Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
Pembimbing :
DR. Kholis Ernawati, S.Si, M.Kes
i
KATA PENGANTAR
1. DR. Kholis Ernawati, S.Si, M.Kes, selaku dosen pembimbing Kepaniteraan Ilmu
Kedokteran Komunitas Universitas YARSI yang telah membimbing dan memberi
masukan yang bermanfaat.
2. Dr. Sugma Agung Purbowo, MARS, DipIDK,selaku kepala bagian Ilmu Kedokteran
Komunitas Universitas YARSI.
3. Dr. Citra Dewi, M.Kes, selaku sekretaris dan staf pengajar Kepaniteraan Ilmu
Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
4. Dr. Dian Mardhiyah, M.KK,selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran
Komunitas Universitas YARSI.
5. Dr. H. Sumedi Sudarsono, M.PH, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
ii
6. Dr. Dini Widianti, M.KK, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
7. Dr. Fathul Jannah, M.Si, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
8. Dr. Yusnita, M.Kes, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas YARSI.
9. Rifda Wulansari, SP, M.Kes, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
10. Rifqatussaadah, SKM, M.Kes, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
11. Seluruh tenaga kesehatan yang terkait di Puskesmas Kecamatan Teluk Naga,
Tangerang.
12. Seluruh rekan sejawat yang telah memberikan motivasi dan kerjasama sehingga
tersusun laporan ini.
TimPenulis
iii
DAFTAR ISI
iv
2.2.3 Domain Perilaku .....................................................................45
2.2.4 Asumsi Determinan Perilaku ..................................................48
2.3 Demam Berdarah ...........................................................................................50
2.4 Pencegahan Nyamuk Demam Berdarah ........................................................51
2.4.1 Pengertian Pencegahan Nyamuk Demam Berdarah ...............51
2.4.2 Metode Pencegahan Nyamuk Demam Berdarah ....................44
2.5 Kerangka Teori ..............................................................................................56
2.6 Kerangka Konsep ...........................................................................................57
2.7 Definisi Operasional ......................................................................................58
BAB IV HASIL
4.1 Karakteristik Responden ................................................................................65
4.2 Variabel ..........................................................................................................66
4.3 Rencana Intervensi Pemecah Masalah ...........................................................69
4.4 Intervensi Pemecahan Masalah yang Terpilih ...............................................73
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR DIAGRAM
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus ....3
Tabel 1.2 Klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin ....................................3
Tabel 1.3 Jumlah PemelukAgama di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014
.............................................................................................................................4
Tabel 1.4 Lapangan pekerjaan penduduk............................................................................5
Tabel 1.5 Sarana Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus ...............................6
Tabel 1.6 Penduduk 10 tahun Keatas Menurut Jenjang Pendidikan di Wilayah Kerja
Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014 .................................................................6
Tabel 1.7 Sarana Kesehatan Yang ada di Puskesmas Tegal Angus Tahun 2015 ...............8
Tabel 1.8 PerilakuHidupBersihSehat Yang ada di PuskesmasTegal Angus Tahun 2014 ..10
Tabel 1.9 PersentaseRumahSehatTriwulan I MenurutKecamatandanPuskesmasTahun 2015
............................................................................................................................13
Tabel 1.10 KepemilikanSaranaSanitasiDasar Di wilayahPuskesmasTegalAngus ...............14
Tabel 1.11 Data Dasar Keluarga Tn. Delfia .........................................................................15
Tabel 1.12 Faktor Internal Keluarga Tn. Delfia ...................................................................19
Tabel 1.13 Faktor eksternal Keluarga Tn. Delfia .................................................................20
Tabel 1.14 Data Dasar Keluarga Tn. Mintang .....................................................................21
Tabel 1.15 Faktor Internal Keluarga Tn. Mintang ...............................................................24
Tabel 1.16 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Mintang .............................................................25
Tabel 1.17 Data Dasar Keluarga Tn. Amir Saamir ..............................................................26
Tabel 1.18 Faktor Internal Keluarga Tn. Amir Saamir ........................................................31
Tabel 1.19 Faktor Ekstenal Keluarga Tn. Agus ...................................................................32
Tabel 1.20 Data Dasar Keluarga Tn. Dadang.......................................................................33
Tabel 1.21 Faktor Internal Keluarga Tn. Dadang ..................................................................36
Tabel 1.22 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Dadang ...............................................................37
Tabel 2.1 Definisi Operasional Diagnosis dan Intervensi Komunitas Area Masalah Perilaku
Pencegahan Nyamuk DBD Di Keluarga Binaan di RT 001 RW 04 Kampung
Pangkalan Desa Pangkalan Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang
Provinsi Banten ...................................................................................................58
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Pada Keluarga Binaan di RT 001/RW 04, Kampung
Pangkalan, Desa Pangkalan, Juni 2016 ..............................................................65
viii
Tabel 4.2 Distribusi Responden mengenai Perilaku Pencegahan Nyamuk DBD pada
keluarga binaan di RT 001/RW 04, Kampung Pangkalan, Desa Pangkalan,
Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang,
Provinsi Banten, Juni 2016 .................................................................................66
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden tentang sikap terhadap Perilaku Pencegahan
Nyamuk DBD di RT 001/RW 04, Kampung Pangkalan, Desa Pangkalan,
Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang,
Provinsi Banten, Juni 2016 .................................................................................67
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden tentang keyakinan terhadap Perilaku Pencegahan
Nyamuk DBD di RT 0013/RW 04, Kampung Pangkalan, Desa Pangkalan,
Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang,
Provinsi Banten, Juni 2016 .................................................................................68
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi responden tentang sarana dan prasarana yang
mendukungPerilaku Pencegahan Nyamuk DBD di RT 001/RW 04, Kampung
Pangkalan, Desa Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten, Juni 2016 ..........................................68
Tabel 4.10 Hasil Analisis Univariat delapan variabel tentang Perilaku Pencegahan Nyamuk
DBD pada Keluarga Binaan di RT 001/RW 04, Kampung Pangkalan, Desa
Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tanggerang, Provinsi Banten, Juni 2016 ............................................................69
Tabel 4.11 Tabel Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi Pada Keluarga
Binaan di RT 001/RW 04, Kampung Pangkalan, Desa Pangkalan, Kelurahan
Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten,
Juni2016 ..............................................................................................................72
ix
BAB I
LATAR BELAKANG
1
Batas Wilayah
Batas-batas wilayah Desa Pangkalan seperti yang terlihat pada gambar
2
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk dan Kepadatan di wilayah kerja Puskesmas Tegal
Angus 2014
LUAS JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN
JUMLAH
NO DESA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK
PENDUDUK
(km2) TANGGA TANGGA per km2
2 3 4 5 6 7
1
3
Tegal Angus Th 2014
No. Agama Jumlah Pemeluk
1 Islam 49232
2 Budha 3183
3 Kristen 771
4 Khatolik 203
5 Khonghucu 52
6 Hindu 3
4
No. Lapangan Kerja Penduduk Jumlah
3. Buruh 4592
4. Nelayan 386
5. Pedagang 6373
8. Pertukangan 4109
9. PNS 222
10. TNI/POLRI 65
1.1.2.3 Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat sangat berperan dalam
membentuk sikap dan perilaku masyarakat terhadap program kesehatan
sehingga pendidikan sangat berperan dalam pembangunan kesehatan
5
Tabel 1.5 Sarana Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus
JUMLAH SEKOLAH
NO NAMA DESA
1 Pangkalan 1 2 0 5 1 2 1 0 1 0
2 Tanjung Burung 1 0 0 2 1 0 0 0 0 0
3 Tegal Angus 0 1 0 2 2 2 1 1 0 0
4 Tanjung Pasir 0 2 0 2 1 0 1 0 0 0
5 Muara 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0
6 Lemo 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0
PUSKESMAS 1 3 0 12 4 2 2 1 0 0
Tingkat pendidikan di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus masih rendah, dari jumlah
53.822 penduduk hanya sebagian kecil yang mengenyam pendidikan.
Tabel 1.6 Penduduk 10 tahun keatas menurut jenjang Pendidikan di wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014
2. SD/MI 15738
3. SLTP/MTS 4060
4. SLTA/MA 3601
5. AK/Diploma 159
6. UNIVERSITAS 130
Jumlah penduduk yang tidak/belum pernah sekolah dan tidak/belum tamat SD masih
cukup besar yaitu 12.598 jiwa atau 23.5 % dari jumlah penduduk. Hal ini merupakan
tantangan dalam pembangunan kesehatan, pelaksanaan program-program puskesmas
harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan dari penduduk yang menjadi sasaran agar
lebih diterima.
6
1.1.2.4 Kesehatan
LimaBesarPenyakit
Berdasarkan hasil laporan bulanan Penyakit (LB1) Puskesmas Tegal Angus
didapatkan gambaran pola penyakit yang terjadi di Puskesmas Tegal Angus
pada tahun 2014 menurut golongan semua umur seperti grafik berikut ini :
SaranaKesehatan
Berikut sarana kesehatan yang ada di Wilayah Puskesmas Tegal Angus pada
tahun 2014 :
7
Tabel 1.7. Sarana Kesehatan Yang ada di Puskesmas Tegal Angus Tahun 2014
Dari tabel diatas sarana kesehatan dan faktor pendukung yang ada di Puskesmas
Tegal Angus masih kurang.
UpayaKesehatan
Upaya Pemerintah Desa Pangkalan dengan instansi terkait, dalam hal ini, antara
lain :
1 Peningkatan gizi keluarga Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita
yang ada di setiap posyandu, pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil.
2 Pencegahan penyakit, vaksinasi Filariasis (kaki gajah), imunisasi Polio bagi
balita, pemberian vitamin A.
3 Penyuluhan Kesehatan dan Penyakit antara lain Demam Berdarah Dengue, Flu
Burung, Chikungunya, dan sejenisnya.
4 Penanganan bagi balita yang kekurangan gizi dengan memberikan susu dan
makanan yang bernutrisi.
5 Penyuluhan kesehatan tentang bagaimana menjaga dan memelihara lingkungan
dengan membersihkan rumah masing masing dan lingkungan sekitarnya.
8
6 Pemanfaatan pekarangan dengan ditanami sayur mayur dan Tanaman Obat
Keluarga (TOGA), Tabulapot dan Tabulakar.
7 Peningkatan kualitas kesehatan para LANSIA dengan diadakannya program
senam LANSIA dan POSBINDU
1.1.2.7.Pengkajian PHBS
Dalam rangka meningkatkan Rumah Tangga Ber-PHBS di Kabupaten
Tanggerang Dinas Kabupaten Tanggerang melalui Bidang PPK dan puskesmas
melaksanakan pendataan dan penilaIan rumah tangga sehat yaitu rumah tangga
yang melaksanakan 10 (sepuluh) indikator PHBS bagi rumah tangga yang
memiliki bayi atau balita dan rumah tangga yang melaksanakan 7 (tujuh)
indikator PHBS bagi rumah tangga yang tidak memiliki bayi atau balita. Sasaran
dari kegiatan ini adalah 778.228 rumah tangga di 274 desa di Kabupaten
Tanggerang. Dan berdasarkan hasil pengkajIan, dari 62.371 rumah tangga yang
dipantau hanya 29.070 (46,61%) rumah tangga yang dapat dikatakan sebagai
rumah tangga sehat. Adapun hasil pengkajIan selengkapnya dapat dilihat pada
tabel berikut :
9
Tabel 1.8. Perilaku Hidup Bersih Sehat Yang ada di Puskesmas Tegal
Angus Tahun 2014
INDIKATOR
Pangkala 210 57. 42.4 67.1 70 95.7 66.5 51.4 57 33.3 33.5 16.2
n 6
Tj. 210 64. 58.6 65.7 43.3 96.6 46.7 79 61.9 72.8 72.8 16.7
Burung 6
Tj. Pasir 210 71. 49.5 79.5 38.6 91.4 68.8 92.7 72.3 65.6 65.2 17
4
Jumlah 1260 65. 37.7 67.5 63.6 92.8 54 86 55.3 61.5 54 15.5
2
10
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Puskesamas dilakukan melalui
program promosi kesehatan yaitu penyebarluasan informasi kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di masyarakat dapat
menggambarkan derajat kesehatan wilayah tersebut hal ini dapat disajikan dengan
indikator PHBS,adapun dari hasil kajian PHBS di wilayah Puskesmas Tegal angus pada
Tahun 2014 dapat digambarkan sebagai berikut :
1. PersalinanDitolongolehTenagaKesehatan (93,42%)
3. PenimbanganBayidanBalita (100%)
6. MenggunakanJambanSehat (17,15%)
8. Mengkonsumsimakananseimbang (25,20%)
9. TidakMerokokdalamrumah (25,15%)
Berdasar kajian PHBS diatas di dapat ada beberapa yang cakupannya masih
rendah hal ini dikarenakan:
Penduduk miskin masih banyak, sehingga yang mepunyai akses air bersih
dan jamban sehat sedikit.
11
1.1.2.8. Kesehatan Lingkungan
a) PenyehatanPerumahan
Rumah sehat adalah rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, hasil
pemantauan selama tahun 2014 menunjukkan dari 12.421 rumah yang diperiksa
sebanyak 11,2 % yang memenuhi syarat kesehatan.
Tabel 1.9. Persentase Rumah Sehat Triwulan I Menurut Kecamatan dan Puskesmas
Tahun 2015
12
Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang ada diwilayah
puskesmas Tegal Angus mempunyai rumah yang tidak sehat, hal ini dikarenakan
tingkat ekonomi dan pendidikan yang masih rendah, pengetahuan tentang rumahs
ehat yang kurang. Perlu kerjasama lintas sektoral untuk meningkatkan jumlah
rumah sehat.
13
Seperti yang terlihat pada tabel di atas bahwa dari jumlah rumah yang diperiksa
mengalami penurunan, hal ini dikarenakan tidak adanya sanitarian di Puskesmas
Tegal Angus sehingga kurang tenaga untuk memeriksa sanitasi dasar. Dilihat dari
jumlah rumah yang memiliki hanya 38,5% rumah yang memiliki tempat sampah,
kemudian dari jumlah rumah yang diperiksa jumlah yang memiliki tempat sampah
sehat hanya 41,3%. Berbagai faktor seperti tingkat pengetahuan, pendidikan,
ekonomi,sosial dan kesadaran penduduk yang masih rendah menyebabkan sulitnya
meningkatkan kesehatan sanitasi masyarakat.
d) PenyehatanMakanandanMinuman
Makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok manusia dan sumber utama
kehidupan bagi umat manusia, maka dengan itu makanan yang tidak dikelola dengan
baik justru akan menja disumber media yang sangat efektif didalam penularan
penyakit saluran pencernaan.
Upaya Puskesmas Tegal Angus adalah pemeriksaan tempat pengelolaan air
bersih, pengawasan terhadap kualitas penyehatan. Tempat-tempat Umum Pengelolaan
makanan. Tidak adanya tenaga sanitarIan dan kurangnya tenaga di Puskesmas Tegal
Angus menyebabkan pembinaan penyehatan makanan dan minuman tidak dapat
dilakukan.
14
1.2 Gambaran Keluarga Binaan
15
Tabel. 1.11. Data dasar Keluarga Tn. Delfia
16
B. Bangunan Tempat Tinggal
Keluarga Tn. Delfia tinggal disebuah bangunan rumah diatas tanah seluas
10 x 8 m. Rumah terdiri dari sebuah ruang tamu berukuran 4 x 4 m Ventilasi di
rumah tersebut cukup baik karena terdapat ventilasi pada setiap ruangan dan
cahaya matahari dapat masuk lewat ventilasi tersebut. Diruang tamu terdapat TV,
komputer dan rak, terdapatventilasi dan jendela untuk pencahayaan. Di depan
ruang tamu terdapat 2 Kamar tidur. Kamar tidur Tn. Delfia dan Ny. Sukarti
berukuran 4 x 3 m, terdapat 2 buah ventilasi di kamar tidur tetapi tidak terdapat
jendela, Di samping tempat tidur Tn. Delfia dan Ny. Sukarti terdapat 1 kamar
tidur ketiga anak perempuan Tn. Delfia berukuran 4 x 3 m , terdapat 2 ventilasi
dan 2 jendela dikamar tersebut. Dibagian belakang ruang tv terdapat 1 dapur
dengan ventilasi dan tanpa jendela, di samping dapur terdapat kamar mandi,
kamar mandi Tn. Delfi tidak ada pintu dan tidak terdapat jamban sehingga
keluarga Tn. Delfi harus pergi ke kali samping rumah ketika ingin buang air besar.
Rumah ini mempunyai 1 pintu depan, 1 pintu di dapur, 2 jendela di ruang tamu
(bagian depan rumah) dan ruang tamu. Seluruh ruang di rumah ini teralasi dengan
lantai semen tanpa ubin, dinding rumah terbuat dari bata merah, kemudian atap
rumah terbuat dari genteng tanah liat.
Keluarga Tn. Delfia sering menggunakan air sumur nor sebagai sumber air
untuk keperluan mandi dan memasak serta untuk keperluan mencuci baju .
Keluarga Tn. Delfia menggunakan air galon isi ulang untuk memenuhi kebutuhan
air minum. Dalam 3 hari keluarga Tn. Delfia memerlukan 1 galon untuk
memenuhi kebutuhan air minum. Keluarga Tn. Delfia mengaku selalu mencuci
tangan setelah melakukan aktivitas dan sebelum makan
17
3m
Kamar
mandi
Kamar I
R. Tamu 8m
Dapur
Kamar II
4m
4m
10 m
C. Lingkungan Pemukiman
D. Pola Makan
Keempat anak Tn. Delfia lahir di bidan desa di desa Pangkalan. Setiap
kehamilan, Ny. Sukarti mengaku selalu rutin untuk mengontrol kandungannya ke
bidan. Untuk imunisasi, Ny. Sukarti rutin mambawa anak ketiganya untuk
18
dilakukan imunisasi di bidan. Ny. Sukarti mengaku anaknya diberikan ASI
eksklusif sampai usia anak usia 6 bulan, kemudian setelah 6 bulan anaknya
diberikan makanan tambahan selain ASI. Kemudian saat ini Ny. Sukarti tidak
menggunakan KB.
F. Kebiasaan Berobat
Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. Delfia belum pernah mengalami sakit
yang berat. Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota keluarganya antara
lain batuk, pilek, demam, sakit kepala, dan maag. Menurut Ny. Sukarti, mereka
biasanya meminum obat warung terlebih dahulu, jika tidak membaik baru dibawa
ke puskesmas atau ke klinik dokter umum.
G. Riwayat Penyakit
19
No Faktor Internal Permasalahan
1 Kebiasaan Merokok Tn. Delfia merokok 1 bungkus/hari
2 Olah raga Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan
berolahraga.
3 Pola Makan Ny. Sukarti memasak makanan sendiri untuk
keluarganya. Ia sering memasak makanan dengan menu
seperti ayam, daging, ikan, tahu, tempe, dan sayur-
mayur. Sehari-harinya mereka makan besar 3 kali.
4 Pola Pencarian Menurut Ny. Sukarti, mereka biasanya meminum obat
Pengobatan warung terlebih dahulu, jika tidak membaik baru dibawa
ke puskesmas atau ke klinik dokter umum.
5 Menabung Mereka tidak pernah menabung karena pas untuk
kebutuhan sehari-hari
6 Aktivitas sehari-hari a. Bapak bekerja sebagai buruh jahit, bekerja setiap hari
dari jam 8pagi sampai jam 6 sore.
b. Ibu sebagai ibu rumah tangga.
c. Anak pertama bekerja sebagai kayawan, bekerja setiap
hari dari jam 7 pagi sampai 8 malam.
d. Anak kedua bekerja sebagai guru SMK, bekerja setiap
senin-sabtu dari jam 7 pagi sampai 3 sore.
20
No Kriteria Permasalahan
10. Lingkungan sekitar Di samping kanan dan kiri , depan dan belakang,
rumah rumah terdapat rumah tetangga yang hanya berjarak
satu meter. Empat meter dari tumah tersebut terdapat
kali yang kotor. Rumah tetangga berdekatan, berjarak
1 meter satu dengan yang lainnya. Terdapat banyak
nyamuk pada siang sampai malam hari.
21
A. Data Dasar Keluarga Tn. Mintang
Keluarga binaan Tn. Mintang terdiri dari 4 anggota keluarga, yaitu Tn.
Mintang sebagai kepala keluarga, Ny. Suryana selaku istri, Tn. Dhani sebagai
anak sulung laki-laki, dan Nn. Diah sebagai anak bungsu perempuan.
22
Keluarga Tn. Mintang tinggal disebuah bangunan rumah diatas tanah
seluas 5 x 5 m. Rumah ini terdiri dari sebuah ruang tamu berukuran 2,5 x 5 m.
Ruang tamu dan dapur bergabung dengan ventilasi yang cukup baik, dimana
udara dan cahaya matahari dapat masuk. Di samping ruang tamu terdapat 1 kamar
tidur Tn. Mintang dan Ny. Suryana yang berukuran 2 x 2 m dengan sebuah jendela
yang dapat dimasuki cahaya matahari. Di samping kamar tidur Tn. Mintang
terdapat 1 kamar tidur anak perempuan Tn. Mintang yang berukuran 1,5 x 2 m.
Kamar tersebut tidak memiliki jendela namun ventilasi berasal dari atap yang
bercelah dan bergabung dengan dapur, Sebelah kamar Nn. Diah terdapat dapur
beralas tanah yang berukuran 1 x 2 m dan tidak terdapat saluran air mengalir.
Rumah Tn. Mintang tidak terdapat jamban sehingga keluarga Tn. Mintang harus
pergi ke kali ketika ingin buang air. Rumah ini mempunyai 1 pintu depan, 2
jendela di ruang tamu di bagian depan rumah, dan 1 pintu belakang. Seluruh
ruangan dialasi dengan lantai ubin kecuali pada ruang dapur. Dinding rumah
terbuat dari batako, dan atap rumah terbuat dari seng.
Keluarga Tn. Mintang sering menggunakan air sumur sebagai sumber air
untuk memasak dan mencuci piring. Anggota keluarga pergi ke sungai di depan
rumahuntuk mencuci baju. Keluarga Tn. Mintang memasak air dari sumur untuk
kebutuhan air minum sehari-hari.. Terdapat dua tempat penapungan air dalam
rumah, yaitu ember tempat menampung air minum dan memasak, serta satu
penampungan air di luar rumah untuk mencuci piring.
2m 5m 3m
DAPUR
1m
KAMAR 2
1,5 m
5m
RUANG TAMU
KAMAR 1
2,5 m
23
Rumah Tn. Mintang terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di
bagian depan terdapat jalan setapak dan sungai, bagian belakang terdapatkuburan
keluarga dan kubangan air, di bagian kanan terdapat tempat cuci piring dan
penampungan air cuci piring, di kiri terdapat rumah warga. Tidak ada selokan
untuk mengalirkan limbah cair.
D. Pola Makan
Anak laki-laki pertama Tn. Mintang lahir di rumah dibantu dengan dukun
setempat. Ny. Suryana mengaku tidak pernah mengontrol kehamilan ke bidan
ataupun dokter saat hamil anak pertama. Anak perempuan Tn. Mintang lahir di
bidan desa setempat. Kehamilan anak kedua sering dikontrol teratur ke bidan.
Untuk imunisasi, Ny. Suryana tidak pernah membawa anak pertama untuk
imunisasi, namun mulai melakukan imunisasi pada anak kedua. Ny. Suryani
mengaku kedua anaknya diberikan ASI eksklusif sampai usia anak usia 6 bulan,
kemudian setelah 6 bulan anaknya diberikan makanan tambahan selain ASI.
Sampai saat ini Ny. Suryana menggunakan KB suntik tiap 3 bulan untuk
mengontrol kehamilannya.
F. Kebiasaan Berobat
Tn. Mintang menderita stroke sejak 1 tahun yang lalu. Pasien datang
berobat di puskesmas setempat selama 1 bulan. Gangguan kesehatan yang sering
dialami anggota keluarganya antara lain batuk, pilek, dan nyeri kepala. Menurut
kebiasaan Ny. Suryana, mereka biasanya meminum obat warung terlebih dahulu,
jika tidak membaik dibawa ke tukang urut. Keluarga Tn. Mintang Jarang
memeriksakan ke puskemas atau bidan desa karena kendala biaya.
G. Riwayat Penyakit
24
Tn. Mintang pernah menderita stroke 1 tahun yang lalu. Anggota keluarga
yang lain tidak pernah menderita penyakit serius. Tn. Mintang dan keluarganya
sering mengalami nyeri kepala. Riwayat penyakit yang diturunkan tidak
diketahui.
25
No Faktor Internal Permasalahan
1 Kebiasaan Merokok Tn. Mintang merokok 5batang/hari
2 Olah raga Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan
berolahraga kecuali Tn. Mintang.
3 Pola Makan Ny. Suryana memasak makanan sendiri untuk
keluarganya. Ia sering memasak makanan dengan menu
seperti tahu, tempe, oncom, dan sayur-sayuran. Sehari-
harinya mereka makan besar 2 kali.
4 Pola Pencarian Apabila sakit, mereka membeli obat di warung,
Pengobatan kemudian ke tukang urut.
5 Menabung Mereka tidak pernah menabung karena pas untuk
kebutuhan sehari-hari
6 Aktivitas sehari-hari a. Bapak tidak bekerja..
b. Ibu sebagai ibu rumah tangga.
c. Anak pertama tidak bekerja.
d. Anak kedua bekerja sebagai karyawan pabrik kipas
angin..
26
No Kriteria Permasalahan
10. Lingkungan sekitar Di samping kiri rumah terdapat rumah tetangga yang
rumah hanya berjarak satu meter. Empat meter dari depan
rumah terdapat kali. Tiga meter di belakang rumah
tersebut terdapat kuburan tetangga. Samping kanan
terdapat tempat cuci piring dan rumah warga lainnya.
Terdaapt banyak nyamuk dewasa pada siang sampai
malam hari.
27
Keluarga binaan Tn.Amir Saamir terdiri dari 8 anggota keluarga, yaitu
Tn.Amir Saamir sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Ny. Bedah, 2 anak
laki-laki bernama Tn. Rendi, Tn. Deni, 3 anak perempuan bernama Ny. Budi
dan Ny. Rena, dan Nn.Desi. Dan 1 cucu perempuan bernama Nn. Herna.
/bulan
28
belakang pendidikan sekolah dasar. Tn. Amir Saamir memiliki 5 orang anak.
Anak tertuanya, Ny. Budi berusia 32 tahun, buruh, dengan latar belakang
pendidikan SD. Kemudian anak keduanya Ny. Rena berusia 25 tahun, ibu rumah
tangga dengan status cerai hidup dengan latar belakang pendidikan SDkemudian
anak ketiganya Tn.Rendi berusia 21 tahun tidak bekerja dengan latar belakang
pendidikan SD, kemudian anak keempat Nn. Desi berusia 15 tahun, pelajar
dengan latar belakang pendidikan SD kemudian Tn. Deni berusia 11 tahun pelajar
dengan latar belakang pendidikan SD. Dan cucu Tn Amir saamir bernama Nn
herna berusia 1 tahun.
29
keperluan mencuci baju. Keluarga Tn. Amir Saamir menggunakan air sumur
untuk memenuhi kebutuhan air minum.
5M 4M
Ruang
Sholat
KAMAR 2 14 M
RUANG TV
3M
DAPUR Kamar
3M Mandi
10 M
C. Lingkungan Pemukiman
D. Pola Makan
30
kandungannya ke petugas kesehatan. Untuk imunisasi, Ny. Bedahtidak pernah
mambawa kelima anaknya untuk dilakukan imunisasi di bidan, Ny. Bedah
mengaku anaknya diberikan ASI namun tidak sampai usia 6 bulan, kemudian Ny.
Bedah lupa kapan setiap anak nya diberikan makanan tambahan selain ASI.
Kemudian saat ini Ny. Bedahsudah tidak menstruasi dan Ny Bedah mengaku
tidak pernah menggunakan KB untuk mengontrol jumlah anak dalam
keluarganya.
F. Kebiasaan Berobat
Dalam segi kesehatan, keluarga Tn. Amir Saamir belum pernah mengalami
sakit yang serius. Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota keluarganya
antara lain batuk, pilek, demam, sakit kepala, pegal-pegal, dan maag. Menurut
penuturan Ny. Bedah, mereka biasanya meminum obat warung terlebih dahulu,
jika tidak membaik baru dibawa ke bidan, keluarga Ny. Bedah jarang
memeriksakan ke puskemas karena jarak dari rumah ke puskesmas jauh.
G. Riwayat Penyakit
Tn. Amir Saamir dan kelima anaknya sering mengalami batuk, pilek,
meriang. Keluarga Tn. Amir Saamirtidak pernah mengalami sakit yang serius
yang membutuhkan pengobatan di Rumah Sakit.
Tn. Amir Saamir, memiliki kebiasaan merokok, dalam satu hari mampu
menghabiskan 2 bungkus rokok. Keluarga Tn.Amir Saamir mengaku mencuci
tangan sebelum makan, jika tangan tampak kotor, dan setelah melakukan aktivitas
dengan menggunakan sabun batangan. Kebiasaan berolahraga tidak ada.Didalam
rumah dan diluar rumah Tn. Amir Saamirmemiliki tempat pembuangan sampah
namun tidak memilah sampah organik dan non organik, istri Tn. Amir Saamir
mengaku bahwa mereka membuang sampah di kebun belakang rumah kemudian
sampah-sampah tersebut dibakar setiap hari.
31
No Faktor Internal Permasalahan
1 Kebiasaan Merokok Tn. Amir Saamir merokok 2 bungkus/hari
2 Olah raga Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan
berolahraga.
3 Pola Makan Ny. Bedah memasak makanan sendiri untuk keluarganya.
Ia sering memasak makanan dengan menu seperti tahu,
tempe, sayur dan sesekali ikan. Sehari- harinya mereka
makan besar 2 kali.
4 Pola Pencarian Apabila sakit, mereka membeli obat di warung.
Pengobatan
5 Menabung Mereka tidak pernah menabung karena pas untuk
kebutuhan sehari-hari
6 Aktivitas sehari-hari a. Bapak bekerja sebagai tukang kebun, bekerja setiap hari
dari jam 7 pagi sampai jam 5sore.
b. Ibu sebagai ibu rumah tangga.
c. Anak pertama sebagai buruh.
d. 2 orang anaknya tidak bersekolah dan tidak bekerja.
7 Alat kontrasepsi Di keluarga Tn. Amir Saamir, istri Tn. Amir Saamir,
Ny.Bedah, tidak menggunakan kontrasepsi..
32
Tabel 1.19. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Amir Saamir
No Kriteria Permasalahan
2. Ruangan dalam rumah Ruang Tamu berukuran 5 x 5 m2. tiga kamar tidur
berukuran 3 x 5 m2 3 x 4 m2. dan 5 x 2 m2. Dapur Tn.
Amir Saamir berukuran 5 x 3m2.terdapat satu ruang
makan berukuran 3 x 2 m2Terdapat 1 kamar mandi
tetapi tidak ada jamban.
10. Lingkungan sekitar Di samping kanan dan kiri , rumah terdapat rumah
rumah tetangga yang hanya berjarak satu meter. Dibelakang
rumah terdapat kebun. Tiga meter dari rumah tersebut
terdapat jamban tetangga. satu meter dari depan
rumah tersebut terdapat kali yang kotor penuh
tumpukan sampah.
33
A. Data Dasar Keluarga Tn. Dadang
Keluarga binaan Tn. Dadangterdiri dari 4 anggota keluarga, yaitu Tn.
Dadangsebagai kepala keluarga, Ny. Minti selaku istri, Nn. Dian sebagai anak
sulung perempuan, dan Dimas sebagai anak bungsu laki-laki.
34
sehingga cahaya matahari tidak dapat masuk. Disamping ruang tv terdapat
kamar Tn. Dadang dan Ny. Minti dengan luas 2 x 2 m2 tersebut tidak memiliki
ventilasi dan penerangan hanya berasal dari lampu, Sebelah kamar Tn. Dadang
terdapat kamar mandi beralas ubinyang berukuran 3 x 2 m2 dan bergabung
dengan dapur terdapat saluran air mengalir dan septictank. Rumah Tn. Dadang
memiliki jamban. Rumah ini mempunyai 1 pintu depan, 2 jendela di ruang
tamu di bagian depan rumah, dan 1 jendela di amar anaknya dan 1 pintu
belakang. Seluruh ruangan dialasi dengan lantai ubin kecuali. Dinding rumah
terbuat dari tembok, dan atap rumah terbuat dari genteng.
Keluarga Tn. Dadang sering menggunakan air sumur sebagai sumber air
untuk memasak dan mencuci piring.Anggota keluarga pergi ke sungai di depan
rumahuntuk mencuci baju ketika kali sedang banjir. Keluarga Tn. Dadang
memasak air dari sumur untuk kebutuhan air minum sehari-hari dan
menggunakan teko untuk menampung air minum.
Teras
8,5 m Ruang TV
Kamar
Dapur
Kamar mandi
6m
Gambar 1.8. Denah Rumah Tn. Dadang
C. Lingkungan Pemukiman
35
Rumah Tn. Dadang terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di
bagian depan terdapat jalan setapak dan sungai, bagian belakang terdapat
kebun, di depan rumah terdapat barang bekas berupa kaleng dan botol bekas,di
kiri terdapat rumah warga. Tidak ada selokan untuk mengalirkan limbah cair.
D. Pola Makan
F. Kebiasaan Berobat
Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota keluarganya antara
lain batuk, pilek dan demam.Mereka biasanya meminum obat warung terlebih
dahulu, jika tidak membaik dibawa ke puskesmas.
.
G. Riwayat Penyakit
36
Keluarga Tn. Dadang tidak pernah menderita penyakit yang serius.
Anggota keluarga yang lain tidak pernah menderita penyakit serius.
37
No Faktor Internal Permasalahan
c. Anak pertama pelajar.
d. Anak kedua belum bersekolah.
No Kriteria Permasalahan
2. Ruangan dalam rumah Ruang Tamu berukuran 2 x 3 m2. Dua kamar tidur
berukuran 2 x 2 m2 dan 2 x 2 m2. Dapur berukuran 3
x 2 m2. Terdapat kamar mandi.
10. Lingkungan sekitar Di samping kiri rumah terdapat rumah tetangga yang
rumah hanya berjarak satu meter. Tiga meter dari depan
rumah terdapat sungai. Dibelakang rumah terdpat
kebun.
38
1. Keluarga Tn. Delfia
Masalah Medis
Tidak terdapat masalah medis
Masalah Non Medis
1. Banyaknya nyamuk dewasa pada siang dan malam hari, serta
banyaknya tempat bersarangnya nyamuk berupa sampah.
2. Perilaku Merokok.
3. Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah,
sehingga keluarga membuangnya ke lubang.
4. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah.
5. Kurangnya kebiasaan berolahraga.
6. Kebiasaan jarang merapikan pakaian di kamar.
7. Tidak tersedia jamban sehat.
39
Masalah Medis
Tidak terdapat masalah medis
Masalah Non Medis
1. Banyaknya nyamuk dewasa pada siang dan malam hari, serta
banyaknya tempat bersarangnya nyamuk berupa sampah.
2. Perilaku Merokok.
3. Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah didalam rumah,
sehingga keluarga membuangnya ke kebun dan dibakar tiap hari
4. Kurangnya ventilasi dan pencahayaan
5. Kurangnya mengkonsumsi makanan bergizi
6. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah.
7. Kurangnya kebiasaan berolahraga.
8. Kurangnya kesadaran berobat di puskesmas atau dokter.
9. Tidak tersedia jamban sehat.
40
Dari pengamatan dan wawancara yang telah kami lakukan kepada masing-
masing keluarga binaan, didapatkan berbagai macam permasalahan yaitu:
Masalah Medis :
Tidak terdapat masalah medis.
Masalah Non Medis
1. Ketidaktersediaan tempat pembuangan sampah disekitar rumah, sehingga
pembuangan sampah pada samping rumah, ke kebun dan ke kali.
2. Banyaknya nyamuk dewasa pada siang dan malam hari, serta tempat
bersarangnya nyamuk pada sampah disekitar rumah.
3. Kurangnya kesadaran akan kebersihan lingkungan.
4. Kurangnya mengkonsumsi makanan yang bergizi.
5. Kurangnya kebiasaan berolahraga.
6. Perilaku merokok.
7. Tidak tersedia jamban sehat.
8. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah.
1.3.1.1.Metode Delphi
41
Gambar 1.9 Proses Metode Delphi
42
3. Kebiasaan jarang menggunakan penangkal anti nyamuk yang aman.
4. Kebiasaan membuang sampah sembarangan.
5. Tingkat pendidikan dan ekonomi yang rendah.
43
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep dan Teori Perilaku
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap
dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap
stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif
(tanpa tindakan : berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai
dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat di rumuskan sebagai bentuk pengalaman dan
sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak,
perilaku ke dalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar
Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia
terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk
menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan
tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat di amati dan bahkan dapat di pelajari.
Umum, perilaku manusia pada hakekatnya adalah proses interaksi individu dengan
44
lingkungannya sebagai manifestasi hayati bahwa dia adalah mahluk hidup (Kusmiyati dan
Desminiarti,1991). Menurut penulis yang disebut perilaku manusia adalah aktivitas yang
timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak
langsung.
Di Indonesia istilah perilaku kesehatan sudah lama dikenal dalam 15 tahun akhir-
akhir ini konsep-konsep di bidang perilaku yang berkaitan dengan kesehatan ini sedang
masyarakat. Istilah ini dapat memberikan pengertian bahwa kita hanya berbicara mengenai
prilaku yang secara sengaja dilakukan dalam kaitanya dengan kesehatan. Kenyataanya
banyak sekali prilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, bahkan seandainya seseorang
tidak mengetahuinya, atau melakukanya dengan alasan yang sama sekali berbeda (menurut
a. Kebutuhan fisiologis/biologis, yang merupakan kebutuhan pokok utama, yaitu H2, H2O,
cairan elektrolit, makanan dan seks. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi
a) Rasa aman terhindar dari pencurian, penodongan, perampokan dan kejahatan lain.
b) Rasa aman terhindar dari konflik, tawuran, kerusuhan, peperangan dan lain-lain.
45
c) Rasa aman terhindar dari sakit dan penyakit
a) Mendambakan kasih sayang/cinta kasih orang lain baik dari orang tua, saudara,
c) Ingin menonjol dan lebih dari orang lain, baik dalam karier, usaha, kekayaan, dan
lain-lain.
Komponen prilaku menurut Gerace & Vorp,1985 yang dikutip Lukluk A, (2008) dapat
dilihat dalam 2 aspek perkembangan penyakit, yaitu :
a. Perilaku mempengaruhi faktor resiko penyakit tertentu. Factor resiko adalah ciri
kelompok individu yang menunjuk mereka sebagai at-high-risk terhadap penyakit
tertentu.
b. Perilaku itu sendiri dapat berupa faktor resiko. contoh : merokok dianggab sebagai
faktor resiko utama baik bagi penyakit jantung koroner maupun kanker Paru karena
kemungkinan mendapatkan penyakit ini lebih besar pada perokok daripada orang
yang tidak merokok.
46
2.1.3. Bentuk Perilaku
Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap rangsangan
yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara garis besar bentuk
perilaku ada dua macam, yaitu :
Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan tidak
dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum ada tindakan yang
nyata.
Perilaku yang sifatnya terbuka, perilaku aktif adalah perilaku yang dapat
diamati langsung, berupa tindakan yang nyata.
47
Respons tersebut terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan
penggunaan fasilitas, petugas maupun penggunaan obat-obatan.
a. Perilaku terhadap air bersih, meliputi manfaat dan penggunaan air bersih untuk
kepentingan kesehatan.
c. Perilaku sehubungan dengan pembuangan limbah, baik limbah cair maupun padat.
Dalam hal ini termasuk sistem pembuangan sampah dan air limbah yang sehat dan
dampak pembuangan limbah yang tidak baik.
a. Dikenal dan dirasakannya tanda dan gejala yang menyimpang dari keadaan
normal.
d. Frekuensi dan persisten (terus-menerus, menetap) tanda dan gejala yang dapat
dilihat.
48
h. Adanya kebutuhan untuk mengatasi gejala penyakit.
i. Tersedianya berbagai sarana pelayanan kesehatan, seperti : fasilitas, tenaga, obat-
obatan, biaya dan transportasi.
1. Perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tetapi oleh sikap yang
spesifik terhadap sesuatu.
2. Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma norma
subjektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain
inginkan agar kita perbuat.
49
1. Faktorfaktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
Tingkatan pencegahan penyakit menurut Leavel dan Clark ada 5 tingkatan yaitu
(Notoatmodjo, 2007) :
50
2) Melakukan pemeriksaan umum secara rutin.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak
mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah
yang dihadapi. Ada empat macam pengetahuan (Widodo, 2006), yaitu:
Pengetahuan yang berupa potongan - potongan informasi yang terpisah-pisah atau unsur
dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan faktual pada umumnya
merupakan abstraksi tingkat rendah. Ada dua macam pengetahaun faktual yaitu
pengetahuan tentang terminologi (knowledge of terminology) mencakup pengetahuan
tentang label atau simbol tertentu baik yang bersifat verbal maupun non verbal dan
51
pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur (knowledge of specific details and
element) mencakup pengetahuan tentang kejadian, orang, waktu dan informasi lain yang
sifatnya sangat spesifik.
2. Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur dasar dalam struktur
yang lebih besar dan semuanya berfungsi bersama - sama. Pengetahuan konseptual
mencakup skema, model pemikiran, dan teori baik yang implisit maupun eksplisit. Ada tiga
macam pengetahuan konseptual, yaitu pengetahaun tentang kelasifikasi dan kategori,
pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi, dan pengetahuan tentang teori, model, dan
sruktur.
3. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat rutin maupun
yang baru. Seringkali pengetahuan prosedural berisi langkah-langkah atau tahapan yang
harus diikuti dalam mengerjakan suatu hal tertentu.
4. Pengetahuan Metakognitif
Mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan tentang diri sendiri.
Penelitian-penelitian tentang metakognitif menunjukkan bahwa seiring dengan
perkembangannya siswa menjadi semakin sadar akan pikirannya dan semakin banyak tahu
tentang kognisi, dan apabila siswa bisa mencapai hal ini maka mereka akan lebih baik lagi
dalam belajar.
Dimensi proses kognitif dalam taksonomi yang baru yaitu:
1. Menghafal (Remember)
Menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat
merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk mengkondisikan agar
mengingat bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas mengingat hendaknya selalu
dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas
dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif: mengenali (recognizing)
dan mengingat (recalling).
2. Memahami (Understand)
3. Mengaplikasikan (Applying)
52
Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas.
Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun
tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori
ini mencakup dua macam proses kognitif: menjalankan (executing) dan
mengimplementasikan (implementing).
4. Menganalisis (Analyzing)
Menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsurunsurnya dan menentukan
bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan struktur besarnya. Ada tiga
macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis: membedakan (differentiating),
mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat (attributting).
5. Mengevaluasi
Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam
proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa (checking) dan mengritik
(critiquing).
6. Membuat (create)
Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses
kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat (generating), merencanakan
(planning), dan memproduksi (producing) (Widodo,2006).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden
(Notoatmodjo, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain:
1. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain agar mereka
dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin
mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak
pengetahuan yang mereka miliki.
2. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan
psikologis (mental), dimana pada asfek psikologi ini, taraf berpikir seseorang semakin
matang dan dewasa.
4. Minat
53
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap seseuatu.
Minat menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan pada akhirnya
diperoleh pengetahuan yang mendalam.
5. Pengalaman
Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari dalam
dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman mungkin saja
menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang melekat menjadi pengetahuan
pada individu secara subjektif.
6. Informasi
Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan
sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:
Cara yang paling tradisional, yang pernah digunakan oleh manusia dalam memperoleh
pengetahuan adalah melalui cara coba coba atau dengan kata yang lebih dikenal trial
and error. Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya peradaban. Cara coba coba ini
dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan lain. Apabila kemungkinan
kedua ini gagal pula, maka dicoba kembali dengan kemungkinan ketiga, dan apabila
kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah
tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and
error (gagal atau salah) atau metode coba salah/coba coba.
Metode ini telah digunakan orang dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan
berbagai masalah. Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih sering digunakan,
terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi.
Dalam kehidupan manusia sehari hari, banyak sekali kebiasaan kebiasaan dan tradisi
tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut
baik atau tidak. Kebiasaan kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi
ke generasi berikutnya. Misalnya, mengapa harus ada upacara selapanan dan turun tanah
pada bayi, mengapa ibu yang sedang menyusui harus minum jamu, mengapa anak tidak
boleh makan telor, dan sebagainya.
54
Kebiasaan seperti ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga
terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterima dari
sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa
pemimpinpemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang
pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh
berdasarkan pada otoritas atau kekuasaaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas
pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.
Pengalaman adalah guru terbaik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud
bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi
pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan
cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi pada masa yang lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang
dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang
sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut. Tetapi bila gagal menggunakan cara
tersebut, ia tidak akan mengulangi cara itu, dan berusaha untuk mencari cara yang lain,
sehingga dapat berhasil memecahkannya.
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut
berkembang. Dari sini manusia mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia
telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.
Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak
langsung melalui pernyataan pernyataan yang dikemukakan, kemudian dicari
hubungannya sehingga dapat dibuat kesimpulan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu
melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi. Sedangkan
deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan pernyataan umum kepada yang
khusus.
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis,
logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih popular disebut
metodologi penelitian (research methodology). Cara ini mula mula dikembangkan oleh
Francis Bacon (1561-1626). Ia adalah seorang tokoh yang mengembangkan metode
berpikir induktif. Mulamula ia mengadakan pengamatan langsung terhadap gejalagejala
alam atau kemasyarakatan. Kemudian hasil pengamatannya tersebut dikumpulkan dan
diklasifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan umum. Kemudian metode berpikir
induktif yang dikembangkan oleh Bacon ini dilanjutkan oleh Deobold van Dallen. Ia
mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan
observasi langsung dan membuat pencatatan pencatatan terhadap semua fakta
sehubungan dengan objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok yakni:
a. Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan
pengamatan.
55
b. Segala sesuatu yang negatif yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan
pengamatan.
c. Gejala gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala gejala yang berubah ubah
pada kondisi kondisi tertentu.
Berdasarkan hasil pencatatan pencatatan ini kemudian ditetapkan ciri ciri atau unsur
unsur yang pasti ada pada sesuatu gejala. Selanjutnya hal tersebut dijadikan dasar
pengambilan kesimpulan atau generalisasi. Prinsip prinsip umum yang dikembangkan
oleh Bacon ini kemudian dijadikan dasar untuk mengembangkan metode penelitian yang
lebih praktis. Selanjutnya diadakan penggabungan antara proses berpikir deduktif
induktif verivikatif seperti dilakukan oleh Newton dan Galileo. Akhirnya lahir suatu cara
melalukan penelitian, yang dewasa ini dikenal dengan metode penelitian ilmiah (scientific
research method) (Notoatmodjo, 2005).
Proses adopsi perilaku, menurut Rogers (1974), sebelum seseorang mengadopsi perilaku,
didalam diri orang tersebut terjadi suatu proses yang berurutan (akronim AIETA), yaitu :
e) Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap dan
kesadarannya terhadap stimulus.
Menurut Notoatmodjo (2005), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap juga merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak dan juga merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Menurut Gerungan (2002), sikap merupakan pendapat maupun pendangan seseorang
tentang suatu objek yang mendahului tindakannya. Sikap tidak mungkin terbentuk sebelum
mendapat informasi, melihat atau mengalami sendiri suatu objek.
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:
1. Menerima (receiving). Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek).
4. Bertanggung jawab (responsibility). Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah
dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.
56
Menurut Ahmadi (2003), sikap dibedakan menjadi :
a. Sikap negatif yaitu : sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui
terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada
b. Sikap positif yaitu : sikap yang menunjukkan menerima terhadap norma yang
berlaku dimana individu itu berada.
Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya sesuatu yang mudah menjalar,
sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara
orang dengan kelompok atau dengan kelompok lainnya.
Pertimbangan dan reaksi pada anak, dewasa dan yang sudah lanjut usia tidak ada.
Perangsang pada umumnya tidak diberi perangsang spontan, akan tetapi terdapat adanya
proses secara sadar untuk menilai perangsangan-perangsangan itu.
a. Sikap Sosial
Suatu sikap sosial yang dinyatakan dalam kegiatan yang sama dan berulang-ulang terhadap
objek sosial. Karena biasanya objek sosial itu dinyatakan tidak hanya oleh seseorang saja
tetapi oleh orang lain yang sekelompok atau masyarakat.
b. Sikap Individu
Sikap individu dimiliki hanya oleh seseorang saja, dimana sikap individual berkenaan
dengan objek perhatian sosial. Sikap individu dibentuk karena sifat pribadi diri sendiri.
Sikap dapat diartikan sebagai suatu bentukkecenderungan untuk bertingkah laku, dapat
57
diartikan suatu bentuk respon evaluativ yaitu suatu respon yang sudah dalam pertimbangan
oleh individu yang bersangkutan.
Sikap mempunyai beberapa karakteristik yaitu :
3. Relatif mantap
4. Dapat dirubah
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau
objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu. Menurut Allpon (1954), bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok
yaitu :
Ketiga komponen ini akan membentuk sikap yang utuh (Total Attitude), dalam
penentuanberpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sikap adalah
kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negatif terhadap orang lain, objek
atau situasi. Sikap tidak sama dengan perilaku dan kadang-kadang sikap tersebut baru
diketahui setelah seseorang itu berperilaku. Tetapi sikap selalu tercermin dari perilaku
seseorang (Ahmadi, 2003).
Pengukuran sikap dapat dilakuan secara langsung atau tidak langsung, melalui pendapat
atau pertanyaan responden terhadap suatu objek secara tidak langsung dilakukan dengan
pertanyaan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden.
Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik yang
bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup tersbeut. Sikap secara
realitas menunjukkan adanya kesesuaian respons terhadap stimulus tertentu. Tingkatan
sikap adalah menerima, merespons, menghargai dan bertanggung jawab.
Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap suatu perbuatan nyata. Tindakan juga
merupakan respon seseorang terhadap stimilus dalam bentuk nyata atau terbuka
(Notoatmodjo, 2003).
Suatu rangsangan akan direspon oleh seseorang sesuai dengan arti rangsangan itu bagi
orang yang bersangkutan. Respon atau reaksi ini disebut perilaku, bentuk perilaku dapat
bersifat sederhana dan kompleks. Dalam peraturan teoritis, tingkah laku dapat dibedakan
atas sikap, di dalam sikap diartikan sebagai suatu kecenderungan potensi untuk
mengadakan reaksi (tingkah laku). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu
tindakan untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu tindakan yang nyata diperlukan
faktor pendukung atau suatu kondisi fasilitas yang memungkinkan (Ahmadi, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2005), tindakan adalah gerakan atau perbuatan dari tubuh setelah
mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh suatu lingkungan.
58
Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimana
kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Secara biologis, sikap dapat
dicerminkan dalam suatu bentuk tindakan, namun tidak pula dapat dikatakan bahwa sikap
tindakan memiliki hubungan yang sistematis. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas
dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat
oleh orang lain. Oleh karena itu disebut juga over behavior.
Menurut Notoatmodjo (2005), empat tingkatan tindakan adalah :
2. Respon terpimpin (Guided Response), dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan
yang benar.
4. Adaptasi (Adaptation), adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan
tersebut.
Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2002), faktor-faktor yang merupakan
penyebab perilaku menurut Green dipengaruhi oleh tiga faktor yaotu faktor predisposisi
seperti pengetahuan, sikap keyakinan, dan nilai, berkanaan dengan motivasi seseorang
bertindak. Faktor pemungkin atau faktor pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas,
sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku
seseorang atau masyarakat. Terakhir faktor penguat seperti keluarga, petugas kesehatan dan
lain-lain.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau
masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para
petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya
perilaku.
Seperti halnya pengetahuan dan sikap, praktik juga memiliki tingkatan-tingkatan, yaitu :
a) Persepsi, yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sesuai dengan tindakan yang akan
dilakukan.
b) Respons terpimpin, yaitu individu dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar
sesuai contoh.
c) Mekanisme, individu dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sudah
menjadi kebiasaan.
d) Adaptasi, adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dan dimodifikasi tanpa
mengurangi kebenaran.
59
2.1 Diagnosis dan intervensi komunitas
Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk
menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat
dengan cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi
sesuai dengan permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas
merupakan suatu prosedur atau keterampilan dari ilmu kedokteran
komunitas.Dalam melaksanakan kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas
perlu disadari bahwa yang menjadi sasaran adalah komunitas atau sekelompok
orang sehingga dalam melaksanakan diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh
pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat (epidemiologi, biostatistik, metode
penelitian, manajemen kesehatan, promosi kesehatan masyarakat, kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan gizi).
60
dengan eliciting stimulusi karena menimbulkan respon-respon yang relatif
tetap. Sebagai contoh makanan yang lezat menimbulkan keluarnya air liur.
Responden respon ini mencangkup juga emosi respon atau emotional
behavior. Emotional behaviorini timbul karena hal yang kurang
mengenakkan yang bersangkutan, misalnya menangis karena sedih atau
sakit.
2. Instrumen respon atau Operant response
Instrumen respon ialah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti
oleh perangsangan tertentu. Perangsangan ini disebut reinforcing
stimulus/reinforcerkarena perangsangan-perangsangan tersebut memperkuat
respon yang telah dilakukan oleh manusia. Oleh karena itu rangsangan
mengikuti atau memperkuat suatu perilaku tertentu yang telah dilakukan.
Sebagai contoh seorang anak belajar kemudia memperoleh suatu hadiah
maka ia akan menjadi lebih giat belajar dengan kata lain responnya akan
menjadi lebih inntensif / lebih kuat lagi.
61
2.3 Perilaku Kesehatan
2.3.1 Pengertian Perilaku Kesehatan.
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2011) adalah suatu respon
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit
atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta
lingkungan.
Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan
sikap) maupun bersifat aktif (tindakan nyata atau praktis). Sedangkan stimulus
terdiri dari empat unsur pokok yakini : sakit, dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan dan lingkungan
62
maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respon terhadap fasilitas kesehatan,
cara pelayanan, petugas kesehatan, obat-obatan.
3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior)
Perilaku terhadap makanan adalah respon seseoramg terhadap makanan
sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Unsur-unsur yang terkandung
didalamnya zat gizi, pengolahan makanan, dsb.
4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan.
Perilaku terhadap lingkungan kesehatan adalah respon seseorang terhadap
lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Perilaku ini mencakup air
bersih, pembuangan air kotor, limbah, rumah yang sehat, pembersihan sarang-
sarang nyamuk.
Menurut Becker (1979), seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2011), mengajukan
klasifikasi prilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health related behavior) :
2. Perilaku kesehatan (health behavior)
3. Perilaku sakit (sick behavior)
4. Perilaku peran sakit (the sick behavior)
63
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk
kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak
mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan
terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a) Faktor Internal
Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat dan
kondisi fisik.
b) Faktor Eksternal
Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, atausarana.
c) Faktor pendekatan belajar
Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya strategi
dan metode dalam pembelajaran.
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
dan ada kaitannya dengan yang lain.
5) Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
64
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi / objek.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap
mempunyai tiga komponen pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (obyek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
65
b. Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
c. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mancapai praktik tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
66
2.2.5. Asumsi Determinan Perilaku
Menurut Spranger, membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai
kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang
dominan pada diri orang tersebut.Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan
refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat,
motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan
tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan,
sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya.
Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat
kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor
perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes). Faktor
perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
1. Faktor-faktor perdisposisi (predisposing factors):
Pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan
masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang
dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan lain
sebagainya. Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk perilaku kesehatan
misalnya: pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan
kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri
dan janinnya. disamping itu kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai
masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu tersebut untuk periksa
kehamilan. Misalnya orang hamil tidak boleh di suntik (periksa hamil termasuk
suntik anti tetanus), karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat.Faktor-faktor ini
terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut
faktor pemudah.
2. Faktor-faktor pendorong (enabling factors):
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, temapat pembuangan sampah,
tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi dan sebagainya.
Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit,
poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan
sebagainya. Untuk berprilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana
pendukung, misalnya: perilaku pemeriksaaan kehamilan. ibu hamil yang mau periksa
67
hamil tidak hanya karena dia tahu dan sadar manfaat perikksa hamil saja, melainkan
ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa
hamil, misalnya : puskesmas, polindes, bidan praktek, ataupun rumah sakit. fasilitas
ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku
kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin.
3. Faktor-faktor pendukung(reinforcing factors):
Faktor-faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh
agama (toga), sikap dan perilaku para petugas kesehatan.termasuk juga disini
undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang
terkait dengan kesehatan. untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan
hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan
diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para
petugas, lebih-lebih pada petugas kesehatan. disamping itu undang-undang juga
diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut seperti perilaku periksa
hamil, serta kemudahan memperoleh fasilitas periksa hamil, juga diperlukan
peraturan atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu hamil periksa hamil.
68
perempuan sebesar 50,33% dan laki-laki sebesar 49,67% . Disisi lain angka kematian
akibat DBD pada perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki.
Situasi ini perlu diatasi dengan segera agar indikator kinerja/target pengendalian
DBD yang tertuang dalam dokumen RPJMN yaitu IR DBD pada tahun 2014 adalah
51/100.000 penduduk, serta ABJ sebesar 95% dapat dicapai. (Kemenkes RI, 2011)
69
dampak terhadap lingkungan danorganisme bukan sasaran termasuk mamalia.
Disamping itu penentuan jenis insektisida, dosis, dan metode aplikasi merupakan
syarat yang penting untuk dipahami dalam kebijakan pengendalian vektor. Aplikasi
insektisida yang berulang di satuan ekosistem akan menimbulkan terjadinya resistensi
seranggasasaran.
Golongan insektisida kimiawi untuk pengendalian DBD adalah :
a. Sasaran dewasa (nyamuk) adalah :
Organophospat (Malathion, methyl pirimiphos), Pyrethroid (Cypermethrine,
lamda-cyhalotrine, cyflutrine,Permethrine& S-Bioalethrine). Yang ditujukan
untuk stadium dewasa yangdiaplikasikan dengan cara pengabutan panas/Fogging
dan pengabutandingin/ULV
b. Sasaran pra dewasa (jentik) : Organophospat (Temephos).
70
tanpa menyerang predator entomophagus dan spesies lain. Formula BTi cenderung
secara cepat mengendap di dasar wadah, karena itu dianjurkan pemakaian yang
berulang kali. Racunnya tidak tahan sinar dan rusak oleh sinar matahari
71
Pelaksanaannya di masyarakat dilakukan melalui upaya Pemberantasan
Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) dalam bentuk kegiatan 3
M plus.
Sasaran tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD :
Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari
Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari (non-TPA)
Tempat penampungan air alamiah
PSN DBD dilakukan dengan cara 3M-Plus, 3M yang dimaksud yaitu:
Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi/wc,
drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1)
Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong air/tempayan,
dsb (M2)
Memanfaatkan /mendaur ulang barang-barang bekas yang dapatmenampung air
hujan (M3).
Selain itu ditambah (plus) dengan cara lainnya, seperti:
Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya
yang sejenis seminggu sekali.
Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, dan lain-lain(dengan
tanah, dll)
Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulitdikuras atau
di daerah yang sulit air
Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak penampungan air
Memasang kawat kasa
Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar
Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai
Menggunakan kelambu
Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk
Cara-cara spesifik lainnya di masing-masing daerah.
72
Pengendalian vektor terpadu atau IVM adalah pengendalian vektor yang
dilakukan dengan menggunakan kombinasi beberapa metode pengendalian vektor,
berdasarkan pertimbangan keamanan, rasionalitas dan efektivitas pelaksanaannya serta
kesinambungannya. IVM merupakan konsep pengendalian vektor yang diusulkan oleh
WHO untuk mengefektifkan berbagai kegiatan pemberantasan vektor oleh berbagai
institusi. IVM dalam pengendalian vektor DBD saat ini lebih difokuskan pada
peningkatan peran serta sektor lain melalui kegiatan Pokjanal DBD, Kegiatan PSN anak
sekolah dll.
73
Beberapa keuntungan ULV ground spraying application dibanding thermal
fogging yaitu:
Polusi udara lebih kecil. Untuk target area dan efektifitas yang sama penggunaan
pestisida (dosis) dapat lebih kecil dibanding operasional thermal foging (dapat
sampai 50%nya).
Mengurangi bahaya terhadap organisme bukan target.
Tidak ada bahaya kebakaran, karena ULV tidak memerlukan dorongan gas yang
panas
Tidak memberi dampak gangguan pada kesibukan kota dan keramaian lalu lintas,
karena fog ULV tidak mengganggu pengelihatan bila dibanding dengan thermal
fog
Biaya operasional dan penggunaan bahan-bahan lebih sedikit (efisien), namun
memberi dampak bila langsung mengenai cat minyak pada kayu dan cat mobil
pada jarak <3 meter.
74
2.5 Kerangka Teori
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori perilaku
Lawrence Green, yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3
faktor, yaitu:
Pengetahuan
Sikap
Faktor
Kepercayaan
Predisposisi
Keyakinan
Nilai-nilai
Lingkungan
Faktor
Pendukung
Sarana dan
Prasarana
75
VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN
PENGETAHUA
SIKAP
N PERILAKU
KEYAKINAN PENGENDA
LINGKUNGAN LIAN
SARANA DAN
PRASARANA
Gambar 2.2. Kerangka KonsepPerilaku Pencegahan Nyamuk DBD Di Keluarga
BinaanRT 01/ RW04 Kampung Pangkalan, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
76
Tabel 2.1 Definisi Operasional Diagnosis dan Intervensi Komunitas Area Masalah
Perilaku Pencegahan Nyamuk DBD pada Keluarga Binaan di RT 01 RW
04Kampung Pangkalan Desa Pangkalan Kecamatan Teluk Naga Kabupaten
Tangerang Provinsi Banten
77
Variabe Definisi Alat Ukur Cara Skala Hasil Variabel
l Operasional Ukur ukur Ukur
78
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam kegiatan baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat sosial, perlu
dilakukan pembatasan populasi dan cara pengambilan sampel. Populasi adalah
keseluruhan objek pengumpulan data (Arikunto, 2002). Dalam hal ini, yang menjadi
populasi adalah seluruh keluarga binaan di RT 001/ RW 004 Kampung Pangkalan, Desa
Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002).
Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah empat keluarga binaan yaitu keluarga Tn.
Delfia, keluarga Tn. Mintang, keluarga Tn. Amir Saamir, dan keluarga Tn. Dadang yang
memenuhi kriteria inklusi.
79
memperoleh data yang lebih lengkap. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti. Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah satu keluarga binaan di Desa
Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
b. Kriteria Ekslusi
80
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian,
yaitu :
No Tanggal Kegiatan
81
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap variabel
dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data
sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang
berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik.
Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel yang diukur adalah :
82
BAB IV
HASIL
83
TINGKAT PENDIDIKAN
22%
SD
SMP
22% 56%
SMA
PEKERJAAN
14%
BURUH
43%
IRT
Dari diagram 4.2 terlihat jenis pekerjaan terbanyak dari keluarga binaan adalah Buruh
(43%).
4.2 Variabel
Hasil analisis data ditampilkan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel variabel dalam
kuesioner yang dijawab 7 responden pada bulan Juni 2016.
84
Tabel 4.2. Distribusi Responden mengenai perilaku pencegahan nyamuk DBD
pada keluarga binaan di RT 001/RW 004, Kampung Pangkalan, Desa Pangkalan,
Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang,
Provinsi Banten, Juni 2016.
85
Tabel 4.4. Distribusi frekuensi responden tentang sikap terhadap perilaku
pencegahan nyamuk DBD di RT 001/RW 004, Kampung Pangkalan, Desa
Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tanggerang, Provinsi Banten, Juni 2016.
Total 7 100%
Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan sebagian responden memiliki sikap yang buruk
terhadap perilaku pencegahan nyamuk DBD (57,1%).
Total 7 100%
Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan responden terbesar memiliki keyakinan yang buruk
tentang perilaku pencegahan nyamuk DBD (71,4%).
86
Tabel 4.6. Distribusi frekuensi responden tentang faktor lingkungan
mempengaruhi perilaku pencegahan nyamuk DBDdiRT 001/RW 004, Kampung
Pangkalan, Desa Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten, Juni 2016.
Total 7 100 %
Tabel 4.7. Distribusi frekuensi responden tentang sarana dan prasarana yang
mendukung perilaku pencegahan nyamuk DBDdiRT 001/RW 004, Kampung
Pangkalan, Desa Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten, Juni 2016.
Total 7 100%
Berdasarkan Tabel 4.8 didapatkan bahwasarana dan prasarana mendukung perilaku
pencegahan nyamuk DBD menurut seluruh responden (85,7%).
87
Tabel 4.8.Hasil Analisis Univariat delapan variabel tentang perilaku pencegahan
nyamuk DBD pada keluarga binaan diRT 001/RW 004, Kampung Pangkalan,
Desa Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tanggerang, Provinsi Banten, Juni 2016.
Jumlah
No Variabel Hasil Ukur Persentase
(orang)
1 Perilaku Pencegahan Baik 0 0%
nyamuk DBD Cukup 2 28,6%
Kurang 5 71,4%
2 Pengetahuan Responden Baik 3 42,9%
Buruk 4 57,1%
88
89
Tabel 4.11 Tabel Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi Pada
Keluarga Binaan di RT 01/RW 004, Kampung Pangkalan, Desa Pangkalan,
Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang,
Provinsi Banten, Juni 2016.
Akar Penyebab Alternatif
No. Rencana Intervensi
Masalah Pemecahan Masalah
Memberikan penyuluhan
tentang pentingnya
Anggapan bahwa
Mengubah persepsi pendidikan
pendidikan kurang
1. responden tentang Memberikan penyuluhan
penting
pendidikan tentang pentingnya
menjalani program wajib
belajar 12 tahun
Memberikan penyuluhan
90
4.4 Intervensi Pemecahan Masalah yang Terpilih
Intervensi terpilih yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Memberikan penyuluhan tentang DBD, pentingnya melakukan 3M plus,
tata cara melakukan 3M plus dan dampak negatif penggunaan obat nyamuk
yang salah,.
2. Memberikan penyuluhan pentingnya melakukan kerja bakti 3M plus
3. Memberikan poster dan flyer tentang 3M plus
4. Memberikan alat pencegahan berupa obat nyamuk yang aman dan mudah
digunakan untuk keluarga.
91
Menetapkan Kegiatan Operasional
1. Konsep acara
Persiapan
1. Menentukan waktu pelaksanaan penyuluhan
2. Mempersiapkan konsep acara dan media yang akan digunakan
3. Menghubungi pemilik rumah dan meminta izin memakai ruangan tersebut
untuk kegiatan penyuluhan
4. Menghubungi kepala keluarga binaan untuk mengajak seluruh anggota
keluarga untuk berkumpul di ruangan rumah pada waktu yang sudah
ditentukan
Pelaksanaan
1. Penyuluhan dilaksanakan pada pukul 11:30 WIB di rumah masing-
masing.
2. Peserta penyuluhan dipersilakan untuk berkumpul pada waktu dan
jam yang telah ditentukan
3. Teknik pelaksanaan acara dilaksanakan secara rumah ke rumah
dengan anggota keluarga binaan sebagai peserta penyuluhan.
4. Acara penyuluhan dilaksanakan menggunakan media informasi dalam
bentuk poster dan flyer.
5. Pemberian alat pemberantasan nyamuk kepada keluarga binaan
6. Acara berakhir pada pukul 13:00 WIB.
2. Waktu dan Tempat
Acara penyuluhan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 22 Juni 2016 di
ruangan majelis di Kampung Pangkalan, Desa Pangkalan dan berlangsung
pukul 11:3013:00 WIB.
92
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Area Masalah
Perilaku Pencegahan Nyamuk Demam BerdarahDi Keluarga Binaan Di RT 01 /
RW 04 Kampung Pangkalan, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten Periode 14Juni 2016 22Juni 2016
93
3. Hasil Fishbone
a. Kurangnya pengetahuan responden disebabkan olehpersepsi masyarakat yang
salah tentang pentingnya pendidikan yang tinggi.
b. Keyakinan responden mengenai perilakupencegahan nyamuk demam berdarah
yang salah disebabkan oleh informasi dan kebiasaan yang salah dari orang-
orang disekitar responden serta kurangnya pengetahuan responden dalam
menyikapi hal tersebut.
c. Sikap responden yang buruk terhadap perilaku pencegahan nyamuk demam
berdarah disebabkan oleh persepsi yang salah tentang cara penerapan 3 M plus.
d. Lingkungan yang tidak mempengaruhi responden dalam perilaku pencegahan
nyamuk demam berdarah disebabkan oleh kurangnya kegiatan antar warga
yang bertujuan menjaga kebersihan lingkungan dan upaya 3 M plus.
5.2 Saran
Intervensi Pemecahan Masalah
1. Memberikan penyuluhan tentang Demam Berdarah, cara mencegah nyamuk
demam berdarah dengan 3 M plus, cara menggunakan anti nyamuk yang efektif
dan aman.
2. Memberikan obat anti nyamuk yang efektif, aman, murah dan mudah
digunakan, seperti lotion anti nyamuk dan anti nyamuk elektrik.
3. Memberikan saran kepada pemilik warung untuk menjual obat anti nyamuk
yang efektif, aman, murah dan mudah digunakan.
4. Memberikan penyuluhan pentingnya melakukan kerja bakti 3M plus
5. Memberikan saran kepada petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan
tentang pencegahan Demam Berdarah untuk mencegah KLB di kecamatan
Tegal Angus.
Intervensi yang terpilih yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Memberikan penyuluhan dengan poster dan flyertentangDemam Berdarah, cara
mencegah nyamuk demam berdarah dengan 3 M plus, cara menggunakan anti
nyamuk yang efektif dan aman.
2. Memberikan obat anti nyamuk yang efektif, aman, murah dan mudah
digunakan, seperti lotion anti nyamuk dan anti nyamuk elektrik.
94
a. Hendaknya mengajak masyarakat sekitar bersama-sama untuk saling
mengingatkan satu sama lain mengenai perilaku pencegahan nyamuk demam
berdarahdan upaya 3 M plus yang bermaanfaat mencegah demam berdarah.
b. Diharapkan kepada keluarga binaan untuk menerapkan hasil dari penyuluhan dan
cara penggunaan obat anti nyamuk yang efektif, aman, dan murah yang telah
didapat dan mengajarkannya kepada seluruh anggota keluarga.
c. Hendaknya pemilik warung di Kampung Pangkalanuntuk menyediakan dan
menjual obat anti nyamuk yang efektif, aman, dan murah yang dapat dijangkau
oleh keluarga binaan.
95
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1992. Undang Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
1992. Jakarta
96
LAMPIRAN I
KUISIONER
I. Identitas Responden
a) Nama :
b) Umur :
c) Jenis kelamin :
d) Status dalam keluarga :
e) Alamat :
f) Pendidikan terakhir :
g) Pekerjaan :
II. Pertanyaan
Perilaku Responden
1. Apakah anda sering menguras tempat penampungan air?
a. Ya
b. Kadang kadang
c. Tidak
2. Apakah anda sering menutup tempat penampungan air?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
3. Apakah anda sering membuang sampah pada tempatnya?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
97
c. Tidak
7. Apakah anda sering menggunakan lotion anti nyamuk pada saat beraktivitas atau
istirahat?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
9. Apakah anda meletakan obat penangkal nyamuk jenis apapun jauh dari
jangkauan anak-anak?
a. Ya
b. Kadang-kadang
c. Tidak
Pengetahuan
1. Bagaimana cara penularan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)?
a. Melalui nyamuk Aedes aegypti
b. Bersentuhan
c. Air liur
d. Udara
98
5. Bagaimana cara menangkal nyamuk DBD di rumah?
a. Menggunakan kelambu, kawat kasa, dan menghindari pakaian yang
digantung
b. Menggunakan kelambu, menyediakan jamban
c. Memasang obat nyamuk bakar dekat dengan anak-anak
d. Menyemprot obat nyamuk semprot dekat dengan makanan
Sikap
SANGAT SETUJU TIDAK SANGAT
SETUJU SETUJU TIDAK
SETUJU
1. Menaburkan abate pada bak mandi dapat
mencegah jentik nyamuk
2. Menutup tempat penampungan air dapat
mencegah jentik nyamuk
3. Saya akan membuang atau mengubur
sampah yang dapat menjadi sarang
nyamuk
4. Saya akan menggunakan lotion anti
nyamuk pada saat beraktivitas dan
istirahat
5. Menggunakan obat nyamuk bakar atau
semprot yang dekat dengan anak-anak,
sangat berbahaya bagi kesehatan
6. Memasang kelambu atau kawat kasa pada
ventilasi rumah dapat menangkal nyamuk
DBD
Keyakinan
SANGAT SETUJU TIDAK SANGAT
SETUJU SETUJU TIDAK
SETUJU
1. Fogging (Pengasapan) dapat membunuh
semua nyamuk DBD
2. Memasang obat nyamuk saja dapat
memberantas sarang nyamuk
3. Menggunakan obat nyamuk bakar dan
semprot sudah sangat aman
99
LingkunganResponden
1. Apakah dilingkungan anda sering diadakan kerja bakti membersihkan
lingkungan?
a. Ya
b. Tidak
SaranadanPrasarana
100
LAMPIRAN II
SKORING KUISIONER
I. ASPEK PERILAKU
Nilai tertinggi 18
101
Tidak menjawab mendapatkan poin 0
5. Untuk pertanyaan no.5 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 0
Tidak menjawab mendapatkan poin 0
6. Untuk pertanyaan no.1 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 0
Tidak menjawab mendapatkan poin 0
7. Untuk pertanyaan no.2 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 0
Tidak menjawab mendapatkan poin 0
8. Untuk pertanyaan no.3 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 0
Tidak menjawab mendapatkan poin 0
9. Untuk pertanyaan no.4 apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 0
Tidak menjawab mendapatkan poin 0
102
II. ASPEK PENGETAHUAN RESPONDEN
Nilai tertinggi 12
103
c. Mendapatkan poin 0
d. Mendapatkan poin 0
104
V. ASPEK LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
Nilai tertinggi 6
105
LAMPIRAN III
POSTER
106
LAMPIRAN IV
FLYER
107
LAMPIRAN V
KEGIATAN PRESURVEY
108
LAMPIRAN V
KEGIATAN INTERVENSI
109