Вы находитесь на странице: 1из 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di era globalisasi dengan perkembangan teknologi diberbagai bidang
termasuk informasi, manusia modern semakin menemukan sebuah ketidak
berjarakan yang membuat belahan dunia yang satu dengan dunia yang lain
seakan tampak menyatu sehingga terbentuklah apa yang dinamakan global
village. Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah
diperoleh, negara berkembang dapat segera meniru kebiasaan negara barat
yang dianggap cermin pola hidup modern. Sejumlah prilaku seperti
mengkonsumsi makanan-makanan siap saji yang mengandung kadar lemak
jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan,
kurang berolahraga dan stress, telah menjadi gaya hidup manusia terutama di
perkotaan. Padahal kesemua perilaku tersebut dapat merupakan faktor-faktor
penyebab penyakit berbahaya seperti jantung dan stroke (Kemenkes RI,
2016).

Pembangunan berwawasan kesehatan sebagai strategi pembangunan nasional


yang tercantum dalam Visi Departemen Kesehatan yaitu Indonesia Sehat
2025 salah satu misinya yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan,
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya
yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara
adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di
seluruh wilayah Republik lndonesian (Kemenkes RI, 2016).

Acute Myocardial Infarction merupakan bentuk yang paling berbahaya


diantara penyakit jantung koroner (PJK) dengan angka kematian yang paling
tinggi. Diperkirakan 700.000 penduduk Amerika akan mengalami kejadian

1
2

koroner pertama pada tahun 2006 dan 500.000 diantaranya akan rekuren
(American Heart Association, 2016).

Acute Coronary Syndrome (ACS/Sindroma koroner akut) mengacu pada


persentasi klinis infark miokard akut ST-elevasi (IMA STE), infark miokard
akut non ST-elevasi (IMA non STE), dan angina pectoris tidak stabil APTS.
Hal ini hampir selalu dikaitkan dengan pecahnya plak aterosklerotik dan
trombosis parsial atau komplit dari arteri yang terkait. Tingginya angka
kematian di Indonesia akibat penyakit jantung koroner (PJK) mencapai 26%
(Smeltzer, SC & Bare, BG, 2013).

Penelitian Direktorat Jendral Pelayanan Medik Indonesia pada tahun 2013


jumlah pasien penyakit jantung yang menjalani rawat inap dan rawat jalan di
rumah sakit Indonesia adalah 239.548 jiwa. Kasus terbanyak adalah panyakit
jantung iskemik, yaitu sekitar 110,183 kasus. Case Fatality Rate (CFR)
tertinggi terjadi pada AMI (13,49%) dan kemudian diikuti oleh gagal jantung
(13,42%) dan penyakit jantung lainnya (13,37%) (Kemenkes RI, 2016).

Angka kematian pada penyakit kardiovaskular di Indonesia meningkat setiap


tahunnya, tahun 2014 mendekati 30% dibandingkan tahun 1975 yang hanya
5%. DataSurvei Kesehatan Rumah Tangga Indonesia saat ini menunjukkan
penyakit serebrokardiovaskuler adalah penyebab kematian tertinggi di
Indonesia. Sebuah penelitian kohort selama 13 tahun di 3 wilayah di propinsi
Jakarta ibukota Indonesia menunjukkan penyakit arteri koroner merupakan
penyebab kematian tertinggi di Jakarta (Dharma et al., 2015).

Berdasarkan data dari Pusat Jantung Nasional Harapan Kita dalam satu hari
pasien penyakit jantung koroner yang dilarikan ke rumah sakit mencapai 3-5
orang. Namun jumlah prevalensi penderita di Indonesia tiap tahunnya belum
didapatkan data yang jelas, diperkirakan sekitar 10 ribu warga, yang berarti 30
orang per hari datang ke Unit Gawat Darurat dan kejadian terbanyak adalah
penderita jantung koroner atau ACS (Kemenkes RI, 2016).
3

Acute Coronary Syndrome (ACS) merupakan kegawatan jantung yang terjadi


karena adanya ruptur atau erosi dari plak aterosklerosis yang memiliki
gambaran berupa angina pektoris tidak stabil (unstable angina pectoris/UAP),
infark miokardium akut (IMA) baik dengan peningkatan segmen ST (ST
segmen elevation myocardial infarction/STEMI) maupun tanpa peningkatan
segmen ST (non ST segmen elevation myocardial infarction/NSTEMI). Kadar
kolesterol darah merupakan faktor risiko utama proses aterosklerosis yang
mendasari terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) termasuk sindrom
koroner akut. Aterosklerosis adalah kelainan yang ditandai dengan peradangan
pembuluh darah dan peradangan ini merupakan pusat dari semua tahap
aterosklerosis. Sindrom koroner akut secara signifikan mempengaruhi
konsentrasi, komposisi lipid dan lipoprotein dalam plasma yaitu peningkatan
kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida, sementara kolesterol HDL
menurun (Smeltzer, SC & Bare, BG, 2013).

Penyakit jantung koroner hampir selalu disebabkan oleh ateroklerosis koroner


dengan atau tanpa trombosis luminal dan vasospasme. Aterosklerosis tanpa
disertai trombosis luminal saja akan menimbulkan angina stabil dan jarang
bersifat fatal. Sebaliknya, trombosis luminal memainkan peranan yang penting
dalam patogenesis sindrom koroner akut seperti STEMI, NSTEMI dan
UAP/angina pectoris tidak stabil, terutama jika nyeri terjadi saat istirahat.
Penyebab sindroma koroner akut yang bersifat jarang dan diakibatkan oleh
proses non-atherosclerotic seperti arteritis koroner, trauma, diseksi,
tromboemboli, anomali kongenital, penyalahgunaan kokain, dan komplikasi
kateterisasi jantung (Bianca, 2014).

Sebagian besar Acute Coronary Syndrome (ACS) adalah manifestasi akut dari
plak ateroma pembuluh darah koroner yang koyak atau pecah. Hal ini
berkaitan dengan perubahan komposisi plak dan penipisan tudung fibrus yang
menutupi plak tersebut. Kejadian ini akan diikuti oleh proses agregasi
trombosit dan aktivasi jalur koagulasi. Terbentuklah trombus yang kaya
trombosit (white trombus). Trombus ini akan menyumbat liang pembuluh
darah koroner, baik secara total maupun parsial. Selain itu, terjadi pelepasan
4

zat vasoaktif yang menyebabkan vasokonstriksi sehingga memperberat


gangguan aliran darah koroner. Berkurangnya aliran darah koroner
menyebabkan iskemia miokardium. Pasokan oksigen yang berhenti selama
kurang-lebih 20 menit menyebabkan miokardium mengalami nekrosis (infark
miokard). Disisi lain, sebagian pasien SKA tidak mengalami koyak plak
seperti yang diterangkan di atas. Mereka mengalami SKA karena obstruksi
dinamis akibat spasme lokal dari arteri koronaria epikardial (Angina
Prinzmetal). Penyempitan arteri koronaria, tanpa spasme maupun trombus,
dapat diakibatkan oleh progresi plak atau restenosis setelah Intervensi
Koroner Perkutan (IKP). Beberapa faktor ekstrinsik, seperti demam, anemia,
tirotoksikosis, hipertensi, takikardia, dapat menjadi pencetus terjadinya SKA
pada penderita yang telah mempunyai plak aterosklerosis (Bianca, 2014).

RSUD Ulin Banjarmasin merupakan rumah sakit umum pusat ujukan dari
berbagai daerah di Kalimantan Selatan hingga luar Kalimantan Selatan. RSUD
Ulin Banjarmasin menerima semua jenis asuransi kesehatan seperti BPJS
umum dan ketenagakerjaan dan berbagai asuransi kesehatan lainnya yang
berlaku di Indonesia. Tingginya jumlah angka penderita gagal jantung yang
dirawat di RSUD. Ulin Banjarmasin dan selalu mengalami peningkatan setiap
tahunnya (Profil RSUD Ulin Banjarmasin, 2017).

Hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan di Poliklinik Jantung, dari 10


orang terdapat 6 orang penderita datang dengan keluhan klinis (seperti: nyeri
dada), pada pemeriksaan rekam jantung atau Ekg terdapat gambaran T
Invertid (T ke arah bawah), ST depresi tapi enzim jantung normal, 3 orang
penderita mengeluhkan nyeri dada, pada saat perekaman jantung terdapat
gambaran ST elevasi dan pada saat dicekkan enzim jantung terjadi
peningkatan. Adapun enzim jantung yang diperiksakan untuk penegakan
diagnosa adalah: Kreatinin fosfokinase (Creatine phosphokinase-CK),
isoenzim CK- MB, Troponin T, SGOT, Lactic dehydrogenase (LDH) dan 1
orang penderita memiliki keluhan nyeri dada, terjadi juga peningkatan enzim
jantung, tapi pada pemeriksaan rekam jantung diperoleh data adanya ST
depresi dan T invertid.
5

Secara umum, kasus Acute Coronary Syndrome (ACS) di RSUD Ulin


Banjarmasin yang sering terjadi berdasarkan diagnose dokter spesialis jantung
yang terdiri dari tiga karkateristik yaitu klasifikasi acute coronary syndrome
tipe infark miokard dengan elevasi sgmen ST (STEMI: ST segment elevation
myocardial infarction), klasifikasi acute coronary syndrome tipe infark
miokard dengan non elevasi sgmen ST (NSTEMI: non ST segment elevation
myocardial infarction) dan coronary syndrome tipe angina pektoris tidak
stabil (UAP: unstable angina pectoris).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Ruang Poli Jantung RSUD. Ulin
Banjarmasin diperoleh data berdasarkan hasil rekam medik mengungkapkan
bahwa angka kejadian acute coronary syndrome (ACS) merupakan penyakit
jantung dengan jumlah penderita terbesar kedua setelah Heart Failure (HF)
dan Hipertensi. Pada tahun 2015, kejadian gagal jantung sebanyak 8412 kasus
dan sebanyak 1400 (28%) mengalami acute coronary syndrome (ACS), pada
tahun 2016, kejadian gagal jantung sebanyak 8900 kasus yang terdiri dari
sebanyak 45% HF, sebanyak 17% mengalami acute coronary syndrome
(ACS), sebanyak 17% mengalami hipertensi, sebanyak 8% angina. Angka
kejadian acute coronary syndrome (ACS) Januari sampai Maret 2017
sebanyak 378 orang (Rekam Medik RSUD Ulin Banjarmasin, 2017).

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti


Gambaran Klasifikasi Penderita Acute coronary Syndrome di RSUD Ulin
Banjarmasin tahun 2017

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, perumusan permasalahan penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah gambaran klasifikasi
penderita acute coronary syndrome di RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2017?
6

1.3 Tujuan Peneliti


1.3.1 Tujuan Umum:
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran klasifikasi
penderita acute coronary syndrome di RSUD Ulin Banjarmasin tahun
2017.

1.3.2 Tujuan Khusus:


1.3.2.1 Mengidentifikasi klasifikasi acute coronary syndrome tipe infark
miokard dengan elevasi sgmen ST (STEMI: ST segment
elevation myocardial infarction) di RSUD Ulin Banjarmasin
tahun 2017.
1.3.2.2 Mengidentifikasi klasifikasi acute coronary syndrome tipe infark
miokard dengan non elevasi sgmen ST (NSTEMI: non ST
segment elevation myocardial infarction) di RSUD Ulin
Banjarmasin tahun 2017.
1.3.2.3 Mengidentifikasi klasifikasi acute coronary syndrome tipe
angina pektoris di RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2017.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Teoritis
1. Penelitian ini memberikan gambaran pada RSUD Ulin Banjarmasin
tentang klasifikasi dari acute coronary syndrome meliputi STEMI,
NSTEMI dan UAP.
1.4.2 Aplikatif
1. Bagi Penderita,
memberikan gambaran tentang pentingnya kontrol secara rutin
2. Bagi Keluarga
Memberikan motivasi pada keluarga agar mendukung kontrol rutin
dalam periodik pada pasein Acute coronary syndrome.
3. Bagi Perawat
Perawat diharapkan dapat memberikan motivasi kepada penderita
Acute coronary syndrome untuk selalu kontrol teratur.
7

1.5 Penelitian Terkait


Dari hasil telaah keperpustakaan yang peneliti lakukan, peneliti tidak
menemukan satupun penelitian yang sama persis dengan penelitian ini, namun
ada sedikit persamaan diantaranya yaitu:
1.5.1. Bianca 2014, meneliti mengenai Prevalensi sindrom koroner akut di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari 2014-31
Desember 2014. Penelitian ini merupakan studi deskriptif retrospektif
dengan menggunakan data Bagian Rekam Medik dan Cardivascular
and Brain Center (CVBC) RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Hasil penelitian memperlihatkan 126 kasus SKA, kasus UAP sebanyak
72 kasus (57,1%), NSTEMI 35 kasus (37,8%), dan STEMI 19 kasus
(15,1%). Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah sama-sama menggunakan metode penelitian
deskriptif dan sama-sama meneliti Acute Coronary Syndrome (ACS),
sedangkan perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah peneltiian sebelumnya bertujuan mengetahui prevalensi
kejadian dari Acute Coronary Syndrome (ACS) sedangkan penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui klasifikasi dari Acute Coronary
Syndrome (ACS). Waktu dan tempat penelitian juga berbeda antara
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.

1.5.2. Oktarina (2013) mengenai Hubungan Kadar Glukosa Darah Saat Masuk
Rumah Sakit Dengan Lama Hari Rawat Pasien Sindrom Koroner Akut
(SKA) Di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain
penelitian Cross Sectional Study. Hasil analisa ditemukan adanya
hubungan searah antara kadar glukosa darah saat masuk rumah sakit
dengan lama hari rawat pasien SKA dengan kekuatan hubungan yang
sedang, r = +0,492, p = 0, 000 (p<0,05). Persamaan dalam penelitian
ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti Acute
Coronary Syndrome (ACS), sedangkan perbedaan dari penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian sebelumnya
8

menggunakan metode survei analitik sedangkan penelitian ini


menggunakan metode deskriptif. Peneltiian sebelumnya bertujuan
mengetahui hubungan kadar glukosa darah sewaktu dengan lama hari
rawat pasien Acute Coronary Syndrome (ACS) sedangkan penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui klasifikasi dari Acute Coronary
Syndrome (ACS). Waktu dan tempat penelitian juga berbeda antara
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.

Вам также может понравиться

  • Cover
    Cover
    Документ14 страниц
    Cover
    Indah Pratiwi Dixthara
    Оценок пока нет
  • Anemia
    Anemia
    Документ3 страницы
    Anemia
    Indah Pratiwi Dixthara
    Оценок пока нет
  • Teori Hipertensi
    Teori Hipertensi
    Документ4 страницы
    Teori Hipertensi
    Indah Pratiwi Dixthara
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Menoragia
    Laporan Pendahuluan Menoragia
    Документ19 страниц
    Laporan Pendahuluan Menoragia
    Indah Pratiwi Dixthara
    0% (1)
  • ANALISA JURNAL Pulang
    ANALISA JURNAL Pulang
    Документ20 страниц
    ANALISA JURNAL Pulang
    Indah Pratiwi Dixthara
    Оценок пока нет
  • Dops Leopold
    Dops Leopold
    Документ5 страниц
    Dops Leopold
    Indah Pratiwi Dixthara
    Оценок пока нет
  • Ringkasan Kegiatan Bimbingan Stase Maternitas
    Ringkasan Kegiatan Bimbingan Stase Maternitas
    Документ6 страниц
    Ringkasan Kegiatan Bimbingan Stase Maternitas
    Indah Pratiwi Dixthara
    Оценок пока нет
  • Dops Perawatan Luka
    Dops Perawatan Luka
    Документ6 страниц
    Dops Perawatan Luka
    Indah Pratiwi Dixthara
    Оценок пока нет
  • Dops DJJ
    Dops DJJ
    Документ3 страницы
    Dops DJJ
    Indah Pratiwi Dixthara
    Оценок пока нет
  • LP VP-SHUNT
    LP VP-SHUNT
    Документ15 страниц
    LP VP-SHUNT
    Indah Pratiwi Dixthara
    Оценок пока нет
  • Dops Pemasangan Infus
    Dops Pemasangan Infus
    Документ5 страниц
    Dops Pemasangan Infus
    Indah Pratiwi Dixthara
    Оценок пока нет
  • Dops Perawatan Luka
    Dops Perawatan Luka
    Документ6 страниц
    Dops Perawatan Luka
    Indah Pratiwi Dixthara
    Оценок пока нет