Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1. DEFENISI
a. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung ( Kapita Selecta Kedokteran, Edisi
b. Gastritis adalah segala radang mukosa lambung ( Buku Ajar Ilmu Bedah ,Edisi Revisi
hal 749)
c. Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang
dapat bersifat akut, kronis, difus atau local (Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422)
d. Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung
dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang
e. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Mansjoer Arif, 1999, hal : 492)
f. Gastritis adalah inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa gaster
g. Gastritis adalah peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan
2. KLASIFIKASI
gastritis itu adalah Suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan erosi. Erosif karena perlukaan hanya pada bagian mukosa. bentuk berat dari
gastritis ini adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik. Perdarahan mukosa lambung
dalam berbagai derajad dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa
a. Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut erosif.
Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih
b. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
menahun (Soeparman, 1999, hal : 101). Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian
permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus
lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori (Brunner dan suddart)
a. Gambaran hispatology
3) Atrofi lambung
4) Metaplasia intestinal
b. Distribusi anatomi
autoimun dan berlanjut menjadi anemia pernisiosa karena terjadi gangguan absorpsi
vitamin B12 dimana gangguan absorpsi tersebut disebabkan oleh kerusakan sel
2) Gastritis kronik antrum (gastritis tipe B) Paling sering dijumpai dan berhubungan
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :
a. Gastritis Akut
Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis. Gastritis
juga dapat disebabkan oleh obat-obatan terutama aspirin dan obat anti inflamasi non
steroid (AINS), juga dapat disebabkan oleh gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung
seperti trauma, luka bakar dan sepsis (Mansjoer, Arif, 1999, hal : 492).
b. Gastritis Kronik
merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan
merokok.
c. Penyebab lain
1) Diet yang sombrono , makan terlau banyak, dan makan yang terlalu cepat dan
mendorong gerakan antara makanan dan dinding lambung menjadi tambah kuat.
pula menyebabkan tukak lambung akut. Infeksi bakteri Gastritis akibat infeksi
bakteri dari luar tubuh jarang terjadi sebab bakteri tersebut akan terbunuh oleh
asam lambung. Kuman penyakit atau infeksi bakteri penyebab gastritis, umumnya
berasal dari dalam tubuh penderita bersangkutan. Keadaan ini sebagai wujud
4. PATOFISIOLOGI
a. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-
obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang
mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang
akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang
berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat
kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang
diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang
memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa
menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan
mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa
eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada
sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan.
Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti
sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam
setelah perdarahan.
b. Gastritis Kronis
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi iritasi
mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna
akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief.
Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik
lainnya akan menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata,
Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.
sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan muncullah respon
radang kronis pada gaster yaitu : destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah
salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel
mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel
karena sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya
menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada
mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan. (Price, Sylvia
5. MANIFESTASI KLINIS
a. Gastritis akut erosive sangat bervariasi , mulai dari yang sangat ringan asimtomatik
sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat,
1) Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi
keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat
5) Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar pada
tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda tanda anemia defisiensi dengan etiologi
6) Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang
b. Gastritis kronis
4) Cepat kenyang
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
penyakit gastritis.com):
a. Gastritis akut
1) Instruksikan pasien untuk menghindari alkohol.
2) Bila pasien mampu makan melalui mulut diet mengandung gizi dianjurkan.
gastromfestinal
6) Untuk menetralisir alkali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
perforasi.
b. Gastritis kronis
1) Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak diberikan
2) Mengurangi stress
bismuth (pepto-bismol).
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
gambaran mukosa sembab, merah, mudah berdarah atau terdapat perdarahan spontan,
b. Histopatologi.
c. Radiologi dengan kontras ganda, meskipun kadang dilakukan tapi tidak begitu
f. Analisa gaster = dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji aktivitas
sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam hidroklorik dan pembentukan asam
nokturnal penyebab ulkus duodenal. Penurunan atau jumlah normal diduga ulkus
g. Angiografi = vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat disimpulkan atau
perdarahan.
h. Amilase serum = meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga gastritis
8. KOMPLIKASI
a. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna bagian
atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock hemoragik,
b. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12,
c. Perdarahan saluran cerna bagian atas dan Ulkus peptikum, perforasi dan anemia
A. Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat : kelemahan, takikardi, takipnea/ hiperventilasi
2. Sirkulasi : hipotensi, takikadi, warna kulit pucat/ sianosis
3. Integritas ego : faktor stres, gelisah, suara gemetar
4. Eliminasi : keluaran urin menurun, pekat, konstipasi dapat terjadi
5. Makanan / cairan : anorexia, mual, muntah, sendawa bau asam, penurunan berat
badan
6. Neurosensori : sakit kepala, kelemahan, pingsan
7. Keamanan : menunjukan peningkatan suhu, hipertensi portal
8. Riwayat kesehatan klien
a. Kesehatan masa lalu
Menanyakan kepada klien tentang riwayat penyakit/ kesehatan masa lalu yang
pernah di derita klien
b. Kesehatan sekarang
1) Keluhan utama/ alasan masuk rumah sakit
Menanyakan kepada klien alasan utama mengapa klien masuk rumah
sakit dan apa keluahan utamanya
2) Keluhan saat didata
Perawat melakukan pengkajian tentang keluhan yang dirasakan klien.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Perawat melakukan pengkajian kepada keluarga mengenai penyakit yang
pernah diderita keluarga pada masa lalu maupun sekarang apakah penyakit
keturunan atau menular
9. Data Biologis
a. Pola nutrisi
Perawat mengkaji pola nutrisi klien sebelum sakit maupun saat sakit baik itu
berapa kali sehari makan, porsi, jenis makanan
b. Pola minum
Perawat mengkaji pola minum klien sebelum sakit dan saat sakit baik itu
berapa liter klien minum dalam sehari, jenis minumn yang dikonsumsi klien
c. Pola kebersihan
Perawat mengkaji pola kebersihan klien sebelum sakit dan saat sakit yang
meliputi berapa kali sehari klien mandi, berapa kali sehari klien mengosok gigi,
menggunakan sabun apa tidak.
d. Pola aktivitas
Perawat mengkaji pola aktivitas klien sebelum sakit dan saat sakit yang
meliputi apakah klien pernah melakukan aktivitas seperti olahraga dll, saat sakit
apakah klien masih bisa melakukan aktivitas seperti biasanya dan dalam
melakukan aktivitas dilakukan mandiri atau dibantu.
e. Pola eliminasi
Perawat mengkaji pola eliminasi klien sebelum sakit atau saat sakit meliputi
BAB dan BAK sebelum sakit berapa kali sehari klien BAB dan BAK, bentuk
BAB dan BAK, warnanya, tekstur, bau., berapa banyak BAB, dan berapa liter
klien BAK dalam sehari.
10. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan klien lemah
b. Kesadaran
Composmetis
c. Tanda tanda vital
Tekanan darah meningkat, respiratori rate meningkat, nadi dalam batas
normal, suhu dalam batas normal
d. Abdomen
Perawat melakukan inspeksi dilihat apakah ada tanda-tanda keabnormalan
pada abdomen klien, lakukan auskultasi dengarkan bunyi bising usus normal atau
tidak, lakukan perkusi dengarkan bunyi untuk mendengar apakah ada
keabnormalan seperti bunyi kembung, palpasi rasakan apakah klien merasakan
nyeri tekan daerah abdomen, pada kuadran 1,2,3 dan 4, dan rasakan apakah teraba
massa.
11. Data Psikologis
a. Status emosi
Mengakji status emosi klien saat klien sakit apakah klien sering marah-
marah, lihat apakah klien gelisah.
b. Konsep diri
Tanyakan pada klien bagaimana perasaan klien tentang penyakit yang
dideritanya
c. Gaya komunikasi
Dilihat bagaimana cara klien berkomunikasi, menggunakan bahasa daerah
atau bahasa indonesia, dengar apakah klien berkomunikasi dengan jelas atau
tidak.
d. Pola interaksi
Kaji bagaimana klien berinteraksi dengan keluarga, tenaga kesehatan bahkan
pasien lainnya
e. Pola koping
Kaji begaimana cara klien dalam menghadapi penyakit yang dideritanya.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d adanya massa di saluran pencernaan
Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah diberikan askep selama x 24 jam, diharapkan nyeri hilang atau berkurang
dengan kriteria hasil :
a. Meningkatkan perasaan nyaman dan aman individu
b. Meningkatkan kemampuan individu untuk dapat melakukan aktifitas fisik yang
diperlukan untuk penyembuhan (misal; batuk dan nafas dalam, ambulasi)
c. Mencegah timbulnya gangguan tidur
Intervensi
a. Kaji keadaan umum klien
b. Kaji karakteristik nyeri P, Q,R, S, T
c. Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi
d. Anjurkan untuk memberikan kompres hangat pada daerah yang sakit
e. Atur posisi klien
f. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgesik
Rasional
a. Mengetahui keadaan umum klien untuk melakukan intervensi yang tepat
b. Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan klien
c. Mengurangi rasa nyeri
d. Memberikan rasa nyaman
e. Memberikan rasa nyaman dan mengurangi nyeri
f. Mengurangi rasa sakit pada klien
Rasional
a. Mengetahui pola tidur klien
b. Memudahkan klien untuk tidur
c. Mengetahui klien tidak bisa tidur
d. Memotivasi klien
e. Memudahkan klien untuk tidur
Rasional
a. Mengetahui tanda tanda kekurangan cairan
b. Mengetahui jumlah pengeluaran cairan
c. Meningkatkan input cairan pada klien
d. Mengetahui jumlah cairan yang masuk
e. Memantau pengeluaran cairan pada klien
f. Mengetahui tingkat kehilangan cairan klien
Intervensi :
a. Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
b. Evaluasi motivasi dan keinginan pasien
c. Tentukan penyebab keletihan (misalnya, karena perawatan, nyeri, dan
pengobatan)
d. Pantau respon kardiorespiratori terhadap aktivitas (misalnya, takikardia,
distrimnia lain, dispnea, diaforesis, pucat, tekanan hemodinamik, dan frekuensi
respirasi)
e. Pantau respon oksigen pasien (misalnya, nadi, irama jantung, dan frekuensi
respiarsi) terhadap aktivitas perawatan diri.
f. Ajarkan kepada klien dan orang yang penting bagi klien tentang teknik
perawatan diri
g. Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu
h. Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik dan/ atau rekreasi
i. Rujuk pada pelayanan kesehatan rumah
Rasional :
a. Mengetahui pola dan cara pandang klien terhadap diri sendiri
b. Untuk meningkatkan aktivitas
c. Untuk mengetahui tindakan yang tepat dilakukan kepada pasien
d. Untuk mengetahui tingkat respon tubuh klien terhadap aktivitas
e. Untuk mengetahui tingkat respon tubuh klien terhadap aktivitas
f. Melatih klien untuk mandiri dan agar keluarga ikut serta dalam perawatan klien
g. Untuk mencegah kelelahan
h. Untuk merencanakan dan memantau program aktivitas, sesuai dengan
kebutuhan
i. Untuk mendapatkan pelayanan tentang bantuan perawatan rumah, sesuai
dengan kebutuhan
6. Resiko tinggi perdarahan b.d ganggauan gastrointestinal
Hasil yang diharapkan : Mempertahankan hemeostatis dengan tanpa perdarahan,
menunjukkan perilaku penurunan resiko perdarahan
Intervensi :
a. Kaji adanya perdarahan GI, observasi warna dan konsistensi feses, drainase
NGT, atau muntah
Rasional : Traktus GI paling biasa untuk sumber perdarahan sehubungan
dengan mukosa yang mudah rusak.
b. Awasi nadi, tekanan darah, dan CVP bila ada
Rasional : untuk mengetahui tanda tanda dari pendarahan
c. Pantau TTV ibu secara berkala
Rasional : TTV menjadi acuan banyaknya darah yang hilang
Asamdalam lumen + empedu, ASA, alkohol, lain-
lain
Penghancuransawarepitel
Asamkembaliberdisfusikemukosa
Penghancuranselmukosa
Rangsangankolinergik Vasodilatasi
Nyeri
Permeabilitasthdp protein
FungsiSawar
Motilitas Plasma AkumulasiKu
bocorkeintertisium man
pepsinogen
Edema
Olasmabocorkelumenlam
Destruksikapiler vena bung Restiinfeksi
Perdarahan
Anemia
Ulkus
Pe Transport
Terdapa di
O2 +
saluranpencernaan
nutrisikejaring
Pirosis
an
diare
Sensasilukabakarp
Resikoketidakseimba desofagus Intoleransiak
ngancairan tivitas
Perubahannutrisi
Obat-obatan AINS Makanan yang merangsang Diet yang tidak baik
Stress Kuman
(Analgetik dan Anti Imfflamasi) (Pedas, Asam, Mgndng Gas)
(Helicobacter pylorus)
GASTRITIS
MK:intoleransi MK
aktivitas :Ketidakefektifa
npolatidur