Вы находитесь на странице: 1из 24

KLIPING FLORA DAN FAUNA

DISUSUN OLEH :

1. DEDI ISWANTO (VII 4)


2. BAGUS INDRAWAN (VII 4)
3. ADITYA TRIPHASHS (VII 4)
4. NOVAN DHIO SHAFITRA (VII 4)

SMP NEGERI 3 PRINGSEWU

TAHUN 2016
KOMODO

Komodo, atau yang selengkapnya disebut biawak komodo (Varanus


komodoensis, adalah spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau
Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara.
Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan nama
setempat ora.
Termasuk anggota famili biawak Varanidae, dan klad Toxicofera,
komodo merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3
m. Ukurannya yang besar ini berhubungan dengan gejala gigantisme
pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan tertentu
yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanya mamalia karnivora
di pulau tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil.
Karena besar tubuhnya, kadal ini menduduki posisi predator puncak yang
mendominasi ekosistem tempatnya hidup.
Komodo ditemukan oleh peneliti barat tahun 1910. Tubuhnya yang besar
dan reputasinya yang mengerikan membuat mereka populer di kebun
binatang. Habitat komodo di alam bebas telah menyusut akibat aktivitas
manusia dan karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang
rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah
peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu Taman
Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka.

ORANG UTAN

Orang utan (atau orang hutan, nama lainnya adalah mawas) adalah sejenis
kera besar dengan lengan panjang dan berbulu kemerahan atau cokelat,
yang
Orangutan ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Asia Tenggara, yaitu
di pulau Borneo dan Sumatra di wilayah bagian negara Indonesia .
Mereka biasa tinggal di pepohonan lebat dan membuat sarangnya dari
dedaunan. Orangutan dapat hidup pada berbagai tipe hutan, mulai dari
hutan dipterokarpus perbukitan dan dataran rendah, daerah aliran sungai,
hutan rawa air tawar, rawa gambut, tanah kering di atas rawa bakau dan
nipah, sampai ke hutan pegunungan. Di Borneo, orangutan dapat
ditemukan pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut , sedangkan
kerabatnya di Sumatra dilaporkan dapat mencapai hutan pegunungan
pada 1.000 m dpl. hidup di hutan tropika Indonesia, khususnya di Pulau
Kalimantan dan Sumatra.

HARIMAU SUMATERA

Harimau Sumatra atau dalam bahasa latin disebut Panthera tigris


sumatrae merupakan satu dari lima subspisies harimau (Panthera tigris)
di dunia yang masih bertahan hidup. Harimau Sumatera termasuk satwa
langka yang juga merupakan satu-satunya sub-spisies harimau yang
masih dipunyai Indonesia setelah dua saudaranya Harimau Bali (Panthera
tigris balica) dan Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) dinyatakan
punah.
Hewan dari filum Chordata ini hanya dapat diketemukan di Pulau
Sumatera, Indonesia. Populasinya di alam liar diperkirakan tinggal 400
500 ekor. Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) semakin langka
dan dikategorikan sebagai satwa yang terancam punah.

BADAK JAWA

Badak Jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah


anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang masih ada.
Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak India dan memiliki
kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini memiliki panjang
3,13,2 m dan tinggi 1,41,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak
India dan lebih dekat dalam besar tubuh dengan badak Hitam. Ukuran
culanya biasanya lebih sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula
spesies badak lainnya.
GAJAH SUMATERA

Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) adalah yang paling kecil


dari ketiga subspesies dari Gajah Asia, dan merupakan endemic untuk
Pulau Sumatra. Sebelum terjadi perusakan besar-besaran pada habitatnya,
gajah secara luas tersebar di seluruh Sumatra pada ekosistem yang
beragam, Gajah Sumatra ditemukan sampai hutan primer pada ketinggian
di atas 1,750 m di Gunung Kerinci Barat Sumatra (Freywyssling, 1933
dalam Satiapillai. 2007).

Habitat yang paling disukai adalah hutan dataran rendah, dari berbagai
ekosistem di daerah jelajahnya. Di masa lalu, ketika habitatnya belum
rusak, gajah mengadakan migrasi luas. Pergerakan ini pada umumnya
mengikuti aliran sungai. Gajah berpindah dari daerah gunung ke dataran
rendah pantai selama musim kering dan naik ke bukit satu kali ketika
hujan datang (Van Heurn, 1929; Pieters, 1938 dalam Satiapillai. 2007).

Gajah sumatera mempunyai ciri badan lebih gemuk dan lebar. Pada ujung
belalai memiliki satu bibir. Berbeda dengan Gajah Afrika, Gajah
Sumatera memiliki 5 kuku pada kaki depan dan 4 kuku di kaki belakang.
Berat gajah sumatera dewasa mencapai 3.500-5000 kilogram, lebih kecil
dari Gajah Afrika.

Gajah Sumatera dewasa dalam sehari membutuhkan makanan hingga 150


kilogram dan 180 liter air. Dari jumlah itu, hanya sekitar 40% saja yang
mampu diserap oleh pencernaannya. Untuk memenuhi nafsu makan ini
Gajah Sumatera melakukan perjalanan hingga 20 km perharinya. Dengan
kondisi hutan yang semakin berkurang akibat pembalakan liar dan
kebakaran hutan, tidak heran jika nafsu makan dan daya jelajah bintang
berbelalai ini sering terjadi konflik dengan manusia.

LUTUNG JAWA
Lutung Jawa atau dalam bahasa latin disebut dengan Trachypithecus
auratus merupakan salah satu jenis lutung asli (endemik) Indonesia.
Sebagaimana spesies lutung lainnya, lutung jawa yang bisa disebut juga
lutung budeng mempunyai ukuran tubuh yang kecil, sekitar 55 cm,
dengan ekor yang panjangnya mencapai 80 cm.

Lutung jawa atau lutung budeng terdiri atas dua subspesies yaitu
Trachypithecus auratus auratus dan Trachypithecus auratus mauritius.
Subspesies Trachypithecus auratus auratus (Spangled Langur Ebony)
bisa didapati di Jawa Timur, Bali, Lombok, Palau Sempu dan Nusa
Barung. Sedangkan subspesies yang kedua, Trachypithecus auratus
mauritius (Jawa Barat Ebony Langur) dijumpai terbatas di Jawa Barat dan
Banten.

ANOA

Anoa adalah satwa endemik pulau Sulawesi, Indonesia. Anoa juga


menjadi fauna identitas provinsi Sulawesi Tenggara. Satwa langka dan
dilindungi ini terdiri atas dua spesies (jenis) yaitu: anoa pegunungan
(Bubalus quarlesi) dan anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis).
Kedua satwa ini tinggal dalam hutan yang jarang dijamah manusia. Kedua
spesies anoa tersebut hanya dapat ditemukan di Sulawesi, Indonesia.
Diperkirakan saat ini terdapat kurang dari 5000 ekor yang masih bertahan
hidup. Anoa sering diburu untuk diambil kulitnya, tanduknya dan
dagingnya.

Baik Anoa Pegunungan (Bubalus quarlesi) maupun Anoa Dataran


Rendah (Bubalus depressicornis) sejak tahun 1986 oleh IUCN Redlist
dikategorikan dalam binatang dengan status konservasi Terancam
Punah (Endangered; EN) atau tiga tingkat di bawah status Punah.

Secara umum, anoa mempunyai warna kulit mirip kerbau, tanduknya


lurus ke belakang serta meruncing dan agak memipih. Hidupnya
berpindah-pindah tempat dan apabila menjumpai musuhnya anoa akan
mempertahankan diri dengan mencebur ke rawa-rawa atau apabila
terpaksa akan melawan dengan menggunakan tanduknya.

BEKANTAN
Bekantan atau dalam nama ilmiahnya Nasalis larvatus adalah sejenis kera
berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan
merupakan satu dari dua spesies dalam genus tunggal kera Nasalis.

Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari kera lainnya adalah


hidung. Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas,
namun ini mungkin disebabkan olehseleksi alam . Kera betina lebih
memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. panjang dan
besar yang hanya ditemukan di spesies jantan

Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat


mencapai 75cm dengan berat mencapai 24kg. Kera betina berukuran
60cm dengan berat 12kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar,
sebagai hasil dari kebiasaan mengkonsumsi makanannya. Selain buah-
buahan dan biji-bijian, bekantan memakan aneka daun-daunan, yang
menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna. Ini mengakibatkan efek
samping yang membuat perut bekantan jadi membuncit.

Bekantan tersebar dan endemik di hutan bakau, rawa danhutan pantai di


pulauKalimantan. Spesies ini menghabiskan sebagian waktunya di atas
pohon dan hidup dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10
sampai 32 kera. Bekantan juga dapat berenang dengan baik, kadang-
kadang terlihat berenang dari satu pulau ke pulau lain.

Bekantan merupakan maskotfauna provinsi Kalimantan Selatan.

Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus
berlanjut, serta sangat terbatasnya daerah dan populasi habitatnya,
bekantan dievaluasikan sebagai Terancam Punah di dalam IUCN Red
List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I.

TARSIUS SULAWESI (TARSIUS SPECTRUM )

Tarsius tarsier (Binatang Hantu/Kera Hantu) adalah suatu jenis primata


kecil, memiliki tubuh berwarna coklat kemerahan dengan warna kulit
kelabu, bermata besar dengan telinga menghadap ke depan dan memiliki
bentuk yang lebar.
Nama Tarsius diambil karena ciri fisik tubuh mereka yang istimewa, yaitu
tulang tarsal yang memanjang, yang membentuk pergelangan kaki mereka
sehingga mereka dapat melompat sejauh 3 meter (hampir 10 kaki) dari
satu pohon ke pohon lainnya. Tarsius juga memiliki ekor panjang yang
tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya. Setiap tangan dan kaki
hewan ini memiliki lima jari yang panjang. Jari-jari ini memiliki kuku,
kecuali jari kedua dan ketiga yang memiliki cakar yang digunakan untuk
grooming.

Yang paling istimewa dari Tarsius adalah matanya yang besar. Ukuran
matanya lebih besar jika dibandingkan besar otaknya sendiri. Mata ini
dapat digunakan untuk melihat dengan tajam dalam kegelapan tetapi
sebaliknya, hewan ini hampir tidak bisa melihat pada siang hari. Kepala
Tarsius dapat memutar hampir 180 derajat baik ke arah kanan maupun ke
arah kiri, seperti burung hantu. Telinga mereka juga dapat digerakkan
untuk mendeteksi keberadaan mangsa

Tarsius adalah makhluk nokturnal yang melakukan aktivitas pada malam


hari dan tidur pada siang hari. Oleh sebab itu Tarsius berburu pada malam
hari. Mangsa mereka yang paling utama adalah serangga seperti kecoa,
jangkrik, dan terkadang reptil kecil, burung, dan kelelawar. Habitatnya
adalah di hutan-hutan Sulawesi Utara hingga Sulawesi Selatan, juga di
pulau-pulau sekitar Sulawesi seperti Suwu, Selayar, dan Peleng. Di
Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan, Tarsius
lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan balao cengke
atau tikus jongkok jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia.

Kangguru Tanah (lau-lau atau paunaro):

Thylogale brunii (Dusky Pademelon)

merupakan jenis kangguru terkecil yang ada di dunia. Beratnya antara 3-6
kilogram, tetapi ada juga yang 10 kilogram. Panjang tubuhnya sekitar 90
sentimeter dengan lebar sekitar 50 sentimeter. Satwa langka yang
dilindungi ini adalah hewan endemik Papua, dan hanya terdapat di Papua
di kawasan dataran rendah di hutan-hutan di wilayah Selatan Papua, dan
Papua Niugini. Di Indonesia Thylogale brunii terdapat antara lain di
Taman Nasional Wasur (Kabupaten Merauke) dan Taman Nasional
Gunung Lorentz (Mimika).
Thylogale stigmata (red-legged pademelon)

merupakan jenis yang hidup di daerah pantai selatan Papua. Thylogale


stigmata mempunyai warna kulit tubuh lebih cerah yaitu kuning
kecokelatan.

Thylogale brownii (Browns pademelon)

Selain di Papua, binatang ini juga terdapat di Papua New Guinea.

Kangguru pohon (lau-lau):

Dendrolagus pulcherrimus

(Kanguru Pohon Mantel Emas) merupakan sejenis kanguru pohon yang


hanya ditemukan di hutan pegunungan pulau Irian. Spesies ini memiliki
rambut-rambut halus pendek berwarna coklat muda. Leher, pipi dan
kakinya berwarna kekuningan. Sisi bawah perut berwarna lebih pucat
dengan dua garis keemasan dipunggungnya. Ekor panjang dan tidak
prehensil dengan lingkaran-lingkaran terang.
Penampilan Kanguru-pohon Mantel-emas serupa dengan Kanguru pohon
Hias. Perbedaannya adalah Kanguru-pohon Mantel-emas memiliki warna
muka lebih terang atau merah-muda, pundak keemasan, telinga putih dan
berukuran lebih kecil dari Kanguru-pohon Hias. Beberapa ahli
menempatkan Kanguru-pohon Mantel-emas sebagai subspesies dari
Kanguru-pohon Hias.

Kanguru-pohon Mantel-emas merupakan salah satu jenis kanguru-pohon


yang paling terancam kepunahan diantara semua kanguru pohon. Spesies
ini telah punah di sebagian besar daerah habitat aslinya

Dendrolagus goodfellowi

(disebut Kanguru Pohon Goodfellow atau kanguru pohon hias atau


Goodfellows Tree-kangaroo) merupakan jenis kanguru pohon yang
paling sering ditemui. Kulit tubuhnya berwarna cokelat sawo matang dan
banyak terdapat di hutan hujan di pulau Papua

Dendrolagus mbaiso (disebut sebagai Kanguru Pohon Mbaiso atau


Dingiso) kanguru ini ditemukan di hutan montane yang tinggi dan
subalpine semak belukar di Puncak Sudirman. Kanguru pohon ini
mempunyai bulu hitam dengan kombinasi putih di bagian dadanya.

Dengrolagus dorianus

atau disebut sebagai Kangguru Pohon Ndomea atau Dorias Tree-


kangaroo.
Dendrolagus ursinus

(disebut Vogelkop Tree-kangaroo atau Kanguru Pohon Nemena)


merupakan kanguru pohon yang paling awal terklasifikasikan.
Mempunyai telinga panjang dan ekor panjang dan hitam. Dendrolagus
inustus disebut juga sebagai Kanguru Pohon Wakera atau Grizzled Tree-
kangaroo.

Dendrolagus stellarum

disebut juga sebagai Seris Tree-kangaroo. Kanguru pohon ini terdapat di


Tembagapura.

BURUNG MERAK HIJAU


Merak Hijau (Green Peafowl) yang dalam bahasa ilmiah disebut Pavu
muticus adalah salah satu dari tiga spesies merak yang terdapat di dunia.
Satwa yang terdapat di Cina, Vietnam dan Indonesia ini mempunyai bulu-
bulu yang indah. Apalagi Merak Hijau jantan yang memiliki ekor panjang
yang mampu mengembang bagai kipas.

Merak Hijau (Pavu muticus) mempunyai bulu yang indah yang berwarna
hijau keemasan. Burung jantan dewasa berukuran sangat besar, dengan
penutup ekor yang sangat panjang. Di atas kepalanya terdapat jambul
tegak. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan. Bulu-
bulunya kurang mengilap, berwarna hijau keabu-abuan dan tanpa dihiasi
bulu penutup ekor. Mukanya memiliki aksen warna hitam di sekitar mata
dan warna kuning cerah di sekitar kupingnya.

Pada musim berbiak, burung jantan memamerkan bulu ekornya di depan


burung betina. Bulu-bulu penutup ekor dibuka membentuk kipas dengan
bintik berbentuk mata. Burung betina menetaskan tiga sampai enam telur
setelah mengeraminya pada tumpukan daun dan ranting di atas tanah
selama satu bulan. Anaknya akan terus berdekatan dengan induknya
hingga musim kawin berikutnya, walaupun sudah bisa terbang pada usia
yang masih sangat muda.

Dalam urusan makan, burung Merak Hijau doyan aneka biji-bijian, pucuk
rumput dan dedaunan, aneka serangga, serta berbagai jenis hewan kecil
seperti laba-laba, cacing dan kadal kecil.

Populasi Merak Hijau tersebar di hutan terbuka dengan padang rumput


di Republik Rakyat Cina, Vietnam, Myanmar dan Jawa, Indonesia.
Sebelumnya Merak Hijau ditemukan juga di India, Bangladesh
dan Malaysia, namun sekarang telah punah di sana. Meskipun berukuran
besar, burung indah, langka, dan dilindungi ini bisa terbang.

Di Indonesia, Merak Hijau hanya terdapat di Pulau Jawa. Habitatnya


mulai dari dataran rendah hingga tempat-tempat yang tinggi. Salah
satunya yang masih bisa ditemui berada di Taman Nasional Alas Purwo,
Jawa Timur. Selain itu diperkirakan juga masih terdapat di Taman
Nasional Ujung Kulon, dan Taman Nasional Meru Betiri.

Populasi Merak Hijau terus berkurang. Ini diakibatkan oleh rusaknya


habitat dan perburuan liar. Burung langka yang indah ini diburu untuk
diambil bulunya ataupun diperdagangkan sebagai bintang peliharaan.
Untuk menghindari kepunahan burung langka ini dilindungi undang-
undang. Di Pulau Jawa kini jumlah Merak Hijau (Pavu muticus)
diperkirakan tidak lebih dari 800 ekor.

BURUNG CENDRAWASIH

Cendrawasih atau paradisoaeidae apoda, minor, cicinnurus regius, dan


seleudicis melanoleuca merupakan burung khas dari Papua. Dari 43
spesies burung surga ini, 35 di antaranya bisa ditemukan di Papua.
Burung Cendrawasih yang dianggap sebagai burung surga.

Kekhasan burung ini terdapat pada bulu indahnya. Dan bulu indah ini
hanya dimiliki oleh burung cendrawasih jantan saja. Umumnya warna-
warna bulu burung ini sangat cerah dengan kombinasi hitam, cokelat,
kemerahan, oranye, kuning, putih, biru, hijau dan ungu.

Burung ini biasanya hidup di hutan yang lebat atau di dataran rendah. Ia
memiliki kebiasaan bermain di pagi hari saat matahari mulai
menampakkan cahaya di ufuk timur.

Cendrawasih jantan memakai bulu lehernya yang menawan untuk


menarik lawan jenis. Tarian cendrawasih jantan amat memukau. Sambil
bernyanyi di atas dahan, pejantan ini bergoyang-goyang ke berbagai arah.
Kadang malah bergantung terbalik bertumpu pada dahan.

Oleh masyarakat di Papua, burung cendrawasih dipercaya sebagai titisan


bidadari tak berkaki atau Apoda, burung yang cantik tetapi tak berkaki,
karena mereka berjalan atau hanya bertengger di dahan pohon saja.

Burung Cendrawasih ini dulu populasinya cukup banyak di hutan Papua,


tapi karena terus diburu, akhirnya populasi burung ini menurun tajam dan
semakin sulit ditemui. Bukan hanya diburu, tetapi habitat
berkembangbiaknya pun semakin sempit karena banyak penebangan
hutan.

BURUNG JALAK BALI

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) atau disebut juga Curik Bali adalah
sejenis burung sedang dengan panjang lebih kurang 25 cm. Burung
pengicau berwarna putih ini merupakan satwa endemik Indonesia yang
hanya bisa ditemukan di Pulau Bali bagian barat. Burung ini juga
merupakan satu-satunya satwa endemik Pulau Bali yang masih tersisa
setelah Harimau Bali dinyatakan punah. Sejak tahun 1991, satwa yang
masuk kategori kritis (Critically Endangered) dalam Redlist IUCN dan
nyaris punah di habitat aslinya ini dinobatkan sebagai fauna identitas
(maskot) provinsi Bali.

Jalak Bali ditemukan pertama kali oleh Dr. Baron Stressmann seorang
ahli burung berkebangsaan Inggeris pada tanggal 24 Maret 1911. Nama
ilmiah Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) dinamakan sesuai dengan nama
Walter Rothschild pakar hewan berkebangsaan Inggris yang pertama kali
mendiskripsikan spesies pada tahun 1912.

Burung Jalak Bali ini mudah dikenali dengan ciri-ciri khusus, di


antaranya memiliki bulu yang putih di seluruh tubuhnya kecuali pada
ujung ekor dan sayapnya yang berwarna hitam. Jalak Bali memiliki pipi
yang tidak ditumbuhi bulu, berwarna biru cerah dan kaki yang berwarna
keabu-abuan. Antara burung jantan dan betina serupa.
Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) merupakan satwa yang secara hidupan
liar (di habitat aslinya) populasinya amat langka dan terancam kepunahan.
Diperkirakan jumlah spesies ini yang masih mampu bertahan di alam
bebas hanya sekitar belasan ekor saja.

Karena itu, Jalak Bali memperoleh perhatian cukup serius dari pemerintah
Republik Indonesia, yaitu dengan ditetapkannya makhluk tersebut sebagai
satwa liar yang dilindungi oleh undang-undang. Perlindungan hukum
untuk menyelamatkan satwa tersebut ditetapkan berdasarkan surat
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26
Agustus 1970. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999
tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Jalak Bali merupakan
satwa yang dilarang diperdagangkan kecuali hasil penangkaran dari
generasi ketiga (indukan bukan dari alam).Dalam konvensi perdagangan
internasional bagi jasad liar CITES (Convention on International Trade in
Endangered Species of Wild Fauna and Flora) Jalak Bali terdaftar pada
Apendix I, yaitu kelompok yang terancam kepunahan dan dilarang untuk
diperdagangkan. Sedang IUCN (International Union for Conservation of
Natur and Natural Resources) memasukkan Jalak Bali dalam kategori
kritis (Critically Endangered) yang merupakan status konservasi yang
diberikan terhadap spesies yang memiliki risiko besar akan
menjadi punah di alam liar atau akan sepenuhnya punah dalam waktu
dekat.

BURUNG ENGGANG

Enggang (Allo, Ruai/Arue sebutan bagi orang dayak) adalah jenis burung
yang ada di pulau Borneo. Burung enggang memiliki ukuran tubuh cukup
besar, yaitu sekitar 100 cm. Ada sekitar 8 jenis burung enggang dengan
warna tubuh perpaduan antara hitam dan putih, sedangkan warna
paruhnya merupakan perpaduan warna kuning, jingga dan merah. Ciri
khas dari burung ini adalah adanya cula paruh (casque) yang tumbuh di
atas paruhnya. Burung yang makanannya buah ara ini mempunyai tingkah
laku bersarang yang khusus.

Burung enggang mempunyai kebiasaan hidup berpasang-pasangan dan


cara bertelurnya merupakan suatu daya tarik tersendiri.Pada awal masa
bertelur burung jantan membuat lubang yang terletak tinggi pada batang
pohon untuk tempat bersarang dan bertelurnya burung betina.kemudian
burung jantan memberi makan burung betinanya melalui sebuah lubang
kecil selama masa inkubasi, dan berlanjut sampai anak mereka tumbuh
menjadi burung muda.

Mengapa burung Enggang ini di jadikan sebagai simbol oleh suku dayak?
Burung ini menyimbolkan suku dayak layaknya burung Merpati
menyimbolkan kesucian dan keabadian dalam keagamaan Kristiani.
Karena itu pula, burung enggang ini dijadikan sebagai contoh kehidupan
bagi orang dayak untuk bermasyarakat agar selalu mencintai dan
mengasihi pasangan hidupnya dan mengasuh anak mereka hingga
menjadi seorang dayak yang mandiri dan dewasa. Namun sekarang ini
burung enggang merupakan burung langka yang sudah sangat sulit di
temui di hutan borneo, ini dikarenakan pengerusakan hutan borneo yang
terus-menerus terjadi, seperti penebangan hutan baik illegal logging
maupun untuk dijadikan lahan perkebunan kelapa sawit. Nasib burung
enggang ini sekarang sama seperti nasib suku Dayak di borneo yang
semakin terpinggirkan di tanahnya sendiri. Sekarang burung ini hanya
sebagai simbol dan hanya dapat dilihat dalam suatu rekaman gambar yang
menunjukkan masa kejayaannya dimasa lampau.

BURUNG KUAU

Burung kuau, burung yang sangat indah dan mempesona. Dia bukanlah
burung merak. Karena keindahannya burung ini menjadi maskot propinsi
Sumatera Barat. Tapi populasinya di alam sangat memprihatin. Beberapa
strain species kuau ini ada di pulau kalimantan dan peninsular malaya,
perbedaannya ada di warna dan corak bulunya. Di kalimantan bulu
ekornya menjadi salah satu aksesoris baju tradisional selain bulu burung
enggang.
Burung ini mudah sekali dikenal karena memilki bentuk tubuh yang indah
dan spesifik. Tubuh yang jantan lebih besar dan berbulu dengan corak
yang lebih menarik daripada yang betina. Berat yang jantan dapat
mencapai sekitar 11,5 kg dan panjang tubuhnya sampai ujung ekor
mendekati 2 meter. Hal ini disebabkan oleh dua lembar bulu ekornya
bagian tengah mencolok sekali panjangnya. Umumnya bulu tubuh
berwarna dasar kecoklatan dengan bundaran-bundaran berwarna cerah
serta berbintik-bintik keabu-abuan.
Kulit di sekitar kepala dan leher pada yang jantan biasanya tidak ditumuhi
bulu dan berwarna kebiruan. Pada bagian occipital (bagian belkang
kepala) betina mempunyai bulu jambul yang lembut. Paruh berwarna
kuning pucat dan sekitar lobang hidung berwarna kehitaman. Iris mata
berwarna merah. Warna kaki kemerahan dan tidak mempunyai taji/susuh.
Suara burung ini sangat lantang sehingga dapat terdengar dari kejauhan
lebih dari satu mil. Suara yang jantan dapat dibedakan karena mempunyai
interval pengulangan yang pendek. Sedangkan yang betina suaranya
mempunyai pengulangan dengan interval semakin cepat dan yang terakhir
suaranya panjang sekali. Burung ini mempunyai suara tanda bhaya yang
cirinya pendek, tajam dan merupakan alunan yang parau.
Burung ini suka hidup di kawasan hutan, mulai dari dataran rendah
sampai pada ketinggian sekitar 1.000 m dpl. Penyebaran burung ini
adalah di Sumatera dan Kalimantan. Juga terdapat di Asia Tenggara.
Makanannya terdiri dari buah-buahan yang jatuh, biji-bijian, siput, semut
dan berbagai jenis serangga. Burung ini juga suka mencari sumber air
untuk minum sekitar jam sebelas siang.
Burung ini bertelur yang biasanya berjumlah dua butir, warna telurnya
krem atau kuning keputihan dengan bercak-bercak kecil diseluruh
permukaan. Ukurannya sekitar 66 x 47 mm. Telur ini dierami oleh betina
selama kurang lebih 25 hari. Anak burung ini akan mencapai tingkat
dewasa kurang lebih dalam satu tahun.
BURUNG ELANG JAWA

Burung Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) merupakan salah satu spesies


elang berukuran sedang yang endemik (spesies asli) di Pulau Jawa. Satwa
ini dianggap identik dengan lambang negara Republik Indonesia, yaitu
Garuda. Dan sejak 1992, burung ini ditetapkan sebagai maskot satwa
langka Indonesia. Pertama kali saya menyaksikan penampakan burung
Elang Jawa secara langsung pada pertengahan tahun 2005 di sekitar air
tiga raksadi Gunung Muria Jawa Tengah. Sayang, sampai sekarang saya
belum berkesempatan untuk menyaksikannya untuk yang kedua kali.

Secara fisik, Elang Jawa memiliki jambul menonjol sebanyak 2-4 helai
dengan panjang mencapai 12 cm, karena itu Elang Jawa disebut juga
Elang Kuncung. Ukuran tubuh dewasa (dari ujung paruh hingga ujung
ekor) sekitar 60-70 sentimeter, berbulu coklat gelap pada punggung dan
sayap. Bercoretan coklat gelap pada dada dan bergaris tebal coklat gelap
di perut. Ekornya coklat bergaris-garis hitam.

Ketika terbang, Elang Jawa hampir serupa dengan Elang Brontok


(Spizaetus cirrhatus) bentuk terang, namun cenderung nampak lebih
kecoklatan, dengan perut terlihat lebih gelap, serta berukuran sedikit lebih
kecil. Bunyi nyaring tinggi, berulang-ulang, klii-iiw atau ii-iiiw,
bervariasi antara satu hingga tiga suku kata. Atau bunyi bernada tinggi
dan cepat kli-kli-kli-kli-kli. Sedikit banyak, suaranya ini mirip dengan
suara Elang Brontok meski perbedaannya cukup jelas dalam nadanya.

Gambaran lainnya, sorot mata dan penglihatannya sangat tajam, berparuh


kokoh, kepakan sayapnya kuat, berdaya jelajah tinggi, dan ketika berdiam
diri sosoknya gagah dan berwibawa. Kesan jantan itulah yang
barangkali mengilhami 12 negara menampilkan sosok burung dalam
benderanya. Bersama 19 negara lain, Indonesia bahkan memakai
sosoknya sebagai lambang negara dengan burung mitologis garuda

Populasi burung Elang Jawa di alam bebas diperkirakan tinggal 600 ekor.
Badan Konservasi Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa
mengategorikannya terancam punah. Konvensi Perdagangan Internasional
untuk Flora dan Fauna yang Terancam Punah memasukkannya dalam
Apendiks 1 yang berarti mengatur perdagangannya ekstra ketat.
Berdasarkan kriteria keterancaman terbaru dari IUCN, Elang Jawa
dimasukan dalam kategori Endangered atau Genting (Collar et al.,
1994, Shannaz et al., 1995). Melalui Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun
1993 tentang Satwa dan Bunga Nasional, Pemerintah RI mengukuhkan
Elang Jawa sebagai wakil satwa langka dirgantara.

Habitat burung Elang Jawa hanya terbatas di Pulau Jawa, terutama di


wilayah-wilayah dengan hutan primer dan di daerah perbukitan berhutan
pada peralihan dataran rendah dengan pegunungan.
Bahkan saat ini, habitat burung ini semakin menyempit akibat minimnya
ekosistem hutan akibat perusakan oleh manusia, dampak pemanasan
global dan dampak pestisida. Di Jawa Barat, Elang Jawa hanya terdapat di
Gunung Pancar, Gunung Salak, Gunung Gede Pangrango, Papandayan,
Patuha dan Gunung Halimun.

Di Jawa Tengah Elang Jawa terdapat di Gunung Slamet, Gunung


Ungaran, Gunung Muria, Gunung Lawu, dan Gunung Merapi, sedangkan
di Jawa Timur terdapat di Merubetiri, Baluran, Alas Purwo, Taman
Nasional Bromo-Tengger-Semeru, dan Wilis.

BURUNG KASUARI

Kasuari merupakan sebangsa burung yang mempunyai ukuran tubuh


sangat besar dan tidak mampu terbang. Kasuari yang merupakan binatang
yang dilindungi di Indonesia dan juga menjadi fauna identitas provinsi
Papua Barat terdiri atas tiga jenis (spesies). Ketiga spesies Kasuari yaitu
Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus), Kasuari
Gelambir Ganda (Casuarius casuarius), dan Kasuari Kerdil (Casuarius
bennetti).

Burung Kasuari merupakan burung besar yang indah menawan. Namun


dibalik keindahan burung Kasuari mempunyai sifat yang agresif dan
cenderung galak jika diganggu. Burung bergrnus Casuarius ini sangat
galak dan pemarah dan tidak segan-segan mengejar korban atau para
pengganggunya. Karenanya di kebun binatangpun, Kasuari tidak
dibiarkan berkeliaran bebas. Bahkan konon, The Guinnes Book of
Records memasukkan burung Kasuari sebagai burung paling berbahaya di
dunia. Meski untuk rekor ini saya belum dapat melakukan verifikasi ke
situs The Guinness Book of Records.

Kasuari merupakan burung endemik yang hanya hidup di pulau Papua


dan sekitarnya, kecuali Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius)
yang dapat juga ditemukan di benua Australia bagian timur laut. Dalam
bahasa Inggris, Kasuari Gelambir Ganda (Casuarius casuarius) disebut
(Southern Cassowary), Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius
unappendiculatus) disebut (Northern Cassowary) dan Kasuari Kerdil
(Casuarius bennetti) disebut sebagai (Dwarf Cassowary).

Ciri-ciri dan Tingkah Laku. Burung Kasuari mempunyai ukuran tubuh


yang berukuran sangat besar, kecuali Kasuari Kerdil (Casuarius bennetti)
yang ukuran tubuhnya lebih kecil. Burung Kasuari tidak dapat terbang.
Burung kasuari dewasa mempunyai tinggi mencapai 170 cm, dan
memiliki bulu berwarna hitam yang keras dan kaku.

Di atas kepalanya Kasuari memiliki tanduk yang tinggi berwarna


kecokelatan. Burung betina serupa dengan burung jantan, dan biasanya
berukuran lebih besar dan lebih dominan.

Kaki burung Kasuari sangat panjang dan kuat. Kaki ini menjadi senjata
utama burung langka dan dilindungi ini. Kaki burung Kasuari mampu
menendang dan merobohkan musuh-musuhnya, termasuk manusia, hanya
dengan sekali tendangan. Mungkin karena tendangan dan agresifitasnya
ini tidak berlebihan jika kemudian The Guinness Book of Records
menganugerahinya sebagai burung paling berbahaya di dunia.

Pada Kasuari Gelambir Ganda terdapat dua buah gelambir berwarna


merah pada lehernya dengan kulit leher berwarna biru.. Sedangkan pada
Kasuari Gelambir Tunggal (Casuarius unappendiculatus), sesuai
namanya hanya mempunyai satu gelambir.

Burung Kasuari yang termasuk satwa yang dilindungi dari keounahan ini
memakan buah-buahan yang jatuh dari pohonnya. Burung Kasuari biasa
hidup sendiri, dan berpasangan hanya pada saat musim kawin saja. Anak
burung dierami oleh Kasuari jantan.

BURUNG MALEO

Burung Maleo atau Macrocephalon Maleo, merupakan burung endemik


yang hanya bisa dijumpai di Kepulauan Sulawesi. Burung ini bisa
ditemukan di hutan pegunungan dan hutan pantai, di Sulawesi Tengah.

Sepintas penampilan burung ini biasa saja, selain jambul di kepalanya,


burung ini mirip dengan ayam. Dari penampilannya, sulit dibedakan
antara burung jantan dan betina.

Daya tarik burung Maleo justru pada telurnya, yang ukurannya lima kali
lebih besar dari telur ayam. Inilah yang menyebabkan telur burung Maleo
banyak diburu orang. Sehingga kelestariannya terancam.

Telur burung Maleo memang memiliki nilai ekonomis, yang lebih tinggi
dibandingkan telur ayam, karena bentuknya yang lebih besar. Harganya di
pasar gelap bisa mencapai 50 ribu rupiah per butir.

Burung Maleo sebenarnya dapat bertelur dua kali dalam sebulan. Namun
setiap bertelur, hanya satu telur yang dihasilkan.

Sang induk meletakkan telurnya di dalam lubang yang berpasir, yang


dekat dengan sumber air panas. Oleh karena itu, habitat asli burung ini
berada di sekitar sumber air panas, yang tanahnya berpasir.

Dari hasil riset The Nature Conservancy, sebuah LSM internasional yang
bergerak dalam konservasi lingkungan, dari sepuluh habitat burung
Maleo di Taman Nasional Lore Lindu, Sulawesi Tengah, kini hanya
tinggal 4 habitat saja. Sisanya telah rusak dan punah.

Penyebab utama terancamnya kelestarian burung Maleo tidak hanya


telurnya diambil manusia, tetapi juga ganggan dari predator alaminya,
yakni biawak dan tikus hutan.
Selain itu, pembukaan lahan hutan untuk perkebunan, dan kebakaran
hutan juga menjadi penyebab rusaknya habitat asli burung Maleo. Salah
satu habitat burung Maleo yang masih dapat dijumpai di kawasan
Sulawesi Tengah adalah di Saluki, kawasan Taman Nasional Lore Lindu.

Untuk mencapai Saluki, dapat ditempuh dengan menggunakan mobil


hingga Desa Tuva, Kecamatan Gumbasa, Kabupaten Donggala.

Desa ini berjarak sekitar 45 kilometer arah selatan dari Kota Palu, ibukota
Sulawesi Tengah. Selepas dari Desa Tuva, perjalanan dilanjutkan dengan
menggunakan sepeda motor sejauh 4 kilo meter.

Di Balai Taman Nasional Lore Lindu di Saluki inilah dilakukan upaya


pelestarian terhadap burung Maleo. Lokasi penangkaran terletak di
kawasan habitat aslinya, karena hanya di tempat semacam inilah burung
maleo dapat berkembang biak.

Di lokasi ini terdapat sembilan kandang penangkaran. Telur burung


Maleo disimpan di dalam lubang tanah yang berpasir di dalam kandang,
dan akan menetas sendiri dalam waktu 76 hingga 90 hari.

Penangkaran burung Maleo ini turut melibatkan masyarakat sekitar. Salah


seorang diantaranya adalah Ambo Tuo.

Kakek tiga orang cucu berusia 60 tahun ini, bersama 10 orang warga
lainnya secara sukarela membantu polisi hutan menjaga kelestarian
burung Maleo. Di 9 tempat penangkaran di Saluki ini terdapat sekitar 178
ekor burung Maleo.

Sementara di seluruh Taman Nasional Lore Lindu, jumlah populasi


burung Maleo diperkirakan mencapai 500 ekor.

Menurut Herman Sasia, koordinator lapangan pelestarian burung Maleo


Balai Taman Nasional Lore Lindu, gangguan terbesar dalam melestarikan
burung Maleo datang dari predator alamnya, yakni biawak. Selain itu
tangan jahil manusia yang mengambil telur burung Maleo.

Kawasan Saluki di Taman Nasional Lore Lindu ini merupakan salah satu
tempat penangkaran burung Maleo, yang bisa dijadikan model bagi
penyelamatan burung langka.

Kerjasama antara petugas dan warga setempat terbukti mampu menjaga


kelestarian burung Maleo.

BURUNG KAKAK TUA RAJA


Burung Kakatua Raja (Probosciger aterrimus) adalah sejenis burung
Kakatua berwarna hitam dan berukuran besar, dengan panjang sekitar
60cm. Burung ini memiliki kulit pipi berwarna merah dan paruh besar
berwarna kehitaman. Di kepalanya terdapat jambul besar yang dapat
ditegakkan. Burung betina serupa dengan burung jantan.

Kakatua Raja adalah satu-satunya burung di marga tunggal Probosciger.


Daerah sebaran burung ini adalah di pulau Irian dan Australia bagian
utara. Pakan burung Kakatua Raja terdiri dari biji-bijian. Paruh burung
Kakatua Raja tidak dapat tertutup rapat, dikarenakan ukuran paruh bagian
atas dan bagian bawah yang berbeda. Dan ini berguna untuk menahan dan
membuka biji-bijian untuk dikonsumsi.

HELMETED HORNBILL

Burung ini ditemukan di Semenanjung Malaya, Kalimantan, dan wilayah


Sumatera. Bulu-bulu burung ini dominan berwarna hitam. Satu-satunya
warna lain pada bulu adalah putih di antara perut dan ekor burung.
Burung enggang gading umumnya memiliki kepala dan keriput pada
tenggorokan yang berwarna merah pada burung jantan dan biru pada
burung betina. Kepala burung seberat sepuluh persen dari 5,9-6,8 pon
berat badannya.
FLORA INDONESIA

Jenis-jenis hutan yang dipengaruhi iklim antara lain

MELATI

Bunga melati (Jasminum sambac) atau disebut juga melati putih


merupakan salah satu spesies melati yang berasal dari Asia Selatan.
Tanaman perdu ini tersebar mulai dari daerah Hindustan, Indochina,
Malaysia, hingga ke Indonesia. Bunga melati putih ditetapkan sebagai
puspa bangsa, satu diantara tiga bunga nasional Indonesia.

Melati (Jasminum sambac) merupakan tanaman perdu, berbatang tegak


merayap, hidup menahun. Melati tumbuh baik di iklim panas tropik,
kondisi tanah ringan, porus, berpasir sampai agak liat. Bunga melati
berukuran kecil, umumnya berwarna putih, petala (mahkota bunga)
selapis atau bertumpuk. Daun bentuk membulat.

Ada sekitar 200 jenis melati yang sudah teridentifikasi, tetapi hanya 8-9
jenis yang umum dibudidayakan. Di Indonesia ada banyak nama lokal
yang diberikan kepada bunga melati seperti, menuh (bali), Meulu Cina,
Meulu Cut (Aceh), Malete (Madura), Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan
Batak Karo), Manduru (Menado), dan Mundu (Bima, Sumbawa).

Melati mempunyai bentuk mahkota yang sederhana. Melati memiliki


bunga berwarna putih suci. Melati memiliki aroma yang lembut
menenangkan. Melati tidak membutuhkan pemeliharaan yang rumit.
Harga melati yang merakyat (relatif murah). Dari semua kelebihan melati
itu, tidak berlebihan jika kemudian melati ditetapkan sebagai bunga
bangsa, salah satu dari 3 bunga nasional Indonesia.

ANGREK
Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan tanaman anggreknya,
Imdonesia mempunyai lebih dari 6.000 jenis anggrek dan menjadikan
Indonesia sebagai negara dengan spesies anggrek terbanyak dan
terlengkap di dunia. Tidak hanya itu jenis anggrek di Indonesia juga
merupakan jenis anggrek terindah dan terlangka didunia.
Anggrek macan

Grammatophyllum speciosum atau seringpula disebut-sebut dengan nama


G. papuanum yang diyakini sebagai salah satu variannya. Tanaman ini
tersebar luas dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, hingga Papua. Oleh
karena itu, tidak heran bila banyak ditemukan varian-varian nya dengan
bentuk tanaman dan corak bunga yang sedikit berbeda. Dalam satu
rumpun dewasa, tanaman ini dapat mencapai berat lebih dari 1 ton dan
panjang malai bunga hingga 3 meter dengan diameter malai sekitar 1,5-2
cm. Itulah sebabnya malai bunganya mampu menyangga puluhan kuntum
bunga berdiameter 7-10 cm.

Dari corak bungany penduduk lokal sering menjulukinya dengan sebutan


anggrek macan akan tetapi sebutan ini sering rancu dengan kerabatnya,
Grammatophyllum scriptum yang memiliki corak serupa. Oleh sebab itu,
anggrek ini populer juga dengan sebutan sebagai anggrek tebu, karena
sosok batang tanamannya yang menyerupai batang pohon tebu. Meskipun
persebarannya cukup luasanggrek ini justru menghadapi ancaman
serius dari perburuan tak terkendali serta kerusakan habitat. Sosok
pohonnya yang sangat besar mudah terlihat oleh para pemburu, terlebih
lagi saat memunculkan bunganya yang mencolok. Belum lagi
perkembangbiakan alami di habitat dengan biji sangatlah sulit diandalkan
karena lambatnya laju pertumbuhan dari fase biji hingga mencapai
tanaman dewasa yang siap berbunga. Mungkin hal inilah yang mendasari
kenapa anggrek ini menjadi salah satu species anggrek yang dilindungi.

Anggrek hitam

Anggrek hitam (Coelogyne pandurata) adalah spesies anggrek yang hanya


tumbuh di pulau Kalimantan. Anggrek hitam adalah maskot flora provinsi
Kalimantan Timur. Saat ini, habitat asli anggrek hitam mengalami
penurunan jumlah yang cukup besar karena semakin menyusutnya luas
hutan di Kalimantan namun masih bisa ditemukan di cagar alam Kersik
Luway dalam jumlah yang sedikit. Diperkirakan jumlah yang lebih
banyak berada di tangan para kolektor anggrek.

Dinamakan anggrek hitam karena anggrek ini memiliki lidah (labellum)


berwarna hitam dengan sedikit garis-garis berwarna hijau dan berbulu.
Sepal dan petal berwarna hijau muda. Bunganya cukup harum semerbak
dan biasa mekar pada bulan Maret hingga Juni.

Anggrek hitam termasuk dalam anggrek golongan simpodial dengan


bentuk bulb membengkak pada bagian bawah dan daun terjulur di
atasnya. Setiap bulb hanya memiliki dua lembar daun saja. Daunnya
sendiri sekilas mirip seperti daun pada tunas kelapa.

Anggrek bulan

Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) merupakan salah satu bunga


nasional Indonesia, Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) ditetapkan
sebagai Puspa Pesona Indonesia mendampingi bunga melati (Jasminum
sambac) yang ditetapkan sebagai puspa bangsa Indonesia dan padma
raksasa (Rafflesia arnoldii ) sebagai puspa langka Indonesia.

Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) merupakan salah satu anggota


genus Phalaenopsis, genus yang pertama kali ditemukan oleh seorang
ahli botani Belanda, Dr. C.L. Blume. Phalaenopsis sendiri sedikitnya
terdiri atas 60 jenis (spesies) dengan sekitar 140 varietas yang 60 varietas
diantaranya terdapat di Indonesia.

Di Indonesia, anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) pertama kali


ditemukan di Maluku. Anggrek bulan memiliki beberapa nama daerah
seperti anggrek wulan (Jawa dan Bali), anggrek terbang (Maluku), dan
anggrek menur (Jawa). Pemerintah menetapkan anggrek bulan sebagai
puspa pesona mendampingi melati (puspa bangsa), dan padma raksasa
(puspa langka) berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 1993.

Pesona Anggrek Bulan. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis)


merupakan jenis anggrek (Orchidaceae) yang mempunyai ciri khas
kelopak bunga yang lebar dan berwarna putih. Meskipun saat ini sudah
banyak anggrek bulan hasil persilangan (anggrek bulan hibrida) yang
memiliki corak dan warna beragam jenis.

Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) termasuk dalam tanaman anggrek


monopodial yang menyukai sedikit cahaya matahari sebagai penunjang
hidupnya. Daunnya berwarna hijau dengan bentuk memanjang. Akar
anggrek bulan berwarna putih berbentuk bulat memanjang dan terasa
berdaging. Bunga anggrek bulan memiliki sedikit keharuman dan waktu
mekar yang lama serta dapat tumbuh hingga diameter 10 cm lebih.

Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) tumbuh liar dan tersebar luas


mulai dari Malaysia, Indonesia, Filipina, Papua, hingga ke Australia.
Anggrek bulan hidup secara epifit dengan menempel pada batang atau
cabang pohon di hutan-hutan. Secara liar anggrek bulan mampu tumbuh
subur hingga ketinggian 600 meter dpl.

Lantaran keindahannya itu wajar jika kemudian anggrek bulan ditetapkan


sebagai puspa pesona, satu diantara 3 bunga nasional Indonesia. Anggrek
bulan ditetapkan sebagai puspa pesona mendampingi melati (puspa
bangsa) dan padma raksasa (puspa langka).

BUNGA BANGKAI

Bunga bangkai atau suweg raksasa atau batang krebuit (nama lokal untuk
fase vegetatif), Amorphophallus titanum Becc., merupakan tumbuhan dari
suku talas-talasan (Araceae) endemik dariSumatera, Indonesia, yang
dikenal sebagai tumbuhan dengan bunga (majemuk) terbesar di dunia,
meskipun catatan menyebutkan bahwa kerabatnya, A. gigas (juga
endemik dari Sumatera) dapat menghasilkan bunga setinggi 5m.
Namanya berasal dari bunganya yang mengeluarkan bau seperti bangkai
yang membusuk, yang dimaksudkan sebenarnya untuk mengundang
kumbang dan lalat penyerbuk bagi bunganya. Bunga bangkai juga sering
digunakan sebagai julukan bagi fatma raksasa Rafflesia arnoldii. Di alam
tumbuhan ini hidup di daerah hutan hujan basah. Bunga bangkai adalah
bunga resmi bagi Provinsi Bengkulu.

Tumbuhan ini memiliki dua fase dalam kehidupannya yang muncul


secara bergantian, fase vegetatif dan fase generatif. Pada fase vegetatif
muncul daun dan batang semunya. Tingginya dapat mencapai 6 meter .
Setelah beberapa waktu (tahun), organ vegetatif ini layu dan umbinya
dorman. Apabila cadangan makanan di umbi mencukupi dan lingkungan
mendukung, bunga majemuknya akan muncul. Apabila cadangan
makanan kurang tumbuh kembali daunnya.

Bunganya sangat besar dan tinggi, berbentuk seperti lingga (sebenarnya


adalah tongkol atau spadix) yang dikelilingi oleh seludang bunga yang
juga berukuran besar. Bunganya berumah satu dan protogini: bunga
betina reseptif terlebih dahulu, lalu diikuti masaknya bunga jantan,
sebagai mekanisme untuk mencegah penyerbukan sendiri. Hingga tahun
2005, rekor bunga tertinggi di penangkaran dipegang oleh Kebun Raya
Bonn, Jerman yang menghasilkan bunga setinggi 2,74m pada tahun 2003.
Pada tanggal 20 Oktober 2005, mekar bunga dengan ketinggian 2,91m di
Kebun Botani dan Hewan Wilhelma, Stuttgart, juga di Jerman. Namun
demikian, Kebun Raya Cibodas, Indonesia mengklaim bahwa bunga yang
mekar di sana mencapai ketinggian 3,17m pada dini hari tanggal 11 Maret
2004 . Bunga mekar untuk waktu sekitar seminggu, kemudian layu.
Apabila pembuahan terjadi, akan terbentuk buah-buah berwarna merah
dengan biji di pada bagian bekas pangkal bunga. biji-biji ini dapat
ditanam. Setelah bunga masak, seluruh bagian generatif layu. Pada saat
itu umbi mengempis dan dorman. Apabila mendapat cukup air, akan
tumbuh tunas daun dan dimulailah fase vegetatif kembali.karena keunikan
bunga ini, bunga ini sering diperjual belikan oleh manusia, itulah faktor
utama bunga ini langka.

BUNGA RAFFLESIA ARNOLDI

Rafflesia Arnoldi merupakan salah jenis tanaman langka yang hanya


tumbuh di kawasan Sumatra bagian selatan, terutama di Provinsi
Bengkulu. Tanaman ini pertama kali ditemukan di Bengkulu pada tahun
1818, oleh seorang letnan dari Inggris, yang pada saat itu tengah menjabat
sebagai Gubernur Bengkulu, Thomas Stamford Raffles dan Dr. Arnoldy,
seorang ahli botani.

Oleh Pemerintah Provinsi Bengkulu, bunga ini ditetapkan sebagai


lambang provinsi. Karena Refflesia Arnoldi merupakan tanaman langka,
maka sejak tahun 2000 Pemerintah Provinsi Bengkulu menetapkannya
sebagai tanaman yang dilindungi dan harus dilestarikan. Selain itu, sejak
tahun 2001, beberapa kawasan hutan yang menjadi habitat Rafflesia
Arnoldi ditetapkan sebagai kawasan hutan yang dilindungi

Вам также может понравиться