Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi
Isolasi sosial adalah suatu sikap dimana individu menghindari diri
dari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan
hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi
perasaan pikiran, prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk
berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan
dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup
membagi pengamatan dengan orang lain (Balitbang, 2007).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya (Keliat, et al, 2010).
Isolasi sosial adalah kesendirian yang dialami individu dan
dirasakan dijauhi orang lain, merupakan tingkat negatif atau mengancam
(NANDA, 2005).
Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan
orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Klien
mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain
yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan
tidak sanggup berbagi pengalaman. (Yosep, 2009)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa isolasi
sosial merupakan suatu keadaan dimana seseorang berpartisipasi dalam
pertukaran sosial dengan kuantitas dan kualitas yang tidak efektif. Klien
yang mengalami kerusakan interaksi sosial mengalami kesulitan dalam
berinteraksi dengan orang lain salah satunya mengarah pada perilaku
menarik diri.
3
2.2 Etiologi
2.2.1 Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pendukung yang dapat menyebabkan isolasi sosial
adalah :
1. Faktor Perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus
dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas
perkembangan ini tidak dapat di penuhi akan menghambat masa
perkembangan selanjutnya.
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan
kehangatan dari ibu / pengasuh kepada bayi akan memberikan rasa
tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa percaya.
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi
kontribusi untuk mengembangkan gangguan tingkah laku. Sikap
bermusuhan / hostilitas, sikap mengancam dan menjelek
jelekkan anak, ekspresi emosi yang tinggi, orang tua atau anggota
keluarga sering berteriak, marah untuk persoalan kecil / spele,
sering menggunakan kekerasan fisik untuk mengatasi masalah,
selalu mengkritik, mengkhayalkan, anak tidak diberi kesempatan
untuk mengungkapkan pendapatnya tidak memberi pujian atas
keberhasilan anak.
3. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri lingkungan
merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan.
Contoh : Individu yang berpenyakit kronis, terminal, menyandang
cacat atau lanjut usia.
Demikianlah kebudayaan yang mengizinkan seseorang
untuk tidak keluar ruman (pingit) dapat menyebabkan isolasi
sosial.
4
4. Faktor biologi
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan
jiwa, insiden tertinggi skizofrenia di temukan pada keluarganya
yang anggota keluarga menderita skizofrenia.
2.2.2 Faktor Presipitas
Stresor presipitas terjadi isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
Internal maupun eksternal meliputi :
1. Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam
berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti :
perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai kehilangan
pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat
dirumah sakit atau dipenjara.
2. Stressor Giokimic
Teori dopamin yaitu kelebihan dopamin pada mesokortikal
dan mesolimbik serta traktus saraf dapat merupakan indikasi
terjadinya skizofrenia.
3. Stressor biologic dan lingkungan sosial.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa kasus skizofrenia
sering terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan, maupun
biologis.
4. Stressor psikologis
Kecemasan yang tertinggi akan menyebabkan menurunya
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Ego
pada klien psikotik mempunyai kemampuan terbatas untuk
mengatasi stres. Hal ini berkaitan dengan adanya masalah serius
antara hubungan ibu dan anak pada fase sinibiotik sehingga
perkembangan psikologis individu terhambat.
a. Hubungan ibu dan anak
Ibu dengan kecemasan tinggi akan mengkomunikasikan
kecemasannya pada anak, misalnya dengan tekanan suara yang
5
tinggi, hal ini membuat anak bingung, karena belum dapat
mengklasifikasikan dan mengartikan pasien tersebut.
b. Dependen versus Interdependen
Ibu yang sering membatasi kemandirian anak, dapat
menimbulkan konflik, di satu sisi anak ingin mengembangkan
kemandiriannya.
6
Respon Adaptif : respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma
sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku (Fitria, 2009).
1. Menyendiri : merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah terjadi di lingkungan sosialnya.
2. Otonomi : merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
3. Bekerjasama : merupakan kemampuan individu yang saling
membutuhkan orang lain.
4. Saling tergantung : saling tergantung antara individu dengan orang lain
dalam membina hubungan interpersonal.
Respon Maladaptif : respon yang diberikan individu menyimpang dari
norma sosial.
1. Menarik diri : seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain.
2. Tergantung pada orang lain : seseorang gagal mengembangkan rasa
percaya diri sehingga tergantung dengan orang lain.
3. Manipulasi : seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek
individu sehingga tidak dapat menerima hubungan sosial secara
mendalam.
4. Curiga : seseorang gagal dalam mengembangka rasa percaya terhadap
orang lain.
2.5 Akibat
1. Apatis, ekspresi wajah sedih, afek tumpul.
2. Menghindar dari orang lain (menyendiri), klien memisahkan diri dari
orang lain.
3. Komunikasi kurang, klien tampak tidak bercakap-cakap dengan klien
lain atau perawat.
4. Tidak ada kontak mata atau kontak mata kurang.
5. Klien lebih sering menunduk dan berdiam diri dikamar.
6. Menolak berhubungan dengan orang lain dan tidak melakukan kegiatan
sehari-hari.
7
7. Meniru posisi janin pada saat tidur.
8. Menjawab dengan singkat dengan kata-kata ya,tidakdantidak
tahu.
Gangguan sensori/persepsi :
halusinasi
8
o Klien takut pada suara/gambar
yang dilihat dan didengar
o Klien ingin
memukul/melempar barang-
barang
Isolasi sosial o Klien mengatakan malas o Kurang spontan/apatis
bergaul dengan orang lain o Ekspresi wajah kurang berseri
o Klien menggatakan dirinya o Tidak merawat diri dan tidak
tidak ingin ditemani dengan memperhatikan kebersihan diri
perawat o Tidak ada atau kurang
o Klien mengatakan tidak mau komunikasi verbal
berbicara dengan orang lain o Mengisolasi diri
o Tidak mau berkomunikasi o Tidak atau kurang sadar
terhadap lingkungan sekitarnya
o Asupan makanan dan minuman
terganggu
o Aktivitas menurun
o Kurang berenergi atau
bertenaga
o Rendah diri
o Postur tubuh berubah, misalnya
sikap fetus/janin.
Harga diri o Mengungkapkan ingin diakui o Merusak diri sendiri
rendah jati dirinya. o Merusak orang lain
o Mengungkapkan tidak ada o Ekspresi malu
lagi yang peduli. o Menarik diri dari hubungan
o Mengungkapkan tidak bisa sosial
apa-apa. o Tampak mudah tersinggung
o Mengungkapkan dirinya tidak o Tidak mau makan dan tidak
berguna. tidur
o Mengkritik diri sendiri.
o Perasaan tidak mampu.
9
2.8 Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi Sosial
2. Harga Diri Rendah
3. Resiko Gangguan Sensori/Persepsi : Halusinasi
10
3. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya.
11
2. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya.
12
STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PEKLAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN
Fase Orientasi
Selamat pagi ! Saya suster HS. Saya senang dipanggil suster H. Saya
perawat di ruang mawar ini.
Fase Kerja
Siapa saja yang tinggal serumah dengan S ? Siapa yang paling dekat
dengan S ? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan S ? Apa yang membuat S
jarang bercakap-cakap dengannya ?
Apa saja kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman yang S kenal ?
13
Menurut S, apa saja manfaatnya kalau kita memiliki teman ? Wah benar,
ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (Sampai pasien dapat menyebutkan
beberapa). Nah, apa kerugiannya kalau S tidak memiliki teman ? Ya, apa lagi ?
(Sampai pasien dapat menyebutkan beberapa). Nah, banyak juga ruginya tidak
punya teman ya ? Jadi, apakah S mau belajar bergaul dengan orang lain ?
Begini lho S, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu
nama kita, nama panggilan yang kita suka, asal kita, dan hobi kita. Contohnya :
nama saya SN. Senang dipanggil S. Asal saya dari kota X, hobi memasak.
Fase Terminasi
14
SP 2 PASIEN : Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan
dengan orang pertama (perawat)).
Fase Orientasi
Bagus sekali, S masih ingat. Nah, seperti janji saya, saya akan mengajak
S mencoba berkenalan dengan teman saya, perawat N. Tidak lama kok, sekitar 10
menit.
Fase Kerja
Ada lagi yang yang S ingin tanyakan kepada perawat N ? Coba tanyakan
tentang keluarga perawat N !
Jika tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S dapat menyudahi perkenalan
ini. Lalu S bisa buat janji untuk bertemu lagi dengan perawat N, misalnya jam 1
siang nanti.
Fase Terminasi
15
S tampak bagus sekali saat berkenalan tadi.
Pertahankan terus apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk
menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar, misalnya menanyakan
keluarga, hobi, dan sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan perawat lain ? Mari
kita masukkan ke dalam jadwal. Mau berapa kali sehari ? Bagaimana kalau 2 kali.
Baik, nanti S coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya, mau jam berapa ? Jam 10 ?
Sampai besok !
Fase Orientasi
Fase Kerja
16
Baiklah S, S sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah S
lakukan sebelumnya.(Pasien mendemonstrasikan cara berkenalan : Memberi
salam, menyebutkan nama, nama panggilan, asal, hobi, dan menanyakan hal yang
sama).
Ada lagi yang S ingin tanyakan kepada O ? Kalau tidak ada lagi yang
ingin dibicarakan, S bisa sudahi perkenalan ini. Lalu S bisa buat janji bertemu
lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti (S membuat janji untuk bertemu
kembali dengan O).
Fase Terminasi
Sampai besok !
17
SP1 Keluarga : Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga mengenai
masalah isolasi sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien isolasi
sosial.
Fase Orientasi
Fase Kerja
Apa masalah yang Bapak hadapi dalam merawat S ? Apa yang sudah
dilakukan ?
Masalah yang dialami oleh S disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu
gejala penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain.
Tanda-tandanya, antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri,
dan kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk. Biasanya
masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan ketika
berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau
berpisah dengan orang-orang yang dicintai. Jika masalah isolasi sosial ini tidak
diatasi, seseorang dapat mengalami halusinasi, yakni mendengar suara atau
melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada. Untuk menghadapi keadaan yang
sedemikian Bapak dan anggota keluarga yang lainnya harus sabar menghadapi S.
Untuk merawat S, keluarga perlu melakukan beberapa hal. Pertama, keluarga
harus membina hubungan saling percaya dengan S, caranya adalah dengan
bersikap peduli terhadap s dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga perlu
18
memberikan semangan dan dorongan kepada S untuk dapat melakukan kegiatan
bersama-sama dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela
kondisi S. Selanjutnya jangan biarkan S sendiri. Buatlah rencana atau jadwal
bercakap-cakap dengan S, misalnya ibadah bersama, makan bersama, rekreasi
bersama, atau melakukan kegiatan rumah tangga bersama.
Nah, bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara
itu ? Begini contoh komunikasinya ya Pak, S, Bapak lihat sekarang kamu sudah
bisa bercakap-cakap dengan orang lain. Perbincangannya juga lumayan lama.
Bapak senang sekali melihat perkembangan kamu. Nak, coba kamu berbincang-
bincang dengan yang lain. Bagaimana S, kamu mau coba kan, Nak ?
Nah, coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya
contohkan ! Bagus, Bapak telah memperagakan dengan baik sekali !
Fase Terminasi
Coba Bapak ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan
tanda-tanda orang yang mengalami isolasi sosial. Selanjutnya dapatkah Bapak
sebutkan kembali cara-cara merawat anak Bapak yang mengalami masalah isolasi
sosial ?
Bagaimana kalau kita bertemu tiga hari lagi untuk latihan langsung
dengan S ?
Kita bertemu disini ya Pak, pada jam yang sama. Selamat pagi !
19
SP2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien isolasi
sosial langsung dihadapan pasien.
Fase Orientasi
Bapak masih ingat latihan merawat anak Bapak seperti yang kita pelajari
beberapa hari yang lalu ?
Fase Kerja
Nah Pak, sekarang Bapak dapat mempraktikkan apa yang sudah kita
latihkan beberapa hari lalu. (Perawat mengobservasi keluarga mempraktikkan cara
merawat pasien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
Baiklah, sekarang saya dan orang tua ke ruang perawat dulu. (Perawat
dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga).
Fase Terminasi
Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan tadi ? Bapak sudah bagus
melakukannya.
20
Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak
melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama
seperti sekarang ya Pak ?
Fase Orientasi
Selamat pagi Pak ! Karena besok S sudah boleh pulang, kita perlu
membicarakan tentang perawatan S dirumah.
Fase Kerja
Fase Terminasi
Bagaimana Pak ? Ada yang belum jelas ? Ini jadwal kegiatan harian S
untuk dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk perawat K di puskesmas Inderaputri.
Jangan lupa kontrol ke puskesmas sebelum obat habis atau ada gejala yang
tampak. Silahkan selesaikan administrasinya !
21