Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia dan hidayah-Nya
penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul KARSINOMA NASOFARING
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusun dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari adanya banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik pembaca yang membangun demi
kesempurnaan dalam makalah ini.
Harapan penyusun agar makalah ini berguna dan dapat dimanfaatkan sebagaimana
mestinya, serta dapat menambah ilmu pengetahuan di bidang perencanaan pembelajaran.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
JUDUL SAMPUL
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang............................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................... 1
SEVEN JUMP ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi ....................................................................................................... 5
2.2 Etiologi ....................................................................................................... 6
2.3 WOC .......................................................................................................... 9
2.4 Mekanisme Klinis ...................................................................................... 11
2.5 Stadium karsinoma nasofaring ................................................................... 12
2.6 Penatalaksanaan ......................................................................................... 13
2.7 Diagnosis .................................................................................................... 17
2.8 Diagnosa Keperawatan .............................................................................. 19
2.9 Intervensi .................................................................................................... 20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 21
3.2 Saran ............................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker sering dikenal sebagai tumor, tetapi tidak semuatumor disebut kanker Tumor
merupakan satu sel liar yang beradadibagian tubuh dan terus membesar di lokasi yang tetap
atau tidakmenyebar ke bagian tubuh lain.
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep pemahaman sebagai tenaga perawat
professional sehingga mampu memahamai tentang karsinoma nasofaring
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui definisi karsinoma nasofaring
2. Mahasiswa mengetahui anatomi nasofaring
3. Mahasiswa mengetahui manifestasi karsinoma nasofaring
4. Mahasiswa mengetahui stadium karsinoma nasofaring
5. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan medis karsinoma nasofaring
6. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang karsinoma nasofaring
1
SEVEN JUMP
Tahap 1 (klarifikasi masalah)
1. Karsinoma nasofaring
2. Penyebab
3. Tanda gejala
4. Tindakan pencegahan
5. Diagnose
Tahap II (Menetapkan Masalah)
1. Karsinoma nasofaring
2. Penyebab
3. Tanda gejala
4. Tindakan pencegahan
5. Diagnose
2
e) Kebudayaan : kebiasaan hidup dari pasien , cara memassak makanan
erta bumbu-bumbu makanan yang dapat menyebabkan kanker
nasofaring.
f) makanan yang tidak sehat
3. Tanda dan Gejala
a) hindari polusi udara atau bahan kimia yang bisa mengakibatkan
karsinoma
b) rasa tersumbatnya telinga/ rasa terasa penuh karena sumabatan di tuba
Eutachius.
c) pilek kronis, gangguan penciuman diakibatkan oleh sumbatan hidung
yang menetap terjadi akibat pertumbuhan tumor kedalam rongga
hidung dan menutupi koana.
d) benjolan pada tenggorokan , benjolan ini merupakan benjolan dri
pembesaran kelenjar limfe sebagai pertahanan pertama sebelum
tumor meluas ke bagian tubuh yang lain
e) nyeri telan
f) susah membuka mulut akibat perluasan tumor ke jaringan sekitar
perluasan ke rongga tengkorak dan kebelakan melalui sela-sela otot
dapat mengenai saraf otak dan menyebabkan rasa baal di dareah
wajah sampai akhirnya timbul kelumpuhan lidah, leher dan gangguan
lainnuya.
g) epitaksis/mimisan yang diakibatkan oleh dinding tumor biasanya
rapuh sehingga oleh rangsangan dan sentuhan dapat terjadi
perdarahan.
h) pusing
4. Tindakan pencegahan
a) Pemberian vaksin pda penduduk yangtinggal di daerah dengan resiko
tinggi
b) memakai alat pelindung diri saat bekerja
c) konsumsi makanan yang sehat
d) Penyuluhan lingkungan hidup yang tidak sehat, meningkatkan
keadaan sosial ekonomi dan berbagai kemungkinan faktor penyebab.
3
5. Diagnosa
a) ketidakefektifan bersihan jalan nafas karena pembesaran limfe ddan
sumbatan koana
b) gangguan pertukaran gas akibat metastase kanker ke organ paru-paru
dan jantung.
c) nyeri akut berhubungan dengan kompresi atau dekstruksi jaringan
saraf
d) ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia, mual muntah sekunder kemoterapi radiasi.
e) Resiko infeksi
Tahap IV (Menyusun Penjelasan Masalah)
Menurut Kelompok 9
Karsinoma nasofaring adalah benjolan atau tumor ganas yang timbul di
daerah nasofaring area di atas tenggorok dan dibelakang hidung yang disebabkan pola hidup
yang tidak sehat dan faktor pencetus terbesarnya ialah suatu jenis virus yang disebut virus
Epstein-Barr.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kanker adalah suatu penyakit pertumbuhan sel karena di dalam organ tubuh timbul
dan berkembang biak sel-sel baru yang tumbuh abnormal, cepat, dan tidak terkendali
dengan bentuk, sifat dan gerakan yang berbeda dari sel asalnya, serta merusak bentuk
dan fungsi organ asalnya (Dalimartha, 2004).
Kanker sering dikenal sebagai tumor, tetapi tidak semua tumor disebut kanker.
Tumor merupakan satu sel liar yang berada dibagian tubuh dan terus membesar di lokasi
yang tetap atau tidak menyebar ke bagian tubuh lain. Mengakibatkan terbentuknya
benjolan di bagian tubuh tertentu dan jika tidak diobati dengan tepat sel tumor berubah
menjadi kanker. Berbeda dengan sel tumor yang tidak menyebar kebagian tubuh lain,
sel kanker akan terus membelah diri dengan cepat dan tidak terkontrol menyebabkan
sel kanker sangat mudah menyebar ke beberapa bagian tubuh melalui pembuluh darah
dan pembuluh getah bening (Aprianti, 2012).
Kanker nasofaring adalah tumor ganas yang timbul di daerah nasofaring area di
atas tenggorok dan dibelakang hidung (POI,2010). Karsinoma nasofaring (KNF) adalah
tumor ganas yang tumbuh didaerah nasofaring dengan predileksi di fosa Rossenmuller
dan atap nasofaring (Arima, 2006 dan Nasional Cancer Institute, 2009).
A. Anatomi Nasofaring
Anatomi letak nasofaring dapat dilihat pada Gambar 1.
5
Nasofaring merupakan suatu ruangan yang dilapisi mukosa dan disebelah lateral
dibatasi oleh lamina medialis processus pterygoidei, di superior oleh os sphenoideum,
di anterior oleh hoanae dan vomer tengah, di posterior oleh clivus dan di inferior oleh
palatum molle.
Tuba eustachii bermuara ke arah posterolateral dan dikelilingi oleh suatu struktur
kartilago. Dibelakang tuba eustachii adalah lekuk-lekuk mukosa yang disebut sebagai
fossae rosenmulleri. Adenoid (tonsilla pharyngealis) menggantung dari fassae tersebut
dan dinding posterosuperior kubah nasofaring (Khoa dan Gady, 2012).
Nasofaring merupakan rongga dengan dinding kaku yang berada pada atas,
belakang dan lateral. Bagian depan berhubungan 10 dengan rongga hidung melalui
koana sehingga sumbatan hidung merupakan gangguan yang sering timbul.
Penyebaran tumor ke lateral akan menyumbat muara tuba Estachius dan akan
mengganggu pendengaran serta menimbulkan cairan di telinga tengah. Metastasis jauh
dapat terjadi di daerah kepala serta dapat menimbulkan ganggu pada saraf otak
(Ballenger, 2010).
2.2 Etiologi
1. Faktor Ras
Banyak ditemukan pada ras Mongoloid, terutama di daerah Cina bagian selatan
berdasarkan hasil pengamatan caramemasak tradisional sering dilakukan dalam
ruang tertutup dandengan menggunakan kayu bakar (Soepardi et al, 1993).
6
2. Faktor Genetik
Tumor ini atau tumor pada organ lainnya ditemukan pada beberapa generasi dari
suatu keluarga (Soepardi et al, 1993). Walaupun karsinoma nasofaring tidak
termasuk tumor genetik, tetapi kerentanan terhadap karsinoma nasofaring pada
kelompok masyarakat tertentu relatif lebih menonjol dan memiliki agregasi
familial. Analisis korelasi menunjukkan gen HLA (human leukocyte antigen) dan
gen pengkode enzim sitokrom p4502E (CYP2E1) kemungkinan adalah gen
kerentanan terhadap karsinoma nasofaring, mereka berkaitan dengan sebagian
besar karsinoma nasofaring (Pandi, 1983 dan Nasir, 2009) .
Faktor yang mempengaruhi ialah keadaan gizi, polusi dan lain-lain (Soepardi
et al, 1993).
4. Faktor Kebudayaan
Kebiasaan hidup dari pasien, cara memasak makanan serta pemakaian berbagai
macam bumbu masak mempengaruhi tumbuhnya tumor ini dan kebiasaan makan
makanan erlalu panas. Terdapat hubungan antara kadar nikel dalam air minum
dan makanan dengan mortalitas karsinoma nasofaring (Soepardi et al, 2012).
Ikan asin dan makanan yang diawetkan menggunakan larutan garam akan
mengubah senyawa yang terkandung dalam ikan yakni senyawa nitrat menjadi
senyawa nitrosamin. Tubuh mengkonsumsi makanan tinggi garam dapat
menurunkan kadar keasaman lambung, sehingga dapat memicu perubahan nitrat
pada ikan asin atau makanan yang mengandung tinggi garam menjadi nitrit dan
nitrosamin yang bersifat karsinogenik pemicu kanker (Barasi, 2007). Rendahnya
kadar vitamin C sewaktu muda dan kekurangan vitamin A dapat merubah nitrat
7
menjadi nitrit dan senyawa nitrosamin menjadi zat karsinogen pemicu kanker
(Ballenger, 2010).
5. Letak Geografis
6. Jenis Kelamin
Tumor ini lebih sering ditemukan pada laki-laki dari pada perempuan
disebabkan kemungkinan ada hubungannya dengan faktor kebiasaan hidup laki-
laki seperti merokok, bekerja pada industri kimia cenderung lebih sering
menghirup uap kimia dan lain-lain (Soepardi et al, 2012).
7. Faktor Lingkungan
Faktor yang berpengaruh adalah iritasi oleh bahan kimia, asap sejenis kayu
tertentu yang dihasilkan dari memasak menggunakan kayu bakar, terutama
apabila pembakaran kayu tersebut tidak sempurna dapat menyebarkan partikel-
partikel besar (5-10 mikrometer) yang dalam segi kesehatan dapat tersangkut di
hidung dan nasofaring, kemudian tertelan. Jika pembersihan tidak sempurna
karena ada penyakit hidung, maka partikel ini akan menetap lebih lama di daerah
nasofaring dan dapat merangsang tumbuhnya tumor (Ballenger, 2010). Namun
Penelitian akhir-akhir ini menemukan zat-zat berikut berkaitan dengan timbulnya
karsinoma nasofaring yaitu golongan Nitrosamin,diantaranya dimetilnitrosamin
dan dietilnitrosamin, Hidrokarbon aromatic dan unsur Renik, diantaranya nikel
sulfat (Roezin, Anida, 2007 dan Nasir, 2009).
8
2.3 WOC
Riwayat Keluarga
Konsumsi Ikan Asin
9
Benjolan massa pd leher bagian
2.10 samping
Menembus kelenjar
10
2.4 Manifestasi klinis
Pembesaran kelenjar limfe leher yang timbul di daerah samping leher, 3-5
sentimeter di bawah daun telinga dan tidak nyeri. Benjolan ini merupakan pembesaran
kelenjar limfe, sebagai pertahanan pertama sebelum tumor meluas ke bagian tubuh yang
lebih jauh. Benjolan ini tidak dirasakan nyeri, sehingga sering diabaikan oleh pasien.
Selanjutnya sel-sel kanker dapat berkembang terus, menembus kelenjar dan mengenai
otot di bawahnya. Kelenjarnya menjadi melekat pada otot dan sulit digerakan. Keadaan
ini merupakan gejala yang lebih lanjut lagi. Pembesaran kelenjar limfe leher merupakan
gejala utama yang mendorong pasien datang ke dokter (Nutrisno , Achadi, 1988 dan
Nurlita, 2009). Gejala akibat perluasan tumor ke jaringan sekitar. Perluasan ke atas ke
arah rongga tengkorak dan kebelakang melalui sela-sela otot dapat mengenai saraf otak
dan menyebabkan ialah penglihatan ganda (diplopia), rasa baal (mati rasa) didaerah
11
wajah sampai akhirnya timbul kelumpuhan lidah, leher dan gangguan pendengaran serta
gangguan penciuman. Keluhan lainnya dapat berupa sakit kepala hebat akibat
penekanan tumor ke selaput otak rahang tidak dapat dibuka akibat kekakuan otot-otot
rahang yang terkena tumor. Biasanya kelumpuhan hanya mengenai salah satu sisi tubuh
saja (unilateral) tetapi pada beberapa kasus pernah ditemukan mengenai ke dua sisi
tubuh (Arima, 2006 dan Nurlita, 2009). Gejala akibat metastasis apabila sel-sel kanker
dapat ikut mengalir bersama aliran limfe atau darah, mengenai organ tubuh yang
letaknya jauh dari nasofaring, hal ini yang disebut metastasis jauh. Yang sering ialah
pada tulang, hati dan paru. Jika ini terjadi, menandakan suatu stadium dengan prognosis
sangat buruk (Pandi, 1983 dan Arima, 2006).
T4 - Tumor dengan ekstensi intrakranial dan atau keterlibatan SSP, fosa infratemporal,
hypopharynx, atau orbit (Roezin,Anida, 2007 dan National Cancer Institute,2009.
12
N1 - Terdapat metastesis unilateral KGB dengan ukuran kurang dari 6cm merupakan
ukuran terbesar diatas fossa supraklavikular
N2 - Terdapat metastesis bilateral KGB dengan ukuran kurang dari 6cm merupakan
ukuran terbesar diatas fossa supraklavikular
N3 - Terdapat metastesis
N3.b- KGB diatas fossa supraklavikular (Roezin, Anida, 2007 dan National Cancer
Institute, 2009).
M = Metastasis
M1 Terdapat metastasis jauh (Roezin, Anida, 2007 dan National Cancer Institute,
2009).
Stadium Stadium 0 Tis, n0, M0
Stadium IIB - (T1, N1, M0), (T2, N1, M0),(T2a, N1, M0 ),( T2b, N0, M0)
Stadium III - ( T1, N2, M0 ),(T2a, N2, M0),( T2b, N2, M0),( T3, N0, M0),( T3, N1,
M0),( T3, N2, M0)
Stadium IVA - (T4, N0, M0), (T4, N1, M0),( T4, N2, M0) Stadium IVB - Setiap T, N3,
M0 Stadium IVC - Setiap T, setiap N, M1(Roezin, Anida, 2007 dan National Cancer
Institute, 2009).
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan metode pengobatan pada penderita kanker
nasofaring dapat dilihat pada Tabel 3.
13
Tabel 3. Penatalaksanaan Metode Pengobatan Pada Kanker Nasofaring
Pemilihan Terapi Kanker Memilih obat kanker tidaklah mudah, banyak faktor yang
perlu diperhatikan yakni jenis kanker, kemosensitivitas atau resisten, populasi sel kanker,
persentasi sel kanker yang terbunuh, siklus pertumbuhan kanker, imunitas tubuh dan efek
samping terapi yang diberikan (Sukardja, 2000). Terapi medik yang dapat digunakan
untuk mengobati karsinoma nasofaring ialah :
1) Radioterapi
Terapi radiasi adalah mengobati penyakit dengan menggunakan gelombang atau
partikel energi radiasi tinggi yang dapat menembus jaringan untuk menghancurkan
sel kanker (Kelvin dan Tyson, 2011). Radio terapi masih memegang peranan
terpenting dalam pengobatan karsinoma nasofaring (Soejipto cit Iskandar et al,
1989). Radioterapi merupakan pengobatan utama, sedangkan pengobatan
tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi leher, pemberian tetra siklin, faktor
transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan anti virus (Soepardi et al,
2012).
Dosis yang diberikan 200 rad / hari sampai mencapai 6000-6600 rad untuk tumor
primer, untuk kelenjar leher yang membesar diberikan 6000 rad. Jika tidak ada
pembesaran diberikan juga radiasi elektif sebesar 4000 rad (Soejipto cit Iskandar et
al, 1989). 19 Kesulitan-kesulitan yang dihubungkan dengan pemberian terapi
radiasi dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan lanjut. Kompilikasi dini dan lanjut
tersebut dapat berupa mukositis dengan disertai rasa tidak enak pada faring,
hilangnya nafsu makan (anoreksia), nausea (mual) dan membran mukosa yang
kering (Adams, 1994).
2) Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan kanker dengan obatobatan. Kemoterapi dapat
menjalar melalui tubuh dan dapat membunuh sel kanker dimanapun di dalam tubuh.
14
Kemoterapi juga dapat merusak sel normal dan sehat, terutama sel sehat dalam
lapisan mulut dan sistem gastrointestinal, sumsung tulang serta kantung rambut
(Kelvin dan Tyson, 2011).
3) Terapi Kombinasi
4) Operasi
Tindakan operasi berupa diseksi leher radikal, dilakukan jika masih ada sisa
kelenjar pasca radiasi atau adanya kekambuhan kelenjar, dengan syarat bahwa
tumor primer sudah dinyatakan bersih (Soetjipto cit Iskandar et al, 1989).
Operasi tumor induk sisa (residu) atau kambuh (residif) diindikasikan, tetapi sering
timbul komplikasi yang berat akibat operasi (Soeperdi et al, 2012).
1. Jenis Diet
Diet yang diberikan bagi penderita kanker adalah Diet Tinggi Kalori Tinggi
Protein (TKTP) (Almatsier, 2004). Pada pasien kanker nasofaring selama
pengobatan, seringkali kehilangan nafsu makan, mual, muntah, diare,
pembengkakan pada mulut, kesulitan menelan dan lain sebagainya yang
menyebabkan pasien perlu asupan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
untuk meningkatkan kekebalan tubuh penderita dan mengurangi efek yang
lebih parah dari pengobatan kanker (Moore, 2002).
2. Tujuan Diet
15
a) Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit serta
daya terima pasien.
3. Syarat Diet
Syarat-syarat diet penyakit kanker adalah sebagai berikut :
g) Bila imunitas menurun (leukosit < 10 ul) atau pasien akan menjalani
kemoterapi agresif, pasien harus mendapat makanan yang steril.
h) Porsi makan diberikan dalam porsi kecil dan sering. (Almatsier, 2004).
16
2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Gejala yang muncul dapat berupa telinga terasa penuh, tinnitus, otalgia, hidung
tersumbat, lendir bercampur darah. Pada stadium lanjut dapat ditemukan benjolan
pada leher, terjadi gangguan saraf, diplopa, dan neuralgia trigeminal (saraf III, IV, V,
VI).
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan nasofaring:
o Rinoskopi posterior
o Laringoskopi
3. Pemeriksaan Radiologik
b. USG abdomen
17
c. Foto Thoraks
d. Bone Scan
Dilakukan dengan tang biopsi lewat hidung atau mulut dengan tuntunan rinoskopi
posterior atau tuntunan nasofaringoskopi rigid/fiber. Pelaporan diagnosis karsinoma
nasofaring berdasarkan kriteria WHO yaitu:
a. Berdiferensiasi (WHO 2)
Penderita anak
18
Penderita dengan keadaan umum kurang baik
Pemeriksaan Laboratorium
SGPT SGOT
1. ketidakefektifan bersihan jalan nafas karena pembesaran limfe ddan sumbatan koana
2. gangguan pertukaran gas akibat metastase kanker ke organ paru-paru dan jantung.
4. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual muntah
sekunder kemoterapi radiasi.
5. Resiko infeksi
19
2.9 Intervensi
Berolahraga fisik ringan terutapa yang statis agar tubuh dan ketahanan meningkat
secara bertahap
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kanker nasofaring atau dikenal juga dengan kanker THT adalah penyakit yang
disebabkan oleh sel ganas (kanker) dan terbentuk dalam jaringan nasofaring, yaitu
bagian atas faring atau tenggorokan. Kanker ini paling sering terjadi di bagian THT,
kepala serta leher. Sampai saat ini belum jelas bagaimana mulai tumbuhnya kanker
nasofaring. Namun penyebaran kanker ini dapat berkembang ke bagian mata, telinga,
kelenjar leher, dan otak. Sebaiknya yang beresiko tinggi terkena kanker nasofaring
rajin memeriksakan diri ke dokter, terutama dokter THT. Risiko tinggi ini biasanya
dimiliki oleh laki-laki atau adanya keluarga yang menderita kanker ini.
3.2 Saran
Kesehatan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan, oleh karena itu akan
lebih baik jika selalu memperhatikan kesehatan lebih baik. Pencegahan penyakit
Kanker Nasofaring harus lebih diperhatikan karena Kanker Nasofaring di indonesia
adalah keganasan ke-4 setelah kanker payudara, kanker leher rahim dan kanker paru.
21
DAFTAR PUSTAKA
Kusuma Hardi dan Huda Nurarif Amin. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Nanda Nic-Noc. Media Hardy,Yogyakarta.
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah, edisi 8 vol.3.EGC, Jakarta
http://www.cliffsnotes.com/study_guide/Structure-oftheRespiratorySystem.topicArticleId-
22032,articleId-21997.html. Diakses : 18 juli 2017.
Komang Shary K.2016. Patogenesis, Patofisiologi, dan Manifestasi Klinis Kanker Nasofaring
.https://komshar.files.wordpress.com/2016/03/ltm-3-patogenesis-patofisiologi-dan-
manifestasi-klinis-ca-nasofaring.pdf. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: LTM
Pemicu 3 Modul PenginderaanDiakses 18 juli 2017