Вы находитесь на странице: 1из 59

Bab III

Teknik Produksi

3.1. Inflow Performance Relationship


3.1.1. Productivity Index
Productivity Index (PI) secara umum didefinisikan sebagai
perbandingan laju produksi yang dihasilkan oleh suatu sumur pada suatu
harga tekanan aliran dasar sumur tertentu dengan perbedaan tekanan dasar
sumur pada keadaan statis (Ps) dan tekanan dasa sumur pada saat terjadi
aliran (Pwf) yang secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
q
PI J ............................................................................... (3-1)
(Ps - Pwf)

dimana :
PI = J = Produktivity Index, bbl/hari/psi
q = laju produksi aliran total, bbl/hari
Ps = Tekanan statis reservoir, psi
Pwf = Tekanan dasar sumur waktu ada aliran, psi
Secara teoritis persamaan (3.1) dapat didekati oleh persamaan radial
dari darcy untuk fluida homogen, incompressible dan horizontal. Dengan
demikian untuk aliran minyak saja berlaku hubungan :
7.082 x 10-3 x k x h
PI ...................................................................... (3-2)
Bo x o x ln (re/rw)

7.082 x 10-3 h ko kw
PI ..................................................... (3-3)
ln (re/rw) o Bo w Bw

dimana :
PI = productivity index, bbl/hari/psi
k = permeabilitas batuan, mD
kw = permeabilitas efektif terhadap sumur, mD
ko = permeabilitas efektif terhadap minyak, mD
o = viscositas minyak, cp
w = viscositas air, cp

148
Bo = faktor volume formasi minyak, bbl/STB
Bw = foktar volume formasi air, bbl/STB
re = jari-jari pengurasan sumur, ft
rw = jari-jari sumur, ft
Untuk membandingkan satu sumur dengan sumur yang lainnya pada suatu
lapangan terutama bila tebal lapisan produktifnya berbeda, maka digunakan
Specific Productivity Index (SPI) yang merupakan perbandingan antara
Productivity Index dengan ketebalan lapisan yang secara matematis dapat
dituliskan :
PI 7.082 x 10-3 x k
SPI Js ................................................................ (3-4)
h Bo x ln (re/rw)

Pada beberapa sumur harga Productivity Indek akan tetap konstan untuk
laju aliran yang bervariasi, tetapi pada sumur lainnya untuk laju aliran yang lebih
besar productivity index tidak lagi linier tetapi justru menurun, hal tersebut
disebabkan karena timbulnya aliran turbulensi sebagai akibat bertambahnya laju
produksi, berkurangnya laju produksi, berkurangnya permeabilitas terhadap
minyak oleh karena terbentuknya gas bebas sebagi akibat turunnya tekanan pada
lubang bor, kemudian dengan turunnya tekanan di bawah tekanan jenuh maka
viscositas akan bertambah (sebagai akibat terbebasnya gas dari larutan) dan atau
berkurangannya permeabilitas akibat adanya kompressibilitas batuan.
Dalam praktek di lapangan laju produksi minyak yang melewati batas
maksimum akan merugikan reservoir dikemudian hari, karena akan
mengakibatkan terjadinya water atau gas coning dan kerusakan formasi
(formation demage).
Berdasarkan pengalamannya, Kermitz E Brown (1967) telah mencoba
memberikan batasan terhadap besarnya produktivitas sumur, yaitu sebagai
berikut:
PI rendah jika besarnya kurang dari 0,5
PI sedang jika besarnya berkisar antara 0,5 sampai 1,5
PI tinggi jika lebih dar 1,5

149
3.1.2. Inflow Performance Relationship
Inflow Performance Relationship (IPR) adalah suatu studi tentang
performance aliran fluida dari reservoir menuju lubang bor (sumur), dimana
performance ini akan tergantung kepada PI secara grafis.
Kurva IPR dapat berupa linier atau tidak tergantung pada jumlah fluida yang
mengalir. Untuk fulida satu fasa akan membentuk kurva yang linier dan untuk
fluida dua fasa kurva yang terbentuk akan lengkung (tidak linier), dan harga PI
tidak lagi merupakan harga yang konstan karena kemiringan garis IPR akan
berubah secara kontinyu untuk setiap harga Pwf.
Perhitungan kinerja aliran fluida dari formasi ke lubang sumur dapat
dikelompokkan berdasarkan kriteria sebagai berikut :
1. Aliran satu fasa
a. Dengan atau tanpa pengaruh skin
Persamaan Darcy
Dalam perhitungan kinerja aliran fluida dari formasi ke lubang
sumur dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
0.00708 ()
= . ............................................ (3-5)
(ln( )0.75++)

b. Pengaruh lubang perforasi dan gravel pack


Persamaan Jonas, Blount dan Glase
Jonas mengembangkan persamaan dengan mengikut sertakan
pengaruh perforasi dengan memperhitungkan faktor skin adalah sebagai
berikut :
9.081013 ( )2
=
1.127103 (2)
(ln (0.472

+ )) +
(2)2
(3-6)

2. Aliran dua fasa


a. Tanpa pengaruh skin
Persamaan Darcy dalam bentuk Pseudo-Steady State
Untuk aliram semi-mantap, dimana tidak ada aliran di batas
reservoir, maka persamaan darcy adalah sebagai berikut :
0.00708
= (( ()). ........................................ (3-7)
(ln( )0.5+)

150
Persamaan Vogel
Untuk memudahkan perhitungan kinerja aliran fluida dua fasa dari formasi
ke lubang sumur, Vogel mengembangkan persamaan sederhana. Adapun
anggapan pada persamaan Vogel yaitu :
1. Reservoir bertenaga dorong gas terlarut
2. Harga skin disekitar lubang sama dengan nol
3. Tekanan reservoir dibawah tekanan saturasi
Untuk memperoleh nilai laju produksi didapatkan persamaan sebagai
berikut :
2
= 1 0.2 ( ) 0.8 (( ) ). ....................................... (3-8)

Persamaan Vogel dikembangkan dalam memperhitungkan kondisi dimana


tekanan reservoir berada diatas tekanan saturasi. Pada kondisi ini kurva IPR terdiri
dari dua bagian yaitu Pwf > Pb yang membentuk kurva linier dan Pwf < Pb yang
membentuk kurva tidak linier. Pada bagian kurva yang linier, maka persamaan
yang digunakan yaitu :
= ( ) ....................................................................... (3-9)
Pada bagian kurva yang tidak linier (Pwf < Pb), maka persamaan yang
digunakan yaitu, :
2
= ( ) (1 0.2 ( ) 0.8 (( ) )) . ............ (3-10)

dimana,
qb = laju alir oil pada tekanan saturasi
Pb = tekanan saturasi
Qb = J (Pb/1.8)
J = Index Productivity
b. Dengan pengaruh skin
Umumnya di sekitar lubang sumur terjadi kerusakan formasi sehingga
kondisi sekitar lubang sumur tidak sesuai dengan kondisi sumur sebenarnya.
Sehingga beberapa metode dikembangkan, yaitu :

151
Persamaan Standing
Metode Standing merupakan modifikasi persamaan Vogel berdasarkan
kenyataan bahwa untuk sumur yang mengalami kerusakan terjadi tambahan
kehilangan tekanan di sekitar lubang bor. Standing juga mengajukan grafik yang
memperhitungkan suatu kondisi dimana flow efficiency tidak sama dengan 0
(Gambar 3.2). Flow efficiency merupakan perbandingan antara productivity index
actual dengan ideal. Nilai FE < 1 apabila sumur mengalami kerusakan, nilai FE >
1 apabila sumur mengalami perbaikan sebagai hasil stimulasi, dan FE = 1 apabila
sumur tidak mengalami kerusakan.

= = = ................................... (3-11)

= ( ). ..................................................... (3-12)
dimana,
Pwf = Pwf + Pskin
0.47 0.47
= / [ + ]. ...................................................... (3-13)

Grafik 3.1. Profil Tekanan pada Damage di Sumur Produksi ( Kermit Brown)

Pada Gambar 3.1., pada sumur yang tidak mengalami kerusakan akan
mengalir pada laju alir (q) pada flowing pressure (pwf) ketika sumur mengalami
kerusakan seharusnya mengalir pada tekanan yang lebih kecil (pwf) yang
diproduksikan pada laju alir yang sama.

152
Pskin merupakan perbandingan antara Pwf dan Pwf. Van Everdingen
telah menemukan persamaan perhitungan Pskin, yaitu :

= . ......................................................................... (3-14)
2

Dari hubungan persamaan Vogel dan persamaan 3-12 maka dapat dihitung
laju produksi pada keadaan dua fasa dengan memperhatikan nilai skin (per 3-15).
Untuk laju alir maksimum yang dihasilkan adalah laju produksi maksimum pada
harga skin sama dengan 0, dan untuk menghitung laju produksi maksimum pada
harga FE yang dimaksud, maka pada tekanan alir dasar sumur sebenarnya yang
sama dengan 0 di ubah menjadi tekanan alir dasar sumur pada kondisi ideal.
2
= 1 0.2 ( ) 0.8 (( ) ). ..................................... (3-15)

atau
2
= 1.8() (1 ) 0.8( 2 ) (( ) ). ............ (3-16)
(=1)

Standing memodifikasi persamaan Vogel untuk digunakan ketika FE tidak


sama dengan 1 dan juga diterapkan pada undersaturated reservoir. Dan
didapatkan persamaan :
2
= ( ) + [1.8 (1 ) 0.8 ((1 ) )] ...... (3-17)
1.8

Kelemahan dari metode Standing terhadap grafik IPR yang dihasilkan,


yaitu :
Hampir lurus untuk FE < 1 meskipun kondisi aliran adalah dua fasa.
Berlawanan dengan definisi kinerja aliran fluida dari formasi ke lubang
sumur.

153
Grafik 3.2. IPR untuk Damage atau Stimulated Well (H.Dale)
Persamaan Cauto
Couto memanipulasi persamaan Standing untuk kinerja aliran fluida
dari formasi ke lubang sumur, dengan cara mendefinisi indeks produktivitas.
Persamaan yang hasilkan adalah sebagai berikut:

= 0.00419 (
(0.472
)(
)
) Pr() (1 )(1.8 0.8()(1 )) .... (3-18)

dimana,
R = Pwf/Pr
Persamaan Harrison
Persamaan Pudjo Sukarno
c. Pengaruh faktor turbulensi dan skin
Persamaan Fetkovich
Fetkovich menganalisa hasil uji back-pressure yang dilakukan di
sumur-sumur minyak yang berproduksi dari berbagai kondisi reservoir. Dari
analisa ini disimpulkan bahwa kurva back pressure di sumur minyak mengikuti
kurva back pressure di sumur gas, yaitu plot antara qo terhadap (Pr2 Pwf2).

154
Grafik IPR sumur minyak dari uji back pressure dapat dinyatakan dalam bentuk
persamaan :
= (( 2 2 ) ) ........................................................ (3-19)
dimana,
C = flow coefficient,
n = 1/kemiringan
n merupakan faktor turbulensi, dimana nilai n mendekati 1 menandakan
tidak terjadi turbulensi, dan nilai n lebih kecil dari 1 atau minimum 0.5 terjadi
turbulensi. Nilai n dapat dicari dari grafik log qo vs log (Pr2-Pwf2) dengan
menentukan dua titik dan dimasukan kedalam persamaan berikut :
log
= (2 )2 (12 ) ..................................................................... (3-20)
2 1

3. Aliran tiga fasa


a. Tanpa pengaruh skin
Persamaan Petrobras
Persamaan Pudjo Sukarno
Metode ini digunakan untuk mengembangkan kurva IPR gas-minyak.
Adapun anggapan yang digunakan adalah :
Faktor Skin sama dengan 0
Gas, minyak dan air berada dalam satu lapisan dan mengalir
bersama-sama secara radial.
Pada metode ini parameter water cut merupakan parameter tambahan
dalam persamaan kurva IPR yang dikembangkan. Dan didapatkan
persamaan metode Pudjo Sukarno yaitu :
2
= 0 1 ( ) 2 (( ) ) ................................ (3-21)

Dimana,
A0, A1, A2 adalah konstanta persamaan yang harganya berbeda untuk
water cut berbeda. Hubungan konstatnta tersebut dengan water cut
didapatkan persamaan sebagai berikut :
= 0 + 1 ( ) + 2 ( 2 ) ................ (3-22)

155
Tabel 3.1. Konstanta Cn untuk masing-masing An
An C0 C1 C2
A0 0.980321 -0.115661x10-1 0.17905x10-4
A1 -0.414360 0.392799x10-2 0.237075x10-5
A2 -0.564870 0.762080x10-2 -0.202079x10-4

3.1.3. Peramalan Inflow Performance Relationship


Metode peramalan IPR ini hanya berlaku pada kondisi aliran dua fasa
(minyak dan gas) atau tekanan reservoir lebih kecil dari tekanan saturasi.
1. Faktor Skin sama dengan nol
Dalam kelompok ini ada metode Standing, dengan persamaan :

( )
()F = () ((
)) .............................................. (3-23)

= ( / ) ..................................................................... (3-24)
= ( / ) ..................................................................... (3-25)
2
() = () [1 0.2 ( ) 0.8 ( ) ] ........................... (3-26)

Atau
2
() = [1 0.2 ( ) 0.8 ( ) ] ............................... (3-27)
1.8

2. Faktor Skin tidak sama dengan nol


Dalam kelompok ini terdapat metode couto berdasarkan pengembangan dari
persamaan vogel dengan meramalkan tekanan reservoir yang akan datang,
metode Fetkovich berdasarkan pengembangan empiris.
Metode Fetkovich

() = ( 2 ) ............................................... (3-28)

3.1.4. Inflow Performance Gas


Rawlins dan Schhellhardt mengembangkan persamaan empiris pada
tahun 1935 yang sering disebut persamaan back pressure. Pada tes uji back
pressure diperoleh nilai Absolute Open Flow sumur. AOF adalah besarnya
produksi sumur pada tekanan atmosfir.
= (( 2 2 ) ) ............................................................ (3-29)

156
Selain persamaan diatas, Metode Jones dapat juga diterapkan pada
perhitungan inflow performance pada sumur gas. Metode ini dapat
diterapkan pada aliran turbulen dan laminer.
= + () ........................................................................ (3-30)
dimana,
0.5
+[2 +4 2 ]
= ................................................................. (3-31)
2

3.2. Aliran Multifasa pada Pipa


Aliran multifasa pada pipa didefinisikan sebagai pergerakan dari gas bebas
dan liquid dalam pipa secara bersamaan. Pada kondisi ini gas dan liquid
diibaratakan sebagai campuran yang homogeneus, atau liquid mungkin berbentuk
slug dengan gas yang mendorongnya dari belakang. Masalah aliran multifasa
dapat dibedakan menjadi 4 kategori, yaitu :
1. Vertikal Multiphase flow
2. Horizontal Multiphase flow
3. Inclined Multiphase flow
4. Directional Multiphase flow
Dalam sistem sumur produksi, keempat persoalan aliran diatas dapat
ditemui dimana fluida multifasa dari reservoir masuk kelubang sumur dimana
aliran fluida reservoir dalam tubing dapat berupa aliran vertikal ataupun aliran
directional maupun incline kemudian fluida mengalir ke kepala sumur dan
dilanjutkan mengalir ke tanki pengumpul melalui pipa salur horizontal atau miring
sesuai permukaan tanah. Dalam sistem aliran tersebut akan ada kehilangan
tekanan dari fluida yang mengalir, banyaknya metode yang telah dikembangkan
untuk memperkirakan besarnya kehilangan tekanan aliran tersebut.
Dalam perhitungan kehilangan tekanan aliran fluida dalam pipa vertikal
dapat dihitung dengan korelasi Hagedorn dan Brown, Duns dan Ros, Orkiszewski,
Mukherjee dan Brill, Minami dan Brill.
Sedangkan perhitungan kehilangan tekanan aliran fluida dalam pipa
horizontal dapat dihitung dengan korelasi Dukler I , Dukler II, Eaton dan Beggs
dan Brill.

157
3.3. Sistem Analisa Nodal
Analisa nodal merupakan salah satu pendekatan sistem analisis untuk
menganalisa performa suatu sumur hidrokarbon berdasarkan kondisi sistem yang
ada pada sumur tersebut. Sistem produksi sumur terdiri atas sejumlah komponen-
komponen yang saling berinteraksi dimana performa masing-masing komponen
tersebut akan memberikan pengaruh terhadap performa sumur secara keseluruhan.
Tujuan utama analisa nodal adalah untuk mendapatkan laju produksi optimum
dari sumur minyak dengan melakukan evaluasi secara lengkap pada sistem sumur.
Pemilihan kombinasi komponen yang tepat pada sistem sumur tersebut akan
memberikan hasil optimal terhadap produksinya.
Nodal merupakan titik pertemuan antara 2 komponen, dimana titik
pertemuan tersebut secara fisik akan terjadi keseimbangan, dalam bentuk
keseimbangan massa ataupun keseimbangan tekanan. Hal ini berarti bahwa massa
fluida yang keluar dari suatu komponen akan sama dengan masa fluida yang
masuk ke dalam komponen berikutnya yang akan saling berhubungan atau teanan
di ujung suatu komponen akan sama dengan tekanan di ujung komponen lain yang
berhubungan.

Gambar 3.1. Sistem kehilangan tekanan di dalam sumur secara lengkap


(Brown, Kermit E., 1977)
Hal dasar yang diperlukan untuk analisa optimasi sumur dengan analisa
sistem nodal adalah Inflow Performance Relationship (IPR) sumur pada kondisi

158
terkini. Kemudian model dari komponen-komponen sumur dapat digunakan untuk
memprediksi performa sumur.
Dalam sistem sumur produksi dapat ditemukan 4 titik nodal, yaitu :
1. Titik nodal di dasar sumur
Titik nodal ini merupakan pertemuan antara komponen formasi
produktif/reservoir dengan komponen tubing apabila komplesi sumur adalah
open hole atau titik pertemuan antara komponen tubing dengan komplesi
apabila sumur diperforasi / dipasangi gravel pack.
2. Titik nodal di kepala sumur
Titik nodal ini merupakan titik pertemuan antara komponen tubing dan
komponen pipa salur dalam hal ini sumur tidak dilengkapi dengan jepitan
atau merupakan titik pertemuan antara komponen tubing dengan komponen
jepitan apabila sumur dilengkapi dengan jepitan.
3. Titik nodal di separator
Pada titik nodal ini mempertemukan komponen pipa salur dengan
komponen separator.
4. Titik nodal di Upstream / Downstream jepitan.
Sesuai dengan letak jepitan, titik nodal ini dapat merupakan pertemuan
antara komponen jepitan dengan komponen tubing, apabila jepitan dipasang
di tubing sebagai safety valve atau merupakan pertemuan antara komponen
tubing dipermukaan dengan komponen jepitan, apabila jepitan dipasang di
kepala sumur.
3.4. Permasalahan Produksi
Pada prinsipnya problem produksi yang mengakibatkan tidak optimumnya
produksi minyak di suatu sumur dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok :
1. Menurunnya produktivitas formasi
Problem kepasiran
Sebab sebab dari terproduksinya pasir berhubungan dengan :
- Tenaga pengerukan (drag force), yaitu tenaga yang terjadi oleh
aliran fluida dimana laju aliran dan visositasnya meningkat menjadi
lebih tinggi.

159
- Pengurangan kekuatan formasinya, hal ini sering dihubungkan
dengan produksi air, karena melarutkan material penyemen atau
pengurangan gaya kapiler dengan meningkatnya saturasi air.
- Penurunan tekanan reservoir, dengan penurunan ini akan
mengganggu sifat penyemenan antar batuan.
Ikut terproduksinya pasir pada operasi produksi menimbulkan
problem produksi. Problem produksi ini biasanya berhubungan dengan
formasi dangkal berumur tersier yang umumnya batupasir berjenis lepas-
lepas (unconsolidated sand) dengan sementasi antar butiran kurang kuat.
Hal ini berarti pekerjaan komplesi sumur menjadi perhatian kritis dalam
zona-zona kepasiran.
Problem coning
Terproduksinya air atau gas yang berlebihan tidak hanya menurunkan
produksi minyak, tetapi juga dapat mengakibatkan sumur ditutup atau
ditinggalkan sebelum waktunya. Selain itu terproduksinya air atau gas yang
berlebihan akan menyebabkan proses pengolahan selanjutnya menjadi lebih
sulit. Terproduksinya air atau gas berlebihan dapat disebabkan karena:
- Pergerakan air atau posisi batas air minyak telah mencapai lubang
perforasi.
- Pergerakan gas atau batas gas minyak telah mencapai lubang
perforasi.
- Terjadinya water fingering atau gas fingering
2. Menurunnya laju produksi
Problem emulsi
Emulsi adalah campuran dua jenis cairan yang tidak dapat campur.
Dalam emulsi salah satu cairan dihamburkan dalam cairan lain berupa
butiran-butiran yang sangat kecil.
Emulsi kental memiliki jumlah oksigen droplet yang dihamburkan
dalam cairan lebih banyak dan emulsi encer adalah sebaliknya. Emulsi
semacam itu ditinjau dari viskositasnya. Sedang berdasarkan fasanya maka
emulsi dibagi menjadi dua yaitu :

160
- Air dalam emulsi minyak (water in oil emulsion) jika minyak sebagai
fasa eksternal dan air menjadi fasa internal.
- Minyak dalam emulsi air (oil in water emulsion) jika sebaliknya
Problem scale
Endapan scale adalah endapan mineral yang terbentuk pada bidang
permukaan yang bersentuhan dengan air formasi sewaktu minyak
diproduksikan ke permukaan. Timbulnya endapan scale tergantung dari
komposisi air yang diproduksikan. Jika kelarutan ion terlampaui maka
komponen menjadiu terpisah dari larutan sebagai padatan, dan membentuk
endapan scale. Sebab-sebab terjadinya endapan scale antara lain :
- Air tak kompatibel
Air tak kompatibel adalah bercampurnya dua jenis air yang tak dapat
campur akibat adanya kandungan dan sifat kimia ion-ion air formasi yang
berbeda. Jika dua macam air ini bercampur maka terjadi ion-ion yang
berlainan sifat tersebut sehingga menyebabkan terbentuknya zat baru
tersusun atas kristal-kristal atau endapan scale.
- Penurunan tekanan
Selama produksi terjadi penurunan tekanan reservoir akibat fluida
diproduksikan ke permukaan. Penurunan tekanan ini terjadi pada formasi ke
dasar sumur, ke permukaan dan dari kepala sumur ke tangki penimbun.
Adanya penurunan tekanan ini, maka gas CO2 jadi terlepas dari ion-ion
bikarbonat. Pelepasan CO2 menyebabkan berubahnya kelarutan ion yang
terkandung dalam air formasi sehingga mempercepat terjadinya endapan
scale.
- Perubahan temperatur
Sejalan dengan berubahnya temperatur (ada kenaikkan temperatur)
terjadi penguapan, sehingga terjadi perubahan kelarutan ion yang
menyebabkan terbentuknya endapan scale. Perubahan temperatur ini
disebabkan oleh penurunan tekanan .

161
- Faktor-faktor lainnya
Agitasi menyebabkan terjadinya turbulensi aliran, sehingga endapan
scale lebih cepat terbentuk. Semakin lama waktu kontak semakin besar pula
endapan scale yang terbentuk. Semakin besar pH larutan mempercepat
terbentuknya endapan scale.
Problem korosi
Problem korosi timbul akibat adanya air yang berasosiasi dengan
minyak dan gas pada saat diproduksikan ke permukaan. Air bersifat asam
atau garam, atau keduanya dan kecenderungan mengkorosi logam yang
disentuhnya. Besi umumnya mudah bersenyawa dengan sulfida dan
oksigen, sehingga korosi yang dihasilkan berupa feri oksida. Untuk itu
adanya anggapan bahwa korosi merupakan reaksi antara besi dengan
oksigen atau hidrogen sulfida sebagai berikut :
4 Fe+++ + 3 O2 2 Fe2O3 (karat)
Fe++ + H2S FeS + H2 (karat)
Besi tidak bisa bereaksi dengan oksigen kering atau hidrogen sulfida
kering pada temperatur biasa karena korosi hanya dapat terjadi jika ada air.
Korosi sebenarnya merupakan proses elektrokimia yaitu proses
listrik yang terjadi setelah reaksi kimia dan disebabkan oleh kandungan
garam dan asam dalam air. Jika ada dua permukaan logam berbeda muatan
listrik maka terjadi aliran listrik melalui air. Korosi pada logam dapat dapat
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
1. Pengaruh komposisi logam, dimana setiap logam yang berbeda
mempunyai kecenderungan yang berbeda terhadap korosi.
2. Pengaruh komposisi air, dimana pengkaratan oleh air akan meningkat
dengan naiknya konduktivitas. Disamping itu pengkaratan oleh air
juga akan meningkat dengan menurunnya pH air.
3. Kelarutan gas, dimana oksigen, karbon dioksida atau hidrogen sulfida
yang terlarut didalam air akan menaikkan korosivitas secara drastis.
Gas yang terlarut adalah sebab utama problem korosi.

162
Problem parafin
Terbentuknya endapan parafin dan aspal disebabkan oleh perubahan
kesetimbangan fluida reservoir akibat menurunnya kelarutan lilin dalam
minyak mentah. Pengendapan yang terjadi pada sumur produksi dipengaruhi
oleh kelarutan minyak mentah dan kandungan lilin dalam minyak. Kristal-
kristal lilin yang menjarum berhamburan dalam minyak mentah saat
berbentuk kristal-kristal tunggal. Bahan penginti (nucleating agent) yang
terdapat bersama-sama dengan kristal lilin dapat memisahkan diri dari
larutan minyak mentah dan membentuk endapan dalam sumur produksi.
Penyebab utama terbentuknya endapan parafin dan aspal adalah
penurunan tekanan karena kelarutan lilin dalam minyak mentah menurun
saat menurunnya temperatur. Adanya gerakan ekspansi gas pada lubang
perforasi dan di dasar sumur dapat menyebabkan terjadinya pendinginan
atau penurunan temperatur sampai di bawah titik cair parafin, sehingga
timbul parafin dan aspal. Terlepasnya gas dan hidrokarbon ringan dari
minyak mentah bisa menyebabkan penurunnan kelarutan lilin, sehingga
terbentuk endapan parafin dan aspal. GOR yang tinggi dapat mempercepat
terbentuknya endapan parafin dan aspal.
3.5. Metode Produksi
3.5.1. Sembur Alam (Natural Flow)
Sembur alam adalah memproduksikan sumur produksi secara alamia
dengan kemanpuan pressure reservoir untuk mendorong fluidanya hingga ke
permukaan tanpa menggunakan alat bantuan. Hal ini karenakan pressure
reservoir yang masih manpu mendoron fluida ke permukaan dengan
pressure pada reservoir yang cukup tinggi. Sumur produksi akan terus di
produksikan secara alamia selama tekananya masih mampu dan masih
ekonomis dalam segi ke ekonomiannya.
Produksi ini memamfaatkan mekanisme pendorong pada reservoir, seperti
halnya dari gas-gas bebas maupun dari minyak itu sendiri, keduanya memiliki
tekanan, dimana pada kondisi tertentu tekanan tersebut dapat menaikkan fluida

163
dari dasar sumur ke permukaan melalui tubing tanpa memerlukan tenaga
(tekanan) bantuan yang berasal dari luar.
Untuk menjaga sumur-sumur produksi tetap berproduksi dalam jangka
waktu semburan yang agak lama, maka pada alat christmas tree dipasang choke
yang mempunyai diameter jauh lebih kecil dari pada diameter tubing.
3.5.1.1. Peralatan Sembur Alam
Pada dasarnya Peralatan dari sembur alam dapat dibagi menjadi dua
komponen besar, yaitu peralatan di atas permukaan dan di bawah permukaan.
1. Peralatan di atas permukaan
Peralatan yang digunakan untuk produksi sembur alam untuk
bagian permukaan terdiri dari terdiri dari :
a. Wellhead
Adalah peralatan yang digunakan untuk mengontrol sumur
dipermukaan. Wellhead tersusun dari dua rangkaian didalamnya, yaitu
casing head dan tubing head. Casing head berfungsi sebagai tempat
menggantungkan rangakaian casing dan mencegah terjadinya
kebocoran. Pada casing head terdapat gas outlet untuk meredusir gas
yang mungkin terkumpul diantara rangkaian casing. Tubing head
adalah bagian dari wellhead untuk menyokong rangkaian tubing yang
berada di bawahnya dan untuk menutup ruangan yang terdapat
diantara casing dan tubing, sehingga aliran fluida dapat keluar melalui
tubing.
b. Christmas tree
Adalah kumpulan dari valve, fitting, choke dan manometer
pengukur tekanan sumur yang dipasang di atas tubing head. Peralatan
ini terbuat dari bahan besi baja yang berkualitas tinggi, sehingga selain
dapat menahan tekanan tinggi dari sumur juga dapat menahan reaksi
dari air formasi yang bersifat korosif yang mengalir bersama-sama
dengan minyak atau dapat menahan pengikisan pasir yang terbawa ke
permukaan. Pada dasarnya, christmas tree terdiri dari komponen-
komponen peralatan utama, yaitu :

164
Manometer pengukur tekanan
Adalah peralatan yang digunakan untuk mengukur besarnya tekanan
pada casing (Pc) dan tekanan pada tubing (Pt).
Master gate (master valve)
Merupakan jenis valve yang digunakan untuk menutup sumur jika
diperlukan. Untuk sumur-sumur yang bertekanan tinggi, disamping
master gate dipasang pula valve lain yang terletak di bawah master
gate.
Choke
Choke atau bean ini berfungsi untuk menahan sebagian aliran dari
sumur, sehingga produksi minyak dan gas pada sumur dapat diatur
sesuai yang diinginkan atau diharapkan.
Dalam prakteknya dikenal dua jenis choke, yaitu :
1. Positive choke, jenis ini terbuat dari bahan besi baja pejal dimana pada
bagian dalam terdapat lubang kecil berbentuk silinder sebagai tempat
untuk mengalir minyak dan gas menuju separator. Besar perbedaan
tekanan aliran fluida sebelum dan sesudah melewati choke pada
dasarnya tergantung dari diameter choke yang digunakan.
2. Adjustable choke, diameternya dapat disetel sesuai dengan kebutuhan,
dengan jalan memutar handwheel yang terdapat di atasnya, tanpa
harus melepas untuk menggantinya. Pemasangan jenis choke ini
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penggantian choke yang
terlalu sering, terutama pada sumur-sumur yang menggunakan
christmas tree singgle wings.
2. Peralatan di bawah permukaan
Peralatan di bawah permukaan sumur sembur alam meliputi
sekumpulan peralatan di dalam sumur yang terdiri dari tubing, packer,
nipple, sliding sleeve door, bottom hole choke, blast joint dan flow
coupling.

165
a. Tubing
Merupakan pipa vertikal di dalam sumur yang berfungsi untuk mengalirkan
fluida reservoir dari dasar sumur ke permukaan.
b. Packer
Berfungsi untuk menyekat annulus antara casing dan tubing serta
memberikan draw-down yang lebih besar.
c. Nipple
Merupakan alat yang berfungsi untuk menempatkan alat-alat kontrol aliran
di dalam tubing. Terdapat dua jenis nipple, yaitu leading dan no-go nipple.
d. Sliding sleeve door
Digunakan untuk memproduksi hidrokarbon dari beberapa zona produktif
dengan menggunakan single tubing string. Dengan adanya alat ini
dimungkinkan ada hubungan antara annulus dengan tubing.
e. Bottom hole choke
Disamping choke yang dipasang di permukaan, kadang-kadang juga
dibutuhkan choke yang dipasang di dalam sumur. Pemasangan bottom hole
choke ini diantaranya dimaksudkan untuk :
Mendapatkan koefisien pemakaian tenaga ekspansi gas yang lebih
tinggi.
Memperpanjang umur sumur sembur alam dengan jalan membebaskan
gas yang berasal dari larutan minyak untuk memperingan kolom
minyak dan menambah besar kecepatan alir di dalam tubing.
Mengurangi atau mencegah pembekuan (freezing) pada alat-alat
kontrol di atas permukaan dengan jalan memasang choke pada ujung
bawah tubing.
Mencegah atau mengurangi air yang masuk ke dalam sumur dengan
jalan menjaga tekanan dasar sumur tetap konstan.
Mencegah terjadinya endapan hydrate, karbonat dan parafin yang
mengalir bersama-sama dengan fluida dari formasi ke permukaan.
f. Blast joint
Merupakan sambungan pada tubing yang memiliki dinding tebal, dipasang

166
tepat di depan formasi produktif yang untuk menahan semburan aliran fluida
formasi.
g. Flow coupling
Alat ini memiliki bentuk sama dengan blast joint, pemasangnnya terletak di
atas dan di bawah nipple dan berfungsi untuk menahan turbulensi fluida
akibat adanya kontrol aliran yang dipasang pada nipple.
3.5.2. Metoda Sembur Buatan
Pengangkatan buatan adalah merupakan suatu usaha untuk membantu
mengangkat fluida dari sumur produksi ke permukaan dengan jalan memberikan
energi mekanis dari luar. Metoda pengangkatan buatan yang umum digunakan
selama ini dalam metoda artificial lift adalah dengan menggunakan jenis peralatan
gas lift, pompa sucker rod, dan pompa sentrifugal (pompa reda) yang masing-
masing peralatan tersebut akan dijelaskan di bawah ini.
3.5.2.1. Gas Lift
Gas lift adalah suatu usaha pengangkatan fluida sumur dengan cara
menginjeksikan gas bertekanan tinggi (minimal 250 psi) sebagai media
pengangkat ke dalam kolom fluida melalui valve-valve yang dipasang pada
tubing dengan kedalaman dan spasi tertentu. Syarat-syarat suatu sumur yang
harus dipenuhi agar dapat diterapkan metoda gas lift antara lain :
1. Tersedianya gas yang memadai untuk injeksi, baik dari reservoir itu
sendiri maupun dari tempat lain.
2. Fluid level masih tinggi.
Prinsif Kerja Gas Lift
Gas lift didefinisikan sebagai suatu proses atau metode untuk
membantu memproduksikan fluida dari lubang sumur dengan cara
menginjeksikan gas yang bertekanan tinggi ke dalam kolom fluidanya.
Pengangkatan fluida dengan cara gas lift didasarkan pada pengurangan
gradien tekanan fluida di dalam tubing, pengembangan dari gas yang
diinjeksikan serta pendorongan fluida oleh gas injeksi yang bertekanan
tinggi. Ketiga faktor dapat bekerja sendiri-sendiri atau merupakan kombinasi
dari ketiganya.

167
Fluida yang berada di dalam annulus antara tubing dan casing ditekan
dengan gas injeksi, sehingga permukaan fluidanya akan turun di bawah valve,
selanjutnya valve ini (valve paling atas) akan membuka, sehingga gas injeksi akan
masuk ke dalam tubing. Dengan bercampurnya gas injeksi dengan fluida reservoir,
maka densitas minyak akan turun dan mengakibatkan gradien tekanan minyak
berkurang sehingga akan mempermudah fluida reservoir mengalir ke permukaan.
Ada dua cara pengangkatan buatan dengan metode gas lift, yaitu
penginjeksian secara kontinyu (continuous flow gas lift) dan penginjeksian
terputus-putus (intermittent flow gas lift).
a) Continuous gas lift, yaitu gas diinjeksikan secara terus menerus ke dalam
annulus melalui valve yang dipasang pada tubing, maka gas akan masuk ke
dalam tubing. Metode ini digunakan pada sumur yang mempunyai
Productivity Index (PI) tinggi dan tekanan statis dasar sumur (Ps) tinggi,
relative terhadap kedalaman sumur, dimana PI tinggi besarnya adalah > 0.5
B/D/psi dan Ps tinggi artinya dapat mengangkat kolom cairan minimum
70% dari kedalaman sumur. Pada tipe sumur ini, laju produksi berkisar
antara 200 20000 B/D, melalui ukuran tubing yang normal.
b) Intermittent gas lift, yaitu gas diinjeksikan secara terputus-putus pada selang
waktu tertentu, sehingga dengan demikian injeksi gas merupakan suatu
siklus dan diatur sesuai dengan laju fluida yang mengalir dari formasi ke
lubang sumur. Intermittent flow gas lift digunakan pada sumur-sumur
dengan volume fluida rendah atau sumur-sumur yang mempunyai
Productivity Index (PI) rendah dan Ps rendah, dimana PI rendah mampunyai
besar < 0.5 B/D/psi dan Ps rendah artinya kolom cairan yang terangkat
kurang dari 70%.
Peralatan Gas Lift
Peralatan gas lift dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu peralatan di atas
permukaan dan peralatan di bawah permukaan, dimana peralatan-peralatan
tersebut saling berhubungan dalam kelancaran penggunaan gas lift.

168
3.5.2.1.1.Peratan di Atas Permukaan
Peralatan di atas permukaan adalah semua peralatan yang diperlukan untuk
proses injeksi gas ke dalam sumur yang terletak di permukaan. Peralatan-
peralatan tersebut meliputi :
1. Well Head
Well head sebenarnya bukan alat khusus bagi gas lift saja tetapi juga
merupakan salah satu alat yang digunakan pada metode sumur sembur alam,
dimana dalam periode masa produksi, alat ini berfungsi untuk
menggantungkan tubing atau casing disamping itu well head merupakan
tempat dudukan x-mass tree.
2. X-mass Tree
Gas diinjeksikan ke dalam annulus sesudah melalui motor yang berfungsi
mengatur jumlah gas yang masuk ke dalam sumur dan tekanan gas injeksi
dijaga agar konstan.
3. Stasiun Kompressor
Alat ini berfungsi untuk menaikan tekanan gas injeksi sesuai dengan
keperluan. Di dalam stasiun kompressor ini terdapat beberapa buah
kompressor yang dihubungkan dengan manifold. Dari stasiun kompressor
ini, gas bertekanan tinggi dikirim ke sumur-sumur gas lift melalui stasiun
distribusi.
4. Stasiun Distribusi
Dalam menyalurkan gas injeksi dari kompressor ke sumur terdapat beberapa
cara, antara lain :
a. Sistem Distribusi Langsung
Di dalam stasiun ini terdapat system manifold yang menuju ke sumur-
sumur secara langsung, system ini kurang effisien karena mampunyai
beberapa kelemahan, antara lain :
1. Penggunaan stasiun pusat compressor yang tidak rasionil karena
kebutuhan gas yang tidak sama untuk setiap sumur.
2. Pemakaian pipa transport gas yang panjang sehingga tidak
ekonomis.

169
b. Sistem Distribusi dengan Pipa Induk
System ini lebih ekonomis karena panjang pipa dapat diperkecil, tetapi
adanya hubungan langsung antara satu sumur dengan sumur lainnya,
jika salah satu sumur sedang diinjeksikan gas maka sumur lain sumur
lain bisa terpengaruh.
c. Sistem Distribusi dengan Stasiun Distribusi
System ini sangat rasional dan banyak dipakai, gas dibawa dari pusat
compressor ke stasiun distribusi kemudian dibagi ke sumur-sumur
dengan menggunakan pipa.
5. Peralatan Kontrol
Peralatan kontrol yang digunakan dalam operasi gas lift adalah :
a. Choke control dan regulator
Choke control adalah alat yang berfungsi untuk mengatur jumlah gas
yang diinjeksikan, sehingga dalam waktu tertentu (saat valve
terbuka) gas tersebut dapat mancapai suatu harga tekanan yang
dibutuhkan. Choke control ini dilengkapi pula dengan regulator yang
berfungsi untuk membatasi gas injeksi yang dibutuhkan. Bila gas
injeksi cukup maka regulator akan menutup. Choke control dan
regulator tersebut hanya khusus dipergunakan untuk intermittent gas
lift.
b. Time cycle control
Alat ini berfungsi untuk mengontrol aliran gas injeksi dalam
intermittent gas lift untuk interval waktu tertentu. Time cycle control
dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.
Peralatan di Bawah Permukaan
Peralatan di bawah permukaan dari metode gas lift tidak berbeda jauh
dengan peralatan pada sumur sembur alam, hanya pada gas lift ditambah dengan
valve (katup) gas lift. Secara umum pemakaian katub gas lift berfungsi untuk :
1. Untuk mengosongkan sumur dari fluida workover atau kill fluid supaya
injeksi gas dapat mencapai titik optimum di dalam sumur.

170
2. Mengatur aliran injeksi gas ke dalam tubing baik proses unloading maupun
proses pengangkatan fluida.
Industri gas lift telah mengkategorikan katup gas lift tergantung pada mana
yang paling sensitif berpengaruh terhadap proses membuka katup (valve), apakah
tekanan casing (Ps) yang disebabkan oleh kolom gas injeksi dalam casing atau
tekanan tubing (Pt) yang ditentukan oleh kolom fluida dalam tubing. Sensitivitas
ini ditentukan oleh konstruksi mekanik dari katup gas lift. Tekanan yang bekerja
pada bagian yang paling luas dari katup (valves) merupakan tekanan yang paling
dominan berpengaruh pada valve tersebut.
Ada 4 (empat) macam katup gas lift, yaitu :
1. Casing pressure operated valve ( pressure valve)
Valve jenis ini 50-100% sensitive terhadap tekanan casing pada posisi
tertutup dan 100% sensitive terhadap tekanan casing pada posisi terbuka.
Membutuhkan penambahan tekanan casing untuk membuka valve dan
pengurangan tekanan casing untuk menutup valve.
2. Throttling pressure valve
Valve ini disebut juga proportional valve atau continuous flow valve. Valve
ini sama dengan pressure valve pada posisi tertutup, akan tetapi pada posisi
terbuka valve ini sensitive terhadap tekanan tubing. Valve ini membutuhkan
penambahan tekanan casing untuk membuka dan pengurangan tekanan tubing
atau tekanan casing untuk menutup.
3. Fluid operated valve
Katup ini konstruksinya hampir sama dengan casing pressure operated
valve, tetapi tekanan tubing bekerja pada permukaan bagian valve yang lebih luas,
sedangkan tekanan casing bekerja pada permukaan yang lebih kecil. Gambar 4.5
memperlihatkan sketsa untuk jenis valve ini.
4. Combination valve
Valve ini juga disebut fluid open-pressure closed valve. Valve ini
membutuhkan penambahan tekanan fluid untuk membuka dan pengurangan
tekanan casing atau tekanan tubing untuk menutup.

171
Perencanaan Gas Lift
Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan gas lift.
Umumnya perencanaan intermittent flow akan lebih rumit dari pada continuous
flow, karena peralatannya lebih komplek dan adanya pengaturan siklus injeksi.
Dalam perencanaan gas lift, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah :
a. Kondisi sumur, yang terdiri dari :
Kedalaman sumur dan perforasi
Diameter tubing dan casing.
b. Kondisi reservoir, yang terdiri dari :
Tekanan statik dasar sumur dan tekanan aliran dasar sumur
Gradien statik cairan dan gradien temperatur
Indek produktivitas.
c. Data-data produksi sumur, yang terdiri dari :
Laju aliran/laju produksi
Gas liquid ratio (GLR)
Tekanan di kepala sumur (THP)
Tekanan balik separator dan kadar air.
d. Keadaan lingkungan, yang terdiri dari :
Tekanan gas injeksi yang tersedia di permukaan
Cadangan gas yang tersedia
Gradien fluida untuk mematikan sumur.
Adapun prosedur untuk perencanaannya adalah sebagai berikut :
1. Kumpulkan data yang diperlukan, seperti kedalaman sumur, ukuran tubing
dan casing, panjang flow line, water cut, SG gas, BHT, IPR dan PI, oAPI
minyak, Pwf dan Pws, Bo pada berbagai tekanan, viskositas minyak, tekanan
aliran di dalam tubing dan permukaan serta tekanan separator.
2. Tentukan tipe instalasi yang diperlukan.
3. Pilih tipe valve berdasarkan gradien unloading, berat fluida dalam tubing,
back pressure dari formasi, kedalaman permukaan fluida dalam casing dan
tekanan injeksi.

172
4. Tentukan spasi valve, titik injeksi dan penempatan valve.
5. Perkirakan gas yang dibutuhkan, tekanan injeksi gas, pemilihan kompresor
yang sesuai, dan laju produksi minyak yang diharapkan.
6. Perkirakan frekuensi siklus dan tekanan waktu stabilisasi untuk intermittent
flow.
7. Kontrol injeksi gas ke dalam sumur melalui choke control, regulator control
dan pengamatan time cycle.
3.5.2.2.Pompa Sucker Rod
Sucker rod pump merupakan salah satu metoda pengangkatan buatan,
dimana untuk mengangkat minyak ke permukaan digunakan pompa dengan
tangkai pompa (rod). Pompa ini digunakan pada sumur-sumur dengan viskositas
rendah medium, tidak ada problem kepasiran, GOR tinggi, sumur-sumur lurus
dan fluid level tinggi.
Prinsip Kerja Pompa Sucker Rod
Prinsip kerja dari pompa sucker rod dapat dijelaskan sebagai berikut : Gerak
rotasi dari prime mover diubah menjadi gerak naik turun oleh pumping unit
terutama oleh sistem pitman crank assembly. Kemudian gerak angguk (naik
turun) ini oleh horse head dijadikan gerak lurus naik turun untuk menggerakkan
plunger. Instalasi pumping unit di permukaan dihubungkan dengan pompa yang
ada dalam sumur oleh sucker rod sehingga gerak lurus naik turun dari horse head
dipindahkan ke plunger pompa dan plunger bergerak naik turun dalam barrel
pompa.
Pada saat up-stroke, plunger bergerak ke atas, di bawah plunger terjadi
penurunan tekanan. Karena tekanan dasar sumur lebih besar dari tekanan dalam
pompa maka akibatnya standing valve terbuka dan minyak masuk ke dalam
pompa. Pada saat down-stroke, standing valve tertutup karena tekanan dari
minyak dalam barrel pompa, sedangkan pada bagian atasnya, yaitu traveling valve
terbuka oleh tekanan minyak akibat dari turunnya plunger, selanjutnya minyak
akan masuk ke dalam tubing. Proses ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga
minyak akan sampai ke permukaan dan terus ke separator melalui flow line.

173
Peralatan Pompa Sucker Rod
Sama hal dengan peralatan produksi pada metode Natural Flow dan Gas Lift.
Pada peralatan Pompa Sucker Rod di bagi berdasrkan perlatan di atas permukaan
dan peralatan di bawah permukaan.
1. Peralatan di Atas Permukaan
Mesin penggerak (prime mover ) merupakan sumber tenaga penggerak
utama dari seluruh rangkaian unit peralatan pompa, baik peralatan di atas
permukaan maupun peralatan di dalam sumur. Fungsi utama peralatan pompa
sucker rod di atas permukaan adalah:
Memindahkan energi atau tenaga dari prime mover ke unit peralatan pompa
di dalam sumur.
Mengubah gerak berputar dari prime mover menjadi suatu gerak bolak-balik
naik turun.
Mengubah kecepatan putar prime mover menjadi suatu langkah pemompaan
(stroke/menit, SPM) yang sesuai atau yang diinginkan.
Komponen-komponen peralatan sucker rod di atas permukaan dan
fungsinya adalah sebagai berikut :
a. Stuffing box
Dipasang di atas kepala sumur (casing/tubing head) untuk mencegah atau
menahan minyak agar tidak ikut keluar bersama dengan naik turunnya
polished rod. Dengan demikian seluruh minyak hasil pemompaan akan
mengalir ke flow line lewat cross tree. Disamping itu juga berfungsi sebagai
tempat kedudukan polished rod sehingga polished rod dapat bergerak naik
turun tegak lurus dengan leluasa.
b. Polished rod
Merupakan bagian dari tangki atau string pompa yang terletak paling atas.
Fungsinya adalah untuk menghubungkan antara rangkaian sucker rod
dengan peralatan-peralatan di atas permukaan.
c. Carrier bar
Merupakan alat yang berfungsi sebagai penyangga polished rod clamp, dan
pada carrier bar ini dikaitkan dengan wire line hanger yang selanjutnya

174
dihubungkan dengan horse head.
d. Polished rod clamp
Komponen yang terletak di atas carrier bar yang berfungsi untuk
mengeraskan kaitan polished rod dengan komponen-komponen di atasnya
agar tidak dapat lepas selama operasi pemompaan minyak berlangsung.
e. Briddle
Merupakan nama lain dari wire line hanger, yaitu merupakan sepasang
kabel baja yang dihubungkan pada carrier bar, dengan demikian carrier bar
bergantung pada briddle dan briddle ini kemudian dihubungkan dengan
horse head.
f. Horse head
Fungsinya meneruskan gesekan dari walking beam ke unit pompa di dalam
sumur melalui briddle, polished rod dan sucker rod string atau merupakan
kepala dari walking beam yang menyerupai bentuk kepala kuda.
g. Walking beam
Merupakan tangkai horisontal di belakang horse head. Walking beam
berfungsi untuk :
mengubah gerak berputar dari prime mover menjadi gerak naik turun
meneruskan energi prime mover ke rangkaian pompa di dalam sumur
melalui polished rod dan sucker rod string.
h. Pitman
Merupakan sepasang tangkai yang menghubungkan antara crank pada
pitman bearing dengan ujung belakang dari walking beam pada tail bearing.
Fungsinya mengubah dan meneruskan gerak berputar menjadi gerak bolak-
balik naik turun dan pitman ini akan menggerakkan walking beam.
i. Crank
Merupakan sepasang tangkai yang menghubungkan crank shaft pada gear
reducer dengan counter balance. Pada crank ini terdapat lubang-lubang
tempat kedudukan pada pitman bearing dan ujung bawah dari pitman. Besar
kecilnya langkah atau stroke pemompaan yang diinginkan dapat diatur dari
sini dengan mengubah-ubah letak ujung bawah pitman, bila mendekatkan

175
atau ke arah counter balance maupun menjauhi counter balance. Apabila
kedudukan ujung bawah pitman digeser ke posisi lubang mendekati counter
balance, maka langkah pemompaan menjadi bertambah besar, demikian
pula sebaliknya apabila menjauhi counter balance yaitu ke arah crank shaft
maka langkah pemompaan menjadi kecil.
j. Gear reducer
Merupakan transmisi yang berfungsi untuk mengubah kecepatan putar dari
prime mover. Gerak putaran dari prime mover diteruskan ke gear reducer
dengan menggunakan belt.
k. Crank shaft
Merupakan poros dari crank. Gerakan berputar yang telah diperlambat oleh
gear reducer akan menggerakkan crank shaft dan crank.
l. Counter balance
Adalah sepasang pemberat yang berfungsi untuk :
Mengubah gerakan berputar dari prime mover menjadi gerakan bolak-
balik naik turun.
Menyimpan tenaga prime mover pada saat down-stroke atau pada saat
counter balance menuju ke atas yaitu pada saat kebutuhan tenaga kecil
atau minimum.
Membantu tenaga prime mover pada saat up-stroke atau saat counter
balance bergerak ke bawah, sebesar tenaga potensialnya, karena kerja
prime mover terbesar yang dibutuhkan adalah pada saat up-stroke,
dimana minyak ikut terangkat ke atas atau ke permukaan.
m. Sampson post
Sampson post merupakan kaki-kaki penyangga atau penompang walking
beam.
n. Saddle bearing
Adalah tempat kedudukan dari walking beam pada sampson post bagian
atas.
o. Equalizer
Adalah bagian atas dari pitman yang dapat bergerak secara leluasa menurut

176
kebutuhan pada saat operasi pemompaan minyak berlangsung.
p. Brake
Berfungsi untuk mengerem gerakan pompa jika dibutuhkan, misalnya pada
saat dilakukan reparasi sumur atau unit pompanya sendiri.
2. Peralatan di Bawah Permukaan
Seperti telah dijelaskan bahwa, fungsi pompa adalah untuk menaikkan
fluida dari formasi ke dalam tubing dan mengangkatnya ke permukaan. Untuk
maksud tersebut suatu pompa harus terdiri empat komponen utama, yaitu:
a. Working barrel
Merupakan tempat dimana plunger dapat bergerak naik turun sesuai dengan
langkah pemompaan dan menampung minyak yang terhisap oleh plunger
pada saat bergerak ke atas.
b. Plunger
Merupakan bagian dari pompa yang terdapat di dalam barrel yang dapat
bergerak naik turun. Plunger ini berfungsi sebagai penghisap minyak dari
formasi masuk ke dalam barrel dan mengangkat minyak yang telah
terakumulasi dalam barrel ke permukaan melalui tubing.
c. Standing valve
Merupakan suatu komponen katup yang terdapat di bagian bawah dari
working barrel yang berfungsi untuk mengalirkan minyak dari formasi
masuk ke working barrel dan hal ini terjadi pada saat plunger bergerak ke
atas, kemudian standing valve membuka. Disamping itu untuk menahan
minyak agar tidak dapat keluar dari working barrel pada saat plunger
bergerak ke bawah. Standing valve terdiri dari sebuah bola besi dan tempat
dudukannya. Standing valve memiliki peran yang sangat penting dalam
sistem pemompaan, karena efisiensi volumetris pompa sangat tergantung
pada cara kerja dan bentuk dari ball dan seat-nya.
d. Travelling valve
Travelling valve terdiri dari ball dan seat yang terletak pada bagian bawah
dari plunger dan akan ikut bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti
gerakan dari gerak plunger-nya. Travelling valve ini berfungsi untuk

177
mengalirkan minyak dari working barrel masuk menuju plunger, hal seperti
ini terjadi pada saat plunger bergerak ke bawah. Selain itu akan menahan
keluarnya minyak dari plunger pada saat plunger bergerak ke atas (up-
stroke) sehingga minyak tersebut dapat diangkat ke tubing yang seterusnya
ke permukaan.
e. Gas anchor
Komponen ini dipasang pada bagian bawah pompa, fungsinya adalah
memisahkan gas dari minyak agar gas tersebut tidak ikut masuk ke dalam
pompa bersama-sama dengan minyak, karena dengan adanya gas akan
mengurangi efisiensi pompa.
f. Tangki pompa
Tangki pompa atau sucker rod string terdiri dari :
Sucker rod
Merupakan bagian dari unit pompa yang sangat penting, karena
merupakan penghubung antara plunger dengan peralatan-peralatan
penggerak yang ada di permukaan. Sedangkan fungsinya adalah
melanjutkan gerak lurus naik turun dari horse head ke plunger pompa.
Umumnya panjang satu single dari sucker rod yang sering digunakan
berkisar antara 25 sampai 30 ft, dan untuk menghubungkan antara dua
buah sucker rod digunakan sucker rod coupling.
Pony rod
Merupakan sucker rod yang mempunyai ukuran panjang lebih pendek
dari pada sucker rod-nya sendiri. Fungsinya untuk melengkapi panjang
dari sucker rod apabila sucker rod tidak mencapai target yang dituju.
Umumnya memiliki ukuran panjang 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 ft.
Polished rod
Adalah tangkai yang menghubungkan sucker rod string dalam carrier
(wire line hanger pada horse head) yang naik turun di dalam stuffing
box.
Pada saat up-stroke (langkah pompa ke atas) fluida membebani plunger
yang menyebabkan travelling valve tertutup dan fluida akan mendorong

178
dari tubing ke permukaan. Gerakan plunger ini menyebabkan penurunan
tekanan di atas standing valve, maka standing valve terbuka dan fluida
dari formasi masuk ke dalam pompa.
Pada saat down-stroke (langkah pompa ke bawah), plunger akan turun
dan pada saat ini travelling valve akan terbuka dan standing valve akan
tertutup sehingga fluida akan bergerak dari plunger ke dalam tubing.
3.5.2.3.Electric Submersible Pump (ESP)
Electric submersible pump digunakan pada sumur-sumur yang dalam dan
dapat memberikan laju produksi yang besar. Selain untuk sumur produksi, ESP
juga dapat untuk proyek-proyek water flooding dan pressure maintenance, dimana
ESP dipasang pada sumur-sumur injeksi. Selain dari itu dapat juga digunakan
pada sumur-sumur yang tidak menggunakan tubing (tubingless completion) dan
produksi dilakukan melalui casing. Pada umumnya pompa jenis ini digunakan
pada sumur-sumur artificial lift dengan produksi besar dan GOR rendah.
Pada dasarnya electric submersible pump ini adalah merupakan pompa
sentrifugal bertingkat banyak, dimana poros dari pompa sentrifugal dihubungkan
langsung dengan penggerak. Motor penggerak ini menggunakan tenaga listrik,
sedangkan sumber listriknya diambil dari power plant, dimana tenaga listrik untuk
pompa disuplai dari switch board dan transformator di permukaan dengan
perantara kabel listrik yang di-clamp pada tubing dengan jarak 15 hingga 20 ft.
Setiap tingkat dari pompa sentrifugal terdiri dari impeller (bagian yang
berputar) dan diffuser (bagaian yang diam). Tenaga dalam bentuk tekanan didapat
dari cairan yang dipompakan disekitar impeller. Gerakan berputar impeller
mengakibatkan cairan ikut berputar, yaitu arah radial (akibat dari gaya sentrifugal)
dan arah tangensial.
Prinsip Kerja Electric Submersible Pump
Prinsip kerja Electric submersible pump adalah berdasarkan pada prinsip
kerja pompa sentrifugal dengan sumbu putarnya tegak lurus. Pompa sentrifugal
adalah motor hidrolik dengan jalan memutar cairan yang melalui impeller pompa,
cairan masuk ke dalam impeller pompa menuju poros pompa, dikumpulkan oleh
diffuser kemudian akan dilempar ke luar. Oleh impeller tenaga mekanis motor

179
dirubah menjadi tenaga hidrolik. Impeller terdiri dari dua piringan yang
didalamnya terdapat sudu-sudu, pada saat impeller diputar dengan kecepatan
sudut , cairan dalam impeller dilemparkan keluar dengan tenaga potensial dan
kinetik tertentu. Cairan yang ditampung dalam rumah pompa kemudian
dievaluasikan melalui diffuser, sebagian tenaga kinetik dirubah menjadi tenaga
potensial berupa tekanan. Karena cairan dilempar ke luar maka terjadi proses
penghisapan.
Peralatan Electric Submersible Pump
Peralatan pompa sentrifugal dikelompokkan menjadi dua bagian yakni,
yakni peralatan di atas permukaan dan peralatan di bawah permukaan.
1. Peralatan di Atas Permukaan
Peralatan di atas permukaan terdiri dari :
a. Tubing head
Tubing head untuk pompa reda agak berbeda dengan tubing head biasa.
Perbedaannya terletak pada adanya kabel yang melalui tubing head tersebut.
Adapun fungsi dari tubing head ini adalah sebagai penyokong dari
rangkaian tubing dan untuk menutup ruang antara casing dengan tubing.
b. Drum
Merupakan alat yang digunakan sebagai tempat untuk menggulung kabel
apabila pompa dicabut.
c. Junction box
Diperlukan sebagai tempat menghubungkan kabel dari dalam sumur dengan
kabel dari switch board.
d. Switch board
Berfungsi untuk mengontrol kerja pompa. Peralatan yang ada pada switch
board adalah :
Start stop panel, yang berfungsi untuk menghidupkan atau mematikan
motor.
Breaker, sebagai pemutus aliran listrik saat dilakukan reparasi pompa.
Sekering, merupakan pengaman jika terjadi hubungan singkat pada
arus listrik atau bila terjadi over voltage.

180
Recording ammeter, sebagai pencatat besarnya arus yang digunakan
motor.
e. Transformer
Berfungsi sebagai perubah tegangan primer yang tinggi menjadi tegangan
sekunder (yang rendah) yang dibutuhkan motor.
2. Peralatan di Bawah Permukaan
Peralatan di bawah permukaan merupak peralatan yang berada di dalam
lubang sumur yang akan di jelaskan di bawah ini :
a. Motor listrik
Motor listrik pada jenis pompa reda adalah motor induksi sinkron dua katub,
tiga fasa, berbentuk sangkar (two pole, three-phase, squirrel cage, induction
type electric motor) mempunyai kecepatan 3500 rpm pada 60 Hz dan 2915
rpm pada 50 Hz. Karena diameter motor terbatas untuk ukuran casing
tertentu, maka untuk mendapatkan daya kuda yang cukup, motor dibuat
panjang dan kadang-kadang dibuat double (tandem).
b. Protektor
Protektor ini dipasang di atas motor dan dibawah pompa. Fungsinya antara
lain :
Memberikan ruangan untuk pengembangan/penyusutan minyak
pelumas.
Mencegah fluida masuk ke rumah motor.
Menyimpan minyak motor dan minyak pelumas.
Memberikan keseimbangan tekanan dalam motor dengan tekanan luar,
yaitu tekanan fluida sumur pada kedalaman tertentu.
c. Pompa
Setiap pompa terdiri dari beberapa tingkat (multistage) dimana masing-
masing terdiri dari impeller dan diffuser. Jumlah tingkat tergantung dari
head pengangkatannya.
d. Gas separator (pump intake)
Pada sumur-sumur yang tidak banyak mengandung gas, cukup
menggunakan pump intake saja. Tetapi pada sumur-sumur dengan GOR

181
tinggi, gas separator dapat disambungkan pada pompa guna memberikan
effisiensi pompa. Dalam hal ini gas separator berfungsi antara lain :
Mencegah menurunnya head capacity yang dihasilkan pompa.
Mencegah terjadinya fluktuasi beban pada motor.
Mengurangi adanya surging pressure.
e. Kabel listrik
Berfungsi sebagai penyalur aliran listrik dari permukaan ke motor. Kabel ini
di-clamp pada tubing dengan interval yang sama, mulai dari bawah sampai
tubing head. Diameter kabel disesuaikan dengan besarnya arus listrik yang
mengalir, penurunan tegangannya dan clearence antara tubing dan casing.
Kabel listrik ini terdiri dari tiga kabel tembaga yang diisolasi satu sama lain
dengan pembalut dari karet. Ketiganya terbungkus oleh suatu pelindung
yang terbuat dari baja. Ada dua buah jenis kabel yang biasa digunakan,
yaitu round dan flat. Biasanya kabel jenis round mempunyai usia pakai lebih
lama dari pada jenis flat, tetapi memerlukan ruang penempatan yang lebih
besar. Bila digunakan flat cable seluruhnya maka kehilangan tenaga listrik
akan bertambah 8%. Juga flat cable mudah rusak dalam pemasangannya.
Tenaga listrik yang melalui kabel akan mengalami kehilangan tekanan
(voltage drop).
- Peralatan Produksi
a. Welhead
Wellhead merupakan salah satu komponen penting dengan proses
pengeboran. Wellhead dipasang pada setiap akhir dari casing dan tubing
string dipermukaan sumur. Komponen dari wellhead yaitu casing head,
casing head spool, tubing head spool dan christmast tree.
Fungsi wellhead adalah sebagai berikut :
1. Sebagai tempat terpasangnya alat pengontrol aliran. Wellhead
dirancang untuk dapat dihubungkan dengan alat pengontrol aliran dari
dan ke dalam sumur.
2. Sebagai penyangga casing string. Setiap casing dan tubing yang
dimasukkan ke dalam sumur tergantung pada wellhead.

182
b. Christmas Tree
Christmas Tree merupakan peralatan yang dipasang terdiri dari berbagai
valve, flange dan pipa-pipa. Valve-valve yang ada pada Christmas tree
terdiri dari :
1. Tubing Master Valve merupakan jenis manual valve (valve induk)
berfungsi untuk.
2. Tubing Valve manual gate valve dioperasikan saat operasi wireline,
penutupan waktu lama atau perbaikan di wellhead.
3. Wing Valve merupakan manual gate valve dipergunakan untuk
operasi tutup dan buka sumur secara normal.
4. Check Valve merupakan fungsi mencegah aliran balik dari flowline
ke sumur.
5. Swab Valve merupakan Manual gate valve yang dibuka untuk
membiarkan tekanan fluida mencapai top adaptor untuk membaca
tekanan atau mengambil sampel.
6. Top Adaptor merupakan Peralatan yang terletak di puncak swab valve
dgn threaded connection untuk memperkecil ukuran pemasangan
needle valve.
7. Needle valve berfungsi untuk tempat pengambilan sampel atau
pembacaan tekanan wellhead.
8. Safaty Valve Bekerja secara otomatis menutup bila tekanan flowline >
atau < tekanan yang telah diset. Safety valve melindungi flowline bila
tekanan wellhead terlalu besar dan melindungi sumur jika tekanan
flowline terlalu kecil.
c. Manifold
Manifold adalah sekumpulan pipa saluran dan choke yang bertujuan untuk
mengatur jalannya laju produksi ke stasiun pengumpul dan pengetesan dari
masing-masing sumur.
d. Separator
Fungsi dari separator yaitu memisahkan gas dari cairan (minyak dan air)
yang terproduksi dari sumur.

183
e. Heater
Heater merupakan alat yang digunakan untuk memanaskan fluida yang
mengalir yang berasal dari sumur agar tidak membeku lalu masuk ke tangki
pengumpul sementara melalui flowline.
f. Scrubber
Scrubber merupakan alat yang digunakan untuk menjadikan gas yang
terpisah di separator yang berawal berupa gas condensat menjadi gas kering.
g. Tangki Pengumpul Minyak
Tangki merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan hasil produksi
dari sumur-sumur produksi.
h. Pompa
Pompa digunakan untuk memompa minyak dari tiap tiap BS ke SPU
Manunggul. Tipe pompa yang digunakan di tiap BS yaitu tipe pompa
Duplex.
i. Compressor
Compressor adalah alat yang digunakan untuk mengambil gas lock dan
mensuplai gas ke Power Plant, yang dimana gas dari Power Plant tersebut
di konversi sebagai sumber tenaga listrik. Compressor juga berfungsi untuk
mengaktifkan valve control yang terdapat pada BS.
j. Boiler
Boiler adalah alat yang digunakan untuk memanaskan tangki agar
temperatur suhu dalam tangki stabil. Suhu ini dijaga 42o C, agar minyak
dalam tangki tidak membeku.
k. WTP (Water Treatment Plant)
WTP (Water Treatment Plant) merupakan tempat dimana air sungai yang
berasal dari sungai diubah menjadi air bersih untuk kebutuhan air. Pada
proses Treatment air, pertama air sungai di ambil dari sungai menggunakan
Water Intake Pump dan kemudian air tersebut masuk ke dalam Strainer
untuk disaring material-material padatannya.

184
3.6. Definisi dan Konsep Dasar EOR
Enhanced Oil Recovery (EOR) adalah suatu mekanisme yang digunakan
pada tahapan tertiary recovery untuk meningkatkan produksi minyak setelah
tahapan primary dan secondary recovery. Perolehan Minyak Tahap Lanjut (EOR)
merupakan perolehan minyak dengan cara menginjeksikan suatu zat yang berasal
dari salah satu atau beberapa metode pengurasan yang menggunakan energi luar
reservoir. Jenis energi yang digunakan adalah salah satu atau gabungan dari energi
mekanik, energi kimia dan energi termik.
Perolehan minyak yang berasal dari injeksi tak tercampur, injeksi
tercampur, injeksi kimiawi dan injeksi thermal merupakan perolehan minyak
tahap lanjut, karena reservoir minyak memperoleh bantuan energi dari luar pada
semua metode tersebut. Jenis energi luar yang dipakai merupakan salah satu atau
gabungan dari energi mekanik, energi kimiawi dan energi thermal. Metode
Enhanced Oil Recovery (EOR) dapat digunakan pada awal produksi suatu
reservoir atau sebelum produksi secara alamiah yang ekonomis berakhir.
Konsep dasar dari metode EOR ini sendiri ada tiga macam, yaitu:
1. Primary Recovery
Primary recovery merupakan suatu metode produksi fluida reservoir yang
disebabkan oleh ekspansi dari gas atau liquid di dalam reservoir itu sendiri
atau oleh karena influx air dari aquifer.
2. Secondary Recovery
Secondary recovery merupakan suatu metode produksi fluida reservoir yang
disebabkan oleh injeksi fluida kedalam reservoir dengan menggunakan
fluida yang sama dengan fluida reservoir, apakah itu bagian produksi dari
reservoir bersangkutan atau reservoir lainnya, seperti water atau gas
injection.
3. Tertiary Recovery
Tertiary Recovery merupakan suatu metode produksi fluida reservoir yang
disebabkan oleh injeksi fluida atau hal lainnya ke dalam reservoir dimana
fluida yang diinjeksikan tersebut tidak sama dengan fluida reservoir, seperti
chemicals, steam atau solvent.

185
Secara garis besar ketiga recovery yang ada diatas dapat dikelompokkan
dalam bagian.

Gambar 3.2. Diagram Alir Metode-metode EOR untuk Peningkatan Recovery


Besarnya cadangan di seluruh dunia yang dapat digolongkan sebagai
cadangan yang tidak dapat diproduksikan dengan metode primer adalah sebesar
2.0 triliun barrel. Tahap produksi primer hanya dapat memproduksi 1/3 dari OOIP,
dimana 2/3 dari OOIP tidak dapat diproduksi dengan teknologi konvensional.
Karena besarnya cadangan yang tersisa tersebut sehingga mendorong
dilakukan berbagai cara untuk meningkatkan perolehan minyak di reservoir
setelah tenaga pendorong alamiahnya berkurang. Penerapan teknologi EOR
diharapkan dapat memproduksi sekitar 20% - 30% dari cadangan minyak sisa
tersebut.
Dalam prakteknya, sekarang makin banyak digunakan metode EOR pada
awal kehidupan suatu reservoir, atau sebelum produksi secara alamiah yang
ekonomis berakhir. Karena itu harus dipastikan terlebih dahulu apakah penerapan
suatu metode EOR (Enhanced Oil Recovery), dapat dibayar oleh kelebihan
perolehan minyak.
3.6.1. Faktor Utama Yang Mempengaruhi Efektivitas EOR
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi efektivitas EOR,
yaitu :
a. Kedalaman
Kedalaman reservoir merupakan faktor penting dalam
menentukan keberhasilan EOR dari segi teknik dan ekonomi. Dari
segi ekonomi adalah jika kedalaman reservoir kecil maka biaya

186
pemboran juga akan kecil, demikian pula jika dilakukan injeksi gas
maka biaya kompresor juga akan kecil.
b. Kemiringan
Faktor kemiringan mempunyai arti penting jika terdapat rapat
massa antara fluida pendesak dan fluida yang didesak cukup besar.
Pengaruh kemiringan tidak terlalu besar, jika kecepatan pendesakan
besar.
c. Heterogenitas Reservoir
Heterogenitas atau Ketidakseragaman reservoir adalah variasi
sifat fisik dan kimia penyusun batuan dan fluida reservoar. Struktur
reservoar sesungguhnya sangat komplek, proses-proses geologi
menyebabkan ketidakseragaman batuan reservoar.
3.6.2. Efisiensi Injeksi
a. Efisiensi Pendesakan
Efisiensi pendesakan adalah perbandingan antara volume
hidrokarbon yang dapat didesak dari pori-pori dengan volume
hidrokarbon total dalam pori-pori tersebut. Dalam prakteknya efisiensi
pendesakan merupakan fraksi minyak atau gas yang dapat didesak
setelah dilalui oleh front dan zona transisinya.
b. Efisiensi Penyapuan
Efisiensi penyapuan didefinisikan sebagai perbandingan antara
luas daerah hidrokarbon yang telah didesak di depan front dengan luas
daerah hidrokarbon seluruh reservoir atau dengan luas daerah
hidrokarbon yang terdapat pada suatu pola.

187
Gambar 3.3. (a) Areal Sweep effisiensi, (b) Vertical Sweep effisiensi
Efisiensi Penyapuan Areal
Efisiensi penyapuan areal didefinisikan sebagai perbandingan antara
luasan reservoir yang kontak dengan fluida pendesak terhadap luas areal
total atau fraksional dari reservoir yang tersapu oleh fluida injeksi.
luas areal hydrocarbo n yang telah ter sapu di depan front
EA ...........(3-10)
luas areal hydrocarbo n seluruh reservoir
Efisiensi Penyapuan Vertical
Efisiensi penyapuan vertikal adalah fraksi dari bagian vertikal pada
reservoir yang tersapu oleh fluida injeksi. Efisiensi penyapuan vertikal
dipengaruhi oleh gravitasi dan heterogenitas lapisan reservoir. Pengaruh
gravitasi disebabkan oleh perbedaan densitas antara fluida pendesak dengan
fluida terdesak. Jadi pengaruh gravitasi dapat terjadi di semua reservoir
(homogen dan heterogen). Gas akan mendahului minyak lewat bagian atas
(overrides) dan air akan mendahului minyak pada bagian bawah
(underruns), karena itu terjadi breakthrough lebih awal di bagian atas dan
bawah reservoir.
luas vertical hydrocarbo n yang telah ter sapu di depan front
EV ......(3-11)
luas vertical hydrocarbo n seluruh reservoir

Efisiensi Invasi
Efisiensi invasi adalah perbandingan antara volume hidrokarbon dalam
pori-pori yang telah didesak oleh fluida atau front terhadap volume
hidrokarbon yang masih tertinggal di belakang front. Pada efisiensi
penyapuan, seolah-olah dianggap bahwa yang sedang mengalami proses
pendesakan mempunyai sifat merata (uniform) ke arah vertikal. Pada
keadaan yang sebenarnya, dalam reservoir jarang terjadi hal seperti itu. Oleh
karena itu, supaya pengaruh aliran ke arah vertikal turut diperhitungkan,
maka harus diketahui efisiensi invasi.
volume hydrocarbo n yang telah didesak di depan front
Ei ..............(3-12)
volume hydrocarbo n yang tertingga l di belakang front

188
Dua faktor utama yang mempengaruhi efisiensi invasi adalah sebagai
berikut:
1. Perlapisan
Pengaruh perubahan sifat batuan ke arah vertikal dinyatakan dengan
adanya perlapisan dalam reservoir yang sifat batuannya berbeda terutama
permeabilitasnya. Pengaruh perlapisan terhadap bidang front atau zona
transisi adalah bidang front akan bergerak lebih cepat pada daerah dengan
permeabilitas yang tinggi, sehingga breakthrough air akan lebih dahulu
terjadi pada lapisan yang lebih permeabel.
2. Gravitasi
Faktor gravitasi sangat berpengaruh apabila terdapat perbedaan massa
jenis antara fluida pendesak dengan fluida yang didesak. Pengaruh gravitasi
ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Fluida pendesak yang memiliki massa jenis lebih besar akan cenderung
menuju bagian bawah fluida yang didesaknya sehingga akan
menguntungkan dan menyebabkan efisiensi invasi yang relatif lebih
besar.
Fluida pendesak yang memiliki massa jenis lebih kecil akan cenderung
menuju bagian atas fluida yang didesaknya sehingga bentuk front yang
terjadi semakin tidak beraturan dan menyebabkan efisiensi invasi
mengecil.
3.6.3. Pola Sumur Injeksi-Produksi
Untuk meningkatkan faktor perolehan minyak salah satu caranya
adalah dengan efisiensi yang sebaik-baiknya yaitu dengan membuat pola
sumur injeksi-produksi. Pola sumur injeksi-produksi dibedakan sesuai
dengan proyeksi di permukaan dari titik sumur menembus reservoir.
Pertimbangan-pertimbangan dalam penentuan pola sumur injeksi
produksi tergantung pada:
Tingkat keseragaman formasi, yaitu penyebaran permeabilitas ke arah
lateral maupun ke arah vertikal.
Struktur batuan reservoir meliputi patahan, kemiringan, dan ukuran.

189
Sumur-sumur yang sudah ada (lokasi dan penyebaran).
Topografi.
Ekonomi.
Pola sumur dimana sumur produksi dikelilingi oleh sumur-sumur injeksi
disebut dengan pola normal. Sedangkan bila sebaliknya yaitu sumur-sumur
produksi mengelilingi sumur injeksi disebut dengan pola inverted. Masing-masing
pola mempunyai sistem jaringan tersendiri yang mana memberikan jalur arus
berbeda-beda sehingga memberikan luas daerah penyapuan yang berbeda-beda.
Diantara pola-pola yang paling umum digunakan :
a. Central Flooding
Central flooding atau centre-to-edge flooding adalah pola sumur injeksi-
produksi, dimana sumur-sumur injeksi terletak di tengah-tengah reservoir,
sedangkan sumur-sumur produksi mengelilinginya. Pola central flooding
digunakan pada kasus dimana permeabilitas pada zona di luar batas reservoir
adalah rendah, reservoir dengan tudung gas atau pada reservoir stratigrafi.
b. Peripheral Flooding
Peripheral flooding atau edge flooding adalah pola sumur injeksi-produksi
dimana sumur-sumur injeksi terletak di luar batas pengeringan (oil bearing
contour), sedangkan sumur-sumur produksi terletak di tengah-tengah reservoir.
Pola peripheral flooding digunakan pada reservoir dengan jebakan struktur
dimana mekanisme pendorong yang bekerja adalah water drive. Keunggulan
peripheral flooding adalah dapat memberikan recovery maksimum dengan
produksi air yang minimum.
c. Pattern Flooding
Pattern flooding adalah pola sumur injeksi-produksi dengan penempatan
sumur-sumur injeksi dan produksi yang mengikuti pola-pola tertentu.
1. Direct Line Drive
Sumur-sumur injeksi dan produksi membentuk garis dan saling
berlawanan pada pola ini.
2. Staggered Line Drive

190
Sumur-sumur membentuk garis tertentu dengan sumur injeksi dan
produksi yang saling berlawanan dengan jarak yang sama panjang,
yang ditarik secara lateral dengan ukuran tertentu.
3. Four Spot
Pola ini terdiri dari tiga sumur injeksi yang membentuk segitiga
dengan sumur produksi terletak di tengah-tengahnya.
4. Five Spot
Pola ini terdiri dari empat sumur injeksi yang membentuk segiempat
dengan sumur produksi terletak di tengah-tengahnya. Pola ini
merupakan pola sumur injeksi-produksi yang paling umum digunakan.
5. Seven Spot
Pola ini terdiri dari sumur-sumur injeksi yang ditempatkan pada
sudut-sudut dari bentuk heksagonal dengan sumur produksi yang
terletak di tengah-tengahnya. Pola-pola sumur dengan sumur injeksi
mengelilingi sumur produksi disebut pola normal, sedangkan pola-
pola sumur dengan sumur produksi mengelilingi sumur injeksi disebut
dengan pola inverted.

191
direc t line drive stag gered line d rive

regular skewed
four spot p attern four spot p attern

five sp ot pattern

seven spot pa ttern inverted


seven spot pa ttern

nine spot pattern inverted


nine spot pattern

injec tion well produc tion well

Gambar 3.4. Pola-pola Sumur Injeksi-Produksi


3.6.4. Metode-metode Enhanced Oil Recovery (EOR)
a. Injeksi Tak Tercampur (Immiscible Flood)
Pendesakan tak tercampur adalah menginjeksikan fluida yang mempunyai
sifat tidak mencampur (immicible) ke dalam reservoir. Injeksi tak tercampur dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu: injeksi air dan injeksi gas. Injeksi tak tercampur
merupakan proses pendesakan minyak oleh fluida yang tidak bercampur, fluida
pendesak dalam hal ini dapat berupa air atau gas. Proses pendesakan disebut
injeksi air (water flooding) apabila air sebagai fluida pendesaknya, sedangkan
proses pendesakan disebut injeksi gas (gas flooding) apabila gas sebagai fluida
pendesaknya.
b. Injeksi Air (Waterflooding)
Injeksi air atau Waterflooding merupakan metode perolehan tahap kedua
dengan menginjeksikan air ke dalam reservoir untuk mendapatkan tambahan
perolehan minyak yang bergerak dari reservoir menuju ke sumur produksi setelah

192
reservoir tersebut mendekati batas ekonomis produktif melalui perolehan tahap
pertama.
Proses penginjeksian air (water flooding) dari permukaan bumi ke dalam
reservoir minyak adalah didasarkan pada suatu kenyataan bahwa air aquifer
berperan sebagai pengisi atau pengganti minyak yang terproduksi, disamping
berperan sebagai media pendesak. Sedangkan pertimbangan dilakukan water
flooding adalah bahwa sebagian besar batuan reservoir bersifat water wet (sifat
kebasahan), sehingga fasa air lebih banyak ditangkap oleh batuan akibatnya
minyak akan terdesak dan bergerak ketempat lain (permukaan sumur).
Pertimbangan lain dilakukan injeksi air adalah :
1. Saturasi minyak sisa (Sor) cukup besar
2. Recoverynya 30% _ 40% dari original oil in place (OOIP)
3. Air murah dan mudah diperoleh
4. Mudah menyebar ke seluruh reservoir dan kolom air memberikan tekanan
yang cukup besar dan efisiensi penyapuan yang cukup tinggi.
5. Berat kolom air dalam sumur injeksi turut menekan, sehingga cukup banyak
mengurangi besarnya tekanan injeksi yang perlu diberikan di permukaan,
jika dibandingkan dengan injeksi gas, dari segi berat air sangat menolong.
6. Efisiensi pendesakan air juga cukup baik, sehingga harga Sor sesudah
injeksi air = 30% cukup mudah didapat.
Pelaksanaan injeksi air membutuhkan persediaan air yang cukup besar.
Persediaan air dapat diperoleh dari air permukaan (danau, sungai, laut) ataupun
bawah permukaan. Syarat-syarat air untuk injeksi antara lain:
1. Tersedia dalam jumlah yang cukup selama masa injeksi
2. Tidak mengandung padatan-padatan yang tidak dapat larut
3. Stabil secara kimiawi dan tidak mudah bereaksi dengan elemen-elemen yang
terdapat dalam sistem injeksi dan reservoir.
c. Injeksi Gas
Prinsip proses injeksi gas tak tercampur dalam teknik produksi lanjut sama
dengan proses injeksi air (water flooding). Gas yang diinjeksikan biasanya
merupakan gas hidrokarbon. Injeksi gas dilakukan jika terdapat sumber gas dalam

193
jumlah yang besar dan cukup dekat letaknya termasuk gas yang berasal dari
ikutan produksi minyak. Injeksi gas juga dapat dilakukan untuk menguras minyak
yang tersembunyi pada bagian atas reservoir yang terhalang oleh patahan atau
kubah garam, minyak ini sering disebut attic oil.
Beberapa alasan mendasar yang menyebabkan tidak efisiennya gas sebagai
fluida pendesak, antara lain:
1. Gas biasanya bersifat tidak membasahi batuan reservoir, sehingga gas akan
bergerak melalui pori-pori yang lebih besar dan bergerak lebih cepat dari
minyak. Gas yang diinjeksikan dapat mendesak gas lebih banyak daripada
minyak apabila terdapat saturasi gas awal yang menempati pori-pori yang
lebih besar.
2. Fluida gas mempunyai viskositas yang relatif jauh lebih kecil daripada
minyak, sehingga gas cenderung melewati minyak bukan mendesaknya.
3. Fluida gas merupakan fluida non-wetting dan menempati pori-pori yang
lebih besar dimana aliran paling mudah terjadi, sehingga permeabilitas
relatif gas akan naik secara drastis dan permeabilitas relatif minyak akan
turun secara drastis. Mobilitas gas akan bertambah seiring dengan
bertambahnya permeabilitas relatif gas, akibatnya masalah channeling
semakin bertambah. Harga saturasi minyak residual (Sor) akan cukup besar
pada akhir proses pendesakan gas.
d. Injeksi Tercampur (Miscible Flood)
Injeksi tercampur didefinisikan sebagai pendesakan suatu fluida terhadap
minyak yang menghasilkan pencampuran antara fluida pendesak terhadap minyak
sehingga hasil campuran ini dapat keluar dari pori-pori dengan mudah sebagai
satu fluida. Dalam hal efisiensi pendesakan dalam pori-pori sangat tinggi.
Injeksi tercampur ini dapat dilakukan dengan dua cara dalam pemakaian
fluida injeksinya, yaitu:
1. Menginjeksikan fluida (pelarut) yang langsung bercampur dengan minyak
(absolutely miscible). Fluida ini mahal sehingga biasanya hanya diinjeksikan
dalam jumlah secukupnya untuk membuat tembok yang diikuti oleh fluida

194
pendesak lain yang tidak begitu mahal. Jenis pelarut yang dapat bercampur
ini antara lain: alkohol, liquid petroleum gas (LPG) dan propana.
2. Menginjeksikan fluida yang dapat bercampur dengan minyak pada tekanan,
temperatur dan komposisi kimia tertentu (thermodinamically miscible).
Jenis fluida tersebut antara lain: gas CO2, gas inert, gas yang diperkaya dan
gas kering pada tekanan tinggi.
e. CO2 Flooding
Injeksi gas CO2 atau sering juga disebut sebagai injeksi gas CO2 tercampur
yaitu dengan menginjeksikan sejumlah gas CO2 ke dalam reservoir dengan
melalui sumur injeksi sehingga dapat diperoleh minyak yang tertinggal.
Pelaksanaan screening untuk penginjeksian CO2 flooding sebaiknya tidak
dilakukan pada beberapa karakteristik reservoir seperti di bawah ini:
1. Jika viskositas minyak diatas 10 cp, maka injeksi CO2 tidak disarankan
untuk dilakukan.
2. Hitung tekanan yang diperlukan untuk melarutkan CO2 kedalam fluida
minyak (hasil dari percobaan di lab).
3. Tentukan tekanan maksimum yang dapat diterapkan pada reservoir
bersangkutan (Pmax = 0.6 x Kedalaman 300 psi).
4. Reservoir yang teridiri dari banyak fracture.
5. Pada batuan yang memiliki permebility terlalu besar.
6. Pada reservoir yang terlalu heterogen.
7. Reservoir yang memiliki ukuran gas cap terlalu besar.
8. Reservoir dengan strong bottom water drive.
Mekanisme Injeksi CO2
Mekanisme dasar injeksi CO2 adalah bercampurnya CO2 dengan minyak
dan membentuk fluida baru yang lebih mudah didesak dari pada minyak reservoir
awal. Ada empat jenis mekanisme pendesakan injeksi CO2.
Dalam pelaksanaan ini, gas CO2 yang diinjeksikan, dapat dilakukan dengan
beberapa cara sebagai berikut :
- Injeksi CO2 secara kontinyu selama proyek berlangsung.
- Injeksi slug CO2 diikuti air.

195
- Injeksi slug CO2 dan air secara bergantian.
- Injeksi CO2 dan air secara simultan.
Kelebihan dan Kerugian dari penginjeksian CO2 diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Kelebihan Proses CO2
Kelarutan dapat terjadi pada pressure yang relatif rendah.
Pada kondisi gas terlarut akan menghasilkan efisiensi displacement
yang maksimal.
Proses ini akan membantu menngkatkan perolehan untuk reservoir
dengan depletion drive.
Jika dibandingkan dengan injeksi gas lainnya, proses ini lebih unggul
karena dapat menurunkan residual minyak (Sor).
2. Kerugian Proses CO2
Proses ini mahal dalam transportasi
Untuk kondisi tertentu, proses ini bisa memberikan efisiensi pengurasan
yang rendah sebagai efek gravity segregation.
Meningkatnya korosi pada fasilitas permukaan dan sumur.
Perlu penanganan khusus untuk proses recycling CO2 yang
diproduksikan.
f. Nitrogen/Flue Gas Flooding
Gas alam telah lama diinjeksikan ke dalam reservoir dengan hasil yang
memuaskan di seluruh dunia. Pada kebanyakan reservoir injeksi gas alam dapat
mempertahankan tekanan. Akan tetapi keterbatasan survei dan biaya yang
semakin meningkat membuat perlunya membuat suatu gas alternatif. Gas yang
tidak reaktif (inert gas) seperti N2 murni atau campuran yang didominasi N2
dapat dijadikan alternatif pengganti gas alam.
Kelebihan dan Kekurangan Injeksi Gas Inert (N2)
1. Kelebihan dari gas inert adalah :
Keuntungan utama dari gas inert dibandingkan dengan gas alam bahwa
dari hasil pembakaran gas alam akan diperoleh gas hasil pembakaran
atau gas inert sebanyak 5 sampai 10 kali volume gas alam yang dibakar.

196
Jika tudung gas ada, injeksi gas ini akan mencegah terjadinya
perembesan minyak ke dalam zona tudung gas. Gas inert akan lebih
suka tinggal sebagai residu pada saat abandonment dari pada gas alam.
Injeksi gas akan menghasilkan perolehan lebih banyak jika
dibandingkan dengan pendesakan air, pada reservoir dengan
permeabilitas yang kecil.
Realisasi penyediaan gas alam kemungkinan tidak akan stabil karena
harga dan persediaan gas alam dimasa datang akan dikontrol oleh
pemerintah. Peraturan seperti ini mungkin membatasi atau melarang
injeksi dengan gas alam.
2. Kekurangan dari gas inert adalah :
Korosi mungkin merupakan kerugian yang sangat penting dalam
operasi yang memakai boiler dan atau gas sisa pembakaran untuk
pendesakan minyak secara tercampur.
Adanya breakthrough (tembus gas) dari gas nitrogen yang diinjeksikan
pada sumur-sumur produksi
g. Thermal Flood
Injeksi thermal adalah salah satu metode EOR dengan cara menginjeksikan
energi panas ke dalam reservoir untuk mengurangi viskositas minyak yang tinggi
yang akan menurunkan mobilitas minyak sehingga akan memperbaiki efisiensi
pendesakan dan efisiensi penyapuan. Thermal flood tipe Reservoirnya umumnya
mengandung minyak dengan API gravity 10 20, dengan viscositas pada
temperatur reservoir 200 1000 cp. Meskipun pada beberapa kasus
permeabilitasnya cukup besar, tetapi energi reservoirnya tidak cukup untuk
memproduksi minyak tersebut karena viscositasnya yang sangat tinggi. Injeksi
panas dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu injeksi fluida panas (injeksi air
panas dan injeksi steam) dan in-situ combustion (pembakaran di tempat).
1. Steam Flood
Injeksi uap adalah menginjeksikan uap ke dalam reservoir minyak
untuk mengurangi viskositas yang tinggi supaya pendesakan minyak lebih
efektif, sehingga akan meningkatkan perolehan minyak. Uap diinjeksikan

197
secara terus-menerus melalui sumur injeksi dan minyak yang didesak akan
diproduksikan melalui sumur produksi yang berdekatan. Pengaruh panas di
dalam zona air panas pada produksi minyak adalah menurunnya viskositas
minyak, ekspansi thermal minyak dan saturasi minyak sisa serta berubahnya
permeabilitas relatif pada temperatur tinggi.
Mekanisme Injeksi Uap
Mekanisme injeksi uap merupakan proses yang serupa dengan
pendesakan air. Suatu pola sumur yang baik dipilih dan uap diiinjeksikan
secara terus menerus melalui sumur injeksi dan minyak yang didesak dan
diproduksikan melalui sumur lain yang berdekatan. Uap yang diinjeksikan
akan membentuk suatu zona jenuh uap (steam saturated zone) disekitar
sumur injeksi.
Temperatur dari zona ini hampir sama dengan temperatur uap yang
diinjeksikan. Kemuadian uap bergerak menjauhi sumur, temperaturnya
berkurang secara kontinyu disebabkan oleh penurunan tekanan. Pada jarak
tertentu dari sumur (tergantung dari temperatur uap mula-mula dan laju
penurunan tekanan), uap akan mencair dan membentuk hot water bank.
Kelebihan dan Kerugian Injeksi Uap
1. Kelebihan dari Injeksi Uap adalah :
Uap mempunyai kandungan panas yang lebih besar dari pada air,
sehingga efisiensi pendesakan lebih efektif.
Recovery lebih besar dibandingkan dengan injeksi air panas untuk
jumlah input energi yang sama.
Didalam formasi akan berbentuk zone steam dan zone air panas,
dimana masing-masing zone ini akan mempunyai peranan terhadap
proses pendesakan minyak ke sumur produksi.
Efisiensi pendesakan sampai 60 % OOIP.
2. Kerugian dari Injeksi Uap adalah :
Terjadinya kehilangan panas di seluruh transmisi, sehingga perlu
pemasangan isolasi pada pipa.

198
Spasi sumur harus rapat, karena adanya panas yang hilang dalam
formasi.
Terjadinya problem korosi, scale maupun emulsi.
Karena adanya perbedaan gravitasi, formasi pada bagian atas akan
tersaturasi steam, sehingga efisiensi pendesakan pada formasi bagian
atas sangat baik. Oleh karena itu secara keseluruhan, efisiensi
pendesakan vertikalnya kurang baik.
Kecenderungan terjadinya angket oil sangat besar, tergantung pada
faktor heterogenitas batuan.
2. In-Situ Combustion
In-situ combustion adalah proses pembakaran sebagian minyak dalam
reservoir untuk mendapatkan panas , dimana pembakaran dalam reservoir
dapat berlangsung bila terdapat cukup oksigen (O2) yang diinjeksikan dari
permukaan. Untuk memulai pembakaran dipakai minyak pembakar yang
dinyalakan dengan listrik, kemudian pembakaran berlangsung terus dengan
minyak reservoir dan injeksi O2 terus dilakukan, sehingga pembakaran
bergerak menuju sumur produksi. Temperatur pembakaran dapat mencapai
600 1200 0F. Panas yang ditimbulkan memberi efek penurunan viskositas,
pengembangan dan destilasi minyak dengan efek gas drive dan solvent
extraction, semua ini akan menyebabkan minyak terdesak ke sumur
produksi. Penyalaan yang terjadi di satu tempat di reservoir akan merambat
ke arah dimana terdapat bahan bakar yang telah tercampur dengan udara
injeksi. Berdasarkan perambatan pembakaran ini In-Situ Combustion dibagi
dalam forward combustion dan reverse combustion. Pemakaian in-situ
combustion memakan biaya relatif besar dibandingkan dengan metode
lainnya
Mekanisme InSitu Combustion
Suatu pembakaran diawali dengan penyalaan dan panas yang
dihasilkan akan merambat secara konduksi. Dengan tersedianya oksigen
yang cukup, crude oil sekitarnya akan ikut terbakar setelah temperatur
nyalanya tercapai. Bahan bakar untuk tahap lanjut bukan lagi crude oil

199
(hidrokarbon ringan sampai berat). Dengan naiknya temperatur, minyak
akan lebih mudah bergerak sehingga sebagian minyak terdesak akan
menjauhi zone pembakaran. Kelebihan dan Kekurangan InSitu
Combustion :
1. Kelebihan In-Situ Combustion :
Kecuali untuk minyak yang memberikan coke dalam jumlah
kurang dari 1 lb/cuft dan ketebalan reservoir 10 ft atau kurang,
pemanasan reservoir dengan menggunakan injeksi uap lebih murah
dibandingkan forward combustion.
Untuk ketebalan, tekanan dan laju injeksi panas yang tertentu,
salah satu proses mungkin dapat lebih murah tergantung pada
konsumsi bahan bakar dan kedalaman reserevoir. Namun jika
harga bahan bakar meningkat, biaya pemanasan dengan
menggunakan injeksi uap menjadi lebih besar.
Endapan coke yang semakin meningkat dapat membuat injeksi uap
lebih menguntungkan.
Kehilangan panas di lubang sumur yang bertambah karena
bertambahnya kedalaman akan membuat forward combustion lebih
menguntungkan.
Jika jarak yang harus dipanasi dalam reservoir bertambah,
pemanasan dengan menggunakan combustion lebih
menguntungkan.
Jika ketebalan pasir berkurang dan tekanan bertambah, combustion
lebih menguntungkan dibandingkan injeksi uap.
Jika laju injeksi berkurang, biaya injeksi uap menjadi relatif lebih
menguntungkan dibandingkan dengan udara.
2. Kekurangan In-Situ Combustion :
In-situ combustion memiliki kecenderungan hanya menyapu
minyak bagian atas daerah minyak sehingga penyapuan vertikal
pada formasi yang sangat tebal biasanya buruk.

200
Kebanyakan panas yang dihasilkan dari in-situ combustion tidak
digunakan dalam pemanasan minyak, sebaliknya digunakan untuk
memanaskan lapisan oil-bearing, interbedded shale dan tudung
serta dasar batuan.
Minyak yang kental dan berat cocok untuk in-situ combustion
sebab memberikan bahan bakar yang diperlukan.
Instalasi in-situ combustion memerlukan biaya investasi yang besar.
Akan tetapi instalasi permukaan mengkonsumsi bahan bakar lebih
sedikit dibandingkan peralatan air panas atau generator uap.
h. Hot Water Injection
Injeksi air panas merupakan salah satu metode thermal recovery yang
digunakan untuk reservoir yang mempunyai viscositas tinggi. Metode ini juga
banyak digunakan untuk reservoir-reservoir dangkal yang mempunyai range
viscositas antara 100 1000 cp. Injeksi air panas akan mempengaruhi mobility
ratio water drive dalam reservoir dan karena itu akan menambah efisiensi
recovery.
Mekanisme Injeksi Air Panas
Pertama kali minyak akan di desak oleh air dingin sebelum front
panas sampai. Air panas akan mendingin lebih cepat dalam jari-jari
yang kecil (small fingers) sehingga panas berjalan lambat dalam
reservoir.
Ulah dini dari hot water drive lebih buruk daripada cold
water drive sebab hot water kurang viscous dibandingkan dengan
cold water tetapi hakekatnya masih mendorong minyak dingin.
Berangsur-angsur kemudian kehilangan panas dari hot water
channels akan menambah temperatur reservoir dengan cara
konduksi. Hal ini akan mengurangi viscositas minyak dan
meningkatkan efek water drive.
Kelebihan dan Kekurangan Injeksi Air Panas

201
1. Kelebihan injeksi air panas :
Proses pendesakan panas sangat simpel dan dapat berfungsi sebagai
water flood.
Design dan operasinya sebagian besar dapat menggunakan fasilitas
water flood.
Efisiensi pendesakan lebih baik dari water flood conventional.
2. Kekurangan injeksi air panas :
Air mempunyai kapasitas panas yang rendah dibanding steam.
Perlu adanya treatment khusus untuk mengontrol korosi, problem
scale, swelling maupun problem emulsi.
Pada sand yang tipis, sejumlah panas akan hilang pada overburden
dan underburden, hal ini akan menjadi kritis apabila formasi
underburden dan overburden berupa shale.
Kehilangan panas cukup besar pada rate injeksi rendah dan formasi
sand yang tipis.
i. Chemical Flood
Injeksi kimia pada prinsipnya adalah menambahkan zat kimia kedalam
reservoir dengan jalan injeksi dan bertujuan untuk mengubah sifat-sifat
fisik/kimia fluida reservoir dengan fluida pendesak. Sasaran utamanya adalah
untuk mengurangi tekanan kapiler atau menaikkan viscositas fluida pendesak agar
dapat memperbaiki efisiensi pendesakan (Ed) dan effisiensi penyapuan (Es).
Kondisi reservoir yang perlu diperhatikan pada proses kimia ini adalah
temperatur, jenis reservoir dan mekanisme pendorong reservoir. Jenis reservoir
disini menyangkut ada tidaknya tudung gas, sebab adanya tudung gas dapat
menyebabkan masuknya sebagian minyak yang terdesak kedaerah yang
mempunyai saturasi gas 100 % sehingga minyak terperangkap.
Pada prinsipnya metoda pendesakan fluida kimia dibedakan atas dua tujuan,
tergantung fluida yang digunakan yaitu :
1. Memperbaiki mobilitas ratio antara fluida pendesak dengan fluida reservoir
(minyak), sehingga effisiensi penyapuan (Es) menjadi besar.

202
2. Memperkecil dan mengurangi gaya-gaya antar permukaan dari sistem
batuan-fluida reservoir, sehingga effisiensi pendesakan (Ed) meningkat.
Umumnya pendesakan kimia tidak dilakukan secara terpisah tetapi
merupakan suatu kombinasi pendesakan tertentu untuk mendapatkan kondisi
yang optimum. Jenis-jenis injeksi kimiawi yang akan dibicarakan dalam sub
bab ini adalah injeksi surfactant, injeksi polimer dan injeksi alkaline.
j. Surfactant Flooding
Injeksi surfactant digunakan untuk menurunkan tegangan antarmuka
minyak-fluida injeksi supaya perolehan minyak meningkat.
Injeksi surfactant ini ditujukan untuk memproduksikan residual oil yang
ditinggalkan oleh water drive, dimana minyak yang terjebak oleh tekanan kapiler,
sehingga tidak dapat bergerak dapat dikeluarkan dengan menginjeksikan larutan
surfactan. Percampuran surfactant dengan minyak membentuk emulsi yang akan
mengurangi tekanan kapiler.
Setelah minyak dapat bergerak, maka diharapkan tidak ada lagi minyak yang
tertinggal. Pada surfactant flooding kita tidak perlu menginjeksikan surfactant
seterusnya, melainkan diikuti dengan fluida pendesak lainnya, yaitu air yang
dicampur dengan polimer untuk meningkatkan efisiensi penyapuan dan akhirnya
diinjeksikan air.
Pada dasarnya ada dua konsep yang telah dikembangkan dalam penggunaan
surfactant untuk meningkatkan perolehan minyak. Konsep pertama adalah larutan
yang mengandung surfactant dengan konsentrasi rendah diinjeksikan. Surfactant
dilarutkan di dalam air atau minyak dan berada dalam jumlah yang setimbang
dengan gumpalan-gumpalan surfactant yang dikenal sebagai micelle. Sejumlah
besar fluida (sekitar 15 60% atau lebih) diinjeksikan ke dalam reservoir untuk
mengurangi tegangan antarmuka antara minyak dan air, sehingga dapat
meningkatkan perolehan minyak.
Pada konsep kedua, larutan surfactant dengan konsentrasi yang lebih tinggi
diinjeksikan ke dalam reservoir dalam jumlah yang relatif kecil (3 20% PV).
Dalam hal ini, micelles yang terbentuk bisa berupa dispersi stabil air di dalam
hidrokarbon atau hidrokarbon di dalam air.

203
Mekanisme Injeksi Surfactant
Larutan surfactant yang merupakan microemulsion yang diinjeksikan ke
dalam reservoir, mula-mula bersinggungan dengan permukaan gelembung-
gelembung minyak melalui film air yang tipis, yang merupakan pembatas antara
batuan reservoir dan gelembung-gelembung minyak. Surfactant memulai
perannya sebagai zat aktif permukaan untuk menurunkan tegangan permukaan
minyak-air.
Kelebihan dan Kekurangan dari penginjeksian Surfactant
1. Kelebihan Proses Injeksi Surfactant
Proses ini memberikan efisiensi displacement dan sweep yang cukup
besar.
Memiliki kemiripan dengan waterflooding.
Efek gravity segregation umumnya diabaikan atau kecil sekali
pengaruhnya.
Hampir dapat diterapkan pada semua kondisi reservoir.
2. Kekurangan Proses Injeksi Surfactant
Harga bahan dasar kimia yang relatif mahal.
Tidak mudah untuk melakukan prediksi oleh karena ketidakaturan
fasa yang tercampur dan ter-dispers, dan desain slug yang relatif
rumit.
k. Polymer Flooding
Injeksi polimer pada dasarnya merupakan injeksi air yang disempurnakan.
Penambahan polimer ke dalam air injeksi dimaksudkan untuk memperbaiki sifat
fluida pendesak, dengan harapan perolehan minyaknya akan lebih besar. Injeksi
polimer dapat meningkatkan perolehan minyak yang cukup tinggi dibandingkan
dengan injeksi air konvensional. Akan tetapi mekanisme pendesakannya sangat
kompleks dan tidak dipahami seluruhnya.
Jika minyak reservoir lebih sukar bergerak dibandingkan dengan air
pendesak, maka air cenderung menerobos minyak, hal ini akan menyebabkan air
cepat terproduksi, sehingga effisiensi pendesakan dan recovery minyak rendah.
Pada kondisi reservoir seperti diatas, injeksi polimer dapat digunakan. Polimer

204
yang terlarut dalam air injeksi akan mengentalkan air, mengurangi mobilitas air
dan mencegah air menerobos minyak.
Mekanisme Injeksi Polymer
Dengan adanya penambahan sejumlah polimer ke dalam air, akan
meningkatkan viskositas air sebagai fluida pendesak, sehingga mobilitas air
sendiri menjadi lebih kecil dari semula dengan demikian mekanisme pendesakan
menjadi lebih efektif.
Polimer ini berfungsi untuk meningkatkan efisiensi penyapuan dan invasi,
sehingga Sor yang terakumulasi dalam media pori yang lebih kecil akan dapat
lebih tersapu dan terdesak.
Dari jumlah projek yang dilakukan, polymer flooding adalah yang terbanyak dan
paling umum dilakukan. Alasan metoda ini banyak diaplikasikan dikarenakan:
1. Identik dengan waterflooding
3. Teknik aplikasinya relatif sederhana
4. Biaya yang diperlukan relatif kecil
5. Recovery yang dapat diperoleh relatif besar.
Kelebihan dan Kekurangan dari penginjeksian polymer
1. Kelebihan Proses Injeksi polymer
Efisiensi areal and vertikal sangat baik.
Materialnya bersifat nontoxit dan tidak korosif.
Proses yang dilakukan sangat mirip dengan waterflooding.
Proses ini dapat menurunkan jumlah air terproduksi (meminimalkan
water handling).
2. Kekurangan Proses Injeksi Polymer
Sifat polymer yang sangat mudah berubah oleh pengaruh zat kimia
lain ataupun bakteri.
Diperlukan penanganan secara khusus untuk material polyacrylamides.
Jika menggunakan material polysaccharides diperlukan material
tambahan seperti filtration dan bactericides.

205
206

Вам также может понравиться