Вы находитесь на странице: 1из 17

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT GASTRITIS

1. DEFENISI

a. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung ( Kapita Selecta Kedokteran, Edisi

Ketiga hal 492)

b. Gastritis adalah segala radang mukosa lambung ( Buku Ajar Ilmu Bedah ,Edisi Revisi

hal 749)

c. Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang

dapat bersifat akut, kronis, difus atau local (Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422)

d. Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung

dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang

pada daerah tersebut. ( Imu Penyakit Dalam Jilid II)

e. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Mansjoer Arif, 1999, hal : 492)

f. Gastritis adalah inflamasi pada dinding gaster terutama pada lapisan mukosa gaster

(Sujono Hadi, 1999, hal : 181).

g. Gastritis adalah peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan

berkembang dipenuhi bakteri (Charlene. J, 2001, hal : 138).

2. KLASIFIKASI

gastritis itu adalah Suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan

kerusakan erosi. Erosif karena perlukaan hanya pada bagian mukosa. bentuk berat dari

gastritis ini adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik. Perdarahan mukosa lambung

dalam berbagai derajad dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa

lambung pada beberapa tempat. Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Gastritis akut

Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut erosif.

Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan-kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih

dalam daripada mukosa muskularis.

b. Gastritis kronis

Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang

menahun (Soeparman, 1999, hal : 101). Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian

permukaan mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh ulkus

lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri helicobacter pylori (Brunner dan suddart)

Klasifikasi gastritis kronis berdasarkan :

a. Gambaran hispatology

1) Gastritis kronik superficial

2) Gastritis kronik atropik

3) Atrofi lambung

4) Metaplasia intestinal

5) Perubahan histology kalenjar mukosa lambung menjadi kalenjar-kalenjar mukosa

usus halus yang mengandung sel goblet.

b. Distribusi anatomi

1) Gastritis kronis korpus ( gastritis tipe A)Sering dihubungkan dengan proses

autoimun dan berlanjut menjadi anemia pernisiosa karena terjadi gangguan absorpsi

vitamin B12 dimana gangguan absorpsi tersebut disebabkan oleh kerusakan sel

parietal yang menyebabkan sekresi asam lambung menurun.

2) Gastritis kronik antrum (gastritis tipe B) Paling sering dijumpai dan berhubungan

dengan kuman Helicobacter pylori

3) Gastritis tipe AB Anatominya menyebar keseluruh gaster dan penyebarannya

meningkat seiring bertambahnya usia


3. ETIOLOGI

Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai berikut :

a. Gastritis Akut

Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin

yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).

Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan digitalis. Gastritis

juga dapat disebabkan oleh obat-obatan terutama aspirin dan obat anti inflamasi non

steroid (AINS), juga dapat disebabkan oleh gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung

seperti trauma, luka bakar dan sepsis (Mansjoer, Arif, 1999, hal : 492).

b. Gastritis Kronik

Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui.Gastritis ini

merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada peminum alkohol, dan

merokok.

c. Penyebab lain

1) Diet yang sombrono , makan terlau banyak, dan makan yang terlalu cepat dan

makan-makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme

Faktor psikologi Stress baik primer maupun sekunder dapat merangsang

peningkatan produksi asam-asam gerakan paristaltik lambung. Sterss juga akan

mendorong gerakan antara makanan dan dinding lambung menjadi tambah kuat.

Hal ini dapat menyebabkan luka pada lambung.

2) Stress berat (sekunder) akibat kebakaran, kecelakaan maupun pembedahan sering

pula menyebabkan tukak lambung akut. Infeksi bakteri Gastritis akibat infeksi

bakteri dari luar tubuh jarang terjadi sebab bakteri tersebut akan terbunuh oleh

asam lambung. Kuman penyakit atau infeksi bakteri penyebab gastritis, umumnya
berasal dari dalam tubuh penderita bersangkutan. Keadaan ini sebagai wujud

komplikasi penyakit yang telah ada sebelumnya

4. PATOFISIOLOGI

a. Gastritis Akut

Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-

obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para yang

mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang

akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang

berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat

kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang

berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu

fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna.

Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi

diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang

memproduksi HCl (terutama daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa

gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat

menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan

mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa

eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada

sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan.

Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti

sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam

setelah perdarahan.

b. Gastritis Kronis
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi iritasi

mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna

akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief.

Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik

lainnya akan menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata,

Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser.

Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang

sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel dan muncullah respon

radang kronis pada gaster yaitu : destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah

salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel

mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel

desquamosa lebih kuat maka elastisitasnya juga berkurang.

Pada saat mencerna makanan, lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi

karena sel penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya

menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada

lapisan lambung, sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan

mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan. (Price, Sylvia

dan Wilson, Lorraine, 1999 : 162) (www.google, penyakit gastritis.com)

5. MANIFESTASI KLINIS

a. Gastritis akut erosive sangat bervariasi , mulai dari yang sangat ringan asimtomatik

sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat berat,

gejala yang sangat mencolok adalah :

1) Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi

renjatan karena kehilangan darah.


2) Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan

keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat

ditunjuk dengan tepat lokasinya.

3) Kadang kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.

4) Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala.

5) Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar pada

tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda tanda anemia defisiensi dengan etiologi

yang tidak jelas.

6) Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka yang

mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan gejala

gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin,

takikardia sampai gangguan kesadaran.

b. Gastritis kronis

1) Bervariasi dan tidak jelas

2) Perasaan penuh, anoreksia

3) Distress epigastrik yang tidak nyata

4) Cepat kenyang

6. PENATALAKSANAAN MEDIS

Pengobatan gastritis meliputi(Soeparman, 1999, hal : 96) :

a. Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.

b. Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.

c. Pemberian obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain.

Pada gastritis, penatalaksanaannya dapat dilakukan dengan (www.google penanganan

penyakit gastritis.com):

a. Gastritis akut
1) Instruksikan pasien untuk menghindari alkohol.

2) Bila pasien mampu makan melalui mulut diet mengandung gizi dianjurkan.

3) Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secaraparenteral.

4) Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran

gastromfestinal

5) Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum.

6) Untuk menetralisir alkali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.

7) Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau

perforasi.

8) Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilorus.

b. Gastritis kronis

1) Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak diberikan

sedikit tapi lebih sering.

2) Mengurangi stress

3) H. Pylori diatasi dengan antiobiotik (seperti tetraciklin , amoxillin) dan gram

bismuth (pepto-bismol).

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Endoskopi, khususnya gastroduodenoskopi. Hasil pemeriksaan akan ditemukan

gambaran mukosa sembab, merah, mudah berdarah atau terdapat perdarahan spontan,

erosi mukosa yang bervariasi.

b. Histopatologi.

c. Radiologi dengan kontras ganda, meskipun kadang dilakukan tapi tidak begitu

memberikan hasil yang memuaskan.


d. EGD (Esofagogastriduodenoskopi) = tes diagnostik kunci untuk perdarahan GI atas,

dilakukan untuk melihat sisi perdarahan / derajat ulkus jaringan / cedera.

e. Minum barium dengan foto rontgen = dilakukan untuk membedakan diganosa

penyebab / sisi lesi.

f. Analisa gaster = dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji aktivitas

sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam hidroklorik dan pembentukan asam

nokturnal penyebab ulkus duodenal. Penurunan atau jumlah normal diduga ulkus

gaster, dipersekresi berat dan asiditas menunjukkan sindrom Zollinger- Ellison

g. Angiografi = vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat disimpulkan atau

tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi kolatera dan kemungkinan isi

perdarahan.

h. Amilase serum = meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga gastritis

8. KOMPLIKASI

a. Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna bagian

atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock hemoragik,

terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.

b. Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12,

akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi

terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus

c. Perdarahan saluran cerna bagian atas dan Ulkus peptikum, perforasi dan anemia

karena gangguan absorbsi vitamin.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT ULKUS PEPTIKUM DAN GASTRITIS

A. Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat : kelemahan, takikardi, takipnea/ hiperventilasi
2. Sirkulasi : hipotensi, takikadi, warna kulit pucat/ sianosis
3. Integritas ego : faktor stres, gelisah, suara gemetar
4. Eliminasi : keluaran urin menurun, pekat, konstipasi dapat terjadi
5. Makanan / cairan : anorexia, mual, muntah, sendawa bau asam, penurunan berat
badan
6. Neurosensori : sakit kepala, kelemahan, pingsan
7. Keamanan : menunjukan peningkatan suhu, hipertensi portal
8. Riwayat kesehatan klien
a. Kesehatan masa lalu
Menanyakan kepada klien tentang riwayat penyakit/ kesehatan masa lalu yang
pernah di derita klien
b. Kesehatan sekarang
1) Keluhan utama/ alasan masuk rumah sakit
Menanyakan kepada klien alasan utama mengapa klien masuk rumah
sakit dan apa keluahan utamanya
2) Keluhan saat didata
Perawat melakukan pengkajian tentang keluhan yang dirasakan klien.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Perawat melakukan pengkajian kepada keluarga mengenai penyakit yang
pernah diderita keluarga pada masa lalu maupun sekarang apakah penyakit
keturunan atau menular
9. Data Biologis
a. Pola nutrisi
Perawat mengkaji pola nutrisi klien sebelum sakit maupun saat sakit baik itu
berapa kali sehari makan, porsi, jenis makanan
b. Pola minum
Perawat mengkaji pola minum klien sebelum sakit dan saat sakit baik itu
berapa liter klien minum dalam sehari, jenis minumn yang dikonsumsi klien
c. Pola kebersihan
Perawat mengkaji pola kebersihan klien sebelum sakit dan saat sakit yang
meliputi berapa kali sehari klien mandi, berapa kali sehari klien mengosok gigi,
menggunakan sabun apa tidak.
d. Pola aktivitas
Perawat mengkaji pola aktivitas klien sebelum sakit dan saat sakit yang
meliputi apakah klien pernah melakukan aktivitas seperti olahraga dll, saat sakit
apakah klien masih bisa melakukan aktivitas seperti biasanya dan dalam
melakukan aktivitas dilakukan mandiri atau dibantu.
e. Pola eliminasi
Perawat mengkaji pola eliminasi klien sebelum sakit atau saat sakit meliputi
BAB dan BAK sebelum sakit berapa kali sehari klien BAB dan BAK, bentuk
BAB dan BAK, warnanya, tekstur, bau., berapa banyak BAB, dan berapa liter
klien BAK dalam sehari.
10. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan klien lemah
b. Kesadaran
Composmetis
c. Tanda tanda vital
Tekanan darah meningkat, respiratori rate meningkat, nadi dalam batas
normal, suhu dalam batas normal
d. Abdomen
Perawat melakukan inspeksi dilihat apakah ada tanda-tanda keabnormalan
pada abdomen klien, lakukan auskultasi dengarkan bunyi bising usus normal atau
tidak, lakukan perkusi dengarkan bunyi untuk mendengar apakah ada
keabnormalan seperti bunyi kembung, palpasi rasakan apakah klien merasakan
nyeri tekan daerah abdomen, pada kuadran 1,2,3 dan 4, dan rasakan apakah teraba
massa.
11. Data Psikologis
a. Status emosi
Mengakji status emosi klien saat klien sakit apakah klien sering marah-
marah, lihat apakah klien gelisah.
b. Konsep diri
Tanyakan pada klien bagaimana perasaan klien tentang penyakit yang
dideritanya
c. Gaya komunikasi
Dilihat bagaimana cara klien berkomunikasi, menggunakan bahasa daerah
atau bahasa indonesia, dengar apakah klien berkomunikasi dengan jelas atau
tidak.
d. Pola interaksi
Kaji bagaimana klien berinteraksi dengan keluarga, tenaga kesehatan bahkan
pasien lainnya
e. Pola koping
Kaji begaimana cara klien dalam menghadapi penyakit yang dideritanya.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d adanya massa di saluran pencernaan
Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah diberikan askep selama x 24 jam, diharapkan nyeri hilang atau berkurang
dengan kriteria hasil :
a. Meningkatkan perasaan nyaman dan aman individu
b. Meningkatkan kemampuan individu untuk dapat melakukan aktifitas fisik yang
diperlukan untuk penyembuhan (misal; batuk dan nafas dalam, ambulasi)
c. Mencegah timbulnya gangguan tidur
Intervensi
a. Kaji keadaan umum klien
b. Kaji karakteristik nyeri P, Q,R, S, T
c. Ajarkan klien teknik relaksasi dan distraksi
d. Anjurkan untuk memberikan kompres hangat pada daerah yang sakit
e. Atur posisi klien
f. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgesik

Rasional
a. Mengetahui keadaan umum klien untuk melakukan intervensi yang tepat
b. Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan klien
c. Mengurangi rasa nyeri
d. Memberikan rasa nyaman
e. Memberikan rasa nyaman dan mengurangi nyeri
f. Mengurangi rasa sakit pada klien

2. Resiko kekurangan nutrisi b.d anorexia


Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah diberikan askep selama x 24 jam, diharapkan kekurangan nutrisi dapat
diatasi dengan kriteria hasil :
a. BB klien tetap
b. Nafsu makan klien meningkat
Intervensi
a. Catat karakteristik muntah
b. Kaji BB klien
c. Pantau TTV klien
d. Berikan porsi makan sedikit namun sering
e. Berikan makanan hangat
f. Berikan asupan nutrisi yang adekuat
g. Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional
a. Membantu dalam membedakan distres gastrik
b. Untuk mengetahui adanya penurunan berat badan yang menunjukkan gangguan
status nutrisi
c. Berubahan tekanan darah mempengaruhi keadaan klien
d. Meningkatkan asupan nutrisi klien
e. Meningkatkan nafsu makan
f. Meningkatkan nutrisi klien
g. Membantu dalam perbaikan nutrisi klien

3. Ketidakefektifan pola tidur b.d nyeri


Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah diberikan askep selama x 24 jam, diharapkan dapat memperbaiki kulitas
tidur klien dengan kriteria hasil :
a. klientidakmengalamikesulitanuntuktertidur/tetaptidur
b. klien tidak sering terbangun pada malam hari jika terjadi nyeri
Intervensi
a. Kaji pola tidur klien
b. Berikan lingkungan yang tenang
c. Kaji penyebab klien tidak bisa tidur
d. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
e. Atasi penyebab klien tidak bisa tidur

Rasional
a. Mengetahui pola tidur klien
b. Memudahkan klien untuk tidur
c. Mengetahui klien tidak bisa tidur
d. Memotivasi klien
e. Memudahkan klien untuk tidur

4. Resiko kekurangan volume cairan b.d output cairan berlebihan


Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah diberikan askep selama x 24 jam, diharapkan dapat mencegah terjadinya
kekurangan volume cairan dengan kriteria hasil :
a. Frekuensi nadi dan irama dalam rentang yang diharapkan
b. Frekuensi dan irama nafas dalam rentang normal
c. Elektrolit serum dalam batas normal
d. Serum dan pH urine dalam batas normal
Intervensi
a. Kaji TTV
b. Kaji tingkat pengeluaran cairan per hari
c. Berikan cairan yang disukai klien
d. Pantau asupan cairan perhari
e. Pantau keluaran urin perhari
f. Timbang berat badan perhari

Rasional
a. Mengetahui tanda tanda kekurangan cairan
b. Mengetahui jumlah pengeluaran cairan
c. Meningkatkan input cairan pada klien
d. Mengetahui jumlah cairan yang masuk
e. Memantau pengeluaran cairan pada klien
f. Mengetahui tingkat kehilangan cairan klien

5. Intoleransi aktivitas bd. Kelemahan umum atau kelemahan otot


Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah diberikan askep selama x 24 jam, diharapkan Mentoleransi aktivitas yang
biasa dilakukan dengan kriteria hasil :
a. Peningkatan energi yang kemampuan seseorang untuk beraktivitas
b. Peningkatan pengelolaan energi aktif untuk memulai dan memelihara aktivitas
c. Kemampuan untuk melakukan tugas-tugas fisik yang paling dasar dan aktivitas
perawatan pribadi
d. Kemampuan untuk melakukan aktivitas yang dibutuhkan dan berfungsi dirumah
atau komunitas

Intervensi :
a. Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
b. Evaluasi motivasi dan keinginan pasien
c. Tentukan penyebab keletihan (misalnya, karena perawatan, nyeri, dan
pengobatan)
d. Pantau respon kardiorespiratori terhadap aktivitas (misalnya, takikardia,
distrimnia lain, dispnea, diaforesis, pucat, tekanan hemodinamik, dan frekuensi
respirasi)
e. Pantau respon oksigen pasien (misalnya, nadi, irama jantung, dan frekuensi
respiarsi) terhadap aktivitas perawatan diri.
f. Ajarkan kepada klien dan orang yang penting bagi klien tentang teknik
perawatan diri
g. Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu
h. Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi, fisik dan/ atau rekreasi
i. Rujuk pada pelayanan kesehatan rumah

Rasional :
a. Mengetahui pola dan cara pandang klien terhadap diri sendiri
b. Untuk meningkatkan aktivitas
c. Untuk mengetahui tindakan yang tepat dilakukan kepada pasien
d. Untuk mengetahui tingkat respon tubuh klien terhadap aktivitas
e. Untuk mengetahui tingkat respon tubuh klien terhadap aktivitas
f. Melatih klien untuk mandiri dan agar keluarga ikut serta dalam perawatan klien
g. Untuk mencegah kelelahan
h. Untuk merencanakan dan memantau program aktivitas, sesuai dengan
kebutuhan
i. Untuk mendapatkan pelayanan tentang bantuan perawatan rumah, sesuai
dengan kebutuhan
6. Resiko tinggi perdarahan b.d ganggauan gastrointestinal
Hasil yang diharapkan : Mempertahankan hemeostatis dengan tanpa perdarahan,
menunjukkan perilaku penurunan resiko perdarahan
Intervensi :
a. Kaji adanya perdarahan GI, observasi warna dan konsistensi feses, drainase
NGT, atau muntah
Rasional : Traktus GI paling biasa untuk sumber perdarahan sehubungan
dengan mukosa yang mudah rusak.
b. Awasi nadi, tekanan darah, dan CVP bila ada
Rasional : untuk mengetahui tanda tanda dari pendarahan
c. Pantau TTV ibu secara berkala
Rasional : TTV menjadi acuan banyaknya darah yang hilang
Asamdalam lumen + empedu, ASA, alkohol, lain-
lain

Penghancuransawarepitel

Asamkembaliberdisfusikemukosa

Penghancuranselmukosa

Pepsinogen Pepsin Asam Histamin Mediator Nyeri

Rangsangankolinergik Vasodilatasi
Nyeri
Permeabilitasthdp protein
FungsiSawar
Motilitas Plasma AkumulasiKu
bocorkeintertisium man
pepsinogen
Edema
Olasmabocorkelumenlam
Destruksikapiler vena bung Restiinfeksi

Perdarahan

Anemia
Ulkus

Pe Transport
Terdapa di
O2 +
saluranpencernaan
nutrisikejaring
Pirosis
an
diare

Sensasilukabakarp
Resikoketidakseimba desofagus Intoleransiak
ngancairan tivitas

Perubahannutrisi
Obat-obatan AINS Makanan yang merangsang Diet yang tidak baik
Stress Kuman
(Analgetik dan Anti Imfflamasi) (Pedas, Asam, Mgndng Gas)
(Helicobacter pylorus)

Menghambat prostatglandin Menghambat sel epite lambung Lambung kosong


Merangsang Nervus Vagus Menyerang mukosa lambung

Vasodilatasi di lapisan mukosa peningkatan


produksi HCL Peradangan lapisan mukosa lambung

Produksi Mukus lambung turun iritasi dinding


lambung

Proteksi lapisan mukosa turun


Peradangan lapisan mukosa lambung

GASTRITIS

HCL meningkat Peradangan oleh Helicobacter pylorus

Sensasi Kenyang Iritasi Menekan refleks muntah destruksi kelenjer


mukosa Metaplasia dengan desquamosa

Anoreksia eksfeliasi (pengelupasan) mual Kerusakan pembuluh


darah elastisitas lambung turun
MK :Resiko kekurangan
Penurunan nafsu makan Erosi lapisan volume cairan
mukosa kekakuan

Nyeri gangguan pencernaan


MK:Resikokekurang
annutrisi MK :Nyeri
Risiko pendarahan

MK:intoleransi MK
aktivitas :Ketidakefektifa
npolatidur

Вам также может понравиться