Вы находитесь на странице: 1из 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin dengan tanda-tanda rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat,
sering dan teratur, keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih
banyak karena robekan-robekan kecil pada servik, kadang-kadang ketuban
pecah dengan sendirinya. Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan
pembukaan telah ada (Saifuddin, 2006: 100)
Penyebab pasti persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah
merupakan teori-teori yang kompleks antara lain dikemukakan faktor-faktor
hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim dan pengaruh tekanan pada sarafdan
nutrisi.
Persalinan saat ini menjadi momok yang ditakutkan di kalangan ibu,
khususnya ibu hamil. Tidak sedikit ibu dan bayinya mengalami
kegawatdaruratan dan sampai pada akhirnya tidak dapat diselamatkan dan pada
akhirnya menyebabkan meningkatnya angka kematian ibu dan anak. Akan tetapi
hal tersebut dapat di minimalisir dengan asuhan persalinan.
Asuhan persalinan kala I, II, III dan IV memegang kendali penting pada ibu
selama persalinan karena dapat membantu ibu dalam mempermudah proses
perslainan, membuat ibu lebih yakin untuk menjalani proses persalinan serta
untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi selama persalinan dan
ketidaknormalan dalam persalinan.
Persalinan yang aman yaitu memastikan bahwa semua penolong
mempunyai pengetahuan, keterampilan dan alat untuk memberikan pertolongan
yang aman dan bersih, serta memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi.
Berdasarkan hal tersebut, untuk menekan jumlah AKI dan AKA pada proses
persalinan, tentu selain tenaga kesehatan penolong persalinan terlatih dan
professional juga perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan kebidanan
secara optimal dan komprehensif dan berdasar prinsip sayang ibu dan sayang

1
bayi sehingga diperoleh kesejahteraan fisik serta psikologis bayi ibu dan
bayinya.
Dari hal tersebut praktikan mencoba melakukan studi kasus pada Ny. N
G2P1A0 umur 27 tahun hamil 40 minggu, inpartu kala I fase aktif.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal Ny. N G2P1A0 umur 27
tahun hamil 40 minggu, inpartu kala I fase aktif di Klinik Namira?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran secara nyata dan mengembangkan pola piker ilmiah
dalam memberikan asuhan kebidanan pada kasus persalinan melalui
penerapan managemen kebidanan?

2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan
dengan menerapkan managemen kebidanan khusu pada ibu bersalin
b. Mengaplikasihan teori-teori dan ketrampilan yang penulis peroleh
selama mengikuti perkuliahan di kelas dan laboratorium klinik kebidanan
c. Mengetahui bagaimana cara mengasuh pada ibu bersalin pada kala I, II,
III dan IV secara komprehensif

D. Manfaat Penulisan
1. BPM
Hasil studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi dan masukan data
persalinan fisiologis
2. Institusi Pendidikan
Memberikan tambahan sumber kepustakaan dan pengetahuan di bidang
kebidanan mengenai asuhan kebisanan pada persalinan fisiologis
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu
bersalin fisiologi.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Persalinan
1. Pengertian persalinan
Persalinan adalah proses alamiah yang akan berlangsung dengan sendirinya,
tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang
membahayakan ibu maupun janinnya sehingga membutuhkan pengawasan,
pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai (Manuaba, 2009)
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
bayi cukup bulan atau hamper cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta
dan selaput janin dari tubuh ibu (Harianto, 2010)
Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya kontraksi uterus
yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi dan
kelahiran plasenta dan proses tersebut merupakan proses alamiah (Rohani,
2011).

Menurut Farer (2011), karakteristik persalinan normal adalah:


a. Terjadi pada kehamilan cukup bulan (aterem, bukan premature atau
postmatur)
b. Terjadi spontan bukan karena di pacu atau induksi
c. Terjadi selama 4-24 jam, bukan partus precipitates (kurang dari 3 jam)
ataupun partus lama (lebih dari 24 jam pada primi atau lebih dari 18 jam
pada multi)
d. Janin tunggal dengan presentasi puncak kepala dan oksiput pada bagian
anterior pelvis
e. Terlaksana tanpa bantuan artificial
f. Tidak ada penyulit atau komplikasi
g. Kelahiran plasenta yang normal
Persalinan (inpartu) dimulai sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir

3
dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu dikatakan belum inpartu
jikakontraksi uterus tidak menyebabkan perubahan serviks.

B. Etiologi
Teori yang menerangkan proses persalinan menurut Manuaba (2009) yaitu:
1. Teori Kadar Progesterone
Hormon progesteron merupakan hormon yang menimbulkan relaksasi pada
otot-otot rahim. Sedangkan hormon estrogen meninggikan kerentanan otot
rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron
dan estrogen didalam darah. Progesteron menghambat kontraksi uterus
selama kehamilan, sehingga membantu mencegah ekspulsi fetus. Sebaliknya
estrogen mempunyai kecenderungan meningkatkan derajat kontraktilitas
terus. Baik progesteron maupun estrogen dieksresikan dalam jumlah yang
secara progesif makin bertambah selama kehamilan, tetapi mulai kehamilan
bulan ke tujuh dan seterusnya sekresi estrogen terus meningkat sedangkan
sekresi progesteron tetap konstan atau mungkin menurun sehingga terjadi
kontraksi Braxton hicks saat akhir kehamilan yang selanjutnya bertindak
sebagai kontraksi persalinan.
2. Teori Oksitosin
Menjelang persalinan oksitosin makin meningkat sehingga cukup kuat untuk
merangsang persalinan, diduga bahwa oksitosin dapat menimbulkan
pembentukkan prostaglandin dan persalinan dapat berlangsung.

3. Teori Peregangan Otot Rahim


Dengan meregangnya otot rahim dalam batas tertentu menimbulkan
kontraksi persalinan dengan sendirinya
4. Teori Prostaglandin
Prostaglandin banyak dihasilkan oleh lapisan dalam rahim yang diduga dapat
menyebabkan kontraksi rahim.Dari hasil percobaan menunjukkan bahwa
prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena atau extra amnial
menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini
juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air

4
ketuban maupun darah perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan atau
selama persalinan.
5. Keregangan Otot Rahim
Seperti hal nya dengan kandung kemih yang bila dindingnya teregang oleh
karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Demikian pula dengan rahim. Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan
maka semakin otot-otot rahim teregang. Rahim yang membesar dan
meregang akan menyebabkan iskemi otor rahim, sehingga mengganggu
sirkulasi utero plasenter sehingga timbul adanya kontraksi.
6. Teori Iritasi Mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikale (fleksus franker hauser). Bila
ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul
kontaksi uterus.
7. Pengaruh Janin
Hipofisis dan kelenjar suprarenal janin yang memegang peranan dalam
terjadinya persalinan. Pada janin anenchepalus (keadaan abnormal pada otak
dan batang otak), kehamilan sering lebih lama dari biasanya.

C. Tanda-Tanda Persalinan
Menurut Hidayat (2010: 3-6), tanda dan gejala menjelang persalinan yakni:
1. Lightening yang dimulai dirasa kira-kira dua minggu sebelum persalinan
adalah penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor. Pada
presentasi sefalik, kepala bayi biasanya menancap setelah lightening. Wanita
sering menyebut lightening sebagai kepala bayi sudah turun.
Hal-hal spesifik yang akan dialami ibu, yaitu:
a. Ibu jadi sering berkemih karena kandung kemih ditekan sehingga ruang
yang tersisa untuk ekspansi berkurang
b. Perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang menyeluruh, yang
membuat ibu merasa tidak enak dan timbul sensasi terus-menerus bahwa
sesuatu pelu dikeluarkan atau ia perlu defekasi
c. Kram pada tungkai yang disebabkan oleh tekanan foramen iskiadikum
mayor dan menuju ke tungkai

5
d. Peningkatan statis vena yang menghasilkan oedema dependent akibat
tekanan bagian presentasi pada pelvis minor menghambat aliran balik
darah dari ekstremitas bawah.
2. Perubahan Serviks
Mendekati persalinan, serviks semakin matang. Jika selama masa hamil
serviks dalam keadaan menutup, panjang dan lunka, sekarang serviks masih
lunak dengan konsistensi seperti pudding dan mengalami sedikit penipisan
(efficement) dan kemungkinan sedikit dilatasi. Evaluasi kematangan serviks
akan tergantung pada individu wanita dan paritasnya. Sebagai contoh, pada
masa hamil serviks ibu multipara secara normal mengalami pembukaan 2
cm, sedangkan pada primigravida dalam kondisi normal serviks menutup.
Perubahan serviks diduga terjadi akibat peningkatan instansi kontraksi
Braxton Hicks. Serviks menjadi matang selama periode yang berbeda-beda
sebelum persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan kesiapannya
untuk persalinan.
3. Persalinan Palsu
Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeru dan memberi
pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan palsu
sebenarnya timbul akibat kontraksi Braxton Hicks yang tidak nyeri dan telah
terjadi sejak sekitar enam minggu kehamilan. Bagaimanapun, persalinan
palsu juga mengindikasikan bahwa persalinan sudah dekat.
4. Ketuban Pecah Dini
Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala I persalinan. Apabila
terjadi sebelum awitan persalinan, kondisi ini disebut Ketuban Pecah Dini
(KPD). Hal ini dialami oleh sekitar 12% wanita hamil. Kurang lebih 80%
wanita yang mendekati usia kehamilan cukup bulan dan mengalami KPD
mulai mengalami persalinan spontan mereka pada waktu 24 jam.
5. Bloody Show
Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi, biasanya dalam
24 hingga 48 jam. Akan tetapi bloody show bukan merupakan tanda
persalinan yang bermakna jika pemeriksaan vagina sudah dilakukan 48 jam
sebelumnya karena lendir yang bercampur darah selama waktu tersebut

6
mungkin akibat trauma kecil terhadap atau perusakan plak lendir saat
pemeriksaan tersebut dilakukan.
6. Lonjakan Energi
Terjadinya lonjakan energi ini belum dapat dijelaskan bahwa hal tersebut
terjadi alamiah, yang memungkinkan wanita memperoleh energi yang
diperlukan untuk menjalani persalinan. Wanita harus di informasikan tentang
kemungkinan lonjakan energi ini diarahkan untuk menahan diri dan justru
harusdihemat untuk persalinan.

7. Gangguan Saluran Cerna


Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare, kesulitan mencerna, mual
dan muntah, diduga hal-hal tersebut gejala menjelang persalinan walaupun
belum ada penjelasan untuk hal ini. Beberapa wanita mengalami satu atau
beberapa gejala tersebut (Varney, 2007).

D. Tahap Persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka dari 0
sampai 10 cm. kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II disebut juga
dengan kala pengeluaran oleh karena kekuatan his dan kekuatan mengejan, janin
didorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau disebut juga dengan kala uri,
plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya
plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala tersebut diobservasi apakah terjadi
perdarahan postpartum (Rohani, dkk, 2011).
1. Kala I (Kala Pembukaan)
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks
mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah
kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergesaran-pergeseran, ketika
serviks mendatar dan membuka.
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu:
a. Fase laten adalah fase pembukaan serviks yang berlangsung lambat,
dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan

7
pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung 7-8
jam.
b. Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6 jam dan
dibagi dalam 3 subfase yakni:
1) Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam dimulai dari
pembukaan 4cm.
2) Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam, pembukan
berlangsung cepat dari 4 menjadi 9 cm.
3) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan
menjadi 10 cm (lengkap).
Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus
umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat jika terjadi tiga kali atau
lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
dan terjadi penurunan bagian terbawah janin. Berdasarkan kurve Friedman,
diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1 cm/jam dan pembukaan
multigravida 2 cm/jam
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida
dengan multigravida. Pada primigravida, ostium uteri internum akan
membuka lebih dulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis,
kemudian ostium internum sedah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan
eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam waktu yang
sama.
2. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung selama 2
jam dan pada multipara 1 jam.
Tanda dan gejala kala II:
a. His semakin kuat dengan interval 2-3 menit
b. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
c. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum dan atau
vagina
d. Perineum terlihat menonjol
e. Vulva-vagina dan spingter ani terlihat membuka

8
f. Peningkatan pengeluaran lendir darah
Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang
menunjukkan:
1) Pembukaan serviks telah lengkap
2) Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina

3. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)


Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung
5-30 menit setelah bayi lahir. Perubahan psikologis kala III yaitu:
a. Ibu ingin melihat, menyentuh dan memeluk bayinya
b. Merasa gembira, lega dan bangga akan dirinya juga merasa sangat lelah
c. Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vagina perlu dijahit
d. Menaruh perhatian terhadap plasenta.
4. Kala IV (Kala Pengawasan)
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah proses
tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV adalah:
a. Tingkat kesadaran
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi: tekanan darah, nadi dan
pernapasan
c. Kontraksi uterus
d. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap normal jika jumlahnya
tidak melebihi 400-500 cc.
Asuhan dan pemantauan pada kala IV:
a. Lakukan rangsangan taktil (pemijatan) uterus untuk merangsang uterus
berkontraksi
b. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang
antara pusat dan fundus uteri
c. Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan
d. Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada laserasi
atau episiotomi)

9
e. Evaluasi kondisi ibu secara umum
f. Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan di
halaman belakang partograf segera setelah asuhan diberikan atau setelah
penilaian dilakukan

E. Mekanisme Persalinan
Mekanisme persalinan adalah gerakan posisi yang dilakukan janin untuk
menyesuaikan diri terhadap pelvis ibu. Terdapat tujuh gerakan posisi dasar yang
terjadi ketika janin berada dalam presentasi vertex sefalik. Gerakan tersebut
adalah:
1. Engagement
Terjadi ketika diameter biparetal kepala janin telah melalui pintu atas
panggul. adalah suatu keadaan dimana diameter biparietal sudah melewati
pintu atas panggul. Pada 70% kasus, kepala masuk pintu atas panggul ibu
dengan oksiput melintang.Penurunan terjadi akibat tiga kekuatan :
a. Tekanan dari cairan amnion,
b. Tekanan langsung kontraksi fundus pada janin,
c. Kontraksi diagfragma dan otot-otot abdomen ibu pada tahap kedua
persalinan.
2. Fleksi rotasi internal
Hal yang sangat penting untuk penurunan lebih lanjut. Melalui penurunan ini
diameter Sub oksipitobregmantika yang lebih kecil digantikan dengan
diameter kepala janin tidak dalam keadaan fleksi sempurna, atau tidak
berada dalam keadaan beberapa derajat ekstensi
3. Rotasi internal
Menyebabkan diameter anteroposterior kepala janin menjadi sejajar dengan
diameter anteroposterior pelvis ibu. Paling biasa terjadi adalah oksiput
berotasi ke bagian anterior pelvis ibu, di bawah simfisis pubis
4. Kelahiran kepala dengan fleksi lateral melalui sumbu arcus
Kelahiran kepala berlangsung melalui ekstensi kepala untuk mengeluarkan
oksiput anterior. Dengan demikian kepala dilahirkan dengan ekstensi seperti
oksiput, sutura sagitalis, fontanel anterior, alis, orbit, hidung, mulut dan dagu
secara berurutan muncul dari perineum.

10
5. Restusi

Rotasi kepala 45 baik kearah kanan maupun kiri bergantung pada arah dari

tempat kepala berotasi ke posisi oksiput-anterior


6. Rotasi eksternal

Terjadi pada saat bahu berotasi 45, menyebabkan diameter bisakromial

sejajar dengan diameter anteroposterior pada pintu bawah panggul. Hal ini

menyebabkan kepala bayi melakukan rotasi eksternal sebesar 45 ke posisi

LOT atau ROT, bergantung arah restitusi.


7. Kelahiran bahu dan tubuh dengan fleksi lateral melalui sumbu arcus
Sumbu arcus adalah ujung keluar paling bawah pada pelvis. Bahu anterior
kemudian terlihat pada orifisum vulvovaginal, yang menyentuh di bawah
simfisis pubis, bahu posterior kemudian menggembungkan perineum dan
lahir dengan posisi lateral. Setelah bahu lahir, bagian badan yang tersisa
mengikuti sumbu Carus dan segera lahir (Varney, 2007)

F. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan


1. Power (His / kekuatan)
His yang sempurna dan efektif adalah bila ada koordinasi dari gelombang
kontraksi, sehingga kontraksi simetris dengan dominasi di fundus uteri dan
mempunyai ampitudo 40-60 mmHg yang berlangsung 60-90 detik dengan
jangka waktu antara 2-4 menit, dan saat relaksasi tonus uterus kurang dari 12
mmHg. Jika frekuensi dan amplitudo his lebih tinggi, maka hal ini dapat
mengurangi pertukaran oksigen. Terjadilah hipoksia janin dan timbul gawat
janin yang secara klinik dapat ditentukan dengan antara lain menghitung
denyut jantung janin. Frekuensi denyut jantung janin meningkat lebih dari
160 x/menit dan tidak teratur. Agar peredaran darah ke uterus menjadi lebih
baik, ibu dianjurkan berbaring miring ke kiri, sehingga uterus dan isinya
tidak dengan keseluruhan menekan pembuluh darah di panggul
(Winjosastro, 2007).
Kontraksi uterus bersifat intermiten sehingga ada periode relaksasi uterus di
antara kontraksi yang memiliki fungsi penting seperti berikut:

11
a. Mengistirahatkan otot uterus
b. Memberi kesempatan istirahat bagi ibu
c. Mempertahankan kesejahteraan bayi karena kontraksi uterus
menyebabkan kontriksi pembuluh darah plasenta (Varney, 2007)
His pada kala II menyebabkan ibu ingin mengejan, kekuatan uterus
optimal karena adanya kontraksi diafragma dan otot-otot dinding abdomen.
His pada kala II masih berlangsung 2-6 menit, setelah plasenta lahir
amplitudo his masih tinggi tapi frekuensinya berkurang. His pada kala IV,
membuat uterus berkontraksi dan membuat otot polos di sekitar alveola
mamae berkontraksi pula, sehingga ASI keluar disebut Reflek Oksitosin
(Manuaba, 2009).
2. Passanger (Janin)
Janin dapat mempengaruhi jalannya persalinan oleh karena besar dan
posisinya. Dari seluruh bagian badan janin, kepala merupakan bagian
terpenting dalam proses persalinan. Kepala janin terdiri atas tulang
tengkorak (cranium) dan tulang dasar tengkorak (basis kranil) serta muka.
Kranium terdiri dari 2 os. parentalis, os. frontalis dan 1 os. oksipitalis.
Tulang-tulang ini berhubungan satu dengan lain. Batas antara tulang tersebut
disebut sutura, sedang antara sudut-sudut tulang disebut fontanella (ubun-
ubun).
a. Ada 4 sutura:
1) Sutura sagitalis superior menghubungkan os. parentalis kiri dan
kanan
2) Sutura frontalis diantara kedua os. frontalis
3) Sutura koronaria diantar os. parientalis dan os. frontalis
4) Sutura lamboidea diantar os. parientalis dan os. oksipitalis
3. Passage (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri atas jalan-lahir bagian tulang dan jalan-lahir bagian lunak.
Jalan lahir bagian tulang terdiri atas otot-otot, jaringan dan ligament-
ligamen. Dalam proses persalinan per vaginam janin harus melewati jalan
lahir ini. Jika jalan lahir khususnya bagian tulang mempunyai bentuk dan
ukuran rata-rata normal serta ukuran janinnya pun rata-rata normal, maka

12
dengan kekuatan normal pula persalinan per vaginam akan berlangsung
tanpa kesulitan.
4. Psikis
Setelah kontraksi disertau nyeri hebat yang dialami selama tahap transisi
wanita biasanya merasa lega. Dipihak lain, wanita merasakan nyeri akut
setiap kali mendorong dan melawan kontraksi dan setiap usaha untuk
mendorong.
5. Penolong
Penolong persalinan harus dapat menciptakan hubungan saling mengenal
sehingga mencerminkan adanya inform consent. Dalam hal ini penolong
diharapkan mampu membantu ibu dalam persalinan dengan metode yang
telah ditetapkan sehingga ibu mendapatkan asuhan sayang ibu.

G. Asuhan Persalinan
Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai selama
persalinan, dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman
dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.
Kebijakan pelayanan asuhan persalinan:
1. Semua persalinan harus ditangani dan dipantau oleh petugas kesehatan
terlatih
2. Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk
menangani kegawatdaruratan obstetric dan neonatal harus tersedia 24 jam
3. Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh
petugas yang terlatih.

13
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan persalinan kepada Ny. N dengan persalinan


normal di Klinik Namira maka ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan
mengenai penanganan pertolongan persalinan. Asuhan persalinan dilakukan mulai
tahap pengkajian, analisa dan penatalaksanaan yang telah penulis lakukan antara
lain:
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan oleh penulis dengan anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan umum dan pemeriksaan laboratorium dalam mengukur Hb pasien
sehingga kebutuhan penulis akan data klien lengkap sehingga mendukung
penetapan diagnosa.
Pada kala I terjadi selama 5 jam, ibu merasakan kenceng-kenceng sejak jam
17:00 WIB dan proses persalinan terjadi jam 22:23 WIB. Proses persalinan
biasanyaberlangsung 30 menit hingga 1 jam pada multipara dan pada kasus Ny.
N proses persalinan sudah sesuai teori. Pada kala III kasus Ny. N berlangsung 10
menit, dan kala IV berlangsung selama 2 jam.

B. Analisa
Ny. N usia 27 tahun, G2P1A0, janin tunggal hidup intrauterine, letak membujur,
presentasi kepala U, puki dengan inpartu kala I fase aktif.

C. Penatalaksanaan

14
Penanganan persalinan pada Ny. N dengan asuhan kebidanan yang dilakukan
menggunakan metode asuhan persalinan normal (APN). Penatalaksanaan dibuat
untuk memenuhi kebutuhan Ny. N:
1. Observasi keadaan umum, vital sign, pengeluaran pervaginam dan
pemeriksaan dalam tiap 4 jam
2. Pantau tanda-tanda infeksi
Pada kasus ini penulis melaksanakan asuhan terhadap Ny. N dengan
observasi keadaan umum dan vital sign ibu, serta mengobservasi kemajuan
persalinan. Informasikan pada keluarga mengenai tindakan yang akan dilakukan
dan beri motivasi pada ibu. Ada beberapa kesenjangan pada proses APN seperti
penempatan handuk di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi tidak dilakukan.

15
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pembahasan Asuhan
Kebidanan Ibu Bersalin Ny. N usia 27 tahun G2P1A0 dengan kehamilan normal
di Klinik Namira yang menggunakan langkah SOAP maka penulis dapat
mengambil kesimpulan:
1. Pengkajian Ny. N mengatakan ini kehamilan yang kedua. Keluhan utama
pada waktu ibu masuk ibu mengatakan hamil 40 minggu, perut kenceng-
kenceng dan terasa mules.
2. Diagnosa kebidanan pada kasus Ny. N usia 27 tahun G2P1A0 hamil 40
minggu, janin tunggal, hidup intrauteri, letak membujur, preskep U, puki,
inpartu kala I fase aktif dengan kehamilan normal.
3. Dalam langkah pelaksanaan asuhan pada ibu bersalin dengan kehamilan
normal adalah:
a. Observasi keadaan umum, vital sign, pengeluaran pervaginam dan
pemeriksaan dalam tiap 4 jam.
b. Pantau tanda-tanda infeksi

B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan baik dokter maupun bidan dapat memberikan pelayanan
yang komprehesif pada ibu bersalin dengan masalah normal sesuai dengan

16
kewenangan serta dapat memberikan tindakan promotif dan tindakan
preventif mengenai masalah persalinan normal yang dialami.
2. Bagi pasien dan keluarga pasien
Pasien dapat meningkatkan kembali pengetahuan serta pemahaman
mengenai masalah-masalah pada kehamilan normal sehingga dapat
mencegah terjadinya masalah atau kasus yang lebih berat lagi.
3. Bagi penulis dan mahasiswa
Menambah sumber-sumber pustaka dalam penulisan laporan terutama
sumber tentang ibu persalinan normal serta dapat memberikan asuhan
kebidanan secara meyeluruh pada ibu bersalin dengan kehamilan normal
dan mampu memberikan penanganan yang tepat dan efisien.

17
DAFTAR PUSTAKA

Farrer, Helen. 2001. Prawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta: EGC

Harianto, Minarni. 2010. Aplikasi Hypnosis (Hynobirthing) dalam Asuhan Kebidanan


Kehamilan dan Persalinan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Hidayat, Asri dan Sujiyatini. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha
Medika.

JNPK-KR. 2009. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JHPIEGO


Depkes RI

Johnson R. 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran

Manuaba, I B. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana


Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Manuaba. 2009. Buku Ajar Phantom Obstetri. Jakarta: Trans Info Media.

Rohani, dkk. 2011. Asuhan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika

Saiffudin, AB. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kebidanan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bidan Sarwono Prawirohardjo

Wiknjosastro, H, dkk, editor. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

18

Вам также может понравиться