Вы находитесь на странице: 1из 18

DOKTER KURANG RAMAH

ISI

I.1 Skenario

Seorang ibu, istri seorang buruh tani dengan pakaian lusuh, membawa seorang anak perempuannya yang berumur
3 tahun ke dokter karena anak tersebut menderita panas dan diare.Ibu tersebut mengatakan sangat kecewa dengan
pelayanan yang diberikan dokter tersebut.Menurut si ibu, dokter tersebut tidak ramah, tidak menjelaskan tentang penyakit
anaknya secara jelas, juga tidak menjelaskan mengenai obat yang diberikan.Ia semakin kecewa karena ditarik bayaran yang
cukup tinggi.

I.2 Klarifikasi Istilah (STEP 1)

1. Panas : keadaan dimana suhu tubuh diatas 380 celcius (diatas normal)
2. Diare : Suatu penyakit yang ditandai pengeluaran jumlah/ penurunan konsistensi tinja selama 24 jam
lebih dari 3x sehari yang disebabkan oleh virus/ jamur sehingga tinja berbentuk cair/lunak.
3. Dokter : Seorang tenaga kesehatan yang ahli dalam bidang kesehatan dan mempunyai tugas untuk
meingkatkan kualitas kesehatan masyarakat dengan mengobati dan menyembuhkan seorang yang sedang
sakit.
4. Pelayanan : Sesuatu yang diberikan kepada seseorang yang merupakan hak dan berupa fasilitas seperti
sumber daya, infrastruktur dan obat agar seseorang merasa nyaman.
5. Kecewa : Perasaan yang timbul akibat adanya ketidaksesuaian harapan dengan kenyataan.
6. Penyakit : keadaan dimana bentuk dan fungsi tubuh tidak berjalan dengan normal sehingga menimbulkan
gejala-gejala terhadap orang yang dipengaruhinya.
7. Obat : Bahan atau zat dari hewan, tumbuhan, mineral dan senyawa kimia yang dapat digunakan untuk
mengurangi rasa sakit, untuk menghambat proses penyakit dan menyembuhkan penyakit.
8. Bayaran Mahal : ketidak sesuaian antara pelayanan yang diberikan dengan nominal yang diberikan.

1.3. Rumusan Daftar Masalah (STEP 2)

1. Apa kemungkianan penyebab penyakit diare dan panas?


2. Bagaimana cara mengatasi penyakit diare dan panas?
3. Apa tanda-tanda penyakit diare dan panas?
4. Apa yang menyebabkan ibu tersebut kecewa terhadap dokter tersebut?
5. Bagaimana seharusnya sikap seorang dokter terhadap pasien?

Page 1
6. Apa saja hak pasien dalam pelayanan kesehatan?
7. Bagaimana peran agama dalam kasus dokter kurang ramah?
8. Apa kemungkinan-kemungkinan dokter tersebut tidak menjelaskan penyakit serta obat yang diberikan?
9. Apa kewajiban dokter kepada pasien?

I.4 Analisis Masalah (STEP 3)

1. -Keadaan imun tubuh anak tersebut dalam keadaan lemah

-Makan sembarang dan tigak hygenis

-Anak tersebut terkena infeksi dalam sistem pencernaannya.

-Asupan gizi yang berkurang

-Dehidrasi (kekurangan cairan)

2. -Menjaga kebersihan dan tidak sembarangan memilih makanan

-Mengkonsumsi suplemen makanan

3. - Sakit perut

- Sering bolak-balik kamar mandi, frekuensinya lebih dari 3x sehari

- Keadaan tinja lebih cair/lunak

- Tubuh merasa lemah karena dehidrasi

- Mual-mual, pusing, panas

- Kalau anak masih kecil biasanya rewel (cengeng)

4. - Tidak menjelaskan tentang penyakit

- Tidak menjelaskan tentang obat

- Menarik bayaran yang mahal

Page 2
- Tidak ramah dan tidak memberikan kenyamanan kepada pasien

- Fasilitas tidak mendukung

5. - Bersikap professional (mempunyai sikap yang standar sesuai dengan kompetensi

- Menunjukan rasa hormat kepada pasien dan menjunjung 5s

- Menunjukan rasa empati kepada pasien

- Mengutamakan kepentingan pasien lebih dahulu daripada pribadi

- Komunikasi yang efektif dengan pasien

6. - Mengetahui tentang penyakit dan obat yang diberikan

- Mempunyai hak untuk menolak jika ada suatu tindakan yang akan dilakukan

- Mendapatkan pelayanan yang dimaksud

- Mengetahui informasi tarif yang dibayar

7. -Memenuhi hak dan kewajiban

-Mengajarkan saling menghormati dan menghargai

-Menjadi pendengar yang baik (ikhlas)

-Mempunyai toleransi yang tinggi

-Tidak mematok harga terlalu tinggi karena sama dengan mendzalimi pasien yang ekonominya rendah

8. -Mungkin dokter tersebut banyak pikiran

-Sudah karakter dan sifatnya dokter tersebut

-Dokter tersebut kurang professional

-Menganggap pasien sudah tahu

-Tidak memiliki etika yang baik terhadap pasien

9. -Bersikap professional dan empati

-Memberikan informasi tentang penyakitnya

-Memberikan informasi tentang tindakan yang akan dilakukan

-Memberikan pelayanan sesuai standar

-Menjelaskan tentang obat yang diberikan

Page 3
-Menerapkan 5S (Senyun, Salam, Sapa, Sopan, Santun) dan 3A(attitude, attitude, attitude)

-Menanyakan keluhan

-Memberikan sugesti yang baik terhadap pasien

I.5 Sistematika Masalah(STEP 4)

Tinjauan agama Komunikasi efektif


mengenai dokter kurang antara dokter dan pasien
ramah
Safety Pasien
Etika dan
KODEKI
Dokter
Hukum
Kurang Ramah Kesehatan

Profesionalisme
Kedokteran
Hak dan Kewajiban
Pasien
Hak dan Kewajiban
Pasien

I.6 Sasaran Belajar (STEP 5)

1. Hak dan Kewajiban Pasien


2. Hak dan Kewajiban Dokter
3. Etika dan Kode Etik Kedokteran Indonesia

Page 4
4. Profesionalisme Kedokteran
5. Hukum Kesehatan
6. Safety Pasien
7. Komunikasi Efektif antara Dokter dan Pasien
8. Tinjauan agama mengenai dokter kurang ramah dilihat dari motivasi dan akhlak

I.7 Penjelasan Sasaran Belajar (STEP 7)

1.a) Hak-hak Pasien :

Hak memperoleh pelayanan medic yang benardan layak, berdasarkan teori kedokteran yang telah teruji
kebenarannya.
Hak memperoleh informasi medic tentang tindakan medik yang akan dilakukan oleh dokter.
Hak membrikan konsen (informed consent) atas tindakan medik yang akan dilakukan oleh dokter.
Hak memutuskan hubungan kontraktual setiap saat (sesuai azas kepatuhan dan kebiasaan).
Hakatas rahasia kedokteran.
Hak memperoleh surat keterangan dokter bagi kepentingan pasien yang bersifat non yuridisial.
Hakatas second opinion.
Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri dan hak untuk mati secara wajar.
Memperoleh pelayanan kedokteran dan keperawatan secara manusiawi sesuai dengan standar profesi baik
kedokteran maupun keperawatan.
Menolak prosedur diagnosis dan terapi yang direncanakan.
Memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran dan keperawawtan yang akan diikutinya.
Menolak atau menerima keikutsertaannya lam riset kesehatan dan kedokteran.
Dirujuk kepada dokter spesialis bila diperlukan.
Kerahasiaan dan rekam mediknya atas hal pribadi.
Memperoleh penjelasan tentang peraturan rumah sakit.
Berhubungan dengan keluarga, penasihat rohani dan lain-lain.
Memperoleh perincian biaya.

Hak-hak yang diatur disini adalah hak yang secara umum harus dihormati dan dipenuhi oleh pihak petugas
kesehatan dan dokter.Namun selain itu dalam undang-undang perlindungan konsumen, hak-hak pasien ini juga diatur
secara khusus mengingat bahwa hubungan terapeutik tidak melulu merupakan hubungan manusia tetapi juga hubungan
bisnis.Pasien disini dianggap sebagai pengguna jasa kesehatan atau konsumen dari produk-produk kesehatan seperti obat
dan peralatan medis lainnya. Undang-undang ini mengatur hak pasien sebagai berikut :

Hak atas kenyamanan, keamanan, dan kesehatan.


Hak untuk memilih jasa pelayanan.
Hak untuk memilih jasa pelayanan.
Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur.
Hak untuk didengar pendapatnya.
Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa.
Hak untuk dilayani dengan benar.
Hak untuk mendapatkan kompensasi atau ganti rugi.

Page 5
Hak-hak diatas apabila dipenuhi dengan baik ditambah dengan kehati-hatian dokter serta orientasi yang tidak
terlalu komersial akan membuat banyak hal yang tidak diinginkan seperti malpraktik tidak akan terjadi.

b)Kewajiban Pasien :

Memeriksakan diri sedini mungkin kepada dokter.


Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang penyakitnya.
Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter.
Menandatangani nasihat dan petunjuk dokter.
Menandatangai surat-surat Persetujuan Tindakan Medis atau Informed Consent (IC), surat jaminan dirawat
dirumah sakit.
Yakin pada dokternya dan yakin akan sembuh.
Melunasi biaya perawatan di rumah sakit, biaya pengobatan serta honorarium dokter.

2. a)Hak-hak Dokter :

Melakukan praktik dokter setelah memperoleh surat ijin dokter dan surat ijin praktik

Mendapatkan surat ijin untuk berpraktek dan surat tanda refistrasi adalah bentuk kesadaran untuk selalu siap
menjalankan profesinya secara bertanggung jawab. Ijin ini memiliki fungsi kontroling atas praktek kedokteran yang dijalan
sepenuhnya oleh negara.Hal ini dimaksudkan agar dokter maupun pasien sama-sama terlindungi kepentingannya ingin
berpraktek, sudah selayaknya pemerintah memfasilitasi dengan baik dan mudah.Sebaliknya seorang dokter juga harus
memiliki kemauan dan kesadaran untuk mengurus ijinnya sebelum melayani pasien.

Memperoleh informasi yang benar dan lengkap dari pasiennya tentang penyakitnya.

Informasi ini sangat dibutuhkan oleh dokter di dalam melakukan diagnose maupun terapi. Tingkatkan keberhasilan
suatu pengobatan pun ditentukan oleh setiap inforasi yang diperoleh seorang dokter.Akurasi diagnosis dan terapi tentu
membutuhkan data lengkap dari pasien. Maka seorang pasien tidak perlu malu untuk mengungkapkan apa saja yang
menjadi keluhannya sehingga pengobatan yang dilakukan memperoleh hasil yang maksimal.

Namun kadang kala dokter juga harus pandai meyakinkan pasiennya bahwa rahasi pasien aman
ditangannya.Kesulitan yang sering timbul di dalam mendapatkan informasi ini adalah jika penyakit yang timbul
menyangkut prilaku moral, seperti misalnya PMS (Penyakt Menular Seksual). Dokter harus mencari cara yang tepat agar
pasien tidak merasa dihakimi dan merasa aman.

Bekerja sesuai standar profesi

Di dalam melakukan tugas kedokteran, ada hal-hal yang telah ditetapkan di dalam prosedur pengobatan. Oleh
karena itu ada baiknya dokter dan pasien membicarakan terlebih dahulu prosedur seperti apa yang akan dijalani, sehingga
baik pasien maupun dokter tidak akan mengalami kesulitan dan di dalam posisi saling mencurigai.

Menolak melakukan tindakan medik yang bertentangan dengan etika, huku, agam, dan hari nuraninya.

Seorang dokter berhak untuk menolak melakukan tindakan medis yang bertentangan dengan hati nurani maupun
keyakinan agamanya.Dan untuk itu seorang pasien tidak dapat menuntut seorang dokter karena menolak melakukan

Page 6
tindakan medis tertentu.Keyakinan dan hati nurani seorang dokter haruslah dihormati sebagai sebuah pertanggung jawaban
moral yang harus dipikulnya. Pasien tidak berhak membebani dokternya dengan perasaan bersalah yang akan ditanggung
seumur hidup. Misalnya aborsi.

Beberapa orang dokter profile tetap akan menolak melakukan aborsi meskipun dengan alasan medis sekalipun,
karena hal itu dianggap bertentangan dengan hati nurani dan keyakinannya bahwa setiap janin punya hak untuk dilahirkan
apapun keadaannya. Keyakinan para dokter profile ini terletak pada penyelenggaraan Ilahi. Dimana setiap terjadinya
kehidupan ada campur tangan kuat dari Tuhan. Maka meskipun ada indikasi medis yang menyebabkan harus dilakukan
aborsi, para dokter ini cenderung memilih jalan membiarkan kehamilan terus berlangsung sampai Tuhan menentukan lain
(janin meninggal alamiah di dalam kandungan ibunya, baru kemudian dicurret), sehingga baru dilakukan tindakan medis.

Mengakhiri hubungan dengan pasiennya, jika menurut penilaiannya kerja sama dengan pasiennya tidak ada
gunanya lagi kecuali dalam keadaan gawat darurat.

Dokter mengetahui sampai seberapa jauh hubungan terapeutik dapat dilakukan.Jika hubungan itu sudah
memberikan hasil yang positif maka dokter tidak perlu memperpanjang masa terapinya.Atau jika ternyata penyakit
pasiennya mengarah pada bidang tugas yang tidak dikuasainya maka, doter boleh menghentikan hubungan terapeutiknya
dan merujuk pada dokter yang lebih ahli.

Hak atas privasi dokter.

Seperti umumnya manusia, dokter memiliki kehidupan pribadi yang harus dihormati.Hubungan antara pasien dan
dokternya adalah hubungan terapeutik dan bukan hubungan personal yang melibatkan emosi dan perasaan seseorang secara
berlebihan. Oleh karena itu pasien harus membatasi sejauh apa hubungan ini dapat dijalin. Bukan hak pasien untuk
mencampuri aspek pribadi dokternya.Misalnya masalah keluarganya, perceraian yang dialaminuya atau aspek pribadi
lainnya diluar hubungan pengobatan.

Ketentraman Bekerja

Dokter adalah orang pertama yang bersinggungan dengan risiko untuk terpapar penyakit dari pasiennya.Oleh
karena itu harus ada jaminan yang layak di dalam memberikan kenyamanan dan suasana kerja yang baik.Siapa yang harus
menciptakan atmosfer kerja yang nyaman ini?Tentu saja pihak rumah sakit dimana dokter bekerja, sejawatnya para petugas
kesehatan dan pasien.Pekerjaan yang penuh tekanan kadangkala menyebabkan tekanan psikis yang tidak ringan, maka
dokter berhak atas ketentraman bekerja.Artinya semua pihak yang terlibat di dalam hubungan relasi dan terapeutik harus
menjaga kondisi yang baik tanpa ancaman.

Mengeluarkan surat-surat keterangan dokter.

Surat-surat keterangan dokter ini dikeluarkan oleh dokter di dalam rangka menjaga kondisi kesehatan pasiennya.
Maka keterangan yang tertulis di sana haruslah didasarkan atas kejujuran.

Menerima imbalan jasa.


Menjadi anggota perhimpunan profesi.
Hak membela diri.

Page 7
b) Kewajiban Dokter :

Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah kedokteran.

Setiap dokter diharuskan untuk tunduk pada ketentuan Hipokrates, dimana terdapat nilai-nilai moral sebagai
ukuran.Tentu saja nilai yang ada terus diperbaharui pengertiannya sesuai dengan kemajuan jaman.

Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran tertinggi.

Ketentuan ini mewajibkan seorang dokter untuk selaku bertindak secara professional dan senantiasa
mengembangkan ilmunya.Sehingga pekerjaan kedokteran tidak pernah lepas dari riset dan pengembangan ilmunya sendiri.
Namun permasalahan yang muncul kemudian adalah bahwa kadangkala, seorang dokter sudah terlalu disibukkan dengan
mengobati pasien, sehinggga kewajiban untuk melakukan riset dan penelitian pengobatan sering terabaikan

Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh pertimbangan
keuntungan pribadi.
Setiap dokter wajib melindugi makhluk insani.

Di dalam hal ini telah diuraikan di dalam bab sebelumnya, bahwa seorang dokter harus melindungi makhluk insani
di dalam konteks keseimbangan. Artinya sepanjang kehidupan seseorang masih bisa diperjuangkan maka seorag dokter
berkewajiban untuk mengupayakan kesembuhan secara maksimal.Namun apabila memang kemungkinan kehidupan sudah
tidak mungkin lagi diberikan atau diupayakan, maka mengambil tindakan memaksakan kehidupan adalah suatu
kesalahan.Jalan terbaik adalah upaya alamiah.

Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus mengutamaka kepentingan masyarakat dan memperhatikan
semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat
yang sebenarnya.
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan menggunakan segala ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan
penderita.
Menerima imbalan jasa.
Menjadi anggota perhimpunan profesi.

Setiap dokter memiliki kewajiban untuk ikut serta di dalam perhimpunan profesi. Fungis perhimpunan ini adalah
untuk saling bertukar informasi mengenai perkembangan ilmu kedokeran serta menjalin kerja sama baik untuk promosi
kesehatan maupun peningkatan pedidikan kesehatan. Perhimpunan profesi ini sekaligus diharapkan mampu memberikan
advokasi bagi angggotanya yang terlibat masalah dan dapat menjadi mediator bukannya menjadi perisai untuk menutupi
kesalahan.

Hak membela diri.

Tugas dan pekerjaan yang dipikul oleh seorang dokter bukannya tanpa resiko.Oleh karena itu seorang dokter boleh
melakukan pembelaan diri apabila terlibat di dalam suatu permasalahan berkaitan dengan profesinya.Dokter juga berhak
mendapatkan dukungan dari teman sejawatnya untuk membela dirinya untuk membuktikan kebenaran.Namun hak ini harus
dilandasi dengan kejujuran dan ketulusan agar keadilan dapat ditegakkan.

Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada penderita agar senantasa dapat berhubungan dengan keluarga
dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya.

Page 8
Setiap dokter wajib merahasiakan segala seuatu yang diketahuinya tentang seorang penderita, bahkan setelah
penderrita meninggal dunia.

Merahasiakan penyakit pasien merupakan suatu keharusan bagi setiap petugas kesehatan terutama doter.Hal ini
diatur agar keamanan dan kenyamanan pasien terjamin. Ketentuan ini juga memberika perlindungan hokum kepada pasien
agar tidak mendapatkan perlakukan disktriminatif dari masyarakat senadainya masyarakat tahu jenis penyakit apa yang di
derita pasien. Selain itu juga mencegah terjadinya penilain negative dan pengucilan terhadap pasien sehubungan dengan
penyakit yang di derita.

Setiap dokter wajib melakukan pertolonga darurat sebagai suatu tugas kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

Meskipun seorang tidak sedang bertugas, namun ia wajib untuk melakukan tugas kemanusiannya jika terjadi
kondisi gawat darurat. Jadi alasan untuk menolak pasien adalah suatu kesalahan yang besar di mata hokum.

Setiap dokter tidak boleh mengambil alih penderita dari teman sejawatnya tanpa persetujuannya.

Ketentuan ini mengatur bentuk penghormatan terhadap teman sejawat yang telah menangani pasiennya terlebih
dahulu.Namun tidak pernah menutup kemungkinan untuk memberi saran pada tema sejawat berkait dengan pengobatan
pasien jika diminta dan diperlukan.

3. Etika dan Kode Etik Kedokteran Indonesia

ETIKA KEDOKTERAN

Etik Ethics berasal dari kata Yunani ethos yang berarti akhlak, adat kebiasaan, watak, perasaan, sikap, yang baik,
yang layak.

Menurut Kamus Kedokteran, etika adalah pengetahuan tentang perilaku yang benar dalm satu profesi

Pekerjaan profesi umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Pendidikan sesuai standar nasional


2. Mengutamakan panggilan kemanusiaan
3. Berlandasan etik profesi, mengikat seumur hidup
4. Legal melalui perizinan
5. Belajar sepanjang hayat
6. Anggota bergabung dalam satu organisasi profesi

Ciri-ciri etik profesi adalah sebagai berikut.


1. Berlaku untuk lingkungan profesi
2. Disusun oleh organisasi profesi bersangkutan
3. Mengandung kewajiban dan larangan
4. Menggugah sikap manusiawi

Etika merupakan kajian mengenai moralitas - refleksi terhadap moral secara sistematik dan hati-hati dan analisis
terhadap keputusan moral dan perilaku.

Etika kedokteran salah satu cabang dari etika yang berhubungan dengan masalah-masalah moral yang timbul
dalam praktek pengobatan.

Page 9
MENGAPA HARUS BELAJAR ETIKA KEDOKTERAN?

Belajar etika akan menyiapkan mahasiswa kedokteran untuk mengenali situasi-situasi yang sulit dan melaluinya
dengan cara yang benar sesuai prinsip dan rasional.

Sangat sering, bahkan etika membuat standar perilaku yang lebih tinggi dibanding hukum, dan kadang etika
memungkinkan dokter perlu untuk melanggar hukum yang menyuruh melakukan tindakan yang tidak etis.

KESIMPULAN

Pengobatan merupakan ilmu dan seni. Ilmu berhubungan dengan apa yang bisa diamati dan diukur, dan dokter yang
kompeten mengenali tanda-tanda dari kesakitan dan penyakit dan mengetahui bagaimana mengembalikan kesehatan yang
baik. Namun pengobatan ilmiah memiliki keterbatasan terutama jika berhubungna dengan manusia secara individual,
budaya, agama, kebebasan, hak asasi, dan tanggung jawab. Seni pengobatan melibatkan aplikasi ilmu dan teknologi
pengobatan terhadap pasien secara individual, keluarga, dan masyarakat sehingga keduanya tidaklah sama. Lebih jauh lagi
bagian terbesar dari perbedaan individu, keluarga, dan masyarakat bukanlah non-fisiologis namun dalam mengenali dan
berhadapan dengan perbedaan-perbedaan ini di mana seni, kemanusiaan, dan ilmu-ilmu sosial bersama dengan etika,
memiliki peranan yang penting. Bahkan etika sendiri diperkaya oleh disiplin ilmu yang lain, sebagai contoh, presentasi
dilema klinis secara teatrikal dapat menjadi stimulus yang lebih baik dalam refleksi dan analisis etis dibanding deskripsi
kasus sederhana.

KODEKI

Di Indonesia, Kode Etik Kedokteran sewajarnya berlandasan etik dan norma-norma yang mengatur hubungan
antara manusia , yang asas-asasnya terdapat dalam falsafah Pancasila, sebagai landasan idiil dan UUD 1945 sebagai
landasan strukturil. Dengan maksud untuk lebih nyata mewujudkan kesungguhan dan keluhuran ilmu kedokteran, para
dokter baik yang tergabung dalam perhimpunan profesi Ikatan Dokter Indonesia IDI maupun secara fungsional terikat
dalam organisasi pelayanan, pendidikan, dan penelitian telah menerima Kode Etik Kedokteran KODEKI

Ada 2 versi KODEKI, yaitu yang sesuai dengan Surat Keputusan Menkes RI No. 434/Menkes/SK/X/1983 dan
sesuai dengan Surat Keputusan PB IDI. No. 221/PB/A-4/04/2002. Keduanya serupa tetapi tidak sama dari segi substansial
organisasi profesi bersangkutan, kita berpedoman pada KODEKI yang diputuskan PB IDI yang telah menyesuaikan
KODEKI dengan situasi kondisi yang berkembang seiring dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran serta dinamika etika global yang ada. KODEKI tersebut berbunyi sebgai berikut.

Kewajiban Umum
Pasal 1 sampai Pasal 9

Kewajiban Dokter Terhadap Pasien


Pasal 10 sampai Pasal13

Kewajiban Dokter Terhadap Teman Sejawat


Pasal 14 sampai Pasal 15

Kewajiban Dokter Terhadap Diri Sendiri


Pasal 16 sampai Pasal 17

Page 10
4.Profesionalisme Kedokteran

Sikap professional seorang dokter ditunjukkan ketika dokter berhadapan dengan tugasnya (dealing with task),
yang berarti mampu menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai peran dan fungsinya;mampu mengatur diri sendiri seperti
ketepatan waktu, pembagian tugas profesi dengan tugas-tugas pribadi yang lain (dealing with oneself);dan mampu
menghadapi berbagai macam tipe pasien serta pasien serta mampu bekerja sama dengan profesi kesehatan yang lain
(dealing with others). Di dalam proses komunikasi dokter-pasien, sikap professional ini penting untuk membangun rasa
nyaman, aman, dan percaya pada dokter, yang merupakan landasa bagi berlangsungnya komunikasi secara
efektif(Silverman,1998). Di dalam proses Sikap professional ini hendaknya dijalin terus-menerus sejak awal konsultasi,
selama proses konsultasi berlangsung, dan di akhir konsultasi. Contoh sikap dokter ketika menerima pasien :

Menyilakan masuk dan mengucapkan salam.


Memanggil/menyapa pasien dengan namanya.
Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya cukup waktu,
menganggap penting informasi yang akan diberikan, menghindari tampak lelah).
Memperkenalkan diri, menjelaskan tugas/perannya (apakah dokter umum,
spesialis, dokter keluarga, dokter paliatif, konsultan gizi, konsultan tumbuh
kembang, dan lain-lain).
Menilai suasana hati lawan bicara
Memperhatikan sikap non-verbal (raut wajah/mimik, gerak/bahasa tubuh) pasien
Menatap mata pasien secara profesional yang lebih terkait dengan makna
menunjukkan perhatian dan kesungguhan mendengarkan.
Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan interupsi yang
tidak perlu.
Apabila pasien marah, menangis, takut, dan sebagainya maka dokter tetap
menunjukkan raut wajah dan sikap yang tenang.
Melibatkan pasien dalam rencana tindakan medis selanjutnya atau pengambilan
keputusan.
Memeriksa ulang segala sesuatu yang belum jelas bagi kedua belah pihak.
Melakukan negosiasi atas segala sesuatu berdasarkan kepentingan kedua
belah pihak.
Membukakan pintu, atau berdiri ketika pasien hendak pulang.

5.HUKUM KESEHATAN

Memahami dan mendalami hukum kesehatan akan memberi dan meningkatkan keyakinan diri tenaga kesehatan
dalam menjalankan profesi kesehatan yang berkualitas dan selalu berada pada jalur yang aman,tidak melanggar etika,dan
ketertiban hukum.

Dalam kasus dokter tidak ramah menlanggar pasal- pasal sebagai berikut :

Pasal 51 UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

1. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta kebutuhan
medis pasien

2. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik,
apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan

Page 11
Berdasarkan UU no.8 / 1999 tentang perlindungan konsumen

Mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.

6.SAFETY PATIENT

KepMen nomor 496/Menkes/SKIV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang tujua utamanya
adalah tercapainya pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan keselamatan bagi
pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) yang berinisiatif melakukan
pertemuan dan mengajak semua stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatikan keselamatan pasien di rumah sakit.
Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik
terhadap pasien mengharuskan rumah sakit untuk berusaha mengurangi medical error sebagai bagian dari penghargaannya
terhadap kemanusiaan, maka dikembangkan sistem Patient Safety yang dirancang mampu menjawab permasalahan yang
ada.

Patient Safety atau keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien di rumah sakit menjadi
lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak mengambil suatu tindakan yang seharusnya diambil.

Menurut Hasting G, 2006, ada delapan langkah yang bisa dilakukan untuk mengembangkan budaya Patient Safety
:

1. Put the focus back on safety


2. Think small and make the right thing easy to do
3. Encourage open reporting
4. Make data capture a priority
5. Use system-wide approaches
6. Build implementation knowledge
7. Involve patients in safety efforts
8. Develop top-class patient safety leaders

Aspek hukum terhadap Patient Safety :

UU tentang Kesehatan dan UU tentang Rumah Sakit :

1. Keselamatan pasien sebagai Isu Hukum


a. Pasal 53 (3) UU No.36/2009

Pelaksanaan pelayanan kesehatan harus mendahulukan keselamatan nyawa pasien.

b. Pasal 32n UU No.44/2009

Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit.

c. Pasal 58 UU No.36/2009
1) Setiap orang berhak menuntut G.R terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang
menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya.
2) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tinakan penyelematan nyawa atau pencegahan kecacatan
seseorang dalam keadaan darurat.

Page 12
2. Tanggung Jawab Hukum Rumah Sakit
a. Pasal 29b UU No.44/2009

Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan
pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pasal 46 UU No.44/2009

Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang
dilakukan tenaga kesehatan di rumah sakit.

c. Pasal 45 (2) UU No.44/2009

Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka menyelematkan nyawa manusia.

3. Bukan Tanggung Jawab Rumah Sakit

Pasal 45 (1) UU No.44/2009 tentang Rumah Sakit :

Rumah sakit tidak bertanggung jawab secara hukum apabila pasien dan/atau keluarganya menolak atau menghentikan
pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang komprehensif.

4. Hak Pasien
a. Pasal 32 UU No.44/2009

Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dari
kerugian fisik dan materi.

b. Pasal 32 UU No.44/2009

Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional.

c. Pasal 3j UU No.44/2009

Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi,
dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.

d. Pasal 32 UU No.44/2009

Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana.

5. Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien

Page 13
Pasal 43 UU No.44/2009

1) Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.


2) Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan menetapkan pemecahan
masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.
3) Rumah Sakit melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang membidangi keselamatan pasien yang
ditetapkan oleh menteri.
4) Paporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan ditujukan untuk mengoreksi sistem dalam rangka
meningkatkan keselamatan pasien.

Pemerintah bertanggung jawab megeluarkan kebijakan tentang keselamatan pasien. Keselamatan pasien yang
dimaksud adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan lebih aman.

Sistem terebut meliputi :

a. Assessment risiko
b. Identifikasi dan pengelolaan yang terkait resiko pasien
c. Pelaporan dan analisis insiden
d. Kemampuan belajar dari insiden
e. Tindak lanjut dan implementasi solusi meminimalkan resiko

7.Komunikasi Efektif antara Dokter dan Pasien

Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh kedua pihak, pasien dan dokter.
Opini yang menyatakan bahwa mengembangkan komunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu dokter, tampaknya
harus diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak
hal-hal negative dapat dihindari.Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun
percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada proses selanjutnya. Pasien merasa tenang dan aman
ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bawa semua yang
dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa dokter terebut dapat membantu menyelesaikan masalah
kesehatannya.Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak memerlukan waktu lama.Komunikasi efektif
terbukti memerlukan lebih sedikit waktu karena dokter terampil mengenali kebutuhan pasien (tidak hanya ingin
sembuh).Dalam pembrian pelayanan medis, adanya komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan kondisi
yang diharapkan sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah kesehatan bersama pasien,
berdasarkan kebutuhan pasien.Namun disadari bahwa dokter dan dokter gigi di Indonesia belum disiapkan untuk
melakukannya.Dalam kurikulum kedokteran dan kedokteran gigi, membangung komunikasi efektif dokter-pasien belum
menjadi prioritas.Untuk itu dirasakan perlunya memberikan pedoman (guidance) untuk dokter guna memudahkan
berkomunikasi dengan pasien atau keluarganya, Melalui pehaman tentang hal-hal penting dalam pengembangan
komunikasi dokter-pasien diharapkan terjadi perubahan sikap dalam hubungan dokter-pasien.

Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dam pasiennya adalah untuk mengarahkan proses penggalian riwayat
penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien
bagi keduanya(Kurtz, 1998).

Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang digunakan :

Disease centered communication style

Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan
penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.

Page 14
Illness centered communication style

Komunikasi berdasarkan apa saja yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara individu merupakan
pengalaman unik. Disini termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingan serta apa
yang dipikirkannya. Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan, kecemasan serta kebutuhan pasien,
patient centered communication style sebenarnya tidak memerlukan waktu lebih lama daripada doctor centered
communication style. Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahurkan kenyamanan dan
kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati itu sendiri
dapat dikembangkan apabila dokter memiliki ketrampilan mendengar dan berbicara yang kduannya dapat dipelajari dan
dilatih.

Carma L. Bylund & Gregory Makoil dama tulisanya tentang Emphatic Communication in Physcian-Patient
Encounter(2002), menyatakan betapa pentingnya empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam
batasan definisi berikut:

Kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien(a physician cognitive capacitu to
understand patients needs),
Menunjukan afektifitas/sensififitas dokter terhadap perasaam pasien (an affective sensitivity to patients feelings).
Kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/menyampaikan empatinya kepada pasien ( a behavioral
ability to convey empathy to patient).

8.Tinjauan Agama tentang Dokter Kurang Ramah Dilihat dari Motivasi dan Akhlak

Al Imam ibn Hazm (690-751 H) seorang ulama kenamaan di dalam kitabnya Zadul maad III/hal. 110 menulis,
bahwa seorang dokter yang akan melakukan penelitian dan mengobati si sakit senantiasa harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :

1. Memperhatikan dengan seksama macam penyakit penderita


2. Memperhatikan dengan sungguh-sungguh gejala dan sebab-sebab timbulnya penyakit.
3. Memperhatikan keadaaan jasmaniah penderita apakah ia mampu untuk menjadi prang percobaan dan penelitian.
4. Memperhatikan dengan seksama perkembangan tubuh penderita sejak ia lahir sampai saat ini.
5. Memperhatika dengan seksama oembawaan penderita, apakah pembawaan sejak lahir ataukah bukan.
6. Memperhatikan usia penderita
7. Memperhatikan adat istiadat penderita.
8. Memeperhatikan musim tatkala penderita akan berobat, apakah negeri itu sedang dalam keadaan musim dingin
atau panas.
9. Memperhatikan dengan seksama negeri tumpah darah pendefita karena mungkin perbedaan adat istiadat dan
sebagainya.
10. Situasi udara pada saat sakit datang untuk konsul supaya dijadikan bahan penelitian juga.
11. Obat yang tidak sesuai dengan pasien perlu diperhatikan.
12. Memperhatikan obat yang tidak sesuai dengan penyakitnya.
13. Memperhatikan efektivitas obat, tingkatannya dan perbandingan antara efektivitas obat dan faal tuuh pasien.
14. Tujuan pengobatan ini, bukan hanya menghilangkan penyakit tersebut, tetapi berusha untuk tidak memperberat
penyakitnya akibat efek samping obat.
15. Memberikan obat dengan dosi minimal, bila perlu dosis ditingkatkan.
16. Hendaknya diperhatikan, apakah penyakitnya tersebut, dapat diobati atau tidak. Kalau tidak dapat diobati, jangan
berusaha mengobati karena tidak akan mendatangkan manfaat. Kalau mungkin dionati, apakah akan dapat

Page 15
dihilangkan supaya tidak terus tumbuh. Apa yang mungkin hendaknya dilaksanakan dengan bertawakal kepada
Allah SWT
17. Jangan menggatap penyakit yang campuran untuk dikosongkan sebelum datang waktu masaknya. Kalau sudah
masak, barulah dikosongkan.
18. Seorang dokter hendakny mengetahui tentang penyakit hati/fikiran, jiwa serta obat-obatnya. Mengetahui tentang
itu, adalah pokok yang penting untuk mengobati tubuh. Setiap dokter harus mengisi hati si sakit dengan sifat-sifat
yang baik, dengan bertawakal kepada Allah, rela menerima taqdirNya, seelalu megingatkanNya dan
mengharapkan pertolonganNya, merendahkan diri di hadapanNya, bertaubat dari segala dosa dan kesalahan dan
suka beribadat kepadaNya. Inilah sebagian dari pada obat fikiran dan jiwa.
19. Dokter hendaknya bersikap ramah dan lemah lembut terhadap pasien. Perlakukanlah pasien dengan sebaik-
baiknya.
20. Dokter hendaknya mempergunakan segala macam pengobatan baik obat-obat alamiah, maupun obat-obat ilhaiyah
(ajaran Allah SWT) dan memberikan harapan-harapan baik kepada pasien.

Selanjutnya Ibn Hazm menyatakan bahwa, esensi dari adab kedokteran, harus senantiasa memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :

Memelihara kesehatan yang telah ada.

Mengembalikan kesehatan yang terganggu.

Menghilangkan atau mengurangkan penyakit.

Sabar menghadapi bahaya yang lebih ringan, untuk menghilangkan bahaya lebih berat.

Memilih cara pengobatan dengan manfaat yang lebih besar.

KESIMPULAN

Penelitian terhadap diri manusia dan penyakit yang timbul pada dirinya dibolehkan Tuhan sepanjang itu dilakukan
di atas tanggung jawab keilmuan dan memperlakukan mausia sebagai makhluk yang terhormat, sehingga diperlukan adab
sopan santun dan mafulnya (manusia yang diteliti) memiliki kemerdakaan untuk menerima atau menolaknya, serta para
peneletinya tidak diwajibkan memikul resiko apapun bila sesuatu bencana terjadi tanpa sepengetahuannya dan tidak karena
kesengajaan. Beban moral adalah beban yang palong berat bagi siapapun yang bermoral dan beriman, bila melakukan
sesuatu yang siapapun yang sesungguhnya bertentangan dengan hati nuraninya, karena itu pertanyaan kepada lubuk hati
yang paling dalam, merupakan pertanyaan terakhir sebelum memohon kepada Tuhan, yang akan memberi kepastian
terhadap pekerjaan yang akan dilakukannya. Rasulullah senantiasa berkata : Tanyalah hati nuranimu kemudian
bertawakallah.

BAB II

PENUTUP

Page 16
II. Kesimpulan

Dalam pelayaan kesehatan setiap pihak selalu mempunyai hak dan kewajiban baik itu pelayan kesehatan (dokter,
perawat,dll) dan yang dilayani (pasien, masyarakat,dll). Dalam kasus dokter kurang ramah ini, dokter tersebut tidak
memenuhi kewajibannya sebagai dokter;memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan memberikan
informasi tentang penyakit yang diderita pasien. Selain itu dokter tersebut tidak memenuhi hak yang seharusnya didapat
oleh pasien.Sedangkan jika ditinjau dari sisi agama, dokter tersebut telah melanggar etika dan akhlak antara dokter dan
pasien.Dokter yang baik adalah dokter yang bersikap profesional, memenuhi hak pasien, melaksanakannya kewajibannya
sebagai dokter, dan mematuhi etika dokter-pasien di dalam agama.

DAFTAR PUSTAKA

Amri Amir & Jusuf Hanafiah.1999.Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran

Dewi Alexandra Indriyanti.2008.Etika dan Hukum Kesehatan.Yogyakarta:Pustaka Book Publisher

Komalawati, Veronica.2010.Commnity&Patient Safety Dalam Perspektif Hukum Kesehatan.

Lestari, Trisasi. 2006. Konteks Mikro dalam Implementasi Patient Safety: Delapan Langkah untuk Mengembangkan
Budaya Patient Safety. Buletin IHQN Vol II/Nomor.04/2006 Hal.1-3

Mertokusumo, Sudikno.1986.Mengenal Hukum.Liberty.Yogyakarta.

Muhammad Mulyahadi Ali, dkk(EDS).2006.Komunikasi Efektif Dasar.Pasien Konsil Kedokteran Indonesia.Jakarta

Page 17
Pabuti, Aumas.2011.Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien (KP) Rumah Sakit.Proceding of expert lecture of medical
studentof Block 21st of Andalas University, Indonesia

Panduang Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit(Patient Safety).2005

Prof. dr. M. Jusuf Hanafiah, Sp.OG. 2007. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Prof. John R. Williams.2005. Ethics Unit of the World Medical Association

Tim Keselamatan Pasien RS RSUD Panembahan Senopati. Patient Safety

Page 18

Вам также может понравиться