Вы находитесь на странице: 1из 21

BAB IV

PEMBAHASAN

Penulis melakukan asuhan keperawatan pada Nn. N di ruang operasi


rumahsakit kartika cibadak dengan judul asuhan keperawatan intra operatip,
perlu kiranya dilakukan pembahasan untuk mengetahui perbedaan antara
teori dan praktek di lapangan.
A. Pengkajian
Klien bernama Nn. N berumur 19 tahun dilakukan tidakan appendiktomy
dengan diagnosa appendiksitis akut , penulis melakukan pengkajian pada
tanggal 27 juli 2017 pada jam 16.20 WIB. Setelah dilakukan pengkajian
mengenai teori dikatakan bahwa penyebab dari appendicitis adalah fekalit,
yaitu masa feses yang padat yang disebabkan karena kurang makan
makanan yang mengandung serat. Penyebab ini sesuai pada kasus dimana
pada pola persepsi kesehatan pasien tidak suka makan makanan yang
mengandung serat seperti sayuran dan ditambahkan jarang minum air putih.
Tanda dan gejala yang dialami pasien sejak 6 hari yang lalu, pasien
mengeluh nyeri di bagian abdomen kanan bawah dan perut terasa tegang,
ada mual, tetapi pada saat melakukan pengkajian nyeri di abdomen kanan
bawah berkurang intensitas 1-2, mual tidak ada, tanda dan gejala ini sama
dengan teori. Banyaknya sel darah putih dalam darah dibuktikan dengan
hasil laboratorium tanggal 27 juli 2017 didapat Leukosit: 13.100 /ul, dan
dikatakan adanya appendicitis dari hasil USG tanggal 27 juli 2017. Kesan:
Regio mc burney : tampak blind ending tubular dan compresible dengan
diameter > 6mm dan faecelmatrial didalamnya dengan air fluid collection di
sekitarnya, Apendiksitis akut dengan impending perporasi
Menurut potter & perry ( 2006, h.1504 ) Nyeri timbul karena adanya
peroses peradangan pada apendik sehingga menjadi stimulus nyeri yang
akan menyebabkan pelepasan subtansi kimia seperti histamin, bradikin dan
kalium. Subtansi tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila
nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka akan timbul implus saraf yang
akan dibawa oleh serabut saraf perifer. Serabut saraf perifer yang akan

62
membawa implus nsaraf ada dua jenis , yaitu serabut A-delta dan serabut c.
Implus nyeri akan dibawa ke konu dorsalis melepaskann neurotrasmiter
(substansi P). Substansi P ini menyebabkan transmisi sinapsis dari saraf
perifer ke saraf traknus spinotalamus. Hal ini memungkinkan implus syaraf
ditransmisikan lebih jauh kedalam system saraf pusat. Setelah implus saraf
sampai di otak, otak mengolah implus saraf kemudian akan timbul respon
reflek nyeri. Nyeri yang dirasakan diabdomen kuadran 3 nyeri yang
dirasakan pada pasien appendisitis seperti diremas remas dengan sekala
nyeri yang begitu hebat disertai durasi nyeri yang terus menerus.
Didapatkan data subjektif yaitu klien mengatakan nyeri pada perut kanan
bawah , nyeri skala 5 seperti ditusuk tusuk benda tajam , nyeri terus
menerus pada saat bergerak di bagian perut. Dari data yang didapat kan
dilapangan keluhan yang dirakan pasien adalah nyeri hal ini sama dengan
terori karena nyeri adanya peroses peradangan pada apendik sehingga
menjadi stimulus nyeri yang akan menyebabkan pelepasan subtansi kimia
seperti histamin, bradikin dan kalium dan didapat kan kesaan juga antara
teori dan hasil dilapangan yaitu nyeri yang dirasakan di abdomen kanan
bawah dengan sekala nyeri sedang dan didapatkan data kesenjangan antara
teori dan dilapangan yaitu nyeri yang dirasakan pasien dilapangan seperti
ditusuk tusuk neda tajam sedangkan dalam teori disebutkan nyeri yang
dirasakan seperti di peras hal ini bisa terjadi karena proses koping atau
setiap persepsi orang akan berbeda dalam menyampaikan rasa nyeri yang
dialaminya.
Menurut Menurut potter & perry ( 2006, h.1508 ) pada saat implus nyeri
naik ke medulla spinalis menuju kebatang otak dan talamus, sistem saraf
otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon stres. Nyeri dengan
intensitas ringan hingga sedang dan nyeri yang superfisial menimbulakan
reaksi flight yang merupakan sindrom adaptasi umum. Stimulasi pada
cabang simpatis pada sistem saraf otonom menghasilkan respon fisiologis
lamah karena pengeluaran energi fisik yang disebabkan oleh peredaeran
darah yang tidak sampai ke otot dan akann terjadi pucat yang disebabkan
oleh suplai darah berpindah dari perifer.

63
klien mengatakan untuk beraktivitas sulit dan terasa sakit, klien lemas,
hanya berbaring di tepat tidur, klien dibantu keluarga dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Kesamaan teori dan hasil pengkajian dilapangan
adalah pasien mengatakan lemas , sakit, dan pola aktifitasnya hanya
berbaring halini dikarnakan pengeluaran energi fisik yang disebabkan oleh
peredaeran darah yang tidak sampai ke otot dan akann terjadi pucat yang
disebabkan oleh suplai darah berpindah dari perifer.
Data fokus
Menurut Wijaya dan Putri (2013, h. 90) manifestasi klinis dari apendisitis
adalah sebagai berikut:
a. Nyeri pindah ke kanan bawah (yang akan menetap dan diperberat bila
berjalan atau batuk) dan menunjukkan tanda rangsangan peritoneum
lokal di titik Mc. Burney:nyeri tekan, nyeri lepas.
b. Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung
c. Nyeri pada kuadran kanan bawah saat kuadran kiri bawah ditekan
d. Nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepas
e. Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti napas dalam,
bejalan, batuk.
f. Nafsu makan menurun
g. Demam yang tidak terlalu tinggi
h. Biasanya terdapat konstipasi, tapi kadang-kadang terjadi diare.
Gejala-gejala permulaan pada apendiksitis yaitu nyeri atau perasaan tidak
enak sekitar umbilikus diikuti oleh anoreksia, nausea dan muntah, gejala ini
umumnya berlangsung lebih dari 1 atau 2 hari. Dalam beberapa jam nyeri
bergeser ke kuadran kanan bawah dan mungkin terdapat nyeri tekan sekitar
titik Mc.Burney, kemudian dapat timbul spasme otot dan nyeri lepas.
Biasanya ditemukan demam ringan dan leukosit meningkat bila ruptur
apendiks terjadi nyeri sering sekali hilang secara dramatis untuk sementara.
Hasil pengkajian dilapangan didapatkan sebagai berikut : 1 bulan yang lalu
klien merasakan nyeri pada bagian perut namun hanya dibiarkan saja.
Sakitnya timbul kira-kira 1 menit kemudian hilang sendiri dan muncul
kembali setiap 3 menit. Nyeri dirasa terutama malam hari dan tidak hilang

64
waktu beristirahat. 8 HSMRS klien merasa nyeri sekali sampai tidak bisa
tidur sampai akhirnya klien dibawa ke RS oleh keluarganya. Sakit/nyeri :
perut kanan bawah dengan skala nyeri 5 dari rentang skala 1-10 yang
diberikan. Pasien tampak meringis. Nyeri terjadi saat berbaring maupun
berganti posisi. Nyeri seperti ditusuk benda tajam Pada daerah perut kan
bawah, mualmuntah tidak ada , nyeri tekan pada abdomen kanan bawah.
Dari data diatas didapatkan data kesamaan antyara teori dan keluhan yang
di alami pasien dilapangan yaitu Nyeri pindah ke kanan bawah (yang akan
menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk) dan menunjukkan tanda
rangsangan peritoneum lokal di titik Mc. Burney:nyeri tekan, nyeri lepas.
Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung, Nyeri pada kuadran kanan
bawah saat kuadran kiri bawah ditekan, Nyeri kanan bawah bila tekanan di
sebelah kiri dilepas,Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti
napas dalam, bejalan, batuk. Tetapi dari data diatas juga data kesenjangan
antara teori dan hasil penhkajian dilapangan yakni Nafsu makan menurun
sedangkan dilapangan tidak terjadi karena pasien sedang menjalani puasa
pre operasi selama enamjam. Biasanya terdapat konstipasi, tapi kadang-
kadang terjadi diare.sedangkan dilapangan status eliminasi pasien normal
tidak konstipasi maupun diare hal ini terjadi karena pasiensebelum sakit
menyukai olahraga dalam seminggu kelien dapat ber olahraga 2kali
seminggu, dan klien selam dilakukan perawatan mendapatkan terapi iv line
rl dan d5
Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Wijaya & Putri, (2013 : 91)
1. Laboratorium
Ditemukan leukositosis 10.000 s/d 18.000/mm3, kadang-kadang dengan
pergeseran kekiri leukositosis lebih dari 18.000/mm3 disertai
keluhan/gejala apendisitis lebih dari empat jam mencurigakan perforasi
sehingga diduga bahwa tingginya leukositosis sebanding dengan
hebatnya peradangan
2. Radiologi

65
Pemeriksaan radiologi akan sangat berguna pada kasus atipikal. Pada 55%
kasus apendisitis stadium awal akan ditemukan gambaran foto polos
abdomen yang abnormal, gambaran yang lebih spesifik adanya masa
jaringan lunak di perut kanan bawah dan mengandung gelembung-
gelembung udara.
Menurut Grace (2006, h 107 ) pemeriksaan penunjang pada pasien
apendisitis yaitu:
1. Laparoskopi
biasanya digunakan untuk menyingkirkan kelainan ovarium sebelum
dilakukan apendisektomi pada wanita muda.
2. CT scan (heliks)
pada pasian usia lanjut atau dimana penyebab lain masih mungkin.
Sedangkan di lapangan kami hanya menemukan atau dilakukan 2
pemeriksaan yakni pemeriksaan usg abdomen dan pemeriksaan
laboratorium dengan hasil sebagai berikut
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 27 Juli 2017
Pemeriksaan Hasil Hasil normal Satuan

Hematologi
Hematologi rutin
Hemeglobin 9.9 12,0-14,0 g/dl
Leukosit 13,100 4,500-11,000 /ul
Hematokrit 30,2 36,0-46,0 %
Trombosit 306,000,00 15,000-35,000 /ul
Gol darah Ab - -
Rh faktor Positif - -
Hematologi
Masa pendarahan 1 menit <3 menit Menit
Masa pembekuan 7 menit 30 detik 5 11 Menit
Karbohidrat
Glukosa sewaktu 85,00 70.000-180,00 Mg/dl

66
Hepatitis
Habsag kualtatip Negatif Negatif -

Pemeriksaan USG
Hasil pemeriksaan abdomen bawah apendik sebagai berikut:
Regio mc burney : tampak blind ending tubular dan compresible dengan diameter
> 6mm dan faecelmatrial didalamnya dengan air fluid collection di
sekitarnya,Apendiksitis akut dengan impending perporasi
Sedangkan kesenjangan yang didapat antara teori dan hasil pengkajian dilapangan
yaitu Laparoskopi, laparaskopi biasanya digunakan untuk menyingkirkan kelainan
ovarium sebelum dilakukan apendisektomi pada wanita muda pemeriksaan
penunjang ini tidak ditemukan ataut tidak dilakukan karena dilhat dari hasil
pemeriksaan abdomen usg sudah terlihat jelas pembesaran appedik disertai
keluarnya cairan cairan disekitar apendik dengan kesan akan terjadinya perposasi
yang kedua menurut teori harus dilakukannya pemeriksaan CT scan (heliks) Hal
ini biasanya dilakukan pada pasian usia lanjut atau dimana penyebab lain masih
mungkin. Karena pasien yang didapatkan dilapangan baru berusia 19 tahun maka
pemeriksaan ini tidak dilakukan dan dilihat dari hasil pemeriksaan usg dan
pemerikasaan laboratorium sudah menunjukan kesan yang merujuk kepada
penyakit apendiksitis.
Selanjutnya data fokus yang kami temukan di lapangan menunjukan pasien akan
dilakukan tindakan appendiktomi menurut teori teori penyakit apendik
penatalaksanaan mediknya adalah sebagaiberikut
Sebelum operasi
a. Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala apendisitis seringkali
belum jelas, dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilaksanakan. Pasien diminta
melakukan tirah baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan bila
dicurigai adanya apendisitis ataupun peritonitis lainnya. Pemeriksaan abdomen
dan rectal serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) diulang secara
periodik, foto abdomen dan toraks tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan

67
adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan
lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.
b. Antibiotik
Apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak perlu diberikan antibiotik, kecuali
apendisitis ganggrenosa atau apendisitis perporasi. Penundaan tindak bedah
sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perporasi.
1. Operasi
a. Apendiktomi
b. Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perporasi bebas, maka
abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika
c. Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV, massanya mungkin
mengecil,atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu
beberapa hari.
2. Pasca operasi
Dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan di
dalam, syok, hipertermia atau pernapasan, angka sonde lambung bila pasien sudah
sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah, baringkan pasien dalam
posisi terlentang. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan,
selama itu pasien dipuasakan, bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada
perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali
normal. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat
tidur selama 2x30 menit. Hari kedua dapat dianjurkan untuk duduk di luar kamar.
Hari ketujuh jahitan dapat diangkat dan pasien diperboleh pulang (Mansjoer,
2003).
Dari teori diatas menunjukan perawatan apendiksitis harus menjalani obserpasi
pemberian antiboti sedangkan dilapangan kami hanya menggakan asuhan
keperawatan pada pasien yang dilakukan apendiktomi hal ini dikarnakan kami
memfokuskan dalam hal intra operatifbukan mengangkat asuhan keperawatan
periopratif jadi kami tidak mengobservasi pasien secara ketat dan kesamaan dari
tori diatas asalah pemberian antibiotik halini sangat penting supanya
meminimalisir terjadinya inpeksi pada saat pembedahan berlangsung

68
dikarnakan apendiksitis yang di derita pasien dilapangan sudah termasuk
golongan appendiksitis aku ditunjang oleh pemeriksaan usg yang menujukan
sudah adanya pembesan yang beresiko perporasi maka dari itu pasien akan
dilakukan apenditomi hal ini sama dengan teori bahwa pasien yang sudah tidak
bisa diobati dengan cara observasi perawatan maka harus dilakukan tindakan
infasif pembedahan dengan tindakan apendik tomi hal ini dilakukan untuk
meminimalisir terjadinya perporasi paenddik,
Analisa data
menurut teori dilihat dari data objektif dan data objektif melipuiti
1) Hipotermi
2) pusing
3) cemas
4) kedua kaki tidak bisa dianggkat (efek anastesi spinal)
5) Kaki terasa baal
6) Nyeri hilang
a. Data objektif
Intra operasi
1) Terlihat menggil kedinginan
2) Suhu ruangan 19-200C
3) bradikardi, takipnea
4) Pucat, gelisah
5) Dilakukan anastesi spinal atau general anastesi
6) Dilakukan pemasangan draping
Semua data subjektif dan data objektip dalam teori kami temuka dilapangan
Analsida data yang muncul dilapangan sebagai berikut
No Data Etiologi Masalah

1 DS : - Prosedur pembedahah Risiko infeksi

DO : Incisi

a. Dilakukan pembedahan
pada Appendicytomy
Paparan lingkungan
b. Tepsang draping

69
dipersempit dengan doek
lubang
Risiko infeksi
c. Terdapat set indtrumen
app 1 yang sudah terbuka
dan sudah kontak dengan
udara kamar operasi
d. Dilakukan asepsis area
insisi dengan alkohol70%
dan betadin
2 DS : Prosedur pembedahan Risiko injury

klien mengatakan bahwa ia


ingin menggerakkan kakinya
Tindakan anestesi
akan tetapi kakinya tidak
terasa apa-apa, seperti
lumpuh
posisi supine, adanya
DO : instrumen kasa jarum
dimejaoperasi dan
a. Tanda vital: TD: 100/80
terpasangnya bantalan
mmHg, Nadi: 98
diatermi, peralatan
X/menit, RR: 22
yang berbau logam
X/menit, T: 35,7 oC.

b. Klien terlihat ingin


menggerakkan kaki dan Risiko injury
tangannya
c. Klien mendapatkan
anestesi spinal
d. Klien berada di atas
meja operasi
e. terdapat instrumen,
benang dan jarum , kasa
di meja operasi

70
f. terpasang batantalan
mesin diatermi
g. Posisi klien supinasi di
kelilingi oleh timbedah
h. Perhisan sudah
dilepaskan
3 DS : Prosedur pembedahan Hipotermi

Klien mengatakan bahwa


tubuhnya terasa sangat dingin
Klien berada di kamar
DO : ok

a. Tanda vital: TD: 100/80


mmHg, Nadi: 98 X/menit,
Dilakukan anastesi
RR: 22 X/menit, T: 35,7
spinal
o
C.

b. Suhu ruangan 20c


efek sampin obat
c. Klien menggigil
anastesi dan paparan
d. Klien mendapatkan Paparan dingin dari
anastesi spinal ruanagn

e. Akral klien dingin

f. Terpasang draping Hipotermi

g. Tangan pasien dipakaikan


selimut

,
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa pada pasien intra operasi apendisitis menurut NANDA (2012-2014)
1. Hipotermi
2. Risiko infeksi

71
3. Resiko kekurangan volume cairan
4. Resiko injury
Sedangkan di lapangan ditemukan 3 diagnosa hal ini bersenjangan dengan
teori diatas karena dilihat dari pengkajian fisik pasien diberikan terapi infus
RL dan D5 1/1 sudah masuk 1000 cc selama perawatan pre operasi
diruangan, turgor kulit baik dapat kembali kurang dari 3 detik, pendarahan
selam operasi 50 cc pasien tidak mengalami muntah selama pembedahan,
pasien tidak mengeluarkan keringat berlebih karena suhu dikamar operasi
dingin intake intra operasi 1000 cc dilihat dari data objektif diatas maka
penulis tidak mengankat resiko kekurangan volume cairan meskipun dilihat
dari jumlah IMT ypasien yang tergolong kurus, oleh sebab itu penulis hanya
mengambil 3 diagnosa yaitu
1. Hipotermi berhubungan dengan paparan diruangan yang dingin dan epfek
obat anastesi ditandai dengan pasien mengatakan kedinginan Suhu ruangan
20c, Klien menggigil, Klien mendapatkan anastesi spinal, Akral klien
dingin,Tanda vital: TD: 100/80 mmHg, Nadi: 98 X/menit, RR: 22 X/menit,
T: 35,7 oC.,Terpasang draping,Tangan pasien dipakaikan selimut Diagnosis
ini penulis angkat karena saat pengkajian didapat data: klien mengatakan
kedinginan padasaat jalannya operasi, masalah nyeri sebagai masalah utama.
2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan tindakan infasip pembedahan
Resiko infeksi adalah keadaan dimana seorang individu beresiko terserang oleh
agen patigenik atau oportunistik (virus, jamun, atau parasit lain) dari sumber-
sumber eksternal, sumber-sumber endogen atau eksogen (Carpenito, 2000, h.
204). Resiko infeksi yaitu suatu kondisi individu yang mengalami peningkatan
resiko terserang organisme patogenik. Faktor resiko meliputi penyakit kronis,
imunosupresi, imunitas yang tidak adekuat, pertahanan tubuh yang tidak adekuat
(kulit terbuka, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis,
perubahan PH pada sekresi, dan peristaltik yang berubah), pertahanan lapis kedua
yang tidak memadai (hemoglobin turun, leukopenia, dan respon inflasi tersupresi),
pengetahuan yang kurang untuk menghindari pajanan patogen, prosedur infasif,
malnurisi, agen farmasi, ruptur membran amniotik, kerusakan jaringan dan
peningkatan pajanan terhadap lingkungan, dan trauma (Wilkinson, 2007, h. 261).

72
Resiko tinggi infeksi yaitu peningkatan resiko untuk terinfeksi oleh organisme
patogen. Faktor resiko meliputi prosedur invasif, tidak cukup pengetahuan dalam
menghindari paparan patogen, trauma, destrusi jaringan dan peningkatan paparan
lingkungan, ruptur membran amnioptik, agen parmasetikal (misal :
imunosupresan), malnutrisi, peningkatan paparan lingkungan terhadap patogen,
pertahanan sekunder tidak adekuat, pertahanan perifer tidak adekuat misal trauma
jaringan, penurunan gerak silia, cairan tubuh statis, dan penyakit kronis (NANDA,
2006, h. 121).
Diagnosa tersebut penulis angkat kaerna pada saat pengkajian didapat data klien
pasien dilakukan tindakan appendiktomi dengan instuern yang sudah terpapas
udara kamar operasi dengan suhu ruangan 21 derajat selsius dengan kelembabab
19 , sudah dilakukan tindakan asepsis , timbedah sudah memaki baju atau jas
operasi dengan menggunakan hanskun steril , tidak timbul pus sehingga bersifat
resiko, artinya harus selalu dilakukan asuhan keperawatan yang sesuai agar tidak
terjadi infeksi mengingat terdapat luka insisi yang bisa menjadi tempat masuknya
kuman atau poth de entre jika tidak dirawat.
3. Resiko injuri berhubungan dengan adanya peralatan operasi area insisi dan
terpasangnya bantalan diatermi ditandai dengan Klien terlihat ingin
menggerakkan kaki dantanganny aKlien mendapatkan anestesi spinal Klien
berada di atas meja operasi terdapat instrumen, benang dan jarum , kasa di meja
operasi terpasang batantalan mesin diatermi Posisi klien supinasi di kelilingi oleh
timbedah, semua perhiasan sudah dilepas.

73
Diagnosa ini penulis angkat karena saat pengkajian didapat data:
a) Klien terlihat ingin menggerakkan kaki dan tangannya
b) Klien mendapatkan anestesi spinal
c) Klien berada di atas meja operasi
d) terdapat instrumen, benang dan jarum , kasa di meja operasi
e) terpasang batantalan mesin diatermi
f) Posisi klien supinasi di kelilingi oleh timbedah
Perencanaan pelaksanaan evaluasi
Menurut teori perencanaan pelaksanaan dan evaluasi sebgai berikut
Hipotermi
Kriteria hasil :Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x2 jam Selama dilakukan
tindakan operasi tidak terjadi penurunan suhu tubuh pada klien pengaturan
temperature: intraoperatif temperatur ruangan nyaman dan tidak terjadi
hipotermi pada klien
Intervensi:
a) pengaturan temperature: intraoperatif
b) Sesuaikan temperature kamar operasi dengan efek terapeutik
c) Lindungi area tubuh pasien yang terpapar
d) Tutup tubuh pasien menggunakan selimut
e) Monitor secara berkelanjutan suhu tubuh pasien
Evaluasi : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x2 jam Selama dilakukan
tindakan operasi tidak terjadi penurunan suhu tubuh pada klien, pengaturan
temperature: intraoperatif, temperatur ruangan nyaman dan tidak terjadi
hipotermi pada klien, suhu tubuh dalam batas normal 35, 0C-36,50C, pasien tidak
kedinginan, muka tidak pucat, akrral tidak dingin
Risiko infeksi
Setelah dilakukan asuhan keperawtan 1x2 jam Selama dilakukan tindakan
operasi tidak terjadi transmisi agent infeksi,Tidak terjadi infeksi,
Meningkatkan penyembuhan luka
Kontrol infeksi :
1) Alat dan bahan yang dipakai tidak terkontaminasi

74
Intervensi:
kontrol infeksi intra operasi
a) gunakan pakaian khusus ruang operasi
b) Gunakan universal precaution
c) Sterilkan ruang operasi
d) Monitor dan pertahankan temperature ruangan antara20c dan 24c
e) Monitor dan pertahankan kelembaban relative antara 40 dan 60%
f) Buka peralatan steril dengan teknik aseptic
g) Assistensi penggunaan gowning dan gloving dari tim operasi
h) Pertahankan prinsip aseptic dan antiseptic
i) Disinfeksi area kulit yang akan dilakukan pembedahan
j) Tutup daerah tidak steril menggunakan duk steril
k) Pertahankan Surgical Asepsis
l) Batasi dan konrol pergerakan
Evaluasi: Setelah dilakukan asuhan keperawtan 1x2 jam Selama dilakukan
tindakan operasi tidak terjadi transmisi agent infeksi,Tidak terjadi infeksi,
Meningkatkan penyembuhan luka, Kontrol infeksi :Alat dan bahan yang
dipakai tidak terkontaminasi,
1. Resiko injury
Kriteria hasil : setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x2 jam Selama
dilakukan tindakan operasi tidak terjadi cedera pada klien Klien berada
dalam posisi yang aman
Intervensi :
surgical precaution :
a) Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.
b) Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik
c) Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat.
d) Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu.
e) Jaga ekstremitas pasien tidak jatuh diluar meja operasi
f) Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.
g) Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di
lengan

75
h) Pastikan tidak ada benang, kasa dan instrumen yang tertinggal
didalam tubuh pasien
i) Pantau dan catat penggunaan instrumen kasa dan jarum selama
pembedahan
Evaluasi : setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x2 jam Selama dilakukan
tindakan operasi tidak terjadi cedera pada klien Klien berada dalam posisi
yang aman, hitung kembali berapa jumlah kasa yang digunakan berapa
instrumen yandigunakan, berapa benagn yang digunakan sebelum luka
operasi ditutup.
4. Intervensi
Untuk diagnosa pertama yaitu Hipotermi berhubungan dengan paparan
diruangan yang dingin dan epfek obat anastesi ditandai dengan pasien
mengatakan kedinginan Suhu ruangan 20c, Klien menggigil, Klien
mendapatkan anastesi spinal, Akral klien dingin,Tanda vital: TD: 100/80
o
mmHg, Nadi: 98 X/menit, RR: 22 X/menit, T: 35,7 C.,Terpasang
draping,Tangan pasien dipakaikan selimut
, penulis menyusun intervensi yaitu awasi tanda ytnada vital pengaturan
temperature: intraoperatif, Sesuaikan temperature kamar operasi dengan efek
terapeutik, Lindungi area tubuh pasien yang terpapar, Tutup tubuh pasien
menggunakan selimut, Monitor secara berkelanjutan suhu tubuh pasien
Untuk diagnosa kedua yaitu resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan
tindakan infasif pembedahan. Sesuai masalah yang ditemukan penulis
menyusun intervensi diantaranya awasi tanda-tanda vital, hal ini dilakukan
untuk memonitor adanya tanda-tanda infeksi atau terjadinya sepsis, abses dan
peritonitis. Lihat insisi balutan dan bersihkan luka, hal ini dilakukan untuk
menurunkan resiko penyebaran bakteri Jika diketahui adanya tanda-tanda
infeksi dapat dilakukan pengobatan lebih dini sehingga dapat mencegah
infeksi lebih lanjut. Pertahankan teknik aseptik saat pembedahan berlangsung
untuk melindungi klien dari kontaminasi selama pembedahan dan dapat
menimbulkan kesempatan introduksi bakteri sehingga dapat menurunkan
resiko tinggi infeksi. Pertahankan balutan tetap kering. Hal ini dikaren akan
jika balutan basah dapat menjadi sumbu retrogad, menyerap kontaminan

76
eksternal yang dapat memperburuk kondisi luka dan menjadikan terjadinya
infeksi. Penulis juga berkolaborasi dengan dokter dalam memberikan
antibiotik cefotaxime sebelum tindakan pembedahan, hal ini dilakukan untuk
menurunkan jumlah organisme, menurunkan penyebaran dan
pertumbuhannya pada rongga abdomen dan untuk mencegah terjadinya
infeksi dan pemberian antibiotik bisa mengurangi perkembangan bakteri atau
mikroorganisme disekitar luka, obat berkaitan dengan membran dinding sel
bakteri dan dapat menyebabkan kematian sel.
Resiko injuri berhubungan dengan adanya peralatan operasi area insisi dan
terpasangnya bantalan diatermi ditandai dengan Klien terlihat ingin
menggerakkan kaki dantangannya Klien mendapatkan anestesi spinal Klien
berada di atas meja operasi terdapat instrumen, benang dan jarum , kasa di meja
operasi terpasang batantalan mesin diatermi Posisi klien supinasi di kelilingi oleh
timbedah, semua perhiasan sudah dilepas
Sesuai masalah yang ditemukan penulis menyusun intervensi yaitu surgical
precaution : Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman. Halini dikarnakan
akan menbah rasa nyaman dan aman selma pembedahan, Amankan pasien diatas
meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik hal ini untuk meningkatkan rasa aman
Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat. Peredaran lancar ke
seluruh ekstremitas dan mencegah terjadinya tarauma pada ekstremitas yang tidak
diharapkan Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu. Agar terhindar
dari injuri fisik setelah operasi Jaga ekstremitas pasien tidak jatuh diluar meja
operasi ,Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.pastikan
semua perhisan pasien dilepas sebelum operasi hal ini dikarnakan agar pasien
terhindar dari tekanan listrik yang dihasilkan dari mesin diatermi Yakinkan bahwa
sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan.
Implementasi
Kemudian berdasarkan intervensi di atas pada diagnosa hipotermi berhubungan
dengan paparan udara ruang operasi dan efek dari obat anastesi spinal
Implementasi yang digunakan pada idagnosa pertama yaitu pengaturan
temperature: intraoperatif menyesuaikan temperature kamar operasi dengan efek
terapeutik R/ suhu ruangan 22c. menutup tubuh pasien dengan menggunakan

77
selimut R/ klien telah dipasangi selimut,memonitor secara berkelanjutan suhu
tubuh pasien tekanan darah TD: 100/80 mmHg, Nadi: 98 X/menit, RR: 22 X/menit,
T: 35,7 oC
Implementasi yang dilakukan untuk diagnosa kedua yaitu Resiko
terjadinya infeksi berhubungan dengan tindakan inpasif pembedahan.
Kemudian penulis melakukan implementasi pada tanggal 27 juli 2017 sebagai
berikut mengobservasi tanda-tanda vital. Kekuatan tindakan ini adalah klien
saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital klien kooperatif dan lingkungan
juga tenang. kontrol infeksi intra operasi:
Membantu TIM Menggunakan universal precaution R/ Petugas telah melakukan
universal precaution Menggunakan pakaian khusus ruang operasi R/ Petugas telah
Menggunakan pakaian khusus ruang operasi Memonitor dan mempertahankan
temperature ruangan R/ 20c dan 24c Memonitor dan mempertahankan
kelembaban relative R/ 40 dan 60% Membuka peralatan steril dengan teknik
aseptic peralatan dalam keadaan masih terbungkus dan bertanda garis 3 yg artinya
telah disterilkan Mengasisteni penggunaan gowning dan gloving dari tim operasi
R/ petugas melakukan gowning dan gloving ,Membantu Menutup daerah tidak
steril menggunakan duk steril R/ telah dilakukan penutupan pada area yang tidak
steril,Memonitor penggunaan instrument, jarum dan kasang yang digunakan R/
menghitung jumlah alat Melihat luka apakah ada rembesan atau diak pada kuka
dan pastikan menggunakan kasa kering pada saat menutup luka,. Kelemahan dari
tindakan ini adalah hal ini tidak dapat dilakukan setiap saat karena seringnya
membuka balutan dapat meningkatkan frekuensi sering terpapar dengan
lingkungan dan terasa nyeri saat di bersihkan. Solusinya untuk tindakan ini
sebaiknya pada saat melakukan perawatan luka lingkungan tidak banyak orang
dan alat yang digunakan harus steril dengan menggunakan prinsip apseptik.
Implementasi yang dilakukan untuk diagnosa ketiga Surgical
precaution Mengatur posisi pasien dalam posisi yang nyaman. R/ posisi
supinasi Mengamankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang
baik R/ alat pengaman telah dipasang Menempatkan arde pada bagian tubuh
yang tebal dan menghindarkan dari cairan R/ arde terpasang dibagian betis
klien Pastikan semua perhisan yang berada ditubuh pasien agar dilepas R/

78
agar tidak terjadi sengatan listrik pada tubuh yang tidak diinginkan, Pastikan
kasa,jarum dan instrumen agar tidak tertinggal, Catat kasa , instrumen dan
jarum yang digunakan sebelum dan sesudah

5. Evalusi
Kemudian berdasarkan implementasi di atas, penulis melakukan evaluasi untuk
diagnosa hipotermi Klien mengatakan bahwa tubuhnya masih terasa dingin
tapi sudah tidak sedingin tadi ,Suhu ruangan 21c,Klien terlihat sudah tidak
menggil kedinginan,Akral klien hangat Tanda vital: Suhu : 36,4c Tekanan
darah : 120/85 mmHg Nadi : 96x/menit Respirasi rate: 20x/menit Spo2 : 100
%, terpasang hitmatras masalah:hipotermi berhubungan dengan paparan
diruangan yang dingin dan efek dari obat anastesi teratasi sebagian untuk
rencana selanjutnya Kaji tanda tanda vital, Sesuaikan temperature kamar
operasi dengan efek terapeutik, Lindungi area tubuh pasien yang terpapar,
Lanjutkan pemantauan terjadinya hipotermi pada klien di recovery room
Intervensi yang dilakukan Tanda tanda vital Suhu : 36,4c Tekanan darah :
120/85 mmHg Nadi : 96x/menit Respirasi rate: 20x/menit Spo2 : 100
%Mengatur temperature kamar operasi dengan efek terapeutik : melakukan
perbincan dengan pasien melinndungi area tubuh pasien yang terpapar
dengan selimut mengatur suhu hitmatras Evaluasi Rasa dingin pasien
berkurang tidak tampak pasien menggigil Terpasang selimut di area tangan
kanan dan tangan kiri Rencana perawatan selanjutnya Lanjutkan pemantauan
terjadinya hipotermi pada klien di recovery room
Kemudian berdasarkan implementasi di atas, penulis melakukan evaluasi untuk
diagnosa. Risiko infeksi dengan adanya faktor risiko prosedur infasif
pembedahan Tanda vital: Suhu : 36c Tekanan darah : 130/85 mmHg Nadi :
97x/menit Respirasi rate: 20x/menit Luka operasi dijahit dengan prinsip
steril, Luka operasi ditutup dengan balutan steril, Semua peralatan steril yang
telah digunakan, lengkap, Luka post operasi kurang lebih 5 cm, Tidak ada
rembesan pada luka mau pun pendarahan maslah yang terjadi Risiko Infeksi
berhubungan dengan tindakan inpasif pembedahan rencana perawatan
selanjutnya ,Kontrol faktor risiko post operatif, Kaji luka dan rembesan ,Kaji

79
luka dan tanda tanda infeksi, Lakukan perawatan luka pot operasi Intervensi
yang dilakukan Mengkaji luka operasi, panjang luka 5cm, rembesan tidak
ada,pendarahan tidak ada Evaluasi Terdapat luka pos op apendik di abdomen
kanan bawah kurang lebih 5 cm , luka terbalut kasa rembesan tidak ada
pendarahan tidak ada. Rencana perawatan selanjutnya, Kontrol faktor risiko
post operatif, Kaji luka dan tanda tanda infeksi, Lakukan perawatan luka post
op
Kemudian berdasarkan implementasi di atas, penulis melakukan evaluasi
untuk diagnosa Resiko injury dengan adanya faktor risiko kelemahan fisik dan
adanya peralatan penunjang operasi, bantalan mesin diatermi Hasil pemeriksaan
subjektif didapatkan data sebagai berikut klien mengatakan lagi bahwa ia belum bisa
menggerakan kakinya akan tetapi kakinya tidak terasa apa-apa, seperti lumpuh,
Ohasil data objektif pemeriksaan Tanda vital: Suhu : 36c, Tekanan darah : 130/85
mmHg, Nadi : 97x/menit, Respirasi rate: 20x/menit, Klien terlihat ingin
menggerakkan kaki dan tangannya, Efek anestesi belum habis, Klien berada di
atas brankar, Kasa solamed 30, benag dan jarum 5, instrumen lengkap ,Terpasang
arde mesin diatermi.

Masalah yang didapat Risiko injuri berhubungan dengan adanya


faktor risiko kelemahan fisik dan peralatan intrumen kasa jarum operasi,
Perencanaan selanjutnya Kontrol faktor risiko injury post operatif, Ciptakan
lingkungan yang aman dan nyaman,Pasang penghalang tempat tidur,
Intervensi yang dilakukanMencek dan memastikan sudah tidak ada instrumen
, kasa , jarum yang tertinggal diatas tubuh pasien, Menjelaskan pada pasien
bahwa efek obat anastesinya masih ada, Memindahkan pasien dari meja
operasi ke bed tempat tidur dengan 4 orang perawat dengan hati-hati,
Memasang penghalang bed Evaluasi ,Kasa solamed lengkap 30, intrumen
lengkap scapel hendle 1, pinset anatomis , pinsetsilurgis 2, gunting jaringan1,
gunting tajam tumpul 1, klem bengkok 3, klem lurus 6, needle holder 2,
koher 2, Pasien masih belum bisa menggerakan ekstremitas bawah dengan
jumlah broma score 3 tak mampu menggerakan pergelangan kaki, Rencana
perawatan selanjutnya Ciptakan suasana yang aman dan nyaman, Pasang
pengaman tempat tidur, Kontrol fator resiko injur

80
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
a. Pengkajian yang dilakukan pada pasien sesuai dengan teori,
b. Diagnosa yang muncul pada pasien sejumlah tiga diagnosa sedangkan
diagnosa yang mungkin dapat muncul pada teori adalah sebanyak empat
diagnosa, diagnosa yang lain tidak muncul karena memang tidak ada
masalah yang muncul pada pasien ditunjukkan dengan tidak adanya data
yang muncul saat pengkajian.
c. Rencana keperawatan yang disusun pada kasus pasien sesuai dengan
teori untuk diagnosa yang ada, terdapat satu diagnosa yang tidak
terdapat pada teori tetapi muncul pada kasus.
d. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien sesuai dengan
rencana yang telah direncanakan berdasarkan perencanaan pada teori.
e. Evaluasi mengacu pada evaluasi tindakan dan evaluasi proses. Evaluasi
proses pada pasien tujuan tercapai sebagian.
f. laporan pembedahan yang dimulai dari persiapan alat pasien dan
jalannya operasi pada pasien dengan apendiksitis akut tindakan
apendiktomy. Dilakukan sesuai dengan teori
g. kesenjangan asuhan keperawatan antara teori kasus nyata dipengaruhi
oleh kondisi fisikis dan fisik pasien yang ada dilapangan sehingga
terdapat kesenjangan antara diagnosa yang muncul di teori dengan
diagnosa yang ditemukan dilapangan

B. Saran
1. Pemberi asuhan
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien pintra operasi
apendiktomi, hendaknya dilakukan pengkajian secara lengkap dan
menyeluruh. Penetapan diagnosa keperawatan harus berdasarkan pada
data dan keluhan yang dikeluhkan pasien. Perencanaan keperawatan

81
dilakukan dengan mempertahankan konsep dan teori yang ada.
Implementasi keperawatan harus sesuai dengan perencanaan dengan
memperhatikan kondisi pasien dan kemampuan keluarga. Dan evaluasi
yang dilakukan harus sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan.
2. Ruangan rawat inap
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga dengan
memberikan penyuluhan tentang perawatan pasien post operasi
apendiktomi di rumah sebelum pasien pulang.
3. Bagi keluarga
Diharapkan keluarga dapat berperan aktip dalam peroses perawatan dan
koopratif serta dapat berperan untuk menjaga dan memberikan makanan
yang sehat
4. Rumahsakit
Hendaknya memberikan kebijakan dalam penjadwalan operasi elektif
maupun cyto agar pasien dapat mendapatkan pelayanan maupun tindakan
pembedahan sesuai dengan penjadwalan.

82

Вам также может понравиться

  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Документ3 страницы
    Kata Pengantar
    Refi Ikhsan Gumelar
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar New
    Kata Pengantar New
    Документ3 страницы
    Kata Pengantar New
    Refi Ikhsan Gumelar
    Оценок пока нет
  • Makalah Kasus Askep Katarak
    Makalah Kasus Askep Katarak
    Документ28 страниц
    Makalah Kasus Askep Katarak
    Aji Sayogo
    Оценок пока нет
  • Surat - Lamaran Repi
    Surat - Lamaran Repi
    Документ1 страница
    Surat - Lamaran Repi
    Refi Ikhsan Gumelar
    Оценок пока нет
  • Askep App
    Askep App
    Документ29 страниц
    Askep App
    Refi Ikhsan Gumelar
    Оценок пока нет
  • 2-Format Surat Pernyataan Masa Bakti PDF
    2-Format Surat Pernyataan Masa Bakti PDF
    Документ1 страница
    2-Format Surat Pernyataan Masa Bakti PDF
    Refi Ikhsan Gumelar
    Оценок пока нет
  • Surat pernyataanCPNS SLTA
    Surat pernyataanCPNS SLTA
    Документ1 страница
    Surat pernyataanCPNS SLTA
    lalu_ellsyam
    Оценок пока нет
  • COVER
    COVER
    Документ1 страница
    COVER
    Refi Ikhsan Gumelar
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar New
    Kata Pengantar New
    Документ3 страницы
    Kata Pengantar New
    Refi Ikhsan Gumelar
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Документ3 страницы
    Kata Pengantar
    Refi Ikhsan Gumelar
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar New
    Kata Pengantar New
    Документ3 страницы
    Kata Pengantar New
    Refi Ikhsan Gumelar
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar New
    Kata Pengantar New
    Документ3 страницы
    Kata Pengantar New
    Refi Ikhsan Gumelar
    Оценок пока нет
  • Bab 3 App New
    Bab 3 App New
    Документ29 страниц
    Bab 3 App New
    Refi Ikhsan Gumelar
    Оценок пока нет
  • Bab 1 Bab 2 New
    Bab 1 Bab 2 New
    Документ30 страниц
    Bab 1 Bab 2 New
    Refi Ikhsan Gumelar
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ1 страница
    Cover
    Refi Ikhsan Gumelar
    Оценок пока нет
  • BAB IV 5 New
    BAB IV 5 New
    Документ23 страницы
    BAB IV 5 New
    Refi Ikhsan Gumelar
    Оценок пока нет
  • Carpon Bahasa Sunda
    Carpon Bahasa Sunda
    Документ18 страниц
    Carpon Bahasa Sunda
    Refi Ikhsan Gumelar
    Оценок пока нет
  • Carpon Bahasa Sunda
    Carpon Bahasa Sunda
    Документ18 страниц
    Carpon Bahasa Sunda
    Refi Ikhsan Gumelar
    Оценок пока нет