamilan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi dalam Kehamilan

Hipertensi pada kehamilan merupakan kelainan vaskular yang terjadi sebelum

kehamilan, pada masa kehamilan atau pada masa nifas. Golongan penyakit ini

ditandai dengan hipertensi dan sering disertai proteinuria, edema, kejang,

koma). Hipertensi pada kehamilan cukup sering dijumpai dan masih

merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan bayi. Di Amerika Serikat,

1/3 kematian ibu disebabkan hipertensi. Kelahiran mati dan kematian

perinatal terutama disebabkan oleh partus prematurus yang merupakan akibat

dari hipertensi (Sastrawinata, 2004).

Klasifikasi

1. Hipertensi kronik

Hipertensi yang didapatkan sebelum kehamilan, dibawah 20 minggu

umur kehamilan, dan hipertensi tidak menghilang setelah 12 minggu

pasca persalinan.

2. Preeklampsi-eklampsi

Hipertensi dan proteinuria yang didapatkan setelah umur kehamilan 2

minggu.

3. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsi

Hipertensi kronik yang disertai proteiuria.

4. Hipertensi gestasional

3
Timbulnya hipertensi pada kehamilan yang tidak disertai proteinuria

hingga 12 minggu pasca persalinan. Bila hipertensi menghilang setelah 12

minggu persalinan, maka dapat disebut juga hipertensi transien (POGI,

2005)

B. Preeklampsi dan Eklampsi

Preeklampsi dan eklampsi adalah hipertensi yang khas pada kehamilan

dengan gejala utama hipertensi yang akut pada wanita hamil dan wanita

dalam nifas. Pada tingkat tanpa kejang disebut preeklampsi dan pada tingkat

dengan kejang disebut eklampsi (Sastrawinata, 2004).

Preeklampsi memperlihatkan gejala hipertensi, edema, dan proteinuria.

Kadang-kadang hanya hipertensi dan proteinuri atau hipertensi dengan

edema. Gejala eklampsi sama dengan preeklampsi ditambah dengan kejang

dan atau koma. Pada umumnya, preeklampsi dan eklampsi baru timbul

sesudah minggu ke-20 dan semakin tua umur kehamilan semakin esar

kemungkinan timbulnya. Setelah persalinan, gejala-gejala berangsur hilang

sendiri. Untuk diagnosis preeklampsi, pada wanita yang hamil 20 minhu atau

lebih harus ditemukan hipertensi dengan proteinuri dan ede,a atau sekurang-

kurangnya hipertensi dan proteinuri (Sastrawinata, 2004).

1. Dikatakan hipertensi apabila tekanan sistolik 140 mmHg atau kenikan

30 mmHg di atas tekanan biasanya. Tekanan diastolik 90 mmHg atau

kenaikan 15 mmHg di atas tekanan biasanya (Sastrawinata, 2004)..

Tekanan darah ini diperoleh sekurang-kurangnya pengukuran 2 kali

dengan selang waktu 4 jam (POGI, 2005).

4
2. Proteinuri ialah protein lebih dari 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau lebih dari

30 mg/l pada pemeriksan urin sewaktu, atau dengan memakai dipstick

(POGI, 2005).. Urin yang diambil untuk pemeriksaan harus urin mid

stream. Proteinuri ini harus ada pada 2 hari berturut-turut atau lebih

(Sastrawinata, 2004).

3. Edema pada kaki, jari tangan, dan wajah terutama yang menetap sesudah

bangun pagi (Sastrawinata, 2004).

C. Farmakologi Vitamin C

Vitamin C atau asam askorbat (C6H8O6) bekerja sebagai suatu koenzim dan

pada keadaan tertentu merupakan reduktor dan antioksidan. Vitamin ini dapat

secara langsung atau tidak langsung memberikan elektron ke enzim yang

membutuhkan ion-ion logam tereduksi.

1. Farmakokinetik

Vitamin C mudah diabsorpsi melalui saluran cerna. Pada keadaan normal

tampak kenikan kadar vitamin C dalam darah setelah diabsorpsi. Kadar

dalam leukosit dan trombosit lebih besar daripada dalam plasma dan

eritrosit. Distribusinya luas ke seluruh tubuh dengan kadar tertinggi

dalam kelenjar dan terndah dalam otot dan jaringan lemak. Ekskresi

melalui urin dalam bentuk utuh dan bentuk garam sulfatnya terjadi jika

kadar dalam darah melewati ambang rangsang ginjal 1, 4mg%.

2. Farmakodinamik

Asam askorbat meningkatkan aktivitas enzim amidase yang berperan

dalam pembentukan hormon oksitosin, hormon diuretik. Dengan

mereduksi ion feri menjadi fero dalam lambung, vitamin C meningkatkan

5
absorpsi besi. Vitamin C juga berperan dalam pembentukan steroid

adrenal.

Pada jaringan fungsi utama vitamin C adalah dalam sintesis kolagen,

proteoglikan dan zat organik matriks antarsel misalnya pada tulang, gigi,

endotel kapiler. Pada defisiensi vitamin C terjadi perdarahan yang

disebabkan kebocoran kapiler akibat adhesi sel-sel endotel yang kurang

baik dan mungkin karena gangguan jaringan ikat perikapiler sehingga

kapiler mudah pecah oleh penekanan.

Pemberian vitamin C pada keadaan normal tidak menunjukkan efek

farmakodinamika yang jelas, tetapi pada keadaan defisiensi, pemberian

vitamin C akan menghilangkan gejala dengan cepat.

3. Kebutuhan sehari

Angka kebutuhan vitamin C dalam sehari adalah 35 mg pada bayi dan

meningkat sampai 60 mg pada dewasa. Efisiensi absorpsi akan berkurang

dan kecepatan ekskresi meningkat bila digunakan jumlah lebih besar.

Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral juga mempunyai vitamin C

dalam serum yang trndah, akan tetapi pengaruh kliniknya tidak diketahui.

Pada masa hamil dan laktasi diperlukan tambahan vitamin C 10-25

mg/hari.

4. Efek samping

Vitamin C dengan dosis lebih dari 1 g/hari dapat menyebabkan diare. Hal

ini terjadi karena efek iritasi langsung pada mukosa usus yang

mengakibatkan peningkatan peristaltik. Dosis vitamin C 1 g/hari

dilaporkan meningkatkan kadar etinil estradiol plasma. Interaksi ini dapat

6
meningkatkan break through bleeding dan kegagalan kontrasepsi, bila

pemakai kontrasepsi oral yang mengandung etinil estradiol tersebut

menghentikan penggunaan vitamin C secara tiba-tiba.

D. Farmakologi Vitamin E

Terdapat 8 jenis tokoferol yang mempunyai aktivitas vitamin E. Alfa-

tokoferol merupakan bentuk yang paling penting karena merupakan 90% dari

tokoferol yang berasal dari hewan dengan aktivitas biologik yang paling

besar. Struktur -tokoferol hampir sama dengan koenzim Q yang terdapat

pada jaringan tubuh. Tokoferol bersifat antioksidasi dan akan rusak bila

terkena udara atau sinar ultraviolet.

1. Farmakokinetik

Vitamin E diabsorpsi baik melalui saluran cerna. Dalam darah terutama

terikat dengan beta-lipoprotein dan didistribusikan ke semua jaringan.

Vitamin E sukar melalui sawar plasenta sehingga bayi baru lahir hanya

memiliki 1/5 kadar vitamin E plasma ibunya, tetapi ASI mengandung -

tokoferol yang cukup untuk bayi. Vitamin E pada jaringan tubuh

merupakan sumber vitamin E untuk waktu lama. Kebanyakan vitamin E

diekskresi secara lambat ke empedu, sedangkan sisanya diekskesi emlalui

urin.

2. Farmakodinamik

Aktivitas vitamin E berhubungan dengan sifat antioksidasi yang

dimilikinya. Sebagai antiolsidan, vitamin E mencegah oksidasi bagian sel

atau mencegah terbentuknya hasil oksidasi yang toksik, misalnya

peroksidasia asam lemak tidak jenuh. Vitamin E menghambat produksi

7
prostaglandin. Pada hewanm defisiensi vitamin E menyebabkan gangguan

reproduksi seperti sterilitas dan resorpsi fetus.

3. Dosis

Asupan vitamin E 10-30 mg dalam sehari cukup untuk mempertahankan

kadar normal dalam darah. Kebutuhan akan vitamin E umumnya sudah

dipenuhi oleh makanan sehari-hari. Diet yang kaya akan asam lemak tak

jenuh meningkatkan kebutuhan vitamin E per hari, tetapi makanan yang

mengandung asam lemak tak jenuh seperti margarin dan minyak sayur

juga kaya akan vitamin E. Diet yang mengandung antioksidan, asam

amino yang mengndung sukfur mengurangi kebutuhan vitamin E.

4. Efek samping

Pemakaian vitamin E dosisi besar untuk waktu lama dapat menyebabkan

kelemahan otot, gangguan reproduksi dan gangguan saluran cerna

(Ganiswara, 2005).

Вам также может понравиться