Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
III. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi/Tanya jawab
|1
IV. Strategi Pelaksanaan
Hari/tanggal : Kamis, 27 Juli 2017
Waktu : 60 menit
Tempat : Ruang Marwah RS Muhammadiyah Lamongan
V. Pengorganisasian Kelompok
1. Penyaji : AfisatulAtika
2. Moderator : Silvia Arofatul H.
3. Notulen : TitaListianingrum
4. Fasilitator : Rizqy Genting S
Muh. Bchrul M.
IrwanAvriyanto
Ira Apriliana
1. Penyaji
Uraian tugas:
a. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dengan bahasa yang
mudah dipahami oleh peserta
b. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan.
c. Memotivasi peserta untuk bertanya.
2. Moderator
Uraian tugas:
Mengatur proses dan lamanya proses diskusi penyuluhan.
3. Notulen
Uraian tugas:
Menyimpulkan hasil penyuluhan.
4. Fasilitator
Uraian tugas:
Mengawasi jalannya penyuluhan serta menata fasilitas yang dibutuhkan
dan memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
|2
VI. Setting Tempat
Penyaji
Moderator
Audience
Fasilitator
Notulen
VII. Media
1. Lembarbalik
2. Leaflet
|3
disebabkan oleh infeksi
nosokomial
d. Pencegahan infeksi
nosokomial
3 15 Evaluasi: Mengajukan
menit Meminta kepada audience pertanyaan bila
untuk menjelaskan kembali kurang jelas dan
atau menyebutkan: menjawab pertanyaan
a. Pengeretian infeksi
nosokomial
b. Penyebab perkembangan
infeksi nosokomial
c. Jenis penyakit yang
disebabkan oleh infeksi
nosokomial
d. Pencegahan infeksi
nosokomial
Penutup:
Mengucapkan terimakasih dan Menjawab salam
mengucapkan salam
|4
3. Evaluasi hasil
Peserta mengerti tentang Pengeretian infeksi nosokomial, Penyebab
perkembangan infeksi nosokomial, Jenis penyakit yang disebabkan oleh
infeksi nosokomial, dan Pencegahan infeksi nosokomial
X. Referensi
Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta;
2001
Suwarni, A. Studi Diskriptif Pola Upaya Penyehatan Lingkungan
Hubungannya dengan Rerata Lama Hari Perawatan dan Kejadian
Infeksi Nosokomial Studi Kasus: Penderita Pasca Bedah Rawat Inap
di Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Provinsi DIY Tahun 1999.
Badan Litbang Kesehatan Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan
Sosial, Yogyakarta; 2001
Wenzel. Infection control in the hospital,in International society for infectious
diseases, second ed, Boston; 2002
|5
kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen
(cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah
sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya (Soeparman, 2001).
B. Penyebab Perkembangan Infeksi Nosokomial
1. Agen Infeksi
Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama ia
rawat di rumah sakit. Kontak antara pasien dan berbagai macam
mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala klinis karena
banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi
nosokomial. Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada:
a. Karakteristik mikroorganisme,
b. Resistensi terhadap zat-zat antibiotika,
c. Tingkat virulensi,
d. dan banyaknya materi infeksius.
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan
parasit dapat menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat
disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain
(cross infection) atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu
sendiri (endogenous infection).
Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih
disebabkan karena faktor eksternal, yaitu penyakit yang
penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-
bahan yang tidak steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat
ini kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme yang umumnya
selalu ada pada manusia yang sebelumnya tidak atau jarang
menyebabkan penyakit pada orang normal, (Ducel, 2001).
2. Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh
manusia yang sehat. Keberadaan bakteri disini sangat penting
dalam melindungi tubuh dari datangnya bakteri patogen. Tetapi
pada beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi jika manusia
tersebut mempunyai toleransi yang rendah terhadap
|6
mikroorganisme. Contohnya Escherichia coli paling banyak
dijumpai sebagai penyebab infeksi saluran kemih. Bakteri patogen
lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi baik secara sporadik
maupun endemik. Contohnya :
a. Anaerobik Gram-positif, Clostridium yang dapat menyebabkan
gangrene
b. Bakteri gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi
parasit di kulit dan hidung dapat menyebabkan gangguan pada
paru, pulang, jantung dan infeksi pembuluh darah serta
seringkali telah resisten terhadap antibiotika.
c. Bakteri gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya
Escherichia coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter.
Pseudomonas sering sekali ditemukan di air dan penampungan
air yang menyebabkan infeksi di saluran pencernaan dan
pasien yang dirawat. Bakteri gram negatif ini bertanggung
jawab sekitar setengah dari semua infeksi di rumah sakit.
d. Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius pada
luka bekas jahitan, paru, dan peritoneum.
3. Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai
macam virus, termasuk virus hepatitis B dan C dengan media
penularan dari transfusi, dialisis, suntikan dan endoskopi.
Respiratory syncytial virus (RSV), rotavirus, dan enteroviruses
yang ditularkan dari kontak tangan ke mulut atau melalui rute
faecal-oral.
Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik, dan
transfusi darah. Rute penularan untuk virus sama seperti
mikroorganisme lainnya. Infeksi gastrointestinal, infeksi traktus
respiratorius, penyakit kulit dan dari darah. Virus lain yang sering
menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola,
influenza virus, herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus,
juga dapat ditularkan (Wenzel, 2002)
|7
4. Parasit dan Jamur
Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan
mudah ke orang dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur dan
parasit dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan
obat immunosupresan, contohnya infeksi dari Candida albicans,
Aspergillus spp, Cryptococcus neoformans, Cryptosporidium.
5. Faktor alat
Dari suatu penelitian klinis, infeksi nosokomial tertama disebabkan
infeksi dari kateter urin, infeksi jarum infus, infeksi saluran nafas,
infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan septikemia. Pemakaian
infus dan kateter urin lama yang tidak diganti-ganti. Diruang
penyakit dalam, diperkirakan 20-25% pasien memerlukan terapi
infus. Komplikasi kanulasi intravena ini dapat berupa gangguan
mekanis, fisis dan kimiawi. Komplikasi tersebut berupa: 3,5
Ekstravasasi infiltrat : cairan infus masuk ke jaringan sekitar
insersi kanula Penyumbatan : Infus tidak berfungsi sebagaimana
mestinya tanpa dapat dideteksi adanya gangguan lain Flebitis :
Terdapat pembengkakan, kemerahan dan nyeri sepanjang vena
Trombosis : Terdapat pembengkakan di sepanjang pembuluh vena
yang menghambat aliran infuse Kolonisasi kanul : Bila sudah dapat
dibiakkan mikroorganisme dari bagian kanula yang ada dalam
pembuluh darah Septikemia : Bila kuman menyebar hematogen
dari kanul Supurasi : Bila telah terjadi bentukan pus di sekitar
insersi kanul Beberapa faktor dibawah ini berperan dalam
meningkatkan komplikasi kanula intravena yaitu: jenis kateter,
ukuran kateter, pemasangan melalui venaseksi, kateter yang
terpasang lebih dari 72 jam, kateter yang dipasang pada tungkai
bawah, tidak mengindahkan pronsip anti sepsis, cairan infus yang
hipertonik dan darah transfusi karena merupakan media
pertumbuhan mikroorganisme, peralatan tambahan pada tempat
infus untuk pengaturan tetes obat, manipulasi terlalu sering pada
|8
kanula. Kolonisasi kuman pada ujung kateter merupakan awal
infeksi tempat infus dan bakteremia.
C. Jenis Penyakit Yang Disebabkan Oleh Infeksi Nosokomial
1. Infeksi saluran kemih
Infeksi ini merupakan kejadian tersering, sekitar 40% dari infeksi
nosokomial, 80% infeksinya dihubungkan dengan penggunaan
kateter urin. Walaupun tidak terlalu berbahaya, tetapi dapat
menyebabkan terjadinya bakteremia dan mengakibatkan kematian.
Organisme yang biaa menginfeksi biasanya E.Coli, Klebsiella,
Proteus, Pseudomonas, atau Enterococcus. Infeksi yang terjadi lebih
awal lebih disebabkan karena mikroorganisme endogen, sedangkan
infeksi yang terjadi setelah beberapa waktu yang lama biasanya
karena mikroorganisme eksogen (Wenzel, 2002) .
|9