Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur merupakan bahan pangan
alternatif yang disukai oleh semua lapisan masyarakat. Indonesia termasuk salah satu negara
yang dikenal sebagai penghasil jamur terkemuka di dunia Salah satu jamur yang popular
dibudidayakan dan diperdagangkan di pasar adalah jamur tiram. Jamur tiram yang merupakan
bahan makanan yang sangat mudah didapatkan serta harganya yang murah menjadi primadona di
kalangan bahan makanan. Jamur tiram yang mudah didapatkan dan rasanya yang lezat, banyak
orang menginovasikan jamur tiram menjadi bergabagai macam olahan. Pada pembudidayaan
jamur tiram, pembudidaya hanya mendistribusikan bagian tudungya saja sedangkan bagian
batangnya dibuang atau dijadikan pakan untuk ayam. Batang jamur sendiri adalah bagian tubuh
dari jamur tiram itu sendiri dan memiliki kandungan gizi yang sama dengan tudung jamur tiram.
Sehingga pada penelitian ini akan dilakukan pengembangan batang jamur tiram yang diolah
menjadi bakso.
Pemilihan jamur tiram sebagai bahan baku pembuatan bakso adalah karena kandungan
gizinya yang tidak kalah dengan daging pada umumnya. Jamur tiram mengandung serat 11,5%;
protein 26,40%, dan lemak 1,66%. Jamur tiram memiliki kandungan senyawa asam amino yang
cukup banyak (Djarijah dan Djarijah, 2001). Penggunaan jamur tiram dalam pembuatan bakso
berpotensi memberi asupan protein dan juga kebutuhan serat. Serat pangan merupakan salah satu
komponen penting makanan yang sebaiknya ada dalam susunan diet sehari-hari, sebab banyak
manfaat yang menguntungkan untuk kesehatan tubuh. Kebutuhan konsumsi serat setiap orang
proses pengolahannya, bakso mengandung bahan kimia, salah satunya STPP sebagai pengemulsi
daging. Sodium tripolifosfat merupakan penstabil kimiawi yang bekerja secara sinergis dengan
garam untuk meningkatkan pH daging dan meningkatkan daya ikat air, sehingga dapat
mengurangi penyusutan produk. Manfaat lainnya adalah sebagai pengempuk pengenyal dan
penstabil warna (Sunarlim, 1992 dalam Dewi, 2015). Selain itu STPP dapat meningkatkan daya
ikat protein. Namun, konsumsi bahan kimia secara terus menerus dikhawatirkan dapat
memberikan efek berbahaya bagi tubuh, oleh sebab itu penggunaan bahan-bahan alami dalam
pengolahan bakso untuk menggantikan peran STPP dapat menjadi alternatif untuk mengurangi
resiko tersebut.
Meskipun penggunaan sodium tripolifosfat (STPP) tidak dilarang dalam batas tertentu,
namun akan lebih baik jika menghindari senyawa kimia yang bisa memberi risiko kesehatan.
Upaya mengurangi penggunaan sodium tripolifosfat (STPP) dalam makanan bisa dilakukan
dengan mengganti menggunakan bahan alami yang sama fungsinya yaitu tepung glukomanan.
Pada kenyataannya, peran STPP dalam bakso juga dimiliki oleh tepung glukomanan porang yang
berasal dari umbi porang. Belakangan ini, telah berkembang berbagai metode ekstraksi dan
metode ekstraksi glukomanan dari umbi iles-iles, termasuk porang di Indonesia. Porang adalah
salah satu jenis tanaman dari marga Amorphophallus yang termasuk ke dalam suku talas-talasan
(Araceae). Tanaman tersebut hanya terdapat di daerah tropis dan sub-tropis. Umbi porang
mengandung glukomanan yang merupakan polimer dari D-mannosa dan D-glukosa (Koswara,
2013). Umbi porangsangat jarang digunakan untuk konsumsi langsung karena mengandung
kristal kalsium oksalat yang menyebabkan rasa gatal, sehingga sering dibuat gaplek atau tepung.
Sifat membentuk gel, merekat dan mengembang yang dimiliki tepung glukomanan
porang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan sosis ayam. Penggunaan tepung glukomanan
porang dalam pengolahan sosis ayam juga dapat meningkatkan pemanfaatan pangan lokal.
Namun, tetap perlu diketahui bagaimana kualitas sosis ayam yang terbentuk setelah dilakukan
substitusi dengan menggunakan tepung glukomanan porang agar tetap dapat diterima oleh
masyarakat dan memenuhi kualitas mutu dan sesuai karakter sosis ayam pada umumnya.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung
glukomanan porang dengan variasi konsentrasi untuk menggantikan peran STPP terhadarp sifat
fisik dan sensoris bakso batang jamur tiram serta menentukan konsentrasi terbaik tepung
glukomanan porang dalam pembuatan bakso batang jamur tiram yang disukai.