Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DESKRIPSI PROSES
a. Sifat fisik
Rumus molekul : CO(NH2)2 (ICSC, 1997)
Berat molekul (g/mol) : 60,056
Densitas (g/cm) : 1,3230 pada 20oC (Lide DR, 2000)
Titik lebur (oC) : 132,70 (Lewis R.J, 1997)
Kelarutan dalam air : 545 g/L pada 25oC (YalkowskySH, 1989)
Kelarutan lainnya : 10 g/L dalam 95% alkohol, 167 g/L dalam
methanol, 500 g/L dalam gliserol
(Budavari, S, 1996)
Panas Pembentukan (kJ/mol) : -197,28 pada 25oC
Panas Pelarutan dalam air (kJ/gr) : 251,21
Panas spesifik (cal/g C) : 0,320 pada 20oC (Perry 8th ed, 2008)
Oksidasi pada suhu tinggi adalah satu dari reaksi penting yang dapat
menghasilkan nitrogen dan air. Gas ammonia di oksidasi menjadi nitrogen
dan air menggunakan banyak oksida yang dipanaskan sampai suhu tinggi
dengan sedikit oksida logam positif.
3 Mg + 2 NH3 Mg3N2 + 3 H2
Reaksi serupa terjadi dengan garam lain yang tidak larut seperti
silver phosphate dan cupprous chloride. Larutan encer dari ammonia juga
melarutkan beberapa oksida yang tidak larut dan hidroksida seperti silver
oksida dan copper hidroksida. Reaksi ini dapat digunakan pada analisa
kimia. Beberapa amine dapat menghasilkan kristalin khusus seperti cobalt,
promium, dan platinum.
2. Karbon Dioksida
a. Sifat Fisis
Rumus Molekul : CO2
Berat Molekul : 44,01
Titik Sublimasi (0C, 1 atm) : -78,5
Suhu Kritis (0C) : 31,1
Tekanan Kritis (kPa) : 734
Densitas Kritis (gr/l) : 467
Panas Laten Penguapan (J/gr) : 348
Densitas gas (00C, 1 atm) (gr/l) : 1,976
Densitas Cair (00C, 1 atm) (gr/l) : 914
Viskositas (cP) : 0,015
Panas Pembentukan (250C) (J/mol) : 393,7
b. Sifat Kimia
Karbon dioksida adalah produk oksidasi akhir dari karbon sangat
tidak reaktif pada suhu biasa. Terkadang dalam larutan air membentuk
asam karbonat, H2CO3 yang mana membentuk garam dan bereaksi lemah
dengan asam. Konstanta primer ionisasinya adalah 3,5x10-7 pada suhu
18oC, sedangkan sekundernya adalah 4,4x1011 pada suhu 25oC. pH dari
larutan karbon dioksida jenuh bervariasi dari 3,7-3,2. Hidrat padat
(CO2.8H2O) memisahkan larutan encer dari karbon dioksida yang
didinginkan pada tekanan tinggi.
Meskipun karbon dioksida sangat stabil pada suhu biasa ketika dipanaskan
diatas 1700oC reaksinya bergerak lebih besar ke kanan sebesar 15,8% pada
2227oC.
2 CO2 2 CO + O2
Reaksi ini juga bergerak ke kanan untuk mengurangi kelebihan paparan
sinar ultraviolet dan muatan listrik.
Karbon dioksida juga dikurangi dengan beberapa cara, cara yang paling
terkenal adalah reaksi dengan hidrogen.
CO2 + H2 CO + H2O
a. Sifat kimia
Urea tidak berbau, tidak berasa dan berwarna putih kristal pada suhu
kamar. Bila bercampur air, dapat terhidrolisis menjadi amonium karbonat
dan terdekomposisi menjadi amonia dan karbon dioksida. Daya racunnya
rendah, tidak mudah terbakar, dan tidak meninggalkan residu garam setelah
dipakai untuk tanaman.
Pada tekanan atmosferik dan pada titik leburnya urea
terdekomposisi menjadi amonia, biuret, ammelide, dan asam cyanuric.
Biuret adalah hasil samping yang dihasilkan dari proses urea. Jumlah biuret
harus kurang dari 2% b/b dalam pupuk urea karena dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman (Agrotekno, 2014). Urea juga bersifat higroskopis
sehingga harus disimpan di tempat kering dan tertutup rapat.
O
O HN
NH2 Cl POCl3 120oC
O CH2
O CH2
2 HCl HN
NH2 Cl
O
O
O
Reaksi 1 terjadi secara eksotermis. Panas reaksi pada 25oC dan 101,3 kPa
(1 atm) adalah 37.4 Kcal Kelebihan panas harus dikeluarkan dari reaksi. Kecepatan
reaksi dan kesetimbangan reaksi 1 tergantung dari besarnya tekanan dan
temperatur. Reaksi ini mungkin terjadi pada tekanan di bawah tekanan ammonium
karbamat, dimana mulai terjadi disosiasi atau perubahan, tekanan operasi dari
reaktor harus dijaga agar tetap konstan di atas tekanan uap ammonium karbamat.
Reaksi 2 berlangsung secara endotermis dengan entalpi pembentukan
sebesar 6.3 Kcal. Reaksi ini berlangsung pada fasa cair. Tekanan disosiasi dari
karbamat murni dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini:
Temperatur, oC kPaa
40 31
60 106
80 314
100 861
120 2130
140 4660
160 9930
180 15200; 19300b
200 20300; 36500b
a
untuk mengkonversi kPa menjadi atm, dibagi dengan 101,3
b
nilai hasil ekstrapolasi karena pada suhu diatas 170oC kecepatan reaksi 2
mengalami peningkatan dan sulit untuk dihitung tekanan uap karbamat dalam
pembentukan air dan urea.
Terjadi pula reaksi samping selain kedua reaksi tersebut yaitu pembentukan
biuret (NH2CONHCONH2). Reaksi ini berlangsung secara reversible, bersifat
endotermis, dan sangat lambat. Reaksi yang terjadi adalah:
2 NH2CONH2 NH2CONHCONH2 + NH3
Biuret adalah senyawa yang tidak dikehendaki dalam proses pembuatan urea.
Biuret yang terlalu banyak juga dapat meracuni tanaman. Untuk mencegah
pembentukan biuret yang terlalu besar dengan cara:
1. Excess NH3
Pembentukan urea adalah reaksi 1 mol CO2 dan 2 mol NH3, namun
konversi kesetimbangan sangat rendah. Untuk itu dalam meningkatkan
konversi dibutuhkan NH3 diatas kebutuhan mol teoritis agar semua CO2
bereaksi. Excess NH3 menyebabkan reaksi akan bergeser ke arah kanan
sehingga lebih banyak diperoleh urea.
2. Temperatur
Semakin tinggi temperatur operasi akan menaikkan konversi amonium
karbamat menjadi urea. Konversi kesetimbangan memiliki harga maksimal
pada temperatur tertentu. Namun, kenaikan temperatur yang tinggi dapat
menyebabkan pembentukan biuret dan meningkatnya hidrolisa urea.
3. Waktu Tinggal
Waktu tinggal ditentukan oleh temperatur dan tekanan sintesis. Semakin
rendah temperatur waktu yang dibutuhkan semakin lama, sehingga akan
mengurangi efisiensi proses. Selain itu pembentukan biuret terjadi jika
operasi dilakukan terlalu lama. Semakin lama waktu tinggal semakin
banyak biuret yang terbentuk.
Urea diproduksi dari cairan NH3 dan gas CO2 pada tekanan 140 atm dan
temperatur 185oC. Komponen umpan masuk dikirim ke urea reaktor dengan
menggunakan tekanan tinggi, mol rasio berkisar 3,5-4 : 1. Berdasarkan mol rasio
umpan semakin besar perbandingannya, karbamat yang terkonversi menjadi urea
lebih besar. Reaksi ini berlangsung secara kontinu dengan konversi yang dicapai
lebih dari 68% (Kojima dkk, 2000).
Proses pembuatan urea melibatkan dua fase reaktan, yaitu Amonia cair dan
gas Karbon dioksida. Karena reaktan terpisah dalam dua fase, maka perlu adanya
pengkontakan kedua reaktan sebelum terjadinya reaksi. Beberapa tahapan sebelum
reaksinya berlangsung adalah perpindahan massa karbondioksida melalui lapisan
fase gas menuju lapisan antar fase gas-cairan, kesetimbangan antara karbondioksida
dalam fase gas dan dalam fase larutan, dan perpindahan massa karbondioksida dari
lapisan gas ke badan utama larutan Ammonia (Levenspiel, 1999). Untuk
pendekatan koefisien perpindahan massa untuk fase cair (kL) dan koefisien
perpindahan massa melalui fase gas (kg), dapat menggunakan rumus berikut:
. 1/3 . 1/2
= 0,42. [ ] [ ]
2. . 2
= . .
3.
Dimana:
kL = koefisien perpindahan massa untuk fase cair
kg = koefisien perpindahan massa melalui fase gas
= viskositas larutan
= densitas larutan
DAL = diffusivitas gas CO2 dalam larutan NH3
DB = diameter gelembung
R = konstanta gas
T = temperature
(Levenspiel, 1999)
Reaksi yang berlangsung dinyatakan cepat atau lambat dan
terjadi di lapisan film atau di badan utama larutan, dapat didekatkan
dengan Hatta Number (MH):
2 =
. .
=
2
dimana:
MH = bilangan Hatta
k = konstanta kecepatan reaksi
CB = konsentrasi larutan Ammonia
DAL = diffusivitas gas CO2 dalam larutan NH3
kL = koefisien perpindahan massa untuk fase cair
Jika harga MH bernilai:
MH > 2, reaksi berlangsung cepat di lapisan film
0,02 < MH < 2, reaksi berlangsung lambat di lapisan film dan
badan utama larutan
MH < 0,02, reaksi berlangsung sangat lambat di badan utama
larutan
(Levenspiel, 1999)
k1
A + B C + D
k2
Maka:
ra = k Ca Cb
Untuk reaksi dengan orde tertentu, laju reaksi akan meningkat dengan semakin
besarnya harga konstanta kecepatan reaksi dan konsentrasi reaktan.
k= detik-1