Вы находитесь на странице: 1из 61

PERINGATAN !!!

Bismillaahirrahmaanirraahiim
Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan


referensi

2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila


Anda mengutip dari Dokumen ini

3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan


pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan
karya ilmiah

4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah

Selamat membaca !!!

Wassalamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

UPT PERPUSTAKAAN UNISBA


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGOBATAN SENDIRI
PADA KELOMPOK IBU RUMAH TANGGA DI KABUPATEN
PURWAKARTA TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukanuntukmemenuhitugasakhir
FakultasKedokteran
Universitas Islam Bandung

RIFA FAUZIA
10100109010

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2014
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
PENGOBATAN SENDIRI PADA KELOMPOK IBU RUMAH
TANGGA DI KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN 2014

SKRIPSI

RIFA FAUZIA
10100109010

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang telah dibuat oleh nama tersebut
diatas telah diperiksa dan direvisi, secara lengkap dan memuaskan, sehingga
dapat diajukan dalam sidang skripsi

Bandung, 18 Agustus 2014


Pembimbing I

Titik Respati, drg., MSc.PH


Pembimbing II

Eka Nurhayati, dr., M.Ph


Skripsi ini telah dipertahankan oleh penulis di dalam

seminar yang diadakan oleh

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung

Pada 12Agustus 2014

Yang dihadiri oleh

Ketua : Budiman, dr., M.KM

Pembahas I : Budiman, dr., M.KM

Pembahas II : Dadi S Argadireja, dr., MPH., DTM&H

PembahasIII : Susanti Dharmmika, dr., SpKFR


Motto:

QS Yunus: 57
Artinya: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada
dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Karya tulis ini kupersembahkan untuk orang tua

dan keluarga yang senantiasa selalu mendoakan

dan dorongan untuk terus tetap semangat


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT sebagai pemegang

kekuasaan tertinggi di seluruh jagat raya, karena dengan hidayah-Nya telah

memberikan kami secercah ilmu dan kemampuan dalam menyusun laporan akhir

dari penulisan skripsi. Shalawat beriring salam semoga selalu tercurah kepada

junjungan nabi besar Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya kejalan

kebenaran.

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Faktor

yang Mempengaruhi Perilaku Pengobatan Sendiri Pada Kelompok Ibu Rumah

Tangga di Kabupaten Purwakarta penulisan ini adalah guna memenuhi salah satu

syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran yang sedang penulis tempuh

di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung. Meskipun demikian, kami

sebagai penulis skripsi masih memiliki kekurangan, karena keterbatasan

pengetahuan dan pengalaman kami sebagai makhluk-Nya yang lemah.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya pada para pihak yang telah membantu baik secara langsung

maupun tidak langsung kepada Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Islam

Bandung Prof. Dr. Hj. Ieva B. Akbar, dr., AIF beserta staf yang telah memberikan

kontribusi dan membantu kelancaran dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih

banyak kepada dosen pembimbing I, Titik Respati, drg., MSc.PH dan Dosen

Pembimbing II Eka Nurhayati, dr., M.KM yang telah membantu membimbing

penulis tiada henti agar penulis dapat melaksanakan tugas dan kewajiban penulis

iii
dengan baik. Terimakasih kepada Budiman, dr., M.KM, Dadi S Argadireja, dr.,

MPH., DTM&H, dan Susanti Dharmika, dr., SpRM, selaku pembahas yang telah

memberikan kritik dan saran dalam memperbaiki skripsi ini. Kepada dosen wali

Ratna Dewi Indi Astuti, dr. yang selalu memberikan dukungan dan doa. Kepada

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta dan Seluruh staff Dinas

Kesehatan Kabupaten Purwakarta yang telah membantu kelancaran penelitian di

Dinas Kesehatan Kabupaten Purwakarta. Terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada kedua Orang Tua, Kakak, adik, dan keluarga besar yang saya sayangi dan

saya banggakan karena telah memberikan dukungan sarana dan prasarana bagi

kelancaran pelaksanaan penyusunan skripsi serta mendoakan demi kelancaran

untuk menempuh pelajaran pendidikan ini.

Kepada Regie Kurniadi Karna orang spesial yang selalu memberikan

nasehat dan motivasi agar penulis selalu semangat dalam menyelesaikan

penelitian ini. Kepada teman dan sahabat seperjuangan, Gisela, Winda, Serly, dan

teman-teman angkatan 2010 (Genesis) yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,

saya ucapkan terimakasih atas dukungan, semangat, dan kerjasamanya

Semoga segala amal kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis

mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT, penulis berharap skripsi

ini dapat berguna bagi siapa saja yang membacanya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Bandung, Agustus 2014

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK .. i
ABSTRACT .. ii
KATA PENGANTAR .......... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................. 6
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Aspek Teoritis .................................................................. 7
1.4.2. Aspek Praktis .................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Perilaku ........................................................................................... 8
2.1.1. Konsep Perilaku ................................................................. 8
2.1.2. Domain Perilaku ............................................................... 9
2.1.3. Teori Perilaku .............................................................. 12
2.2. Perilaku Kesehatan ............................................................... 13
2.3 Pengobatan
2.3.1. Pengobatan Sendiri ............................................................. 15
2.4. Model Kepercayaan Kesehatan ..................................................... 19
2.5. Penelitian Kualitatif ................................................................. 20
2.6. Diskusi Grup Terfokus ................................................................. 21
2.7. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Subjek Penelitian .......................................................................... 25
3.1.1. Narasumber .......................................................................... 25
3.2Metode Penelitian
3.2.1. Rancangan Penelitian .......................................................... 25
3.2.2. Prosedur Penelitian ............................................................ 26
3.3 Waktu dan Tempat ..................................................................... 28
3.4Etika Dasar Penelitian ..................................................................... 28

v
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 30
4.2 Konsep Sehat dan Sakit ..................................................................... 30

4.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan Masyarakat Tentang


Pengobatan Sendiri...................................................................................33
4.4 Keyakinan Masyarakat Terhadap Pengobatan Sendiri 37
4.5 Pengobatan Sendiri .. 39
4.6 Pembahasan . 41
4.7 Keterbatasan Penelitian . 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1.Kesimpulan .................................................................................. 44
5.2. Saran
5.2.1. Saran Akademis ................................................................. 44
5.2.2. Saran Praktis ....................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 45


LAMPIRAN ................................................................................................ 48

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respon) ..................................... . 8


2.3.2 Health Belief Models ........................................................................... 19
3.1. Analisis Data Kualitatif Miles Huberman .............................................. 28

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Panduan Wawancara Untuk Ibu Rumah Tangga .............................. 48

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Sehat adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan

sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau

kecacatan.1 Kesehatan seseorang tidak dapat diukur dari aspek fisik, mental, dan

sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitas dalam arti mempunyai pekerjaan

atau kemampuan menghasilkan secara ekonomi.2 Masyarakat yang sehat dapat

diikutsertakan dalam kegiatan pembangunan negara.3

Indonesia sebagai negara berkembang berusaha melakukan perbaikan

dalam bidang kesehatan, salah satunya program Indonesia Sehat. Untuk mengukur

kesuksesan program Indonesia Sehat dapat digunakan indikator derajat kesehatan

yang terdiri atas morbiditas, mortalitas, dan status gizi.3

Pemerintah Indonesia telah banyak melakukan berbagai upaya untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, antara lain dengan meningkatkan

pemerataan dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, penyediaan fasilitas

kesehatan, serta memberikan penyuluhan kesehatan agar masyarakat berperilaku

hidup sehat. Kesadaran masyarakat untuk menjaga diri agar tetap sehat dengan

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang sudah tersedia sangat diperlukan.4

Perilaku pencarian Pengobatan (Health Seeking Behavior) adalah pola atau

perilaku pencarian pelayanan kesehatan di masyarakat. Upaya masyarakat untuk

1
2

mengobati dirinya sendiri dikenal dengan istilah self medication atau

swamedikasi. Pengobatan sendiri merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

perawatan diri, yang dapat didefinisikan sebagai sumber daya kesehatan

masyarakat dalam sistem perawatan kesehatan. Self medication biasanya

dilakukan untuk penanggulangan secara cepat dan efektif keluhan yang tidak

memerlukan konsultasi medis. Keluhan-keluhan dan penyakit ringan yang banyak

dialami masyarakat, seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag,

cacingan, diare, penyakit kulit, dan lain-lain.7

Dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 masih banyak

masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan yang menggunakan obat untuk

swamedikasi. Obat yang digunakan adalah obat keras dan obat bebas terbatas,

namun dari data masyarakat lebih banyak menggunakan obat bebas untuk

swamedikasi.

Pola perilaku masyarakat pada waktu sakit atau mempunyai masalah

kesehatan menunjukan bahwa hampir separuh masyarakat Indonesia (44.14%)

jika sakit atau ada anggota keluarga yang sakit masih berusaha untuk mengobati

atau mengatasi sendiri sakitnya tersebut. Pengobatan sendiri yang dilakukan

masyarakat biasanya merupakan kombinasi antara obat modern maupun obat

tradisional. Data laporan hasil Riskesdas 2013 menyatakan bahwa sekitar 82.0%

masyarakat menggunakan obat bebas untuk swamedikasi, 35,7% obat keras,

15,7% menggunakan obat tradisional, 27,8% antibiotic, dan 6,4% tidak

diketahui.6

Banyak sekali masyarakat yang mengunjungi apotik-apotik maupun ke

toko obat untuk melakukan pengobatan sendiri, kebanyakan masyarakat yang


3

melakukan pengobatan sendiri ini menderita penyakit yang ringan. Keuntungan

pengobatan sendiri antara lain yaitu; aman bila digunakan sesuai dengan aturan,

efektif menghilangkan keluhan (80% keluhan sakit bersifat self-limiting), efisiensi

biaya, efisiensi waktu, ikut berperan dalam mengambil keputusan terapi, dan

meringankan beban pemerintah dalam keterbatasan jumlah tenaga dan sarana

kesehatan di masyarakat.8 Pengobatan sendiri umumnya menggunakan obat dari

warung di sekitar tempat tinggalnya.9 Kecenderungan melakukan pengobatan

sendiri tersebut diperkirakan akan semakin meningkat, sejalan dengan

meningkatnya aspek sosioekonomi masyarakat yang menurun dan sistem

pendidikan baik melalui jalur formal maupun informal, serta biaya pengobatan

yang meningkat.

Pengobatan sendiri hanya boleh dilakukan dengan menggunakan obat

yang termasuk golongan obat bebas dan obat bebas terbatas.10 Semua obat yang

termasuk golongan obat bebas dan obat bebas terbatas wajib mencantumkan

keterangan tentang kandungan zat, kegunaan, aturan pakai, dan pernyataan lain

yang diperlukan setiap kemasannya.11 Pengobatan sendiri yang sesuai dengan

aturan adalah apabila cara menggunakan obat sesuai dengan keterangan yang

tercantum pada kemasannya. Pengobatan sendiri yang tidak sesuai dengan aturan,

selain dapat membahayakan kesehatan juga pemborosan waktu dan biaya karena

harus melanjutkan upaya pencarian pengobatan.11

Obat bebas dan obat bebas terbatas bukan berarti obat tersebut bebas efek

samping, namun pemakaiannya harus sesuai dengan indikasi, lama pemakaian

yang benar, dan pengetahuan pengguna tentang resiko efek samping dan

kontraindikasinya. Ketika obat salah penggunaannya, dapat mengakibatkan


4

ketidakcocokan dan ketidak efektifan sehingga obat tidak berguna atau bahkan

membahayakan. Pengobatan yang tidak tepat dipengaruhi oleh pengetahuan dan

perilaku masyarakat tentang obat.7

Masalah utama dalam pengobatan sendiri selain dalam menggunakan obat

bebas dan obat bebas terbatas adalah penggunaan obat antimikroba.12 Penggunaan

obat antimikroba secara tidak tepat dapat menimbulkan resistensi. Masalah

resistensi obat antimikroba adalah masalah kesehatan dunia termasuk Indonesia.

Kasus resistensi obat antimikroba di Indonesia menduduki peringkat ke-8 dari 27

negara yang mempunyai beban tinggi kekebalan kuman terhadap obat di dunia. Di

Indonesia sekitar 92% masyarakat menggunakan obat antimikrobial secara tidak

tepat.13

Kabupaten Purwakarta yang memiliki visi pembangunan kesehatan berupa

Purwakarta Sehat, Mandiri dan Berkarakter, mengharapkan masyarakat dapat

mewujudkan masyarakat mandiri untuk hidup sehat sesuai dengan karakter dan

kearifan budaya serta pemanfaatan secara maksimal potensi lokal dalam

mendukung penyelenggaraan pembangungan yang berwawasan kesehatan. Untuk

tercapainya Purwakarta Sehat, Mandiri dan Berkarakter dinas kesehatan

melaksanakan program pelayanan kesehatan.14

Berdasarkan data dari program pelayanan kesehatan di Kabupaten

Purwakarta kunjungan pasien rawat jalan ke sarana pelayanan kesehatan yang

tercatat tahun 2012 di puskesmas sebanyak 383.717 orang meningkat

dibandingkan tahun 2011 sebanyak 342.198 kunjungan. Hasil survey

menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat yang melakukan kunjungan ke

puskesmas sebelumnya telah melakukan pengobatan sendiri. Pengobatan yang


5

mereka lakukan adalah dengan menggunakan obat bebas yang di sarankan oleh

keluarga atau orang terdekat atau berdasarkan pengalaman. Kunjungan ke

puskesmas dilakukan ketika penyakit semakin parah atau penyakit tidak kunjung

sembuh.14

Saat ini Bupati Purwakarta berupaya untuk meningkatkan pelayanan

kesehatan masyarakat, dengan jaminan kesehatan gratis untuk seluruh masyarakat

dengan tidak memandang kaya atau miskin. Fasilitas kesehatan di Kabupaten

Purwakarta sudah tersedia sampai ke pelosok, dan penyuluhan mengenai

pengetahuan dalam swamedikasi sudah tersampaikan. Masih banyak warga yang

melakukan pengobatan sendiri tanpa resep dokter antara lain berdasarkan

kepercayaan yang dianut oleh warga.11

Jumlah anggota masyarakat yang melakukan kunjungan ke puskesmas

sebesar 38.24% perempuan dan 36.43% laki-laki. Biasanya keluhan penyakit yang

dialami masyarakat adalah panas (14.91%), batuk (13.90%), pilek (15.23%),

asma/sesak nafas (2.46%), diare/buang air (2.14%), sakit kepala (yang 7.77%),

sakit gigi (2.36%), dan keluhan lainnya (13.09%). Pada umumnya masyarakat

yang mengalami gangguan kesehatan dan datang ke pelayanan kesehatan telah

sebelumnya melakukan pengobatan sendiri. Berdasarkan data profil dinas

kesehatan di dapatkan 292.024 orang yang mengeluhkan rasa sakit dan sebanyak

73.86% mencari pengobatan sendiri.14

Pada studi pendahuluan dengan kepala puskesmas diseluruh Kabupaten

Purwakarta, perilaku pengobatan sendiri pada masyarakat lebih banyak dilakukan

oleh ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga dianggap lebih mengetahui kondisi

kesehatan anggota keluarganya. Ibu rumah tangga memiliki kepekaan yang lebih
6

besar dalam melakukan pencarian pengobatan karena kesehatan merupakan

kebutuhan yang utama dalam keluarga.17

Ibu-ibu rumah tangga di Kabupaten Purwakarta selain memiliki tugas

mengelola rumah juga bertugas mengurus kesehatan setiap anggota keluarga. Ibu

rumah tangga lebih kritis dan berperan dalam mengambil keputusan masalah

kesehatan tanpa tidak melupakan peran kepala keluarga dalam rumah tangga.

Kepala keluarga lebih banyak menyerahkan tugas untuk mencari pengobatan

kepada istri/ ibu bagi anggota keluarganya.

Warga Kabupaten Purwakarta dapat mengakses jenis obat apapun yang

mereka inginkan baik di apotik maupun di toko obat dengan mudah. Tidak sedikit

diantara mereka yang membeli obat golongan keras untuk melakukan pengobatan

sendiri.14 Berdasarkan pemaparan di atas, keadaan tersebut merupakan hal yang

penting untuk diteliti, maka peneliti mengambil topik penelitian mengenai Faktor

yang Mempengaruhi Perilaku Pengobatan Sendiri Pada Kelompok Ibu Rumah

Tangga di Kabupaten Purwakarta tahun 2014.

1.2 Rumusan Masalah

Faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku pengobatan sendiri pada kelompok

ibu rumah tangga di Purwakarta ?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku pengobatan sendiri

pada kelompok ibu rumah tangga di Purwakarta.


7

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Aspek Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah pada bidang

ilmu promosi kesehatan.

2. Penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya mengenai

Health Seeking Behavior.

1.4.2 Aspek Praktis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi peneliti yang

akan melakukan penelitian ini lebih lanjut.

2. Penelitian ini dapat menjadi evaluasi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten

Purwakarta untuk peningkatan program kesehatan di Kabupaten

Purwakarta
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

Berdasarkan sudut pandang biologis, perilaku merupakan suatu kegiatan

atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Berdasarkan sudut

pandang biologis ini, yang dimaksud dengan makhluk hidup mulai dari tumbuhan,

hewan hingga manusia, karena masing-masing memiliki aktivitasnya sendiri.15

Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat

diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut

Skinner, perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar).15

2.1.1 Konsep Perilaku

Stimulus Organisme

Respons Tertutup Respons Terbuka


Pengetahuan Praktik/Tindakan
Sikap (Overt Behavior)
(Covert Behavior)

Gambar 2.1 Teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respon) 14


Dikutip dari: Notoatmodjo, S 14

Perilaku terbentuk melalui dua faktor utama yaitu stimulus yang

merupakan faktor dari luar diri seseorang (faktor eksternal), dan respons

merupakan faktor dari dalam diri (faktor internal). Faktor eksternal atau stimulus

8
9

merupakan faktor lingkungan (lingkungan fisik, dan nonfisik dalam

bentuk sosial, budaya, ekonomi, politik). Menurut penelitian, faktor eksternal

yang memiliki peran yang dominan dalam membentuk perilaku manusia adalah

faktor sosial dan budaya, sedangkan faktor internal yang menentukan seseorang

merespons stimulus dari luar adalah perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi,

fantasi, sugesti.14,15

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan

menjadi dua :

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Seseorang dalam memberikan respon terhadap suatu stimulus masih

terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini

masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran dan sikap

yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat

diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respon tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek

(practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. 15

2.1.2 Domain Perilaku

Walaupun perilaku merupakan suatu bentuk dari respons terhadap

stimulus, tetapi dalam memberikan respons sangat bergantung pada karakteristik

seseorang. Stimulus yang sama dapat menghasilkan respons yang berbeda pada

setiap individu. Menurut Benyamin Bloom (1908), perilaku manusia terdiri tiga
10

domain yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam perkembangan

selanjutnya, teori Bloom ini dimodifikasi dan dikembangkan menjadi:

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi akibat adanya

pengindraan terhadap objek tertentu dan merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan (overt behavior).

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat memori yang telah ada sebelumnya

setelah mengamati sesuatu.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan dan dapat

menginterpretasikan tentang objek yang diketahui dengan benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan prinsip yang

telah diketahui dan dipahami pada situasi yang sebenarnya.

d. Analisis (Analysis)

Analisis merupakan kemampuan untuk menjelaskan, kemudian mencari

hubungan antara masing-masing komponen yang terdapat dalam suatu

objek yang diketahui.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan untuk membentuk formulasi baru dari

formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)
11

Evaluasi merupakan kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap

objek tertentu yang didasarkan pada kriteria tertentu.

2. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan respons yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek

tertentu. Batasan dari manifestasi sikap dapat disimpulkan bahwa sikap tidak

dapat dilihat, dan sikap merupakan kesiapan ataupun predisposisi untuk

melakukan suatu tindakan.

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan.

b. Menanggapi (Responding)

Menanggapi diartikan memberikan tanggapan terhadap objek yang

dihadapi.

c. Menghargai (Valuing)

Menghargai diartikan bahwa seseorang membahas, bahkan mengajak

atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain terhadap suatu objek.

d. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas yang telah dipilih dan diyakini dengan segala

resiko yang ada.

3. Tindakan atau Praktik (Practice)

Adanya sikap belum tentu akan menjadi suatu tindakan (overt behavior),

karena untuk menjadi suatu tindakan diperlukan faktor lain yang mendukung,

antara lain terdapat fasilitas atau sarana dan prasarana, serta faktor dukungan

dari pihak lain.


12

Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut

kualitasnya:

a. Respons terpimpin (Guided Response)

Respons terpimpin diartikan apabila subjek telah melakukan sesuatu tetapi

masih bergantung pada panduan.

b. Praktik secara mekanisme (Mechanism)

Praktik secara mekanisme diartikan apabila subjek telah melakukan sesuatu

hal secara otomatis.

c. Adopsi (Adoption)

Adopsi diartikan apabila tindakan yang dilakukan sudah berkembang dan

dilakukan modifikasi, sehingga apa yang dilakukan merupakan tindakan atau

perilaku yang berkualitas.14,15

2.1.3 Teori Perilaku

WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku

tertentu karena adanya alasan pokok, yang termasuk ke dalam teori thoughts and

feeling, yakni dalam bentuk:

a. Pengetahuan

Pengetahuan didapat dari pengalaman sendiri ataupun dari pengalaman orang

lain.

b. Kepercayaan

Kepercayaan sering diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Menerima

kepercayaan tersebut berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian.

c. Sikap
13

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek

tertentu, sering diperoleh dari pengalaman sendiri ataupun dari orang lain

yang paling dekat.

d. Orang penting sebagai referensi

Perilaku lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang dianggap penting.

Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang dikatakan atau

perbuatan yang dilakukan cenderung untuk dicontoh. Orang-orang yang

dianggap penting disebut kelompok referensi (reference group), antara lain

guru, ulama, kepala adat (suku), kepala desa, dan sebagainya.

e. Sumber-sumber daya (resources)

Sumber daya ini mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan sebagainya.

Semua hal tersebut berpengaruh terhadap perilaku seseorang.18

2.2 Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan merupakan respons seseorang terhadap stimulus yang

berhubungan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan. Menurut Becker (1979), perilaku kesehatan dapat dibedakan menjadi

tiga, yaitu:
14

1. Perilaku sehat (Healthy behavior)

Perilaku sehat merupakan setiap perilaku yang berkaitan dengan upaya

mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, yang mencakup:

a. Makan dengan menu yang seimbang (appropriate diet) yang memenuhi

kebutuhan nutrisi tubuh, baik secara kuantitas maupun kualitasnya.

b. Kegiatan fisik secara teratur dan cukup.

c. Tidak merokok dan mengkonsumsi minuman keras serta narkoba.

d. Istirahat yang cukup.

e. Pengendalian dan manajemen stres.

f. Perilaku atau gaya hidup yang positif bagi kesehatan.

2. Perilaku sakit (Illness behavior)

Perilaku sakit berkaitan dengan respons seseorang yang sakit atau terkena

masalah kesehatan baik itu dirinya sendiri maupun keluarganya, untuk

mencari dan memperoleh penyembuhan. Perilaku ini disebut perilaku

pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior).

Saat seseorang atau keluarganya sakit, ada beberapa perilaku yang muncul,

antara lain:

a. Didiamkan saja (no action), artinya sakit tersebut diabaikan.

b. Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri (self

treatment atau self medication).

c. Mencari penyembuhan, yaitu ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasilitas

pelayanan kesehatan tradisional dan fasilitas pelayanan kesehatan

modern atau profesional).


15

3. Perilaku peran orang sakit (The sick role behavior)

Orang sakit (pasien) memiliki hak orang sakit dan kewajiban sebagai orang

sakit. Hak dan kewajiban ini disebut sebagi perilaku peran orang sakit, yang

meliputi:

a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.

b. Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas kesehatan yang tepat

untuk memperoleh kesembuhan.

c. Melakukan kewajiban sebagai pasien seperti mematuhi nasihat dokter

atau perawat.

d. Tidak melakukan hal yang merugikan untuk proses penyembuhan.15

2.3 Pengobatan

2.3.1 Pengobatan Sendiri

Berdasarkan penelitian oleh Sudibyo Supardi dan Mulyono Notosiswoyo

masyarakat melakukan pengobatan sendiri dengan alasan sakit ringan, hemat

biaya, dan hemat waktu, serta sifatnya sementara, yaitu penanggulangan pertama

sebelum berobat ke puskesmas atau mantri. Pengobatan sendiri yang benar (sesuai

dengan aturan) masih rendah karena umumnya masyarakat membeli obat secara

eceran sehingga tidak dapat membaca keterangan yang tercantum pada kemasan

obat.27

Berdasarkan penelitian Sonam Jain faktor yang mempengaruhi pengobatan

sendiri adalah efisiensi waktu, biaya lebih hemat, cepat sembuh, akses lebih

mudah.28 Pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh masyarakat untuk

tujuan mengobati pengobatan sakit tanpa resep/nasihat tenaga medis.18


16

Pengobatan sendiri merupakan bagian dari perawatan diri yang termasuk dalam

sumber daya kesehatan masyarakat terutama sistem perawatan kesehatan.

Keuntungan pengobatan sendiri antara lain aman bila digunakan sesuai dengan

aturan, efektif menghilangkan keluhan (80% keluhan sakit bersifat self-limiting),

efisiensi biaya, dan efisiensi waktu.

Masyarakat mendapatkan informasi tentang pengobatan sendiri dari

tetangga, apoteker, keluarga, dan ke efektifitasan obat yang dirasakan pasien

sebelumnya. Upaya pengobatan sendiri mengacu pada kemampuan sendiri, tanpa

petunjuk dokter atau tenaga medis, untuk mengatasi sakit atau keluhan kesehatan

dengan menggunakan obat. Penyakit atau keluhan yang dimaksud antara lain

demam, batuk, pilek, nyeri kepala, diare, sakit gigi, pegal linu, dan sesak nafas.

Pengobatan sendiri hanya boleh menggunakan obat yang termasuk golongan obat

bebas dan obat bebas terbatas.10

Tanda golongan obat harus tercantum pada setiap kemasan obat. Semua

obat yang termasuk golongan obat bebas dan obat bebas terbatas wajib

mencantumkan keterangan tentang kandungan zat berkhasiat, kegunaan, aturan

pakai, dan pernytaan lain yang diperlukan dalam setiap kemasan.11 Semua

kemasan obat bebas terbatas wajib mencantumkan tanda peringatan apabila sakit

berlanjut segera hubungi dokter. 19

Masalah utama dalam pengobatan sendiri selain dengan menggunakan

obat bebas dan obat bebas terbatas adalah dengan menggunakan obat

antimicrobial dan antibiotik.. Antimikroba merupakan obat yang digunakan untuk

memberantas infeksi mikroba, sedangkan antibiotik merupakan senyawa kimia

yang dihasilkan oleh mikroorganisme (khususnya dihasilkan oleh jamur) atau


17

dihasilkan secara sistemik yang dapat membunuh atau menghambat

perkembangan bakteri dan organism lain.20 Penggunaan obat antibiotik secara

tidak tepat dan terus menerus dapat menghasilkan bakteri yang resisten atau dapat

bertahan terhadap pengobatan yang diberikan, sehingga menyebabkan seseorang

yang menggunakan antibiotik tidak tepat maka bakteri yang sensitif akan terbunuh

dan bakteri yang resisten akan tetap bertahan dan meningkat.21

Bakteri yang resisten akan sangat menyulitkan proses pengobatan.

Resistensi terjadi ketika bakteri berubah dalam satu atau lain hal yang

menyebabkan turun atau hilangnya efektivitas obat, senyawa kimia atau bahan

lainnya yang digunakan untuk mencegah atau mengobati infeksi. Bakteri yang

bertahan hidup dan berkembang biak, menimbulkan lebih banyak bahaya.22

Resistensi obat terjadi ketika :

1. Penggunaan yang kurang tepat (irrasional)

2. Faktor yang berhubungan dengan pasien. Pasien dengan pengetahuan yang

salah akan cenderung menganggap wajib diberikan antibiotic dalam

penanganan penyakit meskipun disebabkan oleh virus, misalnya flu, batuk-

pilek,dan sebagainya.

3. Peresepan : dalam jumlah besar, meningkatkan unnecessary health care

expenditure dan seleksi resistensi terhadap obat-obatan baru.

4. Penggunaan monoterapi

5. Promosi komersial dan penjualan besar-besaran oleh perusahaan serta

didukung pengaruh globalisasi, memudahkan terjadinya pertukaran barang

sehingga jumlah antibiotik yang beredar semakin luas. Hal ini

memudahkan akses masyarakat luas terhadap antibiotik.


18

6. Pengawasan : lemahnya pengawasan yang dilakukan pemerintah dalam

ditribusi dan pemakaian antibiotik, sehingga pasien dengan mudah

mendapatkan antibiotik tanpa resep dokter.13

Resistensi antibiotik terhadap mikroba menimbulkan beberapa konsekuensi

yang fatal. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang gagal berespon

terhadap pengobatan mengakibatkan perpanjangan penyakit, meningkatnya resiko

kematian, dan semakin lama masa rawat inap di rumah sakit.23

Pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan mencakup empat kriteria

antara lain (a) tepat golongan, (b) tepat obat, (c) tepat dosis, dan (d) lama

pengobatan terbatas.22 Jadi, kesimpulan pengobatan sendiri yang sesuai dengan

aturan adalah penggunaan obat bebas atau bebas terbatas sesuai dengan

keterangan yang tercantum pada kemasannya.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan obat :

1. Penggunaan obat tidak untuk pemakaian yang terus menerus.

2. Penggunaan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur.

3. Menghindari penggunaan obat orang lain walaupun gejala penyakitnya sama.

4. Menghentikan pemakaian obat apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

5. Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap tanyakan

pada apotek atau petugas kesehatan.

Dampak positif dari pengobatan sendiri diantara dapat mengatasi masalah

kesehatannya secara dini, keberhasilannya antara lain mengurangi beban pusat-

pusat pelayanan kesehatan, serta biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah.

Dampak negatif diantaranya jika salah penggunaan obat akan memperparah

penyakitnya, biaya relatif lebih mahal karena harus ke tempat pelayanan


19

kesehatan, waktu banyak terbuang. Sehingga perilaku pengobatan sendiri baik

dilakukan jika penanganannya tepat.

2.4 Model Kepercayaan Kesehatan (The Health Belief Models)

Gambar 2.3.2 Health Belief Models


Dikutip dari: Imers, B. K.25

Health Belief Model merupakan bentuk penjabaran dari model sosio-

psikologis. Model ini muncul berdasarkan kenyataan bahwa masalah-masalah

kesehatan ditandai oleh kegagalan-kegagalan seseorang atau masyarakat untuk

menerima usaha pencegahan dan penyembuhan penyakit. 25, 24

Health Belief Model menyatakan bahwa terdapat faktor internal, enam

keyakinan serta faktor paparan eksternal yang dapat membuat seseorang bertindak

untuk melawan atau mengobati penyakitnya. Faktor tersebut antara lain adalah:

1. Perceived succeptibility yaitu keyakinan akan kerentanan tubuh terhadap

penyakit.

2. Perceived severity yaitu keyakinan akan keparahan suatu penyakit.


20

3. Perceived benefit yaitu keyakinan bahwa terdapat keuntungan atau

manfaat melakukan pengobatan terutama untuk mengurangi kerentanan

dan keparahan suatu penyakit.

4. Perceived barriers yaitu keyakinan bahwa manfaat yang diterima akibat

suatu pengobatan jauh lebih berharga daripada hambatan-hambatan yang

menghalanginya.

5. Cues action yaitu faktor-faktor paparan yang mempengaruhi dilakukannya

suatu tindakan, misalnya iklan di televisi, informasi dari internet ataupun

pengaruh dari orang terdekat.

6. Self efficacy yaitu tingkat kepercayaan diri bahwa seorang individu mampu

melakukan suatu tindakan untuk mengobati penyakitnya.25

2.5 Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-

penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau

dengan cara-cara kuantifikasi. Penelitian kualitatif dapat menunjukkan kehidupan

masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, pergerakan sosial,

dan hubungan kekerabatan. Penelitian kualitatif dieksplorasi dan diperdalam dari

fenomena sosial atau lingkungan sosial yang terdiri atas pelaku, kejadian, tempat,

dan waktu. Merancang penelitian kualitatif membutuhkan pengamatan yang tepat,

teliti, dan kehati-hatian dalam membuat kerangka kerja, desain penelitian secara

keseluruhan, dan detail bagian-bagian di dalamnya.

Proses penelitian kualitatif melibatkan upaya-upaya penting, seperti

mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data


21

yang spesifik dari para partisipan, menganalisis data secara induktif mulai dari

tema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna data.

Dengan demikian yang perlu dipertimbangkan penelitian kualitatif dalam

merancang penelitian meliputi (1) asumsi-asumsi pandangan dunia filosofis yang

mereka bawa ke dalam penelitiannya; (2) strategi penelitian yang berhubungan

asumsi-asumsi tersebut, dan (3) metode atau prosedur spesifik dapat

menerjemahkan strategi tersebut ke dalam praktik nyata.25

2.6 Diskusi Grup Terfokus (Focus Grup Discussion)

Diskusi grup terfokus (focus grup discussion) adalah suatu proses

pengumpulan informasi suatu masalah tertentu yang sangat spesifik melalui

diskusi kelompok dan suatu pertemuan dengan peserta yang diundang oleh

peneliti dengan maksud mengumpulkan informasi mengenai hal-hal tertentu yaitu

dengan fokus atau titik perhatian, melalui pembicaraan terarah. Interaksi diantara

peserta merupakan dasar untuk memperoleh informasi.30, 31 Dengan perkataan lain

focus group discussion merupakan proses pengumpulan informasi bukan melalui

wawancara, bukan perorangan, dan bukan diskusi bebas tanpa topik spesifik.

Metode diskusi grup terfokus termasuk metode kualitatif. Seperti metode

kualitatif lainnya (direct observation, indepth interview, dsb) diskusi grup

terfokus berupaya menjawab jenis-jenis pertanyaan how-and why, bukan jenis-

jenis pertanyaan what-and-how-many yang khas untuk metode kuantitatif (survei,

dsb). Diskusi grup terfokus dan metode kualitatif lainnya sebenarnya lebih sesuai

dibandingkan metode kuantitatif untuk suatu studi yang bertujuan to generate

theories and explanations. Peserta mempunyai kesempatan yang sama untuk


22

mengajukan dan memberikan pernyataan, menanggapi, komentar maupun

mengajukan pertanyaan.

Tujuan dilakukan diskusi grup terfokus adalah untuk memperoleh masukan

maupun informasi mengenai suatu permasalahan yang bersifat lokal dan spesifik,

dan untuk mengumpulkan tentang pendapat suatu kelompok mengenai suatu hal.

Karakteristik dalam diskusi grup terfokus adalah dalam satu kelompok terdiri dari

6-7 atau 6-12 orang.25, 29


Dalam forum grup diskusi informan memiliki

kesempatan untuk mendengarkan kontribusi dari yang lain, memikirkan mengenai

presepsi pribadi mereka mengenai masalah atau kejadian yang mungkin memicu

pemahaman baru atau membantu mereka mengembangkan ide-ide mereka secara

lebih jelas dan mendapatkan pemahaman baru melalui interaksi mereka dengan

orang lain dalam kelompok.29

Dalam melakukan diskusi grup terfokus dibutuhkan 1 (satu) orang

moderator, 1 (satu) pencatat proses, 1 (satu) pengembang peserta dan 1 (satu) atau

2 (dua) orang logistik dan blocker. Tugas utama moderator atau fasilitator adalah

menjamin terbentuknya suasana yang akrab, saling percaya dan yakin diantara

peserta, peserta harus saling diperkenalkan, menerangkan tatacara berinteraksi

dengan menekankan bahwa semua pendapat dan saran mempunyai nilai yang

sama dan sama pentingnya dan tidak ada jawaban yang benar atau salah, cukup

mengenal permasalahannya sehingga dapat mengajukan pertanyaan yang sesuai

dan bersifat memancing peserta untuk berfikir, perlu adanya garis besar topik

yang akan didiskusikan untuk menentukan arah diskusi.

Moderator harus berskap santai, antusias, lentur, terbuka terhadap saran-

saran, bersedia diinterogasi, bersabar dan harus dapat mengendalikan suaranya,


23

memperhatikan keterlibatan peserta, tidak boleh berpihak atau membiarkan

beberapa orang tertentu memonopoli diskusi dan memastikan bahwa setiap orang

mendapat kesempatan yang cukup untuk berbicara, memperhatikan komunikasi

atau tanggapan yang berupa bahasa tubuh atau non verbal, mendengarkan diskusi

sebaik-baiknya sambil memperhatikan waktu dan mengarahkan pembicaraan agar

dapat berpindah dengan lancar dan tepat pada waktunya sehingga semua masalah

dapat dibahas sepenuhnya. Lama pertemuan tidak lebih dari 90 menit, untuk

menghindari kelelahan.

Peserta diskusi adalah orang dari populasi sasaran terpilih secara acak

sehingga dapat mewakili populasi sasaran. Tetapi seringkali cara ini tidak

mungkin dilakukan atau tidak diinginkan karena adanya keterbatasan ekonomi,

demografis atau kebudayaan, maka lebih baik membentuk kelompok yang

umumnya, yaitu dengan menyaring berdasarkan karakteristik tertentu.29, 30

2.7 Kerangka Pemikiran

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam dirinya

dan juga faktor diluar dirinya seperti pengaruh dari orang-orang terdekat dan

lingkungannya. Perilaku melakukan atau mencari pengobatan dengan mengobati

sendiri penyakit yang diderita merupakan salah satu tingkat respon terhadap sakit

dan penyakit. Perilaku pengobatan sendiri dipengaruhi oleh faktor internal dan

faktor eksternal yang dapat membuat seseorang bertindak untuk mengobati

penyakitnya. Faktor internal dan ekstrenal terdiri dari tokoh (orang tua, keluarga,

tokoh agama, tokoh masyarakat, kepala desa), manfaat, waktu, jarak pelayanan

kesehatan, biaya, pendidikan, pengetahuan, sikap, kepercayaan, pengalaman


24

sebelumnya, dan lingkungan yang kemudian akan menghasilkan suatu perilaku

pengobatan sendiri yang benar dan tidak benar.

Berdasarkan teori Health Beliefs Model, maka kerangka pemikiran yang

dikembangkan akan tampak seperti gambar di bawah ini:

Self Efficacy
Perceived succeptibility

Perceived severity
Perilaku
Pengobatan
Perceived benefits sendiri

Perceived barriers

Cues action
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga di

Kabupaten Purwakarta.

3.1.1 Narasumber

Narasumber adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi

tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Narasumber merupakan sebagian atau

wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini narasumber yang digunakaan

adalah purposive sampling. Narasumber ditentukan oleh peneliti sesuai dengan

penelitian yang akan diteliti. Jumlah narasumber tidak dapat ditentukan. Ketika

informasi yang didapat dari narasumber sudah mencapai kejenuhan data maka

pengambilan narasumber dihentikan.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menyediakan informasi berupa perilaku

pengobatan sendiri pada kelompok ibu rumah tangga di Kabupaten Purwakarta,

sehingga rancangan yang digunakan untuk penelitian ini adalah penelitian

kualitatif dengan metode studi kasus. Studi kasus merupakan penelitian tentang

suatu kesatuan sistem. Kesatuan ini dapat berupa program, kegiatan, peristiwa,

atau sekelompok individu yang terkait oleh tempat, waktu, atau ikatan tertentu.

25
26

Studi kasus adalah penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data,

mengambil makna, dan memperoleh pemahaman dari kasus tersebut. Kasus sama

sekali tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan untuk memperoleh

kesimpulan dari populasi. Studi kasus ini bertujuan mengembangkan metode kerja

yang dianggap paling efisien. Peneliti mengadakan telaah secara mendalam

tentang suatu kasus. Kelebihan penelitian kualitatif dengan model studi kasus

adalah bersifat luwes dalam hal metode pengumpulan data yang digunakan.

Metode yang digunakan dalam studi kasus antara lain wawancara, observasi,

materi audiovisual, focus group discussion, dan dokumentasi. 24

3.2.2 Prosedur penelitian

Pada penelitian ini akan dilakukan alur penelitian sebagai berikut :

1. Mempersiapkan perizinan untuk mengambil data di lapangan.

2. Memilih narasumber yang dapat memberikan informasi sesuai dengan yang

akan diteliti oleh peneliti yaitu berjumlah 11 ibu rumah tangga.

3. Menyiapkan perlengkapan penelitian berupa alat tulis dan alat perekam.

4. Melakukan penelitian dengan diskusi grup terfokus (FGD) merupakan suatu

percakapan kelompok dengan suatu tujuan, menggali suatu topik yang baru dan

merupakan kesempatan untuk mengamati sekelompok orang yan terpilih yang

membahas topik yang menarik bagi peneliti. Biasanya dalam satu kelompok

terdiri dari 6-7 atau 6-12 orang.26, 29


Dalam forum grup diskusi narasumber

memiliki kesempatan untuk mendengarkan kontribusi dari yang lain,

memikirkan mengenai presepsi pribadi mereka mengenai masalah atau

kejadian yang mungkin memicu pemahaman baru atau membantu mereka


27

mengembangkan ide-ide mereka secara lebih jelas dan mendapatkan

pemahaman baru melalui interaksi mereka dengan orang lain dalam kelompok.

Diskusi grup terfokus dilakukan kepada narasumber yang ditentukan yaitu

dengan memberikan pertanyaan bentuk nonkontroversial yang difokuskan pada

pengalaman atau perilaku narasumber sampai mendapatkan hubungan baik

dengan narasumber, selanjutnya melakukan diskusi sesuai dengan pertanyaan

yang terkait dengan penelitian. Anggota forum grup diskusi terdiri dari ibu

rumah tangga.

5. Segera setelah FGD dilakukan, peneliti akan melakukan transkripsi dan reduksi

data. Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan dan penyederhanaan data

hasil wawancara.

6. Langkah selanjutnya adalah melakukan coding-categorization-theme untuk

data yang telah direduksi.

7. Langkah selanjutnya adalah deskripsi dan penyajian data dalam bentuk

deskripsi naratif.

8. Langkah terakhir adalah verifikasi data untuk menghindarkan terjadinya bias.

Langkah ini dilakukan sesuai dengan bagan analisis data dari Miles dan

Huberman seperti pada gambar 3.1 di bawah ini.


28

Penyajian Data
Pengumpulan Data

Kesimpulan-kesimpulan
Reduksi Data Penarikan/verifikasi

Gambar 3.1 Analisis Data Kualitatif Miles-Huberman


Dikutip dari: Ghony MD, Fauzan A 201226

3.3 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei tahun 2014 di Kabupaten

Purwakarta

3.4 Etika Dasar Penelitian

Terdapat empat prinsip utama dalam etika penelitian, yaitu:

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity) Dalam

penelitian harus mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk

mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian

serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk

berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy).

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy

amd confidentiality)

Dalam penelitian, tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas

baik nama maupun alamat asal subjek untuk menjaga anonimitas dan

kerahasiaan identitas subjek. Dan dapat digantikan dengan menggunakan


29

kode (inisial atau identification number) sebagai pengganti identitas

responden.

3. Keadilan dan inklusifitas (respect for justice and inclusiveness)

Penelitian harus dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional,

berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,

keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius subjek

penelitian.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms

and benefits)

Penelitian yang dilakukan dilaksanakan sesuai dengan prosedur penelitian

untuk mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subjek

penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficence), serta

meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek (nonmaleficence).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode diskusi grup terfokus (FGD) yang

merupakan suatu percakapan kelompok dengan suatu tujuan untuk, menggali

suatu topik yang baru. Merupakan kesempatan untuk mengamati sekelompok

orang yang terpilih yang membahas topik yang menarik bagi peneliti. Diskusi

grup terfokus ini dilakukan sebanyak 3 kali, dimana dalam satu kali diskusi

berjumlah 11 narasumber narasumber yang merupakan ibu rumah tangga di

Kabupaten Purwakarta.

4.2 Konsep Sehat dan Sakit

Hasil penelitian pada kelompok ibu rumah tangga dengan jumlah

narasumber 11 narasumber pergrup didapatkan mengenai pengertian sehat. Sehat

adalah sehat secara fisik, rohani, hidup berdasarkan pola hidup bersih dan sehat,

mereka yang tidak punya penyakit, dan tidak punya keluhan sehingga mereka

merasa ceria, aktifitas yang mereka kerjakan berjalan lancar, dan tidur nyenyak.

Hidup sehat sangat berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Dalam keadaan

sehat orang yang memiliki pekerjaan dapat mengerjakan tugas dengan baik, anak-

anak dapat bermain dengan riang gembira, anak sekolah dapat melaksanakan

tugasnya sebagai pelajar dengan baik, dan orang tua dapat mengerjakan tugas

mereka sebagai orang tua dengan baik dan benar.

30
31

Peran keluarga sangat berpengaruh dalam terwujudnya hidup sehat. Dalam

menjaga kesehatan keluarga mereka menerapkan pola perilaku hidup bersih dan

sehat kepada keluarga mereka, saling bergotong-royong dalam membersihkan

rumah dari debu dan kotoran lainnya, tidak ada keluarga yang merokok didalam

rumah, dan makan makanan yang bergizi. Seperti yang dikatakan oleh

narasumber berikut :

Menurut saya sehat itu tidak punya penyakit, tidak punya keluhan, terus

gaya hidup berdasarkan perilaku hidup bersih dan sehat pola makannya benar

bergizi. (Ibu 1)

Diketaui secara fisik rohani dan jasmani itu kegiatan semuanya lancar.

(Ibu 7)

Sehat mah kalau lagi bekerja lancar terus (Ibu 4)

Konsep sakit menurut narasumber adalah suatu keadaan seseorang yang

banyak mengeluh. Keluhan yang dirasakan biasanya badannya terasa lemas, mual,

dan pusing sehingga aktifitas tidak berjalan maksimal, nafsu makan menurun

sehingga berat badan menurun. Keadaan tersebut mempengaruhi dari perasaan

mereka dimana dalam keadaan sehari-hari mereka tidak ceria, tidak bergairah dan

murung.

Aktifitas gak bisa makan gak enak segala gak enak(Ibu 2)

Kalau udah sakit teh badan lemes terus nafsu makan berkurang

bawaannya males ngapa-ngapain (Ibu 5)

Biasanya anak saya suka ngeluhin mual sama pusing,kalau udah gitu teh

yang asalnya ceria jadi murung. (Ibu 6)


32

Sakit yang dirasakan oleh mereka terjadi akibat dari aktifitas berlebihan,

stress dan faktor lingkungan. Aktifitas yang berlebihan akan membuat mereka

sulit untuk beristirahat, sulit tidur, dan makanpun tidak teratur. Ketika mereka

sedang melakukan aktifitas berlebihan maka energi yang dikeluarkan dari tubuh

manusia semakin meningkat. Ketika tubuh terus-terusan mengeluarkan energi

maka akan menyebabkan tubuh menjadi kelelahan. Jika keadaan tersebut berlarut-

larut maka tubuh mengalami penurunan produktifitas dan kualitas. Keadaan

tersebut akan mempengaruhi juga terhadap sistem imun mereka. Sistem imun

akan menurun menyebabkan agen pathogen seperti bakteri, jamur, zat yang

membahayakan tubuh dan lain sebagainya akan menyerang tubuh sehingga respon

dari tubuh akan mengeluarkan substansi-substansi tertentu yang akan

menyebabkan mereka menjadi sakit.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi timbulnya suatu penyakit

contohnya seperti debu, asap, dan zat berbahaya lainnya. Faktor tersebut tidak

dapat terhindarkan karena mereka hidup disekitar daerah pabrik ataupun daerah

yang dilewati kendaraan bermotor. Jenis penyakit yang diketahui oleh para

narasumber adalah pusing, demam, batuk, mual, kolesterol, hipertensi, dan TBC.

Dibumi abdi mah neng bade dibersihan sakumaha oge da kotor deui

kotor deui kusabab payuneun bumi abdi mah jalan raya neng, teras aya truk nu

sok nyandak pasir tea.(Ibu 3)


33

4.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Masyarakat

Terhadap Perilaku Pengobatan Sendiri

Kepercayaan masyarakat terhadap sesuatu timbul akibat oleh adanya

beberapa faktor yaitu:

Faktor Internal yang terdiri dari pengetahuan, sikap, dan perilaku.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi akibat adanya

penginderaan terhadap objek tertentu. Berdasarkan penelitian ini para narasumber

menjelaskan bahwa pengetahuan yang mereka dapat mengenai pengobatan sendiri

itu berasal dari pengalaman yang dialami oleh orang lain, penyuluhan yang biasa

dilakukan oleh puskesmas, aturan pakai yang tertera pada obatnya dan iklan baik

di media elektronik maupun media cetak. Dari informasi tersebut masyarakat

dapat memahami, mengerti dan mengetahui apa yang harus dilakukan dalam

mengobati dirinya sendiri tanpa perantara dokter. Sehingga ketika mereka sudah

merasakan sesuatu yang tidak nyaman pada tubuhnya maka dia akan melakukan

pengobatan sendiri. Masyarakat mudah terpengaruh terhadap sesuatu yang dapat

menyembuhkan suatu penyakit. Misalnya berdasarkan dari pengalaman orang

lain, mereka melihat orang lain dengan sakit yang sama dapat sembuh dengan

melakukan pengobatan sendiri. Sehingga masyarakat dapat percaya bahwa ketika

mereka sakit maka mereka melakukan pengobatan sendiri.

Saya tau dari tetangga-tetangga, kalau lagi sakit disuruh minum ini

gitu. (Ibu 4)

Sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu

perbuatan atau tingkah laku. Sikap yang dilakukan oleh masyarakat adalah ketika

mereka ingin melindungi keluarga mereka dari penyakit. Sikap mengambil


34

keputusan dalam melakukan pengobatan sendiri ini timbul secara spontan, karena

mereka tidak ingin melihat keluarganya tersiksa akibat penyakit yang dideritanya.

Biasanya sikap yang dialami oleh masyarakat yaitu ketika mereka sedang sakit

untuk menghilangkan rasa sakit, mereka akan mulai timbul keinginan untuk

melakukan pengobatan sendiri. Mereka terlebih dahulu mencari informasi yang

akurat mengenai pengobatan yang sesuai dengan penyakitnya baik informasi

tersebut didapat dari iklan maupun dari orang lain.

Perilaku merupakan suatu respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus

(rangsangan dari luar). Dalam perilaku pengobatan sendiri ini masyarakat akan

mengambil suatu tindakan ketika mereka sedang sakit. Perilaku pengobatan

sendiri terjadi jika seseorang memiliki kebiasaan melakukan pengobatan sendiri.

Perilaku ini sangat dipengaruhi dari pengetahuan dan sikap. Ketika seseorang

mengetahui apa yang harus dilakukan dalam menangani rasa sakitnya maka dia

akan mengambil suatu sikap dan berperilaku dalam pengobatan sendiri untuk

mengobati sakitnya.

Faktor eksternal yang terdiri dari :

a. Sosioekonomi.

Pengaruh sosialekonomi pada perilaku pengobatan sendiri ini terjadi akibat

faktor pekerjaan dan penghasilan mereka. Peran ibu dalam rumah tangga adalah

mengatur nafkah yang diberikan oleh suaminya. Ibu harus benar-benar bisa

memberikan kebutuhan kepada keluarganya sesuai yang dibutuhkan. Pada

penelitian dalam bertindak untuk menangani suatu penyakit, mereka lebih

memilih pengobatan sendiri dibanding langsung ke dokter atau puskemas

dikarenakan biaya yang murah dan mudah di dapat. Mereka tidak perlu
35

membuang waktu mereka untuk pergi ke dokter yang jaraknya lumayan jauh dari

rumah mereka. Berbeda dengan ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan guna

untuk menambah penghasilan keluarga. Mereka lebih memilih pengobatan sendiri

karena lebih praktis, murah, dan tidak membuang waktu mereka. Ibu rumah

tangga yang memiliki pekerjaan akan lebih sibuk dibanding dengan ibu rumah

tangga yang tidak memiliki pekerjaan. Sehingga mereka tidak akan sempat untuk

mengantar keluarga atau dirinya sendiri ketika sedang sakit.

Bagi ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan terbiasa melakukan

pengobatan sendiri. Menurut mereka dengan melakukan pengobatan sendiri

mereka tidak perlu membuang-buang uang untuk membayar transportasi ke

puskesmas. Obat yang mereka perlukan jika sakit dengan mudah ditemukan di

warung dengan harga yang terjangkau.

Neng lamun ka dokter mah kedah mayar ongkos ojeg sareng angkot. Ojeg

tibumi ka jalan raya teh tos kaanggo sapuluh rebu. Mending meser obat ka

warung ngan tilu rebu. (Ibu 9)

b. Geografis.

Maksud dari geografis disini adalah jarak antara tempat praktek dokter/

puskesmas dengan rumah para narasumber. Narasumber mengatakan bahwa jarak

antara warung atau apotik lebih dekat dibanding dengan tempat praktek dokter,

sehingga masyarakat lebih memilih melakukan pengobatan sendiri. Jarak sangat

berperan penting dalam pengobatan sendiri, karena ketika seseorang merasa

dirinya sangat sakit dan membutuhkan pengobatan mereka akan memilih

pengobatan yang berjarak dekat terlebih dahulu. Agar sakitnya dapat hilang

dengan cepat, dibanding dengan pergi ke dokter yang jaraknya sangat jauh.
36

Itu kalo misal ke dokter umum agak jauh di depan ada apotik, ya ke

apotik dulu(Ibu 1)

Tetangga saya mah suka kasih tau saya mesti pake obat apa kalau lagi

sakit. (ibu 8)

c. Sosial budaya

Perilaku pengobatan sendiri yang dilakukan masyarakat berdasarkan atas

pengalaman nenek moyang mereka yang telah turun temurun berhasil menangani

sakit. Mereka yakin dengan pengalaman tersebut bahwa sakit yang dialami dapat

teratasi dengan tanpa perantara dokter. Masyarakat disana lebih menganut

kepercayaan dari nenek moyang mereka, jadi apa yang mereka lakukan itu

awalnya dari nenek moyang mereka. Seperti yang dikatakan oleh narasumber,

Kalau obat herbal taunya dari orang tua turun temurun dari nenek

moyang(Ibu 11)

Kalau anak sakit saya suruh istirahatkan, kemudian kalau panas saya kasih

minum monje. (Ibu 5)

Iya pernah kalau sakit ringan ngobatin sendiri . Antalgin (Ibu 5)

Para narasumber ibu rumah tangga ini mengenal berbagai macam-macam

obat yang dapat digunakan untuk pengobatan sendiri. Informasi tersebut biasanya

diperoleh dari televisi seperti iklan, tetangga, keluarga, penyuluhan, dan kemasan

obat. Seperti yang dikatakan oleh salah satu narasumber,

Dari temen. Temen biasa kalau sakit ini apa. ya saya mah dari tivi atau kaya

iklan(ibu 7)
37

4.4 Keyakinan Masyarakat Terhadap Pengobatan Sendiri

Setiap seseorang memiliki keyakinan dalam melakukan tindakan. Pada

penelitian ini, keyakinan yang dimiliki dari masyarakat untuk melakukan

pengobatan sendiri terdiri dari 5 keyakinan, yaitu :

1. Keyakinan bahwa tubuh mereka rentan terhadap penyakit (Perceived

succeptibility).

Ketika mereka merasakan bahwa tubuh mereka rentan terhadap

penyakit makan tindakan yang dilakukan untuk menjaga kesehatannya

adalah dengan melakukan pengobatan sendiri.

2. Keyakinan akan keparahan suatu penyakit.( Perceived severity)

3. Keyakinan bahwa terdapat keuntungan atau manfaat melakukan

pengobatan terutama untuk mengurangi kerentanan dan keparahan suatu

penyakit. (Perceived benefit).

Pada penelitian ini masyarakat merasa yakin untuk melakukan

pengobatan sendiri jika mereka merasakan bahwa obat yang mereka

minum dapat mengurangi rasa sakit yang dialami oleh mereka tanpa

menunggu waktu yang cukup lama. Ketika mereka sudah yakin bahwa

terdapat keuntungan atau manfaat maka pengobatan sendiri akan

dilakukan untuk menjaga kesehatan ataupun mengurangi rasa sakit yang

dialaminya.

4. Keyakinan bahwa manfaat yang diterima akibat suatu pengobatan jauh

lebih berharga daripada hambatan-hambatan yang menghalanginya.

(Perceived barriers)
38

Berdasarkan penelitian mereka merasa yakin dengan melakukan

pengobatan sendiri sakit yang dirasakan cepat hilang dan mereka dapat

melakukan aktifitas kembali tanpa merasakan rasa sakit. Melakukan

pengobatan sendiri tidak akan mengganggu aktifitas mereka dalam

mencari nafkah dan tidak perlu menghabiskan uang mereka untuk

pengobatan ke pelayanan kesehatan..

5. Faktor-faktor paparan yang mempengaruhi dilakukannya suatu tindakan,

misalnya iklan di televisi, informasi dari internet ataupun pengaruh dari

orang terdekat. (Cues action)

Informan melakukan pengobatan sendiri ketika mereka

mendapatkan saran dari orang disekitar mereka yang mengalami sakit

yang serupa, selain itu mereka juga mengetahui obat yang diperlukan dari

iklan yang ada di televisi.

Kelima keyakinan tersebut berpengaruh terhadap perilaku pengobatan

sendiri yang dilakukan masyarakat. Ketika masyarakat merasa yakin bahwa

tubuhnya rentan terhadap penyakit pasti masyarakat tersebut akan melakukan

suatu tindakan dalam menangani penyakitnya. Apalagi ketika masyarakat merasa

yakin terhadap keuntungan dan manfaat dalam melakukan pengobatan sendiri

maka mereka akan melakukannya.

Sakit kerasa mah langsung beli obat ke warung, daripada didiemin

makin sakit terus saya gak bisa ngurus anak mah mending minum obat

langsung.. (Ibu 4)

Abdi mah sok sakit-sakitan jadi tiap sakitnya timbul langsung weh

minum obat. (Ibu 9)


39

Tau obatnya kalau gak dari tetangga dari iklan neng, tetangga kan ada

yang sakitnya sama terus dia minum obat. Pas minum obat sakitnya sembuh.

(Ibu 10)

4.5 Pengobatan Sendiri

Pengobatan sendiri merupakan penggunaan obat oleh masyarakat untuk

tujuan mengobati sakit tanpa resep/nasihat tenaga medis.11 Pengobatan sendiri

merupakan bagian dari perawatan diri yang termasuk dalam sumber daya

kesehatan masyarakat terutama sistem perawatan kesehatan. Pengobatan

seharusnya dilakukan dengan menggunakan resep dari dokter, sehingga kualitas

derajat kesehatan akan semakin lebih baik.

Menurut penelitian L S Lewin et al bahwa pengobatan sendiri adalah

hampir universal diantara pasien. Sekitar 75% atau lebih dari perawatan

kesehatan yang dilakukan tanpa intervensi professional. Hal ini sesuai dengan

yang dilakukan narasumber yaitu melakukan pengobatan sendiri yang

kebanyakan memnggunakan obat tanpa resep dokter atau beli obat ke apotik.32

Pengobatan sendiri menurut masyarakat adalah suatu tindakan dan upaya

yang dilakukan masyarakat dalam menjaga kesehatan sendiri dan merupakan

cara yang mudah, murah, dan praktis untuk mengatasi gejala yang masih ringan

yang dilakukan berdasarkan inisiatif sendiri. Upaya dalam pengobatan sendiri ini

dapat berupa pengobatan dengan obat modern ataupun obat tradisional seperti

herbal. Para masyarakat mengetahui herbal tersebut dari keluarganya dan teman.

Pengobatan sendiri menjadi pilihan utama dalam menangani rasa sakit oleh
40

masyarakat dikarenakan dari obat yang mudah didapat, biaya lebih murah,

tempat membeli obat tidak jauh dari rumah, dan praktis.

Pengobatan sendiri yang dilakukan para narasumber ibu rumah tangga ini

bersifat sementara, yaitu sebelum berobat ke puskesmas. Obat yang biasa

digunakan oleh para narasumber adalah parasetamol, mixagrip atau panadol, dan

promag. Penggunaan obat ini mereka lakukan hanya ketika gejala timbul saja,

tapi ketika gejala sudah tidak lagi dirasakan obat yang digunakan dihentikan.

Masyarakat tidak perlu merasa khawatir dalam penggunaan obat, karena saat ini

masyarakat dapat melihat aturan pakai obat. Jika tidak terdapat aturan pakainya

masyarakat dapat mengetahuinya dari pengalaman orang yang pernah mengalami

sakit yang sama dan penggunaan obat yang sama.

Sakit ringan ringan aja, yaa paling linu pinggang, kaki. Panadol

yang gitu.(Ibu 4)

Waktu lebih mudah, hemat biaya, tidak cape.(Ibu 3)

Dalam melakukan pengobatan sendiri masyarakat tidak memiliki

hambatan dalam mendapatkan obat. Obat yang dibutuhkan masyarakat dapat di

temui di warung. Bahkan di apotik saat ini pembelian obat dapat dilakukan tanpa

menggunakan resep dokter, hanya dengan menunjukan kemasan obat yang pernah

diminum sebelumnya.

Paramex jantung berdebar. Jadi saya jarang kasih paramex. Biarin

sembuh sendiri.(Ibu 11).


41

Berdasarkan hasil penelitian ini peta konsep yang dapat di tampilkan seperti :
Faktor internal
(pengetahuan,
Keyakinan sikap, perilaku)
masyarakat
dalam
Perilaku Pengobatan melakukan
Sendiri pengobatan
sendiri

Faktor
Eksternal
(sosioekonomi,
sosial budaya, dan
geografis)

4.6 Pembahasan

Berdasarkan teori model kepercayaan kesehatan (Health Belief Models)

dengan konsep penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang sangat jauh. Konsep

penelitian ini perilaku pengobatan sendiri timbul ketika masyarakat memiliki

keyakinan bahwa mereka rentan terhadap penyakit dan mereka yakin jika

penyakit yang dialami semakin parah. Sehingga mereka mulai mencari tahu

mengenai bagaimana cara mereka mendapatkan obat ketika mereka sakit,

bagaimana mereka menggunakan obat untuk meredakan penyakitnya, dan biaya

dalam melakukan pengobatan sendiri.

Sikap yang akan diambil ketika mereka dalam kondisi tubuh yang tidak

baik, dan perilaku bagaimana mereka harus menangani penyakit yang dialami
42

mereka. Pengetahuan yang mereka dapat biasanya berasal dari kata nenek moyang

mereka, iklan dari media elektronik maupun media cetak, dan berdasarkan

pengalaman yang dialami orang lain. Dimana mereka sakit mereka mencari tahu

apa yang harus lakukan dalam menangani penyakitnya tersebut mulai tempat

pembelian obat, harga obat, dan cara penggunaan obat.

Dalam penelitian ini pengetahuan yang dimiliki masyarakat dalam

melakukan pengobatan sendiri tidak sesuai dengan anjuran atau aturan yang tepat

dalam menggunakan obat. Mereka hanya menggunakan obat ketika rasa sakit

timbul, namun ketika rasa sakit tersebut mulai hilang mereka tidak menggunakan

obat tersebut. Padahal tidak semua obat itu digunakan hanya ketika rasa sakit

muncul. Selain itu dalam melakukan tindakan pengobatan sendiri mereka

memiliki kepercayaan bahwa mereka rentan terhadap penyakit, terdapat

keuntungan dan manfaat dalam melakukan pengobatan sendiri, keyakinan dalam

keparahan penyakitnya, keyakinan terhadap manfaat dalam melakukan

pengobatan sendiri.

Sehingga dengan kepercayaan tersebut akan membuat masyarakat

bertindak untuk menjaga kesehatan mereka dengan melakukan pengobatan sendiri

berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki. Tindakan dalam melakukan

pengobatan sendiri ini tidak akan muncul tanpa faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Dimana faktor yang mempengaruhi adalah faktor internal

yang berasal dari diri mereka sendiri untuk mencari tahu mengenai apa yang harus

dilakukan dalam menjaga kesehatannya.

Faktor eksternal yang berasal dari luar diri mereka sendiri, seperti dari

orang lain yang akan mempengaruhi diri seseorang dalam melakukan suatu
43

tindakan untuk menjaga kesehatannya serta dari media elektronik berupa iklan di

televisi ataupun media cetak seperti buku.

Pada saat mereka memiliki keyakinan bahwa mereka rentan terhadap

penyakit dan mereka yakin bahwa sakit yang dialami semakin parah maka

mereka akan melakukan pengobatan sendiri. Selain itu dalam melakukan

pengobatan sendiri akan terjadi jika mereka sudah yakin mengenai manfaat dan

keuntungan dari pengobatan sendiri dan yakin bahwa dengan melakukan

pengobatan sendiri akan benar-benar sembuh.

4.7 Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat keterbatasan, yaitu:

1. Kesulitan dalam mencari dan mengumpulkan informan.

2. Keterbatasan dalam pengambilan data dan proses pengolahan data.

3. Keterbatasan dalam mencari sumber kepustakaan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan pada

bab sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa faktor yang

mempengaruhi perilaku pengobatan sendiri berasal dari pengetahuan, sikap,

perilaku, sosioekonomi, sosialbudaya, dan geografis.

5.2 Saran

5.2.1 Saran akademis

Disarankan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai faktor yang mempengaruhi perilaku pengobatan sendiri dengan

kelompok informan yang lebih luas dan lebih banyak jumlahnya, tidak terbatas

pada ibu rumah tangga, dan tidak terbatas pada ibu rumah tangga di wilayah

Kabupaten Purwakarta.

5.2.2 Saran Praktis

Meningkatkan promosi kesehatan tentang pengobatan sendiri dengan

materi yang sesuai dengan perilaku masyarakat setempat.

44
45

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes. Undang-Undang Republik Indonesia No 36 tahun 2009 tentang


kesehatan [online] Terdapat pada :
http://www.depkes.go.id/downloads/UU_No._36_Th_2009_ttg_Kesehatan
.pdf [diakses : 2014 maret 24 23.30 WIB]

2. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka


Cipta; 2007.

3. Depkes. Visi & Misi Departemen Kesehatan [online] Terdapat pada :


http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=VisiMisi [diakses : 2014
maret 24 23.30 WIB]

4. Statistik BP. Profil Statistik Kesehatan Indonesia 2011. In: Statistik BP,
editor. Jakarta: Bagian Penggandaan BPS RI; 2011.

5. Kesehatan PP, Litbangkes B, BPS. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di


Indonesia 2004. Indonesia KKR, editor. Jakarta: Dep.Kes. RI; 2006.

6. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. In: Indonesia DK, editor.:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Terdapat pada :
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/RKD_dalam_ang
ka_nonkuning.pdf accesed : 2014 agustus 13 21.15 WIB

7. Supardi S. Notosiswoyo M. Pengobatan Sendiri Sakit Kepala, Demam,


Batuk, dan Pilek pada Masyarakat di Desa Ciwalen Kecamatan
Warungkondang Kabupaten Cianjur Jawa Barat, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan DepkesRI. Available from :
http://jurnal.farmasa.ui.ac.id/pdf/2005/vo2n03/sudibyo0203%5B1%5D.pdf
accesed :2014 Maret 01 20.05 WIB

8. Noah Lars. Treat Yourself: Is Self Medication The Presciption For What
Ails American Health Care?. Harvard Journal of Law & Technology:
volume 19, Number 2 Spring 2006.

9. Supardi. Sudibyo. Dkk. Laporan Penelitian Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Penggunaan Obat dan Obat Tradisional dalam Pengobatan
Sendiri di Pedasan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi. Badan
Litbangkes. Jakarta: 1997

10. Departemen Kesehatan. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


2780/A/SK/71 tentang Kewajiban Penyertaan Brosur Dalam Bahasa
Indonesia pada Penjualan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Jakarta.
1971.
46

11. Purwakarta BK. Profil Daerah Kabupaten Purwakarta Tahun 2012

12. Departemen Kesehatan. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 386/Menkes/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan
Obat Bebas. Bab umum.

13. Chalker J. Improving antibiotic prescribing in Hai Phong Province,


Vietnam: the antibiotic-dose indicator, Bulletin World Health
Organization 2001; 79 (4): 313-320. Available From :
http://www.who.int/bulletin/archives/79(4)313.pdf Accesed 29 Februari
2014, 20.20 WIB

14. Notoatmodjo PDS. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
174 p.

15. Maulana, Heri D. J. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC; 2009

16. Friedman, M.M., Bowden, V.R.,Jones, E.G. Buku Ajar Keperawatan


Keluarga Riset Teori dan Praktek. Jakarta: EGC;2005

17. Anderson, J.A.D. Historical Background to Self-care. Dalam Anderson


J.A.D. (ed). Self Medication. The Proccedings of Workshop on Self care.
London : MTP Press Limited Lancaster. 1979: 10-18.

18. Departemen Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


917/Menkes/Per/X/1993 tentang Wajib Daftar Obat Jadi. Pasal 1 Ayat 1-3

19. Munaf, S., Chaidir, J. 1994. Obat antimikroba. Farmakologi UNSRI. EGC,
Jakarta.

20. Sudiarto, M. Fathoni, Andrias Wulansari.2008.Hubungan Pengetahuan


dengan Kepatuhan Orang Tua dalam Pemberian Antibiotik pada Anak
(Usia 1-4 tahun) Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut di Puskesmas
Kendalsari Kota Malang. Available :
http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/keperawatan/andrias.pdf
Accesed 03 Maret 2014, 21.00 WIB

21. Bari, S. B., Mahajan, B. M., Surana, S. J. 2008. Resistance to antibiotic: A


challenge in chemotherapy. Indian journal of pharmaceutical education
and research.
Available From : http://www.ijperonline.com/latest/jan_march_2008.pdf
Accesed 03 maret 2014, 22.13 WIB

22. Departemen Kesehatan. 1996. Kompendia Obat Bebas. Jakarta :


Direktorat Jenderal Pengawas Obat Dan Makanan. Jakarta

23. (2005) Theory at a Glance. US Department of Health and Health Services.


47

24. Deshpande, J. D., Joshi, M. 2011. Antimicrobial resistance : the global


public health challenge. International journal of student research. Volume
I. Issue 2. Available From :
http://www.ijsronline.com/temp/IntJStudRes1241-4225716_114417.pdf
Accesed 03 Maret 2014, 23.18 WIB

25. IMERS, B. K. (2008) Models of Individual Behavior. IN GLANZ, K.,


RIMERS, B. K. & VISWANATH, K. (Eds.) Health Behavior and Health
Education. San Francisco, Josey-Bass Wiley Printed.

26. Ghony MD, Fauzan A. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: 2012

27. Supardi Sudibyo., Notosiswoyo Mulyono. 2005. Pengobatan Sendiri


Sakit Kepala, Demam, Batuk dan Pilek Pada Masyarakat Di Desa Ciwalen
Kecamatan Warungkondang. Dalam Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol.II,
NO. 3, 134-144

28. Join Sonam. Concept of Self Medication, International Journal of


Pharmaceutical & Biological Archives 2011; 2(3):831-836. Available
From : www.ijpba.info Accesed 29 Februari 2014, 20.20 WIB

29. Anesya D, Kurnianingrum D. Teknik Pengumpulan Data : Wawancara dan


FGD (Forum Grup Diskusi) [online] terdapat pada :
http://frenndw.wordpress.com/2011/03/15/teknik-pengumpulan-data-
wawancara-dan-fgd-forum-group-discussion/

30. D.L. Morgan and R.A. Kruger. When to Use Focus Group and Why, in ed.
D.L. Morgan Successful Focus Groups, pp. 1993

31. Irwanto. Focus Group Discussion, Pusat Kajian Pembangunan


Masyarakat. 1998

32. L S Lewin et al. The Story Of Self-Care And Self-Medication, World Self
Medication Industry. 1970-2010 [online] Available From:
http://www.wsmi.org/pdf/storyofselfcare_bdpage.pdf Accesed 13 Agustus
2014.
48

Lampiran 1

PANDUAN WAWANCARA UNTUK IRT

Variabel Pertanyaan

Definisi sehat dan sakit Pengertian sehat


Pengertian sakit dan contoh keadaannya
Self Medication Pernah melakukan self medication? Bagaimana
cara self medication?
Perceived susceptibility Bagaimana ibu yakin bahwa ibu dan keluarga
dalam keadaan sehat dan tidak rentan terhadap
penyakit?
Perceived severity Bagaimana ibu yakin bahwa penyakit yang pernah
terjadi pada ibu dan keluarga tidak parah sehingga
bisa sembuh dengan self medication?
Perceived benefits Manfaat apa yang ibu rasakan dengan self
medication?
Perceived barriers Hambatan apa yang dialami ketika melakukan self
medication? (penebusan fotokopi resep? Obat tidak
dijual bebas? Obat mahal?)
Cues action Faktor luar (iklan, internet, pelayanan di fasilitas
pelayanan kesehatan) yang menyebabkan ibu
melakukan self medication?
49

Lampiran 2

Surat Izin Penelitian


50

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rifa Fauzia lahir di Bandung tanggal 16 Juli 1991 dari
pasangan alm. H. Arief Syarifudin, drs., MM dan Hj. Anne Hediana K, dr., MM.
Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara yang dibesarkan di
lingkungan beragama Islam dengan kewarganegaraan Indonesia. Penulis
bertempat tinggal di Jl. Suryalaya VII NO. 8 RT 008 RW 004 Kelurahan Cijagra
Kecamata Lengkong. No telepon 081809040746. Alamat email
rifacadokspkk@yahoo.co.id
Riwayat pendidikan yang ditempuh oleh penulis yaitu TK Purnama tahun
1996-1997, SD Negeri I Purwakarta tahun 1997-2003, SMP Negeri I Purwakarta
tahun 2003-2005, SMA Negeri 7 Bandung 2005-2008 dan sejak tahun 2009
sampai sekarang penulis mengikuti pendidikan Kedokteran Universitas Islam
Bandung.
Organisasi yang diikuti oleh penulis diantaranya yaitu anggota PMR,
anggota Paskibra tahun 2003-2005, dan anggota KSR tahun 2009-2011.

Вам также может понравиться