Вы находитесь на странице: 1из 11

JURNAL PSIKOLOGI

2000, NO. 1, 37 - 47

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA
Dian Komasari
Universitas Islam Indonesia

Avin Fadilla Helmi


Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine which were predictors of


smoking behavior on adolescents.
The subjects of this study were 75 male, aged 15-18 years, and smokers.
This study were done toward Scale of Parents Permissiveness Attitude to
smoking behavior, Scale of peer influence, Scale of Psychological Satisfaction,
and Scale of Smoking Behavior.
The hypothesis was that parents permissiveness attitude to smoking
behavior; influence of peer, psychological satisfaction was predictors toward
smoking behavior on adolescents.
There was co-linearity phenomenon between psychological satisfaction and
others predictor so that psychological satisfaction out of regression analysis.
The result of regression analysis showed that F value = 22,468 (p < 0,05)
and R = (R = 0,620 ate R2 = 0,384). This meant that parents permissiveness
attitude to smoking behavior and influence of peer was predictors toward
smoking behavior on adolescents. It could be concluded that parents
permissiveness attitude to smoking behavior and influence of peer were
effectively contribution 38,4%.
Keywords: Smoking behavior, adolescent

Perilaku merokok dilihat dari berbagai kimia yang dikandung rokok seperti
sudut pandang sangat merugikan, baik nikotin, CO (Karbonmonoksida) dan tar
untuk diri sendiri maupun orang di akan memacu kerja dari susunan syaraf
sekelilingnya. Dilihat dari sisi individu pusat dan susunan syaraf simpatis sehingga
yang bersangkutan, ada beberapa riset yang mengakibatkan tekanan darah meningkat
mendukung pernyataan tersebut. Dilihat dan detak jantung bertambah cepat (Kendal
dari sisi kesehatan, pengaruh bahan-bahan & Hammen, 1998), menstimulasi penyakit

ISSN : 0215 - 8884


38 DIAN KOMASARI & AVIN FADILLA HELMI

kanker dan berbagai penyakit yang lain dan mereka pada umumnya merokok
seperti penyempitan pembuluh darah, sebelum usia 18 tahun. Data WHO juga
tekanan darah tinggi, jantung, paru-paru, semakin mempertegas bahwa seluruh
dan bronchitis kronis (Kaplan dkk, 1993). jumlah perokok yang ada di dunia
Bagi ibu hamil, rokok menyebabkan sebanyak 30% adalah kaum remaja
kelahiran prematur, berat badan bayi (Republika, 1998). Hampir 50% perokok di
rendah, mortalitas prenatal, kemungkinan Amerika Serikat termasuk usia remaja
lahir dalam keadaan cacat, dan mengalami (Theodorus, 1994).
gangguan dalam perkembangan (Davidson Berdasarkan data tersebut dapat dikata-
& Neale, 1990). Hasil riset Larson dkk kan bahwa perilaku merokok dimulai pada
(dalam Theodorus, 1994) menemukan saat masa anak-anak dan masa remaja.
bahwa sensivitas ketajaman penciuman dan Hampir sebagian remaja memahami akibat-
pengecapan para perokok berkurang bila akibat yang berbahaya dari asap rokok
dibandingkan dengan non-perokok. Dilihat tetapi mengapa mereka tidak mencoba atau
dari sisi ekonomi, merokok pada dasarnya menghindari perilaku tersebut ?
membakar uang apalagi jika hal tersebut
Ada banyak alasan yang melatar-
dilakukan remaja yang belum mempunyai
belakngi perilaku merokok pada remaja.
penghasilan sendiri.
Secara umum menurut Kurt Lewin, bahwa
Dilihat dari sisi orang disekelilingnya, perilaku merokok merupakan fungsi dari
merokok menimbulkan dampak negatif lingkungan dan individu. Artinya, perilaku
bagi perokok pasif. Resiko yang merokok selain disebabkan faktor-faktor
ditanggung perokok pasif lebih berbahaya dari dalam diri, juga disebabkan faktor
daripada perokok aktif karena daya tahan lingkungan.
terhadap zat-zat yang berbahaya sangat
Faktor dari dalam remaja dapat dilihat
rendah (Safarino dalam Cahyani, 1995).
dari kajian perkembangan remaja. Remaja
Tidak ada yang memungkiri adanya mulai merokok dikatakan oleh Erikson
dampak negatif dari perilaku merokok (Gatchel, 1989) berkaitan dengan adanya
tetapi perilaku merokok bagi kehidupan krisis aspek psikososial yang dialami pada
manusia merupakan kegiatan yang masa perkembangannya yaitu masa ketika
fenomenal. Artinya, meskipun sudah mereka sedang mencari jati dirinya. Dalam
diketahui akibat negatif dari merokok tetapi masa remaja ini, sering dilukiskan sebagai
jumlah perokok bukan semakin menurun masa badai dan topan karena ketidak-
tetapi semakin meningkat dan usia sesuaian antara perkembangan fisik yang
merokok semakin bertambah muda. sudah matang dan belum diimbangi oleh
Hasil riset Lembaga Menanggulangi perkembangan psikis dan sosial. Upaya-
Masalah Merokok (Republika, 1998) upaya untuk menemukan jati diri tersebut,
melaporkan bahwa di anak-anak di tidak semua dapat berjalan sesuai dengan
Indonesia sudah ada yang mulai merokok harapan masyarakat. Beberapa remaja
pada usia 9 tahun. Smet (1994) mengatakan melakukan perilaku merokok sabagai cara
bahwa usia pertama kali merokok pada kompensatoris. Seperti yang dikatakan oleh
umumnya berkisar antara usia 11-13 tahun Brigham (1991) bahwa perilaku merokok

ISSN : 0215 - 8884


FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA 39

bagi remaja merupakan perilaku kan mengenai merokok dengan cara


simbolisasi. Simbol dari kematangan, mendengar, melihat, atau dari hasil
kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik bacaan. Hal-hal ini menimbukan minat
terhadap lawan jenis. untuk merokok.
Di sisi lain, saat pertama kali meng- 2. Tahap Initiation. Tahap perintisan
konsumsi rokok, gejala-gejala yang merokok yaitu tahap apakah seseorang
mungkin terjadi adalah batuk-batuk, lidah akan meneruskan ataukah tidak
terasa getir, dan perut mual. Namun terhadap perilaku merokok.
demikian, sebagian dari para pemula 3. Tahap becoming a smoker. Apabila
tersebut mengabaikan perasaan tersebut, seseorang telah mengkonsumsi rokok
biasanya berlanjut menjadi kebiasaan, dan sebanyak 4 batang per hari maka
akhirnya menjadi ketergantungan. mempunyai kecenderungan menjadi
Ketergantungan ini dipersepsikan sebagai perokok.
kenikmatan yang memberikan kepuasan
psikologis. Gejala ini dapat dijelaskan dari 4. Tahap maintenance of smoking. Tahap
konsep tobacco dependency ini merokok sudah menjadi salah satu
(ketergantungan rokok). Artinya, perilaku bagian dari cara pengarturan diri (self-
merokok merupakan perilaku yang regulating). Merokok dilakukan untuk
menyenangkan dan bergeser menjadi memperoleh efek fisiologis yang
aktivitas yang bersifat obsesif. Hal ini menyenangkan.
disebabkan sifat nikotin adalah adiktif, jika Selain faktor perkembangan remaja dan
dihentikan secara tiba-tiba akan menimbul- kepuasan psikologis, masih banyak faktor
kan stres. Secara manusiawi, orang dari luar individu yang berpengaruh pada
cenderung untuk menghindari ketidak- proses pembentukan perilaku merokok.
seimbangan dan lebih senang memper- Pada dasarnya perilaku merokok adalah
tahankan apa yang selama ini dirasakan perilaku yang dipelajari. Hal itu berarti ada
sebagai kenikmatan sehingga dapat fihak-fihak yang berpengaruh besar dalam
difahami jika para perokok sulit untuk proses sosialisasi.
berhenti merokok. Dikatakan Klinke & Konsep sosialisasi pertama berkembang
Meeker (dalam Aritonang, 1997) bahwa dari Sosiologi dan Psikologi Sosial
motif para perokok adalah relaksasi. merupakan suatu proses tranmisi nilai-nilai,
Dengan merokok dapat mengurangi sistem belief, sikap, atau pun perilaku-
ketegangan, memudahkan berkonsentrasi, perilaku dari generasi sebelumnya kepada
pengalaman yang menyenangkan, dan generasi berikutnya (Durkin, 1995).
relaksasi. Adapun tujuan sosialisasi ini adalah agar
Seperti yang diungkapkan oleh generasi berikutnya mempunyai sistem
Leventhal & Clearly (dalam Cahyani, nilai yang sesuai dengan tuntutan norma
1995) terdapat 4 tahap dalam perilaku yang diinginkan oleh kelompok, sehingga
merokok sehingga menjadi perokok yaitu: individu dapat diterima dalam suatu
1. Tahap Preparatory. Seseorang men- kelompok. Dalam kaitannya dengan
dapatkan gambaran yang menyenang- perilaku merokok, pada dasarnya hampir
tidak ada orang tua yang menginginkan

ISSN : 0215 - 8884


40 DIAN KOMASARI & AVIN FADILLA HELMI

anaknya untuk menjadi perokok bahkan permisif orang tua merupakan pengukuh
masyarakat tidak menuntut anggota positif atas perilaku merokok.
masyarakat untuk menjadi perokok. Namun Demikian halnya yang terjadi pada
demikian, dalam kaitan ini secara tidak kelompok teman sebaya. Teman sebaya
sadar, ada beberapa agen yang merupakan mempunyai peran yang sangat berarti bagi
model dan penguat bagi perokok remaja. remaja, karena masa tersebut remaja mulai
Siapakah agen sosialisasi perilaku memisahkan diri dari orang tua dan mulai
merokok bagi remaja? Dengan merujuk bergabung pada kelompok sebaya.
konsep tranmisi perilaku, pada dasarnya Kebutuhan untuk diterima sering kali
perilaku dapat ditranmisikan melalui membuat remaja berbuat apa saja agar
tranmisi vertikal dan horisontal (Berry dkk, dapat diterima kelompoknya dan terbebas
1992). Tranmisi vertikal dilakukan oleh dari sebutan pengecut dan banci.
orang tua dan tranmisi horisontal dilakukan Selanjutnya jika dilihat dari tahap-tahap
oleh teman sebaya. Dalam kesempatan ini perilaku merokok, teman sebaya dan
yang dimaksud dengan tranmisi horisontal keluarga merupakan fihak-fihak yang
adalah lingkungan teman sebaya dan pertama kali mengenalkan atau mencoba
tranmisi vertikal adalah sikap permisif merokok, kemudian berlanjut dan ber-
orang tua terhadap perilaku merokok. kembang menjadi tobacco dependency atau
Dalam penelitian ini ada 3 faktor adanya ketergantungan merokok. Dalam
penyebab perilaku merokok pada remaja tahap ini maka merokok merupakan
yaitu kepuasan psikologis, sikap permisif kepuasan psikologis dan bukan semata-
orang tua terhadap perilaku merokok mata kebutuhan untuk mewujudkan
remaja, dan pengaruh teman sebaya. simbolisasi kejantanan dan kedewasaan
Bagaimana cara transmisi perilaku remaja.
merokok? Salah satu yang dapat digunakan
untuk menjelaskan fenomena ini adalah HIPOTESIS
teori social cognitive learning dari
Bandura. Teori ini menyatakan bahwa Kepuasan psikologis, sikap permisif
perilaku individu disebabkan pengaruh orang tua terhadap perilaku merokok, dan
lingkungan, individu, dan kognitif. Perilaku lingkungan teman sebaya merupakan
merokok tidak semata-mata merupakan prediktor bagi perilaku merokok remaja.
proses imitasi dan penguatan positif dari
keluarga maupun lingkungan teman sebaya METODE PENELITIAN
tetapi juga adanya pertimbangan-
pertimbangan atas konsekuensi- A. Identifikasi Variabel-variabel
konsekuensi perilaku merokok. Dalam Penelitian
kaitan ini, seperti yang telah diuraikan 1. Kriterium : perilaku merokok
bagian terdahulu, jika orang tua atau
2. Prediktor:
saudaranya merokok merupakan agen
imitasi yang baik. Jika keluarga mereka a. sikap permisif orang tua terhadap
tidak ada yang merokok, maka sikap perilaku merokok remaja

ISSN : 0215 - 8884


FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA 41

b. lingkungan teman sebaya menyenangkan, yang dirasakan oleh


c. kepuasan psikologis subjek. Hal ini akan diungkap dengan
skala C.

B. Definisi Operasinal Variabel


Penelitian C. Subjek Penelitian

1. Perilaku merokok adalah aktivitas Subjek penelitian ini adalah remaja


subjek yang berhubungan dengan perokok yang berusia 15-18 tahun yang
perilaku merokoknya, yang diukur tinggal di kampung Sosrowijayan Wetan,
melalui intensitas merokok, tempat siswa SMU Kolombo, dan siswa SMU 9
merokok, waktu merokok, dan fungsi Yogyakarta. Dalam penelitian ini melibat-
merokok dalam kehidupan sehari-hari, kan 90 subjek penelitian, tetapi yang dapat
yang diungkap melalui Skala Perilaku dianalisis sebanyak 75 subjek yang
Merokok. semuanya berjenis kelamin pria. Pemilihan
subjek penelitian berdasarkan kerelaan.
2. Sikap permisif orang tua terhadap
perilaku merokok remaja adalah
bagaimana penerimaan dari keluarga D. Alat Pengukuran Data
terhadap perilaku merokok. Semakin Dalam penelitian ini ada beberapa alat
tinggi sekor yang diperoleh subjek yang digunakan untuk mengukur beberapa
semakin besar kemungkinan pengaruh variabel penelitian yaitu Identitas subjek,
keluarga terhadap pembetukan Skala A untuk mengukur sikap permisif
merokok. Hal ini akan diungkap melalui orang tua terhadap perilaku merokok
Skala A. remaja, Skala B untuk mengukur
3. Lingkungan teman sebaya adalah sejauh lingkungan teman sebaya, dan Skala C
mana subjek mempunyai teman atau untuk mengukur kepuasan psikologis, dan
kelompok teman sebaya yang merokok Skala Perilaku Merokok yang disusun oleh
dan mempunyai penerimaan positif Aritonang (1997).
terhadap perilaku merokok. Hal ini akan Uji coba alat ukur dilakukan pada siswa
diungkap melalui Skala B. SMU Pakem yang melibatkan 60 siswa.
4. Kepuasan psikologis adalah akibat atau Hasil uji konsistensi aitem total dan
efek yang diperoleh dari merokok yang reliabilitas terhadap skala tersebut terlihat
berupa keyakinan dan perasaan yang dalam table berikut ini.
Tabel 1. Koefisien konsistensi aitem total dan koefisien reliabilitas

Jumlah Koefisien Konsistensi Koefisien


Jenis Skala
aitem aitem total reliabilitas
Skala A 14 0,3420 0,7915 0, 8780
Skala B 10 0,3094 0,4334 0, 7849
Skala C 13 0,3277 0,6453 0,8519
Skala Perilaku Merokok 43 0,3021 0,6782 0,9219

ISSN : 0215 - 8884


42 DIAN KOMASARI & AVIN FADILLA HELMI

E. Teknik Analisis Data Sebelum dilakukan analisis regresi


terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang
Teknik analisis data yang digunakan
meliputi uji normalitas, uji linieritas, dan
adalah regresi ganda.
interkorelasi antar variabel-variabel
penelitian yang terlihat dalam tabel 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut ini akan disajikan hasil uji data
secara deskriptif seperti terlihat pada tabel
2.

Tabel 2. Hasil analisis deskriptif variabel-variabel penelitian

Sekor Sekor Sekor Deviasi


Variabel
Minimal Maksimal Rerata Standar
Sikap permisif orang tua terhadap 3 144 22,4667 1,08
perilaku merokok remaja
Lingkungan teman sebaya 16 40 29,2267 0.52
Kepuasan Psikologis 13 47 32,2000 0,78
Perilaku Merokok 34 109 75,1876 1,9

Tabel 3. Uji Normalitas Variabel-variabel Penelitian

Variabel Harga Z (KS) p Status


Sikap permisif orang tua terhadap perilaku 0,606 > 0,05 Normal
merokok remaja
Lingkungan teman sebaya 0,802 > 0,05 Normal
Kepuasan Psikologis 0,908 > 0,05 Normal
Perilaku merokok 0,763 > 0,05 Normal

Normalitas masing-masing variabel Selanjutnya untuk melihat linieritas


akan diuji dengan statistika non paramatrik masing-masing prediktor terhadap
one-sample Kolmogorof-Smirnof. Sebaran kriterium dilakukan uji linieritas.
sekor dikatakan normal apabila nilai Z (K- Hubungan antara prediktor dan kriterium
S) berada dalam p > 0,05. Berdasarkan dikatakan linier jika ke dua variabel
hasil dalam tabel 3 terlihat bahwa semua mempunyai nilai F dengan p < 0,05.
variabel mempunyai distribusi normal.

ISSN : 0215 - 8884


FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA 43

Tabel 4. Hasil uji linieritas perdiktor dengan kriterium

Variabel F p Status
Sikap permisif orang tua terhadap 21,433 < 0,05 Linier
perilaku merokok remaja
Lingkungan teman sebaya 12,654 < 0,05 Linier
Kepuasan Psikologis 55,567 < 0,05 Linier

Berdasarkan uji linieritas menunjukkan tahui sejauh mana keeratan hubungan antar
bahwa harga F (p < 0,05); hal itu berarti prediktor, sehingga dapat ditentukan
semua prediktor mempunyai hubungan apakah prediktor-prediktor tersebut me-
yang linier dengan kriterium. rupakan variabel bebas atau terjadi
Berikut ini disajikan matrik kolinieritas.
interkorelasi antar variabel untuk menge-
Tabel 5. Matrik interkorelasi antar variabel
Sikap permisif orang Pengaruh
Kepuasan Perilaku
tua terhadap perilaku teman
psikologis merokok
merokok remaja sebaya
Sikap permisif orang tua terhadap 1,00 0,038 0,429 *) 0,494 *)
perilaku merokok remaja
Lingkungan teman sebaya 0,069 1,00 0,366*) 0,393 *)
Kepuasan psikologis 0,429 *) 0,366 *) 1,00 0,640 *)
Perilaku merokok 0,494 *) 0,393 *) 0,640 *) 1,00
Ket: *) p < 0,05

Berdasarkan matrik interkorelasi ter- Hasil analisis regresi ganda memper-


lihat bahwa variabel kepuasan psikologis lihatkan bahwa F = 22,468 (p <0,05) dan R
mempunyai hubungan erat dengan variabel = 0,620 (R2 = 0,384). Artinya, sikap
sikap permisif orang tua terhadap perilaku permisif orang tua terhadap perilaku
merokok remaja (r = 0,429; p < 0,05) dan merokok remaja dan lingkungan teman
lingkungan teman sebaya (r = 0,366; p < sebaya merupakan prediktor terhadap
0,05). Dengan demikian variabel kepuasan perilaku merokok remaja. Jadi sumbangan
psikologis bukan variabel yang berdiri sikap permisif orang tua dan lingkungan
sendiri atau terbebas dari variabel sikap teman sebaya terhadap perilaku merokok
permisif orang tua terhadap perilaku remaja sebanyak 38,4%. Sementara itu,
merokok remaja dan lingkungan teman hubungan kepuasan psikologis terhadap
sebaya. Hal ini disebut dengan kolinieritas, perilaku merokok sebesar r = 0,640 (p <
dengan demikian variabel ini tidak akan 0,05). Hal ini berarti bahwa kepuasan
diikutsertakan dalam dalam analisis regresi psikologis menyumbang 40,9% terhadap
ganda. perilaku merokok.

ISSN : 0215 - 8884


44 DIAN KOMASARI & AVIN FADILLA HELMI

Berdasarkan hasil analisis regresi perilaku merokok remaja yaitu 40,9%. Hal
ganda, hipotesis yang diajukan tidak dapat ini memberikan gambaran bahwa perilaku
diterima. Namun demikian, sikap permisif merokok bagi subjek dianggap memberikan
orang tua terhadap perilaku merokok kenikmatan dan menyenangkan. Rokok
remaja dan lingkungan teman sebaya diyakini dapat mendatangkan efek-efek
merupakan prediktor yang cukup baik yang menyenangkan. Berikut ini disajikan
terhadap perilaku merokok remaja yaitu perasaan subjek setelah merokok.
sebesar 38,4%. Hal ini berarti bahwa faktor
lingkungan yaitu lingkungan keluarga dan Tabel 6. Efek-efek setelah merokok
lingkungan teman sebaya memberikan
sumbangan yang berarti dalam perilaku Efek-efek %
merokok remaja. Hasil penelitian ini Nikmat 38,298
mendukung hasil penelitian yang dilakukan Puas 15,957
Theodorus (1994) mengatakan bahwa Tenang 12,766
keluarga perokok sangat berperan terhadap Biasa saja 11,703
perilaku merokok anak-anaknya dibanding- Santai 5,319
kan keluarga non-perokok. Dalam hal ini Hangat 3,192
menurut pandangan social cognitive Percaya diri 2,128
learning theory, merokok bukan semata- Gaya 1,064
mata proses belajar pengamatan anak Masalah hilang 1,064
terhadap orang tua atau saudaranya tetapi Ngantuk 1,064
adanya pengukuh positif dari orang tua dan Pusing 5,257
konsekuensi-konsekuensi merokok dirasa- Pahit 2,218
kan menyenangkan remaja.
Pengukuh positif lain diterima dari Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa
teman sebaya. Hasil penelitian ini merokok bagi remaja mempunyai kaitan
memperkuat penelitian yang dilakukan oleh yang erat dengan aspek psikologis terutama
Harlianti (1988) bahwa lingkungan teman efek yang positif yaitu sejumlah 92,555%
sebaya memberikan sumbangan efektif sedangkan efek negatif hanya sebesar
sebesar 33,048%. Lingkungan teman 7,45% (pusing, ngantuk, dan pahit). Hasil
sebaya mempunyai arti yang sangat penting ini menunjukkan bahwa subjek merasakan
bagi remaja. Kebutuhan untuk diterima dan kepuasan setelah merokok. Kepuasan ini
usaha untuk menghindari penolakan berkaitan dengan aspek-aspek emosi. Yang
kelompok teman sebaya merupakan paling menonjol dirasakan subjek adalah
kebutuhan yang sangat penting. Remaja kenikmatan (38,298%), kepuasan
tidak ingin dirinya ditolak dan mengindari (15,957%), dan merasakan ketenangan
sebutan banci atau pengecut. Merokok (12,766%). Kepuasan psikologis ini
bagi remaja juga merupakan simbolisasi, kemungkinan berhubungan erat dengan
simbol atas kekuasaan, kejantanan, dan frekuensi merokok subjek. Rata-rata subjek
kedewasaan (Brigham, 1991). merokok 7 batang per hari. Dikatakan
Laventhal & Cleary (dalam Cahyani, 1995)
Kepuasan psikologis memberikan bahwa remaja yang merokok lebih dari 4
sumbangan yang sangat tinggi terhadap batang per hari mereka sudah dikategorikan

ISSN : 0215 - 8884


FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA 45

sebagai perokok. Subjek yang meng- seperti apakah jumlah rokok yang
konsumsi rokok sama dengan atau lebih dikonsumsi paling banyak ?
besar dari 4 batang per hari lebih dari 68%.
Tabel 8. Kondisi konsumsi rokok yang
Hanya 15% subjek yang menyatakan tidak
tentu dalam mengkonsumsi rokok dengan terbanyak
alasan karena keterbatasan uang. Hasil ini Kondisi konsumsi rokok
%
semakin memperkuat pandangan bahwa yang terbanyak
merokok bukan berkaitan dengan aspek Stres 40,86
rasional yaitu aspek negatif dari rokok, baik Kumpul dengan teman 27,96
dari sisi ekonomis maupun kesehatan, Habis makan 12,903
tetapi lebih berkaitan kepuasan emosional. Dingin 7,529
Adapun frekuensi konsumsi rokok disaji- Ada uang lebih 6,452
kan dalam tabel berikut ini. Mendengarkan musik 1,075
Jauh dari orang tua 1,075
Tabel 7. Jumlah Rokok Per Hari Jalan-jalan 1,075
Kondisi yang paling banyak perilaku
Jumlah rokok (batang) Frekuensi
merokok yaitu ketika subjek dalam tekanan
24 2 (stres) yaitu 40,86%; yang kedua ketika
14 1 berkumpul dengan teman sebaya (27,96%).
12 14 Konsumsi rokok ketika stres merupakan
11 1 upaya-upaya pengatasan masalah yang
10 2 bersifat emosional atau sebagai
8 1 kompensatoris kecemasan yang dialihkan
7 6 terhadap perilaku merokok. Hal ini
6 12 semakin mempertegas mengapa para
5 10 perokok merasakan kenikmatan setelah
4 2 merokok. Perilaku merokok dipandang
3 6 sebagai upaya penyeimbang dalam kondisi
2 6 stres. Dengan kata lain berdasarkan
1 1 pandangan Laventhal & Cleary (dalam
Tidak tentu 11 Cahyani, 1995) bahwa kemungkinan besar
Total 75 subjek telah masuk ke tahap bukan saja
dalam becoming a smoker tetapi telah
Kepuasan psikologis merokok diperkuat masuk ke dalam tahap maintenance of
oleh efek-efek setelah merokok, bahwa smoking. Merokok sudah menjadi salah
efek negatif merokok hanya dirasakan satu bagian dari cara pengaturan diri (self-
sebesar 7,45%. Hal ini berarti subjek sudah regulating). Merokok dilakukan untuk
terbiasa merokok, sebab bagi pemula efek memperoleh efek fisiologis yang
yang timbul adalah pusing, mual-mual, dan menyenangkan.
mulut pahit. Seperti yang telah dikemukakan, bahwa
Perilaku merokok erat kaitannya dengan remaja merokok lebih merupakan upaya-
kondisi emosi. Dalam kondisi upaya untuk dapat diterima di

ISSN : 0215 - 8884


46 DIAN KOMASARI & AVIN FADILLA HELMI

lingkungannya. Hampir 28% subjek permisif orang tua terhadap perilaku


menyatakan bahwa konsumsi terbesar merokok remaja. Sosialisasi yang lain
rokok ketika mereka sedang berkumpul melalui transmisi horisontal melalui
dengan teman-temannya yaitu apakah lingkungan teman sebaya. Namun
mereka nongkrong di mall, begadang, demikian, yang paling besar memberikan
piknik, atau kumpul-kumpul saja. kontribusi adalah kepuasan-kepuasan yang
Kapan pertama kali mereka merokok ? diperoleh setelah merokok atau rokok
Sebanyak 16 (21,33%) subjek memulai memberikan kontribusi yang positif.
perilaku merokok ketika masih SD. Hasil Pertimbangan-pertimbangan emosional
ini memperkuat pendapat Traquet (dalam lebih dominan dibandingkan dengan
Suhariyono, 1993) bahwa perilaku pertimbangan-pertimbangan rasional bagi
merokok biasanya di mulai pada masa perokok.
remaja meskipun proses menjadi perokok
telah dimulai sejak masa kanak-kanak. SARAN-SARAN

Tabel 9. Waktu pertama kali merokok Agen sosialisasi dalam perilaku


merokok adalah keluarga dan lingkungan
Pertama kali teman sebaya. Sementara itu, perilaku
Frekuensi % merokok lebh berkaitan dengan aspek
merokok
SD 16 21,33 emosional. Saran-saran dari penelitian ini
SLTP 47 62,67 adalah:
SMU 12 16,00 1. Bagi orang tua yang menginginkan
Jumlah 75 100,00 anaknya tidak merokok maka anggota
Berdasarkan tabel 9 terlihat bahwa keluarga tidak disarankan merokok dan
masa-masa yang kritis atau rawan terhadap atau tidak memberikan pengukuh
perilaku merokok pada masa SLTP atau positif ketika remaja merokok.
termasuk tahap perkembangan remaja awal. 2. Teman sebaya memberikan kontribusi
Remaja awal merupakan periode yang yang cukup besar kepada remaja untuk
paling kritis terhadap pemgaruh teman merokok, dalam hal ini jika orang tua
sebaya dan didukung sikap yang permisif tidak menginginkan anaknya merokok,
dari orang tua. maka orang tua perlu waspada ter-
hadap kelompok teman sebaya anak-
KESIMPULAN anaknya.
3. Perilaku merokok lebih didasarkan atas
Perilaku merokok adalah perilaku yang pertimbangan emosional. Berkaitan
dipelajari. Proses belajar dimulai dari sejak dengan masalah tersebut upaya
masa anak-anak, sedangkan proses menjadi preventif maupun kuratif sebaiknya
perokok pada masa remaja. Proses belajar tidak menggunakan pendekatan
atau sosialisasi tampaknya dapat dilakukan kognitif seperti pemberian informasi
melalui tranmisi dari generasi sebelumnya bahaya-bahaya atau dampak negatif
yaitu tranmisi vertikal yaitu dari
lingkungan keluarga, lebih spesifik sikap

ISSN : 0215 - 8884


FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA 47

merokok, tetapi sentuhan-sentuhan dan Pengaruh Lingkungan Merokok


afeksional perlu dilakukan. Teman Sebaya dengan Tingkah Laku
Merokok Remaja SMP. Skripsi. Tidak
DAFTAR PUSTAKA diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi UGM
Aritonang, MER. 1997. Fenomena Wanita Kaplan, R.M., Sallis, J.F & Patterson, T.L.
Merokok. Skripsi. Tidak diterbitkan. 1993. Helath and Human Behavior.
Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM New York: McGraw-Hill Book Co
Berry, JW., Pootinga, YPEH., Segall, Kendal, P.C & Hammen, C. 1998.
M.H., Dasen, P.R., 1992.Cross-cultural Abnormal Psychology: Understanding
Psychology: Research & Applications. Human Problems. New York:
Cambridge: Cambridge Press Houghton Mifflin Company
University.
Republika. 1998. Lebih Tiga Juta Mening-
Brigham, C.J., 1991. Social Psychology. gal karena Tembakau dalam Setahun.
Boston: Harper Collins Publisher, Inc. Harian Republika. 30 Oktober 1998.
Cahyani, B. 1995. Hubungan antara Republika. 1998. Dibanding AIDS dan
Persepsi terhadap Merokok dan TBC, Merokok Lebih Banyak Memati-
Kepercayaan Diri dengan Perilaku kan. Harian Republika. 30 November
Merokok pada Siswa STM 1998.
Muhammadiyah Pakem Sleman
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan.
Yogyakarta. Skripsi. Tidak diterbitkan.
Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Davidson, G.C & Neale, J.M., 1990.
Abnormal Psychology. New York:John Suhariyono, A. 1993. Intensitas Merokok
dan Kecenderungan Memilih Tipe
Willey & Sons.
Strategi Menghadapi Masalah pada
Durkin, K. 1995. Developmental Social
siswa SMTA di Yogyakarta. Skripsi.
Psychology From Infancy to Old Age. Tidak diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas
Cambrigde: Blackwell Publisher. Psikologi UGM
Gatchel, R.J.. 1989. An Introdunction to Theodorus. 1994. Ciri Perokok di Kalangan
Health Psychology. New York: Mc Mahasiswa/1 Universitas Sriwijaya.
Graw-Hill Book Company. Jurnal JEN. No. 3, 19-24.
Harlianti, T.T. 1988. Hubungan antara
Pemenuhan Kasih Sayang Orang Tua

ISSN : 0215 - 8884

Вам также может понравиться