Вы находитесь на странице: 1из 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Flu babi (swine flu) merupakan penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh
virus orthomyxoviridae (influenza) yang terjadi pada populasi babi.Penyakit ini sebenarnya
menyerang babi, namun kini telah mengalami perubahan drastic dan mampu menginfeksi
manusia.
Penyakit virus influensa babi pertama dikenal sejak tahun 1918, pada saat itu didunia
sedang terdapat wabah penyakit influensa secara pandemik pada manusia yang menelan
korban sekitar 21 juta orang meninggal dunia (Hampson, 1996). Kasus tersebut terjadi pada
akhir musim panas. Pada tahun yang sama dilaporkan terjadi wabah penyakit epizootik
pada babi di Amerika tengah bagian utara yang mempunyai kesamaan gejala klinis dan
patologi dengan influensa pada manusia. Karena kejadian penyakit ini muncul bersamaan
dengan kejadian penyakit epidemik pada manusia, maka penyakit ini disebut flu pada babi.
Para ahli kesehatan hewan berpendapat bahwa penyakit babi ini ditularkan dari manusia.
Selain di negara Amerika Serikat, wabah influensa babi dilaporkan terjadi di berbagai
negara Canada, Amerika Selatan, Asia dan Afrika pada permulaan tahun 1968 (Fenner et al,
1987).
Flu babi merupakan salah satu penyakit yang dapat mewabah yang dapat
membahayakan.Berdasarkan laporan WHO flu babi menjadi wabah atau fenomena.WHO
secara resmi menyatakan wabah ini sebagai pandemi pada 11 Juni 2009, namun
menekankan bahwa pernyataan ini adalah karena penyebaran global virus ini, bukan
karena tingkat bahayanya. WHO menyatakan pandemi ini berdampak tidak terlalu parah di
negara-negara yang relatif maju, namun dianjurkan untuk mengantisipasi masalah yang
lebih berat saat virus menyebar ke daerah dengan sumber daya terbatas, perawatan
kesehatan yang buruk, dan bermasalah medis. Laju kematian kasus (case fatality rate atau
CFR) galur pandemik ini diperkirakan 0,4 % (selang 0,3%-1,5%).
Wabah flu babi 2009 adalah pandemigalurvirusinfluenza baru yang diidentifikasi pada
bulan April 2009, yang biasa disebut sebagai flu babi. Galur virus ini diperkirakan sebagai
mutasi empat galur virus influenza A subtipe H1N1: dua endemik pada manusia, satu
endemik pada burung, dan dua endemik pada babi. Sumber wabah ini pada manusia
belum diketahui, namun kasus-kasus pertama ditemukan di Amerika Serikat dan kemudian
di Meksiko, yang mengalami peningkatan jumlah kasus, banyak di antaranya fatal.
Peneliti medis di seluruh dunia, mengakui bahwa babi virus flu mungkin lagi mengubah
menjadi sesuatu sebagai maut sebagai flu Spanyol, yang hati-hati menonton terbaru 2009
wabah flu babi dan membuat rencana untuk kemungkinan kemungkinan pandemi global.

1
Beberapa negara telah mengambil langkah-langkah pencegahan untuk mengurangi
kemungkinan untuk pandemi global dari penyakit.
B. Tujuan
Adapun tujuan dilakukan penulisan makalah ini adalah :
1. Memahami dan tentang definisi flu babi
2. Memahami tentang etiologi flu babi
3. Memahami dan mengetahui cara penularan flu babi
4. Mengetahui klasifikasi flu babi
5. Memahami patofisiologi dan WOC flu babi
6. Mengetahui manifestasi klinis flu babi
7. Mengetahui pemeriksaan diagnostik flu babi
8. Memahami dan mengetahui penatalaksanaan flu babi
9. Mengetahui pencegahan flu babi
10. Mengetahui komplikasi flu babi
11. Menjelaskan asuhan keperawatan flu babi
a. Pengkajian flu babi
b. Mengudentifikasi diagnose keperawatan flu babi
c. Melakukan perencanaan kasus flu babi
d. Melakukan implementasi flu babi
e. Melakukan evaluasi kasus flu babi

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Menurut Cahyono (2009), flu babi merupakan suatu penyakit influenza yang ditandai
dengan keluhan : demam, menggigil, nyeri telan, nyeri otot, nyeri kepala, batuk, pilek,
badan lemas. Penyakit flu babi ini disebabkan oleh virus influenza yang dikenal sebagai
swine influenza virus (SIV), yang biasanya menyerang binatang babi.
Menurut Fenner et al (1987) flu babi adalah penyakit pernapasan akut pada babi yang
disebabkan oleh virus influenza tipe A.
Varian baru ini dikenal dengan nama vrus H1N1 yang merupakan singkatan dari dua
antigenutama virus yaitu hemagglutinin tipe 1 dan neuraminidase tipe 1
2. Etiologi
Flu babi merupakan penyakit yang disebabkan virus influenza Famili Orthomyxoviridae
tipe A subtipe H1N1 yang dapat ditularkan oleh binatang, terutama babi, dan ada
kemungkinan menular antarmanusia.
Virus ini erat kaitannya dengan penyebab swine influenza, equine influenza dan avian
influenza (fowl plaque). Ukuran virus tersebut berdiameter 80- 120 nm. Selain influenza
A, terdapat influenza B dan C yang juga sudah dapat diisolasi dari babi. Sedangkan 2
tipevirus influenza pada manusia adalah tipe A dan B. Kedua tipe ini diketahui sangat
progresif dalam perubahan antigenik yang sangat dramatik sekali (antigenik shift)
(Devi, 2012)

Faktor risiko

Karena H1N1 ini adalah virus baru, semua orang memiliki risiko. Pekerja layanan
kesehatan yang terlibat langsung menangani pasien memiliki risiko khusus terkena flu
H1N1. Mahasiswa dan pelajar di sekolah atau tempat penitipan anak juga memiliki
risiko tinggi. Anak-anak mudah terkena virus ketika di sekolah atau saat berkumpul
bersama teman-temannya.

3. Cara Penularan
Penularan dari flu babi dapat terjadi melalui dua jalur. Jalur pertama melalui
kontak dengan babi terinfeksi atau lingkungan terkontaminasi dengan virus flu babi.
Jalur kedua melalui kontak dengan seseorang yang terinfeksi dengan virus flu babi.
Penularan manusia ke manusia dari flu babi juga telah dilaporkan dan diperkirakan
terjadi pada jalur yang sama seperti halnya flu musiman. Influenza diperkirakan
menular dari manusia ke manusia melalui batuk atau bersin oleh orang yang terinfeksi.

3
Masa inkubasinya tiga sampai lima hari. Flu babi dapat menyebar dengan cepat
sekali.Virusnya dapat ditularkan dari babi ke manusia tetapi juga sebaliknya. Maka dari
itu, sebagian besar reservoirnya adalah manusia dan babi
Orang yang menderita flu babi menurut para ahli akan tetap menularkan
penyakitnya sampai hari ketujuh. Jika sampai hari ketujuh ternyata penyakitnya belum
membaik maka dianggap orang tersebut masih dapat menularkan penyakitnya sampai
gejala flu benar hilang. Anak-anak khususnya balita memiliki potensi waktu penularan
yang lebih panjang. Jika pasien dirawat dirumah maka dianjurkan untuk tidak keluar
rumah dahulu sampai penyakit yang diderita benar-benar sembuh kecuali
bersangkutan segera kedokter atau rumah sakit.
(Ishatmini, 2012)
4. Klasifikasi
Klasifikasi flu babi menurut Sudoyo (2006) berdasarkan derajat keparahannya flu babi
dibedakan menjadi yaitu:
a. Ringan
1) ILI (influenza like illness)
2) Tidak Sesak
3) Tidak nyeri dada
4) Tidak ada pneumonia
5) Tidak termasuk kelompok risiko tinggi (Asma, DM, PPOK, Obesitas, kurang gizi,
Penyakit kronis lainnya)
6) Usia muda
b. Sedang
1) ILI (influenza like illness) dengan komorbid
2) Sesak napas
3) Pneumonia
4) Usia tua
5) Hamil
6) Keluhan mengganggu: diare, muntah-muntah
c. Berat
1) Pneumonia luas
2) Gagal napas
3) Sepsis
4) Syok
5) Kesadaran menurun
6) ARDS
7) Gagal multiorgan
5. Patofisiologi dan WOC
Masa inkubasi flu babi pendek, antara 1 3 hari atau tiga sampai 5 hari. Perjalanan
alamiah penyakit flu babi terjadi dengan beberapa fase yaitu fase suseptibel, fase
presimtomatis, fase klinis dan fase ketidakmampuan.
a. Fase suseptibel
Pada fase ini penyakit belum terjadi (keadaan patologis belum terjadu), tetapi
sudah muncul beberapa faktor resiko yang memudahkan timbulnya penyakit. Para
orang-orang seperti peternak, pedagang yang melakukan kontak langsung dengan
babi yang berisiko terjangkitnya flu babi,seperti tidak menggunakan masker saat

4
bersama hewan tersebut, tidak mencuci tangan sebelummakan setelah
bersentuhan dengan hewan yang terjangkit, atau mengkonsumsidaging babi yang
tidak matang sempurna tetapi tidak semua babi dapat menularkan virus tersebut.
Virus ini mudah sekali menyerang manusia apalagi jika kondisi badan seseorang
sedang tidak baik, apalagi didukung dengan kondisi cuaca yang kurang baik.
b. Fase presimtomatis
Pada fase ini penyakit sudah terjadi secara klinis belum tampak, namun sudah
terjadi perubahan patologis.Pada fase ini merupakan masa inkubasi atau dimana
agent mulai melakukan perkembangan dalam tubuh (host), namun belum
menunjukkan gejala anatomis dan fungsi kerja tubuh. Misalnya penderita telah
menderita virus H1N1 tetapi belum disadari oleh penderita atau belum
menunjukkan gejala salah satu cara mengetahuinya adalah dengan memeriksa ada
tidaknya antibody karena tubuh akan selalu membentuk antibody apabila ada
benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
c. Fase klinis
Pada fase ini sudah ada perubahan-perubahan anatomis dan fungsi dari tubuh,
sehingga sudah memberikan gejala yang sudah mulai timbul.Gejala influenza ini
mirip dengan influenza.Gejalanya seperti demam, batuk, sakit kerongkongan, sakit
pada tubuh, kepala, panas dingin dan lemas lesu.Beberapa penderita juga
melaporkan buang air besar dan muntah-muntah.Dalam mendiagnosa penyakit ini
tidak hanya perlu melihat pada tanda dan gejala khusus, tetapi juga catatan terbaru
mengenai pasien. Selain itu diagnose bagi penetapan virus ini memerlukan adanya
uji makmal bagi contoh pernapasan agar hasil diagnose menjadi lebih akurat.
d. Fase ketidakmampuan
Pada fase ketidak mampuan orang menderita flu babi akan diisolasi agar virus tidak
mengalami penyebaran keluar, selain itu para petugas kesehatan juga menggunakan
alat pelindung agar virus yang ada diruangan pasien tersebut tidak keluar. Pada fase
ini penderita hanya memiliki dua kemungkinan yaitu sembuh total atau meninggal
ini dikarenakan masa inkubasi flu babi yang sangat cepat.

Web Of Caution (WOC)

Melalui manusia Melalaui Babi

Udara, Droplet Terpapar moncong babi,


makan daging babi

Kontak dengan viruinfluenza tipe A

Virus masuk melalui saluran pernafasan atas

Menginvasi sel 5
Hidung

Menempel pada trakea &sel epitel bronchi


Respon
Seluruh sel terinfeksi virus ke aliran darah dan organ
pertahanan sel

Produksi mucus FLU BABI


meningkat Status ekonomi

MK: Bersihan jalan


Terapi tidak
nafas tidak efektif
adekuat
Proses
O2 kurang dr inflamasi MK : Kurang
keb tubuh pengetahuan
Perub. Regulasi temperatur
MK : Resiko FLU BABI
pola nafas
tidak efektif MK : Hipertermi

Invasi virus Virus Virus masuk Adanya invasi


pada myosin menginvasi kelambung virus di paru
dan sendi usus
Peristaltik usus Produksi HCL
inflamasi Resiko
meningkat
menularkan

Konsistensi Menimbulkan Resiko


Nyeri pada feces cair perasaan mual Infeksi
sendi (atalgia
dan mialgia)

Pasien Nafsu makan


mengeluh menurun
Pasien
mengeluh nyeri diare
Intake Nutrisi Keletihan dan
berkurang kelemahan
MK : Diare
MK :Nyeriakut
Muntah
MK Intoleransi
:Ketidakseimbangan aktivitas
nutrisi kurang dari
kebutuhan
MK :
Kekurangan
volume cairan

6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala flu babi menurut Capernito danLinda juall (2001) yaitu umumnya
mirip dengan kebanyakan infeksi influenza
a. Demam (38 C atau lebih )
b. Batuk
c. Nyeri tenggorokan
d. Sekresi hidung berlebihan

6
e. Keletihan
f. Sakit kepala
g. Mual
h. Muntah
i. Diare
j. Nyeri otot dan tulang
k. Sakit tenggorokan
l. Menggigil dan lemas
m. Tidak nafsu makan
n. Bersin bersin

o. Rasa lemas dan letih


Tanda dan gejala lain pada anak-anak :
a. Nafas terengah-engah
b. Kulit menjadi kehitaman / keabuan
c. Malas minum
d. Muntah-muntah
e. Tidak bisa bangun dan berinteraksi dengan baik
f. Tidak mau disentuh
g. Terkadang gejala hilang tetapi demam & batuk masih ada
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Umum
1) Laboratorium: pemeriksaan darah rutin (Hb, leukosit, trombosit, hitung jenis
leukosit), spesimen serum. Umumnya ditemukan leukopeni dan trombositopeni.
2) Pemeriksaan skrening cepat dengan hapusan cairan hidung dan swab tenggorok
hanya bisa dilakukan untuk melihat virus tipe A ( pemeriksaan skreening akan
menghasilkan Rhinovhea (discharge bebas berupa lendir cairan hidung).
3) Pada pasien dengan intubasi dapat diambil secara aspirasi endotrakeal
4) Pemeriksaan kimia darah: albumin, globulin, SGOT, SGPT, ureum, kreatinin,
analisis gas darah. Umunya dijumpai penurunan albumin, peningkatan SGOT
dan SGPT, peningkatan Ureum dan Kreatinin, dan peningkatan Kreatinin Kinase,
sedangkan Analisis gas darah dapat normal atau abnormal. Kelainan
laboratorium sesuai dengan perjalanan penyakit dan komplikasi yang
ditemukan.
5) Pemeriksaan radiologik: PA dan lateral
Pemeriksaan foto toraks PA dan lateral harus dilakukan pada setiap tersangka flu
babi.
6) Pemerikaan CT-Scan toraks (bila diperlukan)

b. Khusus
1) Pemeriksaan laboratorium virologi
Untuk mendiagnosis konfirmasi influenza A (H1N1) dengan cara :
a) Real time (RT) PCRpositif
b) Kultur virus ( biakan dan identifikasi virus influenza A sub tipe H1N1)

7
c) Peningkatan 4 kali antibodi spesifik influenza A
8. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi
1) Pasien dengan ILI akan dievaluasi apakah termasuk kelompok dengan gejala
klinis ringan, sedang atau berat.
2) Kelompok dengan gejala klinis ringan dipulangkan dengan diberi obat
simptomatis dan KIE untuk waktu istirahat di rumah.
3) Kelompok gejala klinis sedang dirawat di ruang isolasi dan mendapat oseltamivir
2 x 75 mg.
4) Untuk kelompok dengan gejala klinis berat dirawat di ICU.
5) Pemeriksaan laboratorium sesuai jadwal yang sudah ditentukan.
6) Di ruang rawat inap : dilakukan evaluasi keadaan umum, kesadaran, tanda vital,
pantau saturasi oksigen.
7) Terapi suportif.
Terapi suportif dasar (misal, terapi cairan, analgesik, penekan batuk) perlu
diberikan. Pengobatan antivirus secara empiris perlu diperhatikan untuk kasus
flu babi, baik yang sudah pasti, masih dalam kemungkinan, ataupun kecurigaan
terhadap kasus ini. Pengobatan pasien rawat inap dan pasien dengan resiko
tinggi untuk komplikasi influenza perlu sebagai prioritas
b. Medikamentosa
Oseltamivir merupakan pro drug dari metabolit aktif Oseltamivir Karboksilat.
Metabolit aktif ini merupakan penghambat selektif enzim neuramidase virus
influenza yang glycoproteinnya ditemukan di permukaan virion. Oseltamivir
karboksilat menghambat neuramidase influenza A dan B secara in vitro. Oseltamivir
yang diberikan secara oral menghambat replikasi dan pathogenicity virus influenza
A dan B secara in vivo pada binatang percobaan yang terinfeksi influenza yang sama
bila terjadi pada manusia dengan pemberian dosis 75 mg dua kali sehari.
c. Indikasi
1) Terapi influenza (khususnya influenza A) pada anak usia satu tahun keatas yang
menderita gejala influenza. Efikasi ditunjukkan jika terapi diberikan dalam 2 hari
setelah timbul gejala.
2) Pencegahan influenza pada dewasa dan dewasa muda 13 tahun keatas setelah
kontak dengan penderita influenza ketika influenza telah menyebar.
3) Tamiflu tidak dapat menggantikan vaksinasi influenza.
d. Dosis
1) Terapi influenza.

8
a) Dewasa dan dewasa muda 13 tahun ke atas: 75 mg oseltamivir 2 kali sehari
selama 5 hari.
b) anak di atas 1 tahun sampai 13 tahun dapat digunakan Tamiflu suspensi dua
kali sehari selama 5 hari dengan dosis sesuai berat badan sebagai berikut:
5 kg 30 mg
15- 23 kg 45 mg,
> 23 kg sampai 40 kg 60 mg,
> 40 kg, dapat diberikan dosis dewasa 75 mg
2) Pencegahan influenza
a) Dewasa dan dewasa muda 13 tahun keatas 75 mg sekali sehari selama 7
hari. Terapidiberikan sesegera mungkin setelah terpapar secara individual.
b) Selama terjadi epidemi influenza: 75 mg sehari sampai dengan 6 minggu.
c) Keamanan dan efektifitas oseltamivir pada anak usia dibawah 12 tahun
belum dapatdibuktikan.
3) Pada gangguan fungsi hati tidak ada penyesuaian dosis
4) Pada gangguan fungsi ginjal
Dosis terapi:
Penderita dengan creatinin clearens 10 - 30 ml/menit : 75 mg tiap 2
hari.
Tidak dianjurkan pada penderita dengan creatinin clearens 10
ml/menit dan pasiendialisa.
Dosis pencegahan:
Pada creatinin clearens 10 30 ml/ menit: 75 mg tiap 2 hari atau 30
mg suspensi sekalisehari.
Tidak dianjurkan pada penderita dengan creatinin clearens 10
ml/menit dan pasienyang mengalami dialisa.
5) Manula tidak ada penyesuaian dosis kecuali jika ada kerusakan ginjal parah
(Priyanti. Dkk, 2009)
9. Pencegahan
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah suatu usaha yang dilakukan agar masyarakat tidak akan
terjangkit penyakit flu babi, pencegahan primer bisa dilakukan dengan cara :
1) Melakukan promosi kesehatan melalui mengadakan penyuluhan mengenai
bahaya penyakit flu babi dan pencegahan beserta penangganan penderita
kepada ternak babi dan juga masyarakat yang tinggal di sekitar pertenakan babi

9
2) Melakukan kerjasama dengan instansi terkait seperti dinas pertenakan melalui
penyemprotan disinfektan pada setiap babi dan kandang babi.
3) Mengajak masyarakat untuk melakukan PHBS seperti mencuci tangan terutama
setelah melakukan kontak dengan babi atau penderita flu babi.
4) Melakukan penyuluhan mengenai pemakaian masker yang benar kepada
pekerja peternakan dan juga masyarakat umum.
5) Pemberian alat pendeteksi panas tubuh ditempat-tempat seperti bandara serta
tempat yang kemungkinan penularan flu babi dari luar negeri guna mencegah
datangnya wisatawan asing yang membawa virus flu babi.
Pada prinsipnya, cara ampuh untuk mencegah penularan virus flu babi sama dengan
cara mencegah penularan virus influenza yang lain yaitu vaksinasi. Sayangnya,
vaksin untuk flu babi sampai saat ini belom ditemukan.Akan tetapi dengan
melakukan pencegahan primer diatas, diharapkan mampu untuk meminimalisir
masyarakat maupun babi agar tidak terjangkit virus flu babi.
b. Pencegahan sekunder
Pada pencegahan sekunder dilakukan diagnosa dini dan pengobatan
tepat.Pengobatan atau tindakan yang tepat bisa mencegah terjadinya komplikasi
atau memerlambat perjalanannya.Pencegahan sekunder dilakukan pada fase
presimtomatis yaitu dengan jalan diagnosa dini.Selain itu juga dilakukan
pengisolasian bagi penderita flu bai dan pemberian obat yang tepat.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan untuk membatasi ketidakmampuan dan
rehabilitasi.Pada keadaan ini, penyakit sudah terjadi dan bahkan meninggalkan
cacat.Pada penyakit flu babi pencegahan tersier dilakukan dengan melakukan
pemberian pengobatan adekuat dan rehabilitasi kepada penderita penyakit flu
babi.Selain itu pemerintah wajib menghimbau masyarakat agar mau menerima
kembali penderita flu babi yang sudah sembu agar tidak ada tindakan pengucilan.

Agar terhindar dari Flu Babi yang harus diperhatikan pada manusia maka kitaharus
melakukantindakan antara lain:
1) Mengajak masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih
2) Mencuci tangan sebelum makan
3) Memasak daging babi lebih dari 80 0 C
4) Tidak cium pipi /tangan
5) Pergunakan masker di wilayah peternakan babi
(Priyanti. Dkk, 2009)

10
10. Komlikasi
a. Meningitis
b. Encephalitis
c. Myocarditis
d. Paralisis akut flaksid

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian
merupakan pemikiran dasar dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan individu. Pengkajian yang lengkap, akurat, sesuai kenyataan, kebenaran data
sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu.
a. Pengumpulan Data
Pengkajian secara umum yang dapat dilakukan pada pasien dengan flu babi adalah :
1) Identitas :
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnosa medis.
2) Keluhan utama :
Biasanya keluhan utama klien dengan flu babi adalah demam, batuk dan sakit
tenggorokan.
3) Riwayat penyakit sekarang :
Menjelaskan riwayat penyakit yang dialami biasanya klien dengan flu babi
seperti demam, batuk dan sakit tenggorokan, nyeri otot, sakit kepala, tidak
nafsu makan.
4) Riwayat penyakit dahulu :
Adanya riwayat penyakit yang pernah diderita.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya penyakit serupa atau penyakit lain yang diderita oleh keluarga.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
2) GCS :
3) Tanda vital : nadi, suhu tubuh, tekanan darah, dan pernafasan.

11
c. Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan
1) Aktivitas / Istirahat
Gejala : Kelelahan umum & kelemahan, nafas pendek saat bekerja, kesulitan
tidur pada malam / demam malam hari, mengigil dan berkeringat, mimpi buruk
Tanda : Dipsnea pada saat kerja, kelelahan otot, nyeri, dan sesak ( tahap lanjut)
2) Integritas Ego
Gejala : Adanya / faktor stres, masalah keuangan, perasaan tak berdaya
Tanda : Menyangkal ( khususnya selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah
terangsang
3) Makanan / Cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, anoreksia, tak dapat mencerna, penurunan
berat badan
Tanda : Turgor kulit buruk, kering / kulit berisisik, kehilangan otot / hilang lemak
subkutan
4) Nyeri / Kenyamana
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulan
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah
5) Pernapasan
Gejala : Batuk produktif / tak produktif, napas pendek, Riwayat H1N1 / terpajan
pada individu terinfeks
Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan, perkusi pekak dan penurunan
fremitus. Bunyi napas: menurun / tak ada secara bilateral /unilateral. Bunyi
napas tubuler. Karakteristik sputum : hijau / purulen, mukoid kuning.dan tak
perhatian, mudah terangsang, dan perubahan mental ( tahap lanjut)
6) Kenyamanan
Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker, tes HIV positif
Tanda : Demam tinggi / sakit panas akut
7) Interaksi Sosial
Gejala : Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular, perubahan pola
biasa dalam tanggung jawab / perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan
peran.
8) Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga H1N1, ketidakmampuan umum / status kesehatan
buruk, gagal untuk membaik / kambuhnya penyakit dan tidak berpartisipasi
dalam terapi
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

12
Diagnosa berdasarkan prioritas:

1. Hipertermi berhubungan dengan penyakit (flu babi) ditandai dengan pasien mengeluh
badannya panas, suhu tubuh pasien >380 C, kulit pasien teraba hangat dan kulit pasien
tampak kemerahan.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan eksudat ditandai dengan pasien
mengeluh batuk, pasien mengeluh pilek, terdengar suara napas tambahan, RR > 20
X/menit dan pasien tampak gelisah.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cegera fisik (inflamasi) ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri pada sendinya, pasien mengatakan nyeri dirasakan pada skala > 5 (0
10), pasien mengatakan nyerinya hilang timbul, pasien tampak meringis, BP: > 110/70
120/80mmHg, HR: > 100 x/menit dan RR: > 20 X/menit.
4. Nausea berhubungan dengan iritasi lambung (peningkatan produksi HCl) ditandai
dengan pasien mengeluh mual, pasien mangatakan merasa asam di mulut, pasien
tampak tidak nafsu makan dan pasien hanya mampu menghabiskan porsi
makanannya.
5. Keletihan berhubungan dengan perubahan dalam metabolisme ditandai dengan klien
melaporkan mudah lelah, kekurangan energi, ketidakmampuan mempertahankan
rutinitas biasa, kelemahan otot.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi ditandai dengan
klien tampak bertanya-tanya tentang penyakitnya, klien mengungkapkan tidak
mengetahui mengenai penyebab, faktor risiko, komplikasi dan tindakan pencegahan
penyakit.
7. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan pasien
mengeluh sesak napas, RR >20 X/menit, pasien tampak menggunakan otot bantu
pernapasan.
8. Diare berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan pasien mengeluh BAB > 3 X/hari
dengan konsistensi cair, pasien mengeluh nyeri abdomen, bising usus hiperaktif.
9. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan pasien mengeluh lemas, kulit
pasien terlihat pucat, CRT > 2 detik.
10. Resiko perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke
serebral
11. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan
suplai oksigen ditandai dengan pasien melaporkan kelelahan, kelemahan, sesak, dan
terjadi peningkatan nadi , RR dan tekanan darah saat beraktivitas.

13
12. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan klien
mengatakan cemas dan takut dengan penyakitnya, klien tampak gelisah.
13. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam mencerna makanan (mual, muntah) ditandai dengan klien
melaporkan penurunan nafsu makan, BB klien menurun, konjungtiva pucat.
14. Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan
diare terus menerus, konsistensi feses encer, Turgor kulit menurun, Kulit terlihat
kering ,Nadi meningkat, TD menurun, dan peningkatan suhu tubuh
15. PK : Penurunan Kesadaran
16. Resiko berduka berhubungan dengan kematian orang terdekat

3. INTERVENSI
1. Dx. Kep : Hipertermi berhubungan dengan penyakit (flu babi) ditandai dengan
pasien mengeluh badannya panas, suhu tubuh pasien >38 0 C, kulit pasien teraba
hangat dan kulit pasien tampak kemerahan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama X 24 jam diharapkan diharapkan suhu


tubuh pasien kembali normal dengan kriteria hasil:

Suhu tubuh pasien normal ( 36,50 C 37,50 C)


Kulit pasien tidak teraba hangat
Kulit pasien tidak tampak kemerahan

No INTERVENSI RASIONAL
.

1 Monitor suhu minimal tiap 2 jam. Untuk mengetahui perubahan suhu yang
terjadi.

2 Monitor warna dan suhu kulit Untuk mengetahui ada tidaknya tanda-tanda
infeksi

3 Tingkatkan intake cairan dan Dapat membantu mengganti cairan tubuh


nutrisi yang hilang

4 Lakukan kompres hangat pada Dapat membantu mengurangi demam


lipat paha dan aksila

5 Kolaborasi pemberian antipiretik Digunakan untuk mengurangi demam

14
dengan aksi sentral nya di hypothalamus.

2. Dx. Kep : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan eksudat ditandai
dengan pasien mengeluh batuk, pasien mengeluh pilek, terdengar suara napas
tambahan, RR > 20 X/menit dan pasien tampak gelisah.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama X 24 jam diharapkan diharapkan


diharapkan jalan napas pasien paten dengan kriteria hasil:

RR normal (16 20 X/menit)


Pasien mampu mengeluarkan sekret
Tidak terdengar suara napas tambahan.

INTERVENSI RASIONAL

1 Auskultasi dada bagian anterior Untuk mengetahui adanya penurunan atau


tidaknya ventilasi dan bunyi napas tambahan.

2 Anjurkan pasien untuk minum Untuk mengencerkan sputum.


dengan air hangat

3 Ajarkan teknik batuk efektif dan Napas dalam memudahkan ekspansi


napas dalam maksimal paru-paru dan teknik batuk efektif
dapat membantu pengeluaran sputum.

4 Kolaborasi dengan berikan obat Untuk menurunkan spasme bronkus dengan


sesuai indikasi: mukolitik, mobilisasi secret.
ekspektoran dan bronkodilator

3. Dx. Kep : Nyeri akut berhubungan dengan agen cegera fisik (inflamasi) ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri pada sendinya, pasien mengatakan nyeri dirasakan
pada skala > 5 (0 10), pasien mengatakan nyerinya hilang timbul, pasien tampak
meringis, BP: > 110/70 120/80mmHg, HR: > 100 x/menit dan RR: > 20 X/menit.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama X 24 jam diharapkan nyeri pasien
terkontrol dengan kriteria hasil:

Nyeri pasien berkurang


TTV dalam batas normal (BP: 110/70 120/80 mmHg, HR 60
100 X/menit, RR 16 20 X/menit)

15
Pasien tidak tampak meringis.

INTERVENSI RASIONAL

1 Kaji lokasi dan skala nyeri Untuk menentukan rencana yang tepat

2 Monitoring TTV Untuk mengetahui perkembangan kondisi


pasien.

3 Ajarkan teknik manajemen nyeri Untuk mengurangi nyeri dan mengalihkan


non-farmakologis seperti relaksasi, perhatian pasien terhadap nyeri.
guide imagery dll.

4 Monitoring perubahan Perubahan dapat mengindikasikan


karakteristik nyeri komplikasi.

5 Kolaborasi pemberian anlgesik Membantu mengurangi nyeri


sesuai indikasi

4. Dx Kep : Nausea berhubungan dengan iritasi lambung (akibat peningkatan produksi


HCL) ditandai dengan klien melaporkan rasa mual, klien mengatakan nafsu makan
klien menurun, klien hanya mampu menghabiskan porsi makannya.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama X 24 jam diharapkan klien nausea
klien teratasi dengan kriteria hasil :

klien melaporkan mual berkurang


klien melaporkan terjadi peningkatan nafsu makan
klien mampu menghabiskan porsi makannya.
INTERVENSI RASIONAL

1. Monitor vital sign 1. Untuk mengetahui status/kondisi


2. Berikan makan sedikit tapi sering klien
2. Mempertahankan nutrisi agar tetap
adekuat
3. Sajikan makanan dalam porsi
3. Makanan hangat dapat mengurangi
hangat

16
4. Jauhkan dari benda-benda yang rasa mual dan meningkatkan nafsu
berbau tajam makan
Kolaborasi 4. Benda-benda berbau tajam dapat
menimbulkan rasa mual
Pemberian obat anti emetik
Kolaborasi

Pemberian therapy untuk mengurangi mual

5. Dx Kep: Keletihan berhubungan dengan perubahan dalam metabolisme ditandai dengan


klien melaporkan mudah lelah, kekurangan energi, ketidakmampuan mempertahankan
rutinitas biasa, kelemahan otot.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama X 24 jam diharapkan klien tidak


mengalami keletihan dengan kriteria hasil :

klien melaporkan tidak mudah lelah,


klien melaporkan klien mampu mempertahankan rutinitas biasa
tidak terjadi kelemahan otot.
INTERVENSI RASIONAL

Mandiri: Mandiri:

1. Jelaskan penyebab keletihan pada 1. Pengetahuan klien mengenai


klien. penyebab keletihan, akan
meningkatkan partisipasi klien dalam
pengobatan
2. Atur kegiatan klien yang mudah
2. Kegiatan yang mudah dicapai akan
dicapai.
meningkatkan toleransi klien terhadap
keletihan yang dialaminya.

3. Jelaskan keuntungan fisiologis dan


psikologis olah raga pada klien. 3. Kegiatan fisik akan meningkatkan
semangat klien untuk melawan
keletihannya.

6. Dx. Kep : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi ditandai
dengan Klien tampak bertanya-tanya tentang penyakitnya, Klien mengungkapkan tidak
mengetahui mengenai penyebab, faktor risiko, komplikasi dan tindakan pencegahan

17
penyakit.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama X 24 jam diharapkan klien dapat


mengetahui mengenai proses penyakit dengan kriteria hasil:

Klien familiar dengan proses penyakit.


Klien dapat mendiskripsikan faktor penyebab.
Klien dapat mendiskripsikan faktor resiko.
Klien dapat mendiskripsikan komplikasi.
Klien dapat mendiskripsikan pencegahan.

INTERVENSI RASIONAL

1. Mengobservasi kesiapan klien untuk 1. Agar mengetahui keadaan klien dalam


mendengar informasi (mental, pemberian informasi.
kemampuan untuk melihat, mendengar,
kesiapan emosional, bahasa dan
budaya). 2. Untuk mengetahui pengetahuan klien
2. Menentukan tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya.
sebelumnya mengenai penyakit. 3. Klien mengetahui mengenai proses
3. Menjelaskan proses penyakit penyakit (pengertian, penyebab, faktor
(pengertian, penyebab, faktor resiko, resiko, komplikasi dan pencegahan).
komplikasi dan pencegahan). 4. Dengan gaya hidup yang baik dapat
4. Mendiskusikan tentang perubahan gaya mengontrol proses penyakit dan
hidup yang bisa untuk mencegah mencegah komplikasi.
komplikasi atau mengontrol proses
penyakit.
5. Dapat meminimalkan efek samping
5. Anjurkan pada pasien untuk mencegah
yang terjadi.
atau meminimalkan efek samping.
6. Dengan mendiskusikan hal tersebut
6. Diskusikan mengenai pilihan terapi atau
dapat membuat terapi medikasi
peralatan
menjadi teratur.
7. Untuk mengevaluasi pemahaman klien
7. Menanyakan kembali pada klien tentang penyakitnya setelah diberikan
mengenai informasi penyakit yang telah informasi oleh perawat.
diinformasikan untuk menilai
pemahaman klien tentang penjelasan
yang diberikan.

18
19
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Flu Babi adalah penyakit saluran perapasan akut pada babi yang disebabkan oleh
virus influenza tipe A. Penyakit ini sangat cepat menyebar kedalam kelompok ternak dalam
waktu 1 minggu, pada umumnya penyakit ini dapat sembuh dengan cepat kecuali bila
terjadi komplikasi dengan bronchopneumonia, akan berakibat pada kematian. (Fenner et
al,1987). Varian baru ini dikenal dengan nama vrus H1N1 yang merupakan singkatan dari
dua antigenutama virus yaitu hemagglutinin tipe 1 dan neuraminidase tipe 1.

Secara umum perjalanan penyakit flu babi yaitu pada penyakit influensa babi klasik,
virus masuk melalui saluran pernafasan atas kemungkinan lewat udara. Virus menempel
pada trachea dan bronchi dan berkembang secara cepat yaitu dari 2 jam dalam sel epithel
bronchial hingga 24 jam pos infeksi. Hampir seluruh sel terinfeksi virus dan menimbulkan
eksudat pada bronchiol. Infeksi dengan cepat menghilang pada hari ke 9 .

B. Saran

Perawat harus berperan aktif sebagai motivator bagi pasien dalam pengobatan.Bagi
penderita sendiri perlu memotivasi diri untuk menjalankan terapi secara teratur dan bagi
keluarga dan teman agar melakukan pencegahan primer.

20
21
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes.(1999). Perencanaan Asuhan Keperawatan.Jakarta : EGC


Price, Anderson&Wilson. (2005). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :
EGC
Priyanti.dkk. (2009). Penangangan flu babi. Diakses Price, Sylvia Anderson, Lorraine McCarty
Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC

Aru W. Sudoyo. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Unoversitas Indonesia.

Corwin, Ellizabetz. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Sudoyo, A.W.(2006). Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
IlmuPenyakit Dalam Fakultas Kedokteran Unoversitas Indonesia.

22

Вам также может понравиться