Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SEMESTER III
DAFTAR ISI
Kemampuan yang akan dicapai setelah siswa jurusan kimia industri semester III
menerima ATK I, ialah akan mampu menghitung neraca massa pada suatu proses
industri kimia dengan benar dan memudahkan mengikuti mata pelajaran yang
lainnya.
Dari nama mata pelajaran ini tentunya sudah dapat ditebak makna yang terkandung di
dalamnya. Benar, bahwa Azas-azas Kimia (ATK) merupakan mata pelajaran dasar yang
melandasi hampir seluruh mata pelajaran yang ada di jurusan Kimia Industri. Namun
demikian, mata pelajaran ini didasari oleh mata pelajaran yang ada pada semester
sebelumnya, seperti Fisika, Kimia Dasar, Kimia Organik dan Matematika. Karena sebagai
landasan, maka memerlukan perhatian lebih besar dan jangan pernah melupakan baik mata
pelajaran yang mendasarinya maupun mata pelajaran ATK ini. Sampai semester akhir pun
ilmu pada mata pelajaran ini masih dipergunakan!. Hubungan mata pelajaran ATK dengan
mata pelajaran yang lain dapat dilihat pada gambar I-1.
PERANCANGAN
PABRIK KIMIA
AZAS AZAS
TEKNIK KIMIA
Gambar P-1. Hubungan Mata pelajaran ATK dengan Mata pelajaran Lain
F N
Rapat Massa
I V
Konsentrasi Campuran
N E
Temperatur/Suhu
I R
S Tekanan S
PEMILIHAN STOICHIOME
BASIS TRI
NERACA MASSA
DAN
Digital Computers NERACA ENERGI
Materi ATK adalah neraca massa dan neraca panas yang dibagi dalam dua semester.
Untuk sampai pada materi itu diperlukan materi penunjang. Oleh karena itu, dalam Azas
Teknik Kimia memperkenalkan kembali tentang sistem dalam teknik kimia berupa definisi
besaran-besaran dan kesemuanya itu, baik sendiri maupun bersama-sama digunakan sebagai
sumber data yang penting. Di samping sumber data yang dihitung ada pula sumber data yang
tersedia dalam buku-buku bacaan. Sumber data utama bidang teknik kimia ada di buku
Perry sebagai editornya dengan judul bukunya Chemical Engineers Handbook.
Agar dapat melakukan perhitungan neraca massa dan neraca panas dengan baik
diperlukan pengetahuan tentang persamaan reaksi kimia (stoichiometri). Di samping itu
dipelajari pula teknik-teknik penyelesaiaan soal. Teknik menghitung saat ini telah dapat
dilakukan dengan mesin canggih, yaitu komputer. Namun perlu diingatkan, bahwa
keberadaan komputer adalah sebagai sarana untuk melakukan perhitungan agar waktu untuk
perolehan hasil lebih cepat. Sarana itu dapat dipergunakan setelah memperoleh perintah dari
penggunanya. Tanpa perintah manusia, mustahil komputer itu dapat berjalan.
10 m
Bila ada reaksi kimia, tuliskan persamaan reaksinya. Misal, dalam proses pembuatan bahan P
dilakukan dalam reaktor dengan mereaksikan bahan A dan B, maka reaksi yang terjadi
dituliskan: A + B P.
Demikian seterusnya, bila dijumpai persoalan yang lain.
2. Objektif
Artinya, pada benda yang dihadapi, yaitu bola dan sekelilingnya. Apa saja yang
terdapat dalam benda itu dan apa saja yang berpengaruh terhadap peristiwa itu. Misal
diameter, berat, rapat massa, dan yang berpengaruh adalah gaya gravitasi bumi (tidak dalam
ruang hampa). Sesuaikan satuan yang ada dengan satu sistem satuan yang dipilih, apakah
dengan satuan cm, gram, detik atau dalam feet, pound, detik.
Pada reaksi kimia yang terjadi, apakah reaksi tersebut bolak-balik, reaksi searah, atau
reaksi katalitik. Dalam persamaan itu sesuaikan koefisien stoichiometri reaksi yang ada.
3. Rencana
Pada tahap ini, rencanakan apa saja yang akan dilakukan untuk menyelesaikan
pertanyaan dalam persoalan yang dihadapi. Hal ini berkaitan dengan teori, hukum,
persamaan/rumusan yang berkaitan langsung dengan permasalahan. Pada contoh bola jatuh
bebas, maka teori, hukum, dan persamaan yang ada adalah yang berlaku untuk kasus benda
jatuh bebas, bukan gerak parabola atau gerak peluru. Jika, hal yang ditanyakan mengenai
tenaga/energi, maka yang relevan dengan peristiwa itu adalah hukum kekekalan massa dan
energi, misal energi kinetik dan energi potensial. Tuliskan rumusan untuk jenis energi
tersebut dengan benar.
Pada persoalan dengan reaksi kimia, perhatikan hal-hal yang bersangkutan dengan itu.
Bahan yang bereaksi atau produk yang dihasilkan dalam keadaan cair, padat, atau gas.
4. Menghitung
Setelah melalui hal di atas, mulailah dengan melakukan perhitungan menggunakan
rumusan yang berlaku. Di dalam melaksaanakan perhitungan, pastikan bahwa apa yang
ditanyakan dapat terjawab. Hal itu dapat lakukan secara matematika dengan pedoman:
Bila ada n bilangan yang tidak diketahui, maka agar dapat diselesaikan secara sempurna
harus ada n persamaan yang mengikutinya.
5. Menyempurnakan
Penyempurnaan hitungan diperlukan untuk menghindari kesalahan yang dibuat. Hal
ini dilakukan dengan meneliti kembali alur dan cara perhitungan. Bila ada data yang
diperlukan untuk melengkapi perhitungan, dicari dalam buku-buku teks, misalnya diperlukan
data rapat massa, kekentalan atau sifat fisis lainnya. Penyempurnaan itu bisa juga berbentuk
laporan yang harus dibuat. Hal itu membantu kita dalam menginventarisir segala yang telah
dikerjakan. Agar disuatu hari nanti bila dibutuhkan kembali tidak memperoleh kesulitan.
6. Generalisasi
Langkah ini sering kali diabaikan, sehingga bila ada persoalan yang sama untuk
dihadapi mengalami kesulitan dalam penyelesaiannya. Padahal, peristiwanya sama yang
seharusnya dikerjakan dengan teori, hukum/kaidah dan rumusan yang sama. Generalisasi ini
seharusnya dilakukan terhadap suatu peristiwa atau proses yang serupa. Misal persoalan
benda jatuh bebas seperti di atas, yang semula diketahui berat benda, tetapi pada persoalan
yang lain diketahui spesifik gravity dan diameter benda tersebut. Permasalahannya adalah
mencari massa benda, karena dalam perhitungan yang digunakan adalah massa benda.
Banyak pula dijumpai persamaan-persmaan matematis yang sejenis dan yang berbeda
hanyalah pada bilangan yang tidak diketahuinya dan ketentuan yang berlaku.
Generalisasi ini sangat membantu dalam menghadapi persoalan-persoalan yang sama.
Cara ini biasa digunakan dalam perhitungan-perhitungan menggunakan bantuan komputer
dengan bahasa pemrograman yang ada. Bahwa dalam generalisasi alur perhitungan sudahlah
baku. Hanya diperlukan trik perhitungan untuk dapat menyelesaikan persoalan yang serupa.
Penyelesaian persamaan ini dapat dengan mudah dilakukan dengan cara coba-coba pada
setiap nilai x mol. Kalau suku kiri tanda sama dengan dinamakan f(x), maka untuk setiap
nilai x akan dapat dihitung besarnya f(x) seperti dalam tabel berikut.
x : 1,79 1,80 1,81 1,82 1,83 1,84
f(x) : -146 -105 - 55 +6 + 81 + 175
Dari tabel itu terlihat bahwa untuk memperoleh f(x) = 0, nilai x terletak antara 1,81 dan
1,82. Untuk itu dicoba-coba lagi nilai antara 1,81 dan 1,82 sampai diperoleh nilai f(x) = 0.
Hal yang lain dapat dilakukan dengan membuat grafik hubungan antara x dengan f(x), yaitu:
1,819 x
Gambar P-4. Hasil perhitungan cara coba-coba
Jadi, pada saat terjadi keseimbangan reaksi, bahan B yang bereaksi sebesar 1,819 mol.
c c
d d
a
a e b
Gambar P-5. Interpolasi dalam garis lurus
pada segitiga abc berlaku perbandingan:
ea d 'a '
Atau,
ba c'a '
Seperti pada contoh di atas, yaitu antara nilai x= 1,81 dan 1,82 dengan f(x)=-55 dan +6, maka
dengan interpolasi diperoleh:
a = 1,81
b = 1,82
e = x (yang akan dicari)
a = -55
c = + 6
d = 0
maka:
PUSTAKA
Badger, W.L., and Banchero, J.T., 1955, Introduction to Chemical Engineering ,
International Student Edition, McGraw-Hill Kogakhusha, Ltd., Tokyo.
Backhurst, J. R. and Harker, J. H., 1983, Process Plant Design, Heinemann Educational
Books, London.
Brown, G. G., 1958, Unit Operations, Modern Asia Edition, John Wiley & Sons, Inc., New
York.
Johnstone, R. E., and Thring, M. W., 1957, Pilot Plant, Models, and Scale-Up Methods in
Chemical Engineering, McGraw-Hill Book Company, New York.
http://www.pafko.com/history/h_time.html, 2006, A Chemical Engineering Timeline.
King, C. J., 1971Separation Processes, Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd., New
Delhi.
Levenspiel, O., 1972, Chemical Reaction Engeneering", 2 nd edition, John Wiley & Sons,
New York.
McCabe, W. L., Smith, J. C. and Harriott, P., 1993, Unit Operations of Chemical
Engeneering, 5th Editon, McGraw-Hill, Inc., New York.
Peters, M. S. and Timmerhaus, K. D., 1968, Plant Design and Economic for Engineers, 4 th
edition, McGraw-Hill Book Company, Tokyo.
Rudd, D. F., and Watson, C.C., 1968, Strategy of Process Engineering, John Wiley & Sons, New
York.
Shreve, R. N., 1956, The Chemical Process Industries, 2nd edition, McGraw-Hill Book
Company, Inc., New York.
Soegiarto, 1979, Pemantapan Penggolongan Penelitian Laboratorium dalam Teknik Kimia,
Pekan Ceramah Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Soehendro, B., 1998, Pengembangan Ilmu Kimia industridan Pembangunan Nasional,
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Teknik, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
Vilbrandt, F. C. and Dryden, C. E., 1959, Chemical Engineering Plant Design, McGraw-
Hill Kogakusha, Ltd., Tokyo.
BAB I
SISTEM DALAM TEKNIK KIMIA
SUB POKOK BAHASAN: Satuan dan dimensi, faktor konversi, berat dan massa,
satuan mol dan berat molekul, rapat massa, spesifik gravity, spesifik volum,
komposisi larutan, fraksi mol dan fraksi massa, berat molekul rata-rata, suhu,
tekanan, dan basis perhitungan
PENDAHULUAN
Dalam mengawali materi ATK I pada Sistem Dalam Teknik Kimia siswa diajak
untuk mempelajari berbagai aspek yang menyangkut sistem dalam teknik kimia. Materi
dimulai dengan satuan dan dimensi, faktor konversi dan faktor konversi Newton (g c).
Kemudian dilanjutkan dengan variabel yang digunakan pada sistem dalam teknik kimia, yaitu
faktor konversi, berat dan massa, satuan mol dan berat molekul, rapat massa, spesifik gravity,
spesifik volum, komposisi larutan, fraksi mol dan fraksi massa, berat molekul rata-rata, suhu,
tekanan, dan basis perhitungan. Semuanya itu merupakan pengertian dasar yang terus
digunakan dalam masa perkuliahan di jurusan teknik kimia. Hampir semua variabel telah
dikenal melalui mata pelajaran sebelumnya, di sini diingatkan kembali serta diperkenalkan
kegunaan dan manfaat di dalam bidang teknik kimia, khususnya satuan dan dimensi dan basis
perhitungan.
Satuan dan Dimensi
Bidang kimia industritidak lepas dari perhitungan matematika. Hal itu melekat pula
pada profesi seorang sarjana kimia industriyang bekerja di bidangnya (kecuali kalau setelah
kg
rapat air tidak hanya 1 saja melainkan 1 . Jadi rapat massa itu mempunyai satuan, yaitu
L
kg
.
L
Banyak variabel-variabel lain, akan membuat bingung pemakaiannya kalau tidak
dijelaskan satuannya. Nilai variabel-variabel ini akan berlainan yang tergantung satuannya.
Misalnya nilai konstanta gas umum, R, yaitu 0,082; 1,98 atau nilai gaya gravitasi bumi, g,
yaitu 9,8; 32,17 dan lainnya. Oleh karena itu, setiap menuliskan variabel, harus terus diikuti
dengan satuannya yang sesuai. Dengan demikian, pada konstanta gas umum, R, terdapat:
ft lb
faktor pengubahnya yang diberi notasi gc. Nilai gc = 32,17 . Oleh karena itu, rumus-
det 2 lb f
rumus yang ada untuk gaya/tenaga, jika digunakan satuan Britisch digunakan faktor g/gc yang
lb f
praktis mempunyai nilai satu dengan satuan . Seperti persamaan (II-1) dituliskan:
lb
mg
F= (I-2).
gc
32,17 ft
det 2 lb f
Untuk 1 lb bahan: F = 1lb. = 1 lb. 1 = 1 lbf.
32,17 ft lb lb
det 2 lb f
Berat dan massa
Massa benda dimana pun berada adalah tetap (sesuai dengan hukum kekekalan
massa). Yang dapat berubah adalah bentuknya, yaitu padat, cair atau gas, tetapi jumlahnya
tetap.
Satuan massa
1 kg = 1000 g 1 lb = 16 once
1 kg = 2,2046 lb 1 lb = 453,6 g
1 ton = 2205 lb 1 bbl = kg
1 ounce/ons/onza = 28,35 g
Satuan panjang
1 m = 100 cm 1 in = 2,54 cm
1 cm = 10 mm 1 ft = 30,48 cm
1 ft = 12 in
Satuan luas
1 m2 = 10.000 cm2
1 ft2 = 144 in2; ft2 dan in2 biasa ditulis dengan: sqft dan sqin
(sq = square).
1 ft2 = 9,2903 10-2 m2
Satuan volum
3 3
1 m = 1000000 cm (cc = mL)
1 m3 = 1000 L
1 gal = L
1 cuft = m3
1 gal = cuft
Satuan gaya
kg m
1N =1 1 N = 105 dyne
det 2
1 erg = 1 g cm/s2 = 10-5 N
1 g cm/s2 = 2,2481 10-6 lbf 1 N = 0,2248 lbf
Satuan energi/panas/tenaga
1 BTU = 0,252 kcal 1 BTU = 778 ft-lbf
1 HP = 42,4 BTU/men 1 KW = 1,3415 HP
1Watt-hr = 3,415 BTU
Satuan Tekanan
1 atm = 760 mmHg 1 atm = 33,91 ftH2O
1 atm = 22,92 inHg 1 atm = 1,013 105 Pa
1 Bar = 100 KPa 1 atm = 1 kg/m2
1 Pa = 1 N/m2 1 atm = 14,7 psi
gram
1gmol air = 1gmol x 18 gmol = 18 gram.
Contoh:
1. Seorang siswa menimbang 100 gram padatan MgSO4. Berapa nilai bahan itu bila
dinyatakan dalam a) gmol dan b) lbmol?
Jawab:
Mg SO4 mempunyai BM = 120
0,2203 lb
= 120 lb = 1,8355.10-3 lbmol.
lbmol
Latihan
1. Jelaskan pernyataan berikut ini, benar atau salah!
a. 454 gmol NaOH sama dengan 1lbmol
b. Berat molekul pada suatu senyawa besarnya sama dengan jumlah tiap atom yang
membentuknya.
c. Berat atom tergantung pada gaya gravitasi bumi.
d. Berat atom merupakan jumlah elektron yang mengelilingi intinya.
e. satu mol sama dengan jumlah molekul dalam satu gram bahan.
2. Berapakah berat 100 gmol NaOH yang dinyatakan dalam g dan lb?
3. Berapakah berat 1 mol MgSO4.10H2O?. Berapa gram kandungan airnya?.
Rapat massa
Disebut juga dengan berat jenis atau densitas. Rapat massa atau rapat suatu bahan
adalah jumlah massa suatu bahan tiap satuan volum. Massa adalah jumlah unsur dalam suatu
bahan. Berat bahan dapat berubah tergantung besarnya gaya tarik bumi pada daerah itu.
Volum dapat berubah karena perubahan suhu dan tekanan, tetapi massa tidak. Massa suatu
campuran merupakan jumlah dari massa tiap bahan yang membentuk komposisi campuran
itu. Rapat setiap bahan yang ada dalam campuran itu berbeda. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa rapat massa campuran tergantung pada komposisi dan suhu, terutama pada
gas.
berat
Rapat = berat jenis = densitas = ..................................(I-4)
volum
g
Pada sistem satuan matrik rapat dinyatakan sebagai gram per sentimeter kubik ( )
cc
untuk bahan padat dan cair, sedangkan untuk gas dinyatakan dalam gram per liter. Dalam
lb
satuan Inggris dinyatakan sebagai pound per kaki kubik ( ).
cuft
Contoh:
Volum dipengaruhi oleh suhu karena adanya pemuaian. Dengan demikian, densitas
juga dipengaruhi oleh suhu.
Specific gravity
Specific gravity (s.g) merupakan perbandingan massa satu bahan terhadap massa
bahan tertentu untuk satu satuan volum yang sama. Untuk bahan padat dan cair bahan
pembanding yang digunakan adalah air murni pada suhu 4 oC, sedangkan untuk gas yang
digunakan sebagai pembanding adalah gas hidrogen murni atau udara kering.
bahan
s.g(pdt/cair) = .......................................................................(I-5).
air murni
bahan
s.g(gas) = .....................................................................(I-6).
udara ker ing
Dalam penulisan s.g sering kali diikuti dengan perbandingan suhu, misalnya:
20 o
s.g = 1,43 . Disini menunjukkan bahwa s.g bahan itu berasal dari perbandingan rapat
4o
bahan pada suhu 20oC dengan rapat air yang diukur pada suhu 4oC. Air pada suhu ini nilai
g
rapatnya mutlak sama dengan 1 .
cm 3
Contoh:
lb
Rapat besi, Fe2O3 = 314
cuft
lb
Rapat kuarsa SiO2 = 155,7
cuft
Membandingkan atau mengingat angka 5,03 dan 2,5 jauh lebih mudah daripada angka 314
dan 155,7.
Rapat massa dan s.g banyak digunakan dalam industri/perhitungan untuk menentukan
konsentrasi atau kemurnian bahan cair. Hubungan s.g dengan konsentrasi terdapat dalam
bentuk tabel atau grafik pada buku-buku teks kimia industriatau teknik lainnya. S.g lebih
mudah dan lebih cepat diukur daripada konsentrasi yang ditentukan dengan analisis kimia.
Berkaitan dengan s.g, ada beberapa skala spesifik yang dikenal dalam industri, yaitu
skala Baume, akala A.P.I, dan skala Twaddle.
Skala Baume
Skala ini terdapat pada alat Baumemeter. Tiap skala pada alat ini dinamakan derajat
Baume (oBe). Hubungan oBe dengan s.g adalah:
Untuk cairan yang lebih berat daripada air:
145
o
Be = 145 (I-7).
s.g (60 F )
60 F
Untuk cairan yang lebih ringan daripada air:
140
o
Be = - 130 ....................................(I-8).
s.g (60 F )
60 F
Specific volume
Specific volume merupakan kebalikan dari densitas, yaitu satuan volum per satuan
Komposisi larutan/campuran
Bahan di alam umumnya berupa suatu campuran dari beberapa senyawa. Untuk
memurnikannya harus dilakukan pengolahan. Kandungan setiap bahan yang ada dalam
campuran itu dinyatakan dalam konsentrasi. Dalam analisis campuran/larutan besarnya
konsentrasi bahan yang ada dinyatakan dalam satuan konsentrasi yang dapat berupa:
lb
. Konsentrasi dapat pula dinyatakan dalam massa terlarut per massa pelarut, misal
cuft
lb NaOH
.
lb H 2 O
mol bahan A
%mol A = mol total
x 100% .......................................(I-14).
Contoh:
1. Diketahui komposisi minyak bakar C=83,6% dan H = 16,4%berat.
Bagaimanakah komposisi itu bila dinyatakan dalam %mol?
Jawab: Ambil berat minyak bakar 100 g, maka
Komponen %berat berat (g) BM gmol
83,6
C 83,6 83,6 12 = 6,97
12
16,4
H 16,4 16,4 1 = 16,4
1
Jumlah : 100% 23,37 gmol
Dengan demikian, %mol dapat dicari, yaitu:
6,97
Untuk C = 23,37 x 100% = 29,82%mol dan
8,2
Untuk H = 23,37 x 100% = 70,18%mol, sehingga jumlahnya tetap 100%.
4. Larutan etanol-air yang dibuat dengan campuran 500 mL alkohol pekat yang mempunyai
komposisi 93%berat etanol dengan 500 mL air pada suhu 60 oF. Bagaimana komposisi
campuran bila dinyatakan dalam %berat dan %volum.
g g
Jawab: Pada suhu 60oF, air = 0,999 dan alkohol 93% = 0,8144 .
mL mL
a. %berat:
g
berat alkohol pekat = 500 ml (0,8144 ) = 407,2 g
mL
g
berat air = 500 ml (0,999 ) = 499,5 g
mL
berat campuran = 906,7 g
berat alkohol murni = 93% x 407,2 g = 378,7 g.
berat air dalam larutan = 906,7 378,7 = 528 g
378,7
%berat alkohol = 906,7 (100%) = 41,77%
528
%berat air murni = 906,7 (100%) = 58,23%
Jumlah = 100%
b. %volum:
berat air murni dalam alkohol pekat= 7% (407,2) = 28,5 g
28,5 g
volum air murni dalam alkohol pekat = 0,999 g / mL = 28,53 mL.
Fraksi A tersebut dapat dinyatakan dalam fraksi mol atau fraksi massa. Bila dinyatakan dalam
fraksi mol, maka jumlah bahan A dan jumlah campuran dalam satuan mol, demikian
sebaliknya bila itu dalam fraksi massa. Dalam campuran yang sama, besar fraksi mol
berbeda dengan nilai fraksi massa, seperti halnya %berat dengan %mol atau %volum.
Namun, prosentase bahan dalam campuran tidak tergantung pada jumlah bahan maupun
banyak bahan. Jumlah dalam arti berat atau volum, sedangkan banyak diartikan sebagai
macam senyawa pembentuk bahan itu. Oleh karena itu, didalam hasil analisis suatu bahan
selalu dinyatakan dalam prosentase atau bagian. Pernyataan bagian yang lazim didengar
adalah bagian per juta (bpj) atau dalam bahasa asingnya part per million (ppm). Misalnya,
unsur A dalam larutan sebesar 100 bpj, artinya dalam campuran terdapat unsur A sebesar 100
bagian setiap 1.000.000 bagian campuran. Kata bagian dapat dinyatakan dalam, berat, mol,
atau volum. Kalau bagian itu dinyatakan dalam liter, maka 100 bpj itu berarti dalam
1.000.000 liter terdapat unsur A sebesar 100 liter.
Contoh:
Campuran alkohol-air dengan komposisi 50%berat alkohol. Berapa fraksi mol alkohol
dalam campuran itu?.
Jawab:
Ambil berat campuran sebanyak 100 gram, maka dalam campuran itu:
50
Berat alkohol murni = x 100 g = 50 g
100
50g
Mol air = 18g / gmol = 2,778 gmol
2,778
Fraksi mol air = 3,865 = 0,7181
Jawab:
Ambil berat udara tersebut sebanyak 1gmol.
Untuk gas: perbandingan mol = perbandingan volum
29gram gram
molekul rata-rata udara kering = 1gmol = 29 gmol .
2. Gas alam dengan komposisi (dalam%volum): CH4=83,5%; C2H6 = 12,5%; dan N2 = 4%.
Hitung: a. komposisi dalam %mol
b. komposisi dalam %berat
c. berat molekul rata-rata
d. rapat dalam keadaan standar dalam lb/cuft!
Jawab: a. untuk gas: perbandingan volum = perbandingan mol, maka % yang diketahui juga
= %mol.
b. %berat. Ambil gas sebesar 1lbmol
Komp. Lbmol BM berat (lb) %berat
CH4 0,835 16,03 0,835x16,03 = 13,385 (13,385/18,262)x100%= 73,29%
C2H6 0,125 30,05 0,125 x 30,05 =3,756 (3,756/18,262)x100% = 20,57%
N2 0,04 28,02 0,04 x 28,02 = 1,121 (1,121/18,262)x100% = 6,14%
1,00 18,262 100%
c. Berat molekul rata-rata diperoleh dari berat campuran gas dibagi dengan jumlah
mol campuran gas.
18,262 lb lb
BM rata-rata = 1 lbmol = 18,262
lbmol
d. Rapat/densitas:
volum standar gas pada 1 lbmol = 359 cuft (hitung dari persamaan gas ideal),
sedangkan dari b. berat 1 lbmol gas = 18,262 lb.
berat lb
Maka densitas gas pada keadaan standar = = 18,262/359 = 0,05087 .
volum cuft
1K
Dan = 1,8 atau K = 1,8 oR .(I-18).
1o R
Tekanan
Tekanan disedinifikan sebagai gaya per satuan luas. Variabel ini ada 4 macam, yaitu:
1. Tekanan atmosferik, yaitu tekanan per satuan luas yang disebabkan oleh udara yang
menyelimuti bumi. Tekanan ini diukur dengan barometer sehingga disebut barometrik atau
bar. Tekanan ini disebut juga tekanan standar yang besarnya adalah 1 atmosfer = 760 mmHg
pada suhu 0oC, standar gravitasi bumi.
2. Tekanan gauge, yaitu tekanan di atas atmosferik.
3. Tekanan vakum, yaitu tekanan di bawah atmosferik.
4. Tekanan absolut, yaitu tekanan total.
Tekanan absolut = tekanan gauge + tekanan barometrik ..............(I-20).
Mengukur tekanan dapat dilakukan dengan liquid colum gauges, yaitu mengukur
tinggi kolom cairan yang beratnya sama dengan daya yang bekerja untuk menghasilkan
tekanan.
F
F = h.A. atau = P = h. ..........................................................(I-21).
A
Dengan, F = daya,
h = tingi cairan dalam kolom,
A = luas penampang lintang kolom,
= rapat cairan,
P = tekanan atau daya per satuan luas.
1 cuft = 1728 cu in
lb 62,37lb
P = h. 10 2 = h. 3
in 1728in
h = 277,0563 in = 23,09 ft.
2. Udara yang mengalir dalam pipa diukur dengan pipa U berada dibawah atmosferik
4 cmH2O (vakum). Tekanan barometrik (atmosferik) menunjukkan 730 mmHg. Berapa
tekanan absolut udara dinyatakan dalam inHg?.
Jawab: Tekanan atmosferik = 730 mmHg = 730 mmHg x 29,92 inHg/760 mmHg
= 28,7 inHg.
1in 1 ft 29,92 inHg
4 cmH2O = 4 x 2,54 cm x 12 in x = 0,12 inHg
33,91 ftH 2 O
SOAL-SOAL
1. Pada tahun 1916 ilmuwan Nusselt menjelaskan teori hubungan koefisien perpindahan
panas antara uap jenuh dengan permukaan pendingin yang dinyatakan dalam persamaan:
h = 0,943 [(k3 2 g )/(LT)]1/4
Dengan: h = koefisien perpindahan panas, BTU/(j ft2 oF)
k = konduktivitas panas, BTU/(j ft oF)
= rapat, lb/cuft,
g = gaya gravitasi bumi, 4,17.108 ft/j2,
PUSTAKA
Chopey, N.P. dan Hicks, T.G., 1984, Handbook of Chemical Enginineering Calculations,
McGraw-Hill Book Company, New York.
Himmelblau, D.M., 1996, Basic Principles and Calculations in Chemical
BAB II
PENDAHULUAN
Di atas telah dipelajari satuan dan dimensi dan telah pula disinggung tentang pengolahan
satuan, seperti dicontohkan pada rapat dan konstanta gas umum, R. Dengan faktor
konversi dapat dibuat bermacam-macam nilai R memakai bantuan persamaan gas ideal
PV = nRT. Dalam analisis dimensi, P, V, n, R, T dst itu disebut dengan kualitas-kualitas.
Kalau kualitas/besaran itu diberi harga, maka disebut dengan kuantitas-kuantitas.
Seterusnya dalam analisis dimensi, besaran-besaran yang berpengaruh dipikirkan
mempunyai harga dan itu merupakan kuantitas-kuantitas. Analisis dimensi pada
prinsipnya adalah kualitatif, karena yang diolah adalah satuan-satuannya..
Analisis Dimensi
Analisis dimensi dan similaritas teknik merupakan bagian penting dalam ilmu teknik.
Penggunaannya cukup luas dari persoalan yang sederhana sampai yang kompleks.
Terlebih dalam persoalan-persoalan yang menyangkut banyak peubah, analisis dimensi
dan similaritas teknik selalu berperan. Ada kalanya secara kualitatif suatu persamaan
tidak dapat diselesaikan, maka analisis dimensi berperan untuk mendapatkannya.
Demikian pula dalam rancangan penelitian, analisis dimensi punya peran yang besar,
baik dalam perencanaan/pengumpulan maupun dalam pengolahan data. Oleh karena itu
penggunaan analisis dimensi adalah untuk:
1. Mendapatkan persamaan
Dimensi dasar/fundamental
Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa dalam satuan ada beberapa dimensi, yaitu
dimensi massa, panjang, waktu, gaya, energi/panas, dan suhu. Dimensi-dimensi itu dalam
analisis dimensi terbagi dalam kumpulan dimensi dasar sebagai sistem dimensi, yaitu:
1. Sistem MLt dengan dasar dimensi
Massa :M
Panjang :L
Waktu :t
2. Sistem FLt, dengan dasar dimensi:
Gaya :F
Panjang :L
Waktu :t
3. Sistem FMLt merupakan gabungan dua sistem dimensi sebelumnya.
Sistem MLt banyak digunakan oleh ahli-ahli fisika. Berpedoman pada massa benda
adalah tetap. Dengan hukum Newton, gaya dapat dinyatakan dengan massa, jadi massa
adalah pokok.
Sistem FLt banyak dipakai oleh pakar sipil. Di bidang ini, gaya menjadi pokok dalam
perhitungannya daripada massa. Massa dapat diartikan sebagai pengertian yang dapat
dijabarkan dari gaya dengan hukum Newton.
Sistem FMLt banyak digunakan di kimia industridan teknik mesin. Gaya maupun
massa banyak dijumpai dalam peristiwa/proses baik terpisah maupun bersama-sama,
sehingga dipandang baik jika digunakannya dengan sistem FMLt. Sistem ini sering disebut
dengan sistem dimensi engineering.
Dalam sistem FMLt terdapat sebuah kuantitas yang tidak terdapat dalam sistem MLt
dan FLt, yaitu gc yang disebut tetapan dimensi Newton (lihat; satuan gc di atas).
M(L 2 )
Dalam sistem FMLt, dimensi gc = t atau ML2 . Nilai gc sama dengan bilangaan
Ft
F
g
percepatan gravitasi di Greenwich, sehingga praktis nilai 1.
gc
Weber
Metode Rayleigh
Tanpa bukti hendaknya diterima, bahwa peubah tidak bebas dapat dinyatakan dengan
peubah bebas dalam hubungannya, yaitu:
Langkah 1: 1 = f(2, 3, 4, . n)
dengan, 1= peubah tidak bebas
2, 3, 4,. n = peubah bebas yang berpengaruh.
Langkah 2: 1 = K 2c1 . 3c2. 4c3 . ncn
Langkah 3: pilih dimensi dasarnya, dan seterusnya. Untuk lebih memperjelas
penyelesaiannya diberikan contoh-contoh berikut ini.
Contoh 1. carilah rumus jarak benda jatuh bebas dalam vakum!
Jawab: bayangkan keadaan benda dalam vakum. Dalam fisika telah dipelajari, bagaimana
sebuah benda yang jatuh bebas dalam ruang vakum. Peubah/variable apa saja yang
mempengaruhinya?. Gambarkan proses dan kemungkinan peubah yang berpengaruh:
Pada pelajaran Fisika, apakah massa berpengaruh
dalam ruang vakum?.
ruang
vakum S =Jarak yang harus ditempuh
Untuk menempuh suatu jarak perlu waktu, t
Dimensi t = waktu = t
Sehingga: L = (L)c1 (ML-3)c2 (t)c3
Atau ditulis: M0L1t0 = (M)c1 (ML-3)c2 (t)c3
Langkah 5: untuk masing-masing dimensi
L : 1 = c1 3c2 (1)
M: 0 = c2 .(2)
t : 0 = c3.(3)
Langhak 6: Pada langkah 5 terlihat bahwa ada 3 persamaan dengan 3 bilangan anu, maka
dapat diperoleh:
c1 = 1, dan c2 = 0, dan c3 = 0
langkah 7: Kembali ke langkah 2: S = K Mc1 gc2 tc3 dan masukkan nilai c1, c2 dan c3 yang
telah diperoleh, sehingga persamaan berbentuk:
S=Kd
Dalam hal ini, kesalahan pengambilan peubah yang salah diperoleh persamaan yang salah.
Bagaimana kalau tahu bahwa persamaan itu salah. Coba lakukan penelitian, apakah jarak
benda dapat terus dinyatakan dengan diameter benda yang selalu tetap, sedangkan jarak
benda selalu berubah!!.
Contoh lain:
Carilah persamaan penurunan tekanan aliran fluida sepanjang pipa licin, L, dengan
diameter, d, rapat massa fluida, , kecepatan, v, dan kekntalan fluida, .!
Jawab:
Pada soal sudah diketahui peubah-peubah yang mempengaruhi atau yang mengakibatkan
penurunan tekanan fluida dalam pipa lurus sepanjang L. Untuk itu dapat ditulis:
Langkah 1: P = f(L, d, v, , ) (1)
Metoda Buckingham
Persamaan (I) merupakan teori yang dikemukakan oleh Buckingham yang dikenal
dengan Theorema Buckingham, yaitu:
Jumlah kelompok tidak berdimensi yang bebas dalam suatu peristiwa sama dengan jumlah
kuantitas yang ada dalam peristiwa itu dikurangi dengan jumlah dimensi dasarnya (= jumlah
persamaan) yang terdapat dalam kuntitas-kuantitas tersebut. Kata bebas mempunyai arti
bahwa dalam kelompok bilangan tidak berdimensi dalam peristiwa itu ada sejumlah kuantitas
yang selalu terulang dan ada satu kuantitas yang baru dalam kelompok yang lain. Kuantitas
yang terulang ialah kuantitas-kuantitas yang pangkatnya dinyatakan dengan pangkat
kuantitas yang lainnya dan dalam kelompok yang lain ada kuantitas baru di dalamnya. Lebih
jelasnya lihat contoh berikut.
Contoh:
Ambil contoh penurunan tekanan di atas.
0 0 1
1 1 3 = -1 tidak sama dengan nol, dapat digunakan
0 1 0
kemudian, sisanya diberi nilai sekehendak dan yang paling mudah diberi nilai nol dan satu
sebagai berikut:
c1 = 1
c2 = 0 didisikan ke dalam persamaan
c6 = 0
M: 1 + c5 + 0 = 0 c5 = - 1
L: -1 + 0 + c3 + c4 3.-1 0 = 0 c3 = -c4 2
t: -2. 1 c4 0 = 0 c4 = -2
maka c3 = 0
seterusnya:
c1 = 0
c2 = 1
c6 = 0
diperoleh: c5 = 0, c3 = -1, c2 = 1,dan c4 = 0 maka
L
2 =
d
dan c1 = 0
c2 = 0
c6 = 1
diperoleh: c5 = -1, c4 = -1, dan c3 = -1
3 = dv
Dengan demikian dapat dituliskan persamaan kelompok bilangan tidak berdimensinya, yaitu:
1 = K (2)n1(3)n2
atau
P L n1 n2
= K ( ) ( )
v
2
d dv
Konstanta, K, dan pangkat-pangkat n1 dan n2 dicari dengan penelitian.
Hasil yang diperoleh dari kedua cara tersebut (Rayleigh dan Buckingham) sama. Kelompok
P
dv
dikenal dengan bilangan Reynolds, dan v2
adalah bilangan Euler.
LATIHAN
1. Carilah satuan dan dimensi konstanta pada soal berikut ini.
a). A = r2 (luas) b). I = bh3/12 (momen inertia) c). V = 0,98 2gh (kecepatan) d). Q =
3,33(L-0,2h)h3/2 (debit)
e). Q = 2,54 h5/2
4. Kecepatan suara tergantung pada tekanan dan rapat massa. Carilah bentuk persamaannya!!
5. Suatu partikel yang bergerak dalam putaran yang mempunyai radius r, dengan kecepatan
konstan v. Dengan analisis dimensi, buatlah persamaan untuk percepatannya!!
8. Kecepatan benda jatuh bebas dalam vakum dapat dinyatakan dalam bentuk: v = B voc1gc2tc3,
dengan vo = kecepatan awal, g = gaya gravitasi, t = waktu dan B adalah konstanta. Carilah
bentuk persamaan kecepatan itu!
9. Jarak benda jatuh bebas dalam ruang hampa ternyata dipengaruhi oleh massa, gravitasi,
dan waktu. Carilah bentuk persamaannya dengan dimensi dasar FLT!
PUSTAKA
Giles, R.V., 1956, Theory and Problem of Hydraulics and Fluid Mechanics, Schaum
Publishing Co, New York
Johnstone, R. E., and Thring, M. W., 1957, Pilot Plant, Models, and Scale-Up Methods in
Chemical Engineering, McGraw-Hill Book Company, Ner York.
Langhar, H.L., 1951, Dimensional Analysis and Theory of Models, John Wiley
& Sons, Inc., Tokyo
PENDAHULUAN
Similaritas dalam kimia industridapat diartikan sebagai pendekatan kelakuan suatu
peristiwa yang menyangkut proses, alat, ataupun suatu industri. Kelakuan adalah sifat-sifat
fisis dari sistem yang berupa bentuk, ukuran, dan komposisi.
Macam similaritas
Pada dasarnya, similaritas itu ada bila ada perbandingan skala anatara model dan
prototype.
Ada beberapa macam similaritas dalam teknik, yaitu:
1. Similaritas geometrik. Dua benda dikatakan similar secara geometrik bila setiap titik
dalam benda yang satu terdapat titik-titik yang sama dengan benda yang lain. Hal yang lebih
mudah dikatakan bahwa dua benda itu sebangun dengan perbandingan yang tetap.
Model Prototipe
Gambar III-1. Similar secara geometric
Model dan prototype dikatakan similar secara geometric, bila perbandingan ukuran
panjang yang seletak dalam model dan prototipenya sama, yaitu
Model Prototipe
Gambar III-2. Similar secara kinematik
7. Similaritas kimiawi. Sistem-sistem yang similar secara geometrik dan termal adalah
similar secara kimiawi, bila beda-beda konsentrasi yang sesuai mempunyai perbandingan
yang tetap dan apabila sistem-sistem itu bergerak, mereka haruslah similar secara kinematik.
Contoh soal.
1. sebatang kayu empat persegi panjang, dengan lebar 6 in dan tebal 2 in. Batang
tersebut diberi beban 4800 lb pada jarak 5 ft dari ganjalan kiri. Jarak antar ganjalan 12 ft.
tentukan kondisi-kondisi perancangan dan persaman peramal untuk lengkungan batang di
suatu titik, bila batang baja dengan panjang 8 in digunakan sebagai model.
Penyelesaian:
Sesuai alur dalam analisis dimensi, langkah pertama tentukan kuantitas-kuantitas dan
dimensinya. Visualisasikan dalam gambar.
a l
Kuantitas-kuantitas yang berpengaruh:
1. y = lengkungan, L
2. l = jarak antar ganjalan, L
3. b = lebar batang, L
4. d = tebal batang, L
5. a = jarak beban dari kiri, L
6. x = koordinat lengkungan, L
7. P = beban, F
8. E = modulus elastisitas, FL-2.
Dengan 8 kuantitas dan 2 dimensi fundamental, maka ada 6 suku :
y b d a x PE PE
( ) = ( , , , , 2 ); = bilangan Cauchy.
l l l l l l l2
Untuk model:
ym bm d m am x m Pm E m
( ) = ( , , , , 2 )
lm lm lm lm lm lm
Kondisi-kondisi perancangan:
bm b b l
a. = bm = , dengan n = ,
lm l n l m
dm d d
b. = dm =
lm l n
am a a
c. = am =
lm l n
xm x x
d. = xm =
lm l n
Pm E m PE PE
e. = Pm =
lm
2
l 2
Emn2
lb 6 lb
untuk mencari Pm diambil asumsi harga Ekayu = 1,5.106 2 dan Ebaja = 30 10 .
in in 2
persamaan peramal:
y y
( )m = ( )
l l
y = n ym =18.ym
dari persamaan peramal ini jelas bahwa untuk kelengkungan model dan prototipe adalah
similar secara geometrik. Tidak hanya model dan prototipe similar sebelum pembebanan,
tetapi juga similar secara geometrik setelah pembebanan.
2. pada aliran fluida dalam pipa horizontal, tentukan P pada pipa model dan prototype
menggunakan cairan yang sama!.
Penyelesaian:
P1 V P2 d
l
Kuantitas yang ada dan dimensinya:
P = beda tekanan, ML-1T-2
l = jarak antara control tekanan, L
d = diameter pipa, L
r = kekasaran pipa, tak berdimensi
= densitas, ML-3
rm = r
dv dv
( )m = ( )), untuk cairan yang sama, vm = nv
seperti yang diharapkan, persamaan perancangan menunjukkan bahwa model similar secara
geometrik dengan prototipenya. Dengan memakai cairan yang sama terlihat bahwa dalam
model dan prototip tanpa distorsi. Tanpa melihat sama atau tidaknya cairan, persamaan
peramalnya adalah:
P P Pm
v 2
= ( v 2 )m, bila cairan sama, maka P = .
n2
Dengan teori aliran fluida, untuk menghitung pressure drop dikenal persamaan dArchy,
yaitu:
P L v2 g
=f( )( ), dengan w = weight density= .g atau , dan = mass density,
w D 2g c gc
atau
P f L
= ( )
w v 2
2 D
persamaan yang sama untuk model, maka disini diperoleh persamaan peramal:
P
v 2 (f / 2)(L / D)
=
( P )m [(f / 2)(L / D)]m
v 2
P fv 2
=
( P) m (fv 2 ) m
L
Faktor yang berpengaruh:
Q = kecepatan perpindahan panas, HT-1
T = suhu fluida masuk pipa,
T=suhu pipa,
L = panjang pipa, L
D = diameter pipa, L
= dimensi penting lain, L
k = konduktivitas panas fluida, HT-1 L-1 -1
c = panas jenis fluida, HM-1-1
= densitas fluida, ML-3
= viskositas fluida, ML-1 T-1
v = kecepatan aliran fluida
ada 11 kuantitas dengan 5 dimensi dasar, maka ada 6 suku .
Q D T Dv c
= ( , , , , )
LkT L L T' k
kondisi-kondisi perancangan:
1. ( ) m = ( ) m =
L L n
D D D
2. ( )m = ( Dm =
L L n
T T
3. ( )m = ( )
T' T'
c c
5. ( )m = ( )
k k
Dua kondisi yang pertama menunjukkan adanya similaritas secara geometrik. Kondisi ke
tiga adalah ratio temperature yang sama pada model dan prototipnya (temperature
absolute). Skala temperature tidak terpengaruh oleh skala panjang.
Kondisi ke empat adalah samanya Re, bila yang digunakan fluidanya sama untuk model
dan prototip dan temperaturnya sama, maka vm = n.v.
c
Kuantitas ( ) merupakan bilangan Prandl, bila fluida dan suhunya sama untuk model
k
dan prototip, maka harga Pr akan tetap.
Dengan 5 kondisi perancangan untuk model yang sudah ditetapkan, maka persamaan
peramal untuk kecepatan perpindahan panas adalah:
kTQ m
Q=n
k m Tm
Hubungan sifat-sifat termal dari bahan hanya ada pada persamaan peramal, sedangkan
pada kondisi perancangan tak ada hubungan mengenai sifat termal dan bahan yang dipakai.
Seolah-olah dalam melaksanakan similaritas dengan persyaratan samanya suku tersebut di
atas, akan berjalan mulus tanpa suatu kesukaran-kesukaran. Hal yang sebenarnya tidaklah
demikian, sebab persyaratan samanya suku pada model dan prototip tidak selalu dapat
dipenuhi bersama-sama, bahkan untuk peristiwa-peristiwa kimia industribanyak yang tidak
dipenuhi bersama-sama.
Kriteria similaritas
Merupakan salah satu cara untuk sedikit mengurangi kesukaran-kesukaran bila
diperoleh peristiwa yang tak dapat dipenuhinya masing-masing suku bersama-sama.
Di dalam sistem, ada beberapa kecepatan, rate proses manakah yang menentukan
kecepatan perubahan overall dalam suatu proses dinamakan dengan resim yang
mengendali. Dalam suatu peristiwa, kecepatan yang paling rendahlah yang mengendalikan
proses dalam system itu atau hambatan/ penahanan yang paling besar.
Dalam sistem dinamis bilangan Re, Fr, dan We tidak dapat bersama-sama, cara
penyelesaiannya adalah dengan cairan yang berbeda pada model dan prototipnya.
suku-suku di sebelah kakan tandan = adalah bilangan tak berdimensi Reynolds (Re), Froude
(Fr), dan Webwer (We).
Kriteria Re.
Suatu sistem dinamis, similaritas dapat dilakukan di bawah criteria Re, bila sistem
fluida tersebut viskositasnya tinggi.
Persamaan sistem fluida menjadi berbentuk:
P vL
v 2
= ( ) ..................................................(III-20).
(Re)m = Re ..................................................(III-21).
r r
vr = = ..................................................(III-22).
r Lr Lr
r = viskositas kinematik =
r
qr = = r Lr ..................................................(III-23).
r Lr
qr = kecepatan volumetrik
2
r
Pr = 2 ..................................................(III-24).
r Lr
3
r
Pr = 2 ..................................................(III-25).
r Lr
P = kebutuhan tenaga
Untuk sistem homolog, maka r = 1 dan r = 1
1
vr = Pr = ..................................................(III-26).
Lr
Kriteria Fr
Similaritas di bawah kriteria Fr, hanya gaya berat yang mengontrol atau system
bekerja atas pengaruh gaya berat cairan. Artinya, dalam sistem fluida itu ada force liquid
surface, yaitu terdapat gelombang vortex.
Persamaan sistem fluida menjadi:
P v2
v 2
= ( ) ..................................................(III-29).
Lg
qr = 1 ..................................................(III-30).
vr = Lr ..................................................(III-31).
qr = Lr2,5 ..................................................(III-32).
Pr = r Lr ..................................................(III-33).
Pr = r Lr3,5 ..................................................(III-34).
Pada sistem homolog: r = 1
Power yang ada hanya untuk menaikkan bahan melawaan beratnya saja, tidak termasuk
friksinya.
Kriteria We.
Disini tegangan muka mengontrol. Bila dua cairan yang tidak saling larut dicampur
dan diaduk, yang satu terdispersikan ke dalam yang lain. Bila viskositas-viskositasnya rendah
dan beda kerapatannya tidak besar, maka pengaruh viskositas dan berat dapat diabaikan.
Secara umum, mekanisme dispersi karena turbulensi, fase terdispersikan mendapat gerak
memutar dan kareana gaya sentrfugal ini membuat butir-butir yang lebih halus dan
seterusnya, sampai gaya tegangan muka menahannya terhadap pembutiran lebih lanjut. Pada
similaritas dinamik, ratio sentrifugal dan gaya tegangan muka adalah konstan.
vL
= konstan ..................................................(III-35).
dengan pengertian di atas dapatlah diketahui, pada system cairan 2 fase dengan pelingkupnya
geometris similar, akan memberikan dispersi geometris similar pula bila bilangan We sama.
1
Vr = ..................................................(III-36).
( L r )1 / 2
N = putaran
1
S= ..................................................(III-38).
L
luas
S=
volum
Untuk mempelajari similaritas dalam kimia industriyang mendalam, masih diperlukan
pengertian-pengertian yang lebih luas (baca buku Johnston & Thring).
Contoh soal.
1. untuk model dan prototip, tunjukkan ratio aliran Q adalah sama dengan ratio
dimensi panjang berpangkata dua setengah, bila gaya gravitasi dan gaya inersia saja yang
berpengaruh.
Jawab:
3
Lm
Qm tm Lr
= 3 =
Qp Lp tr
tp
Perbandingan gaya inersia dan gaya gravitasi adalah bilangan Fr, yaitu:
Ma L2 v 2 v2
= Lg = Lg
Mg
Frm = Frp
gr = 1
vr = L r atau vr2 = Lr
tr = Lr1/2
3
Lr
Qr = 1/ 2 = Lr2,5 (terbukti)
Lr
2. air pada 60oF mengalir dengan kecepatan 12 ft/det dalam pipa 6 in. berapaa
kecepatan minyak padaa 90oF yang mengalir melalui pipa 3 in, dedngan keduanya similar
secara dinamik.
ft 2 ft 2
air = 1,217.10-5 ; minyak = 3,19.10-5
det det
jawab.
12. 6 v' 3
12 = 12
5
1,217.10 3,19.10 5
ft
v = 63
det
vr Lr = r = Lr1/2.Lr = Lr1,5
1 1,5
r = ( ) = 0,0894
5
m
r = m = r. p = 50.10-5(0,894)
p
ft 2
= 4,47 10-5 det
Coba selesaikan dengan menggunakan ratio waktu yang sama dari Fr dan Re!!.
PUSTAKA
Giles, R.V., 1956, Theory and Problem of Hydraulics and Fluid Mechanics, Schaum
Publishing Co, New York
Johnstone, R. E., and Thring, M. W., 1957, Pilot Plant, Models, and Scale-Up Methods in
Chemical Engineering, McGraw-Hill Book Company, Ner York.
Langhar, H.L., 1951, Dimensional Analysis and Theory of Models, John Wiley & Sons,
Inc., Tokyo
Murphy, G., 1950, Similitude I Engineering, The Ronald Press Co., New York
BAB IV
NERACA MASSA
SUB POKOK BAHASAN: pengertian: sistem, proses, dan aliran, persamaan umum
neraca massa, Neraca massa steady dan unsteady, neraca massa tanpa reaksi
kimia, penerapan neraca massa tanpa reaksi kimia pada proses-proses: pencampuran,
pengeringan, kristalisasi, keseimbangan fase, distilasi, evaporasi.
PENDAHULUAN
Neraca massa merupakan perhitungan semua bahan yang ada dalam proses. Ada kalanya
bahan yang dikenakan proses berubah bentuk menjadi senyawa lain atau menjadi konsumsi
dalam sistem itu, tetapi jumlah massanya tidak berubah. Massa yang tumbuh dan massa
yang terambil diartikan bila terjadi reaksi kimia, maka bahan yang satu bisa terambil dan
membentuk senyawa lain.
Sebelum masuk pada neraca massa, diperlukan pengertian-pengertian tentang sistem,
proses, dan aliran. Perhitungan neraca massa meliputi neraca massa tanpa dan dengan reaksi
kimia. Pada bab ini dibahas neraca massa tanpa reaksi kimia. Pada contoh-contoh
perhitungaan neraca massa tanpa reaksi kimia diberikan kepadaa proses-proses pemisahan
secara fisis seperti, pencampuran, pengeringan, kristalisasi, keseimbangan fase, distilasi, dan
evaporasi. Alat-alat ini akan dipelajari lebih lanjut pada mata pelajaranberikutnya dan dalam
perencanaan alat.
Pengertiaan-pengertian
1. Sistem
Sering kali mendengar kata sistem, tapi apa maknanya?. Sistem dapat diartikan
sebagai suatu kesatuan yang kompak dari satu atau beberapa sub sistem. Misalnya, komputer
merupakan satu sistem yang terdiri atas keyboard, CPU, dan manitor, tetapi CPU juga
2. Proses
Sebelum masuk pada perhitungan neraca massa dan energi, terlebih dahulu
diperkenalkan tentang proses dan macamnya. Proses merupakan suatu kondisi atau keadaan
yang mengalami pengolahan untuk menghasilkan produk tertentu. Dalam industri, proses
merupakan pengolahan bahan baku menjadi produk.
Macam proses:
a. batch
b. kontinu
Proses batch merupakan suatu pengolahan yang terdiri atas beberapa kegiatan, yaitu
pemasukan bahan ke dalam alat, pengolahan, dan pengeluaran hasil. Proses ini dapat
digambarkan sebagai berikut.
Bahan A Bahan B
Masing-masing aliran memiliki kelemahan dan keunggulan. Hal itu juga tergantung
pada jenis proses yang ada, apakah dilakukan pada proses perpindahan panas atau
perpindahan massa. Demikian juga, apakah dilakukan dengan cara kontak langsung atau
tidak. Hal itu juga tergantung pada sifat bahan yang akan diproses baik secara fisik maupun
kimia.
B. Neraca massa
Neraca massa merupakan perhitungan semua bahan yang ada dalam proses. Ada
kalanya bahan yang dikenakan proses berubah bentuk menjadi senyawa lain atau menjadi
konsumsi dalam sistem itu, tetapi jumlah massanya tidak berubah. Kehilangan massa
dimungkinkan dalam reaksi inti (nuklir) sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Einsten
(teori relativitas), bahwa massa yang hilang berubah menjadi energi. Hal yang sebenarnya,
bahwa kekekalan massa haruslah terpadu dengan energi, sehingga berbunyi kekekalan massa
dan energi. Sebab keduanya tidak bisa dipisahkan. Massa adalah suatu bentuk energi. Namun,
pada bahasan berikut ini dipisahkan antara neraca massa dan neraca energi dan sebagai awal
pelajaran sebagai mata pelajaranATK I membahas neraca massa terlebih dahulu.
dalam sistem
massa masuk massa keluar massa tumbuh massa terambil
+
........(IV-1).
Pengeluaran
Pemasukan sistem
pembatas
Secara garis besar, neraca massa dalam sebuah sistem adalah seperti berikut ini.
Bila persamaan (IV-2) dikenakan pada proses yang tertera dalam gambar IV-4, maka:
MA = M1 + M2 + M3 - M4 - M5 ..(IV-4).
Dengan, M = massa atau aliran massa dengan satuan massa atau massa/waktu. Pada keadaan
ajeg, maka akumulasi, MA = 0, sehingga neraca massanya:
M1 + M2 + M3 = M4 + M5 .(IV-5).
M1
M2
SISTEM M4
M3 akumulasi=MA
M5
Gambar IV-4. Neraca massa dalam sistem alir
Persamaan (IV-5) merupakan persamaan neraca massa sistem secara keseluruhan atau total.
Di dalam bahan yang berupa campuran terdapat komponen-komponen yang terkandung di
dalamnya. Jika masing-masing komponen dintayakan dalam fraksi massa, x (tak bersatuan),
maka neraca massa komponen berbentuk:
M1xi1+ M2xi2 + M3xi3 = M4xi4 + M5xi5 ...(IV-6).
Dalam hal ini, xi1 berarti komponen i yang ada pada aliran 1, dan seterusnya.
Lebih jelas diperluhatkan dalam contoh-contoh soal berikut ini.
1. Pencampuran
L
100 jam pada suhu 20oC. Larutan ini akan diencerkan menjadi 12%. Berapa air yang
L
diperlukan setiap jamnya? Dan berapa kecepatan keluar dalam jam ?
Jawab:
Untuk dapat menyelesaikan soal di atas diperlukan data rapat larutan NaOH 40%. Data dapat
diperoleh dari buku (handbook) Perry atau literatur lain. Dari buku Perry edisi 5, hal.
3-78 diperoleh data, pada suhu 20oC: 40%NaOH = 1,4300 kg/L
M2
Air segar sebagai pengencer
Larutan pekat: 20oC
M1: 40% NaOH Tangki M3
100 L/jam Pencampur Larutan encer 12%NaOH
L
Basis: 100 j larutan pekat masuk.
kg L kg
Maka, massa larutan masuk = (1,43 ).(100 j ) = 143 jam
L
Neraca massa keseluruhan: M1 + M2 = M3 .(a)
Neraca massa untuk komponen NaOH:
NaOH masuk = NaOH keluar
M1.xNaOH,1 = M2.0 + M3.xNaOH,3 ..(b)
Neraca komponen untuk air:
M1.xair,1 + M2.1 = M3.xair,3 ..(c)
Dari persamaan (b) untuk NaOH:
143. 0,4 = 0 + 0,12 M3
kg
M3 = 476,7 jam
kg L
Rapat air = 1 , maka air segar yang dimasukkan sebesar 333,7 jam .
L
Jika aliran keluar dinyatakan dalam kecepatan volum, L/jam, dengan persamaan (a)
diperoleh:
L L L
M3 = 100 jam + 333,7 jam = 433,7 jam
2. Pengeringan
Pengeringan adalah proses untuk mengurangi/menghilangkan air dalam bahan yang
basah. Proses yang dilakukan ada beberapa cara diantaranya adalah dengan pemanasan. Ada
pula yang dilakukan dengan menggunakan aliran udara kering (prinsip: humiditas).
Contoh: a. Kertas dengan kandungan air 5% harganya Rp. 100.000 per ton sampai di
pelabuhan. Ongkos kirim dari pelabuhan ke gudang pembeli Rp. 6000/ton. Setelah sampai di
gudang ternyata kelembaban kertas menjadi 6,54%. Jika kelebihan berat tidak
diperhitungkan, berapa harga kertas sampai di gudang?
Jawab: Basis: 1 ton kertas sampai di gudang.
Kadar air dalam kertas 6,54%
kadar kertasnya saja = 93,46%
Misal: berat kertas di pelabuhan x ton, maka kelebihan air = y ton
Neraca kertasnya saja:
0,9346. 1 ton = 0,95. x ton
x = 0,9346/0,95 = 0,9838 ton
neraca keleseluruhan: x + y = 1 ton
kelebihan air, y = 1 0,9838 = 0,0162 ton.
Analisis ongkos:
Harga kertas dipelabuhan = 0,9838. Rp. 100.000 = Rp. 98.380,00
Ongkos kirim = 0,9838. Rp. 6000 = Rp. 5.902,80
Harga kertas sampai di gudang per ton = Rp. 104.282,80
Contoh: b. Sebuah lorong pengering (tunnel dryer) digunakan untuk mengeringkan 100
lb/jam bahan anorganik yang mengandung 10% air sampai kandungan airnya 0,5%. Bahan
masuk ke dalam alat pengering secara berlawanan arah dengan udara yang digunakan sebagai
pengering. Udara yang masuk pada 60oC, 76 cmHg dengan relative humidity (RH) 10% dan
lb H 2 O
yang dinyatakan dalam . Untuk mengetahuinya dicari dari grafik molar
lb udara ker ing
Gunakan komponen kunci, yaitu bahan anorganik kering, karena bahan ini tidak
berubah, artinya bahan anorganik yang masuk = yang keluar.
lb lb
Bahan anorganik masuk = 0,9.100 jam = 90 jam
lb
Berarti, bahan anorganik kering yang keluar juag 90 jam , kadar airnya 0,5%, maka
lb lb
bahan anorganik keluar seluruhnya, M1 = (100/99,5).90 jam = 90,45 jam .
lb
Air yang keluar bersama bahan anorganik = 90,45-90 = 0,45 jam
lb
Air yang masuk bersama bahan anorganik = 0,1.100 = 10 jam
lb
Jadi, air yang keluar bersama udara = 10-0,45 = 9,55 jam
lbmol H 2 O
Pada suhu 35oC dengan RH =70% y3 = 0,042
lbmol udara ker ing
lb lb
sebesar: 0,042 0,025 = 0,017 lbmol = 0,017.18 jam = 0,306 jam
lb
Padahal jumlah air yang harus dibawa oleh udara kering sebanyak 9,55 jam . Dengan
Cara II:
Diselesaikan dengan cara analitis:
lb H 2 O
yM2 =0,025(18/29) = 0,015517
lb udara ker ing
fraksi massanya:
xM2 = 0,015517/(1+0,015517) = 0,01528
secara similar:
lb H 2 O
yM3 =0,042(18/29) = 0,02607
lb udara ker ing
fraksi massanya:
xM3 = 0,02607/(1+0,02607) = 0,02541
Neraca massa total : 100 + M2 = M1 + M3 ..(a)
Neraca komponen air : 100.x1 + M2 xM2 = M1.xM1 + M3.xM3
100.0,10 + M2 0,01528 = M1.0,005 + M3.0,02541
10 + 0,01528 M2 = 0,005 M1 + 0,02541 M3 (b)
Neraca bahan anorganik: 100.0,9 = 0,995 M1 (c)
Ada tiga persamaan dengan 3 bilangan yang tidak diketahui, maka dapat diselesaikan.
lb
Dari persamaan (c), M1 = 90,45 jam
lb lb
Dari persamaan (a) dan (b), diperoleh, M2 = 918,57 jam dan M3 = 328,12 jam .
lb
919,13 jam ).
3. Kristalisasi
Contoh: a. Sebuah tangki berisi 10000 kg larutan jenuh NaHCO3 pada 60oC. Dari larutan
diinginkan untuk dikristalkan sebanyak 500 kg. Berapa temperatur larutan harus
didinginkan?
Jawab:
Prinsip: Proses kristalisasi mempunyai hubungan dengan kelarutan bahan, sedangkan
kelarutan itu sendiri tergantung pada suhu. Umumnya, makin tinggi suhu kelarutan bahan
makin besar. Larutan akan bisa menjadi kristal jika larutannya telah kelewat jenuh.
Gambar proses:
500 lb
NaHCO3
kristal
NaHCO3 NaHCO3
Larutan jenuh{ }larutan jenuh
H2O H2O
Data yang diperlukan adalah kelarutan NaHCO3 dalam air. Dari handbook diperoleh:
Suhu (oC) : 60 50 40 30 20 10
g NaHCO 3
Kelarutan : 16,4 14,45 12,7 11,1 9,6 8,15
100 g H 2 O
kembali pada tabel untuk mencari suhu yang sesuai dengan larutan jenuh :
10,6 g NaHCO 3
yang terletak antara 20 dan 30o. Dicari dengan interpolasi,
100 g H 2 O
11,1 10,6
yaitu: 30oC [ 1,1 9,6 ]100oC = 27oC
34 g
contoh: b. Kelarutan barium nitrat pada 100oC sebesar dan pada 0oC sebanyak
100 g H 2 O
5g
. Jika mula-mula ada 100 g Ba(NO3)2 dan dibuat larutan jenuh pada 100oC,
100 g H 2 O
berapa air yang dibutuhkan?. Kemudian larutan jenuh itu didinginkan pada suhu 0oC, berapa
natrium nitrat yang mengkristal?.
Jawab: Basis: 100 g Ba(NO3)2
Kelarutan maksimum Ba(NO3)2 dalam air pada suhu 100oC sebesar 34 g per 100 g air,
sehingga jumlah air yang dibutuhkan:
100 g Ba ( NO 3 ) 2
(100 g H2O) = 295 g H2O
34 g Ba ( NO 3 ) 2
gambaran proses:
100%
C Ba(NO3)2 kristal
A H2O
Ba(NO3)2 0% Ba(NO3)2
10g
larutan jenuh{ H2O } larutan jenuh
H2O 295 g
295 g
295
H2O, barium nitrat yang dapat larut = . 5 g Ba(NO3)2 = 14,7 g Ba(NO3)2.
100
Neraca massa Ba(NO3)2:
Ba(NO3)2 awal - Ba(NO3)2 akhir = kristal Ba(NO3)2
100 g - 14,7 g = 85,3 g
Cara aljabar:
Fraksi air pada B = 100/(100+5) = 0,952381
Neraca massa total : A = B + C
395 = B + C
neraca massa air: 295 = B. 0,952381 + c.0
295
B = 0,952381 = 309,75
4. Keseimbangan fase
Pada proses perpindahan massa sering dibutuhkan neraca massa yang melibatkan
keseimbangan fase. Hukum Raoult sering digunakan dalam perhitungan pada komposisi fase
uap dan fase cairan yang berada dalam keseimbangan. Perhitungan dapat diteruskan untuk
mencari jumlah masing-masing fase yang ada dalam campuran.
Pada keadaan ini, tidak terjadi reaksi kimia, maka neraca massa mengambil dasar
pada satuan mol bukan lb atau kg.
Neraca masa untuk keseimbangan fase:
L + V = M .(IV-7).
Dengan, L = lbmol cairan
V = lbmol uap
M = lbmol campuran cair dan uap.
Neraca komponennya:
L. xA + V.yA = M.zA.(IV-8).
Dengan, xA = mol fraksi A dalam cairan
yA = mol fraksi A dalam uap,
zA = mol fraksi A dalam campuran.
V lbmol uap
yB
yT
M lbmol camp
zB = 0,75
zT = 0,25
L lbmol cairan
xB
xT
karena: yB + yT = 1 dan xB + xT = 1, maka
115 46
. xB + xT = 1
90 90
115 46
. xB + (1-xB) = 1
90 90
115 xB + 46 - 46 xB = 1
xB = 0,638
xT = 1- 0,638 = 0,362
115
yB = 0,638 = 0,815
90
yT = 1 0,815 = 0,185
5. Distilasi
Distilasi adalah suatu proses pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih diantara
komponen-komponen yang ada.
Contoh: Campuran etanol air dipisahkan dalam kolom distilasi untuk memperoleh
kemurnian alkohol yang lebih tinggi. Komposisi umpan masuk ke dalam kolom terdiri atas
20%mol alcohol dan sisanya air. Hasil bagian atas kolom (distilat) mengandung 85%mol
etanol dan bagian bawah kolom (bottom) mengandung 3%mol etanol.
lbmol
a. dengan kecepatan umpan masuk 100 jam , hitunglah jumlah distilat dan bottom
Jawab:
Gambaran proses:
Distilat, D lbmol/j
xD,alk = 0,85
Umpan, F
100 lbmol/j
xF,alk = 0,2
Bottom, B lbmol/j
Umpan, F : larutan
20%NaOH larutan jenuh, L
40%NaOH
Neraca massa total : F = L + V ..(a)
Neraca massa NaOH : F xF,NaOH = L xL,NaOH + V yV,NaOH .(b)
Neraca massa air : F xF,air = L xL,air + V yV,air .(c)
2
masing-masing dan 0,1 lb setiap lb padatan. Dari data yang ada, menyebutkan berat
1
bahan masuk 31 lb per cuft dan keluar 22 lb per cuft, sedangkan hasil tiap jam sebanyak 550
lb. Anggapan lain: volum padatan basah dan kecepatan penguapan berbanding lurus dengan
air yang dikandungnya. Hitung waktu yang diperlukan bahan untuk bergerak dari ujung
pemasukan ke ujung pengeluaran!.
Penyelesaian:
Untuk dapat menjawab masalah ini, diperlukan persamaan yang menunjukkan bahwa
pengeringan sebagai fungsi jarak/panjang. Persamaan yang dapat menunjukkan hal itu
diperoleh dengan melihat elemen kecil volum yang ada pada alat pengering tersebut yang
digambarkan berikut ini.
30 ft
x
lempung lempung
basah 5 ft kering
pemasukan: x1 x2 pengeluaran:
basah= 31 lb/cuft basah = 22 lb/cuft
lb lb
Kadar air = W = 2 lb pada tan W = 0,1 lb pada tan
1 cuft
lempung (= lb ), maka persamaan (h):
1 cuft lb cuft
Pada x = 0 : 10,3 lb
= a.(2 lb pada tan ) + b lb pada tan .....(l)
1 cuft 1 lb cuft
Pada x = 30ft : = a.( ) + b .....(m)
20 lb 10 lb pada tan lb pada tan
Dari dua persamaan itu, (l) dan (m) dapat diperoleh nilai a = 0,0248 dan b = 0475, sehingga
kecepatan penguapan air dapat ditulis dengan persamaan:
v = 0,0248 W + 0,0475 ....................................................(n).
Luas permukaan silinder = r2, sedangkan lempung menempati 1/3 luas yang ada, maka
A = (1/3) r2 = (1/3)( )(25) = 6,55 ft2.
Dengan demikian, gabungan persamaan (i), (n) dan nilai A, dapat diperoleh:
dx 500 lb pd tan/ j. (0,0248W 0,0475)cuft / lb pd tan
= = 1,895 W + 3,63 ft/j ...(o)
dt 6,55 ft 2
Dengan memasukkan nilai persamaan (o) ke dalam persamaan (g) dan selanjutnya
diselesaikan dengan batasan pada saat x =0, W =2 dan pada x=30, W=0,1, yaitu
dW dx dW
. = (1,895 W + 3,63) = - kW ..........................................(p)
dx dt dx
dW
dalam alat itu. Oleh karena itu, dengan memperhatikan persamaan (k) diatas, yaitu - =
dt
kW yang menunjukkan kadar air ditiap tempat = 0 dan hal ini tidak pernah terjadi.
Neraca massa elemen dengan reaksi kimia pada reaktor alir pipa.
Sebuah reaksi yang dijalankan dalam pipa yang mempunyai penampang serba sama,
secara kontinyu mengikuti persamaan:
A P+Q .................................................................(IV-11).
Semua bahan berbentuk gas. Proses berlangsung secara ajeg. Nyatakan konversi sebagai
fungsi panjang pipa!
Penyelesaian:
Kompossi bahan dalam reaktor ditentukan oleh konversinya. Di setiap tempat sepanjang
pipa komposisi bahan selalu berubah karena laju alir yang menyertainya. Hal itu dapat
dikatakan karena setiap perubahan jarak membutuhkan waktu dan setiap perubahan waktu
sepanjang pipa terjadi perubahan komposisi bahan. Untuk menghitung jumlah bahan di tiap
tempat sepanjang reaktor tersebut dapat dilakukan dengan menghitung neraca massa untuk
elemen volum (V) sepanjang pipa L. Gambaran peristiwa itu seperti dalam sketsa berikut.
L L+L
Dalam hal ini:
nA0 = jumlah mol A awal yang masuk ke dalam reaktor per satuan waktu,
nA = jumlah mol A setiap saat, M t-1
x = konversi, bagian
L = panjang pipa, L
V = volum reaktor, L3
Neraca massa pada elemen V (atau L) dalam keadaan ajeg dapat dituliskan:
Kecep. Masuk kecep. Keluar + kecep. Pertumbuhan = akumulasi
Kecepatan pertumbuhan sama dengan kecepatan reaksi yang dapat diartikan sebagai
kecepatan pengurangan bahan pereaksi A dan diberi notasi (-rA), sehingga persamaan itu
dapat ditulis:
(zat pereaksi masuk) - (pereaksi keluar dari V)-(yang bereaksi) = (akumulasi) ............. (IV-12)
Proses berlangsung dalam keadaan ajeg (steady) atau tidak ada akumulasi, maka persamaan
menjadi:
(zat pereaksi masuk) - (pereaksi keluar dari V)-(yang bereaksi) = 0 .........(IV-13).
Dengan prnsip hitungan stoichiometri didapatkan masing-masing bahan:
Bahan : A P Q total
Zat masuk (L) : n0(1-x) 0 0 n0(1-x)
Keluar (L+L): n0(1-x-x) n0(x+x) n0(x+x) n0(1+x+x)
Neraca massa untuk komponen A:
n0 (1-xA) - n0(1-xA-xA) (-rA)V =0,
penyelesaian persamaan ini, yaitu:
x A
(-rA) = n0 V ................................................(a).
dx A
Untuk V 0, (-rA) = n0 dV ..(b)
Atau
dN A mol
(-rA) = dV merupakan definisi kecepatan reaksi, ( volum)( waktu )
mol A n (1 x ) (1 x )
Fraksi mol A = X= 0 . Dengan demikian persamaan (e)
mol total n 0 (1 x ) (1 x )
menjadi:
dx A P (1 x )
dL = k n RT (1 x ) ...............................(f).
0
LATIHAN
1. Suatu proses distilasi ditunjukkan dalam gambar di bawah ini. Selesaikan!
0,8 C2 ? C2
? C3 2 0,1 C3
1000 kg/j
? C2
0,5 C2 0,4 C3
0,3 C3
? C4 1
PUSTAKA
Chopey, N.P. dan Hicks, T.G., 1984, Handbook of Chemical Enginineering Calculations,
McGraw-Hill Book Company, New York.
Glasstone, S., 1946, Text Book of Physical Chemistry, Van Nostrand Co., New York.
Henley, E. J dan Bieber, H., 1959, Chemical Engineering Calculation Mc Graw-Hill, New
York.
Himmelblau, D. M., 1989, Basic Principles and Calculations in Chemical Engineering, 6 th
edition, Prentice-Hall International, Inc, London.
Maron, S.H. dan Lando, J.B., 1974, Fundamental of Physical Chemistry, Macmillan
Publishing Co. Inc., New York
Williams, E.T and Johnson, R. C., 1958, Stoichiometry for Chemical Engineers, Mc Graw-
Hill, new York
Perry
PENDAHULUAN
Seperti halnya neraca massa tanpa reaksi, pada neraca massa dengan reaksi kimia ini
pula langkah-langkah untuk menyelesaikan soal sama seperti di atas. Pengetahuan yang harus
dikuasai adalah pengetahuan terhadap persamaan reaksi. Dasar-dasar reaksi dalam mata
pelajaran Kimia Dasar, Kimia Organik, dan Kimia anorganik sangat diperlukan dalam
pemahaman persoalan!!. Demikian juga dengan mata pelajaran Fisika Dasar!!.
Persamaan reaksi dan stoichiometry
Neraca massa yang paling sederhana terdapat dalam sebuah persamaan reaksi kimia,
yaitu dengan mengisi koefisien-koefisien reaksinya.
Contoh:
a C7H16 + b O2 c CO2 + d H2O ..(V-1).
Masing-masing atom: jumlah atom sisi kanan = jumlah atom sisi kiri tanda reaksi.
Untuk atom C: 7a = c
H: 16a = 2d d = 8a
O: 2b = 2c + d = 2(7a) + 8a = 22a b = 11a
18, maka
10 kg
10 kg C7H16 = = 0,1 kgmol, sehingga secara stoichiometri (sesuai
100 kg
kgmol
dengan koefisien reaksi):
O2 yang dibutuhkan = 0,1.11 kgmol = 1,1 kgmol = 1,1 . 32 = 35,2 kg
CO2 yang dihasilkan = 0,1.7 kgmol = 0,7 kgmol = 0,7. 44 = 30,8 kg
H2O yang dihasilkan = 0,1.8 kgmol = 0,8 kgmol = 0,8.18 = 14,4 kg
Dalam neraca massa: massa sebelum sama dengan massa sesudah reaksi. Perhatikan :
Massa sebelum reaksi, yaitu C7H16 + O2 = 10 kg + 35,2 kg = 45,2 kg, dan
Massa sesudah reaksi, yaitu CO2 + H2O = 30,8 kg + 14,4 kg = 45,2 kg.
namanya neraca massa, maka yang sama itu adalah massanya bukan mol-nya!!!
Kalau diperhatikan pada reaksi di atas, maka terlihat bahwa semua bahan pereaksi (sebelah
kanan tanda reaksi) habis bereaksi. Hal itu dikatakan sebagai reaksi sempurna atau
konversinya 100%. Bagaimana kalau semua pereaksi tidak habis bereaksi?. Berikut ini
beberapa pengertian dalam melihat keadaan sebuah reaksi.
Contoh:
Pada persamaan reaksi (4) yang ditulis kembali, yaitu:
C7H16 + 11 O2 7 CO2 + 8 H2O
Bila mula-mula terdapat masing-masing 10 kg C7H16 dan 40 kg O2, mana reaktan limit dan
mana yang berlebih?.
10 kg
Jawab: 10 kg C7H16 = = 0,1 kgmol
100 kg
kgmol
40 kg
40 kg O2 = = 1,25 kgmol
32 kg
kgmol
Secara stoichiometri : 0,1 kgmol C7H16 membutuhkan 11.0,1 kgmol O2 atau 1,1 kgmol,
sedangkan O2 yang tersedia sebessar 1,25 kgmol, sehingga masih tersisa 0,15 kgmol. Dengan
demikian, dikatakan:
Pereaksi limit adalah C7H16 dan pereaksi berlebih adalah O2.
Pereaksi berlebih lazim dinyatakan dalam %ekses, yaitu:
mol kelebihan
%ekses = mol kebutuhan untuk bereaksi dg pereaksi pembatas .(V-4).
Contoh:
Pada soal di atas, kelebihan O2 sebesar 0,15 kgmol, maka %ekses O2 adalah
0,15kgmol
( 1,1 kgmol ). 100% = 13,64%
2. Konversi reaksi
Reaksi kimia yang terjadi tidak seluruhnya sempurna seperti dalam penjelasan di atas.
Tingkat kesempurnaan reaksi ini dinyatakan dalam konversi reaksi. Besaran yang
digunakan bisa dinyatakan dalam prosen (%) atau bagian. Misalnya, konversi pembuatan
etilen dari etanol sebesar 80% atau 0,8 bagian dari etanol dapat diubah menjadi etilen.
Persamaan konversi dinyatakan:
mol bahan A bereaksi
Konversi = mol bahan A mula mula x 100% (V-5).
4. Recovery
Pengertian recovery adalah perolehan kembali. Dalam hal ini, pernyataan ini
diterapkan terhadap bahan yang dapat diperoleh kembali dari dalam campuran. Misalnya,
dalam limbah terdapat khrom dan khrom tersebut diambil dengan berbagai cara, maka khrom
yang dapat diambil kembali itu dinyatakan dalam recovery atau alkohol yang diambil dari
suatu larutan dengan distilasi, maka alkohol yang terambil itu dinyatakan dalam recovery.
Pernyataan itu dituliskan:
bahan yang terambil
% recovery = bahan awal
x100% ..(V-7).
Contoh:
Suatu larutan alkohol dalam air sebanyak 1000 lb mempunyai kadar 60% didistilasi
dengan hasil yang meningkat menjadi 95% sebanyak 600lb. Berapa recovery proses itu?
Jawab:
Basis: 1000 lb larutan
Alkohol mula-mula = 0,6 . 1000 lb = 600 lb.
Alkohol dalam distilat = 0,95.600 lb = 570 lb
Maka recovery alkohol = (570/600). 100% = 95%.
Contoh soal:
1. Dalam pembakaran heptan menghasilkan gas CO2. Seandainya dikehendaki hasil sebanyak
500 kg es kering setiap jam dan sebesar 50% dari CO 2 diubah menjadi es kering, berapa kg
heptan yang harus dibakar setiap jamnya?.
Jawab: Reaksi pembakaran, yaitu reaksi dengan oksigen dengan hasil gas CO 2 dan air.
Reaksinya: C7H16 + 11 O2 7CO2 + 8 H2O
Basis: 500 kg es kering per jam (diketahui).
BM heptan (C7H16) = 100.
Gambaran prosesnya adalah sebagai beerikut.
O2
500
Gas CO2 yang dihasilkan keseluruhan = ( 0,5 ) kg = 1000 kg
1000
=( ) kgmol
44
1 1000
Maka heptan yang harus dibakar setiap jam = ( )( ) kgmol
7 44
1 1000
= ( )( ) (100) kg
7 44
= 324,675 kg C7H16.
2. Korosi pipa ketel yang diakibatkan adanya oksigen dalam air dapat dicegah dengan
menambahkan sodium sulfit dalam air ketel. Hal itu dapat mengambil oksigen dalam air
umpan ketel yang mengikuti reaksi:
2 Na2SO3 + O2 2 Na2SO4
Berapa pound sodium sulfit yang dibutuhkan secara teoretis untuk menghilangkan oksigen
yang ada dalam 8330000 lb air umpan ketel tersebut yang mengandung 10 ppm (bagian per
juta), jika sodium sulfit yang ditambahkan berlebih 35%?
Jawab:
Basis: 8330000 lb H2O
83,3
umpan ketel = 1,35.2. ( ). 126 lb = 885 lb Na2SO3.
32
3. Hasil analisis batuan kapur menunjukkan adanya 92,89% CaCO 3, 5,41% MgCO3, dan
1,7% bahan lain.
a. Berapa pound kalsium oksid yang dapat diperoleh dari 5 ton batuan kapur ini?.
b. Berapa pound karbon dioksid yang dapat dihasilkan setiap pound batuan kapur?
c. Berapa pound batuan kapur yang dibutuhkan untuk membuat 1 ton kapur?.
Jawab:
Untuk dapat mengerjakan soal ini diperlukan:
a. Pengetahuan tentang reaksi yang terjadi. Dalam hal ini, kalsium dan magnesium karbonat
dapat menjadi kalsium dan magnesium oksid, jika bahan (batuan kapur) dipanaskan, dengan
bentuk reaksinya:
CaCO3 CaO + CO2
MgCO3 MgO + CO2
b. Dapat membedakan pengertian batuan kapur (limestone) dan kapur (lime). Kapur =
campuran CaO, MgO, dan bahan lain.
Kapur:
CaO
panas MgO
Bahan lain
Data tambahan: berat molekul tiap bahan
CaCO3 =100; CaO = 56; CO2 = 44; MgCO3 = 84,3; MgO = 40,3
Basis: Diambil = persen: 100 lb.
52
dihasilkan: ( ).1000 lb = 5200 lb CaO
100
43,7
b. CO2 yang dihasilkan per lb batuan kapur = = 0,437 lb
100
c. Batuan kapur yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 ton (=2000 lb) kapur:
Pada 100 lb batuan dihasilkan 56,3 lb kapur, maka untuk menghasilkan kapur 1
100
ton dibutuhkan: ( 56,3 ). 2000 lb = 3560 lb batuan kapur.
4. Bila 0,6 kg stibnite dan 0,250 kg besi dipanaskan bersama-sama akan menghasilkan 0,200
kg logam antimony menurut reaksi:
Sb2S3 + 3 Fe 2 Sb + 3 FeS
Hitung:
a. pereaksi limit
b. prosentase reaktan berlebih
c. presen konversi
d. yield
Jawab:
Masing-masing komponen sudah diketahui nilainya, sehingga perhitungan dilakukan
tanpa basis. Untuk memudahkan perhitungan buat tabel:
Komponen kg BM gmol
Sb2S3 0,6 339,7 1,77
Fe 0,25 55,8 4,48
Sb 0,2 121,8 1,64
FeS 87,9
c. Konversi terhadap Sb2S3, kerena hasil yang diperoleh, yaitu Sb sebesar 1,64 gmol.
Sb sebessar ini berasal dari Sb yang terdapat dalam Sb 2S3, yaitu sebesar 1,64/2 = 0,82
gmol. Dengan demikian konversi Sb2S3 menjadi Sb adalah:
0,82
( 1,77 ) 100 % = 46,3%
0,2 kg Sb 1 kg Sb
d. yield yang diperoleh = = ( ).
0,6 kg Sb 2 S3 3 kg Sb 2 S 3
5. Aluminium sulfat dapat diperoelh dari hasil reaksi antara biji bauxit dengan asam sulfat
menurut persamaan reaksi:
Al2O3 + 3 H2SO4 Al2(SO4)3 + 3H2O
Di dalam bauxit terdapat 55,4% berat alumionium oksid dan sisanya kotoran. Larutan asam
sulfat mempunayai kemurnian 77,7% dan sisanya air. Untuk menhasilkan 1798 lb aluminium
sulfat murni, digunakan 1080 lb biji bauxit dan 2510 lb asam sulfat.
a. tunjukkan reaktan berlebihnya
b. berapa % reaktan yang berlebih itu digunakan?
c. Berapa derajad kesempurnaan reaksi?
Jawab: data BM: Al2O3 = 102; H2SO4 =91,8; Al2(SO4)3 =342,1;H2O = 18
Al2(SO4)3 yang terbentuk = 1798 lb = 1798/342,1 = 5,26 lbmol
Al2O3 dalam bauxit = 0,554.1080 lb = 0,554.1080/102 = 5,87 lbmol
H2SO4 dalam larutan = 0,777.2510 lb = 0,777.2510/98,1 = 19,88 lbmol
a. jika Al2O3 habis bereaksi (5,87 lbmol), maka membutuhkan asam sulfat sebanyak
3.5,87 lbmol = 17,61 lbmol. Asam sulfat yang ada sebesar 19,88 lbmol, berarti asam
sulfat sebagai pereaksi berlebih, sedsangakan pereaksi limit adalah Al2O3.
6. Gas alam dengan komposisi CH 4 = 78,8%; C2H6 = 16%; CO2 = 0,4%, dan N2 = 6,8%
(dalam %volum) dibakar dengan udara yang berlebih 40%. Hidrokarbon yang berubah enjadi
CO2 sebanyak 72% dan yang menjadi CO sebanyaak 26%. Hitung komposisi gas keluar!
Jawab: Pada peresoalan ini diperlukan pengertian proses pembakaran hidrokarbon (CH).
Pembakaran sempurna akan menghasilkan CO2 dan bila tidak akan menghasilkan gas CO.
Oleh karena itu, menurut soalnya, reaksi yang terjadi menghasilkan CO2 dan CO dengan
masing-masing prosentasenya diketahui.
Basis: 100 mol gas alam
Gambaran prosesnya:
Udara: 21% O2
79% N2
gas hasil pembakaran:
DAPU R CO2 =?
gas alam: CO =?
CH4 =78,8% H2 =?
C2H6=14,0% O2 =?
CO2 = 0,4% N2 =?
N2 = 6,8%
Untuk gas: Proses volum = prosen mol
Dalam proses ini reaksi yang terjadi:
1. C + O2 CO2
2. C + O2 CO
3. H2 + O2 H2O
Jumlah C dalam gas alam itu:
C dalam CH4 = 78,8 mol
C dalam C2H6 = 2.14 mol = 28 mol
Jumlah C = 106,8 mol.
Jumlah hydrogen (H2) dalam gas alam:
H2 dalam CH4 = 2.78,8 mol = 157,6 mol
H2 dalam C2H6 = 3.14 mol = 42 mol
Jumlah H2 = 199,6 mol
27,77
CO = ( 1598,3667 ) 100% = 1,73%
199,6
H2O = ( 1598,3667 ) 100% = 12,48%
77,086
O2 = ( 1598,3667 ) 100% = 4,81%
1021,7657
N2 = ( 1598,3667 ) 100% = 63,92%
Total = 100%
LATIHAN
1. Reaksi pembentukan hidrogen dari steam yang disebut reaksi water gas, yaitu:
CO + H2O CO2 + H2.
Jika umpan ke dalam reaktor yang berupa gas mengandung 30 mol CO, 12 mol CO 2, dan 35
mol steam per jam pada 800oC, dan H2 yang dihasilkan per jam sebesar 18 mol, hitung
a. limiting reactant
b. excess reactant
c. konversi steam menjadi H2
d. kg hasil H2 per kg umpan steam
e. mol CO2 yang dihasilkan per mol umpan CO.
3. Pada suatu furnace dilakukan pembakaran Fe2O3 dengan menggunakan karbon untuk
mendapatkan Fe murni. Untuk 1 ton Fe2O3 dan 500 kg karbon diperoleh produk Fe sebesar
200 kg. Tentukan:
(a) reaktan pembatasnya!. (b) % konversi Fe2O3 menjadi Fe!
SUB POKOK BAHASAN: neraca massa dengan arus balik tanpa reaksi kimia dan
dengan reaksi kimia, arus pintas, dan arus pembuangan.
Neraca massa dengan aliran balik (recycle), arus pintas (bypass), dan aliran
pembuangan (purge).
Di dalam industri kimia terdapat beberapa alat uang saling terkait satu sama lain
menjadi satu unit yang dikenal dengan unit produksi. Aliran bahan yang sekiranya masih
bermanfaat dikembalikan lagi pada proses sebelumnya. Aliran semacam ini disebut dengan
umpan balik atau recycle. Hal ini bertujuan untuk menggunakan kembali bahan yang tersisa
dalam proses (sisa reaksi) sehingga tidak banyak terbuang dan meminimasi limbah menuju
produksi bersih.
Aliran bypass mempunyai maksud untuk mempertahankan kualitas tertentu pada
suatu produk yang dihasilkan. Bahan yang mempunyai komposisi tertentu dari alat
sebelumnya diinjeksikan kembali dalam alat sesudahnya untuk mencapai komposisi produk
yang diinginkan.
Pada industri yang bekerja dalam proses heterogen, gas hasil ataupun gas sisa reaksi
dibuang secara intermiten (pada waktu-waktu tertentu). Aliran pembuangan ini yang disebut
dengan aliran pembuangan gas atau purge.
Gambaran aliran-aliran tersebut dapat dilihat dalam gambar 4 berikut ini.
Perhatikan pada setiap titik pertemuan yang terjadi perubahan mempunyai persaan neraca
massa.
Abs
sorber vaporizer
Umpan
Reaktor
Bypass produk
Contoh-contoh soal:
A. Aliran balik (Recycle) tanpa reaksi kimia
1. Sebuah kolom distilasi digunakan untuk memisahkan 10000 kg/j campuran 50% bensen
dan 50% toluene. Hasil bagian atas kolom mengandung 95% benzen, sedangkan bagian
bawah mengandung 96% toluene. Pada bagian atas, aliran uap masuk kondensor sebesar
8000 kg/j. Sebagian produk atas dikembalikan ke dalam kolom sebagai refluks. Hitung
ratio antara refluks (R) dan distilat (D)!.
Jawab:
Gambar proses:
V
8000 kg/j kondensor
Destilat, D
Refluks, R 0,95 Bz
0,05 Tol
Umpan, F
10000 kg/j sistem II
0,5 Bz
0,5 Tol
sistem I
B
0,04 Bz
0,96 Tol
Sistem I:
Neraca massa pada system I yang merupakan sistem keseluruhan.
D, xD Neraca massa keseluruhan, yaitu:
F = D + B (1)
F, xF Neraca komponennya:
B, xB F xF = D xD + B xB ...(2)
Masing-masing untuk benzen dan toluene.
Sistem II:
Neraca massanya:
V = D + R ..(3)
V,yV D, xD Neraca komponen:
V yV = D xD + R xR ....(4)
Masing-masing untuk benzen dan toluene.
R, xR
Kalau dijumlah, persamaan yang ada adalah 6 buah persamaan.
Basis : 10000 kg/j umpan masuk.
Dari persamaan (1): 10000 = D + B ..(a)
Dari persamaan (2), untuk benzen:
10000.0,5 = D.0,95 + B.0,04 (b)
Dari persamaan (a) dan (b), diperoleh:
kg
B = 4950 j
kg
D = 5050 j
R
Dengan demikian, = 2950/5050 = 0,584.
D
2. Proses evaporasi yang dilanjutkan dengan kristalisasi tergambar dalam denah di bawah ini.
Berapa bahan yang direcycle dalam kg per jam?
Jawab: dari gambar dapat dibaca bahwa:
H2O sistem I
W
300oF umpan, F
Evaporator 10000 kg/j larutan
20% KNO3
M
50% R, recycle pada 100oF
KNO3 Larutan jenuh:
(0,6kg KNO3/kg H2O)
Kristalisator
Kristal yang membawa 4% air
Sistem II (4%H2O per kg total
C kristal + H2O)
Pada persoalan ini, KNO3 sebagai bahan kunci perhitungan, sebab KNO3 yang
masuk, semuanya menjadi kristal yang keluar di C, sebesar:
kg kg
KNO3 dalam umpan = 0,2.10000 j
= 2000 j
Karena yang ditanyakan adalah R, maka digunakan persamaan (3) dan (4):
M = 2083 + R (a)
Untuk KNO3: M.0,5 = 2083.0,96 + R.0,375 ..(b)
kg
Dari persamaan (a) dan (b) ini, didapat: R = 7670 j
Gambaran prosesnya:
H2
E, etilasetat
recycle alcohol, X
950
Komponen kunci: Asetaldehid = 0,95. 1000 lb = 950 lb = lbmol = 21,6 lbmol
44
50
Alkohol = 1000-950 = 50 lb = lbmol = 1,09 lbmol
46
Hasil dari reaktor aliran H: 88% asetaldehid dan 12 % etilasetat (basis bebas alcohol),
maka ratio asetaldehid/etiasetat = 88/12.
12 129,5
Dengan demikian, etilasetat = ( ). 950 lb = 129,5 lb = = 1,47 lbmol
88 88
Neraca alkohol:
Keluar dalam aliran D = 1,09 lbmol
Untuk membentuk asetaldehid = 21,6 . 1 = 21,60 lbmol
Untuk membentuk etiasetat = 1,47. 2 = 2,94 lbmol
Jumlah = 25,63 lbmol = 1179 lb
Jumlah ini = alcohol sebagai umpan segar.
Bila X adalah alcohol yang direcycle maka umpan ke dalam reactor = 1179 + X.
Konversi reaksi terhadap alkohol = 85%, berarti alcohol yang tak bereaksi = 15% yang keluar
dalam aliran H, jumlahnya = 0,15 (1179+X).
Dari jumlah ini, 50 lb terambil dalam aliran D, sehingga alcohol yang direcycle =
0,15.(1179+X) 50 = alkohol yang direcycle
jadi: 0,15 (1179 + X) 50 = X
maka, X = 149,3 lb
149,3
Recycle ratio terhadap umpan segar = = 0,127
1179
Umpan masuk reaktor = 1179 + 149,3 = 1328,3 lb.
2. Dalam proses pembentukan metil iodida dihasilkan dari 2000 kg/hari asam hidroiodik
dengan methanol berlebih menurut reaksi:
M: 100% CH3OH
recycle, R
HI
W: HI 82,6%
H2O 17,4%
Sisa HI, yaitu 60% dari 2,42 = 0,6.2,42 kgmol = 1,452 kgmol.
Sisa ini terbagi dua, yaitu yang keluar ke waste dan yang direcycle.
Yang keluar ke waste = 0,646 kgmol, maka
HI yang direcycle = 1,452-0,646 = 0,806 kgmol.
HI yang masuk ke reaktor = 2,42 kgmol dan yang dari recycle = 0,806 kgmol, sehingga HI
umpan segar, F = 2,42-0,806 = 1,614 kgmol = 1,614. 128 kg = 206,592 kg.
Jumlah air yang dihasilkan = jumlah CH3I yang dihasilkan = 0,968 kgmol
= 0,968.142
= 137,456 kg
Hal itu terdapat pada aliran P sebanyak 81,6%,
100
maka aliran P = ( 81,6 ).137,456 kg = 168,45 kg.
2000
Dapat pula dihitung W = ( 206,592 ).100 kg = 968,058 kg.
Jawab: jumlah arus tidak ditentukan, sehingga pilih basis untuk mempermudah perhitungan.
Perhatikan : dimana terjadi perubahan komposisi, akn memberikan persamaan aljabar yang
sangat penting untuk penyelesaian soal.
Basis : 1 kg air masuk (airnya saja)
Misal: Aliran pintas = Y kg
Maka yang masuk ke evaporator = (1-Y) kg dan air yang keluar juga (1-Y)
Neraca massa garam di titik A:
(1-Y)kg. 0 ppm + Y kg. 600ppm = 1kg.50 ppm
50 1
Y= = = 0,083
600 12
Jadi arus pintas nya = 0,083 bagian dari arus umpan masuk.
2. Salah satu bagian dari proses fraksinasi minyak ditunjukkan seperti dalam gambar. Berapa
fraksi minyak bebas butan yang dimasukkan ke dalam menara isopentan?
Jawab:
De- Menara
Butaniz Iso-
er pentan
X
Y,n-C5H12
2
umpan: F= 100 kg bebas butan P, ke
n-C5H12 80% 1 pabrik
i- C5H12 20% gas alam
90% n-C5H12
10% i- C5H12
Basis: 100 kg umpan
Neraca massa keseluruhan (perhatikan pada system yang ada dalm tanda batas):
F=S+P
Atau 100 = S + P
Neraca komponen:
F. xF = S.xS P. xP
Untuk n-pentan: 100.0,8 = S.0 + P.0,9
Didapat : P = 89 kg
Maka: S = 100-89 =11 kg
Neraca isopentan di sekitar menara isopentan:
Aliran masuk ke menara= X
Aliran keluar menara = Y
Maka : X = S + Y = 11 + Y .(a)
Neraca untuk normal pentan:
Masuk menara = keluar menara
0,8 X = Y .(b)
Gabungan (a) dan (b), diperoleh: X = 55 kg.
Dapat pula dikerjakan dengan neraca massa di sekitar titik 2:
Aliran bahan pintas = aliran bahan keluar
(100-X) + Y = 89
neraca komponen isopentan:
(100-X).0,2 + Y.0 = 89.0,1
20-0,2 X = 8,9
11,1
X = 0,2 = 55 kg.
Y= arus buangan
X = Arus balik
umpan:
Reaktor pendingin
100 mol(N2+H2)
0,2 mol Ar
2. Etilen oksid secara komersial diproduksi dari reaksi antara etilen dan udara menurut reaksi:
C2H4 + O2 CH2CH2O
Umpan segar yang masuk ke dalam reactor mempunyai perbandingan 10 mol udara dan 1
mol etilen. Konversi reaksi dalam reactor adalah 25%. Tambahan O2 sebagai makeup
dimasukkan melalui aliran balik dan sebagian gas dibuang sehingga konsentrasinya yang
masuk ke dalam reactor sekitar 1%.
LATIHAN
a. Sebuah pabrik pembuatan CO2 cair menggunakan bahan baku batuan kapur dolomite dan
larutan asam sulfat pekat. Hasil analisis batuan dolomite (dalam %berat): 68,0% CaCO 3;
30,0% MgCO3; dan 2,0% SiO2, sedangkan larutan asam sulfat mempunyai kadar 94% H2SO4
dan 6% air (H2O).
a. tulis reaksi yang terjadi
b. berapa pound (lb) CO2 yang dihasilkan dari setiap ton dolomite
c. berapa lb asam sulfat yang dibutuhkan per ton dolomite
d. berapa lb larutan asam sulfat pekat yang dibutuhkan per ton dolomite
c. Suatu proses pencampuran dilakukan dalam dua tangki secara seri. Pada tangki I
dilakukan pencampuran larutan A dengan larutan B yang masing-masing mempunyai
komposisi: (%berat)
Larutan A: 4% NaCl, 5% HCl, 4% H2SO4, dan 87% H2O
Larutan B: 91% H2O dengan 9% padatan terlarut (inert solid)
Campuran kedua larutan itu (larutan C) dimasukkan kedalam tangki II, bersama-sam dengan
larutan D dan larutan E. Komposisi masing-masing larutan D dan E adalah:
Larutan D: 2% HCl, 2% H2SO4, 96% H2O
Larutan E: 1,5% HCl; 1,5% H2SO4; 97% H2O
Campuran yang keluar dari tangki II (Larutan F) sebanyak 290 kg/menit dengan komposisi
1,38% NaCl; 2,55% HCl; 2,21 % H2SO4; 92,32% H2O dan 1,55% padatan terlarut.
a. Sket proses tersebut
b. Hitung besar aliran (kg/menit) untuk tiap arus (larutan A, B, C, D dan E)
4. Gas amonia (NH3) direaksikan dengan oksigen berlebih 20% dalam suatu reaktor. Reaksi
yang terjadi menurut persamaan:
4 NH3 + 5 O2 4 NO + 6 H2O
Kesempurnaan reaksi adalah 70%. Amonia yang tidak bereaksi dikembalikan ke dalam
reaktor bersama umpan segar.
a. Hitung NO yang terbentuk setiap 100 lb umpan segar amonia
b. Hitung amonia yang di recycle per lbmole NO yang terbentuk
PUSTAKA
Chopey, N.P. dan Hicks, T.G., 1984, Handbook of Chemical Enginineering Calculations,
McGraw-Hill Book Company, New York.
Glasstone, S., 1946, Text Book of Physical Chemistry, Van Nostrand Co., New York.
Henley, E. J dan Bieber, H., 1959, Chemical Engineering Calculation Mc Graw-Hill, New
York.
Himmelblau, D. M., 1989, Basic Principles and Calculations in Chemical Engineering, 6th
edition, Prentice-Hall International, Inc, London.
Maron, S.H. dan Lando, J.B., 1974, Fundamental of Physical Chemistry, Macmillan
Publishing Co. Inc., New York
Williams, E.T and Johnson, R. C., 1958, Stoichiometry for Chemical Engineers, Mc Graw-
Hill, new York
BAB VII
NERACA MASSA TAK TUNAK
PENDAHULUAN
Neraca massa tak tunak mempunyai prinsip yang sama dalam persamaan neraca massa
secara menyeluruh. Pada keadaan tak tunak menjelaskan adanya akumulasi bahan di dalam
alat. Dengan kata lain, proses yang terjadi tergantung pada waktu. Setiap saat ada perubahan
baik pertumbuhan maupun pengurangan bahan seiring dengan waktu yang berjalan.
Nerca massa keadaan tak tunak seperti pada persamaan (1) yang ditulis kembali, yaitu
akumulasi massa
=
dalam sistem
massa masuk massa keluar massa tumbuh massa terambil
+
.............(1).
Pada proses tersebut mula-mula tangki hanya berisi air yang kemudian dimasukkan garam
padat dan larutan garam. Hal itu menunjukkan bahwa setiap saat larutan di dalam tangki
mempunyai konsentrasi garam yang berubah atau prosesnya adalah tidak tunak.
Misalkan, pada saat t menit, garam dalam tangki berjumlah x lb, bila dikenakan ke dalam
neraca massa garamnya saja adalah:
Masuk keluar = akumulasi
1. Garam dari larutan: sebagai larutan: x
W.r.t ( x ).r.t
g
2. garam padat:
q.t
__________________________________________________ +
[(w.r + q) - ( x ).r]t = x
g
dx
Pada keadaan tunak, tidak tergantung pada waktu atau =0, maka
dt
r
(w.r + q) - ( g ).x = 0
Jika W, r, q, dan g diketahui, maka x dapat dicari, yang nerupakan konsentrasi pada saat
keadaan tunak dan waktu yang dibutuhkan dapat dicari dari persamaan (a).
2. Berikut ini soal yang mirip seperti yang pertama di atas, tetapi dengan volum yang
berubah.
Sebuah tangki yang mula-mula berisi air sebanyak 2 m 3, ke dalamnya dimasukkan
larutan garam dengan konsentrasi 20 kg/m3 dengan kecepatan 0,02 m3/detik. Pada waktu
yang sama, cairan dalam tangki dikeluarkan dengan kecepatan 0,01 m 3/detik. Tangki
Penyelesaian:
Larutan garam 0,02 m3/detik
C = 20 kg/m3
Volum berubah, V m3
Konsentrasi x kg/m3
- ln (40-2x) = ln (200+t) + a
W gmol, x
Pemanas Penampung
dx x
x+W =
dW 1 ( 1) x
Diperoleh:
Kondensor
r
Pemisah
Refluk Distilat
Feed Kolom
Distilasi
Reboiler
Bottom
DAFTAR ISI
BAB I PANAS (KALOR) 127
Pengertian Kalor 127
Satuan Kalor 128
Notasi 128
Perpindahan Kalor 128
Macam-macam Kalor 131
Hukum Kekekalan Energi Kalor 131
Rangkuman dan Latihan 133
1.1 Pendahuluan
Dalam Kehidupan sehari hari, istilah panas memang bukan hal yang baru untuk di
bahas. Apabila dua buah benda yang berbeda temperaturnya saling berkontak termal,
temperatur benda yang lebih panas berkurang sedangkan temperatur benda yang lebih dingin
bertambah. Ada sesuatu yang berpindah dalam kasus ini ?
Benyamin Thomson/Count Rumford (1753-1814) dengan eksperimennya, dia
mengebor logam, teramati bahwa mata bor menjadi panas dan didinginkan dengan air
(sampai airnya mendidih), tentunya dari teori kalorik, kalorik tersebut lama kelamaan akan
habis dan ternyata bila proses tersebut berlanjut terus kalorik tersebut tidak habis, jadi teori
kalorik tidak tepat. Jadi panas / kalor bukanlah sebuah materi.
I.2 Tujuan
Untuk mengetahui pengertian panas
jenis jenis panas dan yang berhubungan dengan panas lain nya.
I.3 Manfaat
Dapat mengetahui pengertian panas, jenis jenis panas dan yang berhubungan dengan
panas lain nya.
1.4 Materi
1.4.1 Pengertian
kalor
T1 T2 T1>T2
Kalor / panas adalah bentuk energi yang berpindah dari suhu tinggi ke suhu rendah.
Jika suatu benda menerima / melepaskan kalor maka suhu benda itu akan naik/turun atau
wujud benda berubah.
Kapasitas kalor (H) adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan oleh zat untuk
menaikkan suhunya 1C (satuan kalori/C).
Kalor jenis (c) adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan 1
gram atau 1 kg zat sebesar 1C (satuan kalori/gram.C atau
kkal/kg C)
1.4.2 Satuan Kalor
Ketika suatu benda melepas panas ke sekitarnya, Q < 0. Ketika benda menyerap panas
dari sekitarnya, Q > 0.
Jumlah panas, kecepatan penyaluran panas, dan flux panas semua dinotasikan dengan
perbedaan permutasi huruf Q. Mereka biasanya diganti dalam konteks yang berbeda.
Jumlah panas dinotasikan sebagai Q, dan diukur dalam joule dalam satuan SI.
di mana
adalah banyaknya kalor (jumlah panas) dalam joule
adalah massa benda dalam kg
adalah kalor jenis dalam joule/kg C, dan
adalah besarnya perubahan suhu dalam C.
T2 T1 T1
Aliran kalor
A
x
Gambar 1.2 Aliran kalor pada proses perpindahan secara konduksi
Bila T2 dan T1 dipertahankan terus besarnya, maka kesetimbangan termal tidak akan
pernah tercapai, dan dalam keadaan mantap/tunak (stedy state), kalor yang
mengalir persatuan waktu sebanding dengan luas penampang A, sebanding dengan
perbedaan temperatur T dan berbanding terbalik dengan lebar bidang x
Q/t = H A T/x
T1 T2
L
H = - k A (T1 - T2 ) / L
Untuk susunan beberapa bahan dengan ketebalan L1, L2,, ... dan konduktivitas
masing-masing k1, k2,, ... adalah :
H = A (T1 - T2 )
(L1/k1)
k1 k2
T1 L1 L2 T2
1.4.4.2. Konveksi
Apabila kalor berpindah dengan cara gerakan partikel yang telah dipanaskan
dikatakan perpindahan kalor secara konveksi. Bila perpindahannya dikarenakan perbedaan
kerapatan disebut konveksi alami (natural convection) dan bila didorong, misal dengan fan
atau pompa disebut konveksi paksa (forced convection).
Besarnya konveksi tergantung pada :
a. Luas permukaan benda yang bersinggungan dengan fluida (A).
b. Perbedaan suhu antara permukaan benda dengan fluida (T).
c. koefisien konveksi (h), yang tergantung pada :
viscositas fluida
kecepatan fluida
perbedaan temperatur antara permukaan dan fluida
kapasitas panas fluida
Konveksi : H = h x A x T
Perpindahan panas pada suatu sistem di mana tidak terjadi perubahan fase, reaksi kimia, dan
perubahan komposisi sehingga menyebabkan perubahan temperatur sistem tersebut. Contoh:
merebus air
Perpindahan panas pada suatu system dimana terjadi perubahan fase tetapi suhu tetap
(konstan). Contoh: proses yang terjadi pada evaporator.
Menurut Asas Black apabila ada dua benda yang suhunya berbeda kemudian
disatukan atau dicampur maka akan terjadi aliran kalor dari benda yang bersuhu tinggi
menuju benda yang bersuhu rendah. Aliran ini akan berhenti sampai terjadi keseimbangan
termal (suhu kedua benda sama). Secara matematis dapat dirumuskan :
Q lepas = Q terima
Yang melepas kalor adalah benda yang suhunya tinggi dan yang menerima kalor adalah
benda yang bersuhu rendah. Bila persamaan tersebut dijabarkan maka akan diperoleh :
Q lepas = Q terima
m. C. T = m. C. T
Penyelesaian :
Diketahui : m = 10 Kg
T = ( 60 10 ) = 500C
C = 4.200 j/Kg 0C
Jawab : Q = m . C . T
= 10 . (4.200). 50
= 2.100.000 j
1.6 Rangkuman
Penyelesaian:No 2
Maka kita harus menghitung satu per satu energi kalor dari setiap fase.
Fase 1 :
Q1 = M. C. T
Q1 = 2 x 2.090 x 20 << menggunakan kalor jenis es bukan kalor jenis air
Q1 = 83.600 Joule
Fase 2 :
Q2 = M. L
Q2 = 2 x 334.000
Q2 = 668.000 Joule
Fase 3 :
Q3 = M. C. T
Penyelesaian No 3 :
Soal di atas tentang pertukaran kalor / Asas Black. Kalor yang dilepaskan airdigunakan oleh
es untuk mengubah wujudnya menjadi air dan sisanyadigunakan untuk menaikkan suhu es
yang sudah mencair tadi.
Q lepas = Q terima
Q1 = Q2 + Q3
Ma.Ca. Ta = M es . L es + M es . Ca . Tes
200.1 (50 t) = 100 .80 + 100.1 (t 0)
100 2t = 80 + t
3t = 20
T = 6,67 C
dengan Q1 adalah kalor yang di lepaskan air . Q2 adalah kalor yang digunakan esuntuk
melebur/mencair dan Q3 adalah kalor yang digunakan untuk menaikkansuhu es yang telah
mencair.
2.1 Pendahuluan
Perhatikanlah kertas yang terbakar. Apakah hasil pembakaran kertas dapat diubah
menjadi kertas seperi semula? Pengalaman menunjukkan bahwa proses itu tidak dapat
dilakukan, bukan? Reaksi seperi itu kita golongkan sebagai reaksi yang berlangsung searah
atau reaksi yang tidak dapat balik (Irreversible).
2.2 Tujuan
Untuk Mengetahui reaksi reversible pada suatu reaksi kimia
2.3 Manfaat
2.4 Materi
1. Proses reversible yang menimbulkan perubahan didalam suatu system dan lingkungan
yang dapat seluruhnya dihapuskan
2. Proses irreversible yang menyangkut perubahan didalam system dan lingkungan yang
bersifat permanen.
Pada modul ini kita hanya membahas tentang proses reversible. Dikatakan
reversible karena terjadi suatu proses perubahan dari system dan lingkungan, bila
seluruhnya dapat dikembalikan pada keadaan semula masing masing dengan
membalikkan arah proses. Reversibilitas merupakan kunci dari thermodinamika
klasik ; suatu system dapat selalu dikembalikan pada keadaan semula, akan tetapi hal
ini saja tidak menjamin reversibilitas. Lingkungannya dan system system lain harus
juga dikembalikan pada keadaan semula. Sebagai penjelas definisi reversibilitas, akan
dilukiskan contoh contoh yang menyangkut tiga faktor yang umunya mempengaruhi
proses teknik.
a. Gesekan
Kita perhatikan suatu gas yang diisolasi dalam suatu silinder terisolasi yang ditutup
dengan penghisap. Misalkan system (gas) mengalami expansi adiabatic dari keadaan awal
ke keadaan akhir, dan anggap bahwa ada gesekan antara pengisap dan dinding silinder.
Kerja dilakukan oleh system. Bila system ditekan kembali ke volme semula, kerja yang
diperlukan akan lebih besar daripada yang dihasilkan selama proses expansi
ini ditunjukkan dalam gambar diatas. Misalkan system ada pada temperature T 1 dan
suatu reservoar panas pada temperature T1 + Dt ditempelkan padanya. Proses
perpindahan panas yang terjadi bersifat reversible karena perbedaan temperature yang
hanyalah infinitesimal. Bila temperature system berubah secara berturut turut reservoar
yang lain ditempelkan pada system sehingga tiap kali perbedaan temperature antara
system dan reservoar adalah infinitesimal. Sementara itu, tekanan volume system dapat
berubah mengikuti perubahan apapun asalkan tak ada gesekan dan ketidakseimbangan
gaya gaya. Pengaliran panas dengan keadaan demikian disebut sebagai bersifat kuasi
static atau reversible
karena ekspansi gas secara tiba tiba tidak reversible terhadap system beserta
lingkungannya.
W1-2 = P dV
Dengan membuat beban sekecil mungkin sama besarnya, tetapi berlawanan arah/tanda,
dan baik system maupun lingkungan kembali tepat seperti keadaan semula. Jadi proses
yang terjadi reversible.
proses proses tidak dapat dibuktikan berdasarkan cara formal seperti yang
digunakan untuk membuktikkan bahwa proses bersifat irreversible. Akan tetapi, suatu
proses dikenali sebagai proses reversible bila proses tersebut tidak mengandung
elemen irreversibilitas yang disebut diatas. Dibawah ini diuraikan beberapa proses
teknik penting yang dapat dianggap reversible. perlu diperhatikan bahwa pada tiap hal
dapat ditemukan cara untuk mengembalikan system dan lingkungannya ke keadaan
semula.
Gambar dibawah ini mengilustrasikan suatu peralatan untuk melakukan ekspansi dan
proses kompresi isothermal bukan adiabatic.
Hal ini menunjukkan bentuk silinder piston yang beroperasi persis seperti
sebelumnya, kecuali bahwa ia ditempatkan dalam kontak dengan reservoir panas pada
suhu T. Resesvoir panas adalah tubuh yang mampu menyerap atau memberi dari
jumlah yang tidak terbatas panas tanpa perubahan suhu. Tungku yang beroperasi terus
menerus dan sebuah reactor nuklir tersebut setara dengan memanaskan reservoir.
T ke T - T.
Sebagai contoh untuk proses reversible dan irreversible yaitu amati gas dalam silinder
yang digamabarkan dalam gambar dibawah ini.
Selama proses pengembangan piston bergerak sepanjang jarak x dan volume gas
yang terkurung dalam piston naik dari V1 sampai V2.
a. Gaya yang didesakkan oleh gas tersebut sama dengan tekanan kali luas
permukaan piston
b. Gaya pada batang dan kepala piston dari luar
Jika gaya persatuan luas yang didesakkan oleh gas sama dengan gaya (F) per
satuan luas (A) yang didesakkan oleh kepala piston, tidak ada yang terjadi. Jika F/A
lebih besar dari pada tekanan gas, gas akan dimampatkan, sementara F/A lebih kecil
dari pada gaya gas, gas tersebut akan mengembang.
Dalam pengembangan reversible, tidak ada energy gas yang tersedia untuk
melakukan kerja hilang karena gesekaan (friction) antara kepala silinder dan dinding
silinder, atau karena turbulensi dalam gas yang disebabkan oleh pergerakkan gas yang
cepat, tau oleh macam macam efek viskositas yang menyertai pengembangan
tersebut, atau sebab lainnya.
Jika proses tersebut tak ideal, seperti kasus pada umunya, kerja yang
sebenarnya dilakukan akan menjadi lebih kecil. Proses pengembangan mungkin
sedikit memanaskan dinding silinder.
Efisiensi=1=
Atau
Efisiensi = 2=
Efisiensi = 3=
Dalam beberapa proses, seperti distilasi atau reactor, perpindahan kalor dan
perubahan entalphi adalah komponen energy yang penting dalam kesetimbangan energy.
Kerja, energy potensial, dan energy kinetic adalah nol atau benar benar minor. Tetapi dalam
proses proses lain, seperti pemampatan gas dan pemompaan cairan, kerja dan bentuk
mekanis dari energy adalah factor yang penting.
Untuk proses proses ini kesetimbangan energy yang hanya menangani bentuk mekanis dari
energy menjadi alat yang berguna.
Salah satu konsekuensi dari hukuk termodinamika kedua ini adalah bahwa dua
kategori energy dari kualitas yang berbeda dapat diandaikan
Tentu saja dalam proses real dengan terjadinya pengesekan, efek viskositas,
pencampuran komponen, dan fenomena pembuangan yang mencegah konversi sempurna dari
satu bentuk energy mekanis ke yang lainnya, kelonggaran harus dibuat delam membuat
kesetimbangan pada energy mekanis untuk kehilangan dalam kualitas ini. Kesetimbangan
pada energy mekanis dapat ditulis pada basis mikroskopik untuk volume elemental dengan
mengambil produk scalar dari kecepatan local dan persamaan pergerakkan. Setelah
pengintegralan pada volume keseluruhan dari system ini kesetimbangan energy mekanis
keadaaan tunak untuk suatu system dengan pertukaran massa dengan sekitarnya menjadi,
pada basis per satuan massa.
( + )+ dp - + y =0
Untuk dan berhubungan dengan massa yang masuk dan keluar dari system, dan
Ey menunjukkan kehilangan energy mekanis, yaitu konversi ireversibel oleh fluida mengalir
dari energy mekanis menjadi energy internl. Persamaan 4 kadang kadang disebut
Hitunglah kerja reversible yang digunakan untuk memampatkan 5ft3 gas ideal yang awalnya
berada pada 1000F dari 1 sampai 10 atm dalam sebuah silinder adiabatic. Gas ini mempunyai
persamaan keadaan PV1.40= konstanta. Kemudian hitunglah kerja sebenarnya yang diperlukan
jika efisiensi proses tersebut 80%.
Jawab:
1/40
V2=V1
1/40
=5
= 0,965 ft3
1/40
Wrev = - =- = -P1
=- ( )=
= 31,63 Btu
Tanda positif berarti bahwa kerja dilakukan pada system tersebut. Kerja
sebenarnya yang dibutuhkan ialah:
Jawaban:
= 0,0122 lb mol
p2= 10 atm
Gambar B
Kesetimbangan energy mekanis (per satuan massa atau mol, disini untu komponen
tunggal)
( + )+ Dp - + =0
Dapat disederhanakan
=0
=0
= 0 (Assumed reversible)
Sehingga
= dp = [ ] 1/1,40 dP
= 44,3 Btu
= 55,4 Btu
2.4.4 Rangkuman
Proses yang dapat terjadi dapat digolongkan dalam dua kategori, yaitu:
1. Proses reversible yang menimbulkan perubahan didalam suatu system dan lingkungan
yang dapat seluruhnya dihapuskan
2. Proses irreversible yang menyangkut perubahan didalam system dan lingkungan yang
bersifat permanen.
1. Berapa kerja yang dilakukan oleh 1 liter air ketika air tersebut menguap dari sebuah bejana
terbuka pada 250C dan tekanan atmosferik 100 kPa
Jawaban No 1:
System untuk soal ini adalah air. Prosesnya ialah proses batc. Selanjutnya
proses yang digambarkan dalam gambar disamping ialah proses reversible karena
penguapan terjadi pada suhu dan tekanan konstan, dan kondisi dalam atmosfer tepat
diatas bagian bejana yang terbuka dapat dianggap berada dalam ekuilibrium dengan
permukaan air. Tekanan atmosferiknya ialah 100 kPa. Basisnya 1 L air cair pada 250C.
Volume spesifik air pada 100 kPa adalah 1,694 m3/ kg H2O.
+ + )m]
Tidak akan berguna dalam memecahkan masalah ini karena Q tidak diketahui.
Tetapi, bayangkan bahwa sebuah kantong yang dapat dikembangkan diletakkan diatas
permukaan bejana yang terbuka sehingga system tersebut menjadi system tertutup.
Karena kondisi reversible yang ditetapkan untuk masalah ini ialah kerja.
W= -
Yang menunjukkan kerja reversible yang dilakukan oleh air dalam mendorong balik
atmosfer.
W = ( -100 x 103 Pa) x (1,694 m3) x (1kg 1L) x (10-3 m3) x (1N m-2) x 1 J
W= -1,693 x 105 J
3.1 Pendahuluan
Neraca energi adalah cabang keilmuan yang mempelajari kesetimbangan energi dalam
sebuah sistem. Neraca energi dibuat berdasarkan pada hukum pertama termodinamika.
Hukum pertama ini menyatakan kekekalan energi, yaitu energi tidak dapat dimusnahkan atau
dibuat, hanya dapat diubah bentuknya. Perumusan dari neraca energi suatu sistem mirip
dengan perumusan neraca massa. Namun demikian, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu suatu sistem dapat berupa sistem tertutup namun tidak terisolasi (tidak
dapat terjadi perpindahan massa namun dapat terjadi perpindahan panas) dan hanya terdapat
satu neraca energi untuk suatu sistem (tidak seperti neraca massa yang memungkinkan
adanya beberapa neraca komponen). Perhitungan neraca energy meliputi neraca energi tanpa
dan dengan reaksi kimia. Pada modul ini dibahas neraca energi tanpa reaksi kimia. Dimana
lebih ditekankan pada sistem terbuka dan sistem tertutup.
3. 2. Tujuan
3.3.3.1.Sistem terbuka
Sistem terbuka adalah sistem dimana pertukaran materi dan energi keluar masuk
sistem dapat dilakukan. Batas sistem terbuka memiliki sifat yang dapat ditembus materi dan
energi, sehingga memungkinkan terjadinya transfer dengan lingkungan baik berupa materi,
panas maupun kerja.
Secara real keadaan steadi (stasioner) suatu sistem sulit dicapai, sehingga sering didekati
dengan keadaan quasistasioner, dimana perubahan yang terjadi selama rentang waktu tertentu
dapat diabaikan dan keadaannya dapat dinyatakan dari hasil beberapa kali pengukuran
dengan nilai rerata yang stabil.
3.3.3.2.Sistem tertutup
Sistem tertutup dimana hanya ada pertukaran energi atau materi satu arah, dimana
digunakan untuk sistem dengan materi tetap, tidak terjadi aliran materi antara sistem dengan
lingkungan. Prinsip dasar dari sistem tertutup yaitu batas sistem tidak dapat ditembus oleh
materi tetapi dapat ditembus panas dan kerja.
1. Jika kalor sebanyak 2000 Joule ditambahkan pada sistem, sedangkan sistem melakukan
kerja 1000 Joule, berapakah perubahan energi dalam sistem ?
Panduan jawaban :
Sistem mendapat tambahan kalor (sistem menerima energi) sebanyak 2000 Joule. Sistem
juga melakukan kerja (sistem melepaskan energi) 1000 Joule. Dengan demikian,
perubahan energi sistem = 1000 Joule.
2. Sistem Terbuka
Udara sedang dimampatkan dari 100 kPa dan 225 K (disini udara mempunyai entalpi
sebesar 489 kJ/kg).sampai 1000 kPa dan 278 K (disini udara itu dari kompresor ialah
60 m/s.Berapa daya yang diperlukan (dalam kW) untuk kompresor tersebut jika
bebannya ialah 100 kg/hr udara?
Jawaban:
3.5 Rangkuman
1. Sistem Tertutup
10 lb CO2 pada suhu ruang tertutup (80 F) disimpan dalam sebuah pemadam kebakaran
yang mempunyai volume 4,0 ft3.Berapa banyak kalor dikeluarkan dari pemadam
kebakaran tersebut sehingga 40% CO2 menjadi cair?
Jawaban:
Masalah ini melibatkan sistem tertutup tanpa reaksi sehingga persamaan
berlaku.Kita dapat menggunakan grafik CO2 dalam lampiran J untuk memperoleh sifat-
sifat yang diperlukan.
Volume spesifik CO2 ialah 4,0/1,0 = 0,40 ft3/lb, maka dari itu CO2
berbentuk gas pada permulaan proses. Tekanannya 300 psia dan delta H=160 Btu/lb.
Basis: 10 lb CO2
Delta E = Q + W
W = 0, karena volume system tetap.maka dari itu dengan delta K= delta P=0
Q = delta U = delta H = delta (pV)
Kita tidak mempunyai nilai delta H, hanya nilai delta H pada grafik CO 2.kita dapat
mencari delta H akhir dari grafik CO 2 dengan mengikuti garis volume-konstan 0,40 ft 3/lb
sampai tempat dimana kualitas ialah 0,6. Maka dari itu keadaan akhir ditetapkan dan
semua sifat dapat diidentifikasikan, yaitu
Delta H akhir =81 Btu/lb
P akhir =140 psia
Q = (81 160) [ (40) (144) (0,40) / 778,2 (300) (144) (0,40) / 778,2 ]
= -67,2 Btu (kalor dikeluarkan)
Tujuan dari PPIC adalah untuk memanfaatkan secara efektif sumber daya yang
terbatas dalam memproduksi barang/jasa sehingga dapat memuaskan permintaan pembeli
atau pengguna dan menghasilkan keuntungan bagi investor.
Selain itu PPIC juga mempunyai fungsi agar dapat menentukan peramalan
permintaan/penjualan untuk periode yang akan datang, perencanaan produksi, penjadwalan
produksi dan pengendalian persediaan (inventory control).
Sedangkan berbagai kendala yang dapat muncul dalam perencanaan dan pengendalian
produksi adalah ketersediaan sumber daya, jadwal/waktu pengiriman produk dan kebijakan
manajemen.
Secara umum, persediaan adalah bahan mentah, barang dalam proses (work in
process), barang jadi, bahan pembantu, bahan pelengkap, komponen yang disimpan dalam
antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan (Riggs, 1976). Secara fisik, item persediaan
dapat dikelompokkan dalam lima kategori yaitu sebagai berikut :
1. Bahan Mentah (Raw Material), yaitu barang-barang berwujud seperti baja, kayu, tanah
liat, atau bahan-bahan mentah lainnya yang diperoleh dari sumber-sumber alam, atau
dibeli dari pemasok (supplier), atau diolah sendiri oleh perusahaan untuk digunakan
perusahaan dalam proses produksinya sendiri.
2. Komponen, yaitu barang-barang yang terdiri atas bagian-bagian (parts) yang diperoleh
d. Fungsi fleksibilitas. Bila dalam proses produksi terdiri atas beberapa tahapan proses
operasi dan kemudian terjadi kerusakan pada satu tahapan proses operasi, maka akan
diperlukan waktu untuk melakukan perbaikan. Berarti produk tidak akan dihasilkan
untuk sementara waktu. Persediaan barang setengah jadi (work in process) pada
situasi ini akan merupakan faktor penolong untuk kelancaran proses operasi. Hal lain
adalah
dengan adanya persediaan barang jadi, maka waktu untuk pemeliharaan fasilitas
produksi dapat disediakan dengan cukup.
e. Biaya kekurangan persediaan. Bila persediaan kehabisan barang saat ada permintaan,
maka akan terjadi stock out.Stock out menimbulkan kerugian berupa biaya akibat
kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan atau kehilangan pelanggan yang
kecewa (yang pindah ke produk saingan). Biaya ini sulit diukur karena berhubungan
dengan good will perusahaan. Sebagai pedoman, biaya stock out dapat dihitung dari hal-
hal berikut :
1) Kuantitas yang tak dapat dipenuhi, biasanya diukur dari keuntungan yang hilang
karena tidak dapat memenuhi permintaan. Biaya ini diistilahkan sebagai biaya penalti
atau hukuman kerugian bagi perusahaan
2) Waktu pemenuhan. Lamanya gudang kosong berarti lamanya proses produksi terhenti
atau lamanya perusahaan tidak mendapatkan keuntungan, sehingga waktu
menganggur tersebut dapat diartikan sebagai uang yang hilang.
3) Biaya pengadaan darurat. Agar konsumen tidak kecewa, maka dapat dilakukan
pengadaan darurat yang biasanya menimbulkan biaya lebih besar daripada biaya
pengadaan normal seperti melakukan subkontrak untuk memenuhi permintaan
konsumen tersebut.
Bahan baku yang terdapat dalam gudang memiliki variasi komponen yang sangat
banyak, untuk itu perlu dilakukan pengendalian persediaan berdasarkan data permintaan
konsumen agar diperoleh optimasi persediaan bahan baku di gudang, sehingga tidak terjadi
kekurangan bahan baku (stock out) ataupun kelebihan bahan baku yang berpengaruh pada
kepuasan customer serta cost yang dibebankan oleh perusahaan pada setiap tahunnya.
Kriteria optimal adalah minimasi keseluruhan biaya yang terkait dengan semua
konsekuensi kebijakan persediaan.
Dalam buku yang berjudul Manajemen Produksi dan Operasi Joko (2001;346) faktor-
faktor dalam pengendalian persediaan yaitu :
1. Persediaan Pengamanan (Safety Stock)
Persediaan pengamanan adalah persediaan minimal yang harus ada atau harus
Dua pertanyaan yang paling mendasar pada setiap sistem persediaan adalah berapa
banyak dan kapan melakukan pemesanan. Jawabannya tergantung dari parameter yang
Jumlah pesanan yang dapat meminimasi total biaya penyimpanan dikenal dengan
Economic Order Quantity (EOQ). Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh Ford
Harris dari Westinghouse pada tahun 1915. Metode ini merupakan inspirasi bagi
pakar persediaan untuk mengembangkan metode- metode pengendalian persediaan
lainnya. Metode ini dikembangkan atas fakta adanya biaya variabel dan biaya tetap
dari proses produksi atau pemesanan barang.
Akibat adanya dua tipe biaya ini, maka biaya total (fix cost dan variable cost) akan
menjadi berbeda bila jumlah unit yang diproduki berbeda. Bila barang yang
diproduksi satu atau seribu, fix cost ini besarnya tetap. Selanjutnya, bila fix
Model
Keterangan gambar :
Q = Jumlah Pemesanan (Lot Size)
R = Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)
ac = ce = Interval Antara Pesanan
ab = cd = ef = Lead Time
Pesanan akan diterima ketika tingkat persediaan mencapai titik nol, sehingga rata-
rata tingkat persediaan adalah (Q+0)/2 atau Q/2.
Fixed Order Interval Systems, juga disebut sistem persediaan secara periodik, yang
lebih berdasar kepada periode daripada sistem persediaan kontinu yang lebih kepada posisi
stok persediaan. Sistem persediaan yang berbasiskan waktu yang melakukan pesanan
berdasarkan suatu jangka waktu tertentu. Jumlah pesanan bergantung kepada pemakaian
demand selama periode waktu tersebut.
Menggunakan tingkat persediaan maksimum (maximum inventory level), selama waktu lead
time dan interval pesanan. Setelah suatu periode tetap (T) telah terlewati, jumlah persediaan
dihitung.
Sebuah pesanan dilakukan untuk memulihkan persediaan, dan jumlah pesanannya
tergantung berapa jumlah yang berkurang dari maximum inventory level. Jadi, jumlah
pesanan didapat dari selisih maximum inventory level dan sisa persediaan pada waktu
melakukan perhitungan.
Sistemnya terdiri dari 2 parameter yang digunakan, yaitu periode tetap pemeriksaan (T)
dan maximum inventory level (E).
Sistematika dan model dari Fixed Order Interval Systems dapat dilihat pada gambar 2.5
dan gambar 2.6.
Masalah dasar pada metode ini adalah bagaimana menentukan interval pesanan
(T) dan maximum inventory level (E) yang diinginkan. Economic order interval dapat
diperoleh untuk meminimumkan total biaya tahunan. Jika biaya kekurangan barang
(stockout cost) tidak diijinkan, maka total biaya tahunannya seperti terlihat pada
gambar 2.7.
Cara kerja Min-Max System ini yaitu apabila persediaan telah melewati batas-batas
minimum dan mendekati batas safety stock maka re- order harus dilakukan. Jadi batas
minimum stock merupakan batas re-order level. Batas maksimum adalah batas kesediaan
perusahaan atau manajemen untuk menginvestasikan uangnya dalam bentuk persediaan
bahan baku. Jadi dalam hal ini yang terpenting adalah batas minimum dan maximum untuk
dapat menentukan order quantity.
4.9.4 Simulasi
Simulasi merupakan salah satu cara untuk memecahkan berbagai persoalan yang
dihadapi di dunia nyata. Pendekatan yang digunakan untuk memecahkan berbagai masalah
yang mengandung ketidakpastian dan kemungkinan jangka panjang yang tidak dapat
diperhitungkan dengan seksama adalah dengan simulasi. Simulasi dapat diartikan sebagai
suatu sistem yang digunakan untuk memecahkan atau menguraikan persoalan-persoalan
dalam kehidupan nyata yang penuh dengan ketidakpastian dengan tidak atau menggunakan
model atau metode tertentu dan lebih ditekankan pada pemakaian komputer untuk
mendapatkan solusinya.
Pada pendekatan simulasi, untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang rumit akan
lebih mudah dilakukan bila dimulai dengan membangun model percobaan dari suatu sistem.
Untuk melakukannya kita perlu memperhatikan tiga unsur penting dalam pemodelan
simulasi, yaitu system, entities, attributes.
Ada berbagai keuntungan yang bisa diperoleh dengan memanfaatkan simulasi, yaitu
sebagai berikut :
1) Compress Time (Menghemat Waktu)
Kemampuan di dalam menghemat waktu ini dapat dilihat dari pekerjaan yang bila
dikerjakan akan memakan waktu tahunan tetapi kemudian dapat disimulasikan hanya
dalam beberapa menit, bahkan dalam beberapa kasus hanya dalam hitungan detik.
Kemampuan ini dapat dipakai oleh para peneliti
untuk melakukan berbagai pekerjaan desain operasional yang mana juga memperhatikan
bagian terkecil dari waktu untuk kemudian dibandingkan dengan yang terdapat pada
sistem yang nyata berlaku.
Keterangan gambar :
C = tinggi pengaduk dari dasar tangki
D = diameter pengaduk
Dt = diameter tangki
H = tinggi fluida dalam tangki
J = lebar baffle
W = lebar pengaduk
Tujuan Pengadukan :
1) Mencampur dua cairan yang saling melarut
2) Melarutkan padatan dalam cairan
3) Mendispersikan gas dalam cairan dalam bentuk gelembung
4) Untuk mempercepat perpindahan panas antara fluida dengan koil pemanas dan jacket
pada dinding bejana.
Pencampuran adalah operasi yang menyebabkan tersebarnya secara acak suatu bahan ke
bahan yang lain dimana bahan-bahan tersebut terpisah dalam dua fasa atau lebih.
Proses pencampuran bisa dilakukan dalam sebuah tangki berpengaduk. Hal ini dikarenakan
faktor-faktor penting yang berkaitan dengan proses ini, dalam aplikasi nyata bisa dipelajari
dengan seksama dalam alat ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengadukan dan
pencampuran diantaranya adalah perbandingan antara geometri tangki dengan geometri
pengaduk, bentuk dan jumlah pengaduk, posisi sumbu pengaduk, kecepatan putaran
pengaduk, penggunaan sekat dalam tangki dan juga properti fisik fluida yang diaduk
yaitu densitas dan viskositas. Oleh karena itu, perlu tersedia seperangkat alat tangki
berpengaduk yang bisa digunakan untuk mempelajari operasi dari pengadukan dan
pencampuran tersebut.
Ketiga mekanisme terjadi secara bersama-sama, tetapi yang paling menentukan adalah Eddy
diffusion. Mekanisme ini membedakan pencampuran dalam keadaan turbulen dengan
pencampuran dalam medan aliran laminer. Sifat fisik fluida yang berpengaruh pada proses
pengadukan adalah densitas dan viskositas.
Secara khusus, proses pengadukan dan pencampuran digunakan untuk mengatasi tiga jenis
permasalahan utama, yaitu :
1) Untuk menghasilkan keseragaman statis ataupun dinamis pada sistem multifase
multikomponen.
2) Untuk memfasilitasi perpindahan massa atau energi diantara bagian-bagian dari sistem
yang tidak seragam.
3) Untuk menunjukkan perubahan fase pada sistem multikomponen dengan atau tanpa
perubahan komposisi.
Aplikasi pengadukan dan pencampuran bisa ditemukan dalam rentang yang luas, diantaranya
dalam proses suspensi padatan, dispersi gas-cair, cair-cair maupun padat-cair, kristalisasi,
perpindahan panas dan reaksi kimia.
Persamaan (1) merupakan rumus dari volume sebuah tangki silinder. Sehingga salah satu
pertimbangan awal untuk merancang alat ini adalah dengan mencari nilai dari diameter yang
sama dengan tangki untuk kapasitas fluida yang diinginkan dalam pengadukan dan
pencampuran. Diameter tangki ditentukan dengan persamaan (2). Tangki dengan diamter
yang lebih kecil dibandingkan ketinggiannya memiliki kecendrungan menambah jumlah
pengaduk yang digunakan.
dengan D = t
Rancangan dasar dimensi dari sebuah tangki berpengaduk dengan perbandingan terhadap
komponen-komponen yang menyusunnya ditunjukkan pada gambar 1.
Geometri dari tangki dirancang untuk menghindari terjadinya dead zone yaitu daerah dimana
fluida bisa digerakkan oleh aliran pengaduk. Geometri dimana terjadinya dead zone biasanya
berbentuk sudut ataupun lipatan dari dinding-dindingnya.
Salah satu upaya untuk menghilangkan pusaran ini adalah dengan merubah posisi sumbu pengaduk. Posisi
tersebut berupa posisi sumbu pengaduk tetap tegak lurus namun berjarak dekat dengan dinding tangki (off
center) dan posisi sumbu berada pada arah diagonal (incline). Perubahan posisi ini menjadi salah satu
variasi dalam penelitian yang dilakukan.
Pada saat menggunakan empat sekat vertikal seperti pada gambar 4 biasa menghasilkan pola putaran yang
sama dalam tangki. Lebar sekat yang digunakan sebaiknya berukuran 1/12 diameter tangki.
Pengaduk
Pemilihan pengaduk yang tepat menjadi salah satu faktor penting dalam menghasilkan proses dan
pencampuran yang efektif. Pengaduk jenis baling-baling (propeller) dengan aliran aksial dan pengaduk
jenis turbin dengan aliran radial menjadi pilihan yang lazim dalam pengadukan dan pencampuran.
Gambar 5. Pengaduk jenis Baling-baling (a), Daun Dipertajam (b), Baling-baling kapal (c)
Baling-baling ini digunakan pada kecepatan berkisar antara 400 hingga 1750 rpm
(revolutions per minute) dan digunakan untuk cairan dengan viskositas rendah.
Pengaduk dayung menjadi tidak efektif untuk suspensi padatan, karena aliran radial bisa
terbentuk namun aliran aksial dan vertikal menjadi kecil. Sebuah dayung jangkar atau pagar,
yang terlihat pada gambar 6 biasa digunakan dalam pengadukan. Jenis ini menyapu dan
mengeruk dinding tangki dan kadang-kadang bagian bawah tangki. Jenis ini digunakan pada
cairan kental dimana endapan pada dinding dapat terbentuk dan juga digunakan untuk
meningkatkan transfer panas dari dan ke dinding tangki. Bagaimanapun jenis ini adalah
pencampuran yang buruk. Pengaduk dayung sering digunakan untuk proses pembuatan pasn
kanji, cat, bahan perekat dan kosmetik.
Pengaduk Turbin
Pengaduk turbin adalah pengaduk dayung yang memiliki banyak daun pengaduk dan
berukuran lebih pendek, digunakan pada kecepatan tinggi untuk cairan dengan rentang
kekentalan yang sangat luas. Diameter dari sebuah turbin biasanya antara 30 - 50% dari
diamter tangki. Turbin biasanya memiliki empat atau enam daun pengaduk. Turbin dengan
daun yang datar memberikan aliran yang radial. Jenis ini juga berguna untuk dispersi gas
yang baik, gas akan dialirkan dari bagian bawah pengadukdan akan menuju ke bagian daun
pengaduk lalu tepotong-potong menjadi gelembung gas.
Pada turbin dengan daun yang dibuat miring sebesar 45o, seperti yang terlihat pada gambar 8,
beberapa aliran aksial akan terbentuk sehingga sebuah kombinasi dari aliran aksial dan radial
akan terbentuk. Jenis ini berguna dalam suspensi padatan kerena aliran langsung ke bawah
dan akan menyapu padatan ke atas. Terkadang sebuah turbin dengan hanya empat daun
miring digunakan dalam suspensi padat. Pengaduk dengan aliran aksial menghasilkan
pergerakan fluida yang lebih besar dan pencampuran per satuan daya dan sangat berguna
dalam suspensi padatan.
Pengaduk Helical-Ribbon
Jenis pengaduk ini digunakan pada larutan pada kekentalan yang tinggi dan beroperasi pada
rpm yang rendah pada bagian laminer. Ribbon (bentuk seperti pita) dibentuk dalam sebuah
bagian helical (bentuknya seperti baling-balling helicopter dan ditempelkan ke pusat sumbu
pengaduk). Cairan bergerak dalam sebuah bagian aliran berliku-liku pada bagiam bawah dan
naik ke bagian atas pengaduk.
Gambar 9. Pengaduk Jenis (a), (b) & (c) Hellical-Ribbon, (d) Semi-Spiral
Kecepatan Pengaduk
Salah satu variasi dasar dalam proses pengadukan dan pencampuran adalah kecepatan
putaran pengaduk yang digunakan. Variasi kecepatan putaran pengaduk bisa memberikan
gambaran mengenai pola aliran yang dihasilkan dan daya listrik yang dibutuhkan dalam
proses pengadukan dan pencampuran. Secara umum klasifikasi kecepatan putaran pengaduk
dibagi tiga, yaitu : kecepatan putaran rendah, sedang dan tinggi.
Kecepatan putaran rendah
Kecepatan rendan yang digunakan berkisar pada kecepatan 400 rpm. Pengadukan dengan
kecepatan ini umumnya digunakan untuk minyak kental, lumpur dimana terdapat serat atau
pada cairan yang dapat menimbulkan busa.
Jumlah Pengaduk
Penambahan jumlah pengaduk yang digunakan pada dasarnya untuk tetap menjaga
efektifitas pengadukan pada kondisi yang berubah. Ketinggian fluida yang lebih besar dari
diameter tangki, disertai dengan viskositas fluida yang lebih besar dann diameter pengaduk
yang lebih kecil dari dimensi yang biasa digunakan, merupakan kondisi dimana pengaduk
yang digunakan lebih dari satu buah, dengan jarak antar pengaduk sama dengan jarak
pengaduk paling bawah ke dasar tangki. Penjelasan mengenai kondisi pengadukan dimana
lebih dari satu pengaduk yang digunakan dapat dilihat dalam tabel 1.
Pemilihan Pengaduk
Viskositas dari cairan adalah salah satu dari beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan
jenis pengaduk. Indikasi dari rentang viskositas pada setiap jenis pengaduk adalah :
1) Pengaduk jenis baling-baling digunakan untuk viskositas fluida di bawah Pa.s (3000 cP)
2) Pengaduk jenis turbin bisa digunakan untuk viskositas di bawah 100 Pa.s (100.000 cp)
3) Pengaduk jenis dayung yang dimodifikasi seperti pengaduk jangkar bisa digunakan
untuk viskositas antara 50 - 500 Pa.s (500.000 cP)
4) Pengaduk jenis pita melingkar biasa digunakan untuk viskositas di atas 1000 Pa.s dan
telah digunakan hingga viskositas 25.000 Pa.s. Untuk viskositas lebih dari 2,5 - 5 Pa.s
(5000 cP) dan diatasnya, sekat tidak diperlukan karena hanya terjadi pusaran kecil.
Bilangan Reynold
Bilangan tak berdimensi yang menyatakan perbandingan antara gaya inersia dan gaya viskos
yang terjadi pada fluida. Sistem pengadukan yang terjadi bisa diketahui bilangan Reynold-
nya dengan menggunakan persamaan 3.
dimana :
Re = Bilangan Reynold
= dnsitas fluida
= viskositas fluida
Dalam sistem pengadukan terdapat 3 jenis bentuk aliran yaitu laminer, transisi dan turbulen.
Bentuk aliran laminer terjadi pada bilangan Reynold hingga 10, sedangkan turbulen terjadi
pada bilangan Reynold 10 hingga 104 dan transisi berada diantara keduanya.
Bilangan Fraude
Bilangan tak berdimensi ini menunjukkan perbandingan antara gaya inersia dengan gaya
gravitasi. Bilangan Fraude dapat dihitung dengan persamaan berikut :
dimana :
Fr = Bilangan Fraude
N = kecepatan putaran pengaduk
D = diameter pengaduk
g = percepatan grafitasi
Bilangan Fraude bukan merupakan variabel yang signifikan. Bilangan ini hanya
diperhitungkan pada sistem pengadukan dalam tangki tidak bersekat. Pada sistem ini
permukaan cairan dalam tangki akan dipengaruhi gravitasi, sehingga membentuk pusaran
(vortex). Vorteks menunjukkan keseimbangan antara gaya gravitasi dengan gaya inersia.
Pada operasi pencampuran dalam tangki berpengaduk, waktu pencampuran ini dipengaruhi
oleh beberapa hal :
1. Yang berkaitan dengan alat, seperti :
Ada tidaknya baffle atau cruciform vaffle
Bentuk atau jenis pengaduk (turbin, propele, padel)
Ukuran pengaduk (diameter, tinggi)
Laju putaran pengaduk
Ledudukan pengaduk pada tangki, seperti :
a. Jarak pengaduk terhadap dasar tangki
b. Pola pemasangan :
- Center, vertikal
- Off center, vertical
- Miring (inclined) dari atas
- Horisontal
Jumlah daun pengaduk
Jumlah pengaduk yang terpasang pada poros pengaduk
Faktor-faktor tersebut dapat dijadikan variabel yang dapat dimanipulasi untuk mengamati
pengaruh setiap faktor terhadap karakteristik pengadukan, terutama tehadap waktu
pencampuran.
Jenis-jenis Reaktor
A. Berdasarkan Bentuknya
Reaktor Tangki atau Bejana
Reaktor Pipa
Kedua jenis reaktor dapat dioperasikan secara kontinyu maupun partaian/batch. Biasanya,
reaktor beroperasi dalam keadaan ajeg namun kadang-kadang bisa juga beroperasi
secara transien. Biasanya keadaan reaktor yang transien adalah ketika reaktor pertama kali
dioperasikan (mis: setelah perbaikan atau pembelian baru) di mana komponen produk masih
berubah terhadap waktu. Biasanya bahan yang direaksikan dalam reaktor kimia
adalah cairan dan gas, namun kadang-kadang ada juga padatan yang diikutkan dalam reaksi
(mis: katalisator, regent, inert). Tentu saja perlakuan terhadap bahan yang akan direaksikan
akan berbeda.
Ada tiga tipe pendekatan utama yang digunakan dalam pengoperasian reaktor:
Model Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB) atau dikenal juga sebagai RTIK (Reaktor
Tangki Ideal Kontinu)
Model Reaktor Alir Pipa (RAP) atau dikenal juga sebagai RAS (Reaktor Aliran Sumbat)
Model reaktor batch
2. Reaktor pipa
Biasanya digunakan tanpa pengaduk sehingga disebut Reaktor Alir Pipa. Dikatakan
ideal bila zat pereaksi yang berupa gas atau cairan, mengalir didalam pipa dengan
arah sejajar sumbu pipa.
B. Berdasarkan prosesnya
1. Reaktor Batch
Biasanya untuk reaksi fase cair
Digunakan pada kapasitas produksi yang kecil
Keuntungan reactor batch:
- Lebih murah dibanding reactor alir
- Lebih mudah pengoperasiannya
- Lebih mudah dikontrol
Kerugian reactor batch:
- Tidak begitu baik untuk reaksi fase gas (mudah terjadi kebocoran pada lubang
pengaduk)
- Waktu yang dibutuhkan lama, tidak produktif (untuk pengisian, pemanasan zat
pereaksi, pendinginan zat hasil, pembersihan reactor, waktu reaksi)
Dikatakan ideal jika zat pereaksi dan hasil reaksi mengalir dengan kecepatan
yang sama diseluruh penampang pipa.
Keuntungan :
Memberikan volume yang lebih kecil daripada RATB, untuk konversi yang sama
Kerugian:
1. Harga alat dan biaya instalasi tinggi.
2. Memerlukan waktu untuk mencapai kondisi steady state.
3. Untuk reaksi eksotermis kadang-kadang terjadi Hot Spot (bagian yang
suhunya sangat tinggi) pada tempat pemasukan . Dapat menyebabkan
kerusakan pada dinding reaktor.
2. Reaktor adiabatis.
Dikatakan adiabatis jika tidak ada perpindahan panas antara reaktor dan
sekelilingnya.
Jika reaksinya eksotermis, maka panas yang terjadi karena reaksi dapat dipakai
untuk menaikkan suhu campuran di reaktor. ( K naik dan rA besar sehingga
waktu reaksi menjadi lebih pendek).
3. Reaktor Non-Adiabatis
E. Fluid-fluid reaktor
Biasa digunakan untuk reaksi gas-cair dan cair-cair.
1. Bubble Tank.
2. Agitate Tank
3. Spray Tower