Вы находитесь на странице: 1из 5

JANNAH itu bukan SURGA

18 Februari 2014 pukul 21:44

Surga (disebut juga sorga) adalah suatu tempat di alam akhirat yang dipercaya oleh para
penganut beberapa agama sebagai tempat berkumpulnya roh-roh manusia yang semasa hidup di
dunia berbuat kebajikan sesuai ajaran agamanya. Istilah ini berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu
Svarga. Dalam bahasa Jawa kata tersebut diserap menjadi Swarga. Istilah Surga dalam bahasa
Arab disebut Jannah, sedangkan dalam bahasa Hokkian digunakan istilah Thian ( ). sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Surga

Kebanyakan ummat Islam memahami Surga = Jannah , sehingga dianggap tidak bisa
diwujudkan di muka bumi. Padahal Rasul sendiri mengatakan kata jannah pada saat beliau hidup
di muka bumi : "Baiti Jannati" (Rumah Tanggaku adalah Jannahku).

Jannah ada dimuka bumi, perhatikan urutan ayat berikut dalam terjemah DEPAG: QS 2:30
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka BUMI.".terjadi dialog, sehingga pada ayat 35. Dan
Kami berfirman: uskun anta wazawjukal JANNAH"Hai Adam, diamilah oleh kamu dan
isterimu SURGA/JANNAH ini (istilah zawjuka tidak tepat diartikan istri, lihat pada QS 15:88
sebagai pembanding)Jannah pun ada 2 jenis, jannah yang ditata oleh penataan Nur/Ilmu Allah,
dan jannah yang di tata oleh penataan Dzulumat/Hawa nafsu syaithan, perhatikan terjemah
DEPAG serta istilah kata Alquran nya, QS 18:32. 34:15-16 dan cermati istilah kata jannah dan
karim di QS 26:57-58, gamblang sekali, Firaun dikeluarkan dari system penataan jannah berikut
kemuliaannya.

Sayangnya, kebanyakan orang menterjemahkan menjadi 'rumahku adalah surgaku' sehingga


orang berlomba-lomba mengumpulkan segenap potensinya yang terkadang menghalalkan
berbagai cara untuk membangun rumah yang megah yang dianggap sebagai surga yang identik
dengan materialisme.

Kesalahpahaman ini bukan terjadi dengan sendirinya, tapi memang sebuah upaya untuk
memutarbalikkan kedudukan dan fungsi Alquran sebagai 'Pencerah', sehingga wajar saja
kebanyakan manusia merasa tidak perlu membangun Jannah di muka bumi dengan nilai-nilai
Kebaikan dan kebenaran yang bertolok ukur pada Alquran Wa Sunnaturrasul. Akibat
kesalahpahaman ini maka orang tidak lagi menjadikan Alquran sebagai rujukan untuk
memahami makna 'Jannah' yang sebenarnya.
Perhatikan jawaban Alquran tentang makna Jannah berdasarkan dua versi sbb :

1. Versi terjemahan Depag

wabasysyiri alladziina aamanuu wa'amiluu alshshaalihaati anna lahum jannaatin tajrii min
tahtihaa al-anhaaru kullamaa ruziquu minhaa min tsamaratin rizqan qaaluu haadzaa alladzii
ruziqnaa min qablu wautuu bihi mutasyaabihan walahum fiihaa azwaajun muthahharatun wahum
fiihaa khaaliduuna (2:25)

Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi
mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka
diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan : "Inilah yang pernah
diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di
dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.

Mari kita kritisi terjemahan ini :

- Terbukti ketidakpahaman sang penterjemah dengan menyamakan bahasa sastra dengan bahasa
gamblang, padahal 'Jannah' itu adalah sebuah istilah yang maknanya tergantung kepada yang
mengeluarkan istilah tersebut, yaitu Allah melalui Alquran, Allah berbicara dengan
menggunakan bahasa sastra (Mutasyabihat) bukan dengan bahasa biasa (Mubin). Oleh karena
itu, harus dipahami bhwa setiap berbicara pasti alam dalam Alquran, sebenarnya Allah berbicara
bahasa kiasan atau ungkapan tersembunyi atas kehidupan sosial budaya manusia. Contoh :
fathonah terkenal panjang tangan sehingga ia sering keluar masuk bui, apakah kalimat itu
bermakna si fathonah memiliki tangan yang berukuran panjang?? lalu apa kaitannya tangan
berukuran panjang dengan konteks dia masuk penjara?? itulah akibat kesalahpahaman
memahami bahasa kiasan.

Begitu juga halnya dengan terjemahan diatas. Apakah bahasa yang digunakan oleh Allah pada
ayat trsbt mnggunakan bahasa biasa, sehingga maknanya sedangkal itu?? Bisa jadi, dari sini pula
para feodal (tuan tanah) bersikap serakah untuk menyerobot kebun-kebun orang lain karena
menganggap jannah=kebun, dan dari sini juga orang menjadi berpikir bhwa Jannah itu adalah
identik dengan materialisme itu bagi penganut Naturalisme (paham liberal), sedangkan bagi yang
berpaham idealisme menjadi stempel tentang baik dan buruknya sesuatu yang ideal menurut
kepentingan tertentu sehingga dia rela menjadikan orang-orang yang bodoh menjadi korbannya,
ditindas oleh penguasa fasilitas (Pemrintah & Pengusaha) karena mnjadi pengkhayal yang
merasa akan mendapat Kebun / Surga di akhirat (dalam arti alam lain setelah meninggal).

Jadi kedua pola pikir ini merusak dan merugikan ummat manusia, oleh sebab itu mari kita
perbaiki melalui perbaikan pola pikir.
Coba kita perhatikan, jawaban Alquran menurut versi Sunnah Rasul

" Gembirakanlah / Hiburlah mereka (dengan Alquran Wa sunnaturrasul) yang telah menyatakan
beriman yaitu yang telah berbuat tepat bahwasanya untuk kehidupan mereka itu adalah
seperti taman yang dialiri sejenis aliran irigasi (begitulah hal nya mukmin yang tertata dan
dialiri dengan sistem pendidikan Alquran), sehingga masing-masing mereka itu adalah
hidup adil makmur menurut yang demikian (kehidupan jannah=Islam) sehingga adil
makmur membuahkan hasil guna , selanjutnya mereka mengatakan "inilah kehidupan adil
makmur yang sebelumnya mereka telah melakukan perbaikan diri (taubat dengan rattil dan
shalat) dengan yang demikian (diungkap dengan bahasa sastra /mutasyabihat), dan untuk
kehidupan mereka itu didalamnya adalah partner-partner yang bersih dari motif jahat sedangkan
mereka didalamnya adalah abadi (konsisten) seabadi iman (pandangan dan sikap hidup yg
mereka bangun)"

Jadi, ketika Allah membicarakan taman sebagai sebuah ungkapan pasti alam sebenarnya adalah
sebagai sebuah kiasan atau perumpamaan/ibarat. Coba perhatikan taman , bisa tidak jika tidak
ditata diatur dibangun menjadi bersih dan rapi serta tumbuh berkembang dengan subur yang
menyejukkan dan indah dipandang sehingga bisa menghasilkan berbagai jenis buah-buahan,
seperti itu juga halnya mukmin. Bisa tidak membuahkan hasil yang hasanah, jika manusia tidak
ditata isi hatinya, ucapan dan perbuatannya dengan sistem pendidikan yang sesuai dengan
Alquran wa sunnaturrasul ?

Maka wajar sajalah, segala penyimpangan dari rakyat Jelata hingga kaum elit sampai saat ini
belum berakhir, karena masih terhipnotis dengan pendidikan jungkir balik yang otomatis telah
menjungkir balikkan pandangan manusia tentang Al-Quran wa Sunnaturasul, salah paham inilah
sebagai sumber bencana. Padahal Jannah itu adalah hasanah di dunia dan hasanah di akhirat,
dunia itu dipandang dari sudut pandang Alquran adalah cermin kehidupan akhirat ( addunya mir-
atul akhirat ) bahkan di dunia itulah tempat bercocok tanam iman agar menghasilkan kehidupan
akhirat. ( addunya majra-atul akhirat ) apakah akhirat itu adanya di alam lain selain di bumi?
padahal kata Allah, di bumi itulah kalian dihidupkan dan dimatikan serta didalamnya itu pula
dibangkitkan ( fiihaa tahyauna wa fiiha tamutunna wa minha tuhrajuun ). Tidak malukah kita yg
mengaku mukmin / muslim dan merasa percaya diri akan mendapatkan jannah sementara di
muka bumi ini kita setengah hati untuk membangun kehidupan hasanah? jangankan mampu
membangunnya, memahami peta kehidupan jannah saja kita tidak mau sepenuh hati, peta itu
adalah petunjukNya yaitu Alquranu wa Sunnaturasul, sehingga maa kunta tadrimal kitabi wa lal
iman = jikalau anda tak menguasai isi kitab niscaya tak ada iman, nah iman itu adalah jannah!
dalam arti mereka yang beriman itulah bagaikan taman yang saling merindangkan kepuasan
hidup indah ! saling memanenkan / membuahkan hasil guna buat yang membutuhkannya, seolah
si mukmin itu sendiri tdk membutuhkan buahnya, dia hanya butuh tumbuh dan berkembang dan
berdaya guna dengan pengairan yang tepat !, sehingga mereka indah bagaikan taman yang rapi
bersih dan menyejukkan, meneduhkan! kaitkan dengan hadist nabi: sebaik-baik manusia adalah
manusia yang paling berdaya guna bagi manusia lainnya! coba perhatikan kondisi manusia
zaman sekarang.. yang bersaing keras untuk saling merusak manusia lainnya demi kepentingan
pribadinya sendiri. Mulai dari penguasa, ulama, pengusaha, dll. Apakah itu wujud jannah atau
NAR?! semua ini akibat dari pemahaman tentang makna iman = percaya, kalau dianggap
beriman cukup mempercayai saja, teruskanlah. A fa laa ta'qiluun ?! = apakah kalian tak
menggunakan aqal sesuai dengan Al-quranu wa SunnaturrasulNya ?!

Yahudi dan bani Israil adalah makhluk Allah yang dikaruniai kemampuan lebih hebat
dibanding dengan ummat lainnya oleh karena Allah terus menerus menurunkan Ilmu-
NYA didalam pangkuan bangsa mereka selama 2000 tahun. Mereka tidak mengakui
keRasulan Muhammad, salahsatu nya, karena garis keturunan Rasul SAW dari pembantu/selir
nya nabi Ibrahim, Hajar, ibunda nya nabi Ismail. Bukan dari garis keturunan nabi Ishaq, nenek
moyangnya Yahudi (katanya, kata mereka).

Apakah pemikiran dan kehidupan IPOLEKSOSBUD mereka yang begitu ILMIAH, yang
dimiliki Yahudi persaat ini hasil dari pemikiran pribadi-pribadi mereka ataukah hasil dari
nyolong ILMU yang sudah 2000 tahun lebih mereka rekam dari kitab-kitab yang Allah
turunkan termasuk AlQuran? (QS 18:9, Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami
gua dan (yang mempunyai) raqim...). Wajar saja Yahudi dan antek-anteknya bisa menguasai
sejarah peradaban dunia sejak khalifah Ali wafat, ternyata mereka menguasai ilmu Allah tapi
menyalahgunakannya menurut ambisi pribadinya dan golongannya saja! Bahkan bangsa yang
tersingkir dalam percaturan dunia atau peradaban rimba, baik itu peradaban teknologi maupun
agamanya, hanya dieksport dan dicekoki ajaran takhayul (khayalan), yang hanya bisa
berkhayal besar tanpa kerja keras secara ilmiah! Dibuatkan film-film kolosal yang khayali agar
pemikiran takhayul mereka semakin dibuat subur termindset dalam otak orang islam persaat ini.

Dimana korelasi serta relevansi-nya dengan realita kehidupan sosial secara kongkrit,
berbagai cerita tentang : pahala, surga, dosa, neraka, keajaiban menghidupkan orang mati,
menyembuhkan orang buta, membelah laut, tongkat menjadi ular, melunakkan besi, bicara
dengan hewan, memindahkan istana megah dalam sekejapan mata, rambut di belah tujuh,
membelah dada orang lalu mencuci hatinya, dll. Kaidah mana yang sesat menyesatkan?
Apakah pemikiran yang penuh khayal? Ataukah kaidah Ilmiah yang sesuai dengan proses
kejadian alam?

Pikiran manusia tidak akan menerima ide yang tidak masuk akal, kecuali manusia menerima
lebih dulu konsep yang dinamakan mujizat (kejadian ajaib atas kuasa Tuhan). Konsep
mujizat atau miracle dipopulerkan oleh Yahudi dan Nasrani melalui kisah-kisah para nabi
dalam kitab perjanjian lama dan perjanjian baru. Mereka memperkenalkan konsep ini kepada
bangsa Arab dengan istilah dalam bahasa Arab : mujizat. Maka, bila manusia sudah
menerima/percaya dengan konsep mujizat, . . cerita ajaib apapun akan mudah diterima.
Termasuk anak yang lahir dari seorang perawan . . dipandang sebagai mujizat.
Allah dengan melalui ILMU-NYA, ALQURAN, tidak pernah bikin dongeng, yang
membikin ajaran Allah menjadi dongeng adalah distorsi pada perspektif atau sudut
memandang manusia dalam menafsirkan ayat-ayatnya sehingga menjadi dongeng.

Mereka mengetahui rahasia AlQuran sebagaimana mereka mengetahui tanda dalam tubuh
maupun kepribadian anak-anak kandung mereka sendiri. QS 2: 146, Orang-orang (Yahudi dan
Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad (yakni dengan
ajaran-NYA, ALQURAN) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya
sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.

QS 12:111, Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-
orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi
membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.

Setiap kali Allah menurunkan satu Kitab, sebagian Yahudi selalu meng-Kadzdzaba
(mendustakan Ilmu/meng aduk-aduk/melacur Ilmu) ajaran Allah. Ini yang perlu kita catat
dan cam-kan, pelacuran Ilmu (kadzdzaba) Yahudi di sepanjang sejarah kehidupan umat manusia
sehingga ummat manusia di seantero dunia, sepanjang zaman, sepeninggal para nabi selalu
terjerumus kedalam kehidupan Syar, saling baku hantam sesamanya.

Bagaimanakah dengan AlQuran sepeninggal nabi Muhammad? QS 15/Al-Hijr: 9 menegaskan,


INNA NAHNU NAZALNAADZIKRA WA INNAA LAHU LAHAAFIZHUN, Allah menjamin
tulisan AlQuran akan tetap terjaga sampai akhir zaman. Namun bagaimana dengan
penggunaan pilihan kata terjemahan nominal sehingga mempengaruhi didalam
pemaknaan yang terkandung di dalam tulisan AlQuran sepeninggal nabi Muhammad?
Salah menterjemahkan nominal kata maka akan salah memaknai, maka salah pula
didalam mempraktekkannya.

AlQuran datang dari Arab, kita sedang apa dan bagaimana, situasi dan kondisi ketika
kedatangan AlQuran dari Arab pada abad ke 7, di Indonesia sedang apa? Dan di Arab pun sedang
terjadi seperti apa kondisi nya pada saat AlQuran diperkenalkan keluar dan sampai ke Indonesia.
Kita sudah sama-sama sepakat bahwa Teks bahasa Alquran tidak pernah ada perubahan dari
sejak awal nabi SAW, seperti yang disebutkan pada ayat diatas, tetapi didalam menterjemahkan
istilah kata dalam Alquran itulah yang perlu di kaji ulang, apakah ada pembelokkan-
pembelokkan istilah kata yang di ambil sehingga makna nya menjadi lain dan otomatis
pelaksanaannya pun menjadi salah. (https://www.facebook.com/notes/muhajir-isnaini/latar-
belakang-bangsa-indonesia/837039783015281)

Вам также может понравиться