Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KELOMPOK 1
Ernawati Sibala
Riskah
Windasari
Satriani
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didalam kehidupan, protein merupakan molekul yang sangat penting dalam tubuh
maklhuk hidup. Hal ini disebabkan oleh hampir semua reaksi kimia dalam sistem biologi
dikatalisis oleh enzim dan hampir semua enzim adalah protein. Unit dasar penyusun struktur
protein adalah asam amino. Yang asam amino ini bekerja dalam proses kehidupan di dalam
tubuh makhluk hidup. Pentingnya protein dan asam amino bagi makhluk hidup membuat kami
merasa tertarik tertantang untuk membahas materi ini. Pokok bahasan ini erat kaitannya dengan
kerja tubuh kita sehari-hari sebab molekul ini (protein) merupakan makromolekul terbanyak
dalam sel (hampir setengah dari berat kering sel merupakan molekul protein). Selain untuk
menambah pengetahuan dan wawasan kami, pembuatan makalah ini juga dapat membuat kami
menyadari akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi belajar lebih bersyukur serta
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asam Amino
Asam amino yang merupakan monomer (satuan pembentuk) protein adalah suatu senyawa yang
mempunyai dua gugus fungsi yaitu gugus amino dan gugus karboksil. Dalam biokimia seringkali
pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama . Gugus karboksil
memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam amino
bersifat amfoterik yaitu cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan
asam. Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion. Asam amino termasuk
golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena salah satu fungsinya sangat penting dalam
Asam amino adalah molekul organik dengan massa molekul kecil (100200) yang mengandung
setidaknya satu gugus karboksil (COOH) dan satu gugus amino (NH2) dan merupakan komponen
penting untuk biosintesis protein. Asam amino adalah suatu derivat dari asam karboksilat yang pada
C- nya berikatan dengan gugus amina, hidrogen, dan rantai samping R (Sudarmadji dan Suhardi,
1989).
Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat gugus: gugus amina
(NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari residue) atau disebut
juga gugus atau rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya.
Atom C pusat tersebut dinamai atom C ("C-alfa") sesuai dengan penamaan senyawa bergugus
karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung dengan gugus karboksil. Oleh karena gugus amina
juga terikat pada atom C ini, senyawa tersebut merupakan asam -amino. Asam amino biasanya
diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai samping tersebut menjadi empat kelompok. Rantai
samping dapat membuat asam amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan
Asam amino dalam kondisi netral berada dalam bentuk ion dipolar (ion zwitter), Gugus amino pada
asam amino dipolar mendapat tambahan sebuah proton dan gugus karboksil terdisosiasi (Winarno,
1986).
Dalam protein terdapat 20 asam amino utama yang berperan sebagai pembangun. Masing-
masing asam amino berbeda satu dengan yang lain pada rantai sampingnya atau gugus R, seperti pada
tabel 1. Asam amino yang dapat disintesis sendiri oleh makhluk hidup disebut asam amino non esensial,
sedangkan asam amino yang tidak dapat disintesis sendiri dan harus diperoleh dari makanan disebut
Metabolisme asam amino umumnya dapat terjadi dalam tiga jalur, yaitu 2 jalur katabolisme dan
1 jalur anabolisme. Jalur katabolisme asam amino merupakan proses degradasi dan glukoneogenesis,
sementara jalur anabolisme asam amino merupakan proses sintesis protein. Sintesis protein dikode oleh
DNA (kode genetik) yang terdapat di inti mitokondria. Tersedianya asam amino harus mencerminkan
distribusinya dalam protein. Asam-asam amino diperlukan dalam sintesis protein tubuh dan senyawa-
senyawa lain yang secara fisiologis penting bagi metabolisme, misalnya hormon-hormon dan
lambung akan memberikan medium asam yang dapat mengaktivasi pepsin dan renin untuk membantu
mencerna protein. Pepsin memecah (Gugus Amino) (Gugus Karboksil) (Rantai Cabang)1 protein menjadi
gugus yang lebih sederhana yaitu protease dan pepton, dan akhirnya akan dipecah menjadi asam amino.
Protein diserap oleh usus dalam bentuk asam amino (Gusrina, 2008).
selisih muatan dari daerah yang satu ke daerah yang lain. Golongan ini terdiri
dari lima asam amino yang mengandung gugus alifatik (Alanin, leusin, isoleusin,
valin,dan prolin) dua dengan R aromatic (fenilalanin dan triptopan) dan satu
asam amino yang termasuk golongan ini. Selain itu yang termasuk dalam
disebabkan oleh gugus amida (-CONH2) serta sistein oleh gugus sulfidril
(-SH).
Asam amino dengan gugus R bermuatan negative (Asam amino asam)
Golongan asam amino ini bermuatan negative pada pH 6.0-7.0 dan
amino essensial, Asam amino nonessensial dan Asam amino semi essensial.
a. Asam Amino Esensial
Adalah asam amino yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh, sehingga
harus didapat dari konsumsi makanan. Jenis-jenis Asam amino esensial yaitu :
1) Triptofan; merupakan asam amino esensial, ini merupakan beberapa
wijen.
3) Metionin: bersifat esencial. Oleh sebab itu, harus di ambil dari bahan
daging, susu, beras merah dan kacang kedelai. Pada produk-produk susu
susu dan keju. Selain itu, asam amino esensial ini terdapat pada biji-
bijian yang mengandung minyak seperti kacang tanah, wijen, dan gentil).
b. Asam amino non-esensial.
Adalah asam amino yang bisa diproduksi sendiri oleh tubuh, sehingga memiliki
prioritas konsumsi yang lebih rendah dibandingkan dengan asam amino esensial.
tahun 1988, tirosin berfungsi pula sebagia obat stimulan dan penenang
tekanan, tanpa efek samping. Tirosin terkandung dalam hati ayam, keju,
siap diubah menjadi energi, salah satu elemen besar dari kolagen.Sistein
(kecuali pada kolagen yang mengandung glisin dari dua per tiga
mencukupi.
6) Glutamic Acid (Asam Glutamic); pemicu dasar untuk glutamine, proline,
dan metabolisme asam amino lain. Karena ion glutamat yang dapat
merangsang beberapa type saraf yang ada pada lidah manusia, glutamat
otot. Merupakan asam amino yang dikenal pula dengan sebutan asam
glumatik. Asam amino ini berfungsi sebagai bahan bakar otak yang
temukan pula pada daging (segala macam sumber), telur dan susu (serta
produk turunanya).
c. Asam amino semi esensial
Adalah kelompok asam amino non-esensial, namun didisintesis tubuh dalam
jumlah yang tidak mencukupi sehingga harus didapat dari makanan maupun
aliran darah dan pengantaran nutrisi yang lebih baik) dan GABA, dan
sel darah merah dan sel darah putih, banyak digunakan untuk terapi
subset kecil dari kelompok ini yang memiliki atom karbon pusat (- ) yang
memiliki gugus amino, gugus karboksil, rantai samping dan konformasi levo -
hidrogen, kecuali glisin dalam bentuk achiral, dan prolin yang merupakan
kelompok amina sekunder dan akibatnya sering disebut sebagai asam imino
protein selama translasi. Namun, ada dua asam amino proteinogenik tambahan:
selenosistein dan pirolidin. Asam amino non-standar ini tidak memiliki kodon
khusus, namun ditambahkan sebagai pengganti kodon berhenti saat ada urutan
spesifik, kodon UGA dan elemen SECIS untuk selenosistein, urutan hilir UAG
yang tidak dikodekan secara alami atau ditemukan dalam kode genetik
proteinogenik), lebih dari 140 asam amino diketahui terjadi secara alami pada
protein dan ribuan lainnya dapat terjadi di alam atau disintesis di laboratorium.
Beberapa asam amino bukan protein ini mempunyai fungsi penting sebagai
sumber atau senyawa antara dalam metabolism. -alanina, umpamanya
senyawa antara dalam sintesis arginin. Beberapa asam amino lain yang terdapat
penemuan peptida dan obat. Contoh penting asam amino yang digunakan dalam
buatan manusia, dan ada dalam meteorit dan percobaan prebiotik (misal
eksperimen Miller-Urey).
Asam Amino Non Protein ( AANP) adalah asam amino yang memiliki komponen
mengandung gugus amino dan gugus karboksi. Namun demikian struktur AANP
bukan merupakan struktur asam amino penyusun protein yang telah kita kenal
sebagai asam amino esensial dan asam amino non esessensial sehingga di
mereka untuk meniru sifat tertentu dari asam amino proteinogenik, seperti
Penicillamine adalah asam amino terapeutik, yang cara kerjanya tidak diketahui
Mekanisme kerja asam amino nonprotein dalam tubuh analog dengan
mekanisme kerja asam amino protein. Misalnya Mimosine, yang bekerja analog
dapat membentuk protein yng tersusun dari tyrosine ( Wina dan Tangenjaya,
2000).
Asam amino non protein dapat di klasifikasi menjadi dua kelompok, yaitu :
1) Alpha Amino Acid, seperti
Ornithin; adalah asam amino non-esensial hasil reaksi hidrolisis
melakukan remodeling asam amino, serta mengubah rangka karbon non asam amino menjadi
asam amino dan turunan lain yang mengandung nitrogen. Jalur metabolik utama dari asam-
asam amino terdiri atas pertama, produksi asam amino dari pembongkaran protein tubuh,
digesti protein diet serta sintesis asam amino di hati. Kedua, pengambilan nitrogen dari asam
amino. Sedangkan ketiga adalah katabolisme asam amino menjadi energi melalui siklus asam
serta siklus urea sebagai proses pengolahan hasil sampingan pemecahan asam amino. Keempat
amino, yaitu: Transaminasi dan Pelepasan amin dari glutamat menghasilkan ion ammonium.
Tetapi, hati merupakan tempat utama metabolisme nitrogen. Dalam kondisi surplus diet,
nitrogen toksik potensial dari asam amino dikeluarkan melalui transaminasi, deaminasi dan
pembentukan urea. Rangka karbon umumnya diubah menjadi karbohidrat melalui jalur
glukoneogenesis, atau menjadi asam lemak melalui jalur sintesis asam lemak. Berkaitan dengan
Asam amino glukogenik adalah asam-asam amino yang dapat masuk ke jalur produksi
piruvat atau intermediat siklus asam sitrat seperti -ketoglutarat atau oksaloasetat. Semua asam
amino ini merupakan prekursor untuk glukosa melalui jalur glukoneogenesis. Semua asam amino
kecuali lisin dan leusin mengandung sifat glukogenik. Lisin dan leusin adalah asam amino yang
sematamata ketogenik, yang hanya dapat masuk ke intermediat asetil KoA atau asetoasetil KoA.
E. Metode Analisis Asam Amino
1. Analisis Kualitatif
a. Uji Xanthoproteic:
Uji positif untuk cincin benzen yang memiliki gugus amino atau hidroksil, seperti yang
ada pada triptofan dan tirosin. Penambahan HNO 3 terkonsentrasi, memberi warna
dicampur terjadi endapan putih yang berubah menjadi kuning apabiladipanaskan. Reaksi
yang terjadi adalah nitrasi pada inti benzena yang terdapatpada molekul protein. Reaksi
ini positif untuk protein yang mengandung triptofan,fenilalanin, tirosin (Poedjiadi, 1994).
b. Reaksi Ninhidrin
Merupakan reaksi warna yang biasa digunakan untuk identifikasi asam amino.
Nindhidrin merupakan oksidator yang sangat kuat yang dapat menyebabkan terjadinya
dekarboksilasi oksidatif asam a-amino untuk menghasilkan CO 2 , NH2 dan suatu aldehid
dengan suatu atom karbon kurang daripada asam amino induknya. Ninhidrin yang
tereduksi kemudian bereaksi dengan amino lepas membentuk kompleks biru-ungu yang
Prosedur :
Masukkan 2 mL asam amino yang akan di identifikasi ke dalam tabung reaksi
dengan pH netral.
Tambahkan pereaksi Ninhidrin. c. Didihkan selama 2 menit dalam penangas air.
Amati warna hasil reaksi
c. Reaksi Sanger
Reagen untuk penentuan asam amino N-terminal dalam peptida.
Pada tahap pertama, gugus amino digabungkan ke 1-fluoro-2,4-dinitirobenzena (melalui
hidrolisis cukup ringan (yang bisa sangat mengganggu), maka seluruh peptida dapat
terdegradasi melalui reaksi ini. Setelah pembelahan residu dinitrofenil masih terhubung
dengan asam amino N-terminal. Itu dapat dengan mudah dipisahkan dan dianalisis
(FDNB). Dalam suasana basa lemah FDNB bereaksi dengan asam a-amino membentuk
d. Reaksi Edman
Reaksi ini merupakan reaksi antara a-amino dengan fenil isotiosianat yang menghasilkan
titik lebur.
e. Sistein (Reaksi Nitroprusida)
Reaksi antara gugus sulfidril dari asam amino (sistein), peptida (glutation) atau protein
dengan nitroprusida dalam suasana amoniak berlebih dapat diterangkan dengan reaksi
berikut:
Prosedur:
berbagai cara produksi protein rekombinan menggunakan inang yang aman dan
relatif mudah dikultur sehingga protein dapat diproduksi pada skala industri.
juga sangat penting, oleh karena itu telah dikembangkan berbagai metode
identifikasi dan karakterisasi protein menggunakan metode berbasis protein,
untuk peningkatan efektivitas dan penurunan efek toksik dari obat. Salah satu
vaksin manusia dan hewan yang saat ini banyak dikembangkan adalah vaksin
subunit yang terdiri atas protein rekombinan. Selain di bidang farmasi dan
kinerja tinggi atau yang lebih dikenal dengan istilah High Performance Liquid
yang cocok digunakan untuk memisahkan senyawa yang tidak tahan terhadap pemanasan,
berat molekul dan struktur senyawa organik. Selain itu, alat ini juga dapat HPLC dengan MS
(LC-MS) memiliki selektivitas yang tinggi, sehingga identifikasi dan kuantifikasi dapat
dilakukan dengan jumlah sampel yang sedikit dan tahapan preparasi yang minimal. Hal ini
membuat LC-MS semakin populer untuk mendeteksi berbagai senyawa (Maryam, 2007).
LC-MS digunakan fasa gerak atau pelarut untuk membawa sampel melalui kolom yang berisi
padatan pendukung yang dilapisi cairan sebagai fasa diam. Selanjutnya analit dipartisikan di
antara fasa gerak dan fasa diam tersebut, sehingga terjadi pemisahan karena adanya
perbedaan koefisien partisi. Sampel yang telah dipisahkan dalam kolom diuapkan pada suhu
tinggi, kemudian diionisasi. Ion yang terbentuk difragmentasi sesuai dengan rasio
(Khopkar, 2008).
a. Deteksi GABA pada daun Artocarpus Atilis
Senyawa Gamma Amino Butyric Acid atau GABA merupakan asam amino non
pada tumbuhan (Roberts, 2007), bakteri asam laktat (Kook & Cho, 2013) serta
hewan (Luscher & Keller, 2004). Pada Mammalia, GABA merupakan merupakan
neurotransmiter utama sistem saraf pusat (Kittler & Moss, 2003), berperan sebagai
& Keller, 2004). Selain pada sistem pancreas saraf pusat, GABA juga terdapat
dalam konsentrasi tinggi pada sel bersama insulin tapi dalam vesikel berbeda
(Franklin & Wollheim, 2004). GABA pankreas memiliki keterkaitan dengan diabetes
dalam hal menjaga kondisi homeostasis glukosa (Taneera et al., 2012) serta
melibatkan insulin dan glukagon dalam regulasinya (Wang et al., 2013). Selain
tekanan darah pada tikus (Hayakawa et al., 2004) dan manusia (Noguchi et al., 2007)
Keberadaan GABA pada tumbuhan pertama kali diketahui berada pada umbi
pada buah Solanum lycopersicum dan beras hitam (Akihiro et al., 2008). Meskipun
demikian, masih banyak tumbuhan yang belum diteliti dalam aspek deteksi GABA.
Informasi hasil deteksi GABA pada tumbuhan dapat menjadi landasan penelitian
metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Metode ini dilakukan untuk mengetahui
keberadaan GABA dalam tumbuhan yaitu daun Artocarpus sp. dengan metode KLT.
Genus Artocarpus merupakan anggota dari famili Moraceae, yang terdiri dari
beberapa spesies diantaranya Artocarpus altilis( Park.) Fosberg atau sukun. Daun
etanol menggunakan metode maserasi dimana serbuk daun dimaserasi etanol 50%,
disaring dengan corong Buchner hingga didapat filtrat dan residu, residu dimaserasi
ulang 3 kali, filtrat dievaporasi dan hasil evaporasi dikeringkan dalam oven suhu
40oC selama 24 jam. Ekstrak etanol dilarutkan dengan CMC. Preparasi larutan
menggunakan metode KLT dengan fase diam plat silika (TLC plates silica gel 60 F
254). Larutan standar GABA serta sampel ditotolkan pada plat menggunakan syringe
100 l. Plat dikembangkan dalam chamber berisi fase gerak berupa 40 ml BAW 3:1:1
disemprot dengan ninhidrin dan dikeringkan dengan hairdryer dingin. Plat diamati
pada sinar tampak dan sinar UV sebelum dan sesudah spray ninhidrin.
Metode KLT atau Thin Layer Chromatography (TLC) merupakan metode analitik yang
umum dipergunakan dalam deteksi asam amino, disamping metode lain seperti High
bentuk ekstrak etanol 50%. Pengamatan hasil KLT dilakukan pada tahap sebelum dan
sesudah penyemprotan ninhidrin. Hasil KLT diamati dibawah sinar tampak, UV 254
dengan volume penotolan 0,25 mg, 0,50 mg, 1 mg dan 2 mg. Sampel ekstrak etanol
daun A. altilis ditotolkan 3 kali dengan volume penotolan 100 l. Berdasar hasil
pengamatan profil kromatogram KLT GABA pada ekstrak etanol daun A.altilis, GABA
terdeteksi pada sampel dengan penampakan bercak pada rata-rata Rf 0,49. Bercak
baru terdeteksi setelah plat disemprot dengan ninhidrin, baik pada pengamatan di
bawah sinar tampak (Gambar 1.), sinar UV 254 (Gambar 2) dan sinar UV 256
(Gambar 3.). Sementara itu, Rediatning dan Kartini (1987) melaporkan hasil
penelitiannya tentang analisis asam amino dimana GABA merupakan salah satu jenis
asam amino. Detektor ultra lembayung sinar tampak atau detektor fluoresensi dapat
digunakan untuk mendeteksi asam amino. Senyawa yang sering digunakan sebagai
pereaksi untuk derivatisasi adalah OPA o-ftaladehida / ETSH etantiol dan OPA/2-ME.
Pereaksi ini dengan asam amino dapat membentuk derivat iso-indol yang
acetic acid-H2O 5:3:2 atau 4:1:1 sebagai fase gerak dan plat sebagai fase diam.
Larutan ninhidrin 0,2% (w/v-ethanol) digunakan sebagai reagen pewarna. GABA
standar akan terdeteksi dengan ninhidrin sebagai bercak/spot merah setelah plat
fraksi solidnya melalui sentrifugasi . Sementara itu Kim et al., (2009) juga melakukan
analisis GABA dan dideteksi dengan UV detektor pada panjang gelombang 280
nm.Anju et al., (2014) menyebutkn bahwa deteksi GABA pada tanaman yaitu
Solanum torvum dan Zingiber officinale dapat dilakukan dengan HPTLC dengan fase
menguap selama proses pengeringan. Selain itu fase gerak BAW 3:1:1 juga terbuti
dapat digunakan sebagai pengembang untuk deteksi GABA pada daun A. altilis
dengan KLT dimana GABA terdeteksi dalam bentuk bercak merah setelah disemprot
ninhidrin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Asam amino proteinogenik merupakan senyawa yang sangat penting dalam
atau senyawa antara dalam proses metabolism dan penelitian penemuan obat
3. Analisis asam amino proteinogenik pada dasarnya sama dengan analisis protein
Daftar Pustaka
Meti Indrowati ,Pudji Astuti, Rarastoeti Pratiwi , Rumiyati., 2015 DETEKSI GAMMA
AMINO BUTYRIC ACID (GABA) PADA DAUN Artocarpus altilis Jurnal.fkip.uns.ac.id ,Jogyakarta.
Sofya, Emmawaty. 2000. Biokimia 1. Bandar Lampung: Universitas Lampung