Вы находитесь на странице: 1из 25

MAKALAH SISTEM NEUROBEHAVIOR

ASUHAN KEPERAWATAN KARSINOMA NEOFARING


Dosen Pembimbing: Ahmad Nur Khoiri, S.Kep,Ns,.M.Kes

Disusun Oleh kelompok 9 :


1. Fadhila khusma aziz (151001012)
2. Galih puji p (151001017)
3. M amang handaris (151001028)
4. Putri ayu natalia (151001037)
5. Rizki putri isnain (151001038)
6. Usha meliasari (151001042)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG
S1 KEPERAWATAN/2A
TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia dan hidayah-Nya
penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul KARSINOMA NASOFARING
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusun dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari adanya banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik pembaca yang membangun demi
kesempurnaan dalam makalah ini.
Harapan penyusun agar makalah ini berguna dan dapat dimanfaatkan sebagaimana
mestinya, serta dapat menambah ilmu pengetahuan di bidang perencanaan pembelajaran.

Jombang, 20 juli 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
JUDUL SAMPUL
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang............................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................... 1
SEVEN JUMP ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi ....................................................................................................... 5
2.2 Etiologi ....................................................................................................... 6
2.3 WOC .......................................................................................................... 9
2.4 Mekanisme Klinis ...................................................................................... 11
2.5 Stadium karsinoma nasofaring ................................................................... 12
2.6 Penatalaksanaan ......................................................................................... 13
2.7 Diagnosis .................................................................................................... 17
2.8 Diagnosa Keperawatan .............................................................................. 19
2.9 Intervensi .................................................................................................... 20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 21
3.2 Saran ............................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker adalah suatu penyakit pertumbuhan sel karena di dalam organ tubuh timbul dan
berkembang biak sel-sel baru yang tumbuh abnormal, cepat, dan tidak terkendali dengan
bentuk, sifatdan gerakan yang berbeda dari sel asalnya, serta merusak bentuk
dan fungsi organ asalnya

Kanker sering dikenal sebagai tumor, tetapi tidak semuatumor disebut kanker Tumor
merupakan satu sel liar yang beradadibagian tubuh dan terus membesar di lokasi yang tetap
atau tidakmenyebar ke bagian tubuh lain.

1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep pemahaman sebagai tenaga perawat
professional sehingga mampu memahamai tentang karsinoma nasofaring
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui definisi karsinoma nasofaring
2. Mahasiswa mengetahui anatomi nasofaring
3. Mahasiswa mengetahui manifestasi karsinoma nasofaring
4. Mahasiswa mengetahui stadium karsinoma nasofaring
5. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan medis karsinoma nasofaring
6. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang karsinoma nasofaring

1
SEVEN JUMP
Tahap 1 (klarifikasi masalah)
1. Karsinoma nasofaring
2. Penyebab
3. Tanda gejala
4. Tindakan pencegahan
5. Diagnose
Tahap II (Menetapkan Masalah)
1. Karsinoma nasofaring
2. Penyebab
3. Tanda gejala
4. Tindakan pencegahan
5. Diagnose

Tahap III (Curah Pendapat Penjelaskan Masalah)


1. Karsinoma Nasofaring
Karsinoma adalah benjoalan sejenis tumor atau kanker yang terjadi
karena infeksi yang disebkan oleh pola hidup dan genetik serta lingkungan
yang tidak sehat. Karena sering mengkonsumsi makanan berpengawet dan
juga bisa dipengaruhi genetik lingkungan rumah serta pekerjaan yang sering
terjadi labio faring.
2. Penyebab Karsinoma Nasofaring
a) faktor genetik
b) jenis kelamin , resiko tinggi terjadi pada laki-laki karena gay hidup
yang tidak sehat seperti merokok, minum minuman berakohol.
c) virus epstein barr biasanya terdapat di ikan asin, ikan asin dan
makanan yang diawetkan menggunakan garam akan mengubah
senyawa nitrat menjadi senyawa nitrosamin. Tubuh mengkonsumsi
makanan tinggi garam dapat menurunkan kadar keasaman lambung
sehingga dapat memicu perubahan nitrit dan nitrosamin yang bersiifat
karsinogenik pemicu kanker (Barasi, 2007).
d) pekerjaan atau lingkungan yang terdapat bahan kimia.

2
e) Kebudayaan : kebiasaan hidup dari pasien , cara memassak makanan
erta bumbu-bumbu makanan yang dapat menyebabkan kanker
nasofaring.
f) makanan yang tidak sehat
3. Tanda dan Gejala
a) hindari polusi udara atau bahan kimia yang bisa mengakibatkan
karsinoma
b) rasa tersumbatnya telinga/ rasa terasa penuh karena sumabatan di tuba
Eutachius.
c) pilek kronis, gangguan penciuman diakibatkan oleh sumbatan hidung
yang menetap terjadi akibat pertumbuhan tumor kedalam rongga
hidung dan menutupi koana.
d) benjolan pada tenggorokan , benjolan ini merupakan benjolan dri
pembesaran kelenjar limfe sebagai pertahanan pertama sebelum
tumor meluas ke bagian tubuh yang lain
e) nyeri telan
f) susah membuka mulut akibat perluasan tumor ke jaringan sekitar
perluasan ke rongga tengkorak dan kebelakan melalui sela-sela otot
dapat mengenai saraf otak dan menyebabkan rasa baal di dareah
wajah sampai akhirnya timbul kelumpuhan lidah, leher dan gangguan
lainnuya.
g) epitaksis/mimisan yang diakibatkan oleh dinding tumor biasanya
rapuh sehingga oleh rangsangan dan sentuhan dapat terjadi
perdarahan.
h) pusing
4. Tindakan pencegahan
a) Pemberian vaksin pda penduduk yangtinggal di daerah dengan resiko
tinggi
b) memakai alat pelindung diri saat bekerja
c) konsumsi makanan yang sehat
d) Penyuluhan lingkungan hidup yang tidak sehat, meningkatkan
keadaan sosial ekonomi dan berbagai kemungkinan faktor penyebab.

3
5. Diagnosa
a) ketidakefektifan bersihan jalan nafas karena pembesaran limfe ddan
sumbatan koana
b) gangguan pertukaran gas akibat metastase kanker ke organ paru-paru
dan jantung.
c) nyeri akut berhubungan dengan kompresi atau dekstruksi jaringan
saraf
d) ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia, mual muntah sekunder kemoterapi radiasi.
e) Resiko infeksi
Tahap IV (Menyusun Penjelasan Masalah)
Menurut Kelompok 9
Karsinoma nasofaring adalah benjolan atau tumor ganas yang timbul di
daerah nasofaring area di atas tenggorok dan dibelakang hidung yang disebabkan pola hidup
yang tidak sehat dan faktor pencetus terbesarnya ialah suatu jenis virus yang disebut virus
Epstein-Barr.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Kanker adalah suatu penyakit pertumbuhan sel karena di dalam organ tubuh timbul
dan berkembang biak sel-sel baru yang tumbuh abnormal, cepat, dan tidak terkendali
dengan bentuk, sifat dan gerakan yang berbeda dari sel asalnya, serta merusak bentuk
dan fungsi organ asalnya (Dalimartha, 2004).

Kanker sering dikenal sebagai tumor, tetapi tidak semua tumor disebut kanker.
Tumor merupakan satu sel liar yang berada dibagian tubuh dan terus membesar di lokasi
yang tetap atau tidak menyebar ke bagian tubuh lain. Mengakibatkan terbentuknya
benjolan di bagian tubuh tertentu dan jika tidak diobati dengan tepat sel tumor berubah
menjadi kanker. Berbeda dengan sel tumor yang tidak menyebar kebagian tubuh lain,
sel kanker akan terus membelah diri dengan cepat dan tidak terkontrol menyebabkan
sel kanker sangat mudah menyebar ke beberapa bagian tubuh melalui pembuluh darah
dan pembuluh getah bening (Aprianti, 2012).

Kanker nasofaring adalah tumor ganas yang timbul di daerah nasofaring area di
atas tenggorok dan dibelakang hidung (POI,2010). Karsinoma nasofaring (KNF) adalah
tumor ganas yang tumbuh didaerah nasofaring dengan predileksi di fosa Rossenmuller
dan atap nasofaring (Arima, 2006 dan Nasional Cancer Institute, 2009).

A. Anatomi Nasofaring
Anatomi letak nasofaring dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Anatomi Nasofaring

5
Nasofaring merupakan suatu ruangan yang dilapisi mukosa dan disebelah lateral
dibatasi oleh lamina medialis processus pterygoidei, di superior oleh os sphenoideum,
di anterior oleh hoanae dan vomer tengah, di posterior oleh clivus dan di inferior oleh
palatum molle.
Tuba eustachii bermuara ke arah posterolateral dan dikelilingi oleh suatu struktur
kartilago. Dibelakang tuba eustachii adalah lekuk-lekuk mukosa yang disebut sebagai
fossae rosenmulleri. Adenoid (tonsilla pharyngealis) menggantung dari fassae tersebut
dan dinding posterosuperior kubah nasofaring (Khoa dan Gady, 2012).

Nasofaring merupakan rongga dengan dinding kaku yang berada pada atas,
belakang dan lateral. Bagian depan berhubungan 10 dengan rongga hidung melalui
koana sehingga sumbatan hidung merupakan gangguan yang sering timbul.
Penyebaran tumor ke lateral akan menyumbat muara tuba Estachius dan akan
mengganggu pendengaran serta menimbulkan cairan di telinga tengah. Metastasis jauh
dapat terjadi di daerah kepala serta dapat menimbulkan ganggu pada saraf otak
(Ballenger, 2010).

2.2 Etiologi

Terjadinya KNF mungkin multifaktorial, proses karsinogenesisnya mungkin


mencakup banyak tahap. Faktor yang mungkin terkait dengan timbulnya KNF adalah
bahwa faktor pencetus terbesarnya ialah suatu jenis virus yang disebut virus Epstein-
Barr (Soepardi et al, 1993). Karena pada semua pasien nasofaring didapatkan titer anti-
virus Epstein-Barr (EB) yang cukup tinggi. Titer ini lebih tinggi dari titer orang sehat,
pasien tumor ganas leher dan kepala lainnya dan tumor organ tubuh lainnya, bahkan
pada kelainan nasofaring yang lain sekalipun (Soepardi et al,2012). Selain dari itu
terdapat juga faktor predisposisi yang mempengaruhi pertumbuhan tumor ganas ini,
seperti :

1. Faktor Ras

Banyak ditemukan pada ras Mongoloid, terutama di daerah Cina bagian selatan
berdasarkan hasil pengamatan caramemasak tradisional sering dilakukan dalam
ruang tertutup dandengan menggunakan kayu bakar (Soepardi et al, 1993).

6
2. Faktor Genetik

Tumor ini atau tumor pada organ lainnya ditemukan pada beberapa generasi dari
suatu keluarga (Soepardi et al, 1993). Walaupun karsinoma nasofaring tidak
termasuk tumor genetik, tetapi kerentanan terhadap karsinoma nasofaring pada
kelompok masyarakat tertentu relatif lebih menonjol dan memiliki agregasi
familial. Analisis korelasi menunjukkan gen HLA (human leukocyte antigen) dan
gen pengkode enzim sitokrom p4502E (CYP2E1) kemungkinan adalah gen
kerentanan terhadap karsinoma nasofaring, mereka berkaitan dengan sebagian
besar karsinoma nasofaring (Pandi, 1983 dan Nasir, 2009) .

3. Faktor Sosial Ekonomi

Faktor yang mempengaruhi ialah keadaan gizi, polusi dan lain-lain (Soepardi
et al, 1993).

4. Faktor Kebudayaan

Kebiasaan hidup dari pasien, cara memasak makanan serta pemakaian berbagai
macam bumbu masak mempengaruhi tumbuhnya tumor ini dan kebiasaan makan
makanan erlalu panas. Terdapat hubungan antara kadar nikel dalam air minum
dan makanan dengan mortalitas karsinoma nasofaring (Soepardi et al, 2012).

Beberapa penelitian juga menyebutkan hubungan antara kanker nasofaring


dengan kebiasaan memakan ikan asin secara terus menerus dimulai dari masa
kanak-kanak. Konsumsi ikan asin meningkatkan risiko 1,7 sampai 7,5 kali lebih
tinggi dibanding yang tidak mengkonsumsi ikan asin (Ondrey dan Wright, 2003
cit Ariwibowo, 2013).

Ikan asin dan makanan yang diawetkan menggunakan larutan garam akan
mengubah senyawa yang terkandung dalam ikan yakni senyawa nitrat menjadi
senyawa nitrosamin. Tubuh mengkonsumsi makanan tinggi garam dapat
menurunkan kadar keasaman lambung, sehingga dapat memicu perubahan nitrat
pada ikan asin atau makanan yang mengandung tinggi garam menjadi nitrit dan
nitrosamin yang bersifat karsinogenik pemicu kanker (Barasi, 2007). Rendahnya
kadar vitamin C sewaktu muda dan kekurangan vitamin A dapat merubah nitrat

7
menjadi nitrit dan senyawa nitrosamin menjadi zat karsinogen pemicu kanker
(Ballenger, 2010).

5. Letak Geografis

Terdapat banyak di Asia Selatan, Afrika Utara, Eskimo karena penduduknya


sering mengonsumsi makanan yang diawetkan (daging dan ikan) terutama pada
musim dingin menyebabkan tingginya kejadian kanker nasofaring (Soepardi et al,
2012).

6. Jenis Kelamin

Tumor ini lebih sering ditemukan pada laki-laki dari pada perempuan
disebabkan kemungkinan ada hubungannya dengan faktor kebiasaan hidup laki-
laki seperti merokok, bekerja pada industri kimia cenderung lebih sering
menghirup uap kimia dan lain-lain (Soepardi et al, 2012).

7. Faktor Lingkungan

Faktor yang berpengaruh adalah iritasi oleh bahan kimia, asap sejenis kayu
tertentu yang dihasilkan dari memasak menggunakan kayu bakar, terutama
apabila pembakaran kayu tersebut tidak sempurna dapat menyebarkan partikel-
partikel besar (5-10 mikrometer) yang dalam segi kesehatan dapat tersangkut di
hidung dan nasofaring, kemudian tertelan. Jika pembersihan tidak sempurna
karena ada penyakit hidung, maka partikel ini akan menetap lebih lama di daerah
nasofaring dan dapat merangsang tumbuhnya tumor (Ballenger, 2010). Namun
Penelitian akhir-akhir ini menemukan zat-zat berikut berkaitan dengan timbulnya
karsinoma nasofaring yaitu golongan Nitrosamin,diantaranya dimetilnitrosamin
dan dietilnitrosamin, Hidrokarbon aromatic dan unsur Renik, diantaranya nikel
sulfat (Roezin, Anida, 2007 dan Nasir, 2009).

8. Radang Kronis daerah Nasofaring

Dianggap dengan adanya peradangan, mukosa nasofaring menjadi lebih


rentan terhadap karsinogen lingkungan (Iskandar et al, 1989).

8
2.3 WOC
Riwayat Keluarga
Konsumsi Ikan Asin

Kerusakan DNA pada sel dimana


Mengaktifkan EBV pola kromosomnya abnormal

Menstimulasi pertumbuhan sel


2.4 Terbentuk sel-sel muatan
abnormal yg tak terkontrol

Pola kromosom abnormal


Diferensiasi dan2.5
polferasi protein
laten (EBNA -1)
Kromosom ekstra terlalu sedikit
2.6 translokasi kromosom
Pertumbuhan sel kanker pd
Metastase sel kanker ke kelenjar nasofaring
getah bening melalui aliran limfe 2.7
Sifat kanker diturunkan pd anak

Penekanan pada tuba eustacius


Pertumbuhan dan perkembangan sel
kanker pd kelenjar getah bening
2.8 area tuba
Penyumbatan

Benjolan massa pd leher bagian


samping MK :Gangguan persepsi sensori (
2.9
Pendengaran)

9
Benjolan massa pd leher bagian
2.10 samping

Menembus kelenjar

Kelenjar melekat pada otot dan sulit Indikasi kemoterapi


digerakkan

Peransangan zona pencetus Merusak sel-sel epitel kulit


MK : NYERI kemoreseptor

Kerusakan intregitas kulit


Iritasi mukosa mulut Mual dan muntah

Kerusakan pd kulit kepala


anoreksia MK : Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan
MK : gangguan harga diri rendah.

10
2.4 Manifestasi klinis

Karsinoma Nasofaring bukanlah penyakit yang dapat disembuhkan, maka


diagnosis dan pengobatan yang sedini mungkin memegang peranan penting
(Roezin,Anida, 2007). Gejala pada telinga dapat dijumpai sumbatan Tuba Eutachius.
Pasien mengeluh rasa penuh di telinga, rasa dengung kadang-kadang disertai dengan
gangguan pendengaran. Gejala ini merupakan gejala yang sangat dini. Radang telinga
tengah sampai pecahnya gendang telinga. Keadaan ini merupakan kelainan lanjut yang
terjadi akibat penyumbatan muara tuba, dimana rongga telinga tengah akan terisi cairan.
Cairan yang diproduksi makin lama makin banyak, sehingga akhirnya terjadi kebocoran
gendang telinga dengan akibat gangguan pendengaran ( Roezin, Anida, 2007 dan
National Cancer Institute, 2009). Gejala pada hidung adalah epistaksis akibat dinding
tumor biasanya rapuh sehingga oleh rangsangan dan sentuhan dapat terjadi pendarahan
hidung atau mimisan. Keluarnya darah ini biasanya berulang-ulang, jumlahnya sedikit
dan seringkali bercampur dengan ingus, sehingga berwarna merah muda. Selain
itu,sumbatan hidung yang menetap terjadi akibat pertumbuhan tumor ke dalam rongga
hidung dan menutupi koana. Gejala menyerupai pilek kronis, kadang-kadang disertai
dengan gangguan penciuman dan adanya ingus kental. Gejala telinga dan hidung ini
bukan merupakan gejala yang khas untuk penyakit ini, karena juga dijumpai pada
infeksi biasa, misalnya pilek kronis, sinusitis dan lain-lainnya. Mimisan juga sering
terjadi pada anak yang sedang menderita radang ( Roezin, Anida, 2007 dan National
Cancer Institute, 2009 ).

Pembesaran kelenjar limfe leher yang timbul di daerah samping leher, 3-5
sentimeter di bawah daun telinga dan tidak nyeri. Benjolan ini merupakan pembesaran
kelenjar limfe, sebagai pertahanan pertama sebelum tumor meluas ke bagian tubuh yang
lebih jauh. Benjolan ini tidak dirasakan nyeri, sehingga sering diabaikan oleh pasien.
Selanjutnya sel-sel kanker dapat berkembang terus, menembus kelenjar dan mengenai
otot di bawahnya. Kelenjarnya menjadi melekat pada otot dan sulit digerakan. Keadaan
ini merupakan gejala yang lebih lanjut lagi. Pembesaran kelenjar limfe leher merupakan
gejala utama yang mendorong pasien datang ke dokter (Nutrisno , Achadi, 1988 dan
Nurlita, 2009). Gejala akibat perluasan tumor ke jaringan sekitar. Perluasan ke atas ke
arah rongga tengkorak dan kebelakang melalui sela-sela otot dapat mengenai saraf otak
dan menyebabkan ialah penglihatan ganda (diplopia), rasa baal (mati rasa) didaerah

11
wajah sampai akhirnya timbul kelumpuhan lidah, leher dan gangguan pendengaran serta
gangguan penciuman. Keluhan lainnya dapat berupa sakit kepala hebat akibat
penekanan tumor ke selaput otak rahang tidak dapat dibuka akibat kekakuan otot-otot
rahang yang terkena tumor. Biasanya kelumpuhan hanya mengenai salah satu sisi tubuh
saja (unilateral) tetapi pada beberapa kasus pernah ditemukan mengenai ke dua sisi
tubuh (Arima, 2006 dan Nurlita, 2009). Gejala akibat metastasis apabila sel-sel kanker
dapat ikut mengalir bersama aliran limfe atau darah, mengenai organ tubuh yang
letaknya jauh dari nasofaring, hal ini yang disebut metastasis jauh. Yang sering ialah
pada tulang, hati dan paru. Jika ini terjadi, menandakan suatu stadium dengan prognosis
sangat buruk (Pandi, 1983 dan Arima, 2006).

2.5 Stadium Karsinoma Nasofaring

T = Tumor Tumor Primer (T)

TX - tumor primer tidak dapat dinilai

T0 - Tidak ada bukti tumor primer

Tis - Karsinoma in situ

T1 - Tumor terbatas pada nasofaring yang

T2 - Tumor meluas ke jaringan lunak orofaring dan / atau hidung fosa

T2a Tanpa ekstensi parafaring

T2b - Dengan perpanjangan parafaring

T3 - Tumor menginvasi struktur tulang dan / atau sinus paranasal

T4 - Tumor dengan ekstensi intrakranial dan atau keterlibatan SSP, fosa infratemporal,
hypopharynx, atau orbit (Roezin,Anida, 2007 dan National Cancer Institute,2009.

N = Nodule N Pembesaran kelenjar getah bening regional (KGB).

N0 - Tidak ada pembesaran.

12
N1 - Terdapat metastesis unilateral KGB dengan ukuran kurang dari 6cm merupakan
ukuran terbesar diatas fossa supraklavikular

N2 - Terdapat metastesis bilateral KGB dengan ukuran kurang dari 6cm merupakan
ukuran terbesar diatas fossa supraklavikular

N3 - Terdapat metastesis

N3.a- KGB dengan ukuran kurang dari 6cm

N3.b- KGB diatas fossa supraklavikular (Roezin, Anida, 2007 dan National Cancer
Institute, 2009).

M = Metastasis

Mx = Adanya Metastesis jauh yang tidak ditentukan.

M0 Tidak ada metastasis jauh

M1 Terdapat metastasis jauh (Roezin, Anida, 2007 dan National Cancer Institute,
2009).
Stadium Stadium 0 Tis, n0, M0

Stadium I - T1, n0, M0

Stadium IIA - T2a, n0, M0

Stadium IIB - (T1, N1, M0), (T2, N1, M0),(T2a, N1, M0 ),( T2b, N0, M0)

Stadium III - ( T1, N2, M0 ),(T2a, N2, M0),( T2b, N2, M0),( T3, N0, M0),( T3, N1,
M0),( T3, N2, M0)

Stadium IVA - (T4, N0, M0), (T4, N1, M0),( T4, N2, M0) Stadium IVB - Setiap T, N3,
M0 Stadium IVC - Setiap T, setiap N, M1(Roezin, Anida, 2007 dan National Cancer
Institute, 2009).

2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan metode pengobatan pada penderita kanker
nasofaring dapat dilihat pada Tabel 3.

13
Tabel 3. Penatalaksanaan Metode Pengobatan Pada Kanker Nasofaring

Pemilihan Terapi Kanker Memilih obat kanker tidaklah mudah, banyak faktor yang
perlu diperhatikan yakni jenis kanker, kemosensitivitas atau resisten, populasi sel kanker,
persentasi sel kanker yang terbunuh, siklus pertumbuhan kanker, imunitas tubuh dan efek
samping terapi yang diberikan (Sukardja, 2000). Terapi medik yang dapat digunakan
untuk mengobati karsinoma nasofaring ialah :

1) Radioterapi
Terapi radiasi adalah mengobati penyakit dengan menggunakan gelombang atau
partikel energi radiasi tinggi yang dapat menembus jaringan untuk menghancurkan
sel kanker (Kelvin dan Tyson, 2011). Radio terapi masih memegang peranan
terpenting dalam pengobatan karsinoma nasofaring (Soejipto cit Iskandar et al,
1989). Radioterapi merupakan pengobatan utama, sedangkan pengobatan
tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi leher, pemberian tetra siklin, faktor
transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan anti virus (Soepardi et al,
2012).
Dosis yang diberikan 200 rad / hari sampai mencapai 6000-6600 rad untuk tumor
primer, untuk kelenjar leher yang membesar diberikan 6000 rad. Jika tidak ada
pembesaran diberikan juga radiasi elektif sebesar 4000 rad (Soejipto cit Iskandar et
al, 1989). 19 Kesulitan-kesulitan yang dihubungkan dengan pemberian terapi
radiasi dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan lanjut. Kompilikasi dini dan lanjut
tersebut dapat berupa mukositis dengan disertai rasa tidak enak pada faring,
hilangnya nafsu makan (anoreksia), nausea (mual) dan membran mukosa yang
kering (Adams, 1994).

2) Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan kanker dengan obatobatan. Kemoterapi dapat
menjalar melalui tubuh dan dapat membunuh sel kanker dimanapun di dalam tubuh.

14
Kemoterapi juga dapat merusak sel normal dan sehat, terutama sel sehat dalam
lapisan mulut dan sistem gastrointestinal, sumsung tulang serta kantung rambut
(Kelvin dan Tyson, 2011).

3) Terapi Kombinasi

Merupakan terapi kombinasi dari beberapa terapi. Seperti kombinasi antara


kemo-radioterapi dengan motomycin C dan 5- fluorouracil memberikan hasil yang
cukup memuaskan dan memperlihatkan hasil yang memberi harapan kesembuhan
total pasien karsinoma nasofaring (Soetjipto cit Iskandar et al, 1989).

4) Operasi
Tindakan operasi berupa diseksi leher radikal, dilakukan jika masih ada sisa
kelenjar pasca radiasi atau adanya kekambuhan kelenjar, dengan syarat bahwa
tumor primer sudah dinyatakan bersih (Soetjipto cit Iskandar et al, 1989).
Operasi tumor induk sisa (residu) atau kambuh (residif) diindikasikan, tetapi sering
timbul komplikasi yang berat akibat operasi (Soeperdi et al, 2012).

Penatalaksanaan Diet Pada Pasien Kanker Nasofaring

1. Jenis Diet

Diet yang diberikan bagi penderita kanker adalah Diet Tinggi Kalori Tinggi
Protein (TKTP) (Almatsier, 2004). Pada pasien kanker nasofaring selama
pengobatan, seringkali kehilangan nafsu makan, mual, muntah, diare,
pembengkakan pada mulut, kesulitan menelan dan lain sebagainya yang
menyebabkan pasien perlu asupan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
untuk meningkatkan kekebalan tubuh penderita dan mengurangi efek yang
lebih parah dari pengobatan kanker (Moore, 2002).

2. Tujuan Diet

Tujuan diet penyakit kanker adalah untuk mencapai dan


mempertahankan status gizi optimal dengan cara :

15
a) Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit serta
daya terima pasien.

b) Mencegah atau menghambat penurunan berat badan secara berlebihan.

c) Mengurangi rasa mual, muntah dan diare.

d) Mengupayakan perubahan sikap dan perilaku sehat terhadap makanan oleh


pasien dan keluarganya.

3. Syarat Diet
Syarat-syarat diet penyakit kanker adalah sebagai berikut :

a) Energi tinggi, yaitu 36 Kcal/kg BB untuk laki-laki dan 32 Kcal/kg BB untuk


perempuan. Apabila pasien dalam keadaan gizi kurang, maka kebutuhan
energi menjadi 40 Kcal/kg BB untuk laki-laki dan 36 Kcal/kg BB untuk
perempuan.

b) Protein tinggi yaitu 1-1,5 g/kg BB.

c) Lemak sedang, yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total.

d) Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi totale)

e) Vitamin dan mineral cukup, terutama vitamin A, B kompleks, C dan E. Bila


perlu ditambah dalam bentuk suplemen.

f) Rendah iodium bila sedang menjalani medikasi radioaktif internal.

g) Bila imunitas menurun (leukosit < 10 ul) atau pasien akan menjalani
kemoterapi agresif, pasien harus mendapat makanan yang steril.

h) Porsi makan diberikan dalam porsi kecil dan sering. (Almatsier, 2004).

16
2.7 Diagnosis

1. Anamnesis

Gejala yang muncul dapat berupa telinga terasa penuh, tinnitus, otalgia, hidung
tersumbat, lendir bercampur darah. Pada stadium lanjut dapat ditemukan benjolan
pada leher, terjadi gangguan saraf, diplopa, dan neuralgia trigeminal (saraf III, IV, V,
VI).

2. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan pemeriksaan status generalis dan status lokalis.

Pemeriksaan nasofaring:

o Rinoskopi posterior

o Nasofaringoskop ( fiber / rigid )

o Laringoskopi

Pemeriksaan nasoendoskopi dengan NBI (Narrow Band Imaging) digunakan


untuk skrining, melihat mukosa dengan kecurigaan kanker nasofaring,
panduan lokasi biopsi, dan follow up terapi pada kasus-kasus dengan dugaan
residu dan residif.

3. Pemeriksaan Radiologik

a. CT Scan Pemeriksaan radiologik berupa CT scan nasofaring mulai setinggi


sinus frontalis sampai dengan klavikula, potongan koronal, aksial, dan sagital,
tanpa dan dengan kontras. Teknik pemberian kontras dengan injector 1-2cc/kgBB,
delay time 1 menit. CT berguna untuk melihat tumor primer dan penyebaran ke
jaringan sekitarnya serta penyebaran kelenjar getah bening regional.

b. USG abdomen

Untuk menilai metastasis organ-organ intra abdomen. Apabila dapat


keraguan pada kelainan yang ditemukan dapat dilanjutkan dengan CT Scan
Abdomen dengan kontras.

17
c. Foto Thoraks

Untuk melihat adanya nodul di paru atau apabila dicurigai adanya


kelainan maka dilanjutkan dengan CT Scan Thoraks dengan kontras.

d. Bone Scan

Untuk melihat metastasis tulang. Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut diatas untuk


menentukan TNM.

4. Pemeriksaan Patologi Anatomik

Diagnosis pasti berdasarkan pemeriksaan PA dari biopsi nasofaring BUKAN dari


Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJH) atau biopsi insisional/eksisional kelenjar getah
bening leher.

Dilakukan dengan tang biopsi lewat hidung atau mulut dengan tuntunan rinoskopi
posterior atau tuntunan nasofaringoskopi rigid/fiber. Pelaporan diagnosis karsinoma
nasofaring berdasarkan kriteria WHO yaitu:

1. Karsinoma Sel Skuamosa Berkeratin (WHO 1)

2. Karsinoma Tidak Berkeratin:

a. Berdiferensiasi (WHO 2)

b. Tidak Berdiferensiasi (WHO 3)

3. Karsinoma Basaloid Skuamosa Eksplorasi nasofaring dengan anestesi


umum jika:

Dari biopsi dengan anestesi lokal tidak didapatkan hasil yang


positif sedangkan gejala dan tanda yang ditemukan menunjukkan
ciri karsinoma nasofaring.

Unknown Primary Cancer Prosedur ini dapat langsung dikerjakan


pada:

Penderita anak

18
Penderita dengan keadaan umum kurang baik

Keadaan trismus sehingga nasofaring tidak dapat diperiksa.

Penderita yang tidak kooperatif

Penderita yang laringnya terlampau sensitif

Dari CT Scan paska kemoradiasi/ CT ditemukan kecurigaan


residu / rekuren, dengan Nasoendoskopi Nasofaring menonjol.
Biopsi Aspirasi Jarum Halus Kelenjar Leher Pembesaran kelenjar
leher yang diduga keras sebagai metastasis tumor ganas
nasofaring yaitu, internal jugular chain superior, posterior
cervical triangle node, dan supraclavicular node jangan di biopsi
terlebih dulu sebelum ditemukan tumor induknya. Yang mungkin
dilakukan adalah Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJH).

Pemeriksaan Laboratorium

Hematologik : darah perifer lengkap, LED, hitung jenis.

Alkali fosfatase, LDH

SGPT SGOT

2.8 Diagnosis Keperawatan

1. ketidakefektifan bersihan jalan nafas karena pembesaran limfe ddan sumbatan koana

2. gangguan pertukaran gas akibat metastase kanker ke organ paru-paru dan jantung.

3. nyeri akut berhubungan dengan kompresi atau dekstruksi jaringan saraf.

4. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual muntah
sekunder kemoterapi radiasi.

5. Resiko infeksi

19
2.9 Intervensi

Berikan suplemen nutrisi supaya pasien cepat pulih dan konsultasikan

Hindari konsumsi alkohol dan rokok

Keluarga berkonsultasi dengan dokter tentang penanganan dan perawatan selama di


rumah

Lakukan sesuai jadwal kemoterapi dan radioterapi jika di jadwalkan

Berikan dukungan kepada penderita supaya tidak timbul depresi

Berolahraga fisik ringan terutapa yang statis agar tubuh dan ketahanan meningkat
secara bertahap

Istirahat yang cukup dan hindari paparan zat-zat pemicu penyakit.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kanker nasofaring atau dikenal juga dengan kanker THT adalah penyakit yang
disebabkan oleh sel ganas (kanker) dan terbentuk dalam jaringan nasofaring, yaitu
bagian atas faring atau tenggorokan. Kanker ini paling sering terjadi di bagian THT,
kepala serta leher. Sampai saat ini belum jelas bagaimana mulai tumbuhnya kanker
nasofaring. Namun penyebaran kanker ini dapat berkembang ke bagian mata, telinga,
kelenjar leher, dan otak. Sebaiknya yang beresiko tinggi terkena kanker nasofaring
rajin memeriksakan diri ke dokter, terutama dokter THT. Risiko tinggi ini biasanya
dimiliki oleh laki-laki atau adanya keluarga yang menderita kanker ini.

3.2 Saran

Kesehatan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan, oleh karena itu akan
lebih baik jika selalu memperhatikan kesehatan lebih baik. Pencegahan penyakit
Kanker Nasofaring harus lebih diperhatikan karena Kanker Nasofaring di indonesia
adalah keganasan ke-4 setelah kanker payudara, kanker leher rahim dan kanker paru.

21
DAFTAR PUSTAKA

Kusuma Hardi dan Huda Nurarif Amin. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Nanda Nic-Noc. Media Hardy,Yogyakarta.
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah, edisi 8 vol.3.EGC, Jakarta

National Cancer Institute,2009. Nasopharyngeal Cancer Treatment.U.S.A:National Cancer


Institute.Available from:
ttp://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/nasopharyngeal/HealthProf
essional/page9.[Accesed 17 juli 2017]

Tirtaamijaya,N,2009.PencegahanKanker Nasopharing.Wordpress.com. Available from:


http://tirtaamijaya.wordpress.com/2009/03/04/pencegahan- kanker - nasopharing/.Accesed
[17 juli 2017]

http://www.cliffsnotes.com/study_guide/Structure-oftheRespiratorySystem.topicArticleId-
22032,articleId-21997.html. Diakses : 18 juli 2017.

Faisal, Hamida Hayati.2016. Gambaran Karakteristik Karsinoma Nasofaring Dan Faktor-


Faktor yang Mempengaruhi Prognosis .https://www.kankertht-kepalaleher.info/wp-
content/uploads/2016/05/Gambaran-karakteristik-karsinoma-nasofaring-dan-faktor-yang-
mempengaruhi-prognosis.pdf Diakses 18 juli 2017

Komang Shary K.2016. Patogenesis, Patofisiologi, dan Manifestasi Klinis Kanker Nasofaring
.https://komshar.files.wordpress.com/2016/03/ltm-3-patogenesis-patofisiologi-dan-
manifestasi-klinis-ca-nasofaring.pdf. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: LTM
Pemicu 3 Modul PenginderaanDiakses 18 juli 2017

Kementrian kesehatan.Panduan Penatalaksanaan Kanker Nasofaring.


http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKNasofaring.pdf. diakses 18 juli 2017

Вам также может понравиться