Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1
dan punting rokok. Sedangkan remaja dan orang dewasa paling sering menelan
tanah liat atau tanah. Pada wanita hamil muda, pica terjadi selama kehamilan
pertama pada masa remaja akhir atau dewasa awal. Meskipun pica biasanya
berhenti pada akhir kehamilan, namun bisa saja terus berlanjut hingga bertahun-
tahun. Pica biasanya terjadi dengan frekuensi yang sama antara laki-laki dan
perempuan, namun sangat jarang pada pria remaja dan dewasa.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 Definisi
Pica ialah nafsu makan yang aneh, yaitu penderita menunjukkan nafsu
makan terhadap berbagai atau salah satu obyek yang bukan tergolong makan,
misalnya tanah, pasir, rumput, bulu, selimut wol, pecahan kaca, kotoran hewan,
cat kering, dinding tembok, dan sebagainya.4
Menurut ADA (American Dietetic Association) tahun 2000, Pica
didefinisikan sebagai kelainan psikobehavioral yang melibatkan keinginan-
keinginan (ngidam) yang abnormal untuk memakan sesuatu yang sebenarnya
bukan merupakan makanan yang lazim dikonsumsi seperti tanah, kapur, dan
sebagainya. Pica menjadi sebuah perhatian karena substansi-substansi yang bukan
merupakan makanan itu dikhawatirkan dapat menggantikan nutrisi-nutrisi dari
makanan yang sesungguhnya dan hal ini bisa menjadi berbahaya.
Gangguan Pica merupakan perilaku abnormal yang ditunjukkan dengan
perilaku mengonsumsi makanan non-nutritif atau tidak bergizi seperti pasir,
rumput, tanah liat, cat, pasir, penghapus pensil, dan lain-lain. Gangguan pica
hanya didiagnosis ketika perilaku dinilai tetap yakni saat berlangsung selama 1
bulan dan tidak tepat dilakukan pada tingkat perkembangan individu.5
2.2 Etiologi
Pica termasuk salah satu penyakit gangguan makan. Penyakit gangguan
makan adalah kondisi kompleks yang diakibatkan dari kombinasi antara perilaku
lama, biologis, emosi, psikologis, interpersonal dan faktor sosial.
Pica disebabkan oleh gangguan perilaku. Kebiasaan anak mengonsumsi
berbagai jenis benda yang tidak lazim, dan tidak memiliki kandungan gizi, seperti;
tanah, kapur, cat, kertas, dll. Hal ini terjadi karena kebiasaan anak mencoba-coba
dan tidak disertai penjelasan, atau dibiarkan karena tidak diketahui oleh orang tua
(orang dewasa yang mengasuh anak).
Pica biasa terjadi pada anak-anak, ibu hamil dan orang dewasa. Penderita
pica biasanya mengonsumsi makanan yang tidak masuk akal. Pica sering terjadi
pada anak-anak dan juga orang dewasa. Sebanyak 10 hingga 32 persen anak-anak
usia 1-6 tahun punya kebiasaan makan yang aneh ini. Tak hanya anak-anak, Pica
juga bisa terjadi pada ibu hamil, terutama yang mengalami gangguan psikologis.
3
Pica juga terjadi pada orang dewasa yang sedang diet, ketagihan tekstur tertentu
pada mulutnya atau yang punya masalah sosial atau ekonomi.
Penyebabnya hingga kini masih belum diketahui dengan jelas. Tapi
beberapa peneliti menduga kurangnya zat besi dan anemia memicu pola makan
tersebut.
4
c. Manifestasi pada Gastrointestinal (GI)
d. Manifestasi pada gigi
Tanda-tanda keracunan yang paling umum yang terkait dengan pica. Tanda
fisiknya tidak spesifik dan tak terlihat, dan kebanyakan anak dengan keracunan
timah tidak menunjukkan gejala. Manifestasi fisik dari keracunan dapat seperti
gejala neurologis (misalnya: mudah tersinggung, lesu, ataksia, inkoordinasi, sakit
kepala, kelumpuhan saraf, papilledema , ensefalopati, kejang, koma, atau
kematian) dan gejala pada saluran GI (misalnya: sembelit, sakit perut, kolik,
muntah, anoreksia, atau diare).
Toxocariasis (termasuk larva migrans visceral dan ocular larva migrans) dan
ascariasis merupakan infeksi parasit paling sering yang terkait dengan pica. Gejala
Toxocariasis beragam dan tampaknya terkait dengan jumlah larva yang tertelan
dan organ mana tempat larva bermigrasi. Temuan fisik yang terkait dengan
migrans larva visceral adalah demam, hepatomegali, malaise, batuk, miokarditis ,
dan encephalitis. Ocular larva migrans dapat menyebabkan lesi retina dan
kehilangan penglihatan.
Manifestasi pada saluran cerna berupa kelainan mekanik usus, sembelit,
ulserasi, perforasi, dan pengahalang usus yang disebabkan oleh pembentukan
bezoar dan konsumsi bahan yang dicerna ke dalam saluran pencernaan. Kelainan
gigi dapat terlihat pada pemeriksaan fisik, termasuk abrasi gigi yang parah,
abfraksi, dan kehilangan permukaan gigi.
5
Pika dapat timbul sebagai salah satu gejala dari sejumlah gangguan
psikiatrik yang luas (seperti autisme) atau sebagai perilaku
psikopatologis yang tunggal; hanya dalam keadaan yang disebut
belakangan ini digunakan kode diagnosis ini. Fenomena ini paling sering
terdapat pada anak retardasi mental, harus diberi kode diagnosis F70-
F79. Namun demikian, pika dapat juga terjadi pada anak (biasanya pada
usia dini) yang mempunyai intelegensia normal.
6
sel-sel saraf di otak. Beberapa jenis SSRi ini antara lain adalah
fluvoxamin, zimelidin, paroxetin, fluoxetin, dan citalopram.8
b. Bupropion (Farmakologis)
Bupropion merupakan golongan obat dari aminoketone
norepinephrine and dopamine reuptake inhibitor yang terbukti dapat
digunakan sebagai terapi pada gangguan pica yang persisten, kronik,
dan mengalami ketergantungan nikotin yang parah.
Intervensi perilaku pada pasien pica dengan tujuan untuk mengalihkan
perhatian, seperti menyusun ulang llingkungannya, konseling, dan
terapi-terapi perilaku yang lain tidak berhasil, maka terapi
farmakologis merupakan opsi selanjutnya seperti bupropion.9
Pada juli 2003, bupropion dikeluarkan dengan regimen 100 mg dua
kali sehari ditambah dengan lamotrigin 200 mg tiga kali sehari,
gabapentin 600 mg tiga kali sehari, topiramat 200 mg tiga kali sehari,
zonisamide 300 mg, loratadin 10 mg/hari, naltrexon 50 mg/hari,
propanolol 60 mg dua kali sehari, paroxetin 40 mg/hari, risperidone 3
mg dua kali sehari, multivitamin setiap hari, dan vitamin E 800 IU dua
kali sehari. Pada penelitian yang telah dikakukan, pemberian
bupropion selama 12 bulan, pasien mengalami penurunan episode pica
menjadi 6.25 kali setiap bulan, dan penurunan terjadi hingga 0.9 kali
episode per bulan dalam 11 bulan pemakaian obat.9
7
Penelitian dilakukan di ruang tertutup yang terbuat dari bahan yang
aman jika dimakan, lalu disimpan benda objek yang biasa dimakan
(seperti kunci mobil, kotoran, dll) dan benda pengganti lain yang
dapat menjadi objeknya, dari kedua benda tersebut akan diletakkan
sedemikian caranya sehingga pasien akan menggunakan low effort
atau high effort untuk menjangkau benda-benda tersebut. Penelitian
dilakukan dengan mengamati response effort pada pica dan benda
pengganti lain. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada
usaha untuk mendapatkan benda lain itu tinggi (high effort) sedangkan
usaha untuk mendapatkan objek pica mudah (low effort) maka pasien
akan menjangkau objek pica dan memakannya. Sehingga, jika kita
menurunkan usaha untuk menjangkau benda-benda yang dijadikan
objek pica akan menurunkan frekuensi kejadian pica. Pada keadaan
objek pica mudah dijangkau (low effort) misalnya benda-benda yang
didapat bebas ketika sedang bermain; dan benda yang menjadi objek
pica disimpan ditempat yang sulit untuk dijangkau maka akan
menurunkan kejadian pica. Sehingga kesimpulannya, para orang tua
atau yang merawat pasien pica harus bisa menyimpan benda-benda
yang berbahaya untuk dimakan di tempat-tempat yang aman, dan
meletakkan benda-benda pengalih perhatian di tempat-tempat yang
menarik untuk pasien sehingga bisa mengurangi frekuensi pica pada
pasien.10
d. Response Blocking
Response Blocking merupakan usaha yang dilakukan oleh individu
yang merawat atau menjaga pasien pica agar tidak mengambil benda
(bukan makanan) untuk dimakan. McCord dan Grosser (2005)
melakukan penelitian tentang response blocking pada pasien pica yang
dilakukan selama 10 menit selama 3 sampai dengan 5 hari setiap
minggu. Pada penelitian ini, pasien ditempatkan di ruangan tertutup
yang di dalamnya terdapat kertas segi empat yang dilekatkan ke lantai
dan di atas kertas tersebut disimpan benda-benda (bukan makanan)
yang bisa dimakan oleh pasien pica. Lalu ada seorang terapis yang ada
di ujung ruangan berjarak 3.1 m dari benda yang ada di atas lantai.
8
Pada percobaan pertama, terapis tidak bereaksi apa-apa (tidak
mencegah/mem-block) pasien saat akan mengambil benda di atas
kertas. Percobaan kedua, terapis mencegah ketika benda sudah
berjarak 0.3 m dari mulut pasien, pada percobaan ketiga, terapis
mencegah pasien mengambil benda di atas kertas.11
Pada penelitian ini menunjukan bahwa jika pasien tidak dicegah
maka pasien akan dengan leluasa memakan benda-benda bukan
makanan tersebut, walaupun dicegah, tetapi jika dicegah saat
makanan sudah diambil maka efeknya tidak efektif, pasien tetap tidak
mau menjatuhkan makanan tersebut. Hasil dari pencegahan ini akan
efektif jika perawat atau seseorang yang menjaga pasien mencegah
pasien mengambil benda-benda berbahaya untuk dimakan. Sehingga,
kesimpulannya adalah pencegahan tidak efektif jika dilakukan setelah
pasien mengambil benda untuk dimakan, tetapi harus dilakukan usaha
untuk mencegah pasien menjangkau benda-benda berbahaya untuk
dimakan tersebut.11
2.9 Prognosis
Keberhasilan dalam pengobatan bervariasi, sebagian besar kasus pica
berlasung beberapa bulan dan akan sembuh dengan sendirinya, tapi ada beberapa
kasus yang dapat berlanjut kemasa remaja dan dewasa terutama ketika terjadi
bersamaan dengan gangguan perkembangan.
2.10 Komplikasi
Komplikasi pica : 12
a. Infeksi
b. Obstruksi usus
c. Menyebabkan keracunan
d. Malnutrisi
e. Diare
f. Anemia
g. Konstipasi
h. Cacingan
Pada sumber lain disebutkan bahaya memakan pasir atau tanah terkait
dengan nyeri lambung dan perdarahan, mengunyah batu es bisa menyebabkan
kenampakan yang abnormal pada gigi, memakan tanah liat bisa menyebabkan
sembelit (konstipasi), menelan benda-benda logam bisa menyebabkan perforasi
usus, memakan benda kotoran sering mengarah pada penyakit infeksi seperti
9
toksocariasis, toksoplasmosis, dan trichuriasis. Memakan timah bisa
menyebabkan kerusakan ginjal dan keterbelakangan mental.
10
BAB III
KESIMPULAN
Pica ialah nafsu makan yang aneh, yaitu penderita menunjukkan nafsu makan
terhadap berbagai atau salah satu obyek yang bukan tergolong makan, misalnya
tanah, pasir, rumput, bulu, selimut wol, pecahan kaca, kotoran hewan, cat kering,
dinding tembok, dan sebagainya
Gejala pada saluran Gastrointestinal (GI) seperti sembelit, sakit perut kronis atau
akut yang mungkin menyebar atau terfokus, mual dan muntah, distensi perut, dan
kehilangan nafsu makan.
Terapi yang dapat diberikan diantaranya dengan farmakologis yaitu Selective
Serotonin Reuptake Inhibitors dan Bupropion, serta non farmakologis dengan
respons effort dan respons blocking.
DAFTAR PUSTAKA
11
3. Young, S. L. Pica in Pregnancy: New Ideas About an Old Condition. Annu
Rev Nutr. Aug 21 2010;30:403-22.
5. Sadock, Kaplan. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: EGC. Edisi 2. Hal :
607-608;399
8. Morrow, Alina. 2010. Condition & Disease: Eating & Weight Disorder.
Online. Diunduh dari http://www.omnimedicalsearch.com/conditions-
diseases/pica-disorder-treatment-options.html. pada tanggal 3 mei 2012
12