Вы находитесь на странице: 1из 9

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Gurami


Kerjaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Osphronemidae
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemus gourami

2.2 Morfologi Ikan Gurami


Menurut Jangkaru (2004) (dalam Kristanto, 2005), Gurami mempunyai
bentuk badan agak panjang, pipih dan tertutup sisik yang berukuran besar serta
terlihat keras dan kuat. Punggungnya tinggu dan mempunyai sirip perut dengan
jari pertama sudah berubah menjadi alat peraba. Gurami jantan yang sudah tua
terdapat tonjolan seperti cula. Mulutnya kecil dengan bibir bawah menonjol
sedikit dibandingkan bibir atas. Pada jantan bibir bawah relatif tebal (Rahardjo,
2012).
Gurami memiliki lima buah siri, yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip
perut, sirip dubur dan siri ekor, Sirip punggung tidak begitu panjang, atau pendek
dan berada hamper di bagian belakang tubuh. Sirip dada kecil berada di belakang
tutup insang. Sirip perut juga kecil berada di bawah sirip dada. Sirip ekor berada
di belakang tubuh dengan bentuk bulat. Sedangkan sirip dubur panjang, mulai dari
belakang sirip perut hingga pakgal bawah sirip ekor (Rahardjo, 2012)
Menurut Jangkaru (2004) (dalam Kristanto, 2005) ujung sirip punggung
dan sirip dubur dapat mencapai pangkal ekor, ujung pangkal ekor berbentuk
bususr. Pada dasar sirip dada Gurami betina terdapat tanda berupa bundaran
4

hitam. Bagian kepala Gurami muda terdapat garis tegak atau vertikal berwarna
hitam berjumlah 7-10 buah dan garis-garis tegak ini akan hilang setelah dewasa
(Robert, 1992)
Badan Gurani muda pada umumnya berwarna biru kehitaman dan bagian
pert berwarna putih atau kekuningan. Warna tersebut akan berupa menjelang
dewasa, yakni pada bagian punggung berwarna kecoklatan dan pada bagian perut
berwarna keperakan atau kekuningan. Pada Gurami muda terdapat garis tegak
berwarna hitam berjumlah 7-9 buah dan garis itu akan menghilang setelah dewasa
(Jangkaru, 2004).

2.3 Habitat Ikan Gurami


Pada habitat aslinya, gurami hanya berkembang biak saat musim kemarau
saja. Namun tempat pemeliharaan mampu berkembang biak sepanjang musim.
Ketika perkawinan terjadi,induk jantan akan membuat sarang yang bahan bakunya
berupa rumput rumputan atau dahan-dahan kecil dipinggiran kolam. Sarang
tersebut diletakkan tersembunyi disekitar tumbuhan air. Setelah terjadi
pemijahan,induk betina akan menghasilkan telur rata-rata sebanyak 500-3000
butir 1 bulan kemudian, telur-telur tersebut menetas menjadi larva (Rahardjo,
2012)
Inilah gambaran siklus hidup dan perkembangbiakan ikan gurami. Siklus
hidup ikan Gurami tidak berbeda dengan kebanyakan ikan ait tawar lainnya,
termasuk dengan siklus hidup ikan mas. Sebut saja siklus ini dimulai dari telur,
maka siklus ikan gurami adalah telur, larva, benih, konsumsi, calon induk inilah
pendapat para ahli tentang siklus hidup ikan gurami. Pendapat ini mungkin bisa
dijadikan sebagai referensi. Meski siklus hidupnya hampir sama, tetapi sifat hidup
ikan gurami dengan sifat hidup ikan mas jauh berbeda. Ini wajar karena habitat
kedua ikan itu berbeda, ikan mas berasal dari sungai sedangkan ikan gurami dai
rawa. Perbedaan pertama terjadi pada cara bertelur. Ikan mas bertelur dimana saja,
sedangkan ikan gurami bertelur dalam tempat khusus, yaitu dalam sarang. Proses
adaptasi pemijahan ikan mas berlangsung cepat, dalam beberapa jam disatukan
segera akan memijah.
5

Proses adaptasi pemijahan ikan Gurami sangat lama, tidak setelah


beberapa jam, tetapi setelah beberapa hari baru memijah. Setelah memijah, ikan
mas pergi begitu saja, sedangkan ikan gurami akan merawatnya. Selain cara
bertelur, sifat telur ikan gurami dengan sifat telur ikan mas jauh berbeda. Telur
ikan mas bersifat tenggelam dan adhesif. Ketika baru keluar dari induk, sifat
adhesifnya langsung muncul, dimana telur-telur ikan mas akan melekat pada
benda apa saja yang ada disekitarnya (Rahardjo, 2012)
Sedangkan sifat telur ikan gurami tidak tenggelam, serta tidak adhesif.
Ketika baru keluar dari induknya, telur ikan gurami tidak akan tenggelam, tetapi
akan melayang. Selain itu, telur ikan gurami tidak melekat pada benda-benda.
Dari semua itu, siklus yang unik terjadi dari fase telur menuju larva. Karena dalam
fase ini terjadi pembentukan hampir semua organ tubuh. Inilah masa kritis dalam
kehidupan ikan gurami (Rahardjo, 2012)

2.4 Kebiasaan Makan Ikan Gurami


Secara umum kebiasaan makanan (food habit), ikan dibagi dalam tiga
golongan, yaitu ikan pemakan tumbuhan (herbivora), ikan pemakan hewan
(carnivora) dan ikan pemakan segala (omnivora). Ikan mas termasuk herbivora
atau ikan yang sepanjang hidupnya pemakan tumbuhan. Menurut Susanto (2001)
gurami adalah mahluk dimana pada saat muda karnivora, sedangkan setelah
dewasa herbivore. Karena jenis makanan seperti itulah yang menjadi penghambat
pertumbuhan Gurami (Rahardjo, 2012).
Susanto (2001), juga mengatakan makan yang sering dimakan ikan gurami
remaja dan induk adalah daun keladi (Colocasia estulata Schott), ketela pohon
(Manihot utilissima Bohl), papaya (Carica papaya Linn), ketimun (Cucumis
sativus L), genjer (Limnocharis flava Buch), ubi jalar (Ipomoa batatas Lamk),
Labu (Curcubita moschata Duch en Poir) (Rahardjo, 2012).
6

Daun papaya, konon menurut petani gurami di Kecamatan Cangkareng,


Jakarta Barat tidak baik untuk induk karena bisa merusak kantong telur sehingga
sering menggagalkan pemijahan ikan gepeng ini. Demikian juga dengan daun ubi
jalar yang juga kurang bagus bagi induk karena kandungan proteinnya rendah,
sehingga induk-induk yang diberi daun ini menjadi kurang produktif (Rahardjo,
2012).
Konon yang paling bagus untuk makanan induk dan remaja adalah daun
keladi. Namun tidak boleh langsung diberikan, tetapi harus dilayukan dulu, agar
kandungan getahnya yang sering menyebabkan kawanan Gurami terserang
penyakit cacar bisa berkurang. Sedangkan menurut sebagian besar ahli perikanan,
pada awalnya gurami yang telah habis kuning telurnya akan makan imfusoria dan
rotifera, yaitu jasad renik yang bisa diperoleh di perairan umum atau
mengkulturnya dikolam (Rahardjo, 2012).
Setelah berumuran beberapa hari, benih akan mengincar larva insektatelur
semut, larva crustacea. Sehingga gurami tidak hanya sebagai vegetarian sejati,
tetapi juga sebagai pemakan hewani (Susanto, 2001).
Pada umur 10 hari, yaitu fase prolarva makan yolksack, umur 1,5 bulan
Gurami makan hewani, yaitu rayap, ulat, telur semut merah, ulat, dedak halus dan
kuning telur yang direbus 1,5-3 bulan (2-3 cm) Gurami makanan hewani,
tumbuhan halus, paku air, bungkil halus 3,5-8 bulan (5-8) Gurami makan
tumbuhan-tumbuhan halus, dedak dan pelet, delapan bulan hingga setahun gurami
makan pellet, daun-daunan dan dedak (Rahardjo, 2012).

2.5 Kebiasaan Memijah


Pemijahan ikan Gurami adalah kegiatan menyatukan induk jantan yang
sudah matang kelamin dan betina yang sudah matang gonad ke dalam satu kolam.
Dengandisaukan keduanya, maka akan terjadi pemijahan. Pemijahan ikan Gurami
terjadi dengan sendirinya atau dengan kata lain, ikan Gurami akan memijah secara
alami, bukan secara buatan (Rahardjo, 2012).
Agar terjadi pemijahan, maka harus dilakukan persiapan. Persiapan
pertama adalah kolam. Pada prinsipnya kolam pemijahan sama dengan kolam
pemeliharaan induk, baik kontruksi, ukuran dan persyaratan lainya. Persiapan
7

kolamnya juga sama, Mulai dari pengeringan perbaikan pematang dan persiapan
air. Hanya satu perbedaannya, yaitu pada kolam pemijahan diberi bahan
pembuatan sarang (Rahardjo, 2012).
Bahan pembuatan sarang ikan gurami bisa berupa ijuk, bisa juga berupa
sabuk kelapa. Bila menggunakan ijuk, maka sebelum digunakan, ijuk harus disisir
terlebih dahulu, agar bersih. Selain itu harus dipilih ijuk yang halus, agar sarang
yang dibuat itu rapi. Demikian juga dengan sabuk kelapa, maka sabuk kelapa juga
harus disisir terlebih dahulu. Namun sabuk kelapa itu harus sudah halus
(Rahardjo, 2012).
Bahan pembuatan sarang diletakkan pada arak (para) yang telah disiapkan
sebelumnya. Rak dibuat dari anyaman belahan bamboo yang berjarak 10 cm dan
berukuran panjang dan lebar kurang lebih satu meter. Pada tiap sudut diletakkan
pada empat buah tiang banbu yang ditancapkan pada dasar kolam. Bahan itu di
letakkan secara menyebar ke seluruh permukaan rak. Jaraknya 10 cm di atas
permukaan air (Rahardjo, 2012).
Setelah bahan pembuatan sarang sudah diletakkan, persiapan belum
selesai. Ada alat lain yang harus dipasang, yaitu sosog, suatu alat yang dibuat dari
bambu bentuk seperti keranjang sampah berdiameter 20 cm, tapi pada ujungnya
bergagang. Sosog akan digunakan oleh ikan gurami sebagai tempat membuat
sarang. Sosog dipasang 10-15 cm dibawah permukaan air. Selain sosog bisa juga
keranjang smpah dengan berdiameter sama (Rahardjo, 2012).
Bila bahan pembuatan sarang sudah diletakkan dan sosog telah dipasang,
berarti persiapan pemijahan sudah selesai. Kalau begitu induk jantan dan betina
bisa ditebar. Namun sebelumnya kedua jenis induk harus diseleksi agar induk-
induk yang ditebar betul-betul siap. Untuk mengetahu kematangan induk dapat
dilihat dari bibir bawah, warna tubuh, bentuk perut, dan gerakannya (Rahardjo,
2012).
Jantan yang sudah matang berbibir bawah memerah, warna seluruh
tubuhnya juga memerah atau hitam terang, perut membentuk sudut tumpul,
bersisik normal dan geraknya lincah. Sedangkan betina yang matang telur
perutnya membesar atau membulat, Nampak sedikit benjolan, bersisik agak
terbuka atau tidak normal dan gerakanya lambat (Rahardjo, 2012).
8

Penebaran ini dilakukan pagi hari. Karena pada saat itu suhu air masih
rendah. Padat tebar induk di kolam pemijahan 1-2 ekor, dengan perbandingan
antara jantan dan betina 1 : 4. Jadi untuk kolam yang luasnya 20 m2 dapat ditebar
induk sebanyak 24 ekor, yang terdiri dari 4 ekor nduk jantan dan 20 ekor induk
betina. Selama pemijahan, induk harus diberikan pakan tambahan. Tujuanya untuk
mendapatkan telur yang berkualitas baik dan jumlahnya banyak. Karena dalam
pemijahan ikan gurami tidak hanya untuk sekali pemanenan telur (Rahardjo,
2012)

2.6 Kualitas Air untuk Ikan Gurami


Suhu ideal bagi pertumbuhan gurami adalah 24-280 C. Apabila perbedaan
suhu antara siang dan malam trlalu besar pertumbuhan gurami akan terganggu
karena kandungan oksigen di dalam kolam menurut di bawah angka ideal uyakni
4-6 mg/liter. Kecenderungan menunjukkan bahwa suhu yang terlalu dingin
memiliki resiko tinggi berkembangnya berbagai penyakit ikan. Hal ini tampak
pada musim hujan. Saat itu petani banyak yang mengeluh karena sering gagal
panen. Untuk menghindari perbedaan suhu yang terlalu besar, di pinggir-pinggir
kolam dapat di tanami pohon peneduh (Tim Redaksi Agromedia Pustaka, 2001).

2.7 Hama dan Penyakit


2.7.1 Hama
Hama yang biasanya mengganggu ikan gurami adalah ikan liar pemangsa
seperti gabus (Ophiocephalus stritul BI), belut (Monopterus albus Zueiw), lele
(Clarias batrachus L) dan lain-lain. Musuh lainnya adalah biawak (Varanus
salvatorDour), kura-kura (Tryonix cartilaginous Bodd), katak (Rana spec) ular
dan berbagai macam jenis burung. Beberapa jenis ikan peliharaan seperti tawes,
mujair dan sepat dapat menjadi pesaing dalam perolehan makanan. Oleh karna itu
sebaiknya benih gurami tidak di campur pemeliharaannya dengan jenis ikan yang
lain. Untuk menghindari gurami dari ikan ikan pemangsa, pada pipa pemasukan
air di pasangi serumbung atau saringan ikan agar hama tidak masuk dalam kolam
(Rahardjo, 2012).
9

2.7.2 Penyakit
Gangguan penyakit dapat berupa penyakit non parasiter dan penyakit
parasiter. Gangguan penyakit dapat lebih mudah menyerang ikan gurami pada saat
musim kemarau di mana suhu menjadi lebih dingin (Rahardjo, 2012).
Penyakit non parasite adalah penyakit yang timbul bukan karna serangan
parasit, tapi biasanya bersumber dari faktor lingkungan fisika dan kimia air dan
makanan. Penyakit ini bisa berupa pencemaran air karna adanya gas beracun
seperti asam belerang atau amoniak, kerusakan akibat penangkapan atau kelainan
tubuh karna keturunan. Untuk mengetahui gangguan yang di alami oleh ikan yang
di pelihara dapat diketahui dari pengamatan terhadap ikan. Bila ada gas beracun
dalam air, ikan biasanya lebih suka berenang pada permukaan air untuk mencari
udara segar (Rahardjo, 2012).
Penyakit parasiter diakibatkan parasit. Parasite adalah hewan atau tumbuh
tumbuhan yang berada pada tubuh, insang, maupun lender inangnya dan
mengambil manfaat dari inang tersebut. Parasit dapat berupa udang renik,
protozoa, cacing, bakteri, virus, jamur, dan berbagai mekroorganisme lainnya.
Berdasarkan letak penyerangannya parasit di bagi menjadi dua kelompok
yaiyu ektoparasit yang menempel pada bagian luar tubuh ikan dan endoparasit
yang berada dalam tubuh ikan (Rahardjo, 2012).
Ciri-ciri ikan yang terkenal penyakit parasite adalah sebagai berikut :
Penyakit pada kulit: Pada bagian tertentu kulitnya berwarna merah,
terutama pada bagian dada, Perut dan pangkal sirip. Warna ikan menjadi
pucat dan tubhnya berlendir.
Penyakit pada insang: Tutup insang mengembang, lembaran insang
menjadi pucat, kadang-kadang tampak semburat merah dan kelabu.
Penyakit pada organ dalam: Perut ikan membengkak, sisik berdiri.
Kadang-kadang sebaiknya perut menyajadiamat kurus, ikan menjadi
lemah dan mudah ditangkap.
Penyakit Argulus Indicus atau kutu ikan, penyakit ini disebabkan oleh
parasite Argulus Indicus yang sumber penularannya adalah udang renik.
Kutu ini akan menempel dan menggigit mangsa sehangga berdara.
Penularanya dalah melalui air dan kontak langsungdengan ikan, biasanya
10

penyakit ini muncul pada kolam ikan yang kualitas airnya buruk. Cara
penyembuhannya adalah dengan merendam ikan yang sakit kedalam air
garam 10-15 g/liter selama 15 menit.
Penyakit Dactylogyrus dan gryodactylus, dua nama ini adalah sejenis

cacing parasite yang tumbuh berkembang dikarenakan kualitas air yang

buruk, pakan ikan yang kurang atau kepadatan kolam yang terlalu penuh.

Cara perawatannya adalah dengan memperbaiki kualitar air yang berada

dikolam dengan menggatikannya dengan air yang baru, dan menambahkan

garam sebanyak kira-kira 40 g/m2. Jika penyakit sudah sangat parah anda

bisa merendan ikan dalam larutan garam selama 1 malam

Mata Belo, gejala awal serangan penyakit ini adalah ikan menjadi kurang
aktif, males, nafsu makan berkurang dan ikan sering keatas permukaan air.
Cara pengobatannya adalah dengan menghentikan pasokan air selama 24
jam, lalu masukkan garam sebanyak 1g/m2, besok harinya air di kuras dan
diganti dengan air yang baru.
Jamur, pada tubuh ikan gurame yang terenfeksi jamur akan muncul
benang-benang berwarna krem seperti kapas, biasanya pada kulit tubuh
yang terluka. Jenis ikan jamur yang menyerang ikan gurami adalah
saprolegnia dan Achyla. Cara penyembuhannya adalah dengan
memberikan garam kedalam kolam dengan jumlah 400g/m2 selama 24 jam
untuk kemudian di ganti besok harinya, selain garam bisa juga di pakai
malachyte oxalate sebanyak 1 mg/liter air selama 12 jam. Bisa juga
menggunakan larutan formalin 200 ppm selama 2 jam.
Bakteri, jenis bakteri yang menyerang ikan gurami adalah bakteri
Aeromonas sp, dan Pseudomonas sp. Pengobatan yang bisa di lakukan
adalah dengan cara merendam ikan dalam larutan oxytetracycline 2-5 mg/l
selama 24 jam, dan tindakan ini di lakukan berulang 3 kali.
Bercak putih (white spot), jenis penyakit ini disebabkan oleh parasite yang
bernama lchthyophtbyrius. Ciri-ciri ikan yang terkena penyakit white spot
yakni munculnya bercak-bercak putih pada bagian kulit. Cara perawatan
11

dari penyakit ini adalah dengan merendam ikan gurami dengan ke dalam
air yang diberi larutan formalin sebanyak 25 mg/l. dan di tambahkan
malachine green oxalate sebanyak 0,2 mg/l selama 24 jam.
Salah satu parasit yang sering menyerang ikan gurami adalah Argulus
Indicus yang tergolong Crustacea tingkat rendah yang hidup sebagai ektoparasit,
berbentuk oval atau membundar dan berwarna kuning bening. Parasite ini
menempel pada sisik atau sirip dan dapat menimbulkan lubang kecil yang
akhirnya menimbulkan infeksi. Infeksi ini dapat menyebabkan patah sirip dan
cacar. Parasite ini lainnya adalah bateri Aeromonas hdyrophyla, pseudomonas, dan
cacing Thematoda yang berasal dari siput-siput (Rahardjo, 2012).
Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan mengangkat dan
memindahkan ikan kedalam kolam lain dan melakukan penjemuran kolam yang
terjangkit penyakit selama beberapa hari agar parasite matisementara pengomatan
bagi ikan-ikan yang penyakitnya lebih berat dapat menggunakan bahan kimia
seperti kalium permanagat (PK), Neguvon, dan garam dapur (Rahardjo, 2012)
Penggunaan obat-obatan kimia untuk ikan konsumsi tidak dilanjutkan
mengingat dampak yang tidak baik kepada konsumen. Kalaupun diberikan obat-
obatan tidk boleh langsung dijual kepada konsumen akhir. Penggunaan obat-
obatan pada ikan konsumsi juga sebaliknya tidak diberikan apabila ikan hendak
diekspor. Besar ikan-ikan konsumsi yang mati dibuang (Rahardjo, 2012)
Pemeliharaan benih pada pendederan I sampai V dapat dilakukan di akuarium
atau kolam. Di akuarium dilakukan sama seperti halnya pemeliharaan larva tetapi
perlu dilakukan penjagaan. Sedangkan dikolam perlu di lakukan kegiatan
persiapan kolam yang meliputi pengolahan tanah dasar kolam, pengeringan,
pengapuran, pemupukan, pengisian air dan pengkondisian air kolam. Pengolahan
tanah dasar kolam dapat berupa pembajakan, peneplokan dan perbaikan pematang
kolam. Pengeringan di lakukan selama 2-5 hari (tergantung cuaca) (Rahardo,
2012).

Вам также может понравиться