Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Definisi
Isolasi sosial adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri
dari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan
hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi
perasaan pikiran, prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk
berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan
dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup
membagi pengamatan dengan orang lain (Balitbang, 2007).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya (Keliat, et al, 2010).
Isolasi sosial adalah kesendirian yang dialami individu dan
dirasakan dijauhi orang lain, merupakan tingkat negatif atau mengancam
(NANDA, 2005).
Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan
orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien
mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain
yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan
tidak sanggup berbagi pengalaman. (Yosep, 2009)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa isolasi
sosial merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpartisipasi dalam
pertukaran sosial dengan kuantitas dan kualitas yang tidak efektif. Klien
yang mengalami kerusakan interaksi sosial mengalami kesulitan dalam
berinteraksi dengan orang lain salah satunya mengarah pada perilaku
menarik diri.

3
2.2 Etiologi
2.2.1 Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pendukung yang dapat menyebabkan isolasi sosial
adalah :
1. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus
dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas
perkembangan ini tidak dapat di penuhi akan menghambat masa
perkembangan selanjutnya.
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan
kehangatan dari ibu / pengasuh kepada bayi akan memberikan rasa
tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi
kontribusi untuk mengembangkan gangguan tingkah laku. Sikap
bermusuhan / hostilitas, sikap mengancam dan menjelek
jelekkan anak, ekspresi emosi yang tinggi, orang tua atau anggota
keluarga sering berteriak, marah untuk persoalan kecil / spele,
sering menggunakan kekerasan fisik untuk mengatasi masalah,
selalu mengkritik, mengkhayalkan, anak tidak diberi kesempatan
untuk mengungkapkan pendapatnya tidak memberi pujian atas
keberhasilan anak.
3. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri lingkungan
merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan.
Contoh : Individu yang berpenyakit kronis, terminal, menyandang
cacat atau lanjut usia.
Demikianlah kebudayaan yang mengizinkan seseorang
untuk tidak keluar ruman (pingit) dapat menyebabkan isolasi
sosial.

4
4. Faktor biologi
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan
jiwa, insiden tertinggi skizofrenia di temukan pada keluarganya
yang anggota keluarga menderita skizofrenia.
2.2.2 Faktor Presipitas
Stresor presipitas terjadi isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
Internal maupun eksternal meliputi :
1. Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam
berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti :
perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai kehilangan
pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat
dirumah sakit atau dipenjara.
2. Stressor Giokimic
Teori dopamin yaitu kelebihan dopamin pada mesokortikal
dan mesolimbik serta traktus saraf dapat merupakan indikasi
terjadinya skizofrenia.
3. Stressor biologic dan lingkungan sosial.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa kasus skizofrenia
sering terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan, maupun
biologis.
4. Stressor psikologis
Kecemasan yang tertinggi akan menyebabkan menurunya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Ego
pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk
mengatasi stres. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius
antara hubungan ibu dan anak pada fase sinibiotik sehingga
perkembangan psikologis individu terhambat.
a. Hubungan ibu dan anak
Ibu dengan kecemasan tinggi akan mengkomunikasikan
kecemasannya pada anak, misalnya dengan tekanan suara yang

5
tinggi, hal ini membuat anak bingung, karena belum dapat
mengklasifikasikan dan mengartikan pasien tersebut.
b. Dependen versus Interdependen
Ibu yang sering membatasi kemandirian anak, dapat
menimbulkan konflik, di satu sisi anak ingin mengembangkan
kemandiriannya.

2.3 Tanda dan Gejala


Menurut keliat anna budi 2009. Tanda dan gejala klien dengan isolasi
sosial adalah sebagai berikut :
a. Gangguan pola makan : tidak ada nafsu makan / minum berlebihan
b. Berat badan menurun /meningkat dratis
c. Kemunduran kesehatan fisik
d. Tidur berlebihan
e. Tinggal ditempat tidur dalam waktu yang lama
f. Banyak tidur siang
g. Kurang bergairah
h. Tak mempedulikan lingkungan
i. Aktivitas menurun
j. Mondar mandir / sikap mematung, melakukan gerakan secra
berulang (jalan mondar mandir)
k. Menurunnya kegiatan seksual

2.4 Rentang Respon


Respon Adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri Menarik Diri Manipulasi


Otonomi Tergantung Pada Orang Lain Curiga
Bekerjasama
Saling tergantung

6
Respon Adaptif : respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku (Fitria, 2009).
1. Menyendiri : merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah terjadi di lingkungan sosialnya.
2. Otonomi : merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
3. Bekerjasama : merupakan kemampuan individu yang saling
membutuhkan orang lain.
4. Saling tergantung : saling tergantung antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.
Respon Maladaptif : respon yang diberikan individu menyimpang dari
norma sosial.
1. Menarik diri : seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2. Tergantung pada orang lain : seseorang gagal mengembangkan rasa
percaya diri sehingga tergantung dengan orang lain.
3. Manipulasi : seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek
individu sehingga tidak dapat menerima hubungan sosial secara
mendalam.
4. Curiga : seseorang gagal dalam mengembangka rasa percaya terhadap
orang lain.

2.5 Akibat
1. Apatis, ekspresi wajah sedih, afek tumpul.
2. Menghindar dari orang lain (menyendiri), klien memisahkan diri dari
orang lain.
3. Komunikasi kurang, klien tampak tidak bercakap-cakap dengan klien
lain atau perawat.
4. Tidak ada kontak mata atau kontak mata kurang.
5. Klien lebih sering menunduk dan berdiam diri dikamar.
6. Menolak berhubungan dengan orang lain dan tidak melakukan kegiatan
sehari-hari.

7
7. Meniru posisi janin pada saat tidur.
8. Menjawab dengan singkat dengan kata-kata ya,tidakdantidak
tahu.

2.6 Pohon Masalah

Ketidakefektifan Resiko perilaku Gangguan


penatalaksanaan kekerasan pemeliharaan
program terapeutik
kesehatan

Gangguan sensori/persepsi :
halusinasi

CP : Isolasi Sosial Defisit perawatan


Ketidakefektifan
diri : mandi dan
koping keluarga :
berhias
ketidakmampuan
keluarga merawat Gangguan
klien dirumah konsep diri

2.7 Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


Masalah
Data Subyektif Data Obyektif
Keperawatan
Resiko o Klien mengatakan mendengar o Klien berbicara dan tertawa
gangguan bunyi yang tidak berhubungan sendiri
sensori dengan stimulus nyata o Klien bersikap seperti
persepsi : o Klien mengatakan melihat mendengar/melihat sesuatu
Halusinasi gambar tanpa adanya stimulus o Klien berhenti berbicara
yang nyata ditengah kalimat untuk
o Klien menngatakan mencium mendengarkan sesuatu
bau tanpa adanya stimulus o Disorientasi
o Klien merasa makan sesuatu
o Klien merasa ada sesuatu
dikulitnya

8
o Klien takut pada suara/gambar
yang dilihat dan didengar
o Klien ingin
memukul/melempar barang-
barang
Isolasi sosial o Klien mengatakan malas o Kurang spontan/apatis
bergaul dengan orang lain o Ekspresi wajah kurang berseri
o Klien menggatakan dirinya o Tidak merawat diri dan tidak
tidak ingin ditemani dengan memperhatikan kebersihan diri
perawat o Tidak ada atau kurang
o Klien mengatakan tidak mau komunikasi verbal
berbicara dengan orang lain o Mengisolasi diri
o Tidak mau berkomunikasi o Tidak atau kurang sadar
terhadap lingkungan sekitarnya
o Asupan makanan dan minuman
terganggu
o Aktivitas menurun
o Kurang berenergi atau
bertenaga
o Rendah diri
o Postur tubuh berubah, misalnya
sikap fetus/janin.
Harga diri o Mengungkapkan ingin diakui o Merusak diri sendiri
rendah jati dirinya. o Merusak orang lain
o Mengungkapkan tidak ada o Ekspresi malu
lagi yang peduli. o Menarik diri dari hubungan
o Mengungkapkan tidak bisa sosial
apa-apa. o Tampak mudah tersinggung
o Mengungkapkan dirinya tidak o Tidak mau makan dan tidak
berguna. tidur
o Mengkritik diri sendiri.
o Perasaan tidak mampu.

9
2.8 Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi Sosial
2. Harga Diri Rendah
3. Resiko Gangguan Sensori/Persepsi : Halusinasi

2.9 Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa Keperawatan : Isolasi sosial
Tujuan umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.
Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
1. Beri salam setiap berinteraksi.
2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan.
3. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien.
4. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
5. Buat kontrak interaksi yang jelas.
6. Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien.

b. Klien mampu menyebutkan penyebab isolasi sosial


Intervensi :
1. Tanyakan pada klien tentang :
Orang yang tinggal serumah atau teman sekamar klien.
Orang yang paling dekat dengan klien dirumah atau diruang
perawatan.
Apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut.
Orang yang tidak dekat dengan klien dirumah atau diruang
perawatan.
Apa yang membuat klien tidak dekat dengan orang tersebut.
Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain.
2. Diskusikan dengan klien penyebab menarik diri atau tidak mau
bergaul dengan orang lain.

10
3. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya.

c. Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan


kerugian menarik diri.
Intervensi :
1. Tanyakan pada klien tentang :
Manfaat hubungan sosial.
Kerugian menarik diri.
2. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan sosial dan
kerugian menarik diri.
3. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya.

d. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap


Intervensi :
1. Observasi perilaku klien saat berhubungan sosial.
2. Beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan atau berkomunikasi
dengan : Perawat lain, klien lain, dan kelompok.
3. Libatkan klien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi.
4. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan klien bersosialisasi.
5. Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan
jadwal yang telah dibuat.
6. Beri pujian terhadap kamampuan klien memperluas pergaulannya
melalui aktivitas yang dilaksanakan.

e. Klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial


Intervensi :
1. Diskusikan dengan klien tentang perasaannya setelah berhubungan
sosial dengan : Orang lain dan kelompok.

11
2. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya.

f. Klien dapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial


Intervensi :
1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung
untuk mengatasi perilaku menarik diri.
2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatsi
perilaku menarik diri.
3. Jelaskan pada keluarga tentang :
Pengertian menarik diri.
Tanda dan gejala menarik diri.
Penyebab dan akibat menarik diri.
Cara merawat klien menarik diri.
4. Latih keluarga cara merawat klien menarik diri.
5. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan.
6. Beri motivasi keluarga agar membantu klien untuk bersosialisasi.
7. Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat klien
dirumah sakit.

12
STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PEKLAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN

SP1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal


penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal manfaat berhubungan dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan pasien
berkenalan.

Fase Orientasi

Selamat pagi ! Saya suster HS. Saya senang dipanggil suster H. Saya
perawat di ruang mawar ini.

Siapa nama anda ? Senang dipanggil apa ?

Apa keluhan S hari ini ? Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang


keluarga dan teman-teman S ? Mau dimana kita bercakap-cakap ? Bagaimana
kalau diruang tamu ? Mau berapa lama, S ? Bagaimana kalau 15 menit ?

Fase Kerja

(Jika pasien baru)

Siapa saja yang tinggal serumah dengan S ? Siapa yang paling dekat
dengan S ? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan S ? Apa yang membuat S
jarang bercakap-cakap dengannya ?

(Jika pasien sudah lama dirawat)

Apa yang S rasakan selama S dirawat disini ? S merasa sendirian ? Siapa


saja yang S kenal diruang ini ?

Apa saja kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman yang S kenal ?

Apa yang menghambat S dalam berteman atau bercakap-cakap dengan


pasien yang lain ?

13
Menurut S, apa saja manfaatnya kalau kita memiliki teman ? Wah benar,
ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (Sampai pasien dapat menyebutkan
beberapa). Nah, apa kerugiannya kalau S tidak memiliki teman ? Ya, apa lagi ?
(Sampai pasien dapat menyebutkan beberapa). Nah, banyak juga ruginya tidak
punya teman ya ? Jadi, apakah S mau belajar bergaul dengan orang lain ?

Bagus ! Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang


lain ?

Begini lho S, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu
nama kita, nama panggilan yang kita suka, asal kita, dan hobi kita. Contohnya :
nama saya SN. Senang dipanggil S. Asal saya dari kota X, hobi memasak.

Ayo S dicoba ! Misalnya saya belum kenal dengan S. Coba berkenalan


dengan saya! Ya, bagus sekali ! Coba sekali lagi. Bagus sekali !

Setelah S berkenalan dengan orang tersebut S bisa melanjutkan


percakapan tentang cuaca, tentang hoby, tentang keluarga, pekerjaan, dan
sebagainya.!

Fase Terminasi

Bagaimana perasaan S setelah kita latihan berkenalan ?

S tadi sudah mempraktikkan cara berkenalan dengan baik sekali.


Selanjutnya S dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak
ada sehingga S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. S mau
mempraktikkan ke orang lain ? bagaimana kalau S mencoba berkenalan dengan
teman saya, perawat N. Bagaimana, S mau kan ?

Baiklah, sampai jumpa !

14
SP 2 PASIEN : Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan
dengan orang pertama (perawat)).

Fase Orientasi

Selamat pagi S ! Bagaimana perasaan S hari ini ?

Sudah diingat-ingat lagi pelajaran kita tentang berkenalan ? Coba


sebutkan lagi sambil bersalaman dengan Suster !

Bagus sekali, S masih ingat. Nah, seperti janji saya, saya akan mengajak
S mencoba berkenalan dengan teman saya, perawat N. Tidak lama kok, sekitar 10
menit.

Ayo kita temui perawat N disana !

Fase Kerja

(Bersama-sama S, perawat mendekati perawat N)

Selamat pagi perawat N, S ingin berkenalan dengan N. Baiklah S, S bisa


berkenalan dengan perawat N seperti yang kita praktikkan kemarin. (Pasien
mendemonstrasikan cara berkenalan dengan perawat N : Memberi salam,
menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya).

Ada lagi yang yang S ingin tanyakan kepada perawat N ? Coba tanyakan
tentang keluarga perawat N !

Jika tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S dapat menyudahi perkenalan
ini. Lalu S bisa buat janji untuk bertemu lagi dengan perawat N, misalnya jam 1
siang nanti.

Baiklah perawat N, karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan


kembali keruangan S. Selamat pagi ! (Bersama pasien, perawat H meninggalkan
perawat N untuk melakukan terminasi dengan S ditempat lain).

Fase Terminasi

Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan perawat N ?

15
S tampak bagus sekali saat berkenalan tadi.

Pertahankan terus apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk
menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar, misalnya menanyakan
keluarga, hobi, dan sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan perawat lain ? Mari
kita masukkan ke dalam jadwal. Mau berapa kali sehari ? Bagaimana kalau 2 kali.
Baik, nanti S coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa ? Jam 10 ?
Sampai besok !

SP3 Pasien : Melatih pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan


orang kedua).

Fase Orientasi

Selamat pagi S ! Bagaimana perasaan S hari ini ?

Apakah S bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang ? (jika


jawaban pasien, ya, perawat dapat melanjutkan komunikasi berikutnya dengan
pasien lain).

Bagaimana perasaan S setelah bercakap-cakap dengan perawat N


kemarin siang ?

Bagus sekali S menjadi senang karena punya teman lagi !

Kalau begitu S ingin punya banyak teman lagi ?

Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan teman seruangan


S yang lain, yaitu O. Seperti biasa, kira-kira 10 menit. Mari kita temui dia di
ruang makan.

Fase Kerja

(Bersama-sama S, perawat mendekati pasien lain)

Selamat pagi, ini ada pasien saya yang ingin berkenalan.

16
Baiklah S, S sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah S
lakukan sebelumnya.(Pasien mendemonstrasikan cara berkenalan : Memberi
salam, menyebutkan nama, nama panggilan, asal, hobi, dan menanyakan hal yang
sama).

Ada lagi yang S ingin tanyakan kepada O ? Kalau tidak ada lagi yang
ingin dibicarakan, S bisa sudahi perkenalan ini. Lalu S bisa buat janji bertemu
lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti (S membuat janji untuk bertemu
kembali dengan O).

Baiklah O, karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan kembali


keruangan S. Selamat pagi. (Bersama-sama perawat meninggalkan O untuk
melakukan terminasi dengan S di tempat lain).

Fase Terminasi

Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan O ?

Dibandingkan kemarin pagi, S tampak lebih baik ketika berkenalan


dengan O. Pertahankan apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu
kembali dengan O jam 4 sore nanti.

Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap


dengan orang lain kita tambah lagi di jadwal harian. Jadi, satu hari S dapat
berbincang-bincang dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1
siang, dan jam 8 malam, S bisa bertemu dengan N, dan tambah dengan pasien
yang baru dikenal. Selanjutnya S bisa berkenalan dengan orang lain lagi secara
bertahap. Bagaimana S, setujukan ?

Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman S.


Pada jam yang sama dan tempat yang sama ya.

Sampai besok !

17
SP1 Keluarga : Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga mengenai
masalah isolasi sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien isolasi
sosial.

Fase Orientasi

Selamat pagi pak ! Perkenalkan nama saya perawat H. Saya yang


merawat anak Bapak, S di ruang Mawar ini.

Nama Bapak siapa ? Senang dipanggil apa ?

Bagaimana perasaan Bapak hari ini ? Bagaimana keadaan S sekarang ?

Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak Bapak


dan cara perawatannya ?

Kita diskusi disini saja ya ? Berapa lama Bapak punya waktu ?


Bagaimana kalau setengah jam ?

Fase Kerja

Apa masalah yang Bapak hadapi dalam merawat S ? Apa yang sudah
dilakukan ?

Masalah yang dialami oleh S disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu
gejala penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain.
Tanda-tandanya, antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri,
dan kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk. Biasanya
masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan ketika
berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau
berpisah dengan orang-orang yang dicintai. Jika masalah isolasi sosial ini tidak
diatasi, seseorang dapat mengalami halusinasi, yakni mendengar suara atau
melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada. Untuk menghadapi keadaan yang
sedemikian Bapak dan anggota keluarga yang lainnya harus sabar menghadapi S.
Untuk merawat S, keluarga perlu melakukan beberapa hal. Pertama, keluarga
harus membina hubungan saling percaya dengan S, caranya adalah dengan
bersikap peduli terhadap s dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga perlu

18
memberikan semangan dan dorongan kepada S untuk dapat melakukan kegiatan
bersama-sama dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela
kondisi S. Selanjutnya jangan biarkan S sendiri. Buatlah rencana atau jadwal
bercakap-cakap dengan S, misalnya ibadah bersama, makan bersama, rekreasi
bersama, atau melakukan kegiatan rumah tangga bersama.

Nah, bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara
itu ? Begini contoh komunikasinya ya Pak, S, Bapak lihat sekarang kamu sudah
bisa bercakap-cakap dengan orang lain. Perbincangannya juga lumayan lama.
Bapak senang sekali melihat perkembangan kamu. Nak, coba kamu berbincang-
bincang dengan yang lain. Bagaimana S, kamu mau coba kan, Nak ?

Nah, coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya
contohkan ! Bagus, Bapak telah memperagakan dengan baik sekali !

Sampai disini ada yang ingin ditanyakan Pak ?

Fase Terminasi

Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan Bapak setelah kita


latihan tadi?

Coba Bapak ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan
tanda-tanda orang yang mengalami isolasi sosial. Selanjutnya dapatkah Bapak
sebutkan kembali cara-cara merawat anak Bapak yang mengalami masalah isolasi
sosial ?

Bagus sekali, Bapak dapat menyebutkan kembali cara-cara perawatan


tersebut ! Nanti kalau ketemu S coba Bapak lakukan. Dan tolong ceritakan kepada
semua keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama.

Bagaimana kalau kita bertemu tiga hari lagi untuk latihan langsung
dengan S ?

Kita bertemu disini ya Pak, pada jam yang sama. Selamat pagi !

19
SP2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien isolasi
sosial langsung dihadapan pasien.

Fase Orientasi

Selamat pagi Bapak ! Bagaimana perasaan Bapak hari ini ?

Bapak masih ingat latihan merawat anak Bapak seperti yang kita pelajari
beberapa hari yang lalu ?

Mari praktikkan langsung pada S ! Bapak punya waktu berapa lama ?


Baik kita akan coba 30 menit.

Sekarang mari kita temui S !

Fase Kerja

Selamat pagi S. Bagaimana perasaan S hari ini ?

Bapak S datang membesuk. Beri salam ! Bagus. Tolong S tunjukkan


jadwal kegiatannya ! (Kemudian anda berbicara kepada keluarga sebagai berikut)

Nah Pak, sekarang Bapak dapat mempraktikkan apa yang sudah kita
latihkan beberapa hari lalu. (Perawat mengobservasi keluarga mempraktikkan cara
merawat pasien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).

Bagaimana perasaan S setelah berbincang-bincang dengan Ayah S ?

Baiklah, sekarang saya dan orang tua ke ruang perawat dulu. (Perawat
dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga).

Fase Terminasi

Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan tadi ? Bapak sudah bagus
melakukannya.

Mulai sekarang Bapak sudah dapat melakukan cara perawatan tersebut


pada S.

20
Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak
melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama
seperti sekarang ya Pak ?

SP3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

Fase Orientasi

Selamat pagi Pak ! Karena besok S sudah boleh pulang, kita perlu
membicarakan tentang perawatan S dirumah.

Bagaimana kalau kita membicarakan jadwal S tersebut disini saja.

Berapa lama kita dapat bicara ? Bagaimana kalau 30 m3nit ?

Fase Kerja

Bapak, ini jadwal S selama dirumah sakit. Coba dilihat, mungkinkah


dilanjutkan dirumah ? Dirumah Bapak yang menggantikan perawat. Lanjutkan
jadwal ini dirumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya berikan
pujian jika benar dilakukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah
perilaku yang ditampilkan anak Bapak selama dirumah. Misalnya kalau S terus-
menerus tidak mau bergaul dengan orang lain, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera
hubungi perawat K di puskesmas Inderaputri, yang terdekat dari rumah Bapak, ini
nomer telepon puskesmasnya : (0651) 554xxx. Selanjutnya perawat K tersebut
yang akan memantau perkembangan S selama berada dirumah.

Fase Terminasi

Bagaimana Pak ? Ada yang belum jelas ? Ini jadwal kegiatan harian S
untuk dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk perawat K di puskesmas Inderaputri.
Jangan lupa kontrol ke puskesmas sebelum obat habis atau ada gejala yang
tampak. Silahkan selesaikan administrasinya !

21

Вам также может понравиться