Pemilihan supplier menjadi proses yang sangat krisis dalam
pembentukan rantai supplai, karena performansi jaringan rantai supplai tergantung pada performansi supplier yang terpilih (Cxakravastia dan Toha, 2000). Proses pemilihan supplier berada pada tahap awal dalam kategori kualitas dalam model integrasi rantai supplai yang artinya supplier yang terpilih sangat menentukan kualitas dari rantai suplai yang tebentuk (Murphy, 2002). Posisi pemilihan suplier pada model integrasi rantai suplai dapat dilihat pada gambar.
Masalah dalam pemilihan supplier :
Masalah-masalah yang sering terjadi dalam proses pemilihan supplier antara lain: 1. Kurangnya informasi tentang supplier, sehingga perusahaan tidak memiliki gambaran yang jelas mengenai suppliernya ketika akan menentukan supplier teerpilih. Seringkali pemilihan supplier dilakukan sangat subjektif. 2. Banyakya kriteria yang harus di pertimbangkan dalam memilih supplier. Sebagian dari kriteria-kriteria ini tidak dapat di kuantifikasikan, yang menyebabkan kesulitan akan mengambil keputusan.
Model pemilihan supplier :
Beberapa model dan pembahasan tentang pemilihan rekanan yang telah ditulis antara lain: Samadhi dan Hoang (1998). Paper ini membahas tentang tahapan- tahapan pemilihan rekanan pada berbagai bentuk shared-CIM system dimana mempertimbangkan kompatibilitas dan logistik tiap-tiap rekanan. Claro, D.P et.al (2002). Paper ini membahas pemilihan supplier pada beberapa bentuk kerjasama jaringan (network). Paper ini memberikan kesimpulan bahwa dalam hubungan antara supplier dan buyer bukan hanya saja berpengaruh, tetapi juga kepercayaan. Cakravastia dan Toha (2000). Paper ini membahas model optimasi pemilihan partner dalam rantai supplai dengan memperhatikan pembatas kriteeria performansi, pembatas kapasitas dan pembatas dependensi aktivitas manufaktur dan logistik. Chen, K.L, et.al (2004). Paper ini mengusulkan model untuk menganalisis supplier yang akan terpilih berdasarkan posisi supplier tersebut pada suatu grafik yang disebut Supplier Capability and Price Analysis Chart. Beberapa cara yang bisa dilakukan dalam proses pemilihan supplier material/produk untuk perusahaan: - Membuat daftar supplier - Membuat penilaian performance setiap supplier Berikut alat dan kriteria yang biasa digunakan dalam pemilihan supplier dan penilaian supplier :
Kriteria Keterangan Level
Kualitas produk/jasa Sangat penting Delivery Catatan Performance Kebijakan warranties and claim Penting Fasilitias and kapasitas produksi Inc R&D strength of each Harga supplier Kemampuan/keahlian teknis Keadaan financial Prosedur compliance Sistem komunikasi Reputasi and posisi Cukup penting perusahaan Antusiasme bisnis Keadaan organisasi/managemen Kebijakan repair/services Prilaku perusahaan Kualitas pengemasan Keadaan hubungan industrial Lokasi
2.4. MANAJEMEN LOGISTIK PADA SCM
Seperti disebutkan diatas, SCM meliputi aliran barang, informasi dan
uang dari tahap raw material supply sampai tahap produksi dan penilaian, dan sampai pada tahap daur ulang. SCM disusun oleh beberapa alat manajemen. Terdapat beberapa pendekatan yang berbeda baik pada sis akunting, manajemen produksi dalam proses informasi, marketing, dan lain- lain. Dimana telah dikembangkan untuk menyelesaikan masalah dalam SCM sebagai contoh, pendekatan akunting pada SCM khususnya berfokus pada cash flow dalam supply chain sementara pendekatan proses informasi berfokus pada aliran informasi. Dalam pembahasan saat ini, akan lebih memperhatikan logistik dalam SCM yaitu manajemen strategi pada aliran barang dalam supply chain. Berdasarkan pada CLM (Council of Logistic Management), logistik adalah bagian dari proses supply chain yang direncanakan, implementasi dan mengontrol aliran yang efektif dan penyimpanan barang, pelayanan dan informasi yang berhubungan dari titik awal pembuatan (hulu) ke titik pemakaian (hilir) agar mememnuhi keinginan pelanggan. Logistik manajemen terdiri dari inventory control, material handling, order control, transportation, warehousing dan lain-lain. Walaupun konsep logistic focus utamanya pada aliran barang, aliran lainnya seperti aliran informasi dan uang juga diperhatikan. Khususnya, manajemen informasi memiliki hubungan yang erat dan tidak bias diabaikan. Permasalahan utama dalam mendesain supply chain perusahaan adalah menentukan cara pemindahan inventory dari supplier ke perusahaan, dan pemindahan inventory dari perusahaan ke pelanggan. Permasalahan ini disolusikan melalui implementasi manajemen logistik. Sasaran dari manajemen logistik mencakup dua sasaran pokok sebagai valueproposition dari manajemen logistik: service benefit dan cost minimization. Service benefit dari logistik untuk memastikan ketersediaan inventory (inventoryavailability) dan kinerja operasional (speed, consistency, dan flexibility). Sementara cost minimization dicapai melalui implementasi logistik secara efisien. Logistik sebagai art dan science dalam memperoleh, memproduksi, dan mendistribusikan material dan produk secara tepat jumlah dan tepat tempat (The Association for Operations Management). Beberapa perusahaan mengkhususkan pada kompetensi dan layanan logistik, seperti United Parcel Service (UPS), FedEx, DHL, Pos Logistics, Kamadjaja, BGR, Kalog, dan lain-lain. Perusahaan-perusahaan ini menjalankan bisnis pemindahan barang apa saja, mulai dari kembang sampai dengan peralatan industri. Saat ini hampir semua perusahaan manufaktur melakukan kontrak dengan perusahaan-perusahaan logistik untuk mengelola fungsi dan aktivitas logistik mereka. Perusahaan-perusahaan logistik yang melakukan kontrak outsourcing fungsi dan aktivitas logistik sering dikenal dengan perusahaan third-party logistics. Layanan dasar perusahaan third-party logistics ini adalah pemindahan inventory dari satu tempat ke tempat lain. Perusahaan logistik juga memberikan layanan value-added, seperti warehouse management, inventory control, dan fungsi customer servicelainnya.
2.4.1. Hubungan Logistik Dengan SCM
Ide logistic secara umum adalah untuk mengatur strategi aliran barang secara total. Jadi, optimasi total logistik tidak hanya diselesaikan dari sudut pandang satu perusahaan, dan oleh karena itu, optimasi total dari aliran barang termasuk perusashaan diperlukan dalam supply chain. Ketika mencoba untuk mengoptimasi aliran total dalam supply chain, harus dijelaskan bahwa keuntungan perusahaan dalam supply dapat bertentangan dikarenakan oleh distribusi parsial dari biaya dan keuntungan diantara Perusahaan. Jadi, menghubungkan antara pendapatan pada suatu perusahaan sangat diperlukan pada logistik manajemen dalam SCM. Mereka juga memiliki kemampuan yang berbeda atau kompetensi yang saling melengkapi dan memang dibutuhkan untuk koordinasi yang lebih jauh lagi. Sebagai contoh, koordinasi diperlukan diantara perusahaan dalam bidang perencanaan, produksi dan transportasi. Kenyataannya tidaklah mudah untuk mengkoordinasikan beberapa perusahaan yang memiliki profil yang berbeda. Jika salah satu supplier dan manufacture akan mengsinkronisasi produk mereka, mereka harus berbagi jadwal prduksi dan mengkoordinasikan transportasi diantara pabrik-pabrik. Agar dapat direalisasikan mereka membutuhkan kemampuan IT dan untuk memenuhi tanggung jawab mereka dengan benar. Suatu perusahaan yang memiliki logistic mengetahui bagaimana mengkoordinasikan sumber daya ekonomi, dan dapat memberikan kesempatan untuk membuat beberapa pertimbangan. Suatu koordinator logistik disebut juga third party logistics (3PL) telah mendapatkan perhatian. 3PL adalah suatu industri baru dimana aktifitas logistic perusahaan dapat dioutsourcing. Ini muncul ketika diregulasi industri penerbangan pada tahun 1990, dan berkembang pada tahun 1990 bersamaan dengan perkembangan IT.
2.4.2. Third Party Logistics (3PL)
Pada dasarnya, 3PL berarti aktivitas outsourcing logistik termasuk didalamnya transportasi dan warehousing yang berada diluar perusahaan, yang bukan sebagai consigner atau consignee. Bagaimanapun juga cara kerja 3PL initidak mengoutsorce untuk suatu aktivitas logistik secara independent, tetapi mengoutsource beberapa aktivitas yang dilihat dari beberapa sudut pandang perusahaan. Selain pengertian di atas, 3PL juga adalah perusahaan yang menyediakan pelayanan distribusi dan logistik kepada perusahaan yang memcari bantuan dengan distribusi kompleks yang diinginkan. Tanggung jawab juga termasuk dalam inbound manajemen penerbangan, bea cukai, warehousing, pemenuhan pesanan, distribusi dan outbond foreight kepaad customer. 3PL (3PL Provider) saat ini memiliki fitur berikut :
1. Service provider logistik yang terintegrasi
2. Service provider yang berdasarkan kontrak 3. Konsultan service provider
Pertama, suatu 3PL provider dianggap sebagai service provider
logistic yang terintegrasi. Aaktivitas yang berhubungan dengan IT dalam mengontrol aliran barang seperti order prosessing dan inventory manajemen, diantara yang lainnya yang juga termasuk ke dalam fungsi dari 3PL provider. Bagaimanapun juga 3PL provider diperlukan semata-mata untuk memberikan pelayanan secara keseluruhan. 3PL provider dapat mengoutsource beberapa aktivitas kepada subkontraktor. Suatu 3PL provider dapat diklasifikasikan ke dalam asset-base dan non asset-base. 3PL provider yang asset-base memiliki beberapa asset, terutama sekali asset yang berhubungan dengan transportasi seperti truk, gudang dan lain-lain. Sementara untuk non asset-base tidak memiliki asset- asset tersebut dan biasanya bergantung kepada asset subkontraktor. Sebagi contoh unutk 3PL non asset termasuk didalmnya forwarder, broker, marketing company dan information system company. Kedua, pelayanan 3PL berdasarkan kontrak. Saat ini, kontrak yang tertulis mengenai pembagian tanggungjawab dengan mengasumsikan bermacam-macam situasi agar lebih jelas. Kontrak yang langsung tersebut dapat membuat hubungan yang reliabale diantara perusahaan dan memperkuat aliance. Ketiga, menawarkan pelayanan konsultan pada perusahaan adalah fitur yang penting dari 3PL. 3PL provider dapat memberikan beberapa pertimbangan untuk memenuhi keinginan customer dengan menekankan pada strategi marketing, konfigurasi sistem informasi, transportasi yang kooperatif, dll.
Keuntungan dan kerugian dari 3PL
Salah satu keuntungan menggunakan 3PL dilihat dari hasil skala ekonomi (penggunaan armada truk yang cukup besar, pergudangan, dll) dan dari cakupan ekonomi, yang mendorong perusahaan untuk menaikkan net value dengan mengurangi biaya. Pengaruh ekonomi ini diperoleh berdasarkan pada tipe dari 3PL provider (sbg contoh, penggunaan IT, berdasarkan marketing, non-assets based (dan kemudian fleksible), dll). 3PL provider yang kompeten memiliki kemampuan koordinasi, dan memungkinkan mereka untuk mencari partner yang reliable atau sub kontraktor, dan untuk mengatur aliran barang antar perusahaan secara efisien. Kemampuan tersebut dapat berkembang berdasarkan pengalaman sebagai suatu 3PL. Demikian juga dengan mengoutsource aktifitas logistik, perusahaan dapat menghemat capital investment, dan juga mengurangi resiko financial. Investment pada asset logistik, seperti physical distribution centers atau information networks, biasanya membutuhkan biaya yang besar sekaligus, yang berhubungan dengan resiko financial. Lebih jauh lagi, 3PL providers dapat membagi resiko dengan mengoutsource kepada sub kontrak. Walaupun terdapat beberapa keuntungan menggunakan 3PL, terdapat juga beberapa kerugian yang timbul. Tidaklah mudah untuk membentuk partnership yang reliable dan biaya yang efektif diantara perusahaan dan 3PL provider. Agar membentuk partnership yang reliable, harus diupayakan dalam dua tahapan, pemilihan 3PL provider dan penandatanganan kontrak. Pertama, pada tahap pemilihan partner 3PL yang baru, sangatlah penting untuk memilih 3PL provider yang memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik. Jika perusahaan tidak dapat memilih 3PL provider yang reliable, mereka harus menderita kerugian secara ekonomi. Tidaklah mudah untuk suatu perusahaan dalam menilai kemampuan dari 3PL provider selama tahap pemilihan, diperlihatkan pada persoalan informasi asimetris diantara perusahaan (principal) dan 3PL provider (agent). Untuk memecahkan permasalahan ini, prosedur pemilihan yang kompleks diperlukan untuk mengidentifikasi kemampuan mereka. Bagaimanapun juga, prosedur pemilihan yang komplek terlibat dalam biaya transaksi tambahan. Kedua, sangatlah penting untuk membangun suatu sistem untuk menjaga partnership mereka yang reliable, ketika partner 3PL terpilih. Selalu diperlukan pembagian informasi dan resiko yang mungkin timbul diantara kedua kelompok. Dengan memperhatikan pembagian informasi, jarang sekali dibicarakan bahwa pertukaran informasi dapat menghasilkan suatu aktifitas logistik yang lebih efisien. Bagaimanapun juga, biaya yang berhubungan dapat bertambah jika beberapa informasi ditambahkan pada perusahaan dapat keluar. Oleh karena itu, dibutuhkan komitment pada setiap kelompok dalam berbagi informasi, dan perlu disiapkan suatu skema untuk menjamin komitmen ini. Bagaimanapun juga, ini dapat melibatkan biaya transaksi tambahan. Membentuk skema resiko pembagian diantara perusahaan denagn 3PL provider adalah penting dalam membangun partnership yang reliable. Beberapa resiko yang terlibat dalam penggunaan 3PL adalah resiko permintaan, resiko inventory, dan resiko finansial. Pertanyaannya adalah siapa yang mengambil resiko ini dan bagaimana mengkompensasikan risk holders. Gain sharing adalah contoh yang populer dalam skema yang menguntungkan dimana 3PL provider memgang peranan dari resiko ini,dan memberikan keuntungan berdasarkan dari kenaikan profit perusahaan. Metode risk sharing menunjukkan beberapa jenis divisi yang bekerja diantara perusahaan dan 3PL provider. Membentuk risk sharing yang baik juga melibatkan biaya transaksi, walaupun associated cost dapat dikurangi melalui pengalaman kumulatif dan perkembangan IT.
Keuntungan 3PL dalam Organisasi
Saves time and internal resources
Takes advantage of expertise and best practices Limits or eliminates investment in internal logistics solutions Provides economies of scale for small to mid-sized organizations Can immediately modify a broken supply chain
2.4.3. Pengaruh interaktif antara SCM dan 3PL
Seperti disebutkan diatas, SCM dan 3PL memiliki keuntungan individual. Direkomendasikan bahwa perusahaan yang bertujuan untuk membangun SCM, harus menggunakan 3PL, dan perusahaan yang berencana memperkenalkan 3PL, harus menggunakan SCM. Diyakini bahwa SCM dan 3PL memiliki pengaruh interaktif yang positif atau pengaruh sinergi. Bagian ini akan menunjukkan kombinasi terbaik dari SCM dan 3PL yang dapat menguntungkan perusahaan terhadap pengaruh interaktif. Ketika perusahaan mengeluarkan kontrak aktifitas logistik terhadap 3PL provider, 3PL provider perlu membangun sistem manajemen transaksi dan inventory melibatkan perusahaan lainnya dalam supply chain; sbg contoh supplier, manufaktur dan retailer, dll. 3PL provider tidak semata- mata memberikan seluruh aktifitas logistik. Beberapa aktifitas dioutsource ke sub kontraktor. Sebagai contoh, non-asset 3PL provider dapat mengoutsource aktifitas transportasi. Hubungan diantara 3PL provider dan sub-kontraktor tersebut juga menghubungkan beberapa bagian proses supply chain. Gambar 1 menggambarkan dua jenis aliansi, SCM dan 3PL. Gambar ini adalah model supply chain pada industri manufacturing, dimana bagian atau materials distandarisasikan dengan baik, menghasilkan produksi outsourcing yang lebih mudah dan tidak mahal. Di dalam aliansi SCM, manufactur A dan supplier B memiliki hubungan principal-agent. Didalam aliansi dari 3PL, manufacturer A dan 3PL provider D juga memiliki hubungan principal-agent. Mereka harus bekerjasama agar memperoleh skala dan scope ekonomi, dan harus cukup fleksible untuk memperbaiki kontrak atau untuk menukar partner jika lingkungan pasar berubah.