Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan berkah dan rahmat
yang diberikan, sehingga penulisan makalah seminar profesi keperawatan medikal
bedah dengan kasus TB paru relaps + hemoptoe + efusi pleura di ruang paru
Palem II Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya dapat terselesaikan.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang bagaimana
konsep keperawatan pada sistem pernapasan dan penatalaksanaan serta asuhan
keperawatan yang tepat.
Penyusunan makalah ini, tentunya tidak terlepas dari berbagai hambatan.
Oleh karena itu, masukan dan saran kami harapkan untuk perbaikan seminar
selanjutnya. Sehubungan dengan hal tesebut, kami ucapkan terima kasih kepada
Ibu Widji Lestari, S.Kep., Ns dan Ibu Ika Nur Pratiwi, S.Kep., Ns., M. Kep selaku
fasilitator. Terima kasih juga kami sampaikan kepada mahasiswa Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga dan semua pihak yang terlibat dalam
penyelesaian makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Pada penderita tuberculosis paru bila penanganan di rumah sakit
kurang baik, maka penderita tuberculosis paru akan mengalami komplikasi
perdarahan dari saluran pernafasan bagian bawah yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas, penyebaran
infeksi ke organ lain misalnya otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
Dengan mengetahui meningkatnya kasus tuberculosis paru setiap
tahun dan meningkatnya angka kematian karena penyakit tuberculosis paru
per tahun, maka penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah dengan
judul Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru pada Ny. H di ruang Palem II
RSUD dr.Soetomo.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tahan asam ini dapat merupakan
organisme patogen maupun saprofit (Silvia A Price, hal.753, 1995).
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi (Arif
Mansjoer, 1999).
Tuberculosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
mycobacterium tuberculosis (Smeltzer, Brunner & Suddarth, 2001).
Tuberculosis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi
bakteri mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang paru-paru maupun
bagian lain dari tubuh manusia.
Jadi tuberculosis paru pada manusia dapat dijumpai dalam 2 bentuk
yaitu:
1. Tuberculosis primer
Bila penyakit terjadi pada infeksi pertama kali.
2. Tuberculosis pasca primer
Bila penyakit timbul setelah beberapa waktu, seorang terkena infeksi
primer menyembuh dan merupakan yang terpenting oleh karena bentuk
yang paling sering ditemukan dan dengan terdapat kuman dalam sputum,
merupakan sumber penularan.
2.2 Etiologi
3
Hiswani (2009) mengatakan paparan TBC pada seseorang
dipengaruhi oleh:
2. Status gizi
3. Umur
TBC paling sering ditemukan pada usia muda atau produktif (15-30
tahun).
4. Jenis kelamin
2.3 Patofisiologi
4
Tempat masuk kuman mycobacterium adalah saluran pernafasan,
infeksi tuberculosis terjadi melalui udara (airborne) yaitu melalui instalasi
droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari
orang yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mempunyai permukaan alveolis
biasanya diinstalasi sebagai suatu basil yang cenderung tertahan di saluran
hidung atau cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit (Price,
1996).
Setelah berada dalam ruangan alveolus biasanya di bagian lobus atau
paru-paru atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan
reaksi peradangan, leukosit polimortonuklear pada tempat tersebut dan
memfagosit namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari
pertama masa leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler
ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal
atau proses dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak, dalam sel basil juga menyebar melalui getah bening
regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi
oleh limfosit, nekrosis bagian sentral lesi yang memberikan gambaran yang
relatif padat dan seperti keju-lesi nekrosis kaseora dan jaringan granulasi di
sekitarnya terdiri dari sel epiteloid dan fibrosis menimbulkan respon berbeda,
jaringan granulasi menjadi lebih fibrasi membentuk jaringan parut akhirnya
akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus gholi dengan gabungan
terserangnya kelenjar getah bening regional dari lesi primer dinamakan
komplet ghon dengan mengalami pengapuran.
Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan
dimana bahan cairan lepas ke dalam bronkus dengan menimbulkan kapiler
materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitis akan masuk ke dalam
percabangan keobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di bagian lain dari
paru-paru atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus.
5
Kavitis untuk kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dengan
meninggalkan jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus
rongga. Bahan perkijaan dapat mengontrol sehingga tidak dapat mengalir
melalui saluran penghubung, sehingga kavitasi penuh dengan bahan perkijuan
dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat tidak
menimbulkan gejala dalam waktu lama dan membentuk lagi hubungan dengan
bronkus dan menjadi limpal peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme atau lobus dari kelenjar betah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada
berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo
hematogen yang biasanya sembuh sendiri, penyebaran ini terjadi apabila fokus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke
dalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh (Price, 1996)
.
2.4 Manifestasi Klinis
6
Tanda dan gejala tuberculosis dapat bermacam-macam antara lain (ilmu
penyakit dalam jilid III, hal.718).
1. Demam
Umumnya subfebris, kadang-kadang 40-410C, keadaan ini sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi
kuman tuberculosis yang masuk.
2. Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk radang. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non
produktif). Keadaan setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum atau dahak). Keadaan yang lanjut berupa batuk
darah haematoemesis karena terdapat pembuluh darah yang cepat.
Kebanyakan batuk darah pada TBC terjadi pada dinding bronkus.
3. Sesak nafas
Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas. Sesak
nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri dada
Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai pada pleura,
sehingga menimbulkan pleuritis, akan tetapi, gejala ini akan jarang
ditemukan.
5. Malaise
Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan anoreksia, berat badan makin menurun, sakit kepala, meriang,
nyeri otot dan keringat malam. Gejala semakin lama semakin berat dan
hilang timbul secara tidak teratur.
Tanda dan gejala yang sering ditemui pada tuberkulosis adalah batuk yang
tidak spesifik tetapi progresif. Biasanya tiga minggu atau lebih dan tidak ada
dahak. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, sifat batuk dimulai
dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan
menjadi produktif (menghasilkan sputum). Selain gejala batuk disertai dengan
gejala dan tanda lain seperti tersebut di bawah ini :
7
1. Demam. Terjadi lebih dari sebulan, biasanya pada pagi hari.
2. Hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan.
3. Keringat malam hari tanpa kegiatan.
4. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah berlanjut,
dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru.
5. Nyeri dada. Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis. Gejala ini jarang ditemukan.
6. Kelelahan.
7. Batuk darah atau dahak bercampur darah (Bahar, 1999)
1. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk
menemukan lesi tuberkulosis. Pada awal penyakit dimana lesi masih
merupakan sarang-sarang pneumonia gambaran radiologis adalah berupa
bercak-bercak seperti awan dengan batas yang tidak tegas. Bila telah
berlanjut, bercak-bercak awan jadi lebih padat dan batasnya jadi lebih
jelas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat akan terlihat bulatan dengan
batas yang tegas. Lesi ini dikenal dengan nema tuberkuloma.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Darah
8
Pada pemeriksaan darah yang diperiksa adalah jumlah leukosit
dan limfosit yang meningkat pada saat tuberkulosis mulai (aktif). Pada
pemeriksaan Laju Endap Darah mengalami peningkatan, tapi Laju
Endap Daanh yang normal bukan berarti menyingkirkan adanya proses
tuberkulosis. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit mulai
normal dan jumlah limfosit masih tetap tinggi dan Laju Endap Darah
mulai turun ke arah normal lagi (Bahar,1996:719).
b. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan
ditemukannya kuman BTA diagnosis tuberkulosis sudah bisa
dipastikan. Penemuan adanya BTA pada dahak, bilasan bronkus,
bilasan lambung cairan pleura atau jaringan paru adalah sangat penting
untuk mendiagnosa TBC paru.
c. Tes Tuberkulin
Biasanya dipakai cara mantoux yakni dengan menyuntikkan
0,1cc tuberkulin PPD (Purified Protein Derivate) intra cutan. Setelah
48-72 jam tuberkulin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa indurasi
kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan
antara antibody dan antigen tuberkulin.
9
1) Indurasi 0-5 mm (diameternya) : mantoux negative
2) Indurasi 6-9 mm : hasil meragukan
3) Indurasi 10-15 mm : hasil mantoux
positive
4) Indurasi lebih dari 16 mm : hasil mantoux positif
kuat
Biasanya hampir seluruh penderita memberikan reaksi mantoux
yamg positif (99,8%) Kelemahan tes ini juga dapat positif palsu yakni
pemberian BCG atau terinfeksi dengan Mycobacterium lain. Negatif
palsu lebih banyak ditemukan daripada positif palsu (Bahar,1996:721).
2.6 Penatalaksanaan
10
Diet yang diberikan pada penderita makanan yang tinggi kalori,
protein agar penderita TB cepat sembuh, maka penderita harus minum
obat secara teratur sesuai petunjuk, makan-makan yang cukup gizi, rajin
kontrol ke puskesmas atau sarana.
1. Penatalaksanaan perawatan
Penatalaksanaan perawatan untuk klien ditujukan agar:
a. Klien dapat mempertahankan jalan nafas dengan mengeluarkan sekret
tanpa bantuan
b. Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
c. Kebutuhan istirahat tidur klien dapat terpenuhi
d. Klien dapat beraktivitas secara efektif
e. Klien dapat lebih mendapatkan pengetahuan tentang penyakit TB
f. Klien tidak terjadi infeksi terhadap penyebaran penyakitnya ke organ
orang lain.
2. Pencegahan penularan TBC
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
11
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
KELUHAN UTAMA
1. Keluhan utama: Pasien mengatakan batuk darah terus-menerus dan semakin
parah.
12
Makanan ya tidak jenis: -
Lain-lain ya tidak jenis: -
4. Riwayat operasi: Tidak pernah
Kapan : -
Jenis operasi : -
5. Lain-lain: Pasien memiliki riwayat batuk berdahak disertai darah sejak tahun
2000 dengan diagnosa TB paru dan pengobatan OAT. Pasien mengatakan rajin
berobat dan kontrol ke dokter sampai dokter menghentikan pengobatan. Pasien
pernah rawat inap kembali pada tahun 2005 dengan kasus dan keluhan yang
sama. Diketahui saudara laki-laki pasien yang tinggal serumah adalah perokok
aktif. Ayah pasien memiliki riwayat batuk berdahak kronis.
Keterangan:
Pasien
13
OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda - tanda vital
S: 37o C N: 104 x/menit TD: 100/60 mmHg RR: 28 x/menit
Kesadaran : Composmentis
2. Sistem Pernapasan (Breathing)
a. RR: 28 x/menit
b. Keluhan: ( ) sesak ( ) nyeri waktu napas ( ) orthopnea
Batuk ( ) produktif ( ) tidak produktif
Sekret: Keluar 10x/hari Konsistensi : Kental, bercak darah
merah segar, masif
Warna: Kuning, merah darah Bau: -
c. Penggunaan otot bantu napas: tampak retraksi dinding dada, gerakan cepat,
terutama setelah batuk darah
d. PCH ya ( ) tidak ()
e. Irama napas () teratur ( ) tidak teratur
f. Friction rub: Tidak ada
g. Pola napas ( ) Dispneu ( ) Kusmaul ( ) Cheyne Stokes ( ) Biot
h. Suara napas () Vesikuler ( ) Bronko vesikuler
( ) Tracheal ( ) Bronkial
Masalah Keperawatan:
( ) Ronki ( ) Wheezing
Bersihan jalan napas tidak
( ) Crackles efektif
Gangguan pertukaran gas
i. Alat bantu napas ya () tidak ( )
Pola napas tidak efektif
Jenis: nasal canule Flow: 3 lpm
j. Penggunaan WSD :-
Produksi drain : -
k. Tracheostomy : ya ( ) tidak ()
l. Lain lain :
Pemeriksaan fisik paru
Inspeksi : Pergerakan dada kanan-kiri simetris
Palpasi : Vokal Fremitus kanan-kiri sama
Perkusi :
14
Apeks : Kanan kiri sonor
Medial : Kanan kiri sonor
Basal : Kanan redup, kiri sonor
Auskultasi :
Apeks : Kanan kiri vesikuler
Medial : Kanan kiri vesikuler
Basal : Kanan tidak terdengar, kiri vesikuler
Pemeriksaan Lab BGA
Hb : 4,8 g/dl pO2 : 29mmHg HCO3- : 19,9 mmol/l
K+ : 3,2 mEq TCO2 : 21,0 mmHg
pH : 7,35 BE ecf : -5,7
pCO2 : 36 mmhg SO2 : 51%
15
f. Pemeriksaan Saraf Kranial:
N1 : ( ) Normal (-) Tidak Ket: Tidak terkaji
N2 : ( ) Normal (-) Tidak Ket: Tidak terkaji
N3 : ( ) Normal (-) Tidak Ket: Tidak terkaji
N4 : ( ) Normal (-) Tidak Ket: Tidak terkaji
N5 : ( ) Normal (-) Tidak Ket: Tidak terkaji
N6 : ( ) Normal (-) Tidak Ket: Tidak terkaji
N7 : ( ) Normal (-) Tidak Ket: Tidak terkaji
N8 : ( ) Normal (-) Tidak Ket: Tidak terkaji
N9 : ( ) Normal (-) Tidak Ket: Tidak terkaji
N10 : ( ) Normal (-) Tidak Ket: Tidak terkaji
g. Isitrahat/Tidur : Jam/Hari (Pasien dalam keadaan somnolen)
Gangguan tidur : tidak ada
h. Penglihatan (mata)
i. Pupil : () Isokor (-) Anisokor Diameter: 3mm/3mm
j. Sklera/Konjungtiva : (-) Anemis (-) Ikterus (-) Konjungtivitis
k. IVD : Tidak terpasang IVD
l. EVD : Tidak terpasang EVD
m. ICP : Tidak ada tanda peningkatan TIK
n. Lain-lain:
5. Sistem perkemihan (Bladder)
a. Kebersihan : () Bersih (-) Kotor
b. Keluhan Kencing : (-) Nokturi (-) Inkontinensia
(-) Gross hematuri (-) Poliuria
(-) Disuria (-) Oliguria
(-) Retensi (-) Hesistensi
(-) Anuria
c. Produksi urine : 1150 ml/hari Warna: kuning Bau: khas urine
d. Kandung kemih membesar : ( - ) Ya ( ) Tidak
Nyeri tekan : ( - ) Ya ( ) Tidak
e. Intake cairan : oral : 1000cc/hr
Parenteral : - Jenis:
f. Alat bantu kateter : ( ) Ya () Tidak
Lain-lain : -
6. Sistem pencernaan (Bowel)
Masalah Keperawatan :
a. TB : 150 cm BB: 60 Kg Tidak ada masalah
b. IMT: 26,67 Interpretasi: overweight
c. LOLA: Tidak terkaji
d. Mulut : ( -) bersih ( ) kotor ( - ) berbau
e. Mukosa : ( ) lembab ( - ) kering ( - ) stomatitis
f. Tenggorokan : ( - ) sakit menelan ( - ) kesulitan menelan
16
( - ) pembesaran tonsil ( - ) nyeri tekan
( - ) Nodul pada uvula ( - ) Suara Serak
Abdomen : ( - ) Tegang (-) Kembung (-) Ascites
g. Nyeri tekan : ( - ) Ya ( ) Tidak
h. Mual : ( - ) ya ( ) Tidak
i. Muntah :( - ) Ya ( ) Tidak Berapa kali: -
j. Luka operasi : ( - ) ada ( ) tidak Tanggal operasi : -
Jenis operasi : - Lokasi : -
Keadaan Drain : ( - ) Ada () Tidak
Jumlah : - . Warna : -
Kondisi area sekitar insersi : -
k. Peristaltik : 25 x/menit
l. BAB : 1x/hari Terakhir tanggal : 23 Maret 2016
Konsistensi : ( - ) Keras (-) Lunak (-) Cair (-) Lendir/darah
m. Diet : ( - ) Padat () Lunak (-) Cair
n. Nafsu makan: (-) Baik (- ) Menurun
o. Porsi makan: (-) Habis (-) Tidak Ket: habis sekitar 50% total porsi
Diet Khusus: TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein) : bubur kasar, 2100 kkal,
protein 75 g
p. Lain-lain : -
17
8.Sistem Integumen
a. Penilaian risiko dekubitus
ASPEK YANG KRITERIA PENILAIAN
1 2 3 4 NILAI
DINILAI
PERSEPSI Terbatas Sangat Keterbatasan Tidak ada 4
SENSORI sepenuhnya terbatas ringan gangguan
KELEMBAPAN Terus Sangat Kadang- Jarang basah 1
menerus lembab kadang basah
basah
AKTIVITAS Bed fast Chairfast Kadang- Lebih sering 1
kadang jalan jalan
MOBILISASI Immobile Sangat Keterbatasan Tidak ada 2
sepenuhnya terbatas ringan keterbatasan
NUTRISI Sangat buruk Kemungkinan Adekuat Sangat baik 3
tidak adekuat
GESEKAN Bermasalah Potensial Tidak 3
DAN bermasalah menimbulkan
PERGESERAN masalah
NOTE: Pasien dengan nilai total <16 maka dapat dikatakan bahwa
TOTAL
pasien berisiko mengalami dekubitus (pressure ulcer). 16
NILAI
(15 or 16 =low risk, 13or 14=moderate risk, 12 or less= high risk)
b. Warna:
c. Pitting edema: -
d. Ekskoriasis : (-) ya () Tidak
e. Psoriasis : (-) ya () Tidak
f. Pruritus : (-) ya () Tidak
g. Urtikaria : (-) ya () Tidak
h. Lain-lain :
9.Sistem Endokrin
Pembesaran kelenjar tyroid ( - ) ya () tidak
Pembesaran Kelenjar getah bening ( - ) ya (lokasi: -) () tidak
Hipoglikemia ( - ) ya () tidak
Hiperglikemia (- ) ya () tidak
Luka gangren ( - ) ya () tidak
Lain-lain:-
18
10. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya: Pasien pasrah dan menerima saja
bahwa dirinya sakit kronis, menjalani terapi dan perawatan tanpa mengeluh.
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya : Pasien mengalami penurunan
kesadaran
() Murung/diam ( - ) Gelisah ( - ) Tegang (-) Marah/menangis
c. Reaksi saat interaksi : ( ) Kooperatif (-) Tidak kooperatif (-) Curiga
d. Gangguan konsep diri: Tidak ada
Masalah Keperawatan:
11. Personal Hygiene dan Kebiasaan
a. Kebersihan diri : Defisit Perawatan Diri
19
Hb : 4,8 g/dl
Pemeriksaan Sputum BTA:
P S P (Pagi Sewaktu Pagi)
I : (+) 1/100
II : (-)
III : (-)
14. Terapi
- O2 nasal canule 3 lpm
- infus NaCL 0,9 % 14 tpm
- injeksi : asam traneksamat 3x1
- codein 3x10 mg
- KSR 3x1 tablet
- transfusi PRC 2 kolf/hari sampai Hb > 10 g/dl
- posisi trendelenburg
15. Data Tambahan Lain
Foto Toraks pada tanggal 25 Maret 2016
Kesan :
Kesan :
20
ANALISA DATA
MASALAH
TANGGAL / DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
29 Maret 2016
21
sesak napas muncul hanya Eritrosit dan leukosit
pada saat batuk. mengisi alveoli
DO:
1. Tampak retraksi dinding Konsolidasi di paru
dada.
2. Gerakan cepat, terutama Gangguan ventilasi
setelah batuk darah. difusi & transport O2
3. RR = 28x/menit.
Infeksi TBC Paru
29 Maret 2016 Aneurisma rasmussen
DS: Pecahnya pembuluh
Pasien mengatakan batuk darah alveoli
darah semakin bertambah
Ketidakefektifan
parah, 10x /hari Perdarahan masif pada
Perfusi Jaringan
DO: alveoli
Perifer
1. Hb= 4,89 g/dl
2. CRT >2 detik Hemaptoe
3. Akral basah, pucat, dingin
4. Konjungtiva anemis Tubuh kehilangan
banyak darah
Anemia
29 Maret 2016 Peradangan paru,
pembentukan jaringan
DS: fibrosa
Pasien mengatakan badan
terasa lemah untuk melakukan Berkurangnya luas
aktivitas. total lapang paru
DO:
Intoleransi
1. Pasien tampak lemah. Penurunan kapasitas
Aktivitas
2. Hb = 4,89 g/dl difusi lapang paru
3. Konjungtiva anemis.
4. Pasien bed fast, imobilisasi Berkurangnya
sepenuhnya. oksigenasi darah
Malaise
22
1. Pasien tampak lemah.
2. Hb = 4,89 g/dl
3. Konjungtiva anemis.
Berkurangnya
4. Pasien mandi dibantu
oksigenasi darah
sepenuhnya oleh keluarga
5. Pasien berganti pakaian,
Gangguan pemenuhan
keramas, sikat gigi,
ADL
memotong kuku, berhias
dan makan dibantu
sebagian oleh keluarga.
23
RENCANA INTERVENSI
24
perdarahan di jalan napas
akibat hemoptoe.
Selasa, 29 13.00 Diagnosa Keperawatan II: 1. Pertahankan posisi pasien 1. Posisi trenderenburg atau
Maret 2016 Gangguan pertukaran gas trendelenburg: posisi kepala lebih posisi kepala yang lebih
Tujuan: rendah dari posisi kaki rendah dari kaki mampu
Setelah dilakukan tindakan
2. Kaji irama napas pasien, apakah cepat mencegah kondisi
keperawatan selama 8x24 jam,
dan dalam, apakah kusmaul, ataukah hemoptoe bertambah parah,
pertukaran gas tidak terganggu.
termasuk normal atau tidak, dan mencegah terjadinya
Kritera Hasil:
1. Pasien menunjukkan dokumentasikan temuan aspirasi ketika pasien batuk
peningkatan ventilasi dan 3. Kaji suara napas, dokumentasikan 2. Pengkajian dengan data
oksigenasi, dengan indikator temuan akurat mampu membantu
BGA normal (pH 7,35-7,45, 4. Kaji kebutuhan oksigen pasien dg perawat untuk menentukan
pCO2 35-45 mmHg, TCO2 saturasim dokumentasikan temuan tindakan / terapi bagi pasien
23-30 mmol/l, pO2 80-100 5. Kolaborasikan pemberian terapi sesuai dengan
mmHg, BE -3,5-2,0, HCO3- oksigen yang sesuai dg kebutuhan kebutuhannya.
22-26 mmol/l) pasien 3. Hasil dari pemeriksaan
2. Pasien tidak gaduh-gelisah, 6. Kolaborasikan untuk melakukan BGA menunjukkan
kesadaran tidak terganggu, pemeriksaan BGA efektivitas pertukaran gas.
GCS = E4 V5 M6 7. Anjurkan pasien untuk tidak banyak 4. Ketika pasien tidak banyak
3. Pasien tidak mengalami melakukan aktivitas, sehingga dapat melakukan aktivitas yang
sianosis, CRT <2 detik, tidak berfokus pada kebutuhan pemenuhan tidak perlu, secara rasiona
ada tanda-tanda kebiruan di istirahat kebutuhan oksigenasi pasien
bibir atau di permukaan kuku juga tidak akan banyak
4. TTV dan pernapasan dalam terganggu oleh aktivtas tsb.
batas normal : 5. Fokus pada pemenuhan
25
TD = 100 130 / 70 90 kebutuhan istirahat
mmHg merupakan salah satu
N = 60 100x /m bantuan tubuh mencapai
S = 360 C 37,50 C tingkat fisiologis dan
RR = 16-20x/menit kesembuhan
Selasa, 29 13.00 Diagnosa Keperawatan III: Bantuan ventilasi: 1. Posisi yang tepat dapat
Maret 2016 Pola napas tidak efektif 1. Tingkatkan pola napas spontan memaksimakan ekspansi
seoptimal mungkin dengan posisi yang sehingga pasien bisa
Tujuan: o
tepat (head down 30 atau bernapas lebih lancar.
Setelah dilakukan tindakan
trendelenburg). 2. Pemberian oksigen akan
keperawatan selama 8x24 jam,
2. Maksimalkan pertukaran oksigen dan menambah konsentrasi
status resporatorik: ventilasi,
karbon dioksida di paru dengan oksigen yang terhirup.
pertukaran gas, jalan napas paten.
pemberian terapi oksigen 3. Jalan napas yang paten akan
Kriteria Hasil: Manajemen ventilasi: melancarkan aliran oksigen
1. TTV dan pernapasan dalam 3. Fasilitasi patensi saluran pernapasan dan karbon dioksida dari
batas normal : dengan memiringkan pasien. dan ke dalam paru,
TD = 100 130 / 70 90 mencegah aspirasi ketika
mmHg batuk.
N = 60 100x /m
S = 360 C 37,50 C
RR = 16-20x/menit
5. Pasien bebas dari sianosis
dan tanda gejala hipoksia
dengan BGA normal (pH
7,35-7,45, pCO2 35-45
26
mmHg, TCO2 23-30 mmol/l,
pO2 80-100 mmHg, BE -3,5-
2,0, HCO3- 22-26 mmol/l)
2. Kesadaran baik, GCS E4 V5
M6
Selasa, 29 13. 00 Diagnosa Keperawatan IV: 1. Kaji pulsasi, warna kulit, suhu, dan 1. Posisi trendelenburg atau
Maret 2016 Ketidakefektifan perfusi jaringan kondisi di ektremitas. posisi kepala yang lebih
2. Pertahankan posisi pasien rendah dari kaki mampu
Tujuan:
trendelenburg kepala lebih rendah dari mencegah kondisi
Setelah dilakukan tindakan
posisi kaki. hemoptoe bertambah parah,
keperawatan selama 8x24 jam,
3. Anjurkan pasien untuk patuh pada dan mencegah terjadinya
perfusi jaringan perifer efektif.
program terapi, pengobatan, dan diet aspirasi ketika pasien batuk
Kriteria Hasil: 4. Kolaborasikan diet pasien yang banyak 2. Pengkajian dengan data
1. TTV dan pernapasan dalam mengandung zat besi, contoh : akurat mampu membantu
batas normal : makanan dengan olahan bayam, perawat untuk menentukan
TD = 100 130 / 70 90 brokoli, dsb. tindakan / terapi bagi pasien
mmHg 5. Kolaborasikan pemberian tranfusi sesuai dengan
N = 60 100x /m darah, untuk indikasi penurunan Hb kebutuhannya.
S = 360 C 37,50 C atau anemia 3. Kepatuhan pasien terhadap
RR = 16-20x/menit
6. Kolaborasikan pemberian obat anti prosedur dan proses
2. Pulsasi arteri perifer adekuat
3. Kulit akral tdak pucat, tidak perdarahan pengobatan dan terapi akan
dingin, hangat +, merah +, mempengaruhi hasil dari
kering + kesembuhan.
4. Hb meningkat dan mencapai 4. Penambahan untuk transfusi
27
darah sebaiknya dilakukan,
anemia dihindari dan diatasi
agar tidak menjadi
rentang normal : 10 g /dl
permasalah baru yang akan
mempengaruhi kondisi
pasien.
Selasa, 29 13. 00 Diagnosa Keperawatan V: 1. Kaji TTV, termasuk inspeksi 1. Pengkajian dengan data
Maret 2016 Intoleransi aktivitas konjungtiva dan Hb. akurat mampu membantu
2. Bantu pasien dalam pemenuhan ADL. perawat untuk menentukan
Tujuan:
3. Tingkatkan keterlibatan keluarga tindakan / terapi bagi pasien
Setelah dilakukan tindakan
dalam pemenuhan ADL pasien. sesuai dengan
keperawatan selama 8x24 jam,
4. Berikan terapi latihan ambulasi untuk kebutuhannya.
intoleransi aktivitas teratasi.
pasien sesuai kemampuan dan batas 2. Bantuan pemenuhan ADL
Kriteria Hasil: toleransi aktivitas: miring kanan kiri. akan mempermudah pasien
1. TT 5. Kolaborasikan pemberian obat anti dalam beraktivitas.
V dan pernapasan dalam batas perdarahan dan transfusi darah. 3. Keterlibatan keluarga
normal : 6. Kolaborasikan pemberian terapi memudahkan pasien untuk
TD = 100 130 / 70 90 oksigen. memenuhi kebutuhan
mmHg dasarnya.
N = 60 100x /m 4. Terapi ambulasi membantu
S = 360 C 37,50 C pasien beraktivitas sesuai
RR = 16-20x/menit
batas toleransinya.
2. Hb
5. Penambahan untuk transfusi
meningkat dan mencapai
darah sebaiknya dilakukan,
rentang normal : 10 g /dl
anemia dihindari dan diatasi
28
agar tidak menjadi
permasalah baru yang akan
3. Pasi mempengaruhi kondisi
en tidak tampak lemah, pasien.
konjungtiva tidak anemis 6. Terapi oksigen membantu
memenuhi kebutuhan tubuh
pasien untuk metabolisme.
Selasa, 29 13. 00 Diagnosa Keperawatan VI: 1. Kaji kebutuhan pasien terhadap 1. Pengkajian dengan data
Maret 2016 Defisit perawatan diri perlengkapan personal hygiene: mandi, akurat mampu membantu
berpakaian, toileting, makan. perawat untuk menentukan
Tujuan:
2. Pastikan segala keperluan ADL pasien tindakan / terapi bagi pasien
Setelah dilakukan tindakan
ada dalam jangkauan pasien. sesuai dengan
keperawatan selama 8x24 jam,
3. Anjurkan keluarga pasien untuk kebutuhannya.
pasien mampu melakukan
membantu pemenuhan ADL pasien: 2. Mendekatkan keperluan
adaptasi keterbatasan fisik.
mandi, berpakaian, toileting, makan. pasien dalam jangkauan
Kriteria Hasil: 4. Dukung pasien untuk mencukupi akan memudahkan pasien
1. Pasien mampu melakukan kebutuhannya secara normal sesuai dalam melakukan ADL.
perawatan diri secara mandiri kemampuan. 3. Keluarga pasien adalah
dan bertahap. orang terdekat pasien yang
2. Kebutuhan perawatan diri selalu mendampingi pasien,
pasien: mandi, berpakaian, memudahkan pemenuhan
toileting, makan terpenuhi. kebutuhan dan
3. Pasien dapat melakukan meningkatkan kemandirian.
mobilisasi bertahap. 4. Memandirikan pasien untuk
memenuhi kebutuhannya
29
sendiri sesuai
keterbatasannya.
30
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari,
DK Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf
Tanggal
Rabu, 30 2, 3, 4 14.00 Mempertahankan posisi pasien trendelenburg, miring 20.30 DK 1
Maret kanan. S: Pasien mengatakan sesak napas dan
2016 6 14.00 Mengkaji kebutuhan pasien terhadap perlengkapan nyeri dada skala 7 ketika batuk darah.
Sore O: Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi
personal hygiene: mandi, berpakaian, toileting,
98x/menit lemah dan teratur, suara
makan. napas vesikuler, RR 28x/menit, pasien
1, 2, 14.00 Mempertahankan pemberian oksigen 3 lpm melalui menggunakan O2 nasal kanul 3 lpm,
3, 5 nasal kanul. posisi supine, batuk darah 12x sehari,
3, 5 14.00 Menganjurkan pasien alih baring kanan-kiri. darah masif.
4 14.00 Mengkolaborasikan pemberian transfusi darah PRC A: Masalah belum teratasi.
kolf kedua golongan darah A P: Lanjutkan intervensi.
1, 2, 15.00 Melakukan observasi TTV, termasuk suara napas dan
DK 2
3, 4 oksigenasi. S: Pasien mengatakan sesak napas dan
TD : 90/60 mmHg, N : 108x/menit lemah dan nyeri dada skala 7 ketika batuk darah.
teratur, RR : 30x/menit suara napas vesikuler, pasien O: Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi
menggunakan O2 nasal kanul 3 lpm. 108x/menit lemah dan teratur, suhu
4, 5 16.00 Memberikan injeksi asam traneksamat 1 ampul per 37,3o C, RR 28x/menit, sampel darah
i.v. sesuai program medik. BGA terambil, posisi supine.
A: Masalah belum teratasi.
5, 6 16.00 Memastikan segala keperluan ADL pasien ada dalam
P: Lanjutkan intervensi.
jangkauan pasien.
31
5, 6 16.00 Menganjurkan keluarga pasien untuk membantu DK 3
pemenuhan ADL pasien: mandi, berpakaian, S: Pasien mengatakan sesak napas dan
toileting, makan. nyeri dada skala 7 ketika batuk darah.
O: Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi
1, 2, 18.00 Melakukan observasi TTV, termasuk suara napas,
108x/menit lemah dan teratur, suhu
3, 4, 5 oksigenasi, observasi konjungtiva. 37,3o C, RR 28x/menit, sampel darah
TD : 90/60 mmHg, N : 98x/menit lemah dan teratur, BGA terambil, posisi supine, GCS E4
RR : 28x/menit suara napas vesikuler, pasien V5 M6.
menggunakan O2 nasal kanul 3 lpm. A: Masalah belum teratasi.
2 18.00 Mengkolaborasikan pengambilan sampel BGA. P: Lanjutkan intervensi.
5, 6 19.00 Membantu pasien melakukan pemenuhan ADL:
DK 4
makan.
S: Pasien mengatakan sesak napas dan
nyeri dada skala 7 ketika batuk darah.
O: Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi
108x/menit lemah dan teratur, suhu
37,3o C, RR 28x/menit, ekstremitas
dingin dan pucat.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
DK 5
S: Pasien mengatakan merasa lemas dan
nyeri dada skala 7 ketika batuk darah.
O: Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi
108x/menit lemah dan teratur, suhu
37,3o C, RR 28x/menit, ekstremitas
dingin dan pucat, konjungtiva anemis.
32
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
DK 6
S: Pasien mengatakan dirinya hanya
mampu berbaring di tempat tidur.
O: Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi
108x/menit lemah dan teratur, suhu
37,3o C, RR 28x/menit, ekstremitas
dingin dan pucat, pasien hanya
berbaring di tempat tidur.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
Kamis, 2, 3, 4 07.30 - Mempertahankan posisi pasien head down 30o atau 20.30 DK 1
31 Maret trendelenburg, mempertahankan posisi miring kanan. S: Pasien mengatakan masih sesak napas,
2016 3 07.30 - Mempertahankan pemberian O2 nasal kanul 3 lpm batuk terus dan selalu disertai darah.
Pagi - 4 08.00 Memberikan injeksi asam traneksamat 1 ampul per O: Tekanan darah 90/70 mmHg, nadi
Siang i.v. 98x/menit lemah dan teratur, suara
1, 2, Mengobservasi TTV, napas vesikuler, RR 28x/menit, pasien
3, 4 TD : 90/60 mmHg, N : 90x/menit lemah dan teratur, menggunakan O2 nasal kanul 3 lpm,
RR : 26x/menit suara napas vesikuler, pasien posisi trendelenburg, batuk darah 10x
menggunakan O2 nasal kanul 3 lpm sehari.
5 Menganjurkan pasien alih baring kanan-kiri. A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
33
TD : 90/60 mmHg, N : 96x/menit lemah dan teratur, batuk terus dan selalu disertai darah.
RR : 26x/menit suara napas vesikuler, pasien O: Tekanan darah 90/70 mmHg, nadi
menggunakan O2 nasal kanul 3 lpm, Saturasi O2 : 98x/menit lemah dan teratur, suara
napas vesikuler, RR 28x/menit, pasien
98%
menggunakan O2 nasal kanul 3 lpm,
posisi trendelenburg, batuk darah 10x
1, 2, 15.00 Melakukan observasi TTV termasuk suara napas, sehari, hasil BGA: pH 7,44, pCO2 33
3, 4, 5 status oksigenasi, memiringkan pasien ke kanan. mmHg, pO2 89 mmHg, HCO3- 22,4
TD : 90/70 mmHg, N: 98x/menit lemah dan teratur, mmol/l.
suara napas vesikuler, RR 28x/menit, pasien A: Masalah belum teratasi.
menggunakan O2 nasal kanul 3 lpm. P: Lanjutkan intervensi.
34
batuk terus dan selalu disertai darah.
O: Tekanan darah 90/70 mmHg, nadi
98x/menit lemah dan teratur, suara
napas vesikuler, RR 28x/menit, pasien
menggunakan O2 nasal kanul 3 lpm,
posisi supine, batuk darah 10x sehari.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
DK 5
S: Pasien mengatakan merasa lemas,
hanya sanggup berbaring di tempat
tidur.
O: Tekanan darah 90/70 mmHg, nadi
98x/menit lemah dan teratur, suara
napas vesikuler, RR 28x/menit, pasien
menggunakan O2 nasal kanul 3 lpm,
ekstremitas dingin dan pucat,
konjungtiva anemis.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
DK 6
S: Pasien mengatakan dirinya hanya
mampu berbaring di tempat tidur.
O: Tekanan darah 90/70 mmHg, nadi
98x/menit lemah dan teratur, suara
napas vesikuler, RR 28x/menit, pasien
35
menggunakan O2 nasal kanul 3 lpm,
ekstremitas dingin dan pucat,
konjungtiva anemis, pasien hanya
berbaring di tempat tidur.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
36
beraktivitas. 33 mmHg, pO2 89 mmHg, HCO3- 22,4
mmol/l.
1, 2, 21.00 Melakukan observasi TTV, termasuk suara napas A: Masalah belum teratasi.
3, 4, P: Lanjutkan intervensi.
dan oksigenasi. TD : 90/60 mmHg, N : 98x/menit
5, 6
teratur, RR : 21x/menit suara napas vesikuler, DK 3
pasien menggunakan O2 nasal kanul 3 lpm, S: Pasien mengatakan masih sesak napas,
menganjurkan pasien untuk mencukupi kebutuhan batuk terus dan selalu disertai darah.
perawatan diri secara normal sesuai kemampuan. O: Tekanan darah 116/62 mmHg, N :
92x/menit lemah dan teratur, RR :
20x/menit suara napas vesikuler,
1, 2, pasien menggunakan O2 nasal kanul 3
05.00 Melakukan observasi TTV, termasuk suara napas dan
3, 4, 5 lpm, posisi trendelenburg, batuk darah
oksigenasi. 10x sehari, hasil BGA: pH 7,44, pCO2
TD : 116/62 mmHg, N : 92x/menit lemah dan teratur, 33 mmHg, pO2 89 mmHg, HCO3- 22,4
RR : 20x/menit suara napas vesikuler, pasien mmol/l, GCS E4 V5 M6.
menggunakan O2 nasal kanul 3 lpm. A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
DK 4
S: Pasien mengatakan masih sesak napas,
batuk terus dan selalu disertai darah.
O: Tekanan darah 116/62 mmHg, N :
92x/menit lemah dan teratur, RR :
20x/menit suara napas vesikuler,
pasien menggunakan O2 nasal kanul 3
lpm, posisi supine, batuk darah 10x
sehari.
37
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
DK 5
S: Pasien mengatakan merasa lemas,
hanya sanggup berbaring di tempat
tidur.
O: Tekanan darah 116/62 mmHg, N :
92x/menit lemah dan teratur, RR :
20x/menit suara napas vesikuler,
pasien menggunakan O2 nasal kanul 3
lpm, ekstremitas dingin dan pucat,
konjungtiva anemis.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
DK 6
S: Pasien mengatakan dirinya hanya
mampu berbaring di tempat tidur.
O: Tekanan darah 116/62 mmHg, N :
92x/menit lemah dan teratur, RR :
20x/menit suara napas vesikuler,
pasien menggunakan O2 nasal kanul 3
lpm, ekstremitas dingin dan pucat,
konjungtiva anemis, pasien hanya
berbaring di tempat tidur.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
38
Sabtu, 2 5, 6 15.00 - Dukung pasien untuk mencukupi kebutuhannya DK 1
April secara normal sesuai kemampuan S: Pasien mengatakan masih sesak napas,
2016 4 15.00 -Memberikan injeksi asam traneksamat 1 ampul per batuk terus dan selalu disertai darah.
Siang - O: Tekanan darah 90/55 mmHg, N :
i.v.
Malam 1, 2, 100x/menit lemah dan teratur, RR :
3, 4, 5 16.00 Mengobservasi TTV, 20x/menit suara napas vesikuler,
T D : 90/60mmHg N: 90x/m RR :20x/m S :36,70C pasien menggunakan O2 nasal kanul 3
18.00 -Memberikan injeksi asam traneksamat 1 ampul per lpm, pasien batuk sekitar 12x sehari.
i.v. A: Masalah belum teratasi.
1, 2, 21.00 Melakukan observasi TTV, termasuk suara napas dan P: Lanjutkan intervensi.
3, 4, 5 oksigenasi.
DK 2
23.52 TD : 100/60 mmHg, N : 90x/menit lemah dan
S: Pasien mengatakan masih sesak napas,
teratur, RR : 24x/menit suara napas vesikuler, pasien batuk terus dan selalu disertai darah.
1, 2, menggunakan O2 nasal kanul 3 lpm O: Tekanan darah 90/55 mmHg, N :
4, 5 05.00 100x/menit lemah dan teratur, RR :
Mempertahankan pemberian O2 3lpm menggunakan 20x/menit suara napas vesikuler,
4, 5 nasal kanul pasien menggunakan O2 nasal kanul 3
Memberikan injeksi asam traneksamat 1 ampul per lpm, pasien batuk sekitar 12x sehari.
1, 2, A: Masalah belum teratasi.
i.v
3, 4, 5 P: Lanjutkan intervensi.
39
teratur, RR : 20x/menit suara napas vesikuler, pasien O: Tekanan darah 90/55 mmHg, N :
menggunakan O2 nasal kanul 3 lpm. 100x/menit lemah dan teratur, RR :
20x/menit suara napas vesikuler,
pasien menggunakan O2 nasal kanul 3
lpm, pasien batuk sekitar 12x sehari,
posisi trendelenburg, GCS E4 V5 M6.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
DK 4
S: Pasien mengatakan masih sesak napas,
batuk terus dan selalu disertai darah.
O: Tekanan darah 90/55 mmHg, N :
100x/menit lemah dan teratur, RR :
20x/menit suara napas vesikuler,
pasien menggunakan O2 nasal kanul 3
lpm, pasien batuk sekitar 12x sehari.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
DK 5
S: Pasien mengatakan merasa lemas,
hanya sanggup berbaring di tempat
tidur.
O: Tekanan darah 90/55 mmHg, N :
100x/menit lemah dan teratur, RR :
20x/menit suara napas vesikuler,
pasien menggunakan O2 nasal kanul 3
40
lpm, ekstremitas dingin dan pucat,
konjungtiva anemis.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
DK 6
S: Pasien mengatakan dirinya hanya
mampu berbaring di tempat tidur.
O: Tekanan darah 90/55 mmHg, N :
100x/menit lemah dan teratur, RR :
20x/menit suara napas vesikuler,
pasien menggunakan O2 nasal kanul 3
lpm, ekstremitas dingin dan pucat,
konjungtiva anemis, pasien hanya
berbaring di tempat tidur.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
41
3, 4 oksigenasi.
TD : 100/70 mmHg, N : 87x/menit lemah dan DK 2
teratur, RR : 20x/menit suara napas vesikuler, pasien S: Pasien mengatakan masih sesak napas,
batuk terus dan selalu disertai darah.
menggunakan O2 nasal kanul 3 lpm.
O: Tekanan darah 100/70 mmHg, N :
87x/menit lemah dan teratur, RR :
20x/menit suara napas vesikuler,
pasien menggunakan O2 nasal kanul 3
lpm, pasien batuk sekitar 11x sehari.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
DK 3
S: Pasien mengatakan masih sesak napas,
batuk terus dan selalu disertai darah.
O: Tekanan darah darah 100/70 mmHg,
N : 87x/menit lemah dan teratur, RR :
20x/menit suara napas vesikuler,
pasien menggunakan O2 nasal kanul 3
lpm, pasien batuk sekitar 11x sehari,
posisi trendelenburg, GCS E4 V5 M6.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
DK 4
S: Pasien mengatakan masih sesak napas,
batuk terus dan selalu disertai darah.
42
O: Tekanan darah darah 100/70 mmHg,
N : 87x/menit lemah dan teratur, RR :
20x/menit suara napas vesikuler,
pasien menggunakan O2 nasal kanul 3
lpm, pasien batuk sekitar 11x sehari.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
DK 5
S: Pasien mengatakan merasa lemas,
hanya sanggup berbaring di tempat
tidur.
O: Tekanan darah darah 100/70 mmHg,
N : 87x/menit lemah dan teratur, RR :
20x/menit suara napas vesikuler,
pasien menggunakan O2 nasal kanul 3
lpm, ekstremitas hangat dan pucat,
konjungtiva anemis.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
DK 6
S: Pasien mengatakan dirinya hanya
mampu berbaring di tempat tidur.
O: Tekanan darah darah 100/70 mmHg,
N : 87x/menit lemah dan teratur, RR :
20x/menit suara napas vesikuler,
pasien menggunakan O2 nasal kanul 3
43
lpm, ekstremitas hangat dan pucat,
konjungtiva anemis, pasien hanya
berbaring di tempat tidur.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
44
RR : 20x/menit suara napas vesikuler, pasien
bernapas spontan tanpa alat bantu. DK 3
S: Pasien mengatakan tidak sesak napas,
batuk terus dan selalu disertai darah.
O: Tekanan darah 90/60 mmHg, N :
94x/menit lemah dan teratur, RR :
20x/menit suara napas vesikuler,
pasien bernapas spontan tanpa alat
bantu, pasien batuk sekitar 10x sehari,
posisi trendelenburg, GCS E4 V5 M6.
A: Masalah teratasi.
P: Hentikan intervensi.
DK 4
S: Pasien mengatakan tidak sesak napas,
batuk terus dan selalu disertai darah.
O: Tekanan darah 90/60 mmHg, N :
94x/menit lemah dan teratur, RR :
20x/menit suara napas vesikuler,
pasien bernapas spontan tanpa alat
bantu, pasien batuk sekitar 10x sehari.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
DK 5
S: Pasien mengatakan merasa lemas
berkurang, masih tetap terus berbaring
di tempat tidur.
45
O: Tekanan darah 90/60 mmHg, N :
94x/menit lemah dan teratur, RR :
20x/menit suara napas vesikuler,
pasien bernapas spontan tanpa alat
bantu, ekstremitas hangat dan pucat,
konjungtiva anemis.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
DK 6
S: Pasien mengatakan dirinya hanya
dapat berbaring di tempat tidur.
O: Tekanan darah 90/60 mmHg, N :
94x/menit lemah dan teratur, RR :
20x/menit suara napas vesikuler,
pasien bernapas spontan tanpa alat
bantu, ekstremitas hangat dan pucat,
konjungtiva anemis, pasien hanya
berbaring di tempat tidur.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
46
toileting, makan. pasien bernapas spontan tanpa alat
5, 6 08.03 Mendukung pasien untuk mencukupi kebutuhannya bantu, pasien batuk sekitar 10x sehari.
secara normal sesuai kemampuan. A: Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi.
47
DK 6
S: Pasien mengatakan dirinya hanya
dapat berbaring di tempat tidur.
O: Tekanan darah 100/70 mmHg, N :
90x/menit lemah dan teratur, RR :
20x/menit suara napas vesikuler,
pasien bernapas spontan tanpa alat
bantu, ekstremitas hangat dan pucat,
konjungtiva anemis, pasien hanya
berbaring di tempat tidur.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
48
1, 4, 09.00 Melakukan observasi TTV, termasuk suara napas dan O: Tekanan darah 110/60 mmHg, N :
5, 6 oksigenasi. 93x/menit lemah dan teratur, RR :
TD : 100/70 mmHg, N : 90x/menit lemah dan 22x/menit suara napas vesikuler,
pasien bernapas spontan tanpa alat
teratur, RR : 20x/menit suara napas vesikuler, pasien
bantu, pasien batuk sekitar 12x sehari.
1, 4, 5 12.00 bernapas spontan tanpa alat bantu. A: Masalah belum teratasi.
Melakukan observasi TTV, termasuk suara napas dan P: Lanjutkan intervensi.
oksigenasi.
TD : 100/60 mmHg, N : 93x/menit lemah dan DK 5
teratur, RR : 22x/menit suara napas vesikuler, pasien S: Pasien mengatakan merasa tidak
bernapas spontan tanpa alat bantu. lemas, masih tetap terus berbaring di
tempat tidur.
O: Tekanan darah 110/60 mmHg, N :
93x/menit lemah dan teratur, RR :
22x/menit suara napas vesikuler,
pasien bernapas spontan tanpa alat
bantu,, ekstremitas hangat dan pucat,
konjungtiva tidak anemis.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
DK 6
S: Pasien mengatakan dirinya hanya
dapat berbaring di tempat tidur.
O: Tekanan darah 110/60 mmHg, N :
93x/menit lemah dan teratur, RR :
22x/menit suara napas vesikuler,
pasien bernapas spontan tanpa alat
49
bantu, ekstremitas hangat dan pucat,
konjungtiva tidak anemis, pasien
hanya berbaring di tempat tidur.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
50
teratur, RR : 19x/menit suara napas vesikuler, pasien DK 5
bernapas spontan tanpa alat bantu. S: Pasien mengatakan merasa tidak
lemas, masih tetap terus berbaring di
tempat tidur.
O: Tekanan darah 100/70 mmHg, N :
92x/menit lemah dan teratur, RR :
19x/menit suara napas vesikuler,
pasien bernapas spontan tanpa alat
bantu, ekstremitas hangat, konjungtiva
tidak anemis.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
DK 6
S: Pasien mengatakan dirinya hanya
dapat berbaring di tempat tidur.
O: Tekanan darah 100/70 mmHg, N :
92x/menit lemah dan teratur, RR :
19x/menit suara napas vesikuler,
pasien bernapas spontan tanpa alat
bantu, ekstremitas hangat, konjungtiva
tidak anemis, pasien hanya berbaring
di tempat tidur.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi.
51
BAB 4
PEMBAHASAN
52
bercak merah darah segar masif, batuk dahak 10x /hari. Pasien juga mengatakan
batuk berdahak dengan sedikit percikan darah dan bertambah parah. Hal tersebut
dimulai dengan adanya infeksi paru oleh Mycobacterium tuberculosis, memicu
invasi makrofag yang meningkatkan produksi sekret dan akumulasi darah di paru
sehingga terjadi aneurisma rasmussen pada bronkus dan alveoli. Aneurisma
Rasmussen tersebut kemudian pecah, terjadi perdarahan dan darah ikut keluar
bersama sekret ketika batuk. Sekret dan darah tersebut berada pada jalan napas
sehingga muncul masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas.
Masalah keperawatan selanjutnya adalah gangguan pertukaran gas.
Masalah tersebut muncul karena ada gejala-gejala antara lain pasien sesak napas,
RR 28x/menit, HCO3- = 19,9 mmol /l, TCO2 21,0 mmHg, BE = -5,7, dan pasien
mengatakan batuk berdahak dengan sedikit percikan darah dan bertambah parah.
Data spesifik dalam masalah keperawatan ini adalah hasil BGA pasien yang
menunjukkan abnormalitas. Kandungan BGA atau gas darah arteri menunjukkan
efektifitas pertukaran gas di alveolus dan kapiler paru. Nilai HCO 3- pasien 19,9
mmol /l, lebih rendah dari nilai normal 22-26 mmol/l, nilai TCO2 21,0 mmHg
yang juga di bawah normal (23-30 mmHg), dan BE -5,7, di bawah nilai normal (-
3,5-2,0). Nilai BGA pasien berada di bawah normal. HCO 3- (bikarbonat), yang
mengikat CO2 dalam darah, menunjukkan kurangnya kadar CO2 darah arteri
pasien, begitu pula nilai TCO2 (total CO2). Keduanya menunjukkan
ketdakefektifan pertukaran gas antara alveoli dan kapiler darah.
Masalah keperawatan berikutnya adalah ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer. Masalah tersebut didukung oleh data kadar Hemoglobin = 4,89 g/dl, CRT
>2 detik, akral basah, pucat, dingin, konjungtiva anemis, dan pasien mengatakan
batuk darah semakin bertambah parah, 10x /hari. Proses terjadinya infeksi TB
oleh Mycobacterium tuberculosis. Terakumulasinya darah pada pembuluh kapiler
di bronkus dan alveoli menimbulkan aneurisma Rasmussen yang kemudian pecah
sehingga menimbulkan perdarahan masif pada alveoli. Darah dikeluarkan lewat
hemaptoe, yang dibatukkan berkali-kali oleh pasien sehingga tubuh kehilangan
banyak darah, dan mengarah ke anemia, dibuktikan dengan kadar Hb pasien 4,89
g/dl.
53
Masalah keperawatan terakhir yang diangkat adalah pola napas tidak
efektif, dengan tanda dan gejala tampak retraksi dinding dada, gerakan cepat,
terutama setelah batuk darah, dan pasien mengatakan nyeri dada seperti di remas-
remas, dan sesak napas muncul hanya pada saat batuk. Prosesnya dimulai dari
invasi makrofag, sehingga eksudat dan serosa masuk alveoli. Eritrosit dan leukosit
mengisi alveoli, kemudian terjadi konsolidasi di paru. Konsolidasi tersebut
menyebabkan gangguan ventilasi difusi & transport O2 sehingga menjadikan pola
napas pasien tidak efektif.
54
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tuberculosis adalah penyakit langsung yang mengenai parenkim paru
yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis. Manifestasi klinis
yang muncul antara lain demam, batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada,
dan malaise.
Nn. H dirawat di RSUD Dr Soetomo dengan diagnosa medis TB paru
relaps + hemoptoe + efusi pleura. Makalah ini mendokumentasikan perawatan
terhadap Nn. H selama 8 hari perawatan, dengan diagnosa keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan napas, gangguan pertukaran gas,
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, dan pola napas tidak efektif. Selama
8 hari perawatan, ada empat masalah keperawatan yang masih terjadi dan
perlu dilanjutkan, yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas, ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer, intoleransi aktivitas dan defisit perawatan diri.
5.2 Saran
Diharapkan perawat mampu memahami dan melaksanakan asuhan
keperawatan secara profesional pada pasien TB paru yang terdiri dari : asuhan
keperawatan mandiri maupun kolaborasi dengan dokter, ahli gizi, dan fisioterapi.
Selain itu perawat harus mampu memberikan health education pada pasien dan
keluarga untuk meninngkatkan status kesehatan pasien dan memandirikannya saat
pasien pulang.
55
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculpius: Jakarta
Brunner & Suddart, 2001. Buku Ajar Medikal Keperawatan Vol. 3. EGC: Jakarta
Smeltzer, Suzanne C., 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC:
Jakarta
56