Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
penting. Kegiatan produksi memiliki peran sebagai salah satu bagian dari usaha
untuk menyediakan barang dan jasa sebagai pemuas kebutuhan manusia. Dalam
ada untuk menghasilkan output barang dan jasa. Secara rasional, perusahaan akan
berproduksi dengan biaya minimum untuk menghasilkan output tertentu atau akan
Kombinasi input yang dipilih oleh perusahaan dalam menghasilkan output pada
ketersediaan faktor produksi, selera konsumen, politik, sarana prasarana dan lain
sebagainya.
Pemilihan faktor-faktor produksi sebagai input produksi berimplikasi pada
hasil atau output barang dan jasa. Perusahaan seringkali berusaha mencari faktor-
output yang diproduksi akan optimum dengan biaya yang minim. Faktor produksi
pada umumnya terdiri dari faktor tenaga kerja, faktor modal dan teknologi. Faktor
modal dan teknologi pada umumnya sifatnya kurang begitu fleksibel untuk
disesuaikan dengan cepat dibandingkan dengan faktor tenaga kerja. Oleh karena
itu, kebijakan perusahaan yang bersifat jangka pendek seringkali ditujukan pada
faktor tenaga kerja seperti upah kerja, jumlah pekerja dan jam kerja.
Pengusaha dan tenaga kerja pada umumnya memiliki tujuan yang sama
yang besar dengan biaya yang murah dan sebaliknya tenaga kerja ingin
Masalah hubungan industrial tersebut sudah lama menjadi masalah yang cukup
yaitu pengusaha ingin memaksimumkan laba dan returns bagi pemegang saham
konflik kepentingan. Konflik tersebut biasanya terkait dengan nilai upah yang
masyarakat, seringkali di Indonesia terjadi demo buruh terutama saat May Day
(Hari Buruh). Demo buruh seringkali dilakukan oleh pekerja industri yang bersifat
pengupahan adalah acuan dasar dari penetapan upah minimum yang seharusnya
pengupahan.
masalah kepastian pengupahan menjadi masalah nomor satu yang harus segera
diselesaikan di sektor padat karya, utamanya sektor tekstil dan sepatu. Dari data
yang direkapitulasi oleh Desk Khusus Investasi Tekstil dan Sepatu (DKI-TS)
30%. Kemudian, diikuti oleh permasalahan listrik 14% perusahaan, perizinan 8%,
restitusi PPN dan biaya PPN 6%, dan fluktuasi nilai tukar rupiah 6% serta impor
industri padat karya menyerap banyak tenaga kerja, dan pada akhirnya
Tabel 1.1
Jumlah Tenaga Kerja Industri Tekstil Indonesia periode 2010-2013
notebene merupakan industri padat karya memang terbukti menyerap tenaga kerja
yang besar. Selain itu, industri tekstil juga memiliki trend yang positif dan
tenaga kerja di sektor indutri tekstil. Data diatas cukup mempertegas bahwa
indonesia masih membutuhkan industri padat karya meski para pekerja tidak
jarang masih memiliki keterampilan yang masih minim dan dengan tingkat upah
yang relative rendah dibanding sejumlah Negara di Asia. Jika industri padat karya
ini direlokasi ke negeri lain akibat tekanan serikat buruh, ledakan pengangguran
takkan terelakkan. Dengan jumlah pengangguran yang masih 7,17 juta dan
pekerja informal di atas 79 juta, Indonesia justru membutuhkan lebih banyak lagi
Pada sisi yang lain, industri yang bersifat padat modal notabene
menggunakan modal dalam jumlah yang besar, baik modal untuk kegiatan
operasional ataupun pengembangan bisnis. Selain itu, pada industri padat modal
menilai teknologi dengan harga yang sangat mahal sehingga tenaga kerja yang
diperlukan pada industri yang bersifat padat modal adalah relatif lebih sedikit
daripada industri padat karya karena tenaga kerja harus memiliki keahlian untuk
mengoperasikan segala teknologi yang ada. Industri padat modal biasanya hanya
dijalankan oleh perusahaan besar saja. Hal ini mengingat modal awal yang
dibutuhkan amat banyak. Industri padat modal cukup berbeda dengan industri
padat karya yang cenderung menitikberatkan pada jumlah besar tenaga kerja
cenderung dibawah dari penyerapan tenaga kerja oleh industri padat karya.
Tabel 1.2
Jumlah Tenaga Kerja Industri Kilang Minyak Bumi Indonesia periode 2010-
2013
Sumber: Kemenperin
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja yang diserap oleh
industri yang bersifat padat modal seperti industri kilang minyak bumi relatif
lebih sedikit jika dibandingkan dengan industri padat karya. Situasi tersebut
menunjukkan bahwa industri padat modal memiliki kontribusi yang kecil terhadap
sehingga penyerapan tenaga kerja memang jauh lebih sedikit dibandingkan jenis
industri lainnya.
Penetapan upah pada berbagai industri cenderung berbeda-beda. Upah
pekerja pada industri yang bersifat padat karya seringkali lebih rendah dari tingkat
melakukan aksi unjuk rasa untuk meminta kenaikan upah. Tingkat upah yang
diterima oleh tenaga kerja dirasa tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
loyalitas, keahlian dan dalam rangka untuk mendapatkan pekerja yang bermutu.
Dengan pemberian upah yang tinggi, diharapkan loyalitas pekerja tetap terjaga
syarat penting yang harus dipenuhi oleh pekerja sebagai dasar peningkatan upah
seringkali beranggapan bahwa hanya dengan cara upah nominal yang tinggi maka
dapat bekerja dengan lebih baik dan pada akhirnya produktivitas akan meningkat.
kedua belah pihak antara pengusaha dan pekerja. Hubungan timbal balik tersebut
perlu juga dianalisis masing-masing pada industri yang modal dan industri padat
karya untuk acuan yang tepat dalam merumuskan baik kebijakan upah nominal,
2. Manfaat Kebijakan
pada indutri yang padat modal dan padat karya sehingga diharapkan
Dalam bab ini juga dijelaskan mengenai penelitian sebelumnya, hipotesis, metode
penelitian, identifikasi variabel dan definisi operasional variabel. Bab ini juga
memuat jenis dan sumber data, prosedur pengumpulan data, serta teknik analisis.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian ini memuat gambaran umum, deskripsi variabel penelitian, analisis
dan saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.