Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
POIN PENTING
Dibandingkan dengan auskultasi secara intermiten (IA), pemantauan denyut jantung
janin elektronik kontinyu (FHR) secara signifikan meningkatkan tingkat intervensi
operasi (vakum, forceps, dan sesar), namun juga mengurangi kemungkinan janin dari
kejang neonatal
Dengan beberapa pola kategori II atau III, terdapat bukti (satu percobaan terkontrol acak
[RCT]) menunjukkan bahwa resusitasi intrauterin dengan pemberian oksigen kepada ibu,
perubahan posisi ibu, penghentian stimulasi dan /atau tokolitik, atau amnioinfusion (jika
variable deselerasi) mengurangi kebutuhan tindakan emergensi namun tidak mengurangi
kemungkinan cedera akibat hipoksia intrapartum. Perempuan yang berisiko memiliki
kelahiran yang kurang baik sebaiknya dipantau dengan continous electronic FHR
tracing.
Bukti yang ada tidak cukup memadai untuk menilai pemantauan FHR secara
komputerisasi, namun bukti yang terbatas sejauh ini dapat menjanjikan.
Pada kehamilan pertama usia 36 minggu atau lebih, elektrokardiogram janin (EKG) ST-
segment analysis (STAN) digunakan sebagai monitor elektronik detak jantung fetal yang
konvensional dan tidak memperbaiki hasil perinatal.
Fetal Pulse Oxymetri (FPO) tidak berhubungan dengan keuntungan maternal atau
neonatal yang signifikan dibandingkan dengan monitoring FHR secara terus menerus.
Manfaat maternal atau neonatal dibandingkan dengan kontinyu
Pemantauan FHR saja, kecuali penurunan signifikan
Dalam CD untuk FHR yang tidak menentu (NRFHR).
LATAR BELAKANG
Pemantauan detak jantung janin/FHR elektronik selama persalinan merupakan prosedur yang
paling sering digunakan di Amerika Serikat. Diantara tahun 1997 dan 2003 di Amerika Serikat,
pemantauan digunakan pada 84% dari 27 juta kelahiran.
DEFINISI pH
Evaluasi menggunakan alat ini untuk denyut jantung janin intrapartum juga disebut expert
systems (ES), dan sudah terevaluasi untuk hasil sensitivitasnya untuk morbiditas perinatal untuk
menurunkan nilai positif palsu.
Tidak ada hasil penelitian yang menyatakan bahwa CTG dengan ES memiliki efek
terjadinya CD saat dibandingkan dengan CTG dengan sample darah kepala janin. Mortalitas
perinatal tidak ada yang dilaporkan. Tidak ada kejadian kematian fetus.
Meskipun tidak ada hasil yang memuaskan, namun penelitian menyatakan bahwa
evaluasi komputerisasi pemantauan denyut jantung janin meningkatkan hasil kelahiran perinatal.
Adanya akselerasi biasanya meyakinkan bahwa fetus dalam keadaan tidak asidosis
(pH<7.20). apabila akselerasi spontan tidak ada, dan atau aanya NRHFR, stimulasi vibroakustik
atau digital scalp harus dilakukan untuk memperoleh sebuah akselerasi. Punktur scalp telah
digunakan untu melihat akselerasi namun tidak terlalu aman. Stimulasi scalp digital (menyentuh
kulit kepala fetal secara lembt selama 15 detik) adalah tes dengan hasil akurasi terbaik.
Tidak ada RCT yang aman dari stimulasi vibroakustik digital yang digunakan untuk
menentukan keadaan janin dalam persalinan.
Amnioinfusi
Amnioinfusi berate menginfus cairan (biasanya saline) dalam kantong amnion. Hal ini
dilakukan untuk mencegah kompresi tali umbilicus selama persalinan atau rupture membrane,
atau kasus oligohidramnion dengan membrane intak. Teknik ini digunakan untuk memasuki
cavum uteri dengan saline atau ringer laktat melalui transervikal melalui kateter pada wanita
dengan rupturvmembran atau transabdominal melalui jarum sinal saat membrane intak.
Amnioinfusi dapat sebagai profilaksis (contoh: oligohidramnion), atau terapeutik (contoh:
deselerasi selama persalinan). Deselerasi ini biasanya disebabkan oleh kompresi tali pusat, yang
muncul lebih sering pada kasus oligohidramnion.
Amnioinfusi terapeutik transervical pada kompresi tali pusat (biasanya berhubungan
dengan variabel deselerasi) ditemukan secara signifikan menurunkan resiko : sectio cesaria,
deselerasi denyut jantung janin, APGAR Score kurang dari 7 pada 5 menit pertama.
Amnioinfusion transervikal dapat dilakukan dengan penyuntikan bolus atau dengan
teknik perlahan-lahan.
Tokolisis
Penggunaan tokolisis merupakan salah satu penatalaksanaan pada intrapartum untuk
menangani NRFHR. Alas an rasional dibalik penggunaan tokolitik adalah tokolitik dapat
meningkatkan relaksasi uterin pada aliran darah uteroplasental dan oksigenasi fetus. Tokolitik
yang paling sering digunakan untuk resusitasi fetus adalah obat betamimetik (terbutaline 0,25mg
intravena, hexoprenalne 10mg iv, atau ritodrine 10mg dalam 9 ml saline dalam periode 1 menit.
Ada beberapa masalah keamanan penting terkait penggunakan obat ini. Efek samping
yang paling serius dilaporkan terkait dengan pemberian beta agonistik adalah edema paru dan
iskemia miokard. Enam RCT telah dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi penggunaan
betamimetik sebagai tocolytics untuk resusitasi janin intrapartum akut. Bila penggunaan
betamimetik dibandingkan dengan tanpa pengobatan, hasil neonatal lebih baik. Empat RCT
menilai efikasi dari betametason dengan membandingkannya dengan magnesium sulfat (4,0 g iv
magnesium sulfat), atau atosiban (6,75 mg dalam garam 4,9 mL diberikan iv selama 1 menit),
atau nitrogliserin (0,4 mg iv). Betamimetik memberikan hasil yang lebih efektif. Bolus atosiban
untuk toksisis dalam istilah persalinan, terutama untuk kontraksi spontan, memerlukan penelitian
lebih lanjut.
ACOG merekomendasikan pemberian obat tocolytic (Misalnya, terbutalin) saat terdapat
tachysystole yang abnormal. Waktu yang diperoleh dengan intervensi ini mungkin berguna untuk
persiapan operasi sesar dan menyiapkan analgesia regional.
Resusitasi Intrauterine
Dengan adanya NRFHR, resusitasi intrauterine dapat dicoba dengan perubahan posisi
ibu, hidrasi, oksigenasi, dan / atau menghentikan stimulan tenaga kerja (yaitu, oksitosin).
Intravenous (IVF) bolus 1000 mL, posisi lateral, dan pemberian oksigen pada 10 L / menit
menggunakan masker wajah merupakan tindakan resusitasi yang efektif untuk memperbaiki
saturasi oksigen janin selama persalinan.
Hidrasi
Ada bukti yang tidak memadai (tidak ada percobaan) untuk menilai efek hidrasi ibu bagi
janin. Diketahui adnya sedikit efek baik dalam penambahan volume intravena dalam
transfuse oksigen bagi janin.
Oksigenasi
Oksigen sering diberikan untuk memperbaiki status janin. Oksigen dapat digunakan baik
untuk profilaksis, yaitu, untuk mencegah NRFHT, atau secara terapeutik, yaitu memperbaiki
NRFHR yang sudah ada.
Hanya dua RCT yang telah dilakukan. Terapi oksigen untuk profilaksis [66]. Bukti
penelitian dalam penggunaan oksigen tidak mendukung untuk terapi selama persalinan.
Sebenarnya, nilai pH darah tali pusat tidak normal (kurang dari 7,2) tercatat lebih sering di
Indonesia. Terdapat hasil penelitianpada hewan yang menunjukkan pemberian oksigen pada
ibu meningkatkan penanda aktivitas radikal bebas yang menyebabkan edema dan perdarahan
organ vital untuk janin, seperti otak dan paru-paru
Stimulasi Persalinan
Ada bukti yang tidak memadai (tidak ada percobaan) untuk menilai efek penghentian
stimulan persalinan pada status janin. Meskipun demikian, stimulan persalinan seperti
oksitosin harus dihentikan dalam kasus NRFHT. Meskipun begitu, stimulasi persalunan
seperti oksitosin harus dihentikan pada kasus NRFHT, kontraksi dapat dikaitkan dengan
penurunan oksigenasi fetus, khususnya bila terlalu sering.