Вы находитесь на странице: 1из 18

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA ANAK MY DENGAN

TINDAKAN TONSILEKTOMI DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH


SAKIT UMUM PROVINSI NTB

OLEH :
AHMAD JULIO
012 STYJ 16

\YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG PROFESI NERS
MATARAM
2017
2.1 Landasan Teoritis Keperawatan Perioperatif
2.1.1 Defenisi
Keperawatan Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan
pasien. Kata perioperatif adalah gabungan dari tiga fase pengalaman pembedahan
yaitu : pre operatif, intra operatif dan post operatif.

2.1.2 Etiologi
Pembedahan dilakukan untuk berbagai alasan (Buku ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner dan Suddarth ) seperti :
a. Diagnostik, seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi
b. Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat apendiks yang
inflamasi
c. Reparatif, seperti memperbaiki luka yang multipek
d. Rekonstruktif atau Kosmetik, seperti perbaikan wajah
e. Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah,
contoh ketika selang gastrostomi dipasang untuk mengkompensasi terhadap
kemampuan untuk menelan makanan

2.1.3 Tahap dalam Keperawatan Perioperatif


a. Fase Pre operatif
Fase pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang
dimulai ketika pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika
pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan.
Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup
penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun rumah, wawancara pre
operatif dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang diberikan pada saat pembedahan.
Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan
psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien).
1) Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak
stabil. Hal ini dapat disebabkan karena takut akan perasaan sakit, narcosa atau
hasilnya dan keeadaan sosial ekonomi dari keluarga. Maka hal ini dapat diatasi
dengan memberikan penyuluhan untuk mengurangi kecemasan pasien. Meliputi
penjelasan tentang peristiwa operasi, pemeriksaan sebelum operasi (alasan
persiapan), alat khusus yang diperlukan, pengiriman ke ruang bedah, ruang
pemulihan, kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah operasi, bernafas dalam
dan latihan batuk, latihan kaki, mobilitas dan membantu kenyamanan.
2) Persiapan Fisiologi, meliputi :
1. Diet (puasa) pada operasi dengan anaesthesi umum, 8 jam menjelang operasi
pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum operasi pasien tidak
diperbolehkan minum. Pada operasai dengan anaesthesi lokal /spinal anaesthesi
makanan ringan diperbolehkan. Tujuannya supaya tidak aspirasi pada saat
pembedahan, mengotori meja operasi dan mengganggu jalannya operasi.
2. Persiapan Perut Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada
bedah saluran pencernaan atau pelvis daerah periferal. Tujuannya mencegah
cidera kolon, mencegah konstipasi dan mencegah infeksi.
3. Persiapan Kulit Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambuy
4. Hasil Pemeriksaan hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lain-
lain.
5. Persetujuan Operasi / Informed Consent Izin tertulis dari pasien / keluarga
harus tersedia.

b. Fase Intra operatif


Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindahkan ke instalasi bedah
dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.
Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup pemasangan IV cath,
pemberian medikasi intaravena, melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh
sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Contoh :
memberikan dukungan psikologis selama induksi anestesi, bertindak sebagai perawat
scrub, atau membantu mengatur posisi pasien di atas meja operasi dengan
menggunakan prinsip - prinsip dasar kesimetrisan tubuh.
Prinsip tindakan keperawatan selama pelaksanaan operasi yaitu pengaturan posisi
karena posisi yang diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan
keadaan psikologis pasien.

Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah :
1. Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
2. Umur dan ukuran tubuh pasien.
3. Tipe anaesthesia yang digunakan.
4. Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).
Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien : Atur posisi pasien dalam posisi
yang nyaman dan sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah
dan kakinya ditutup dengan duk.
Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian.
Berdasarkan kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :
1. Anggota steril, terdiri dari : ahli bedah utama / operator, asisten ahli bedah, Scrub
Nurse / Perawat Instrumen.
2. Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari : ahli atau pelaksana anaesthesi, perawat
sirkulasi dan anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang
rumit).

c. Fase Post operatif


Fase Post operatif merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre operatif dan intra
operatif yang dimulai ketika klien diterima di ruang pemulihan (recovery room)/ pasca
anaestesi dan berakhir sampai evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah.
Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup rentang aktivitas yang luas
selama periode ini. Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen anestesi dan
memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian
berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan,
perawatan tindak lanjut dan rujukan yang penting untuk penyembuhan dan rehabilitasi
serta pemulangan ke rumah.
Fase post operatif meliputi beberapa tahapan, diantaranya adalah :
1. Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi
(recovery room).
2. Pemindahan ini memerlukan pertimbangan khusus diantaranya adalah letak
insisi bedah, perubahan vaskuler dan pemajanan. Pasien diposisikan sehingga ia
tidak berbaring pada posisi yang menyumbat drain dan selang drainase. Selama
perjalanan transportasi dari kamar operasi ke ruang pemulihan pasien
diselimuti, jaga keamanan dan kenyamanan pasien dengan diberikan pengikatan
diatas lutut dan siku serta side rail harus dipasang untuk mencegah terjadi resiko
injury. Proses transportasi ini merupakan tanggung jawab perawat sirkuler dan
perawat anastesi dengan koordinasi dari dokter anastesi yang bertanggung
jawab.
Perawatan post anastesi di ruang pemulihan atau unit perawatan pasca anastesi.
Setelah selesai tindakan pembedahan, pasien harus dirawat sementara di ruang
pulih sadar (recovery room : RR) atau unit perawatan pasca anastesi (PACU:
post anasthesia care unit) sampai kondisi pasien stabil, tidak mengalami
komplikasi operasi dan memenuhi syarat untuk dipindahkan ke ruang
perawatan (bangsal perawatan).
PACU atau RR biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi. Hal ini
disebabkan untuk mempermudah akses bagi pasien untuk :
1) perawat yang disiapkan dalam merawat pasca operatif (perawat anastesi)
2) ahli anastesi dan ahli bedah.
3) alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya.

d. Klasifikasi Perawatan Perioperatif


Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan pembedahan
dapat diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, yaitu :
1. Kedaruratan/Emergency Pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan
mungkin mengancam jiwa. Indikasi dilakukan pembedahan tanpa di tunda. Contoh
: perdarahan hebat, obstruksi kandung kemih atau usus, fraktur tulang tengkorak,
luka tembak atau tusuk, luka bakar sanagat luas.
2. Urgen Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat dilakukan
dalam 24-30 jam. Contoh : infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau batu pada
uretra.
3. Diperlukan Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat
direncanakan dalam beberapa minggu atau bulan. Contoh : Hiperplasia prostat
tanpa obstruksi kandung kemih. Gangguan tyroid, katarak.
4. Elektif Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan, bila tidak
dilakukan pembedahan maka tidak terlalu membahayakan. Contoh : perbaikan Scar,
hernia sederhana, perbaikan vaginal.
5. Pilihan Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya pada
pasien. Indikasi pembedahan merupakan pilihan pribadi dan biasanya terkait
dengan estetika. Contoh : bedah kosmetik.

Sedangkan menurut faktor resikonya, tindakan pembedahan di bagi menjadi :


1. Minor Menimbulkan trauma fisik yang minimal dengan resiko kerusakan
yang minim. Contoh : incisi dan drainage kandung kemih, sirkumsisi
2. Mayor Menimbulkan trauma fisik yang luas, resiko kematian sangat serius.
Contoh : Total abdominal histerektomi, reseksi colon, dan lain-lain.

3 Komplikasi Post Operatif dan Penatalaksanaanya


a. Syok
Syok yang terjadi pada pasien bedah biasanya berupa syok hipovolemik. Tanda-
tanda syok adalah : Pucat , Kulit dingin, basah, Pernafasan cepat, Sianosis pada bibir,
gusi dan lidah, Nadi cepat, lemah dan bergetar , Penurunan tekanan darah, Urine
pekat.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah kolaborasi dengan dokter
terkait dengan pengobatan yang dilakukan seperti terapi obat, terapi pernafasan,
memberikan dukungan psikologis, pembatasan penggunaan energi, memantau reaksi
pasien terhadap pengobatan, dan peningkatan periode istirahat.
b. Perdarahan
Penatalaksanaannya pasien diberikan posisi terlentang dengan posisi tungkai kaki
membentuk sudut 20 derajat dari tempat tidur sementara lutut harus dijag tetap lurus.
Kaji penyebab perdarahan, Luka bedah harus selalu diinspeksi terhadap perdarahan.
c. Trombosis vena profunda
Trombosis vena profunda adalah trombosis yang terjadi pada pembuluh darah vena
bagian dalam. Komplikasi serius yang bisa ditimbulkan adalah embolisme pulmonari
dan sindrom pasca flebitis.
d. Retensi urin
Retensi urine paling sering terjadi pada kasus-kasus pembedahan rektum, anus dan
vagina. Penyebabnya adalah adanya spasme spinkter kandung kemih. Intervensi
keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemasangan kateter untuk membatu
mengeluarkan urine dari kandung kemih.
e. Infeksi luka operasi (dehisiensi, evicerasi, fistula, nekrose, abses)
Infeksi luka post operasi dapat terjadi karena adanya kontaminasi luka operasi pada
saat operasi maupun pada saat perawatan di ruang perawatan. Pencegahan infeksi
penting dilakukan dengan pemberian antibiotik sesuai indikasi dan juga perawatan
luka dengan prinsip steril.
f. Sepsis
Sepsis merupakan komplikasi serius akibat infeksi dimana kuman berkembang
biak. Sepsis dapat menyebabkan kematian karena dapat menyebabkan kegagalan multi
organ.
g. Embolisme Pulmonal
Embolsime dapat terjadi karena benda asing (bekuan darah, udara dan lemak) yang
terlepas dari tempat asalnya terbawa di sepanjang aliran darah. Embolus ini bisa
menyumbat arteri pulmonal yang akan mengakibatkan pasien merasa nyeri seperti
ditusuk-tusuk dan sesak nafas, cemas dan sianosis. Intervensi keperawatan seperti
ambulatori pasca operatif dini dapat mengurangi resiko embolus pulmonal.
h. Komplikasi Gastrointestinal
Komplikasi pada gastrointestinal sering terjadi pada pasien yang mengalami
pembedahan abdomen dan pelvis. Komplikasinya meliputi obstruksi intestinal, nyeri
dan distensi abdomen.
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
2.2.1 PRABEDAH
A. Pengkajian Keperawatan
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah adalah pengetahuan tentang
persiapan pembedahan dan pengalaman masa lalu, kesiapan psikologis, pengobatan yang
mempengaruhi kerja obat dan anestesi, seperti anti biotika yang berpontensi dalam istirahat
otot, antikoagulan yang dapat meningkatkan perdarahan, antihipertensi yang mempengaruhi
anestesi yang dapat menyebabkan hipotensi, diuretika yang berpengaruh pada ketidak
seimbanganpotasium, dan lain-lain. Selain itu terdapat juga pengkajian terhadap riwayat
alergi obat atau lainnya, status nutrisi, ada atau tidaknya alat protesa seperti gigi palsu dan
sebagainya.
Pemeriksaan lainnya yang dianjurkan sebelum pelaksanaan bedah adalah radiografi
thoraks, kapasitas vital, fungsi paru, dan analisis gas darah pada pemautan sistem respirasi,
kemudian pemeriksaan elektroradiogram, darah, leukosit, eritrosit, hematokrit, elektrolit,
pemeriksaan air kencing, albumin, blood urea nitrogen (BUN), kreatin, dan lain-lain untuk
menentukan gangguan sistem renal dan pemeriksaan kadar gula darah atau lainnya untuk
mendeteksi gangguan metabolisme.

B. Diagnosa Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis keperaqwatan prabedah adalah :
1. Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian.
2. Takut berhubungan dengan dampak dari tindakan pembedahan atau anestesi.
3. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau menurunnya
nutrisi.
4. Resiko terjadinya cedera berhubungan dengan defisit pengindraan.

C. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
1. Memperlihatkan tanda-tanda tidak ada kecemasan.
2. Memperhatikan tanda-tanda tidak ada ketakutan.
3. Resiko infeksi dan cedera tidak terjadi.
Rencana Tindakan :
1. Untuk mengatasi adanya rasa cemas dan takut, dapat dilakukan persiapan psikologis pada
pasien melalui pendidikan kesehatanm penjelasan tentang peristiwa yang mungkin akan
terjadi, dan seterusnya.
2. Untuk mengatasi masalah risiko infeksi atau edera lainnya dapat dilakukan dengan
persiapan prabedah seperti diet, persiapan perut, kulit, persiapan bernafas dan latihan
batuk, persiapan latihan kaki, latihan mobilitas, dan latihan lain-lain.

D. Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan


1. Pemberian Pendidikan Kesehatan Prabedah
Pemberian pendidikan kesehatan yang perlu dijelaskan adalah berbagai informasi
mengenai tindakan pembedahan, diantaranya jenis pemeriksaan yang dilakukan sebelum
bedah, alat-alat khusus yang diperlukan, pengiriman kekamar bedah, ruang pemulihan,
dan kemungkinan pengonatan setelah operasi.
2. Persiapan Diet
Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan khudalam hal pengaturan diet.
Pasien boleh menerima makanan biasa sehari sebelum bedah, tetapi 8 jam sebelum bedah
tidak diperbolehkan makan, sedangkan cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum bedah,
sebab makanan atau cairan dalam lambung dapat menyebabkan terjadinya aspirasi.
3. Persiapan Kulit
Persiapan ini dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan dibedah dari
mikroorganisme dengan cara menyiram kulit menggunakan sabun heksaklorofin
(hexacholophene) atau sejenisnya sesuai dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit
terdapat rambut, maka harus dicukur.
4. Latihan Bernafas dan Latihan Batuk
Cara latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pengembangan paru
sedangkan batuk dapat menjadi kontraindikasi pada bedah intrakranial, mata, telinga,
hidung, dan tenggorokan karena dapat meningkatkan tekanan, merusak jaringan, dan
melepaskan jahitan. Pernafasan yang dianjurkan adalah pernafasan diagfragma, dengan
cara seperti dibawah ini :
a. Atur posisi tidur semi fowler, lutut dilipat untuk thorak.
b. Tempatkan tangan di atas perut.
c. Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada mengembang.
d. Tahan napas selama 3 detik.
e. Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.
f. Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga 3 kali, setelah
napas terakhir, batukkan untuk mengeluarkan lendir.
g. Istirahat.
5. Latihan Kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dan latihan dampak tromboplebitis.
Latihan kaki yang dianjurkan antara lain latihan memompa otot , latihan quadrisep, dan
latihan mengencangkan glutea. Latihan otot dapat dilakukan dengan mengontraksikan
otot betis dan paha, kemudian istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga 10 kali. Latihan
quadrisep dapat dilakukan dengan cara membengkokkan lutut kaki rata pada tempat tidur,
kemudian luruskan kaki pada tempat tidur, dan ulangi hingga 5 kali. Latihan
mengencangkan glutea dapat dilakukan dengan cara menekan otot pantat, kemudian coba
gerakan kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat dan ualangi sebanyak 5 kali.
6. Latihan Mobilitas
Latihan mobilitas dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi, mencegah
dekubitus, merangsang peristaltik serta mengurangi adanya nyeri. Untuk melakukan
latihan mobilitas, pasien harus mampu menggunakan alat ditempat tidur, seperti
menggunakan penghalang agar bisa memutar badan, melatih duduk di sisi tempat tidur
atau dengan cara menggeser pasien ke sisi tempat tiduratau dengan cara menggeser
pasien ke sisi tempat tidur, melatih duduk diawali tidur fowler, kemudian duduk tegak
dengan kaki menggantung di sisi tempat tidur.
7. Pencegah Cedera
Untuk mengatasi risiko terjadi cedera, tindakan yang perlu dilakukan sebelum
pelaksanaan bedah adalah :
a. Cek identitas pasien
b. Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu, misalnya cincin, gelang dan
lain-lain.
c. Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi
d. Lepaskan lensa kontak
e. Lepaskan protesa
f. Alat bantu pendengaran dapat digunakan jika pasien tidak dapat mendengar
g. Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kencing
h. Gunakan kaos kaki antiemboli bila pasien berisiko mengalami tromboplebitis

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah prabedah secara umum dapat dinilai dari adanya kemampuan
dalam memahami masalah atau kemungkinan yang terjadi pada intrah dan pasca bedah.
Tidak ada kecemasan, ketakutan, serta, tidak ditemukannya risiko komplikasi pad infeksi
atau cedera lainnya.

2.2.2 INTRABEDAH
A. Pengkajian Keperawatan
Salah satu hal yang perlu dikaji dalam intrabedah adalah pengaturan posisi pasien.
Berbagai masalah yang terjadi selama pembedahan mencakup aspek pemantauan fisiologis,
perubahan tanda vital, sistem, kardiovaskuler, keseimbangan cairan, dan pernapasan selain
itu, lakukan pengkajian terhadap tim dan istrumen pembedahan serta anestesi yang
diberikan.

B. Diagnosa Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosa keperawatan intrabedah adalah: resiko
terjadinya cedera berhubungan dengan prosedur pembedahan.

C. Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
Mencegah terjadinya cedera atau risiko lainnya sebagai dampak dari tindakan pembedahan.
Rencana Tindakan:
1. Gunakan semua alat atau instrumen untuk tidakan pembedahan seperti pemakaian baju
bedah, tutup kepala, masker, penutup sepatu , celemek, dan sarung tangan, serta
pencucian tangan.
2. Lakukan persiapan pelaksanaan anestesisebelum tindakan pembedahan.
3. Lakukan pemantauan selama masa tindakan pembedahan.

D. Pelaksaan (Tindakan) Keperawatan Bedah


1. Pengunaan Baju Seragam Bedah
Penggunaan seragam bedah desain secara khusus dengan harapan dapat mencegah
kontaminasi dari luar, berprinsip bahwa semua baju dari luar harus diganti dengan baju
bedah yang steril,atau baju harus dimasukkan ke dalam celana, atau harus di tutupi
pinggang untuk mengurangi menyebarnya bakteri, dan gunakan penutup kepala, masker,
sarung tangan serta celemek steril.
2. Mencuci tangan Sebelum Pembedahan
Lihat bagian mencuci tangan steril
3. Menerima Pasien di Daerah Bedah
Sebelum memasuki wilayah bedah , pasien harus melakukan pemeriksaan ulang
diruang penerimaan untuk mengecek kembali nama, bedah yang akan dilakukan, nomer
status registrasi pasien, berbagai hasil laboratorium dan x-ray, persiapan darah setelah
dilakukan pemeriksaan silang dan golongan darah, alat protesa, dan lain-lain.
4. Pengiriman dan Pengaturan Posisi ke kamar Bedah
Posisi yang dianjurkan pada umumnya adalah telentang, telungkup, trendelenburg,
lithotomi, lateral, dan lain-lain.
5. Pembersihan dan Persiapan kulit
Pelaksanaan ini bertujuan untuk membuatdaerah yang akan dibedah bebas dari kotoran
dan lemak kulit serta mengurangi adanya mikroba. Bahan yang digunakan dalam
pembersihan kulit ini harus memiliki spektrum khasiat, memiliki kecepatan khasiat, atau
memiliki potensi yang baik serta tidak menurun bila adanya terdapat kadar alkohol, sabun
detergen, atau bahan organik lainnya.
6. Penutupan Daerah Steril
Penutupan daerah steril dilakukan dengan menggunakan doek steril agar daerah
seputar bedah tetap steril dan mencegah berpindahnya mikroorganisme antara daerah
yang steril dan tidak.

7. Pelaksanaan Anestesi
Pelaksanaan anestesi dapat dilakukan dengan berbagai macam, antara lain anestesi
umum, inhalasi atau intravena, anestesi regional dengan cara memblok saraf, dan anestesi
lokal.
8. Pelaksanaan Pembedahan
Setelah dilakukan anestesi, tim bedah akan melaksanakan pembedahan sesuai dengan
ketentuan pembedahan.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah intrabedah secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan, seperti normalnya perubahan tanda
vital, kardiovaskular, pernapasan, ginjal, dan lain-lain.
2.2.3 PASCA BEDAH
A. Pengkajian Keperawatan
Beberapa hal yang perlu dikaji setelah tindakan pembedahan (pascabedah) di antaranya
adalah status kesadaran, kualitas jalan napas, sirkulasi, dan perubahan tanda vital yang lain,
keseimbangan elektrolit, kardiovaskular, lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya, serta
alat yang digunakan dalam pembedahan.

B. Diagnosis Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis keperawatan pascabedah adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat luka pembedahan.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi sebagai dampak
anestesi.
3. Risiko terjadi retensio urine berhubungan dengan dampak anestesi.
4. Perubahan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan penurunan
nafsu makan.
5. Konstipasi berhubungan dengan dampak anestesi.
6. Risiko cedera berhubungan dengan adanya kelemahan.
7. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketahanan yang menurun.
8. Cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan.

C. Perencanaan dan Pelaksanaan Keperawatan


Tujuan :
1. Meningkatkan proses penyembuhan luka.
2. Mempertahankan respirasi yang sempurna.
3. Mempertahankan sirkulasi.
4. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Mempertahankan eliminasi.
6. Mempertahankan aktivitas.
7. Mengurangi kecemasan.
Rencana Tindakan :
1. Meningkatkan proses penyembuhan luka untuk mengurangi rasa nyeri yang dapat
dilakukan dengan cara merawat luka dan memperbaiki asupan makanan yang tinggi
protein dan vitamin C. Protein dan vitamin C dapat membantu pembentukan kolagen, dan
mempertahankan integritas dinding kapiler.
2. Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan cara latihan napas, yakni tarik napas
yang dalam dengan mulut terbuka, tahan selama 3 detik, kemudian hembuskan. Atau,
dapat pula dilakukan dengan cara menarik napas melalui hidung dengan menggunakan
diafragma, kemudian keluarkan napas perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
3. Mempertahankan sirkulasi, dengan cara menggunakan stocking pada pasien yang berisiko
tromboplebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus meninggikan
kaki pada tempat duduk guna memperlancar vena balik.
4. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan cara memberikan cairan
sesuai dengan kebutuhan pasien dan monitor asupan dan output serta mempertahankan
nutrisi yang cukup.
5. Mempertahankan eliminasi dengan cara mempertahankan asupan dan output serta
mencegah terjadinya retensi urine.
6. Mempertahankan aktivitas dengan cara latihan memperkuat otot sebelum ambulatori.
7. Mengurangi kecemasan dengan cara melakukan komunikasi secara terapeutik.

D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah pascabedah secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam mempertahankan status kesehatan, seperti adanya peningkatan proses
penyembuhan luka, sistem respirasi yang sempurna, sistem sirkulasi, keseimbangan cairan
dan elektrolit, sistem eliminasi, aktivitas, serta tidak ditemukan tanda kecemasan lanjutan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keperawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah operasi
berlangsung, yang mana tugas seorang perawat yaitu memberikan kenyamanan terhadap
pasien supaya saat dilaksanakannya operasi hingga paska operasi sampai pemulihan pasien,
hingga pasien sembuh, pasien merasa nyaman dan tercukupi kebutuhan kebutuhannya.
Dalam fase penyembuhan apabila pasien sudah diperbolehkan pulang tugas perawat yaitu
memberikan penyuluhan tindakan perawatan diri pasien, terhadap keluarga dan pasien itu
sendiri, supaya terjaga kesehatan pasien dan terawat dengan baik, sehingga pasien sehat
seperti sediakala.
3.2 Saran
Hendaknya mahasiswa dapat benar benar memahami dan mewujud nyatakan peran
perawat yang prefesional, serta dapat melaksanakan tugas tugas dengan penuh tanggung
jawab, dan selalu mengembangkan ilmu keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A.Aziz.2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan Buku 2. Salemba Medika. Jakarta
Alimul Hidayat, A.Aziz.2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi
Konsep dan Proses Keperawatan Buku 1. Salemba Medika. Jakarta
http://okditiar.wordpress.com/2010/07/02/asuhan-keperawatan-post-operatif/
http://elbeyekbs.blogspot.com/2012/03/instrumen-dasarbasic-instrumen.html
http://bedahminor.com/index.php/main/show_page/216

Вам также может понравиться