Вы находитесь на странице: 1из 30

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara hukum memegang prinsip-prinsip
sebagai negara hukum. Prinsip-prinsip tersebut antara lain asas legalitas
dimana negara hukum harus tunduk pada hukum baik masyarakat dan
pemerintahannya. Kedua, perlindungan hak-hak asasi, pemerintah tunduk
pada hukum, monopoli paksaan pemerintah untuk menjamin penegakan
hukum, dan pengawasan oleh hakim yang merdeka. Disamping itu pula
H.D van Wijk menyebutkan prinsip-prinsip negara hukum, pertama yaitu
pemerintahan berdasarkan undang-undang, hak-hak asasi, pembagian
kekuasaan dan pengawasan lembaga kehakiman. 1
Dalam pelaksanaaan pemerintahan, pemerintah sebagai objek
hukum hukum administrasi negara harus menjalankan tugas-tugas
pemerintah. Diantara tugas tersebut adalah membuat peraturan dalam
bentuk undang-undang, pemerintahan dalam arti nyata memelihara
kepentingan umum, penyelesaian sengketa dalam peradilan,
mempertahankan ketertiban umum baik secara preventif maupun represif.
Tugas pemerintah membentuk undang-undang sebagai kewajiban
untuk mensejahterakan rakyat kedepan. Hal ini penting, mengingat amanat
dari pembukaan UUD 1945 untuk mensejahterakan kehidupan bangsa.
Dalam pelaksanaannya banyak sektor-sektor yang berkaitan erat dengan
kewenangan pemerintah membentuk undang-undang guna memajukan
kehidupan bangsa. Salah satu sektor yang penting adalah pembangunan di
sektor ekonomi. Ekonomi memiliki peranan penting dalam tatanan
kehidupan bangsa indonesia. Ekonomi menjadi tolak ukur perkembangan
suatu bangsa. Kemajuan ekonomi sendiri dapat dilihat dari taat pajak oleh
wajib pajak.
Pajak merupakan sektor pemasukan pemasukan terbesar kas
negara, penerimaan negara dari sektor pajak memegang peranan yang
sangat penting untuk kelangsungan sistem pemerintahan suatu negara.
Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh

1
HR Ridwan, Hukum Administrasi Negara,(Jakarta; PT Raja Grafindo,2016),hlm. 10

1
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak merupakan ujung tombak pembangunan sebuah negara.
Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan
peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama
melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan
pembangunan nasional. Adapun menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun
1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 tahun 2009 dalam
pasal 1 berbunyi bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat.
Sebagaimana fungsi pajak sebagai fungsi budgetair atau fungsi
finansial yang akan mengatur sumber-sumber penerimaan dan pos
pengeluaran. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa
pajak, sebagian besar kegiatan negara sulit untuk dapat dilaksanakan.
Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai
sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Uang pajak
juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman
bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga negara mulai saat dilahirkan
sampai dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan dari
pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak.
Dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak bagi
suatu negara menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda
pemerintahan dan pembiayaan pembangunan. Persoalannya adalah apakah
pembangunan selama ini sudah dilakukan dengan maksimal? Untuk
menjawab persoalan tersebut dapat kita kaitkan dengan pembayaran pajak,
apakah pajak yang dibayarkan juga sudah maksimal? Apakah
masyarakat/wajib pajak sudah tergolong taat dalam membayar pajak?

2
Pemasukan dan kontribusi wajib pajak bagi negara pada
kenyataannya masih sangat jauh dari harapan. Hal ini dikarenakan masih
banyak wajib pajak yang kebanyakan dari mereka adalah pengusaha-
pengusaha besar dan kaya tidak taat untuk membayar pajak. Padahal jika
ditelisik dan ditelusuri uang negara dari wajib pajak yang tidak taat dapat
mencapai ribuan triliun rupiah. Hal ini sangat mencengangkan mengingat
pajak adalah ujung tombaknya pembangunan. Banyak dari pengusaha-
pengusaha besar menyembunyikan harta kekayaannya agar terhindar dari
wajib pajak di luar negeri. Untuk terhidar dari wajib pajak mereka
menyembunyikan keuangan mereka di negara seperti Singapura.
Terhadap permasalahan ini, pemerintah yang memiliki
kewenangan untuk melakukan penegakan hukum, menggungakan
kewenangannya untuk mencari solusi bagaimana agar wajib pajak yang
selama ini belum patuh untuk menjadi patuh. Solusi dan antitesa dari
permsalahan tersebut adalah Tax Amnesty (pengampunan pajak).
Melalui perdebatan yang panjang dalam rapat paripurna,
pemerintah yang merencanakan Rancangan Undang- Undang (RUU) Tax
Amnesty (pengampunan pajak) sebagai jalan keluar bagi Wajib Pajak yang
tidak patuh menjadi patuh akhirnya menemui titik terang. Di tengah tarik
ulur pembahasan RUU Tax Amnesty, muncul kabar mengejutkan hasil
laporan investigasi mengenai firma hukum asal Panama yang di dalamnya
terdapat dokumen berisi data perusahaan bayangan di yurisdiksi bebas
pajak (offshore). Perusahaan offshore itu ditengarai sebagai sarana untuk
menghindari pajak. Total catatan terbongkar mencapai 11,5 juta dokumen.
Isi dokumen itu mengungkapkan bagaimana jejaring korupsi dan
kejahatan pajak para kepala negara, agen rahasia, pesohor, sampai buronan
disembunyikan di wilayah-wilayah surga bebas pajak (tax heavens).
Terdaoat lebih dari dua ribu nama perseorangan dan perusahaan di
Indonesia yang terindikasi ada di dokumen tersebut. Sehingga di satu sisi
fenomena Panama Papers menguatkan pembahasan Tax Amnesty dan
melancarkan pengesahan RUU TA itu sendiri. Pada pertengahan Juni lalu,
perjalanan RUU TA berakhir sukses.

3
Dokumen itu disahkan menjadi hukum positif. Hal ini tertuang
dalam Undang-undang No.11 tahun 2016. Sebagaimana pasal 1 dalam
undang-undang tersebut bahwa yang di maksud pengampunan pajak
adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi
administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan
cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana di atur
dalam undang-undang. Regulasi Tax Amnesty sebagai
Melalui makalah ini kami selaku penulis ingin membahas lebih
dalam mengenai peranan Tax Amnesty dalam pembangunan di Indonesia
serta kaitannya dengan kewenangan pemerintah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perananan Tax Amnesty dalam pembangunan Di Indonesia?
2. Bagaimana hubungan regulasi Tax Amnesty dengan Kewenangan
Pemerintah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui perananan Tax Amnesty dalam pembangunan di
Indonesia
2. Untuk mengetahui hubungan regulasi Tax Amnesty dengan
kewenangan pemerintah

D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan perundang-undangan (statute approach)
Dalam makalah ini penulis menggunakan metode penelitian
hukum pendekatan perundang-undangan. Pendekatan perundang-
undangan merupakan pendekatan dengan menggunakan legislasi dan
regulasi.

2. Kepustakaan
Data yang digunakan sebagai bahan pustaka adalah buku-buku
yang berkaitan dengan hukum administrasi negara,.

4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Wewenang
` Dalam hukum positif, kita temukan istilah wewenang antara lain
dalam UU no.5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara (Pasal
1.6; Pasal 53 ayat 2 huruf C).Istilah wewenang digunakan dalam bentuk
kata benda. Istilah itu seringkali dipertukarkan dengan istilah
kewenangan.Istilah wewenang atau kewenangan sering disejajarkan
dengan istilah bevoegheid dalam istilah hukum Belanda.
Dalam literature hukum adminitrasi dijelaskan, bahwa istilah
wewenang sering kali disepadankan dengan istilah kekuasaan. Padahal,
istilah kekuasaan tidaklah identik dengan istilah wewenang. Kata
wewenang berasal dari kata authority (Inggris) dan gezag
(Belanda). Adapun, istilah kekuasaan berasal dari kata power (Inggris)
dan macht (Belanda).2 Dari kedua istilah ini jelas tersimpul perbedaan
makna dan pengertian sehingga dalam penempatan kedua istilah ini
haruslah dilakukan secara cermat dan hati-hati. Penggunaan atau
pemakaian kedua istilah ini tampaknya tidak terlalu dipermasalahkan
dalam realitas penyelenggaraan pemerintahan kita. Hal itu memberikan
kesan dan indikasi, bahwa bagi sebagian aparatur dan pejabat

2
Aminuddin Ilmar, Hukum Tata Pemerintahan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014) h.101

5
penyelenggara negara atau pemerintah kedua istilah tersebut tidaklah
begitu penting untuk dipersoalkan.
Menurut P.Nicolai (1994: 4), wewenang pemerintahan adalah
kemampuan untuk melakukan tindakan atau perbuatan hukum tertentu,
yakni tindakan atau perbuatan yang dimaksudkan untuk menimbulkan
akibat hukum, dan mencakup mengenai timbul dan lenyapnya akibat
hukum. Selanjutnya, dikemukakan bahwa dalam wewenang pemerintahan
itu tersimpul adanya hak dan kewajiban dari pemerintah dalam melakukan
tindakan atau perbuatan pemerintahan tersebut.
Bagir Manan (2000: 2) mempertegas istilah dan terminology apa
yang dimaksudkan dengan wewenang pemerintahan. Menurutnya,
wewenang dalam bahasa hukum tidaklah sama dengan kekuasaan.
Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak berbuat.
Adapun, wewenang dalam hukum dapat sekaligus berarti hak dan
kewajiban. Dalam kaitan dengan proses penyelenggaraan pemerintah, hak
mengandung pengertian kekuasaan untuk mengatur sendiri dan mengelola
sendiri, sedangkan kewajiban berarti kekuasaan untuk menyelenggarakan
pemerintah sebagaimana mestinya. Dengan demikian, substansi dari
wewenang pemerintahan ialah kemampuan untuk melakukan tindakan
atau perbuatan hukum pemerintahan.(het vermogen tot het verrichen van
bepaalde echtshandelingen)
Selanjutnya, menurut H.D. Stout (1994 :102) wewenang
merupakan suaru pengertian yang berasal dari hukum ieganisasi
pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan
yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang
pemerintahan oleh subjek hukum publik si dalam hubungan hukum publik
(bevoegdheid is een begrip uit het bestuurlijke organisasierecht, wat kan
worden omschreven als het geheel van regels dat betrekking heft op de
verkkrijging en uit oefening van bestuurscrechtelihke bevoegdheden
rechtsverkeer). Bahkan, L. Tonnaer (1865: 265) secara tegas
mengemukakan bahwa kewenangnan pemerintah dalam kaitan ini
dianggap sebagai kemampuan untuk melaksanakan hukum positif, dan

6
dengan begitu dpat diciptakan suatu hubungan hukum antara pemerintah
dan warga negara (overheids bevoegdheid wordt in dit verband op gevat
als het mogen om positief recht vast te stellen en al dus rechtsbe-
trekkingen tussen burgers onderling en tussen overhead en te scheppen).
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih utuh tentang seperti apa
wewenang pemerintahan itu dijalankan, maka terlebih dahulu akan
diuraikan pengertian mengenai apa yang dimaksudkan dengan jabatan
pemerintahanyang terambil dari kata ambt (jabatan) dalam bahasa
Belanda. Hanya dengan memahami apa yang dimaksud dengan jabatan
tersebut dengan sendirinya akan didapatkan poemahaman mengenai
adanya hubungan antara jabatan dan wewenang pemerintahan.
Selanjutnya, menurut Bagir Manan (2004:66) organisasi tidak lain
dari kumpulan jabatan atau lingkungan kerja tetap dengan berbagai fungsi.
Keseluruhan fungsi dari semua jabatan atau lingkungan kerja tetap yang
berisikan jabatan-jabatan negara atau lingkungan kerja tetap atau
lingkunagan kerja tetap tersebut akan mencerminkan tujuan organisasi.
Demikian pula halnya dengan organisasi negara yang berisikan jabatan-
jabatan negara atau lingkungan kerja tetap yang berisikan jabatan-jabatan
negara atau lingkungan kerja tetap yang berisikan berbagai fungsi untuk
mencapai tujuan negara. Jabatan adalah sesuatu ebaga dengan lingkup
pekerja sndi yang dibentuk untuk waktu yang lama dan kepadanya
diberikan tugas dan wewenang. Dengan kata lain, jabatan adalah suatu
lingkungan pekerja tetap yang beriikan fungsi-fungsi yang diadakan dan
dilakukan untuk kepentingan negara.
Kalau kita kaji istilah hukum kita secara cermat, ada sedikit
perbedan antara istilah wewenang atau kewenangan dengan istilah
bevoegheid. ;perbedaan terletak dalam karakter hukumnya. Istilah Belanda
bevoegheid digunakan baik dalam konsep hukum public maupun dalam
konsep hukum privat. Dalam hukum kita, istilah kewenangan atau
wewenang seharusnya digunakan selalu dalam konsep hukum publik.

7
Dengan perbedaan tersebut di atas, dalam tulisan singkat ini, istilah
wewenang atau kewenangan digunakan sejajar dengan istilah bevogheid
dalam konsep hukum publik.3
Kita perlu membedakan antara kewenangan (authority, gezag) dan
wewenangan (completence, bevogheid). Walaupun dalam praktek
pembedaanya tidak selalu perlu. kewenangan adalah apa yang disebut
kekuasaan formal. Kekuasaan yang berasal dari kekuasaan Legislatif
(diberi oleh Undang-undang) atau dari kekuasaan Eksekutif/ Administratif.
Kewenangan (yang biasanya terdiri atas beberapa wewenang
adalah kekuasaan terhadap segolongan orang-orang tertentu atau
kekuasaan atau kekuasaan terhadap sesuatu bidang pemerintahan atau
bidang urusan) tertentu yang bulat, sedangkan wewenang hanya mengenai
sesuatu onderdil tertentu saja. Kewenangan di bidang kehakiman atau
kekuasaan mengadili sebaiknya kita sebut kompetensi atau yuridiksi saja.
Di dalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang
(rechtsbevoegdheden). Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan
sesuatu tindak hukum public, misalnya wewenang
menandatangani/menerbitkan surat-surat izin dari seorang pejabat atas
nama Menteri, sedangkan kewenangan tetap berada di tangan Menteri
(delegasi wewenang).
Hak adalah kekuasaan untuk melakukan suatu tindak hukum
privat atau hukum pribadi (hukum perdata).4
B. Sumber Wewenang

Seiring dengan pilar utama dari konsepsi negara hukum, yakni asas
legalitas (legaliteitsbeginsel atau het beginsel van wetmatigheid van
bestuur), maka berdasarkan prinsip ini tersirat bahwa wewenang
pemerintahan berasal dari peraturan perundang-undangan dengan, yang
berarti bahwa sumber wewenang bagi pemerintahan ada di dalam
peraturan perundang-undangan. Secara teoretis, kewenangan yang

3
Philipus M. Hadjon, dkk, Hukum Adminitrasi Dan Tindak Pidana Korupsi, (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2011) h.10.
4
Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Adminitrasi Negara, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), h.76.

8
bersumber dari oeraturan poerundang-undangan ini diperoleh melalui tiga
cara, yakni : atribusi, delegasi dan mandate.

Pada delegasi terjadi pelimpahan suatu wewenang yang telah ada


(wewenang asli) oleh badan/atau jabatan pemerintahan yang telah
memperoleh wewenang pemerintahan secara atributif kepada badan/ atau
jabatan pemerintahan lainnya. Jadi, suatu wewenang delegasi selalu
didahului oleh adanya suatu atribusi wewenang. Adapun, pengertian
mandate terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenanganya
dijalankan oleh organ lain atas namanya. Dengan kata lain, suatu tindakan
atau perbuatan yang mengatasnamakan badan/jabatan pemerintahan yang
diwakilinya bertindak untuk dan atas nama badan/ jabatan pemerintahan).
Hal ini sama atau seupa dengan konsep pemberi kuasa dalam hukum
perdata yang memberi kewenangan pada penerima kuasa untuk melakukan
tindakan atau perbuatan hukum atas nama pemberi kuasa.

Untuk lebih jelasnya pengertian apa yang dimaksud dengan


atribusi, delegasi, dan mandate maka oleh H.D van Wijk/Willem
Konijnwnbwlt (1995: 129) mendefinisikan atribusi sebagai suatu
pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undang-undang kepada
organ pemerintahan (attribute is toekenning van een bestuursbevoegheid
door een wetgever aan een bestuursorgaan). Adapun, pengertian delegasi
adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari suatu organ
pemerintahan kepada organ pemerintahan lainya (delegatie is overdracht
van een bevoegheid van het ene bestuursorgaan aan een ander), dan
penegrtian mandate terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan
kewenanganuya dijalankan oelh organ lain atas namanya (mandaat is een
bestuursorgaan loot zijn bevoegheid namens hem uitefenen doo teen
ander).

Pengertian atribusi dan delegasi berdasarkan apa yang termuat


dalam Algemene Bepalingen van Adminitratief Recht (ABAR) dinyatakan,

9
bahwa wewenang atribusi ialah bilamana dalam undang-undang (dalam
arti materiel) menyerahkan atau memberikan wewenang tertentu kepada
organ tertentu. Dalam dal pengertian delegasi disebutkan, bahwa delehasi
berarti pelimpahan wewenang oleh organ pemerintahan yang telah diberi
wewenang kepada organ lainya yang akan melaksanakan wewenang
kepada organ lainya yang akan melaksanakan wewenang yang telah
dilimpahkan itu sebagai wewenangnya sendiri.

Dalam hal pelimpahan wewenag pemerintahan melalui delegasi ini


terdapat syarat-syarat sebagaimana dikutip dari Riswan (2011:104),
sebagai berikut :

a. Delegasi harus deginitig dan pemberi delegasi (delegans) tidak


dapat lagi menggunakan sendiri wewenang yang telah
dilimpahkan itu.
b. Delehasi harus berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
c. Delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hubungan
herarki kepegawaian tidak diperkenankan adanya delegans.
d. Adanya kewajiban empertanggungjawabkan dari penerima
delegasi (delegataris) kepada delegans.
e. Delegans dapat memberikan instruksi tentang penggunaan
wewenang tersebut kepada delegaratis.
Selanjutnya, dapat dikemukakan bahwa dengan mengetahui
sumber dan cara memperoleh wewenang dari organ pemerintahan akan
memperjelas legitimasi tindakan atau perbuatan pemerintahan. Hal ini
terkait pula dengan pertanggung jawaban hukum dalam setiap penggunaan
wewenang pemerintahan yang menegaskan, bahwa tidak ada satu pun
kewenangan yang diberikan kepada pemerintah dalam melakukan suatu
tindakan atau perbuatan tanpa disertai dengan suatu pertanggung jawaban.
Dengan kata lain, bahwa dalam setiap pemberian kewenangan kepada
pejabat pemerintahan tertentu selaku personafikasi dari jabatan

10
pemerintahan, maka tersirat dengan jelas di dalamnya pertanggung
jawaban dari pejabat yang bersangkutan.
Dari uraian diatas, secara jelas dapat disimpulkan bahwa
wewenang pemerintahan yang menjadi dasar tindakan atau perbuatan
pemerintahan meliputi tiga jenis wewenang , yakni: wewenang yang
diperoleh secara atribusi dan berasal dari peraturan perundang-undangan
adalah wewenang yang bersifat asli. Dengan kata lain, organ pemerintahan
memperoleh kewenangan secara langsung dari rumusan norma-norma
pasal tertentu dalam suatu peraturan perundang-undangan. Dalam hal
tindakan atau perbuatan pemerintahan didasarkan pada wewenang atribusi,
maka pemerintah selaku penerima wewenang atribusi dapat menciptakan
wewenang pemerintahan baru atau memperluas wewenang yang sudah
ada, dengan demikian maka tanggung jawab intern maupun ekstern
pelaksanaan wewenang yang diatribusikan sepenuhnya berada pada
pemerintah selaku penerima wewenang pemerintahan.5

C. Asas Legalitas dan Wewenang Pemerintahan


1. Asas Legalitas
Asas legalitas merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan
sebagai dasar dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan dan
kenegaraan di setiap negara hukum terutama bagi negara-negara hukum
dalam sistem Kontinental.6 Pada mulanya asas legalitas dikenal dalam
penarikan pajak oleh negara. Di Inggris terkenal ungkapan; No taxation
without representation, tidak ada pajak tanpa (persetujuan) parlemen,
atau di Amerika ada ungkapan ; Taxation without representation is
robbery, pajak tanpa (persetujuan) parlemen adalah perampokan. Hal
ini berarti penarikan pajak hanya boleh dilakukan setelah adanya undang-
undang yang mengatur pemungutan dan penentuan pajak. Asas ini
dinamakan juga dengan kekuasaan undang-undang (de heerschappij van
de wet).

5
Aminuddin Ilmar, Hukum Tata Pemerintahan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 116.
6
Ridwan HR , Hukum adm .h.90

11
Istilah asas Legalitas juga dikenal dalam hukum Pidana; nullum
delictum sine praevia lege poenali (tidak ada hukum tanpa undang-
undang), dan dikenal pula dalam Hukum Islam yang bertumpu pada ayat;
ma kaana muadzibiina hatta nabatsa rasuula; Kami tidak
menjatuhkan siksa sebelum Kami mengutus seorang Rasul, yang
selanjutnya dari ayat ini melahirkan kaidah Hukum Islam la hukma li
afal aluqola-i qobla wurud al-nash (tidak ada hukum bagi orang
berakal sebelum ada ketentuan nash). Kemudian asas legalitas ini
digunakan dalam bidang Hukum Administrasi Negara yang memiliki
makna, Dat het bestuur aan de wet is onderworpen (bahwa pemerintah
tunduk terhadap undang-undang) atau Het legaliteitsbeginsel houdt in
dat alle (algemene) de burgers bindende bepalingen op de wet moeten
berusten (asas legalitas menentukan bahwa semua ketentuan yang
mengikat warga negara harus didasarkan pada undang-undang). Asas
legalitas ini merupakan prinsip negara hukum yang sering dirumuskan
dengan ungkapan Het beginsel van wetmatigheid van bestuur yakni
prinsip keabsahan pemerintahan.
H.D. Stout, dengan mengutip pendapat Verhey, mengemukakan
bahwa het beginsel van wetmatigheid van bestuur mengandung tiga
aspek, yakni aspek negatif (het negatieve aspect), aspek formal-positif
(het formeel-positieve aspect), dan aspek materiil-positif (het materieel-
positieve aspect). Aspek negatif menentukan bahwa tindakan
pemerintahan tidak boleh bertentangan dengan undang-undang. Tindakan
pemerintahan adalah tidak sah jika bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi. Aspek formal-positif menentukan
bahwa pemerintah hanya memiliki kewenangan tetentu sepanjang
diberikan atau berdasarkan undang-undang. Aspek materiil-positif
menentukan bahwa undang-undang memuat aturan umum yang mengikat
tindakan pemerintahan. Hal ini berarti bahwa kewenangan itu harus
memiliki dasar perundang-undangan dan juga bahwa kewenangan itu
isinnya ditentukan normanya oleh undang-undang.

12
Secara historis, asas pemerintahan berdasarkan undang-undang itu
berasal dari pemikiran hukum abad ke-19 yang berjalan seiring dengan
keberadaan negara hukum klasik atau negara hukum liberal (de rliberale
rechtsstaatidee) dan dikuasai oleh berkembangnya pemikiran legalistik-
positivistik, terutama pengaruh aliran hukum legisme, yang menganggap
hukum hanya apa yang tertulis dalam undang-undang. Di luar undang-
undang dianggap tidak ada hukum atau bukan hukum. Oleh karena itu,
undang-undang dijadikan sebagai sendi utama penyelenggaraan
kenegaraan dan pemerintahan, dengan kata lain, asas legalitas dalam
gagasan negara hukum liberal memiliki kedudukan sentral, atau sebagai
suatu fundamen dari negara hukum (als een fundamenten van de
rechtsstaat).
Secara normatif , prinsip bahwa setiap tindakan pemerintah harus
berdasarkan peraturang perundang-undangan atau berdasarkan pada
kewemangan ini memang dianut di setiap negara hukum, namun dalam
prkatiknya penerapan prinsip ini berbeda-beda atara satu negara dengan
negara lain. Ada negara yang tidak begitu ketat menerapkanya. Artiya
untuk hal-hal atau tindakan-tindakan pemerintah yang tidak begitu
fundamental, penerapan prinsip tersebut dapat diabaikan.
Asas legalitas berkaitan erat dengan gagasan demokrasi dan
gagasan negara hukum (het democratish ideaal en het rechtsstaatsideaal).
Gagasan demokrasi menuntut agar setiap bentuk undang-undang dan
berbagai keputusan mendapatkan persetujuan dari wakil rakyat dan
sebanyak mungkin memerhatikan kepentigan rakyat. Dengan kata lain,
sebagaimana disebut Rousseau, Vormde de wet de belichaming van de
retionele, algemene wil (la raison humaine manifestee parla volonte
generale) (undang-undang merupakan personifikasi dari akal sehat
manusia, aspirasi masyarakat), yang pengejawantahanya harus tampak
dalam prosedur pembentukan undang-undang yang melibatkan atau
memperoleh persetujuan rakyat melalui wakilnya di parlemen.
Gagasan negara hukum menuntut agar penyelenggaraan urusan
kenegaraan dan pemerintah harus disadarkan pada undang-undangn dan

13
memberikan jaminan terhadap hak-hak dasar rakyat. Asas legalitas
menjadi dasar lrgimitasi timdakan pemerintah dan jaminan perlindunagn
dari hak-hak rakyat. Menurut Sjachran Basah, asas legalitas berarti upaya
mewujudkan duet integral secara harmonis ntara paham kedaulatan
hukum dan paham kedaulatan rakyat berdasarkan prinsip monodualistis
selaku pilar-pilar, yang sifat hakikatnya konstitutif.
Penerapan asas legaliras, menurut Indro Harto, akan
menunjangnberlakunya kepastian hukum dan kesamaan perlakuan.
Kesamaan perlakuan terjadi karena setiap orang yang berada dalam
situasi seperti yang ditentukan dalam ketentuan undang-undang itu
berhak dan berkewajiban untuk berbuat seperti apa yang ditentukan
dalam undang-undang tersebut. Sedangkan kepastian hukum akan terjadi
karena suatu peraturan dapat membuat semua tindakan yang akan
dilakukan pemerintah itu dpat diramalkan atau diperkirakan lebih dahulu,
dengan melihat kepada peraturan-peraturan yang berlaku, maka pada
asasnya dapat dilihat atau diharapkan apa yang akan dilakukan oleh
aparat pemerintahan yang bersangkutan.dengan demikian, warga
masyarakat dapat menyesuaikan dengan keadaan tersebut. Disamping itu,
menurut H.D.Stout, het legalieteitsbeginsel beoogt de rechtspositie van
de burger jegens de overheid te waarborgen (asas legalitas
dimaksudkan untuk memberikan jaminan kedudukan hukum warga
negara terhadap pemerintah). Pemerintah hanya dapat melakukan
perbuatan hukum jika memiliki legalitas atau didasarkan pada undang-
undang yang merupakan perwujudan aspirasi warga negara. Dalam
negara hukum demoktratis, tindakan pemerintahan harus mendapatkan
legitimasi dari rakyat yang secara formal tertuang dalam undang-undang.
Penyelenggaraan pemerintahan yang didasarkan pada asas
legalitas, yang berarti didasarkan undang-undang (hukum tertulis), dalam
praktiknya tidak memadai apalagi ditengah masyarakat yang memiliki
tingkat dinamika yang tinggi. Hal ini karena hukum tertulis senantiasa
mengandung kelemahan-kelamahan. Menurut Bagir Manan, hukum
tertulis memiliki berbagai cacat bawaan dan cacat buatan.

14
Bagir Manan menyebutkan adanya kesulitan yang dihadapi oleh
hukum tertulis, yaitu pertama, hukum sebagai bagian dari kehidupan
masyarakat mencakup semua aspek kehidupan yang sangat luas dan
kompleks, sehingga tidak mungkin seluruhnya dijelmakan dalam
peraturan perundang-undangan, kedua, peraturan perundang-undangan
sebagai hukum tertulis sifatnya statis (pada umumnya), tidak dapat
dengan cepat mengikuti gerak pertumbuhan, perkembangan dan
perubahan masyarakat yang harus di embannya. Adanya kelemahan
dalam hukum tertulis ini berarti pula adanya kelemahan dalam penerapan
asas legalitas, karena itu penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan
dalam suatu negara hukum diperlukan persyaratan lain agar kehidupan
kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan berjalan dengan baik dan
bertumpu pada keadilan. Prajudi Atmosudirdjo menyebutkan beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan pemerintahan,
yaitu:
a. Efektifitas, artinya kegiatannya harus mengenai sasaran yang telah
ditetapkan.
b. Legimitas, artinya kegiatan administrasi negara jangan sampai
menimbulkan heboh karena tidak dapat diterima oleh masyarakat
setempat atau lingkungan yang bersangkutan.
c. Yuridikitas, adalah syarat yang menyatakan bahwa perbuatan para
pejabat administrasi negara tidak boleh melanggar hukum dalam arti
luas.
d. Legalitas, adalah syarat yang menyatakan bahwa perbuatan atau
keputusan administrasi negara yang tidak boleh dilakukan tanpa dasar
undang-undang (tertulis) dalam arti luas, bila sesuatu dijalankan
dengan dalih keadaan darurat, maka kedaruratan itu wajib
dibuktikan kemudian, jika tidak terbukti maka perbuatan tersebut
dapat digugat di Pengadilan.
e. Moralitas adalah salah satu syarat yang paling diperhatikan oleh
masyarakat, moral dan ethik umum maupun kedinasan wajib
dijunjung tinggi, perbuatan tidak senonoh, sikap kasar, kurang ajar,

15
tidak sopan, kata-kata yang tidak pantas, dan sebagainya wajib
dihindarkan.
f. Efisiensi wajib dikejar seoptimal mungkin, kehematan biaya dan
produktivitas wajib diusahakan setinggi-tingginya.
g. Tekhnik dan Tekhnologi yang setinggi-tingginya wajib dipakai untuk
mengembangkan atau mempertahankan mutu prestasi yang sebaik-
baiknya.
2. Wewenang pemerintahan
Meskipun asas legalitas mengandung kelemahan, namun ia tetap
menjadi prinsip utama dalam setiap negara hukum. Telah disebutkan
bahwa asas legalitas merupakan dasar dalam setiap penyelenggaraan
kenegaraan dan pemerintahan. Dengan kata lain, setiap penyelenggaraan
kenegaraan dan pemerintahan harus memiliki legitimasi, yaitu
kewenangan yang diberikan oleh undang-undang.
H.D. Stout, dengan menyitir pendapat Goorden, menyatakan
bahwa wewenang adalah het geehel van rechteen en plichten dat het
jetij expliciet door de wetgefer aan publiekrechtelijke rechtsupjecten is
toegekend, (keseluruhan hak dan kewajiban yang secara ekspelisit
diberikan oleh pembuat undang-undang kepada subyek hukum publik).
Kewenangan memiliki kedudukan penting dalam kajian hukum
tata negara dan hukum administrasi negara. Begitu pentingnya
kedudukan kewenangan ini, sehingga F.A.M. Stroink dan J.G. Steenbeek
menyebutkan sebagai konsep inti dalam hukum tata negara dan hukum
administrasi negara.
Menurut Bagir Manan, wewenang dalam bahasa hukum tidak sama
dengan kekuasaan. Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat
atau tidak berbuat. Dalam hukum, wewenang sekaligus berarti hak dan
kewajiban (rechten en plichten). Dalam kaitan dengan otonomi daerah,
hak mengandung pengertian kekuasaan untuk mengatur sendiri dan
mengelola sendiri, sedangkan kewajiban secara horisontal berarti
kekuasaan untuk menyelenggarakan pemerintahan sebagaimana
mestinya. Vertikal berarti kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan
dalam satu tertib ikatan pemerintahan negara secara keseluruhan. Dalam

16
negara hukum, yang menempatkan asas legalitas sebagai sendi utama
penyelenggaraan pemerintahan, wewenang pemerintahan itu berasal dari
peraturan perundang-undangan
D. Cara Memperoleh Wewenang Pemerintahan.
Seiring dengan pilar utama negara hukum, yaitu asas legalitas
(legaliteitsbeginsel atau het beginsel va wetmatigheid van bestuur), maka
berdasarkan prinsip ini tersirat bahwa wewenang pemerintahan berasal
dari peraturan perundang-undangan, artinya sumber wewenang bagi
pemerintah adalah peraturan perundang-undangan. Secara teoritik,
kewenangan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan tersebut
diperoleh melalui tiga cara yaitu atribusi, delegasi, dan mandat.
Atribusi dikatakan sebagai cara normal untuk memperoleh wewenang
pemerintahan. Juga dikatakan bahwa atribusi juga merupakan wewenang
untuk membuat keputusan (besluit) yang langsung bersumber kepada
undang-undang dalam arti materiil. Rumusan lain mengatakan bahwa
atribusi merupakan pembentukan wewenang tertentu dan pemberiannya
kepada organ tertentu. Yang dapat membentuk wewenang adalah organ
yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan.7
Indroharto mengatakan bahwa pada atribusi terjadi pemberian
wewenang pemerintahan yang baru oleh suatu ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan. Di sini dilahirkan atau diciptakan suatu wewenang
baru. Lebih lanjut disebutkan bahwa legislator yang komponen untuk
memberikan atribusi wewenang pemerintahan itu dibedakan antara:
1. Yang berkedudukan sebagai original legislator, di negara kita di
tingkat pusat adalah MPR sebagai pembentuk konstitusi dan DPR
bersama-sama pemerintah sebagai yang melahirkan suatu undang-
undang, dan di tingkat daerah adalah DPRD dan Pemerintah Daerah
yang melahirkan Peraturan Daerah.
2. Yang bertindak sebagai delegated legislator, seperti Presiden yang
berdasar pada suatu ketentuan undang-undang mengeluarkan Peraturan

7
Philipus M. Hadjon, Dkk, Hukum Administrasi Dan Tindak Pidana Korupsi, (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2011)h....

17
Pemerintah dimana diciptakan wewenang-wewenang pemerintahan
kepada Badan atau Jabatan Tata Usaha Negara tertentu.
Pembentukan wewenang dan distribusi wewenang utamanya
ditetapkan dalam UUD. Pembentukan wewenang pemerintah didasarkan
pada wewenang yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
Dalam hukum administrasi positif ditemukan berbagai ketentuan
tentang atribusi. Dalam hukum positif kita, contoh tentang pembentukan
wewenang atribusi antara lain:
Pasal 4 ayat (1) UUD 1945
Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut Undang-Undang Dasar.
Pasal 25 UU No. 32 th. 2004:
Kepala Daerah mempunyai tugas dan wewenang:
(1) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah,,, dst
Pasal 76 UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan Pengelolaan
Lingkungan Hidup menentukan:
(1) Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota menerapkan sanksi
administratif kepada penanggung jawab usaha ...... dst
Dalam PERDA Bangunan kita temukan berbagai variasi rumusan
pemberian wewenang atribusi, misalnya: dilarang tanpa izin Bupati untuk
mendirikan bangunan di wilayah.........
Rumusan larangan tersebut sekaligus menetapkan wewenang
atribusi dari Bupati untuk menertibkan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
Dalam UU Pajak ditetapkan wewenang penentapan pajak bagi petugas
pajak.
Pada delegasi terjadilah pelimpahan suatu wewenang yang telah
ada oleh Badan atau Jabatan Tata Usaha Negara yang telah memperoleh
wewenang pemerintahan secara atributif kepada Badan atau Jabatan Tata
Usaha Negara lainnya. Jadi suatu delegasi selalu didahului oleh adanya
suatu atribusi wewenang.
Stroink dan J.G. Steenbeek menyebutkan bahwa hanya ada dua
cara organ pemerintahan memperoleh wewenang, yaitu atribusi dan
delegasi. Mengenai atribusi dan delegasi disebutkan bahwa atribusi
berkenaan dengan penyerahan wewenang baru, sedangkan delegasi
menyangkut pelimpahan wewenang yang telah ada (oleh organ yang telah

18
memperoleh wewenang secara atributif kepada organ lain, jadi delegasi
secara logis selalu didahului oleh atribusi).
Dalam kajian HAN, mengetahui sumber dan cara memperoleh
wewenang organ pemerintahan ini penting karena berkenaan dengan
pertanggungjawaban hukum dalam penggunaan wewenang tersebut,
seiring dengan salah satu prinsip dalam negara hukum, geen bevoegdheid
zonder verantwoordelijkheid atau there is no authority without
responsibility (tidak ada kewenangan tanpa pertanggungjawaban). Setiap
pemberian kewenangan kepada pejabat pemerintahan tertentu, tersirat di
dalamnya pertanggungjawaban dari pejabat yang bersangkutan.
Berdasarkan keterangan tersebut diatas, tanmpak bahwa wewenang
yang diperoleh secara atribusi ini bersifat asli yang berasal dari peraturan
perundang-undangan. Dengan kata lain, organ pemerintahan memperoleh
kewenangan secara langsung dari redaksi pasal tertentu dalam suatu
peraturan perundang-undangan. Dalam hal atribusi, penerima wewenang
dapat menciptakan wewenang baru atau memperluas wewenang yang
sudah ada, dengan tanggung jawab intern dan ekstern pelaksanaan
wewenang yang diatribusikan sepenuhnya berada pada penerima
wewenang (atributaris). Pada delegasi tidak ada penciptaan wewenang,
yang ada hanya pelimpahan wewenang dari pejabat yang satu kepada
pejabat lainnya. Tanggung jawab Yuridis tidak lagi berada pada pemberi
delegasi (delegans), tetapi beralih pada penerima delegasi (delegataris).
Sementara pada mandat, penerima mandat (mandataris) hanya
bertindak untuk dan atas nama pemberi mandat (mandans), tanggung
jawab akhir keputusan yang diambil mandataris tetap berada pada
mandans. Hal ini karena pada dasarnya, penerima mandat ini bukan pihak
lain dari pemberi mandat.
E. Macam dan Bentuk Wewenang

Dalam hukum tata pemerintahan pejabat tata usaha negarara


merupakan pelaku utama dalam melakukan perbuatan dan tindakan hukum
fungsi pokok pemerintahan dan fungsi pelayanan pemerintahan, namun
dalam melakukan tindakan dan perbuatanya harus mempunyai

19
kewenangan yang jelas. Dalam banyak literatur, sumber kewenangan
berasal dari atribusi, delegasi dan mandat, terlebih dahulu yang pelu
dipahami ialah mengenai kewenangan dan wewenang.

Secara konseptual, istilah wewenang atau kewenangan sring


disejajarkan dengan istilah Belanda bevoegheid (yang berarti wewenang
atau berkuasa). Wewenang merupakan bagian yang sangat penting dalam
Hukum Tata Pemerintahan (Hukum Adminitrasi), karena pemerintahan
baru dapat menjalankan fungsinya atas dasar wewenang yang
diperolehnya. Pengertian kewenangan dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia diartikan sama dengan wewenang, yaitu hak dan kekuasaan
untuk melakukan sesuatu..

Aspek kewenagan atau kompetensi yang dimiliki oleh aparat


pemerintah cirinya ada dua yaitu :

1. Kewenangan atributif (orisinal)

Kewenangan atributif adalah kewenangan asli (orisinil) yang diberikan


oleh Undang-undang Dasar 1945 atau Undang-undang tertentu kepada
lembaga Negara atau pejabat Negara tertentu, sedangkan kewenangan
delegatif/derivatif adalah kewenangan yang diberikan oleh pemegang
kewenangan atributif kepada lembaga Negara atau pejabat Negara
tertentu dibawahnya, untuk mengeluarkan suatu pengaturan lebih
lanjut atas sesuatu peraturan perundang-undang yang dibuat oleh
pemegang kewenangan atributif.Dan kewenangan itu yang diberikan
langsung oleh peraturan perundang-undangan. Contoh : presiden berwenang
membuat UU, Perpu, PP. kewenangan ini sifatnya permanent, saat
berakhirnya kabur (obscure)Kewenangan ini diberikan langsung oleh
peraturan perundang-undangan..

20
2. Kewenangan non atributif (non orisinal)

Kewenangan yang dibeikan karena adanya pelimpahan/peralihan


wewenang. Contoh : dekan sebagai pengambil kebijakan, wakil dekan
bidang akademik/ kurikulum, sewaktu-waktu dekan umroh dan
menugaskan PD1.

Dalam hukum tata pemerintahan pelimpahan wewenang ada 2 yakni :

1. Mandat, pemberian mandat dinamakan mandans, penerimanya


dinamakan mandataris. Dalam mandat hanya sebagian wewenang
yang diimpahkan dan yang terpenting adalah tanggungjawab/
pertanggungjawaban tetap pada sipemilik wewenang. Contoh :
dosen pengaampu memberi mandat pada asistenya untuk
mengadakan ujian, trtap yang berwenang memberi nilai tetap
dosen bukan asistenya.

2. Delegasi, pemberi delegasi namanya delegans, penerimanya


dinamakn delegatoris. Dalam dlegasi semua wewenang beralih
pada sipenerima delegasi termasuk pertanggungjawaban. Contoh :
ketika bupati mengadakan haji/umroh mendelegasikan wakil bupati
untuk melkasanakan semua kewenangan yang dimiliki bupati.8

Kewenangan yang non orisinil itu sifatnya insidental, tidak


peranen. Penyebab aparat tidak berwenang ada 3 yakni :

1. Ratione Material, aparat pemerintah tidak berwenang karena


isis/materi kewenangan tersebut. Contoh : Wapres Jusuf Kalla
membuat kewapres, namun tidak sah karena kepres monopoli
presiden.

8
SF.Marbun dan Moh Mahfud MD, 2006, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Liberty,
Yogyakarta.hlm. 54

21
2. Ratione Loccus, aparat pemerintah tidak berwenang kaitanya
dengan wilayah hukum. Contoh : keputusan walikota sleman
tidak sah diberlakukan di wilayah Bantul.

3. Ratione temporis, aparat pemerintah tidak berwenang karena


daluwarsa atau telah lewat waktu yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Contoh
kewenangan PTUN mempunyai jangka waktu 40 hari.9

BAB III
PEMBAHASAN
A. Peranan Tax Amnesty untuk Menunjang Pembangunan di Indonesia
Saat ini Tax Amnesty dapat dikatakan adalah sebuah reformasi di
bidang perpajakan di Indonesia. Disebut sebuah reformasi karena TA
menjadi satu kebijakan pemerintah untuk menggenjot peningkatan
penerimaan negara dari sektor pajak yang sekaligus menjadi upaya untuk
meningkatkan kesadaran dan kepatuhan masyarakat terhadap
kewajibannya bagi negara untuk membayar pajak. Bagaimanapun juga
pajak merupakan sebuah ujung tombak dari pembangunan perekonomian
dan infrastruktur di Indonesia. Oleh karena itu atas dasar pertimbangan
diatas pertumbuhan perekonomian, peningkatan penerimaan negara serta
kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam pelaksanaan kewajiban
perpajakan maka pemerintah mengambil sebuah langkah strategis dengan

9
Philipus M.Hadjon, Pengantar Hukum Adminitrasi Indonesia, (Yogyakarta:Gdjah Mada
University Press),h. 86.

22
membuat regulasi Tax Amnesty (Pengampunan Pajak) sebagai sebuah
solusi bagi permasalahan-permasalahan di atas. Regulasi tersebut tertuang
dalam UU. No 11 Tahun 2016 tentang Tax Amnesty dan Peraturran Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 118/PMK.03/2016 Tentang
Pelaksanaan UU No.11 tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak. Regulasi
ini sendiri berlaku sampai dengan 31 Maret 2017, hal ini dikarenakan agar
tidak terjadi gugatan mengenai pajak di kemudian hari.
Tax Amnesty merupakan hak setiap wajib pajak bukan kewajiban. 10
Hal ini disampaikan langsung oleh Presiden Joko Widodo. Artinya Tax
Amnesty dapat diikuti oleh siapa saja, bisa menggunakan haknya bisa
tidak. Agenda adanya Tax Amnesty ini tujuan utamanya adalah untuk
menyasar pembayar pajak besar, utamanya yang menaruh uangnya di luar
negeri dan tidak mengalihkannya ke dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Adapun keresahan terkait Tax Amensty di masyarakat harusnya
tidak akan dan tidak perlu terjadi karena pemerintah sudah mempersiapkan
payung hukum yang jelas. Menanggapi keresahan yang terjadipun
pemerintah melalui Dirjen telah mengeluarkan peraturan yang menyatakan
untuk petani, nelayan dan pensiunan tidak usah mengikuti program Tax
Amnesty tersebut.11 Selain itu dalam peraturan Dirjen Pajak Nomor PER
10/PJ/2016 tentang perubahan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
PER 10/ PJ/2016 tentang Dokumen dan Teknis Pengisian Dokumen dalam
rangka pelaksanaan Pengampunan Pajak, salah satu yang diatur adalah
pengecualian program Tax Amnesty terhadap kelompok masyarakat
tertentu, yang pada isinya berbunyi dapat tidak menggunakan haknya
untuk mengikuti pengampunan pajak. 12

10
http://pengampunanpajak.com/2016/08/31/jokowi-tax-amnesty-itu-hak-bukan-kewajiban/
diakses pada tanggal 27 sept 2016 pukul 12.05
11
http://pengampunanpajak.com/2016/08/31/jokowi-tax-amnesty-itu-hak-bukan-kewajiban/
diakses pada tanggal 27 sept 2016 pukul 12.05
12
m.hukumonline.com. pengecualian pengampunan pajak. Diakses pada tanggal 27 Sept 2016
pukul 11.45

23
Kelompok masyarakat tertentu tersebut ialah orang pribadi seperti
petani, nelayan, pensiunan, TKI, atau subjek pajak warisan yang belum
terbagi. Dengan syarat, penghasilan mereka dalam tahun pajak terakhir
dibawah PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) yaitu 54 juta rupiah per
tahun, atau 4,5 juta per bulan. Hal ini adalalah ketentuan dalam pasal 1
angka 2 peraturan Dirjen Pajak., sebagai jawaban dari keresahan
masyarakat pengusaha menengah kebawah yang awam dan salah
memahami terhadap Tax Amnesty.
Tax Amnesty adalah fasilitas bagi wajib pajak. Wajib pajak
mendapat fasilitas pengampunan pajak dengan cara membayar uang
tebusan yang diatur dalam pasal 4 hingga pasal 7 UU no. 11 Tahun 2016
tentang Tax Amnesty dengan rincian tentang tata cara tarif dan menghitung
uang tebusan. Dengan membayar uang tebusan maka akan menghapus
denda pajak dan seluruh sanksi pajak setiap Wajib pajak.
Negara akan mendapat pendapatan penerimaan dari sektor pajak
melalui Tax Amnesty untuk pembangunan yang lebih baik. Pendapatan
penerimaan ini melalui uang tebusan Wajib Pajak dan dari pembayaran
tunggakan pajak yang dibayarkan oleh Wajib Pajak, karena bagi mereka
yang ingin mendapat pengampunan pajak maka harus terlebih dahulu
membayar uang tebusan dan tunggakan pajak yang ditanggungnya.
Peranan Tax Amnesty yang lain adalah melalui peranan Tax
Amnesty timbul kesadaran masyarakat dan kerelaan masyarakat untuk
mendaftarkan diri dalam program tersebut, dan menunaikan kewajiban
pajaknya tanpa takut terkena denda-denda pajak yang menumpuk.
Kemudian, setelah Tax Amnesty ini di Implementasikan dapat
mendorong masuknya dana-dana dari luar negeri yang dalam jangka
panjang hasil dari kebijakan ini dapat digunakan untuk pendorong
investasi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menstimulasi
perekonomian nasional13. Menurut data statistik Tax Amnesty dalam web
nya hingga tertanggal 26 September kemarin, deklarasi harta mendekati
dua ribu (2000) triliun, dengan rincian deklarasi harta dalam negeri Rp
13
www.kemenkeu.go.id. Analisis Implementasi Pengampunan Pajak. Di akses tgl 27 sept 2016
pukul 13.00 WIB

24
1.315 triliun. Sedangkan deklarasi harta luar negeri mencapai Rp.525
triliun. Dari deklarasi harta di luar negeri tersebut sebanyak Rp98,7 triliun
yang telah dibawa kembali ke Indonesia. Sedangkan komposisi uang
tebusan yang telah diterima Ditjen pajak berdasarkan SPH (Surat
Pernyataan Harta) mencapai Rp 46,3 triliun. Sedangkan uang tebusan yang
sudah dibayar ke bank represi telah mencapai Rp 62 triliun. Melalui Tax
Amnesty, pemerintah menargetkan ada tambahan penerimaan negara
sebanyak Rp 165 triliun dari uang tebusan yang masuk.14
Melihat statistik tersebut maka dapat dikatakan program Tax
Amnesty yang baru berjalan sekitar dua bulan ini bisa dikatakan berjalan
dengan baik. Walaupun deklarasi harta dari luar negeri yang telah dibawa
kembali ke Indonesia belum sesuai harapan karena perkiraan uang yang
berada di luar negeri mencapai ratusan trilun jika dikembalikan ke
Indonesia dalam bentuk uang tebusan.
Bagaimana pun juga peranan kebijakan pemerintah menjalankan
regulasi Tax Amnesty harus di apresiasi baik, mengingat setelah adanya
regulasi yag berjalan sembilan bulan ini banyak pengusaha besar baik
perseorangan maupun badan yang mendaftarkan dirinya dan membayar
kewajibannya sebagai wajib pajak dan kewajiban sebagai warga negara.
B. Hubungan Regulasi Tax Amnesty dengan Kewenangan yang dimiliki
Pemerintah
Dalam suatu negara pemerintah memiliki fungsi antara lain:
1. Melaksanakan penertiban (law and order)
2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat
3. Pertahanan nasional
4. Menegakkan keadilan. 15
Dalam setiap kebijakan oleh pemerintah yang memiliki
kewenangan sebagaimana yang kita ketahui harus berdasarkan
perundang-undangan dan tunduk terhadap undang-undang. Kebijakan
yang berdasarkan kewenangan itu pula tidak semena-mena dijalankan,
harus berdasarkan fungsi untuk mensejahterakan rakyat dan kemakmuran
rakyat. Maka dalam hal ini pemerintah dengan kewenangan yang dimiliki
14
http://pajak.go.id/statistik-amnesti . Diakses pada tgl 27 Sept 2016 pukul 12.00 WIB.
15
www.kemenkeu.go.id. Analisis Implementasi Pengampunan Pajak. Di akses tgl 27 sept 2016
pukul 13.00 WIB

25
nya terhadap situasi negara dan keadaan negara yang terjadi harus
memberikan perhatian yang lebih. Seperti sebagai contoh adalah dibidang
sektor Pajak, pemerintah menyadari bahwa ada suatu kepentingan rakyat
yang harus dicari jalan keluarnya agar penerimaan negara yang mandek
atau kurang dapat mencapai target dikarenakan kesadaran dan kepatuhan
masyarakat terhadap pajak sangat prihatin.
Perlu diingat kembali bahwa kewenangan adalah apa yang
disebut kekuasaan formal. Kekuasaan yang berasal dari kekuasaan
Legislatif (diberi oleh Undang-undang) atau dari kekuasaan Eksekutif/
Administratif. Jika dikaitkan dengan kebijakan pengesahan Undang-
undang oleh badan legislatif atau DPR sebagai wakil rakyat, maka
kewenangan yang olehnya berakibat hukum tersebut digunakan oleh badan
legislatif untuk mengesahkan usulan dari pemerintah dimana kekuasaan itu
diberi langsung oleh undang-undang, dengan syarat harus berdasarkan
Undang-Undang Dasar dan sesuai dengan kepentingan rakyat, serta
keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Maka dalam kewenangannya
pemerintah untuk membentuk dan menjalankan suatu regulasi harus
memperhatikan aspek-aspek tersebut, sebagaimana pula tentang regulasi
Tax Amnesty yang telah berjalan.
Berbicara kewenangan pemerintah maka erat hubungannya dengan
asas legalitas, dimana asas legalitas menjadi dasar dalam setiap
penyelenggaraan pemerintahan. Asas legalitas berkaitan erat dengan
gagasan demokrasi dan gagasan negara hukum. Gagasan demokrasi
menuntut agar setiap bentuk Undang-undang mendapatkan keputusan dari
wakil rakyat dan sebanyak mungkin memperhatikan kepentingan rakyat.
Dalam kasus ini Rancangan Undang-Undang Tax Amnesty dalam proses
pengesahannya banyak terjadi batu sandungan perdebatan dalam
paripurna. Pembahasan RUU Tax Amnesty pula tak berjalan mulus. Hal ini
karena dalam keilmuan hukum administrasi negara dengan asas legalitas
banyak pertimbangan dan perdebatan akademis untuk mengesahkannya,
bagaimana dan mengapa harus disahkan. Tujuan dan dampak positif bagi
kesejahteraan negara juga menjadi bahasan pertimbangan.

26
Kewenangan pemerintah secara aspek kewenangan dan kompetensi
terbagi menjadi dua kewenangan , yaitu kewenangan atributif (orisinil)
atau kewenangan asli, kewenangan asli ini adalah kewenangan yang
diberikan langsung oleh UUD 1945 kepada lembaga atau pejabat negara
tertentu. Kewenangan badan legislatif mengesahkan RUU Tax Amnesty
menjadi regulasi baru dalam perpajakan Indonesia adalah merupakan salah
satu bentuk kewenangan atributif dimana kewenangan itu langsung
diberikan oleh UUD 1945. Hal ini dalam kajian HAN sangat penting
untuk mengetahui sumber dan cara memperoleh wewenang organ
pemerintahan, karena berkenaan dengan pertanggung jawaban hukum
dalam penggunaan wewenang tersebut, seiring dengan salah satu prinsip
negara hukum tidak ada kewenangan tanpa pertanggung jawaban. 16 Jadi
setiap kewenangan atributif dari DPR juga diperhatikan pertanggung
jawabannya.
Kewenangan Atributif DPR mengesahkan dan membuat UU Tax
Amnesty sangat jelas tercantum dalam Dasar Hukum nya menurut UUD
1945 Pasal 20 bahwa DPR memegang kekuasaan membentuk undang-
undang. Berdasarkan hal diatas tampak bahwa wewenang yang diperoleh
secara atribusi bersifat asli yang berasal dari peratutan perundang-
undangan. Dengan kata lain, lembaga atau pejabat pemerintahan
memperoleh kewenangan secara langsung dari redaksi pasal tertentu
dalam suatu peraturan perundang-undangan.
Kewenangan ini menjadi faktor penting dalam hubungannya
dengan masalah pemerintahan, karena berdasarkan pada wewenang ini lah
pemerintah dapat melakukan berbagai tindakan hukum di bidang publik,
sebagai contoh yaitu pengampunan pajak seperti yang telah kita bahas
dalam peranannya untuk pembangunan indonesia.

16
Ridwan HR , Hukum adm, hlm.105

27
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Regulasi Tax Amnesty yang telah berjalan dua bulan hingga sembilan
bulan kedepan di Indonesia telah menjadi reformasi di bidang
perpajakan di Indonesia.
2. Regulasi Tax Amnesty yang tertuang dalam UU no. 11 Tahun dan
Peraturan Menteri Keuangan, telah memiliki payung hukum yang
menurut hemat penulis telah menjalankan fungsi pemerintahan untuk
memajukan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan mendorong
kesadaran terhadap kepatuhan dan kesadaran masyarakat untuk
menjalankan kewajiban sebagai warga negara untuk membayar pajak.
3. Kewenangan Pemerintah berkaitan dengan istilah jabatan dan
kebijakan, dimana ketiga aspek tersebut harus didasari ketundukan
pada peraturan perundang-undangan. Seiring dengan prinsip negara
hukum kita, tidak ada kewenangan tanpa pertanggung jawaban.
4. Kewenangan pemrtintah yang menimbulkan akibat hukum harus
memperhatikan jaminan-jaminan terhadap hak-hak dasar rakyat sesuai
dengan asas legalitas dan gagasan negara hukum.
5. Adanya keresahan masyarakat akibat suatu kebijakan pemerintah (Tax
Amnesty)yang secara teknis belum jelas adalah wajar, namun harus
lebih dipersiapkan dengan matang dan tidak terkesan tegesa-gesa.
Penanganan terhadap hal tersebut juga harus dilakukan secara bijak.
Kita harus selalu mengapresiasi segala macam kebijakan
pemerintah yang memiliki nilai positif dan sangat pro terhadap
kesejahteraan rakyat dan berdasarkan dasar NKRI Pancasila dan UUD
1945 , fungsi kedaulatan rakyat untuk selalu mengawasi jalannya roda
pemerintahan juga harus menjadi perhatian bersama mengingat negara ini
adalah negara yang demokrasi.

28
B. Saran
1. Jika dilihat regulasi Tax Amnesty memiliki kelemahan tersendiri,
kelemahan tersebut adalah bahwa ideal nya tax amnesty hanya
dilakukan sekali, hal ini karena setalah regulasi tersebut berhenti
tertanggal 31 Maret 2017, Wajib Pajak yang telah mendapat
pengampunan pajak akan berpikir malas untuk membayar kewajiban
pajaknya, karena akan ada pengampunan- pengampunan pajak lainnya
untuk mempermudah jalan mereka tanpa harus membayar denda
sebagaimana yang diatur oleh dirjen pajak.
2. Kedepan yang menjadi tantangan pemerintah setelah program
pengampunan pajak adalah bagaimana tetap menstimulus masyarakat
wajib pajak untuk tetap membayar pajak tepat waktu dan taat pajak.
Karena sesuai slogan program Tax Amnesty ini, Ungkap, tebus , lega.
Lega tidak hanya setelah program berakhir namun negara juga tetap
lega mendapat penerimaan dari masyarakat wajib pajak yang memiliki
kesadaran untuk membayar pajak.

DAFTAR PUSTAKA
Atmosudirdjo, Prajudi. Hukum Adminitrasi Negara, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1988),
Ilmar ,Aminuddin, Hukum Tata Pemerintahan, Jakarta: Prenadamedia Group,
2014
Ridwan, HR Hukum Administrasi Negara,Jakarta; PT Raja Grafindo.2016

29
www.kemenkeu.go.id. Analisis Implementasi Pengampunan Pajak. Di akses tgl

27 sept 2016 pukul 13.00 WIB


http://pajak.go.id/statistik-amnesti . Diakses pada tgl 27 Sept 2016 pukul 12.00

WIB.
http://pengampunanpajak.com/2016/08/31/jokowi-tax-amnesty-itu-hak-bukan-

kewajiban/ diakses pada tanggal 27 sept 2016 pukul 12.05


m.hukumonline.com. pengecualian pengampunan pajak. Diakses pada tanggal

27 Sept 2016 pukul 11.45


M.Hadjon ,Philipus. Pengantar Hukum Adminitrasi Indonesia, Yogyakarta:Gdjah

Mada University Press


Hadjon, Philipus M. Dkk, Hukum Administrasi Dan Tindak Pidana Korupsi,

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011


Marbun SF. dan Moh Mahfud MD, , Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara,:

Yogyakarta. Liberty 2006

30

Вам также может понравиться