Вы находитесь на странице: 1из 6

[Keperawatan Jiwa] Konsep Dasar Klien

Dengan Depresi
20 Oktober 2011 dazspecta Tinggalkan komentar Go to comments

Rate This

Ini makalah keperawatan jiwa tentang klien dengan depresi. Apa itu depresi? Dan
bagaimana penatalaksanaannya?

A. Pengertian Depresi

1. Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan


kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya
kegairahan hidup. (Hawari, 2001, hal.19)
2. Depresi adalah suatu mood sedih (disforia) yang berlangsung lebih dari empat
minggu, yang disertai prilaku seperti perubahan tidur, gangguan konsentrasi,
iritabilitas, sangat cemas, kurang bersemangat, sering menangis, waspada
berlebihan, pesimis, merasa tidak berharga, dan mengantisipasi kegagalan. (DSM-
IV-TR,2000 dalam Videbeck, 2008, hal.388)
3. Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan
sedih dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan. (Purwaningsih, 2009,
hal. 130)
4. Depresi adalah keadaan emosional yang ditunjukkan dengan kesedihan, berkecil
hati, perasaan bersalah,penurunan harga diri, ketidakberdayaan dan keputusasaan.
(Isaacs, 2004, hal. 121)

Dari keempat pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa depresi adalah gangguan alam
perasaan yang disertai oleh komponen psikologik dan komponen somatic yang terjadi
akibat kesedihan yang panjang.

B. Rentang Respon Emosional

Menurut Purwaningsih (2009) Reaksi Emosi dibagi menjadi dua yaitu:

1. Reaksi Emosi Adaptif

Merupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap rangsangan yang diterima
dan berlangsung singkat. Ada 2 macam reaksi adaptif :

Respon emosi yang responsive

Keadaan individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada rentang ini individu
dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal.

Reaksi kehilangan yang wajar

Merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang mengalami
kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita dari kehilangan dan mengalami
proses kehilangan, misalnya Bersedih, berhenti kegiatan sehari hari, takut pada diri
sendiri, berlangsung tidak lama.

2. Reaksi Emosi Maladaptif

Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan, respon ini dapat dibagi 3
tingkatan yaitu :

Supresi

Tahap awal respon emosional maladaptive, individu menyangkal, menekan atau


menginternalisasi semua aspek perasaannya terhadap lingkungan.

Reaksi kehilangan yang memanjang

Supresi memanjang mengganggu fungsi kehidupan individu. Gejala : bermusuhan,


sedih berlebih, rendah diri.

Mania/ Depesi
Merupakan respon emosional yang berat dan dapat dikenal melalui intensitas dan
pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi sosial.

C. Psikopatologi

Alam perasaan adalah kekuatan/ perasaan hati yang mempengaruhi seseorang dalam
jangka waktu yang lama setiap orang hendaknya berada dalam afek yang tidak stabil tapi
tidak berarti orang tersebut tidak pernah sedih, kecewa, takut, cemas, marah dan emosi
ini terjadi sebagai kasih sayang sesorang terhadap rangsangan yang diterimanya dan
lingkungannya baik internal maupun eksternal. Reaksi ini bervariasi dalam rentang dari
reaksi adaptif sampai maladaptif.

1. Penyebab Terjadinya Depresi

Penyebab utama depresi pada umumnya adalah rasa kecewa dan kehilangan. Tak ada
orang yang mengalami depresi bila kenyataan hidupnya sesuai dengan keinginan dan
harapannya.

a. Kekecewaan

Karena adanya tekanan dan kelebihan fisik menyebabkan seseorang menjadi jengkel tak
dapat berfikir sehat atau kejam pada saat-saat khusus jika cinta untuk diri sendiri lebih
besar dan pada cinta pada orang lain yang menghimpun kita, kita akan terluka, tidak
senang dan cepat kecewa, hal ini langkah pertama depresi jika luka itu direnungkan terus-
menerus akan menyebabkan kekesalan dan keputusasaan.

b. Kurang Rasa Harga Diri

Ciri-ciri universal yang lain dari orang depresi adalah kurangnya rasa harga diri,
sayangnya kekurangan ini cenderung untuk dilebih-lebihkan menjadi estrim, karena
harapan harapan yang realistis membuat dia tak mampu merestor dirinya sendiri, hal ini
memang benar khususnya pada individu yang ingin segalanya sempurna yang tak pernah
puas dengan prestasi yang dicapainya.

e. Perbandingan yang tidak adil

Setiap kali kita membandingkan diri dengan seseorang yang mempunyai nilai lebih baik
dari kita dimana kita merasa kurang dan tidak bisa sebaik dia maka depresi mungkin
terjadi.

d. Penyakit

Beberapa faktor yang dapat mencetuskan depresi adalah organic contoh individu yang
mempunyai penyakit kronis kanker payudara dapat menyebabkan depresi.

e. Aktivitas mental yang berlebihan


Orang yang produktif dan aktif sering menyebabkan depresi.

f. Penolakan

Setiap manusia butuh akan rasa cinta, jika kebutuhan akan rasa cinta itu tak terpenuhi
maka terjadilah depresi. (Anonymous, 2004)

Menurut Nanda (2005-2006) adapun Faktor-faktor yang berhubungan dengan sedih


kronis adalah:

1. Kematian orang yang dicintai


2. Pengalaman sakit mental/ fisik kronis, cacat (retardasi mental, sklerosis multiple,
prematuritas, spina bifida, kelainan persalinan, sakit mental kronis, infertilitas,
kanker, sakit Parkinson)
3. Pengalaman satu atau lebih kejadian yang memicu (krisis dalam manajemen
penyakit, krisis berhubungan dengan stase perkembangan, kehilangan kesempatan
yang dapat meningkatkan perkembangan, norma social atau personal)
4. Ketergantungan tak henti pada pelayanan kesehatan dengan mengingat
kehilangan.

2. Gejala Klinis Depresi

Menurut Hawari (2001) secara lengkap gejala klinis depresi adalah sebagai berikut :

1. Afek disforik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup menurun, tidak
semangat, merasa tidak berdaya;
2. Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan;
3. Nafsu makan menurun;
4. Berat badan menurun;
5. Konsentrasi dan daya ingat menurun
6. Gangguan tidur: insomnia (sukar/tidak dapat tidur) atau sebaliknya hipersomnia
(terlalu banyak tidur). Gangguan ini sering kali disertai dengan mimpi mimpi
yang tidak menyenangkan, misalnya mimpi orang yang telah meninggal;
7. Agitasi atau retardasi psikomotor (gaduh gelisah atau lemah tak berdaya);
8. Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi melakukan hobi,
kreativitas menurun, produktivitas juga menurun;
9. Gangguan seksual (libido menurun);
10. Pikiran-pikiran tentang kematian, bunuh diri.

D. Penatalaksanaan Depresi

Menurut (Tomb, 2003, hal.61)


Semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi, dan beberapa memerlukan
tambahan terapi fisik. Kebutuhan terapi khusus bergantung pada diagnosis, berat
penyakit, umur pasien, respon terhadap terapi sebelumnya.

1. Terapi Psikologik

Psikoterapi suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan, empati, pengertian dan


optimistic. Bantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan hal-hal yang
membuatnya prihatin dan melontarkannya. Identifikasi factor pencetus dan bantulah
untuk mengoreksinya. Bantulah memecahkan problem eksternal (misal, pekerjaan,
menyewa rumah), arahkan pasien terutama selama periode akut dan bila pasien tidak
aktif bergerak. Latih pasien untuk mengenal tanda-tanda dekompensasi yang akan dating.
Temui pasien sesering mungkin (mula-mula 1-3 kali per minggu) dan secara teratur,
tetapi jangan sampai tidak berakhir atau untuk selamanya. Kenalilah bahwa beberapa
pasien depresi dapat memprovokasi kemarahan anda (melalui kemarahan, hostilitas, dan
tuntutan yang tak masuk akal, dll.). psikoterapi berorientasi tilikan jangka panjang, dapat
berguna pada pasien depresi minor kronis tertentu dan beberapa pasien dengan depresi
mayor yang mengalami remisi tetapi mempunyai konflik.

Terapi Kognitif Perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi sedang dan
ringan. Diyakini oleh sebagian orang sebagai ketidakberdayaan yang dipelajari, depresi
diterapi dengan memberikan pasien latihan keterampilan dan memberikan pengalaman
pengalaman sukses. Dari perspektif kognitif, pasien dilatih untuk mengenal dan
menghilangkan pikiran pikiran negative dan harapan harapan negative. Terapi ini
mencegah kekambuhan.

Deprivasi tidur parsial (bangun mulai di pertengahan malam dan tetap terjaga sampai
malam berikutnya), dapat membantu mengurangi gejala- gejala depresi mayor buat
sementara. Latihan fisik (berlari, berenang) dapat memperbaiki depresi, dengan
mekanisme biologis yang belum dimengerti dengan baik.

2. Terapi Fisik

Semua depresi mayor dan depresi kronis atau depresi minor yang tidak membaik
membutuhkan antidepresan (70-80 % pasien berespon terhadap antidepresan), meskipun
yang mencetuskan jelas terlihat atau dapat diidentifikasi. Mulailah dengan SSRI atau
salah satu antidepresan terbaru. Apabila tidak berhasil, pertimbangkan antidepresan
trisiklik, atau MAOI (terutama pada depresi atipikal) atau kombinasi beberapa obat
yang efektif bila obat pertama tidak berhasil. Waspadalah terhadap efek samping dan
bahwa antidepresan dapat mencetuskan episode manik pada beberapa pasien bipolar
(10 % dengan TCA, dengan SSRI lebih rendah, tetapi semua koonsep tentang presipitasi
manic masih diperdebatkan). Setelah semuh dari episode depresi pertama, obat
dipertahankan untuk beberapa bulan, kemudian diturunkan, meskipun demikian pada
beberapa pasien setelah satu atau lebih kekambuhan, membutuhkan obat rumatan untuk
periode panjang. Antidepresan saja (tunggal) tidak dapat mengobati depresi psikosis
unipolar.
Litium efektif dalam membuat remisi gangguan bipolar, mania dan mungkin bermanfaat
dalam pengobatan depresi bipolar akut dan beberapa depresi unipolar. Obat ini cukup
efektif pada bipolar serta untuk mempertahankan remisi dan begitu pula pada pasien
unipolar. Antikonvulsan tampaknya juga sama baik dengan litium untuk mengobati
kondisi akut, meskipun kurang efektif untuk rumatan. Antidepresan dan litium dapat
dimulai secara bersama sama dan litium diteruskan setelah remisi. Psikotik, paranoid
atau pasien sangat agitasi membutuhkan antipsikotik, tunggal atau bersama sama
dengan antidepresan, litium atau ECT antidepresan antipikal yang baru saja terlihat
efektif.

ECT mungkin merupakan terapi terpilih:

1. Bila obat tidak berhasil setelah satu atau lebih dari 6 minggu pengobatan,
2. Bila kondisi pasien menuntut remisi segera (misal, bunuh diri yang akut),
3. Pada beberapa depresi psikotik,
4. Pada pasien yang tidak dapat mentoleransi obat (misal pasien tua yang
berpenyakit jantung). Lebih dari 90 % pasien memberikan respons.

Вам также может понравиться