Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1.1 Pendahuluan
Sasaran Belajar
Dapat menyebutkan dan menjelaskan:
1.3 Skenario
Primigravida muda usia 16 tahun, merasa hamil 9 bulan. Hari Pertama Haid
Terakhir tidak diketahui Datang ke Rumah Sakit untuk memeriksaan kehamilan.
Selama ini belum pernah memeriksakan kehamilan oleh karena tidak ada biaya.
Postur pasien pendek dan kecil dengan tinggi badan 140 cm dan berat badan 40 kg
Fundus Uteri 2 jari bawah processus xyphoideus, kesan teraba bokong. Tafsiran
berat janin 3000 gram . Pemeriksaan Leopold III, kepala masih belum engage ;
Palpasi perlimaan 5/5.
1.4 Kata Sulit dan Kata Kunci
Kata sulit :
Kata kunci :
1.Adakah Hubungan Postur tubuh pasien yang kecil dengan Kehamilan serta
proses persalinannya?
BAB II
PEMBAHASAN
Karakteristik Fisik :
USIA
Usia 16 tahun atau kurang Kehamilan pada usia yang amat muda ini memiliki beberapa resiko
kehamilan , resiko ini akan menjadi sangat tinggi terutama bila pasien berasaldari kalangan sosial
ekonomi rendah dimana akses pada pelayanan kesehatan amat terbatas.
Persalinan preterm
Anemia
Distosia
BERAT BADAN
Berat badan kurang dari 50 kg wanita hamil dengan berat badan yang kurang dari 50 kg
sebelum kehamilan cenderung memiliki janin dengan kecil masa kehamilan dan persalinan
preterm.
TINGGI BADAN
Tinggi badan < 145 cm Wanita dengan tinggi badan kurang dari 145 cm cenderungmemiliki
panggul dengan ukuran sempit sehingga gerakan janin melalui panggul dan vaginaselama
persalinan menjadi sulit. Komplikasi kehamilan dan persalinan :
Distosia bahu
Persalinan preterm
Diagnosis kehamilan didasarkan pada gejala dan tanda yang diperoleh dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik seta hasil dari pemeriksaan laboratorium.
Gejala dan tanda kehamilan diklasifikasikan kedalam tiga kelompok: dugaan
(presumptive evidence), kemungkinan (probable sign), dan tanda posotif.
Tanda-tandanya meliputi :
1. Penghentian haid,
2. Perubahan anatomic,
3. Diskolorisasi mukosa vagina,
4. Peningkatan pigmentasi kulit dan pembentukan stria abdomen, dan
5. Kepercayaan pasien bahwa ia hamil.
1. GEJALA KEHAMILAN
Aktivitas janin biasanya pertama kali diketahui oleh perempuan hamil pada
usia gestasi antara 16 20 minggu dan dirasakan sebagai quickening atau
persepsi adanya kehidupan. Tanda ini hanya merupakan bukti yang
menguatkan adanya kehamilan dan jika bersiri sendiri nilai diagnostiknya
kecil. Namun, tanda ini merupakan patokan penting dalam perkembangan
kehamilan; jika ditentukan saatnya secara tepat; tanda ini dapat berfungsi
sebagai bukti penguat dalam penentuan usia gestasi.
2. TANDA KEHAMILAN
Pada oerempuan sehat yang sebelum nya mengalami haid yang mendadak
merupakan petunjuk kuat adanya kehamilan. Namun penghentian haid yang
mendadak merupakan petunjuk yang kuat adanya kehamilan. Namun,
penghentian haid baru dapat dipercaya sebagai tanda kehamilan jika telah
melewati 10 hari atau lebih dari perkiraan haid berikutnya. Jika haid
berikutnya masih belum dialami, kemungkinan hamil jauh lebih besar.
Penghentian atau tidak dialaminya haid dapat disebabkan oleh berbagai
keadaan selain kehamilan terutama akibat anovulasi yang dapat disebabkan
berbagai factor secara umum, perubahan anatomik pada payudara yang
menyertai kehamilan cukup khas pada primipara tetapi kurang pada
multipara, yang payudaranya mengandung sedikit susu atau kolostrum
selama beberapa bulan atau bahkan tahun setelah pesalinan anak terakhir.
Kadang perubahan payudara yang serupa dengan yang disebabkan oleh
kehamilan dijumpai pada perempuan yang mengidap tumor hipofisis
penghasil prolactin dan yang mendapat obat yang memicu
hiperprolaktinemia.
Selama kehamilan, mukosa vagina sering tampak merah keunguan atau biru
gelap dan membengkak yang disebut sebagai tanda chadwick. Sering terjadi
peningkatan pigmentasi kulit dab munculnya stria abdomen. Namun, tanda
tanda ini tidak selalu ada selama kehamilan atau dapat juga disebabkan oleh
pemakaian kontrasepsi estrogen progestin.
1. Pembesaran abdomen;
2. Perubahan bentuk, ukuran dan konsistensi uterus;
3. Perubahan anatomic di serviks;
4. Kontraksi di Braxton-Hicks;
5. Ballotement;
6. Janin secara fisik teraba dai luar dan;
7. Hasil uji endokrin
1. PEMBESARAN ABDOMEN
Pada usia gestasi 12 minggu, uterus biasanya dapat diraba melalui dinding
abdomen tepat diatas simfis pubis, sebagai suatu benjolan; setelah itu,
uterus secara bertahap membesar sampai akhir kehamilan. Pembesaran
abdomen biasanya kurang mencolok pada perempuan primipara
disbandingkan dengan multipara, yang biasanya telah mengalami penurunan
tonus oto abdomen; memang, pada sebagian perempuan multipara, hingga
uterus melorot kedepan dan bawah, menyebabkan abdomen pendulum
(pendulous abdomen). Hal ini terjadi akibat diastasi rekti fisiologik, atau
renggangnya otot otot rektus abdominis.
Pada sekitar 6-8 minggu setelah hari pertama haid terakhir, tanda hegar
mulai tampak. Dengan satu tangan diabdomen dan dua jari dari tangan yang
lain divagina, tereba serviks yang masih terfiksasi serta korpus uterus yang
elastic diatan isthmus yang teraba lunak (terletak diantara serviks dan
uterus) dan dapat ditekan. Kadang kadang perlunakan isthmus yang secara
demikian menjadi colok sehingga serviks dan korpus uterus seolah olah
tampak dua organ yang terpisah.
4. KONTRAKSI BRAXTON-HICKS
Selama kehamilan, terdapat kontraksi uterus yang dapat teraba tapi tidak
nyeri; intervalnya tidak teratur dan timbul sejak awal masa gestasi.
Frekuensi dan amplitude kontraksi Braxton-Hicks ini dapat meningkat jika
uterus dipijat.
5. BALLOTTEMENT
Pada paruh kedua kehamilan, batas batas luar tubuh janin dapat dipalpasi
melalui dinding abdomen ibu, dan semakin mendekati akhir kehamilan,
batas batas ini semakin mudah ditentukan.
hCG penting bagi ibu untuk dapat mengenali kehamilannya oleh ibu karena
efeknya pada ovarium yang mencegah involusi korpus luteum, tempat
utama pembentukan progesterone pada 6-8 minggu pertama kehamilan.
Selain itu hCG adalah zat mirip luteinizing hormone yang bekerja sebagai
pengganti LH dijaringan yang responsive, misalnya ovarium (korpus luteum)
dan testis. Deteksi hCG dicairan biologis (urin atau serum) sejauh ini menjadi
uji kehamilan yang paling sering digunakan. Dengan demikian, setiap orang
yang mempelajari obstetric harus memahami kimia, kerja biologic dan
deteksi trofoblas selama kehamilan manusia.
Melalui uji yang peka-misalnya, radioimmunoassay yang menggunakan
antibody terhadap subunit B-hCG-hormon kehamilan dapat dibuktikan ada 8-
9 hari pasca ovulasi, mungkin pada hari implantasiblastokista. Diperkirakan
bahwa pada kehamilan dini, waktu pengadaan konsntrasi hCG dalam plasma
adalah 1,4-2 hari. Kadar hCG da;am darah dan urin meningkat dari hari
terjadinya implantasi sampai sekitar hari ke 60 sampai 70 kehamilan.
Setelah itu, konentrasinya hCG berkurang sampai titik nadir, yaitu pada hari
ke 100 sampai ke 130 kehamilan.
IMMUNOASSAY hCG
A. Inhibisi aglutinasi:
B. Radioimmunoassay
Pada radio immunoassay, digunakan hCG sebagai ligan berlabel radio aktif
untuk antibody yang ditukan terhadap hCG (khususnya subunit b hCG) dan
bergantung pada penggeseran atau kompetisi dengan ligan berlabel
radioaktif oleh hCG yang tidak berlabel radioaktif dalam sampel biologiknya.
3. Jelaskan mengapa pemeriksaan Leopold III pada pasien : kepala belum engage dan palpasi
perlimaan 5/5!
Pemeriksaan Leopold
Pemeriksaan palpasi Leopold adalah suatu teknik pemeriksaan pada ibu hamil dengan
cara perabaan yaitu merasakan bagian yang terdapat pada perut ibu hamil menggunakan tangan
pemeriksa dalam posisi tertentu, atau memindahkan bagian-bagian tersebut dengan cara-cara
tertentu menggunakan tingkat tekanan tertentu. Teori ini dikembangkan oleh Christian Gerhard
Leopold. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setelah UK 24 minggu, ketika semua bagian janin
sudah dapat diraba. Teknik pemeriksaan ini utamanya bertujun untuk menentukan posisi dan
letak janin pada uterus, dapat juga berguna untuk memastikan usia kehamilan ibu dan
memperkirakan berat janin.
Pemeriksaan palpasi Leopold sulit untuk dilakukan pada ibu hamil yang gemuk (dinding
perut tebal) dan yang mengalami polihidramnion. Pemeriksaan ini juga kadang-kadang dapat
menjadi tidak nyaman bagi ibu hamil jika tidak dipastikan dalam keadaan santai dan diposisikan
secara memadai. Untuk membantu dalam memudahkan pemeriksaan, maka persiapan yang perlu
dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan adalah:
2. Menempatkan ibu hamil dalam posisi berbaring telentang, tempatkan bantal kecil di
bawah kepala untuk kenyamanan. Dilihat apakah uterus berkontraksi atau tidak, jika
berkontraksi harus ditunggu dahulu sampai hilang.
3. Tungkai ibu hamil dapat dapat di tekuk pada pangkal paha dan lutut.
Cara pemeriksaan menurut Leopold dibagi dalam 4 tahap. Pada pemeriksaan menurut
Leopold I, II, dan III, pemeriksa menghadap kea rah muka wanita yang di periksa. Pada
pemeriksaan menurut Leopold IV pemeriksa menghadap kea rah kaki wanita tersebut.
A. Pemeriksaan Leopold I
Tujuan: untuk menentukan usia kehamilan dan juga untuk mengetahui bagian apa dari janin yang
terdapat dalam fundus uteri (bagian atas perut ibu).
Teknik:
Memposisikan ibu dengan lutut fleksi (kaki ditekuk 450 atau lutut bagian dalam diganjal
bantal) dan pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu hamil menghadap ke arah ibu.
Menengahkan uterus dengan menggunakan kedua tangan dari arah samping umbilikal.
Meraba bagian fundus dengan menggunakan ujung kedua tangan, tentukan bagian janin.
Hasil:
Apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba adalah keras,bundar dan
melenting (seperti mudah digerakkan)
Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan terasa adalah lunak, kurang
bundar, dan kurang melenting
Apabila posisi janin melintang pada rahim, maka pada fundus teraba kosong.
Tinggi fundus uteri dapat dinyatakan dalam ukuran sentimeter terhadap tulang simfisis, dapat
pula dengan mengukur jarak fundus uteri terhadap simfisis, pusat, atau processus xyphoideus
dengan menggunakan jari tangan, misalnya :
- Pada usia kehamilan 12 minggu, fundus dapat teraba 1-2 jari di atas simfisis.
- Pada usia kehamilan 16 minggu, fundus dapat teraba di antara simfisis dan pusat.
- Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah pusat.
- Pada usia kehamilan 24 minggu, fundus dapat teraba tepat di pusat.
- Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di atas pusat.
- Pada usia kehamilan 32 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara Prosesus
Xipoideus dan pusat.
- Pada usia kehamilan 36 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah Prosesus Xipoideus.
- Pada usia kehamilan 40 minggu, fundus dapat teraba di pertengahan antara Prosesus
Xipoideus dan pusat.
B. Pemeriksaan Leopold II
Teknik:
Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan pemeriksa menghadap ibu
Meletakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak tangan kanan
pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian yang sama
Mulai dari bagian atas tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan) telapak tangan
tangan kiri dan kanan kemudian geser ke arah bawah dan rasakan adanya bagian yang rata
dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil (ekstremitas).
Hasil:
Bagian punggung: akan teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat digerakkan
Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki): akan teraba kecil, bentuk/posisi tidak jelas dan
menonjol, kemungkinan teraba gerakan kaki janin secara aktif maupun pasif.
Tujuan: untuk menentukan bagian janin apa (kepala atau bokong) yang terdapat di bagian bawah
perut ibu, serta apakah bagian janin tersebut sudah memasuki pintu atas panggul (PAP).
Teknik:
Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan pemeriksa menghadap ibu
Meletakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak tangan
kanan bawah perut ibu.
Menekan secara lembut dan bersamaan/bergantian untuk mentukan bagian terbawah bayi.
Gunakan tangan kanan dengan ibu jari dan keempat jari lainnya kemudian goyang bagian
terbawah janin.
Hasil:
Bagian keras,bulat dan hampir homogen adalah kepala sedangkan tonjolan yang lunak
dan kurang simetris adalah bokong.
Apabila bagian terbawah janin sudah memasuki PAP, maka saat bagian bawah digoyang,
sudah tidak bisa (seperti ada tahanan).
D. Pemeriksaan Leopold IV
Tujuan: untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa yang terdapat di bagian bawah perut ibu,
serta untuk mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin telah memasuki pintu atas panggul.
Teknik:
Telapak tangan kiri pemeriksa diletakkan di perut ibu sebelah kiri setinggi pusat, telapak
tangan pemeriksa di dinding perut ibu sebelah kanan setinggi pusat, kemudian keduanya di
tekan-tekan sambil diarahkan ke kaudal ke arah simfisis.
Bilamana sebelum menyentuh simfisis salah satu jari tangan pemeriksa (biasanya jari
tengah) menyentuh bagian dari kepala janin (sinisput), maka gerakan dihentikan.
Bila jari tangan sebelah kiri yang menyentih sinisput, maka ibu jari tangan kiri diletakkan
di sebelah kanan perut ibu sehingga jika ditarik garis khayal antara jari tengah tadi dengan
ibu jari pemeriksa akan membentuk garis sejajar dengan simfisis.
Memfiksasi bagian tersebut ke arah pintu atas panggul kemudian meletakkan jari-jari
tangan kanan diantara tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian terbawah
telah memasuki pintu atas panggul.
Hasil:
Apabila kedua jari-jari tangan pemeriksa bertemu (konvergen) berarti bagian terendah
janin belum memasuki pintu atas panggul, sedangkan apabila kedua tangan pemeriksa
membentuk jarak atau tidak bertemu (divergen) maka bagian terendah janin sudah memasuki
Pintu Atas Panggul (PAP).
- 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di atas simfisis pubis
- 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu atas panggul.
- 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki rongga panggul.
- 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada diats simfisis dan (3/5)
bagian telah turun melewati bidang tengah rongga panggul (tidak dapat digerakkan).
- 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah janin yang berada diatas
simfisis dan 4/5 bagian telah masauk ke dalam rongga panggul.
- 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar dan seluruh
bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam rongga panggul.
Pada kasus di skenario diketahui bahwa letak fundus uteri 2 jari di bawah processus
xyphoidheus, kesan teraba bokong. Pemeriksaan leopold III kepala masih belum engage. Palpasi
perlimaan 5/5. Hal ini menunjukkan bahwa kepala janin belum masuk pintu atas panggul,
dibuktikan juga pada hasil palpasi perlimaan 5/5.
Berikut ini ada beberapa hal yang bisa jadi penyebab kepala janin belum masuk ke rongga
panggul pada usia 36-38 minggu :
3. Ukuran janin yang terlalu besar, umumnya lebih berat dari 4kg.
4. Rongga panggul sempit atau memiliki kelainan panggul (bentuk oval atau hati). Bentuk
panggul yang ideal untuk melahirkan adalah panggul bundar (panggul ginekoid).
Prinsip Umum
1. Prinsip utama adalah mengurangi kepanikan dan kegaduhan yang tidak perlu dengan cara
menyiapkan persalinan (rujukan terencana) bagi yang membutuhkan (pre-emptive
strategy). Sementara itu bagi persalinan emergency harus ada alur yang jelas.
2. Bertumpu pada proses pelayanan KIA yang menggunakan continuum of care dengan
sumber dana.
3. Sarana pelayanan kesehatan dibagi menjadi 3 jenis: RS PONEK 24 jam, Puskesmas
PONED dan "Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya" seperti Puskesmas, bidan praktek,
Rumah Bersalin, Dokter Praktek Umum, dan lain-lain.
4. Harus ada RS PONEK 24 jam dengan hotline yang dapat dihubungi 24 jam.
5. Sebaiknya ada hotline di Dinas Kesehatan 24 jam dengan sistem jaga untuk mendukung
kegiatan persalinan di RS.
6. Memperhatikan secara maksimal ibu-ibu yang masuk dalam:
Kelompok A. Mengalami masalah dalam kehamilan saat di ANC dan di prediksi akan
mempunyai masalah dalam persalinan yang perlu dirujuk secara terencana;
Kelompok B.Ibu-ibu yang dalam ANC tidak bermasalah. Dalam persalinan, ternyata
ada yang bermasalah dalam persalinan sehingga membutuhkan penanganan
emergency. Di kelompok ini ada 3 golongan:
Kelompok B1. Ibu-ibu bersalin yang membutuhkan rujukan emergency ke RS
PONEK 24 jam.
Kelompok B2. Ibu-ibu bersalin yang ada kesulitan namun tidak perlu dirujuk ke RS
PONEK 24 jam
Kelompok B3. Ibu-ibu yang mengalami persalinan normal.
7. Menekankan pada koordinasi antar lembaga dan pelaku
8. Memberikan petunjuk rinci dan jelas mengenai pembiayaan, khususnya untuk mendanai
ibu-ibu kelompok A dan kelompok B1 dan B2.
Prinsip Pembagian Jenis Kehamilan dan Persalinan serta Bayi Baru Lahir
Penjelasan
1. Ibu Hamil dapat mendapatkan pelayanan ANC diberbagai Sarana Pelayanan Kesehatan
(Bidan, Puskesmas biasa, Puskesmas PONED, RB, RS biasa atau RS PONEK)
2. Sarana Pelayanan Kesehatan mengidentifiksi jenis kehamilan dan perkiraan jenis
persalinan dari ibu-ibu yang mendapatkan pelayanan ANC dimasing-masing sarana.
3. Sarana Pelayanan Kesehatan mengelompokan jenis kehamilan dan jenis persalinan
menjadi 2 kelompok. Kelompok A: merupakan ibu-ibu yang dideteksi mempunyai
permasalahan dalam kehamilan dan diprediksi akan mempunyai permasalahan dalam
persalinan; Kelompok B: merupakan ibu-ibu yang dalam ANC tidak ditemukan
permasalahan.
4. Untuk kelompok A, Rujukan bisa dilakukan pada saat ANC dimanaSarana Pelayanan
Kesehatan akan merujuk Ibu Hamil Kelompok A ke RS PONEK (kecuali ibu hamil
tersebut sudah ditangani di RS PONEK sejak ANC)
5. Sarana Pelayanan Kesehatan akan menangani persalinan ibu Hamil Kelompok B
6. Pada saat persalinan Sarana Pelayanan Kesehatan akan mengidentifikasi kemungkinan
terjadinya penyulit pada persalinan menggunakan proses dan tehnik yang baik (misalnya
penggunaan partogram)
7. Sarana pelayanan kesehatan mengelompokkan jenis persalinan menjadi 3 kelompok:
Kelompok B1: Ibu-ibu yang mengalami permasalahan di dalam persalinan dan harus
dirujuk emergency (dirujuk dalam keadaan in-partu); Kelompok B2: Ibu-ibu yang
mengalami permasalahan di dalam persalinan tapi tidak memerlukan rujukan; Kelompok
B3: Ibu-ibu dengan persalinan normal
8. Ibu Bersalin Kelompok B1 akan dirujuk ke RS PONEK (kecuali persalinan memang
sudah ditangani di RS PONEK
9. Ibu Besalin Kelompok B2 dapat ditangani di Puskesmas PONED
10. Ibu Bersalin Kelompok B3 dapat ditangani di seluruh jenis sarana pelayanan
kesehatan/persalinak (Puskesmas, RB, RS)
11. Bayi baru lahir yang dimaksud dalam manual ini adalah neonatus berusia antara 0-28
hari.
12. Bayi baru lahir tanpa komplikasi dapat ditangani di seluruh jenis sarana pelayanan
kesehatan termasuk RS PONEK apabila sang ibu bersalin di RS PONEK tersebut (karena
masuk kelompok A dan B1)
13. Bayi baru lahir dengan komplikasi dapat lahir dari ibu dengan komplikasi persalinan
maupun dari ibu yang melahirkan normal, baik di Rumah Sakit PONEK atau di sarana
pelayanan kesehatan primer
14. Bayi baru lahir yang telah pulang pasca kelahiran dan kemudian kembali lagi ke fasilitas
kesehatan karena menderita sakit juga termasuk dalam manual rujukan ini.
15. Bayi baru lahir kontrol ke sarana pelayanan kesehatan sesuai dengan surat kontrol yang
diberikan oleh fasilitas kesehatan di tempat kelahiran.
16. Pengelompokan tingkat kegawatan bayi baru lahir dilakukan berdasarkan algoritme
MTBS. Bayi baru lahir dengan sakit berat dirujuk ke Rumah Sakit PONEK, bayi baru
lahir dengan sakit sedang-berat dirujuk ke Puskesmas PONED, sementara bayi baru lahir
sakit ringan ditangani di sarana pelayanan kesehatan primer atau di sarana pelayanan
kesehatan tempat bayi kontrol
1. Memantau kemajuan kehamilan serta memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu serta janin
3. Mengenali secara dini kelainan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan; melahirkan dengan selamat dan mengurangi
sekecil mungkin terjadinya trauma pada ibu dan bayi
5. Mempersiapkan ibu untuk menjalani masa nifas dan mempersiapkan pemberian asi
eksklusif
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga untuk menerima kelahiran dan tumbuh kembang
bayi.
Tanda-tanda presumtif:
- Riwayat Menikah
- Kulit:
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan,
kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha.
Perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum. Pada multipara selain
striae kemerahan itu seringkali ditemukan garis berwarna perak berkilau
yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya.
- Payudara:
- Berat badan:
Pada ibu hamil akan terjadi penambahan berat badan sejak masa kehamilan
karna sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal
dari uterus dan isinya, kemudian payudara, volume darah, dan cairan
ekstraseluler. Diperkirakan selama kehamilan akan bertambah 12,5 kg.
- Poliuria:
Pada bulan bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh
uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering berkemih.
Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar
dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai
turun ke pintu atas panggul, keluhan tsb akan timbul kembali.
Gejala metabolic lain yang dialami oleh ibu hamil dalam trimester pertama
adalah rasa lelah atau fatigue. Dengan meningkatnya aktivitas metabolic
produk kehamilan sesuai usia kehamilan, maka rasa lelah yang terjadi
selama trimester pertama akan berangsur-angsur menghilang dan konsisi
ibu hamil akan menjadi lebih segar
- Varises
Dapat terjadi pada kaki, betis, dan vulva, biasanya dijummpai pada trimester
akhir.
Sebelum akhir bulan III: fundus uteri belum teraba di luar/di atas simfisis
Akhir bulan III (usia kehamilan 12 minggu), fundus uteri 1-2 jari di atas
simfisis
Akhir bulan ke VIII (32 minggu), Fundus uteri mencapaiarkus kostae atau
3 jari dibawah prosessus xyphoideus
Akhir bulan X (40 minggu), fundus uteri pertengahan antara prosesus xyphoideus
dan pusat
Menurut McDonald:
Ultrasonografi
Definisi
Kehamilan risiko tinggi merupakan kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan
komplikasi yang lebih besar terhadap ibu atau janin selama kehamilan, persalinan, maupun nifas
bila dibandingkan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas normal.
Klasifikasi
Dalam menentukan kehamilan risiko tinggi dapat digunakan penilaian terhadap wanita
hamil untuk menentukan apakah wanita tersebut memiliki keadaan atau ciri faktor risiko yang
menyebabkan ibu maupun janin lebih rentan terhadap penyakit atau kematian. Terdapat 2 cara
yang bisa digunakan yaitu cara skoring (skrining/deteksi ibu risiko tinggi) dan cara kriteria.
Faktor Risiko
Faktor risiko merupakan situasi dan kondisi serta keadaan umum ibu selama kehamilan,
persalinan dan nifas akan memberikan ancaman pada kesehatan dan jiwa ibu maupun janin yang
dikandungnya. Keadaan dan kondisi tersebut bisa digolongkan sebagai faktor medis dan non
medis. Faktor non medis antara lain adalah kemiskinan, ketidak tahuan, adat, tradisi,
kepercayaan, dan lain-lain. Hal ini banyak terjadi terutama pada negara berkembang, yang
berdasarkan penelitian ternyata sangat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas. Dimasukkan
pula dalam faktor non medis adalah sosial ekonomi rendah, kebersihan lingkungan, kesadaran
memeriksakan kehamilan secara teratur, fasilitas dan sarana kesehatan yang serba kekurangan.
Faktor medis antara lain adalah penyakit-penyakit ibu dan janin, kelainan obstetri,
gangguan plasenta, gangguan tali pusat, komplikasi persalinan, penyakit neonatus dan kelainan
genetik.Universitas Sumatera UtaraMenurut Backettfaktor risiko itu bisa bersifat biologis,
genetika, lingkungan atau psikososial. Namun dalam kesehatan reproduksi kita dapat
membaginya secara lebih spesifik, yaitu:
1. Faktor demografi: umur, paritas dan tinggi badan
2. Faktor medis biologis: underlying disease, seperti penyakit jantung dan malaria.
3. Faktor riwayat obstetri: abortus habitualis, SC, dan lain-lain.
4. Faktor lingkungan: polusi udara, kelangkaan air bersih, penyakit endemis, dan lain-lain.
5. Faktor sosioekonomi budaya : pendidikan, penghasilan.Seharusnya faktor risiko dikenali
oleh ibu hamil serta keluarga sehingga ibu-ibu dengan kehamilan risiko tinggi mendapat
pertolongan yang semestinya
Penjelasan mengapa factor diatas bisa menyebabkan resiko
Bagi ibu hamil dengan umur yang kurang dari 20 tahun bukan berarti ibu termasuk tidak
normal melainkan ibu tergolong dengan resiko tinggi. Hamil pada usia remaja tentu akan
berdampak besar bagi masa depan ibu. Organ reproduksi remaja belum matang untuk menerima
kehamilan. Dari kesiapan psikologis untuk menjalani hidup berumah tangga juga akan
berpengaruh bagi ibu muda. Memang ada kemungkinan ibu untuk melahirkan secara normal,
namun untuk kehamilan ibu sendiri harus dalam pengawasan. Resiko yang kemungkinan dialami
yaitu perdarahan pasca persalinan, pre-eklamsi sampai terjadinya eklamsi, bayi beresiko
mengalami kecacatan kongenital. Resiko yang kemungkinan dialami adalah terjadinya kanker
serviks atau kanker leher rahim dimana yang menjadi faktor predisposisinya yaitu kontak seksual
pertama kali di usia muda.
Beberapa wanita hamil di atas umur 35 tahun. Perlu dipahami bahwa semakin tua umur
wanita maka kualitas sel telur yang dihasilkan juga semakin menurun, sehingga resiko
melahirkan bayi dengan kelainan/ cacat sangat besar terjadi. Selain itu masih ada beberapa resiko
lain yang kemungkinan bisa ditimbulkan seperti kehamilan kembar, menderita diabetes
gestasional sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat badan besar, tekanan darah tinggi,
resiko bayi yang dilahirkan dengan kelainan kromosom (sindrom down) dan besar kemungkinan
terjadinya keguguran di awal kehamilan.
Tinggi badan seseorang mempengaruhi bentuk panggul seseorang. Tinggi badan yang
kurang dari 145 cm beresiko terjadinya panggul sempit.Panggul yang merupakan jalan lahir bagi
bayi. Bayi dapat lahir dengan lancar apabila jalan yang dilaluinya tidak ada hambatan. Apabila
jalan untuk lahir sempit dan tidak sesuai dengan ukuran bayi, maka dapat di pastikan bayi tidak
bisa dilahirkan secara normal. Namun, tidak semua ibu hamil dengan tinggi kurang dari 145cm
diharuskan untuk operasi caesar. Semua tergantung dari kesesuaian antara bentuk panggul
dengan besar bayi.
Saat dimulainya kehamilan ibu memiliki berat badan kurang dari 45kg, sebaiknya ibu harus
melakukan tindakan untuk meningkatkan berat badan ibu dengan mengkonsumsi makanan yang
bergizi dan frekuensi makan ditingkatkan. Berat badan yang rendah (< 45 kg) akan sangat
berpengaruh terhadap asupan nutrisi ke janin. Selain itu fungsi plasenta juga bisa mnegalami
penurunan fungsi akibat dari transport nutrisi yang tidak adekuat. Resiko lain yang mungkin
ditimbulkan adalah bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Alat reproduksi memerlukan waktu untuk dapat berfungsi dengan sempurna. Waktu yang
diperlukan untuk masa pemulihan ini minimal 2 tahun. Beberapa penelitian menyatakan bahwa
resiko untuk melahirkan dengan jarak kurang dari 2 tahun itu besar. Ibu beresiko 3 kali lebih
besar melahirkan bayi dengan gangguan perkembangan. Pada studi yang dilakukan oleh Dr
Keely Cheslack Postava dari Colombia University menyatakan bahwa ibu dengan jarak
kehamilan terlalu dekat semakin meningkatkan resiko bayi lahir dengan autisme.
Jumlah anak yang terlalu banyak tentu akan berhubungan dengan sistem alat reproduksi.
Banyak komplikasi yang bisa ditimbulkan dengan seringnya melahirkan. Komplikasi bisa terjadi
baik selama kehamilan maupun saat persalinan. Komplikasi selama kehamilan yaitu terjadinya
perdarahan antepartum, terlepasnya sebagian atau seluruh bagian plasenta yang bisa
menimbulkan kematian janin, tertutupnya jalan lahir oleh plasenta sehingga perlu pemeriksaan
dan penanganan dari dokter spesialis kandungan anda.
CARA SKORING
Rafhani Fayyadh (2013730167)
7. Jelaskan proses perkembangan janin sejak awal fertilisasi sampai menjelang partus!
Proses kehamilan diawali dengan adanya ovulasi pada perempuan yang rutin terjadi 1x setiap
bulannya. Selanjutnya, jika ovum ini tidak dibuahi oleh sperma, maka ovum akan dikeluarkan bersamaan
dengan meluruhnya dinding endometrium dan pembuluh darah pada saat menstruasi. Akan tetapi, jika terjadi
pembuahan oleh sperma di tuba fallopii maka akan terjadi kehamilan,
Terdapat beberapa fase pertumbuhan dan perkembangan bayi di dalam rahim wanita. Fase-fase ini
secara garis besar dapat kita bagi menjadi :
Merupakan waktu pembelahan sel secara mitosis yang terjadi secara cepat pada 2 minggu pertama
setelah fertilisasi. Dalam 18-39 jam setelah fertilisasi zigot membelah mitosis membentuk 2 sel. Setelah 60
jam, terbentuk 4 sel. Sel-sel ini terus berlipat ganda menjadi Morula dan berakhir menjadi Blastosit. Terbentuk
pula Trofoblast yaitu sel-sel yang membentuk dinding terluar blastosit. Nantinya akan membentuk plasenta dan
membran ekstra-embrionik. Selanjutnya, pada hari ke-6 setelah ovulasi sampai hari ke-11 terjadi implantasi
blastosit ke endometrium.
2. Tahap Embrionik
Berlangsung sejak minggu ke-2 sampai minggu ke-8 kehamilan. Sebagian besar uji kehamilan
menunjukkan HCG positif dan lempeng embrionik terbentuk sempurna. Diawali dengan proses implantasi dan
pembentukan lapisan germ, membran embrionik dan plasenta. Lapisan germ berdifferensiasi menjadi :
Lapisan Ektoderm : membentuk persyarafan, otak, sumsum tulang belakang, indra khusus,
kulit dan rambut
Lapisan Mesoderm : membentuk otot polos, rangka tubuh, sistem kardioavaskular, dan
urinaria
Lapisan Endoderm : membentuk saluran pencernaan, saluran pernapasan, sistem reproduksi
dan organ kelenjar
Terjadi pula proses pembentukan membran janin (ekstra embrionik) yang berfungsi untuk melindungi
dan memberi nutrisi bagi embrio dan janin selama kehamilan. Beberapa membrane ekstra-embrionik itu
adalah:
Amnion berasal dari mesoderm ekstra-membrionik dan trofoblas. Amnion membentuk
rongga amniotik yang akan membesar dan terisi cairan amnion yang membungkus embrio
dan korda umbilicus. Berfungsi untuk melindungi janin dari berbagai benturan/trauma serta
memungkinkan pergerakan bebas.
Kantong Kuning Telur (Yolk Salk) terbentuk dalam endoderm dan sebagian menyatu
dengan korda umbilicus. Yolk Salk tetap ada sampai minggu ke-6 gestasi. Berfungsi sebagai
organ pernapasan dan pencernaan awal.
Korion terbentuk dari trofoblas dan mesoderm. Merupakan jaringan terluar pembungkus
embrio dan janin. Korion membentuk Vili Korionik yang kemudian membentuk plasenta dan
sumber HCG. Serupa dengan amnion, korion berfungsi membentuk kantong yang
membungkus embrio dan janin.
Alantois adalah pertumbuhan sebagian kecil Yolk Salk yang sangat tervaskularisasi.
Membentuk struktur dasar korda umbilikus yang menghubungkan embrio ke plasenta.
Plasenta berasal dari penggabungan vili korionik dan endometrium uterus. Berperan sebagai
pencernaan, pernapasan, eksresi, endokrin dan fungsi metabolic. Plasenta yang sudah lengkap
terbentuk merupakan diskus berwarna merah tua dengan panjang 20 cm tebal 2,5 cm dan
berat 0,5 kg.
3. Tahap fetus
Dimulai dari tahap ini sampai mau melahirkan bayi disebut sebagai "fetus". Tahap ini dimulai sejak
akhir minggu ke-8 sampai terjadi partus. Ciri khusus tahapan ini adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia,
dengan wajah, kedua tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm, semua organnya
telah nampak. Tahap ini berlangsung selama 40 minggu, dan selama itu pula terjadi pertumbuhan dan
perkembangan janin.
Minggu ke 1&2 :
Terjadi pembelahan mitosis pada zigot menjadi morula sampai menjadi blastosit. Selanjutnya terjadi
proses implantasi blastosit ke endometrium
Minggu ke-3 :
Embrio mulai terbentuk dan ukurannya hanyalah sepanjang 0.08 inci/2 mm. Mulai
mempersiapkan untuk pembentukan lapisan germ dan membrane janin.
Minggu ke-4 :
Minggu ke-5 :
Terbentuk 3 lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm. Ektoderm adalah lapisan yang paling atas
yang akan membentuk system saraf pada janin tersebut yang seterusnya membentuk otak, tulang
belakang, kulit serta rambut. Lapisan Mesoderm berada pada lapisan tengah yang akan membentuk otot,
rangka tubuh, system kardiovaskular dan urinaria . Lapisan Endoderm yaitu lapisan paling dalam yang
akan membentuk organ pernapasan, pencernaan, dan reproduksi.
Minggu ke-6 :
Ukuran embrio rata-rata 2-4 mm yang diukur dari puncak kepala hingga bokong. Tuba saraf sepanjang
punggung bayi telah menutup. Meski Ibu belum bisa mendengar, jantung bayi mulai berdetak pada
minggu ini. Sistem pencernaan dan pernafasan mulai dibentuk, pucuk-pucuk kecil yang akan berkembang
menjadi lengan kaki pun mulai tampak.
Minggu ke-7 :
Akhir minggu ketujuh, panjangnya sekitar 5-13 mm dan beratnya 2-3 gram, kira-kira sebesar biji kacang
hijau. Kepala janin seolah-olah tertunduk dan berada dalam cairan amnion. Pucuk
lengan mulai membelah menjadi bagian bahu dan tangan yang mungil. Jantung telah dibagi menjadi bilik
kanan dan bilik kiri, begitu pula dengan saluran udara yang terdapat di dalam paru-paru.
Minggu ke-8 :
Panjang kira-kira 14-20 mm. Banyak perubahan yang terjadi pada fetus. Ujung hidung dan kelopak mata
mulai berkembang, begitu pula telinga. Bronchi, saluran yang menghubungkan paru-paru dengan
tenggorokan, mulai bercabang. Lengan semakin membesar dan memiliki siku. Mulai terbentuk
diantaranya lubang hidung, bibir, mulut serta lidah. Matanya juga sudah kelihatan berada dibawah
membran kulit yang tipis. Anggota tangan serta kaki juga terbentuk walaupun belum sempurna
Uterus biasanya teraba di simfisis pubis. Panjang kepala-bokong janin adalah 6-7 cm. Tulang janin makin
terbentuk , jari tangan dan kaki semakin berkembang. Organ genitalia eksterna mulai memperlihatkan
kejelasan antara laki-laki atau perempuan. Janin mulai melakukan gerakan spontan.
Panjang kepala-bokong janin sudah mencapai 12 cm dengan berat 110 gram. Tungkai mencapai bentuk
akhir. Bayi sudah mampu menggenggam tangannya dan mengisap ibu jari. Kelopak
matanya masih tertutup. Karakteristik wajah semakin jelas dan mulai tumbuh rambut halus, bulu
mata dna alis. Tulang tubuh semakin keras. Inilah tahap paling awal di mana ibu dapat
merasakan gerakan bayi. Rasanya seperti ada seekor kupu-kupu dalam perut.
Minggu ke 17-20 (Bulan ke-5)
Merupakan titik pertengahan kehamilan. Berat janin saat ini > 300 gram. Janin mulai bergerak aktif 10-
30% dan dapat dirasakan hampir setiap menit, Kulit janin mulai menebal dan mulai ditumbuhi lanugo
(rambut halus yang menutupi seluruh tubuh janin) dan sudah mulai tumbuh rambut di kepala. Kening dan
sidik jari mulai terbentuk.
Berat janin saat ini mencapai 600- 900 gram. Kulit berkerut dan translusen, mulai terjadi penimbunan
lemak. Kulit nampak kemerahan sebab darah dalam pembuluh dermis dapat terlihat dari kulit. Kepala
masih relatif besar, alis dan bulu mata dapat dikenali. Perkembangan organ pernapasan yakni paru-paru,
bronkus & bronkiolus membesar, perkembangan alveolus hampir selesai. Janin yang dilahirkan pada usia
ini akan berusaha bernapas namun banyak yang meninggal karena sakus terminalis yang diperlukan untuk
pernapasan belum terbentuk.
Minggu ke 26-29 (Bulan ke-7)
Panjang kepala-bokong sekitar 35 cm dengan berat 1100 gram. Kulit sudah tidak terlalu mengkerut
karena lemak subkutan mulai terdeposit. Kelopak mata mulai terbuka dan Bayi sudah bisa
mengedipkan matanya bila melihat cahaya melalui dinding perut ibunya. selain itu
retina matanya telah mulai terbentuk. Aktifitas otaknya yang berkaitan dengan
pendengarannya dan pengelihatannya sudah berfungsi. paru-paru, hati dan sistem
kekebalan tubuh masih harus dimatangkan. Namun jika ia dilahirkan, memiliki
peluang 85% untuk bertahan.
Indra perasa mulai terbentuk. Bayi juga sudah pandai mengisap ibu jari dan
menelan air ketuban yang mengelilinginya. Kepalanya sudah mengarah ke bawah.
Kelenjar adrenalin bayi mulai menghasilkan hormon seperti androgen dan estrogen.
Hormon ini akan menyetimulasi hormon prolaktin di dalam tubuh ibu sehingga
membuat kolostrum (air susu yang pertama kali keluar saat menyusui). Selain itu
otak bayi sudah bisa mengendalikan nafas dan mengatur suhu badan dari bayi.
Minggu ke 30-33 (Bulan ke-8)
Panjang kepala-bokong mencapai 38-45 cm. Kepala bayi sekarang sudah proporsional
dengan tubuhnya. Ibu mungkin mengalami tekanan di bagian diafragma dan
perut. Plasenta masih memberikan nutrisi yang dibutuhkan bayi. Aliran darah di
plasenta memungkinkan bayi menghasilkan air seni. Ia berkemih hampir sebanyak
500 ml sehari di dalam air ketuban. Perkembangan fisik bayi sudah mulai melambat
pada fase ini, hanya berat badan bayilah yang akan bertambah. Selain itu lapisan
lemak akan semakin bertambah dibawah jaringan kulitnya. Tulang pada tubuh bayi
sudah mulai mengeras, berkembang dan mulai memadat dengan zat-zat penting
seperti kalsium, zat besi, fosfor. perkembangan otaknyalah yang berkembang
dengan sangat pesat dengan menghasilkan bermilyar sel. Apabila diperdengarkan
musik, bayi akan bergerak
Jari tangan dan kaki telah tumbuh sempurna, begitu pula dengan bulu mata, alis
dan rambut di kepala bayi yang semakin jelas. Lanugo yang menutupi tubuh bayi
mulai rontok tetapi sebagian masih ada di bahu dan punggung saat dilahirkan. Kulit
bayi semakin merah, kelopak matanya juga telah terbuka dan system pendengaran
telah terbentuk dengan sempurna. Kuku dari jari mungil tangan dan kaki si kecil
sudah lengkap dan sempurna. Rambutnya pun semakin banyak dan semakin
panjang. Bayi sudah mulai bisa bermimpi . Bayi telah memiliki bentuk wajah yang
menyerupai ayah dan ibunya. bayi sudah menghisap jempolnya dan sudah bisa
menelan. Walaupun tulang-tulang bayi sudah semakin mengeras tetapi otot-otot
bayi belum benar-benar bersatu. Bayi sudah bisa mengambil nafas dalam-dalam
walaupun nafasnya masih di dalam air. Apabila bayinya laki-laki maka testis bayi
sudah mulai turun dari perut menuju skrotum.
Kepala bayi turun ke ruang pelvik. Bayi siap lahir. Ibu tidak perlu khawatir jika
bayinya tidak lahir tepat pada waktu yang telah diperkirakan.. Persentasenya hanya
5% bayi lahir tepat pada tanggal yang diperkirakan.
Harishal aryaputra (2013730147)
8.Jelaskan jadwal kunjungan ANC dari awal kehamilan serta proses penatalaksanaan dan usaha
promosi ANC!
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam jiwanya. Oleh karena
itu, wanita hamil memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periodeantenatal:
Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang sangat penting.
Ada bermacam-macam usaha promosi yang dilakukan agar ibu memiliki kesadaran untuk
memeriksakan kehamilannya secara rutin. Seperti hal nya poster poster di tempat umum atau di
rumah sakit maupun di puskesmas. Agar ibu lebih sadar bisa di bangun Poli Hamil dengan
pamphlet yang besar di setiap puskesmas di setiap daerah, diharapkan ibu menjadi tidak segan
untuk memeriksakan kehamilannya.
Dengan sudah adanya fasilitas dari pemerintah yang berup kartu-kartu kesehatan harus
nya itu mempermudah masyarakat unuk melakukan pemeriksaan, karena mereka tidak perlu
khawatir lagi mengenai biaya. Yang harus ditingkattkan adalah kesadaran para ibu untuk
memeriksakan kehamilannya dan kita sebagai pihak medis harus lebih banyak memberikan
penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan
Sandra Natasha Mahendra (2013730174)
ANEMIA KEHAMILAN
Yang dimaksud dengan anemia kehamilan adalah jika kadar hemoglon < 11 gr/dL pada trimester
1 dan 3, atau jika kadar hemoglobin < 10,5 gr/dL pada trimester 2
Tingkatan anemia
Gejala : pucat, mudah pingsan, TD normal, gejala klinik dapat terlihat pada tubuh yang
malnutrisi
Jika hasil pemeriksaan kadar hemoglobin tidak akurat, hal ini mungkin akibat dari kadar LED
darah yang cepat ataupun spesimen yang tidak tercampur dengan baik.
Pembagian anemia
Anemia megaloblastik
Anemia hipoplastik
Anemia hemolitik
ANEMIA DEFISIENSI BESI
Adalah penurunan jumlah sel darah merah akibat dari kekurangan zat besi
Patofisiologi
Darah meningkat 50% dalam kehamilan (hipervolemia), penambahan sel darah tidak
sebanding dengan plasma darah (plasma 30%, sel darah 18%, Hb 19%)
Etiologi
Kebutuhan Fe meningkat
Gejala klinis
Data subjektif : ibu mengatakan sering pusing, cepat lelah, lemas, susah bernafas
Komplikasi
Trimester 3 : gangguan his primer dan sekunder, janin lahir anemia, persalinan dengan
tindakan tinggi, ibu cepat lelah
Pemantauan
Periksa kadar Hb setiap 2 minggu
Bidan memberikan suplemen zat besi kepada kliennya yang memeriksakan diri
Efek samping berupa gejala gangguan gastrointestinal : konstipasi, diare, rasa terbakar di
ulu hati, nyeri abdomen dan mual
Pencegahan
Anjurkan makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang banyak mengandung
vitamin dan mineral
Pemberian vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi. Penyerapan zat besi yang
terbaik adalah pada waktu perut kosong
Sebelum dan selama kehamilan mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi, asam folat
dan vitamin B
Penatalaksanaan
Parenteral : pemberian ferum dextran 1000 mg (20 ml) IV atau 210 ml/IM
ANEMIA MEGALOBLASTIK
Gejala
Hewani maupun nabati seperti hati, kuning telur, ginjal, ragi, sayuran hijau (bayam,
brokoli) dan susu
Asam folat sintesis, struktur kimianya lebih sederhana sehingga lebih mudah diserap
tubuh (asam pteroil glutamat)
Kebutuhan
Harus disiapkan sebelum kehamilan, karena gangguan sering terjadi pada bulan pertama
kehamilan, dimana ibu biasanya belum menyadari bahwa dirinya tengah hamil
Efek samping
Terselubungnya komplikasi syaraf akibat defisiensi vitamin B12
Asam folat termasuk golongan vitamin B yang larut dalam air, jika kelebihan dapat larut
dalam air
ANEMIA HIPOPLASTIK
Adalah anemia yang terajdi akibat sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah
baru
Disertai kelainan kongenital sering terjadi akibat obat-obatan, zat kimia, infeksi, irradiasi,
leukemia dan kelainan immunologik
Bisa juga trejadi akibat transplantasi sumsum tulang atau transfusi darah berulang kali
ANEMIA HEMOLITIK
Adalah anemia yang terjadi akibat sel darah merah lebih cepat hancur dari
pembentukannya
Kejadian langka
Hemolisis berat timbul secara dini dalam kehamilan dan hilang beberapa bulan setelah
bersalin
Transfusi darah untuk meringankan penderitaan ibu dan mengurangi bahaya hipoksia
pada janin
Adalah gejala mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil
Dapat berlangsung sampai usia kehamilan 4 bulan dan keadaan umum menjadi buruk
HEG tingkat 1
Nyeri epigastrium
Lidah mengering
Mata cekung
HEG tingkat 2
BB dan TD turun
HEG tingkat 3
Keadaan umum lebih parah
Muntah berhenti
Suhu meningkat
TD dan BB turun
Penatalaksanaan
Rawat inap
Roborantia/obat penyegar
Psikoterapi
Bila keadaan membaik, boleh diberikan makan dan minum secara bertahap
Kriteria pulang
TTV baik
ABORTUS
Adalah berhentinya kehamilan pada usia < 20 minggu yang mengakibatkan kematian
janin
Pembagian abortus
Abortus septik
Abortus habitualis
Missed abortion
Etiologi
Maternal
Kelainan kromosom
Keracunan
Trauma fisik
Penyakit kronis
Defisiensi hormonal
Fetal
Mola hidatidosa
ABORTUS IMMINENS
Perdarahan bercak-sedang
Penatalaksanaan
Bed rest, tidak perlu pengobatan khusus ataupun tirah baring total
Observasi perdarahan (jika berhenti : lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan
penilaian jika terjadi perdarahan lagi. Jika terus berlangsung : nilai kondisi janin lewat uji
kehamilan/USG, konfirmasi penyebab lain jika ditemukan ukuran uterus yang lebih besar
dari usia kehamilan.
Perdarahan sedang-banyak
Perdarahan berat hanya butuh waktu kurang dari 5 menit untuk basahi pembalut
Serviks terbuka
Penatalaksanaan
Jika usia kehamilan < 16 minggu, evaluasi uterus dengan AVM, jika evaluasi tidak dapat
dilakukan, segera lakukan :
Pemberian ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang setelah 15 menit jika perlu), atau
pemberian misoprostol 400 mg/oral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu)
Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi
Jika perlu pasang infus 20 IU oksitosin dalam RL atau garam fisiologik 500 ml IV,
dengan kecepatan 40 tetes/menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi
ABORTUS INKOMPLETUS
Perdarahan sedang-banyak
Serviks terbuka
Gejala/tanda : kram/nyeri perut bagian bawah dengan rasa sakit yang kuat
Penatalaksanaan
Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan
hebat, syok, infeksi/sepsis)
Keluarkan sisa konsepsi secara digital atau dengan menggunakan cunam ovum dan
evaluasi perdarahan
Jika perdarahan berhenti, berikan ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg/oral
Jika perdaraan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM
Jika terjadi perdarahan hebat dan < 16 minggu, segera evakuasi dengan AVM
Bila pasien tampak anemik, berikan sulfas ferrosus 600mg/hari selama 2 minggu (anemia
sedang ) atau transfusi darah (anemia berat)
ABORTUS KOMPLETUS
Perdarahan bercak-sedang
Janin akan keluar dari rahim, baik secara spontan maupun alat bantu
Penatalaksanaan
Tidak perlu evaluasi
Bila terjadi anemia sedang berikan sulfas ferrosus tablet 600 mg/hari selama 2 mingg dan
anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
Bila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberikan antibiotika atau apabila
khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotika profilaksis
ABORTUS HABITUALIS
Adalah kejadian abortus berulang, umumnya disebabkan karena kelainan anatomik uterus
(mioma, septum, serviks inkompeten dan lain-lain) atau kelainan faktor-faktor
immunologi
Idealnya dilakukan pemeriksaan USG untuk melihat ada atau tidaknya kelainan anatomi
MISSED ABORTION
Adalah kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa adanya pengeluaran, terjadi
pada usia kehamilan 4 minggu atau lebih (beberapa buku 8 minggu)
Biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang
spontan atau menghilang setelah pengobatan
Pentalaksanaan
Keluarkan jaringan konsepsi dengan laminaria, dan stimulasi kontraksi uterus dengan
oksitosin
Jika diputuskan untuk melakukan tindakan kuretase, harus sangat berhati-hati karena
jaringan telah mengeras dan dapat terjadi gangguan pembekuan darah akibat
hipofibrinogenemia
ABORTUS THERAPEUTIK
Adalah abortus yang dilakukan atas pertimbangan/indikasi kesehatan wanita, dimana bila
kehamilan itu dilanjutkan akan membahayakan dirinya, contohnya pada wanita dengan
penyakit jantung, hipertensi, ginjal dan korban perkosaan (masalah psikis)
ABORTUS SEPTIK
Adalah abortus yang mengalami komplikasi berupa infeksi setelah abortus spontan/tidak
aman
Terjadi jika terdapat sisa hasil konsepsi atau penundaan pengeluaran hasil konsepsi
Tindakan : resusitasi dan perbaiki keadaan umum ibu, berikan antibiotik spektrum luas
dosis tinggi, keluarkan sisa konsepsi dalam 6 jam
DIAGNOSTIK ABORTUS
Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidaknya gejala/keluhan lain,
cari faktor resiko/predisposisi, riwayat penyakit umum dan obstetri
Prinsip : wanita usia reproduktif dengan perdarahan pervaginam abnormal HARUS selalu
dipertimbangkan kemungkinan adanya kehamilan
Pemeriksaan fisik umum : KU, TTV, jika KU buruk lakukan resusitasi dan stabilisasi
segera
Pemeriksaan ginekologik : ada tidaknya tanda akut abdomen, jika memungkinkan cari
sumber perdarahan apakah dari dinding vagina atau jaringan serviks atau keluar ostium.
Jika perlu ambil darah/cairan/jaringan untuk pemeriksaan penunjang (ambil sediaan
sebelum PD), lakukan PD dengan hati-hati
Bimanual : tentukan besar dan letak uterus, tentukan apakah 1 jari pemeriksa dapat
masuk kedalam ostium dengan mudah/lunak atau tidak (lihat ada/tidaknya dilatasi
serviks), jangan dipaksakan. Adneksa dan parametrium diperiksa, ada/tidaknya massa
atau tanda akut lainnya.
Lakukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari penyebab aborts agar kejadian ini tidak
berulang pada kehamilan berikutnya
Tentukan dulu, janin mati atau hidup. Jika memungkinkan periksa dengan USG
Jangan terpengaruh dengan B-hCG yang positif, meski janin sudah mati, kadar B-hCG
mungkin masih tinggi dan bisa bertahan sampai 2 bulan setelah kematian janin
Akibat : perforasi, luka pada serviks uteri, perlekatan pada kavum uteri, perdarahan
infeksi
Cara umum : olah raga berlebihan, naik kuda, mendaki gunung, berenang, naik turun
tangga, trauma
Cara lokal : menggunakan alat-alat yang dapat menusuk kedalam vagina, alat memasang
IUD, alat yang dialiri arus listrik, aspirasi jarum suntik
Jika klien pernah imunisasi, dinding vagina atau kanalis servikalis luka, berikan booster
TT 0,5 ml
Riwayat imunisasi tidak jelas, beri serum anti tetanus 1500 IU IM diikuti dengan TT 0,5
ml setelah 4 minggu
Penatalaksanaan PMS
KEHAMILAN EKTOPIK
Patofisiologi
Ovum yang telah dibuahi berimplantasi di tempat lain selain di endometrium kavum uteri
Gangguan interferensi mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya
menuju kavum uteri
Etiologi
Kelainan tuba adalah karena adanya riwayat penyakit tuba, seperti salpingitis
IUD
Ovulasi yang multipel akibat induksi obat-obatan, usaha fertilisasi in vitro dan
sebagainya
Gejala
Amenorhea
Nyeri perut bagian bawah yang snagat dan berawal dari satu sisi, tengah, seluruh perut
bagian bawah akibat robeknya tuba
Penderita bisa sampai pingsan dan syok
Diagnosis
Pemeriksaan USG
Penanganan : methotrexate
Kesempatan hamil tergantung dari kerusakan tuba (1x operasi tuba : 55-60%, jika slauran
satunya tidak ada atau rusak : 45%, >2x pembedahan ektopik dan komservatif : 30%)
Gejala
Hipotensi
Hipovolemia
Distensi abdomen dengan shifting dullness merupakan petunjuk adanya darah bebas
Nyeri lepas
Pucat
Diagnosis
Anamnesis : riwayat terlambat haid atau amenorhea, gejala dan tanda kehamilan muda
dapat ada atau tidak ada, perdarahan pervaginam, nyeri perut pada kanan/kiri bawah
Pemeriksaan fisis : KU dan TTV dapat baik sampai buruk, ada tnada akut abdomen, saat
pemeriksaan adnexa ada nyeri goyang portio
Pemeriksaan penunjang : tes urine B-hCG (+), kuldosentesis (ditemukan darah di kavum
douglasi), USG
Optimalisasi KU ibu dengan transfusi, infus oksigen atau kalau dicurigai adanya infeksi
diberikan juga antibiotika
Sebelum pulang
Perbaiki anemia dengan sulfas ferrosus 600 mg/hari per oral selama 2 minggu
KEHAMILAN SERVIKAL
Jarang terjadi
Jika kehamilan tumbuh sampai besar, perdarahan atau ruptur yang terjadu sangat besar
dan bisa dilakukan histerektomi lokal.
KEHAMILAN OVARIAL
Jaringan ovarium yang nyata harus ditemuka dalam dinding kantung janin
MOLA HIDATIDOSA
Hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili
korialis disertai dengan degenerasi hidropik
Uterus melunak dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi yang normal, tidak
dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan sperti rangkaian buah
anggur
Pembagian
Perkembangan janin terhambat akibat kelainan kromosom dan umumnya mati pada
trimester pertama
Gejala
Hiperemesis
Hipertiroid
Preeklampsia
Anemia
Perdarahan
Bisa juga disertai preeklampsia/ eklampsia
Diagnosa
Bila >8 minggu pasca kuretase hCG tinggi berarti trofoblast masih aktif
Anamnesis : hamil disertai gejala dan tanda hamil muda yang berlebihan, perdarahan
pervaginam berulang berwarna coklat, gelembung seperti busa
Pemeriksaan fisik : pada mola klasik ukuran uterus > besar dari usia kehamilan yang
sesuai, tidak teraba bagian janin, DJJ tidak ada. Uji batang sonde tidak ada tahanan massa
konsepsi. Pada mola parsial, gejala seperti missed abortion, uterus < gestasi
Pemeriksaan penunjang : periksa kadar B-hCG kuantitatif dan USG. Pada USG gambaran
seperti badai salju (snowflake/snowstorm-like appearance)
Penatalaksanaan
Evakuasi jaringan mola : dengan AVM dan kuret tajam. Suction dapat mengeluarkan
sebagian besar massa mola, sisanya bersihkan dengan kuret. Dapat juga dilakukan
induksi, pada waktu evakuasi berikan oksitosin untuk merangsang kontraksi uterus dan
mencegah refluks cairan mola ke arah tuba
Pada wanita yang tidak mengharapkan anak lagi dapat dianjurkan histerektomi
Follow up
Pemeriksaan ginekologik dan B-hCG kuantitatif rutin tiap 2 minggu teratur tiap 3 bulan-1
tahun
Foto toraks pada awal terapi, ulang bila kadar B-hCG menetap atau meningkat
Kontrasepsi hormonal 1 tahun pasca kuretase, sebaiknya preparat progesteron oral selama
2 tahun
PERDARAHAN ANTEPARTUM
Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai suatu kelainan yang berbahaya. Yang
dimaksud dengan perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir dari
kehamilan. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua adalah kehamilan 22
minggu, mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus. Perdarahan setelah kehamilan 22
minggu biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada sebelum kehamilan 22 minggu, oleh
karena itu memerlukan penanganan yang berbeda.
Pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu
bersumber pada kelainan plasenta, karena perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya
bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan kelainan serviks tidak seberapa berbahaya.
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan trimester 3 dalam hal ini perdarahan antepartum, masih
merupakan penyebab kematian ibu yang utama. Oleh karena itu, sangat penting bagi bidan
mengenali tanda dan komplikasi yang terjadi pada penderita agar dapat memberikan asuhan
kebidanan secara baik dan benar, sehingga angka kematian ibu yang disebabkan perdarahan
dapat menurun.
Plasenta previa
Solusio plasenta
PLASENTA
Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan tebal 2,5 cm dan
berat rata-rata 500 gram. Plasenta berhubungan dengan tali pusat, jika letak tali pusat ditengah
plasenta maka keadaan ini disebut insertio sentralis, jika letak tali pusat agak ke pinggir, disebut
insertio lateralis, dan bila dipinggir disebut insertio marginalis. Namun, terkadang tali pusat
terletak diluar plasenta dan hubungan antara tali pusat dan plasenta melalui selaput janin, jika
demikian maka keadaan ini disebut insertio velamentosa.
Fungsi plasenta ialah mengusahakan janin tumbuh dengan baik. Untuk pertumbuhan ini
dibutuhkan adanya penyaluran zat asam, asam amino, vitamin dan mineral dari ibu ke janin, dan
pembuangan CO2 serta sampah metabolisme janin ke peredaran darah ibu.
Sebagai alat yang memberikan zat asam dan mengeluarkan CO2 (respirasi)
A. SOLUSIO PLASENTA
Pengertian
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus
sebelum janin dilahirkan. Definisi ini berlaku dengan masa gestasi diatas 22 minggu atau berat
janin diatas 500 gram. Istilah solusio plasenta juga dikenal dengan istilah abruptio plasenta atau
separasi prematur dari plasenta. Plasenta dapat lepas seluruhnya yang disebut solusio plasenta
totalis atau terlepas sebagian yang disebut solusio plasenta parsialis atau terlepas hanya pada
sebagian kecil pinggir plasenta yang sering disebut ruptur sinus marginalis.
Pelepasan sebagian atau seluruh plasenta dapat menyebabkan perdarahan baik dari ibu maupun
janin. Kejadian ini merupakan peristiwa yang serius dan merupakan penyebab sekitar 15%
kematian prenatal. 50% kematian ini disebabkan oleh kelahiran prematur dan sebagian besar dari
sisa jumlah tersebut meninggal karena hipoksia intrauterin. Terlepasnya plasenta sebelum
waktunya menyebabkan timbunan darah antara plasenta dan dinding rahim yang dapat
menimbulkan gangguan penyulit terhadap ibu maupun janin.
Setelah persalinan dapat menimbulkan perdarahan postpartum karena atonia uteri atau
gangguan pembekuan darah
Menimbulkan gangguan fungsi ginjal dan terjadi emboli yang menimbulkan komplikasi
sekunder
Peningkatan timbunan darah dibelakang plasenta dapat menyebabkan rahim yang keras,
padat dan kaku
Penyulit terhadap janin dalam rahim, tergantung luas plasenta yang lepas, dimana dapat
menimbulkan asfiksia ringan sampai kematian janin dalam rahim.
Perdarahan yang terjadi karena terlepasnya plasenta dapat menyelundup keluar dibawah selaput
ketuban, yaitu pada solusio plasenta dengan perdarahan keluar, atau tersembunyi dibelakang
plasenta membentuk hematoma retroplasenter. Hematoma retroplasenter yaitu pada solusio
plasenta dengan perdarahan tersembunyi, atau kedua-duanya atau perdarahannya menembus
selaput ketuban masuk kedalam kantung ketuban. Solusio plasenta dengan perdarahan
tersembunyi menimbulkan tanda yang lebih khas dan pada umumnya lebih berbahaya daripada
solusio plasenta dengan perdarahan keluar.
1) Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, biasanya pada jenis ini keadaan penderita
lebih jelek, plasenta terlepas luas, uterus keras/tegang, sering berkaitan dengan hipertensi.
2) Solusio plasenta dengan perdarahan keluar, pada jenis ini biasanya keadaan umum
penderita relatif lebih baik, plasenta terlepas sebagian atau inkomplit dan jarang berhubungan
dengan hipertensi.
Etiologi/penyebab
Faktor predisposisi
Multiparitas
Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila sebagian
besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan menyebabkan kematian janin. Apabila sebagian
kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali atau tidak mengakibatkan gawat
janin.
Gambaran klinik
Ruptur sinus marginalis atau terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak
(plasenta terlepas kurang dari luasnya), sama sekali tidak mempengaruhi keadaan ibu ataupun
janinnya. Apabila terjadi perdarahan pervaginam, warnanya akan kehitam-hitaman dan sedikit
sekali. Perut mungkin terasa agak sakit, atau terus menerus agak tegang. Walaupun demikian
bagian-bagian janin masih muda teraba. Uterus yang agak tegang ini harus diawasi terus menerus
apakah akan menjadi lebih tegang lagi karena perdarahan yang berlangsung terus. Salah satu
tanda yang menimbulkan kecurigaan akan kemungkinan solusio plasenta ringan ialah perdarahan
pervaginam yang berwarna kehitam-hitaman, yang berbeda dengan perdarahan plasenta previa
yang berwarna merah segar. Apabila dicurigai keadaan demikian, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan ultrasonografi.
Dalam hal ini plasenta telah terlepas lebih dari seperempatnya, tetapi belum sampai
duapertiganya luas permukaannya. Tanda dan gejalanya dapat timbul perlahan-lahan seperti pada
solusio plasenta ringan, atau mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang tidak lama
kemudian disusul dengan perdarahan pervaginam. Walaupun perdarahan pervaginam nampak
sedikit , seluruh perdarahannya mungkin mencapai 1000ml. Ibu mungkin telah jatuh kedalam
syok, demikian pula janinnya kalau masih hidup dalam keadaan gawat.
Dinding uterus teraba tegang terus menerus dan nyeri tekan sehingga bagian-bagian janin sukar
diraba. Apabila janin masih hidup, bunyi jantungnya sukar didengar dengan stetoskop biasa,
harus dengan stetoskop ultrasonik. Tanda-tanda persalinan telah ada, dan persalinan itu akan
selesai dalam waktu 2 jam. Kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi,
walaupun kebanyakan terjadi pada solusio plasenta berat.
Plasenta telah terlepas lebih dari dua pertiga permukaannya. Terjadinya sangat tiba-tiba.
Biasanya ibu telah jatuh kedalam syok, dan janinnya telah meninggal. Uterusnya sangat tegang
seperti papan dan sangat nyeri. Perdarahan pervaginam tampaknya tidak sesuai dengan keadaan
syok ibunya, malah perdarahan pervaginam mungkin belum sempat terjadi. Besar kemungkinan
telah terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal. Solusio plasenta berat dengan
couvelaire uterus terjadi gangguan kontraksi dan atonia uteri.
Diagnosis
a. Anamnesa
Tampak anemis
b. Pemeriksaan
Pemeriksaan khusus
Palpasi abdomen
Auskultasi
Pemeriksaan dalam
Terdapat pembukaan
perdarahan pervaginam
syok
Pada solusio plasenta sedang tidak semua tanda dan gejala perut itu lebih nyata, seperti sakit
perut terus menerus, nyeri tekan pada uterus dan uterus tegang terus menerus. Akan tetapi dapat
dikatakan tanda ketegangan uterus yang terus menerus merupakan tanda satu-satunya yang selalu
ada pada solusio plasenta, juga ada pada solusio plasenta ringan. Menegakkan diagnosis solusio
plasenta dengan menggunakan ultrasonografi sangat membantu apabila mengalami keragu-
raguan dalam menegakkan diagnosis.
Komplikasi
Komplikasi pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dan lamanya
solusio plasenta berlangsung. Komplikasi yang dapat terjadi adalah :
Perdarahan
o Perdarahan tidak sesuai dengan keadaan penderita yang anemis sampai syok
(waspada perdarahan tersembunyi)
Oliguria
Terjadinya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat menimbulkan
produksi urin makin berkurang
Perdarahan postpartum
Perdarahan yang tertimbun dibelakang plasenta mengganggu sirkulasi dan nutrisi ke arah
janin sehingga dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai berat dan kematian janin dalam
rahim
Rintangan kejadian asfiksia sampai kematian janin tergantung pada seberapa bagian
plasenta telah lepas dari implantasinya si fundus uteri
Penatalaksanaan
Lakukan uji pembekuan darah, kegagalan terbentuknya bekuan darah setelah 7 menit atau
terbentuknya bekuan darah lunak yang mudah terpecah menunjukan adanya koagulapati.
Jika terjadi perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi) lakukan persalinan segera.
janin hidup, gawat janin tetapi persalinan pervaginam tidak dapat dilaksanakan dengan
segera (pembukaan belum lengkap)
janin mati tetapi kondisi serviks tidak memungkinkan persalinan pervaginam dapat
berlangsung dalam waktu singkat
persiapan, cukup dilakukan penanggulangan awal dan segera lahirkan bayi karena operasi
merupakan satu-satunya cara efektif untuk menghentikan perdarahan
janin hidup, gawat janin, pembukaan lengkap dan bagian terendah didasar panggul.
Amniotomi (bila ketuban belum pecah) kemudian percepat kala 2 dengan ekstraksi
forcep/vakum
Lakukan amniotomi (bila ketuban belum pecah) kemudian akselerasi dengan 5 unit
oksitosin dalam dextrose 5% atau RL, tetesan diatur sesuai dengan kondisi kontraksi
uterus.
Setelah persalinan, gangguan pembekuan darah akan membaik dalam waktu 24 jam,
kecuali bila jumlah trombosit sangat rendah (perbaikan baru terjadi dalam 2-4 hari
kemudian.
Bidan merupakan tenaga andalan masyarakat untuk dapat memberikan pertolongan kebidanan,
sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal.
Dalam menghadapi perdarahan pada kehamilan, sikap bidan yang paling utama adalah
melakukan rujukan ke rumah sakit.
Pemasangan infus
B. PLASENTA PREVIA
Pengertian
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang tidak normal,
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Implantasi yang normal ialah pada dinding depan atau dinding belakang rahim didaerah fundus
uteri. klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan
jalan lahir pada waktu tertentu. Pembagian plasenta previa :
Plasenta previa totalis : jika seluruh pembukaan (ostium uteri internum) tertutup oleh
jaringan plasenta
Plasenta previa parsialis : hanya sebagian pembukaan yang tertutup oleh jaringan
plasenta
Plasenta previa marginalis : tepi plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan
Plasenta letak rendah : plasenta yang implantasinya rendah tapi tidak sampai ke ostium
uteri internum, pinggir plasenta kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga
tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir
Tingkatan dari plasenta previa ini tergantung dari besarnya ukuran dilatasi serviks. Klasifikasi
plasenta previa tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan fisiologik dilatasi serviks.
Sehingga klasifikasinya akan berubah setiap waktu. Umpamanya, plasenta previa total pada
pembukaan 2 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa parsialis pada pembukaan 8 cm
karena dilatasi serviks telah melebihi tepi plasenta.
Pada keadaan ini, baik plasenta parsialis maupun totalis akan terjadi pelepasan sebagian plasenta
yang tidak dapat dihindari, sebagai akibat dari pembentukan segmen bawah rahim dan dilatasi
serviks. Pelepasan ini akan menyebabkan terjadinya perdarahan yang disebut perdarahan
antepartum.
Etiologi
Etiologi tentang mengapa plasenta tumbuh pada segmen bawah rahim tidak dapat diterangkan
dengan jelas. Faktor resiko terjadinya plasenta previa antara lain adalah pertambahan usia ibu
multiparitas. Dalam sebuah penelitian dari 314 wanita denagn paritas 5 atau lebih, Babinski
(1999) melaporkan bahwa 2,2% insiden dari previa meningkat secara signifikan seiring dengan
pertambahan usia masing-masing kelompoknya. Ekstrimnya, 1 dari 1500 wanita berusia 19
tahun kebawah dan 1 banding 100 pada wanita berusia lebih dari 35 tahun.
William dkk juga menerangkan bahwa dengan merokok resiko terjadinya plasenta previa
meningkat 2x lipat. Teori yang diberikan adalah bahwa hipoksemi menyebabkan terjadinya
kompensasi dari plasenta sehingga terjadi hipertropi.
Secara ultrasonografi pada usia kehamilan muda sering didapatkan adanya plasenta letak rendah.
Hal ini disebabkan pada kehamilan muda segmen bawah rahim belum terbentuk, tetapi dengan
meningkatnya usia gestasi, perlahan-lahan didapatkan perubahan letak plasenta.
Perubahan plasenta tampaknya terjadi karena pembesaran segmen atas rahim dan pembentukan
segmen bawah rahim, sehingga disarankan bagi wanita hamil untuk melakukan USG pada usia
kehamilan 32-34 minggu untuk melihat apakah terjadi perubahan letak plasenta atau tidak.
Faktor terpenting terjadinya plasenta previa adalah vaskularisasi yang kurang pada desidua
sehingga menyebabkan atrofi dan peradangan pada endometrium. Keadaan ini misalnya terdapat
pada :
Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan bagi plasenta untuk mampu
memberikan nutrisi pada janin
Gambaran klinik
Perdarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri serta berulang, darah berwarna merah segar
Perdarahan pertama biasanya tidak banyak, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu
lebih banyak dari sebelumnya
Timbulnya penyulit pada ibu yaitu anemia sampai syok dan pada janin dapat
menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam rahim
Bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul dan atau disertai dengan kelainan
letak plasenta yang berada dibawah janin
Diagnosis
Pemeriksaan inspekulo
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum
ataukah dari kelainan serviks dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri
eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai.
Dapat dilakukan dengan radiografi, radio isotop dan ultrasonografi. Akan tetapi pada
pemeriksaan radiografi dan radio isotop, ibu dan janin akan dihadapkan pada bahaya radiasi
sehingga cara ini ditinggalkan. Sedangkan ultrasonografi (USG) tidak menimbulkan bahaya
radiasi dan rasa nyeri sehingga cara ini dianggap sangat tepat untuk mengetahui letak plasenta.
Pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan hebat. Sehingga
pemeriksaan secara langsung lewat pemeriksaat dalam harus dilakukan di meja operasi, dimana
jari-jari masuk secara hati-hati ke dalam ostium uteri internum (OUI) untuk meraba adanya
jaringan plasenta.
Komplikasi
Pada ibu
Perdarahan pascasalin
Syok hipovolemik
Infeksi-sepsis
Laserasi serviks
Plasenta akreta
Kematian
Pada anak
hipoksia
anemia
prolaps tali pusat
prolaps plasenta
kematian
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan plasenta previa tergantung dari usia gestasi dimana akan dilakukan
penatalaksanaan aktif, yaitu mengakhiri kehamilan (terminasi) ataupun mempertahankan
kehamilan selama mungkin (ekspektatif).
Semua pasien dengan perdarahan pervaginam pada kehamilan trimester ketiga, dirawat di rumah
sakit tanpa dilakukan pemeriksaan dalam. Bila pasien dalam keadaan syok karena perdarahan
banyak, harus segera diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian infus atau transfusi darah.
Perdarahan yang disebabkan oleh plasenta previa merupakan keadaan darurat kebidanan yang
memerlukan penanganan dengan baik. Tindakan yang akan kita pilih tergantung dari faktor-
faktor :
paritas
Penanganan ekspektatif
kriteria
rencana penanganan
USG
Penanganan aktif/terminasi
Yaitu kehamilan harus segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan yang membawa maut, bila
keadaan umum ibu dan anak tidak baik, perdarahan banyak (lebih dari 500 cc), ada tanda-tanda
persalinan, umur kehamilan lebih dari 37 minggu.
Segera melahirkan bayi dan plasenta sehingga memungkinkan uterus berkontraksi dan
perdarahan dapat segera dihentikan, selain itu juga mencegah terjadinya laserasi serviks.
Misalnya pada penderita dengan perdarahan yang banyak, pembukaan kecil, nullipara dan
tingkat plasenta previa yang berat.
Indikasi SC
Persalinan pervaginam
Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara dan anak sudah
meninggal atau prematur. Dengan adanya penurunan kepala diharapkan dapat menekan plasenta
pada tempat implantasinya didaerah terjadinya perdarahan selama proses persalinan berlangsung.
Sehingga bagian terbawah janin berfungsi sebagai tampon untuk mencegah perdarahan yang
lebih banyak.
Jika pembukaan serviks sudah agak besar (4-5 cm), ketuban dipecahkan (amniotomi) jika
his lemah, berikan oksitosin per drip
Vasa previa adalah menyilangnya pembuluh darah plasenta yang berasal dari insertio
velamentosa pada kanalis servikalis. Insersi velamentosa adalah insersi tali pusat pada selaput
janin. Insersi velamentosa sering terjadi pada kehamilan ganda. Pada insersi velamentosa, tali
pusat dihubungkan dengan plasenta oleh selaput janin. Kelainan ini merupakan kelainan insersi
funiculus umbilikalis dan bukan merupakan kelainan perkembangan plasenta. Karena pembuluh
darahnya berinsersi pada membran, maka pembuluh darahnya berjalan antara funiculus
umbilikalis dan plasenta melewati membran. Bila pembuluh darah tersebut berjalan didaerah
ostium uteri internum, maka disebut vasa previa.
Untuk menegakan diagnosis vasa previa agak sukar dan memerlukan pengalaman, disamping
jumlahnya tidak terlalu banyak bila dapat ditemukan pada pembukaan dalam, maka satu-satunya
sikap adalah mengirim penderita ke rumah sakit untuk persalinan dengan primer seksio sesarea.
Vasa previa ini sangat berbahaya karena pada waktu ketuban pecah, vasa previa dapat terkoyak
dan menimbulkan perdarahan yang berasal dari anak. Gejalanya ialah perdarahan segera setelah
ketuban pecah dan karena perdarahan ini berasal dari anak maka dengan cepat bunyi jantung
anak menjadi buruk.
Selama perkembangan amnion dan korion melipat kebelakang disekeliling tepi-tepi plasenta.
Dengan demikian korion ini masih berkesinambungan dengan tepi plasenta tapi pelekatannya
melipat kebelakang pada permukaan foetal.
Pada permukaan foetal dekat pada pinggir plasenta terdapat cincin putih. Cincin putih ini
menandakan pinggir plasenta, sedangkan jaringan disebelah luarnya terdiri dari vili yang timbul
ke samping, dibawah desidua. Sebagai akibatnya pinggir plasenta mudah terlepas dari dinding
uterus dan perdarahan ini menyebabkan perdarahan antepartum. Hal ini tidak dapat diketahui
sebelum plasenta diperiksa pada akhir kehamilan.
Perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan tidak akan membahayakan janin
dalam rahim, tetapi lebih memberatkan ibunya. Perdarahan yang terjadi dapat berlangsung
sebelum hamil trimester ketiga.
Keadaan umum penderita dan janin dalam rahim tidak terpengaruh banyak karena sifat
perdarahan sedikit, spotting (bercak/flek) atau intermitten (sewaktu-waktu). Untuk dapat
menegakan asal perdarahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan dalam dan
melakukan pemeriksaan inspekulo. Dengan pemeriksaan tersebut dapat ditetapkan asal
perdarahan
Varises pecah
Perlukaan serviks
Penanganan lebih lanjut dapat dilakukan oleh bidan dengan melakukan konsultasi ke puskesmas,
dokter ataupun rumah sakit.
Megi Annisa Rahmah (2013730152)
10. Jelaskan hubungan berat badan dan tinggi badan dengan hasil palpasi 5/5?
Hasil pemeriksaan berupa Palpasi 5/5 bisa kita temukan pada pemeriksaan leopold IV
Leopold IV
Tujuan :
Untuk membuktikan bagian terbawah janin ( kepala / bokong ) sudah atau belum masuk
PAP. ( konvergen atau divergen )
Untuk mengetahui sejauh mana bagian terbawah janin masuk PAP
Cara Kerja :
KONVERGEN DIVERGEN
Letakkan telapak tangan kanan diatas sympisis pubis sambil meraba bagian terbawah janin (
bokong/kepala). Raba dengan menggunakan jari, berapa jari kepala atau bokong janin yang
teraba diatas syimpisis pubis ( tekhnik perlimaan )
5/5 = kepala/bokong janin bisa teraba dengan 5 jari, menandakan kepala/bokong janin
belum masuk PAP
4/5 = kepala/bokong janin teraba dengan 4 jari
3/5 = kepala/bokong janin teraba dengan 3 jari
2/5 = kepala/bokong janin teraba dengan 2 jari
1/5 = kepala/bokong janin teraba dengan 1 jari
0/5 = kepala / bokong janin tidak teraba menandakan bagian kepala telah masuk PAP
seluruhnya
Untuk melihat Kesehatan Umum Kehamilan dilakukan anamnesis dan juga beberapa
rangkaian pemeriksaan fisik salah satu nya adalah Tinggi Badan(TB) dan Berat
badan(BB).Pemeriksaan fisik ibu hamil meliputi banyak hal salah satunya yang berkaitan dengan
skenariio adalah TB,jadi pada pemeriksaan ini dilakukan pemeriksaan tinggi ibu
hamil,pengukuran ini berkaitan dengan kemungkinan panggul sempit apabila tinggi badan
kurang dari 150 cm.Pada scenario dikatakan bahwa tinggi pasien adalah 140 cm yang
menandakan dia kemungkinan memiliki panggul yang kecil.Hal ini diperkuat dengan hasil
pemeriksaan Leoplad IV dengan palpasi 5/5 nya yang menandakan janin belum turun ke PAP.
Pada primigravida dengan ruang panggul yang normal,kepala janin akan sudah masuk ke
PAP mulai minggu ke-36,masuknya kepala janin ke pintu atas panggul pada minggu ke-36
dijumpai pada sekitar 90-95%.Kadang dijumpai kepala janin belum masuk ke PAP setelah
minggu ke-36 yang mungkin disebabkan oleh:
4.Kemungkinan terdapat tumor yang menghalangi masuknya kepala ke pintu atas panggul
5.Kemungkinan terdapat lilitan tali pusat(umbilicus) pada leher janin yang menghambat
masuknya kepala
Untuk pengaruh dari berat badan sendiri dapat dilihat dari berat janin,karena semakin besar berat
ibu,semakin besar janin yang dilahirkan.Pada scenario ibu memiliki BB normal dan diperkirakan
berat dari bayi nya yaitu 3000 gr juga masih bisa dikatakan normal karena bayi baru lahir normal
adalah bayi yang lahir dengan berat lahir antara 2500-4000 gram.
DEFINISI
Seksio Sesaria ( sectio caesarea ) adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin
( persalinan buatan ), melalui insisi pada dinding abdomen dan uterus bagian depan sehingga
janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan
keadaan utuh dan sehat.
INDIKASI
1. Faktor janin.
a. Bayi terlalu besar
Berat bayi 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan
lahir. Dengan perkiraan berat yang sama tetapi pada ibu yang berbeda maka tindakan persalinan
yang dilakukan juga berbeda. Misalnya untuk ibu yang mempunyai panggul terlalu sempit, berat
janin 3000 gram sudah dianggap besar karena bayi tidak dapat melewati jalan lahir. Selain janin
yang besar, berat janin kurang dari 2,5 kg, lahir prematur, dan dismatur, atau pertumbuhan janin
terlambat , juga menjadi pertimbangan dilakukan seksio caesarea.
b. Kelainan letak
- Letak sungsang.
Resiko bayi lahir sungsang dengan presentasi bokong pada persalinan alami diperkirakan
4x lebih besar dibandingkan keadaan normal. Pada bayi aterm, tahapan moulage kepala sangat
penting agar kepala berhasil lewat jalan lahir. Pada keadaan ini persalinan pervaginam kurang
menguntungkan. Karena ; pertama, persalinan terlambat beberapa menit, akibat penurunan
kepala menyesuaikan dengan panggul ibu, padahal hipoksia dan asidosis bertambah berat.
Kedua, persalinan yang dipacu dapat menyebabkan trauma karena penekanan, traksi ataupun
kedua-duanya. Misalnya trauma otak, syaraf, tulang belakang, tulang rangka dan viseral
abdomen.
- Letak lintang.
Kelainan letak ini dapat disebabkan karena adanya tumor dijalan lahir, panggul sempit,
kelainan dinding rahim, kelainan bentuk rahim, plesenta previa, cairan ketuban pecah banyak,
kehamilan kembar dan ukuran janin. Keadaan tersebut menyebabkan keluarnya bayi terhenti dan
macet dengan presentasi tubuh janin di dalam rahim. Bila dibiarkan terlalu lama, mengakibatkan
janin kekurangan oksigen dan meyebabkan kerusakan otak janin.
- Gawat janin
Diagnosa gawat janin berdasarkan pada keadaan kekurangan oksigen (hipoksia) yang
diketahui dari DJJ yang abnormal, dan adanya mekonium dalam air ketuban. Normalnya, air
ketuban pada bayi cukup bulan berwarna putih agak keruh, seperti air cucian beras. Jika tindakan
seksio caesarea tidak dilakukan, dikhawatirkan akan terjadi kerusakan neurologis akibat keadaan
asidosis yang progresif.
- Janin abnormal
Misalnya pada keadaan hidrosefalus dan kerusakan genetik.
2. Plasenta
a. Plasenta previa.
Posisi plasenta terletak di bawah rahim dan menutupi sebagian dan atau seluruh jalan
lahir. Dalam keadaan ini, plasenta mungkin lahir lebih dahulu dari janin. Hal ini menyebabkan
janin kekurangan O2 dan nutrisi yang biasanya diperoleh lewat plasenta. Bila tidak dilakukan
SC, dikhawatirkan terjadi perdarahan pada tempat implantasi plasenta sehingga serviks menjadi
tipis dan mudah robek.
b. Solusio plasenta
Keadaan dimana plasenta lepas lebih cepat dari korpus uteri sebelum janin lahir. SC
dilakukan untuk mencegah kekurangan oksigen atau keracunan air ketuban pada janin.
Terlepasnya plasenta ditandai dengan perdarahan yang banyak, baik pervaginam maupun yang
menumpuk di dalam rahim.
c. Placenta accreta
Merupakan keadaan menempelnya sisa plasenta di otot rahim. Jika sisa plasenta yang
menempel sedikit, maka rahim tidak perlu diangkat, jika banyak perlu dilakukan pengangkatan
rahim.
d. Vasa previa
Keadaan dimana adanya pembuluh darah dibawah rahim yang bila dilewati janin dapat
menimbulkan perdarahan yang banyak.
c. Bayi kembar
Kelahiran kembar mempunyai resiko terjadinya komplikasi yang lebih tinggi misalnya
terjadi preeklamsia pada ibu hamil yang stress, cairan ketuban yang berlebihan.
4. Faktor ibu
a. Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kalinya diatas 35th, memiliki resiko melahirkan
dengan seksio caesarea karena pada usia tersebut ibu memiliki penyakit beresiko seperti
hipertensi, jantung, DM, dan preeklamsia.
b. Cephalopelvic disproportion.
Ukuran panggul yang sempit dan tidak proporsional dengan ukuran janin menimbulkan
kesulitan dalam persalinan pervaginam. Panggul sempit lebih sering pada wanita dengan tinggi
badan kurang dari 145 cm. Kesempitan panggul dapat ditemukan pada satu bidang atau lebih,
PAP dianggap sempit bila konjunctiva vera kurang dari 10 cm atau diameter transversal <12>6
minggu solusio plasenta, dan emboli air ketuban. Retensio plasenta atau plasenta rest, gangguan
pelepasan plasenta menimbulakan perdarahan dari tempat implantasi palsenta.
c. Infeksi
Setiap tindakan operasi vaginal selalu diikuti oleh kontaminasi bakteri, sehingga
menimbulkan infeksi. Infeksi makin meningkat apabila didahului oleh :
Keadaan umum yang kurang baik: anemia saat hamil, sudah terdapat manipulasi intra-
uterin, sudah terdapat infeksi.
Perluakaan operasi yang menjadi jalan masuk bakteri.Terdapat retensio plasenta
Pelaksanaan operasi persalinan yang kurang legeartis.
c. Infeksi.
Dapat terjadi infeksi ringan sampai sepsis yang dapat menyebabkan kematian.