Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Obat adalah sediaan sedian semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh
semua makhluk hidup untuk bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan,
maupun menyembuhkan penyakit. (Syamsuni,2006)
Menurut undang undang yang dimaksud dengan obat adalah bahan atau campuran bahan
yang dimaksud untuk digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah,
mengurangi,menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelaunan
badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk memperelok tubuh atau bagian
tubuh manusia. Obat memiliki macam-macam penggolongan diantara bentuknya obat yaitu
menurut bentuk sediaan obat (bentuk sediaan farmasi), menurut kegunaan obat, menurut cara
penggunaan obat, menurut cara kerjanya, menurut undang undang, menurut sumber oabta, dan
menurut peroses fisiologis dan biokimia dalam tubuh.
Sebagai tenaga farmasi seharusnya mengetahui formulasi obat yang baik dan benar
sehingga formulasi obat yang baik dapat dipilih dengan keahlian tenaga farmasi mudah
memformulasikan bentuk sediaan obat. Oleh karena itu pada praktikum ini dilakukan formulasi
dalam sedian suspensi.
Mengetahui serta memahami cara pembuatan suspensi dan mengetahui stabilitas dan
system pembentukan suspensi.
Mampu mempraktekan cara pembuatan suspensi dan mampu mengetahui stabilitas dan
system pembentukan suspensi yang baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut dalam bentuk halus
yang terdispersi dalam fase cair. (Syamsuni, 2006)
Suspensi adalah sedian yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak
larut, terdispersi dalam cairan pembawa. (ditjen POM, 1979).
Suspensi oral adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk halus
yang terdispersi dalam fase cair dengan bahan pengaroma yang sesuai yang ditujukan untuk
penggunaan oral. Beberapa suspense dapat langsung digunakan, sedangkan yang lain berupa
campuran padat dalam bentuk halus yang harus dikonstritusikan terlebih dahulu dengan
pembawa yang sesuai, segera sebelum digunakan, sediaan ini disebut untuk suspense oral.
Suspense topikal adalah sediaan cair yang mengandung pertikel padat dalam bentuk halus
yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit.
Suspense tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang
ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.
Suspense oftalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel sangat
halus yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Suspense obat tetes
mata tidak boleh digunakan jika terdapat massa yang mengeras atau terjadi penggumpalan.
Suspense untuk injeksi adalah sedian steril berupa suspense serbuk dalam medium cair
yang sesuai dan tidak boleh menyumbat jarum suntiknya (syrange ability) serta tidak disuntikkan
secara intravena atau kedalam larutan spinal.
Suspense untuk injeksi terkonstitusi adalah sidiaan padat kering dengan bahan pembawa
yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspense steril
setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai. (Syamsuni,2006)
Stabilitas suspense
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspense adalah cara
memperlambat peimbunan partikel serta menjaga homogenitas partikel. Beberapa factor
yang memengaruhi stabilitas suspense ialah :
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel serta daya
tekan keatas dari cairan suspense itu. Artinya semakin kecil ukuran partikel
semakin besar luas penampangnya (dalam volume yang sama). Sedangkan
semakin besar luas penampang partikel, daya tekan keatas cairan akan semakin
besar, akibatnya memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan
memperkecil ukuran partikel.
2. Kekentalan
Kecepatan suatu cairan memengaruhi pula kecepatan aliran cairan tersebut,
semakin kental suatu cairan, kecepatan alirannya semakn turun atau semakin
kecil.
3. Jumlah partikel (konsentrasi)
Jika dalam suatu ruangana terdapat partikel dalam jumlah besar, maka partikel
akan sulit melakukan gerakan bebas karena sering terjadi benturan antara partikel
tersebut. Oleh karena itu akan menyebabkan terbentuknya endapan zat tersebut,
oleh karena itu semakin besar konsentrasi partikel, semakin besar konsentrasi
partikel, makin besar kemungkinannya terjadi endapan partikel dalam waktu yang
singkat.
4. Sifat atau muatan partikel
Suatu suspense kemungkinan besar terdiri atas beberapa macam campuran bahan
yang sifatnya tidak terlalu sama hal ini dapat menyebabkan interaksi antarbahan
yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut.
(syamsuni,2006)
Suspense dalam farmasi digunakan dalam berbagai cara yaitu :
1. Instramuskuler inj. (penicilin G. suspension)
2. Tetes mata (Hydrocortisone acetale suspension)
3. Peroral (Surfa/kemicetine suspension)
4. Rektal (para nitro sulphathiazole suspension). (anief,2000)
Cara mengerjakan obat dalam suspense
1. Metode Dispersi
Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan obat kedalam musilago yang
telah terbentuk, kemudian baru diencerkan.
2. Metode Presipitasi
Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dahulu kedalam pelarut organik yang
hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik, larutan zat ini
kemudian diencerkan dengan larutan suspense dalam air sehingga akan terjadi
endapan halus tersuspensi denan bahan pensuspensi. (Syamsuni,2006)
Sistem pembentukan suspense
1. Sistem flokulasi
Dalam system flokulasi, partikel flokulasi terikat lemah, cepat mengendapa dan
pada penyimpanan tidak terjadi cake dan bisa tersuspensi kembali.
(Syamsuni,2006)
2. System deflokulasi
Partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya membentuk sedimen, akan
terjadi agregasi dan akhirnya terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi
kembali.
Secara umum sidfat partikel flokulasi dan deflokulasi adalah :
1. Deflokulasi
a. Partikel suspense dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain
b. Sedimentasi yang terjadi lambat, masing-masing partikel mengendap
terpisah dan partikel berada dalam ukuran paling kecil.
c. Sedimentasi terbentuk lambat
d. Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi
kembali.
e. Wujud suspense bagus karena zat tersuspensi dalam waktu relative lama.
Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut. (Syamsuni,2006)
2. Flokulasi
a. Partikel merupakan agregat yang keras
b. Sedimentasi terjadi cepat
c. Sedimendasi terbentuk cepat
d. Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dna mudah
terdispersi kembali seperti semula
e. Wujud suspense kurang bagus sebab sedimentasi terjadi cepat dan atasnya
terjadi daerah cairan yang jerni dan nyata.
Bahan pengawet
Penambahan bahan lain dapat pula dilakukan untuk stabilitas suspense, antara lain
dengan penambahan bahan pengawet. Bahan ini sangat diperlukan terutama untuk
suspense yang mengandung hidrokolid alam, karena bahan ini sangat mudah dirusak
bakteri.
Selain itu banyak pula digunakan garam kompleks merkuri sebagai pengawet,
kerena hanya diperlukan jumlah kecil, tidak toksis, dan iritasi. (Syamsuni,2006)
Penilaian stabilitas suspense
1. Volume sedimentasi
Adalah perbandingan antara volume sedimentasi akhit (VU) terhadap volume
mula-mula suspense (Vo) sebelum mengendap.
2. Derajat flokulasi
Adalah perbandingan antara volume sedimen akhir dari suspense flokulasi (Vu)
terhadap volumeakhir suspense deflokulasi (Voc)
3. Metode reologi
Berhubungan dengan factor sedimentasi dan redispersibilitas, mebantu
menentukan prilaku pengendapan, mengatur pembawa dan susunan partikel untuk
tujuan perbandingan.
4. Perubahan ukuran partikel
Digunaka cara Freeze-thaw cycling, yaitu temperature diturunkan sampai titik
baku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat
pertumbuhan Kristal, yang pada pokoknya menjaga agar tidak terjadi perubahan
ukuran partikel dan sifat Kristal. (Syamsuni.2006).
METODE KERJA
III.1 Formula
dr. devih
Sip :no.221 321 343/567
Jl. Ratulangi No. 07. Palopo
No telp (030299)
No : 01 Palopo, 13 Maret 2017
R/
CALAMIN LOTIO
m.f.lotio
.u.e
Da 30 ml
Pro :
Umur :
Alamat :
Keterangan :
R Recipe ambillah
m misce Campur
f fac buatlah
signa tandai
u usus pemakaian
e eksternum laur
da da hingga
1. Calamin 8 gram
8/100 x30ml = 2,4 gram
2. ZnO 8 gram
8/100 x30ml = 2,4 gram
3. Gliserin 2 ml
2/100x30ml = 0,6 ml
4. Bentonit magma 25 ml
25/100x30ml = 7,5 ml
5. Ca(OH)2 ad 30ml
= 30-(2,4+2,4+0,6+7,5)
= 30-12,9
=17,1 ml
Alat : Bahan:
Warna Merah muda Merah muda Merah muda Merah muda Merah muda
Suspense adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut dalam
fase cair. Namun dapat terdispersi dalam pembuatan suspense ini didasarkan pasien yang
sukar meminum tablet atau kapsul terutama bagi anak-anak dan lansia. Dapat menutupi
rasa obat yang tidak enak dan pahit. Obat dalam suspensi telah mudah diabsorbsi dari
pada kapsul dikarenakan luas permukaan kontak antar zat aktif dan seluruh karena
meningkat.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam proses pembuatan suspense adalah cara
memperlambat partikel serta menjaga homogenitas dari partikel-partikel. Kekurangan
suspense sebagai bentuk sedian farmasi adalah pada saat penyimpanan kemungkinan
terjadi perubbahan sistem disperse (cadang, flokulasi, deflokulasi). Terutama jika
flokulasi atau perubahan temperatur. Sasaran utama dalam merancang sediaan
suspensiadalah untuk memperlambat kecepatan sedimentasi dan mengupayakan agar
partikel yang telah tersedimentasi dapat disuspensi kebali dengan baik. Alas an utama
dalam pembuatan suspense yang bahan-bahan obat yang tidak dapat larut dibuat dalam
bentuk suspense.
Dalam praktikum ini, dibuat kalamin latio 30ml dimana komposisi kalamin latio
(menurut FN). Tiap 100ml mengandung kalamin 8gram sebagai zat aktif, yang berkhasiat
sebagai anti septikum ekstern, ZnO 8gram sebagai zat aktif yang berkhasiat sebagai anti
septikum local, gliserin 2ml sebagai zat tambahan, tentonit magma 25ml sebagai
pensuspensi dan Ca(OH)2 sebagai zat pembawa.
Cara pengerjaan pada praktikum kali ini pertama disiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan, selanjutnya dikalibrasi botol 30ml, kemudian ditimbang bahan satu
persatu diayak kalamin dimasukkan kedalam lumping, diayak ZnO dimasukkan kedalam
lumping, setelah itu gerus kalamin dan ZnO secara bersamaan hingga homogeny
(campuran A), kemudian dimasukkan gliserin kedalam lumping (campuran A) gerus
hingga terbasahi gliserin, selanjutnya masukkan bentonit magma kedalam (campuran A)
gerus hingga homogeny, masukkan Ca(OH)2 kedalam lumping gerus hingga homogen,
dimasukkan (campuran A) kedalam botol, dan terakhir beri etiket warna biru.
Dari praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil penelitian uju organoleptic
pada hari pertama hingga hari kelima warna lotio yang telah dibuat tidak berubah warna
tetapi berwarna merah muda. Selain itu bentuknya pun tidak berubah tetap pada bentuk
cair. Pada hari pertama lotio tidak mengalami endapan. Endapan hanya terjadipada hari
kedua hingga hari kelima. Pengendapan ini dapat terjadi karena besarnya jumlah partikel
yang berada pada wadah lotio yang menyebabkan terjadinya benturan antar partikel obat.
Dan hal ini akan menyebabkan terbentuknya endapan karena semakin besar
konsentrasipartikel, makin besar kemungkinannya terjadi endapan partikel dalam waktu
yang singkat.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Suspense adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus yang
tidak larut, terdispersi dalam larutan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus tidak boleh cepat
mengendap dan apa bila dikocok perlahan lahan endapan harus terispersi kembali.
Pada praktikum kali ini dibuat cairan lotio yang digunakan untuk pemakaian luar sebagai
obat gatal gatal, serta berkhasiat sebagai anti septikum eksren dan antiseptikum local yang
dioleskan pada bagian yang gatal.
VI.2 Saran
1. Sebaiknya alat dan bahan laboratorium ditambahkan jumlahnya agar saat praktikum
dapat berjalan secara efektif dan efisien
2. Sebaiknya praktikum lebih memenuhi tata tertib laboratorium
DAFTAR PUSTAKA
Anief moh,2000,ilmu meracik obat, teori dan praktek, gaja madah university press, Jakarta
Ditjen POM, 1979, farmakope Indonesia edisi ke-3, Depkes RI, Jakarta