Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
2000, NO. 1, 37 - 47
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB
PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA
Dian Komasari
Universitas Islam Indonesia
ABSTRACT
Perilaku merokok dilihat dari berbagai kimia yang dikandung rokok seperti
sudut pandang sangat merugikan, baik nikotin, CO (Karbonmonoksida) dan tar
untuk diri sendiri maupun orang di akan memacu kerja dari susunan syaraf
sekelilingnya. Dilihat dari sisi individu pusat dan susunan syaraf simpatis sehingga
yang bersangkutan, ada beberapa riset yang mengakibatkan tekanan darah meningkat
mendukung pernyataan tersebut. Dilihat dan detak jantung bertambah cepat (Kendal
dari sisi kesehatan, pengaruh bahan-bahan & Hammen, 1998), menstimulasi penyakit
kanker dan berbagai penyakit yang lain dan mereka pada umumnya merokok
seperti penyempitan pembuluh darah, sebelum usia 18 tahun. Data WHO juga
tekanan darah tinggi, jantung, paru-paru, semakin mempertegas bahwa seluruh
dan bronchitis kronis (Kaplan dkk, 1993). jumlah perokok yang ada di dunia
Bagi ibu hamil, rokok menyebabkan sebanyak 30% adalah kaum remaja
kelahiran prematur, berat badan bayi (Republika, 1998). Hampir 50% perokok di
rendah, mortalitas prenatal, kemungkinan Amerika Serikat termasuk usia remaja
lahir dalam keadaan cacat, dan mengalami (Theodorus, 1994).
gangguan dalam perkembangan (Davidson Berdasarkan data tersebut dapat dikata-
& Neale, 1990). Hasil riset Larson dkk kan bahwa perilaku merokok dimulai pada
(dalam Theodorus, 1994) menemukan saat masa anak-anak dan masa remaja.
bahwa sensivitas ketajaman penciuman dan Hampir sebagian remaja memahami akibat-
pengecapan para perokok berkurang bila akibat yang berbahaya dari asap rokok
dibandingkan dengan non-perokok. Dilihat tetapi mengapa mereka tidak mencoba atau
dari sisi ekonomi, merokok pada dasarnya menghindari perilaku tersebut ?
membakar uang apalagi jika hal tersebut
Ada banyak alasan yang melatar-
dilakukan remaja yang belum mempunyai
belakngi perilaku merokok pada remaja.
penghasilan sendiri.
Secara umum menurut Kurt Lewin, bahwa
Dilihat dari sisi orang disekelilingnya, perilaku merokok merupakan fungsi dari
merokok menimbulkan dampak negatif lingkungan dan individu. Artinya, perilaku
bagi perokok pasif. Resiko yang merokok selain disebabkan faktor-faktor
ditanggung perokok pasif lebih berbahaya dari dalam diri, juga disebabkan faktor
daripada perokok aktif karena daya tahan lingkungan.
terhadap zat-zat yang berbahaya sangat
Faktor dari dalam remaja dapat dilihat
rendah (Safarino dalam Cahyani, 1995).
dari kajian perkembangan remaja. Remaja
Tidak ada yang memungkiri adanya mulai merokok dikatakan oleh Erikson
dampak negatif dari perilaku merokok (Gatchel, 1989) berkaitan dengan adanya
tetapi perilaku merokok bagi kehidupan krisis aspek psikososial yang dialami pada
manusia merupakan kegiatan yang masa perkembangannya yaitu masa ketika
fenomenal. Artinya, meskipun sudah mereka sedang mencari jati dirinya. Dalam
diketahui akibat negatif dari merokok tetapi masa remaja ini, sering dilukiskan sebagai
jumlah perokok bukan semakin menurun masa badai dan topan karena ketidak-
tetapi semakin meningkat dan usia sesuaian antara perkembangan fisik yang
merokok semakin bertambah muda. sudah matang dan belum diimbangi oleh
Hasil riset Lembaga Menanggulangi perkembangan psikis dan sosial. Upaya-
Masalah Merokok (Republika, 1998) upaya untuk menemukan jati diri tersebut,
melaporkan bahwa di anak-anak di tidak semua dapat berjalan sesuai dengan
Indonesia sudah ada yang mulai merokok harapan masyarakat. Beberapa remaja
pada usia 9 tahun. Smet (1994) mengatakan melakukan perilaku merokok sabagai cara
bahwa usia pertama kali merokok pada kompensatoris. Seperti yang dikatakan oleh
umumnya berkisar antara usia 11-13 tahun Brigham (1991) bahwa perilaku merokok
anaknya untuk menjadi perokok bahkan permisif orang tua merupakan pengukuh
masyarakat tidak menuntut anggota positif atas perilaku merokok.
masyarakat untuk menjadi perokok. Namun Demikian halnya yang terjadi pada
demikian, dalam kaitan ini secara tidak kelompok teman sebaya. Teman sebaya
sadar, ada beberapa agen yang merupakan mempunyai peran yang sangat berarti bagi
model dan penguat bagi perokok remaja. remaja, karena masa tersebut remaja mulai
Siapakah agen sosialisasi perilaku memisahkan diri dari orang tua dan mulai
merokok bagi remaja? Dengan merujuk bergabung pada kelompok sebaya.
konsep tranmisi perilaku, pada dasarnya Kebutuhan untuk diterima sering kali
perilaku dapat ditranmisikan melalui membuat remaja berbuat apa saja agar
tranmisi vertikal dan horisontal (Berry dkk, dapat diterima kelompoknya dan terbebas
1992). Tranmisi vertikal dilakukan oleh dari sebutan pengecut dan banci.
orang tua dan tranmisi horisontal dilakukan Selanjutnya jika dilihat dari tahap-tahap
oleh teman sebaya. Dalam kesempatan ini perilaku merokok, teman sebaya dan
yang dimaksud dengan tranmisi horisontal keluarga merupakan fihak-fihak yang
adalah lingkungan teman sebaya dan pertama kali mengenalkan atau mencoba
tranmisi vertikal adalah sikap permisif merokok, kemudian berlanjut dan ber-
orang tua terhadap perilaku merokok. kembang menjadi tobacco dependency atau
Dalam penelitian ini ada 3 faktor adanya ketergantungan merokok. Dalam
penyebab perilaku merokok pada remaja tahap ini maka merokok merupakan
yaitu kepuasan psikologis, sikap permisif kepuasan psikologis dan bukan semata-
orang tua terhadap perilaku merokok mata kebutuhan untuk mewujudkan
remaja, dan pengaruh teman sebaya. simbolisasi kejantanan dan kedewasaan
Bagaimana cara transmisi perilaku remaja.
merokok? Salah satu yang dapat digunakan
untuk menjelaskan fenomena ini adalah HIPOTESIS
teori social cognitive learning dari
Bandura. Teori ini menyatakan bahwa Kepuasan psikologis, sikap permisif
perilaku individu disebabkan pengaruh orang tua terhadap perilaku merokok, dan
lingkungan, individu, dan kognitif. Perilaku lingkungan teman sebaya merupakan
merokok tidak semata-mata merupakan prediktor bagi perilaku merokok remaja.
proses imitasi dan penguatan positif dari
keluarga maupun lingkungan teman sebaya METODE PENELITIAN
tetapi juga adanya pertimbangan-
pertimbangan atas konsekuensi- A. Identifikasi Variabel-variabel
konsekuensi perilaku merokok. Dalam Penelitian
kaitan ini, seperti yang telah diuraikan 1. Kriterium : perilaku merokok
bagian terdahulu, jika orang tua atau
2. Prediktor:
saudaranya merokok merupakan agen
imitasi yang baik. Jika keluarga mereka a. sikap permisif orang tua terhadap
tidak ada yang merokok, maka sikap perilaku merokok remaja
Variabel F p Status
Sikap permisif orang tua terhadap 21,433 < 0,05 Linier
perilaku merokok remaja
Lingkungan teman sebaya 12,654 < 0,05 Linier
Kepuasan Psikologis 55,567 < 0,05 Linier
Berdasarkan uji linieritas menunjukkan tahui sejauh mana keeratan hubungan antar
bahwa harga F (p < 0,05); hal itu berarti prediktor, sehingga dapat ditentukan
semua prediktor mempunyai hubungan apakah prediktor-prediktor tersebut me-
yang linier dengan kriterium. rupakan variabel bebas atau terjadi
Berikut ini disajikan matrik kolinieritas.
interkorelasi antar variabel untuk menge-
Tabel 5. Matrik interkorelasi antar variabel
Sikap permisif orang Pengaruh
Kepuasan Perilaku
tua terhadap perilaku teman
psikologis merokok
merokok remaja sebaya
Sikap permisif orang tua terhadap 1,00 0,038 0,429 *) 0,494 *)
perilaku merokok remaja
Lingkungan teman sebaya 0,069 1,00 0,366*) 0,393 *)
Kepuasan psikologis 0,429 *) 0,366 *) 1,00 0,640 *)
Perilaku merokok 0,494 *) 0,393 *) 0,640 *) 1,00
Ket: *) p < 0,05
Berdasarkan hasil analisis regresi perilaku merokok remaja yaitu 40,9%. Hal
ganda, hipotesis yang diajukan tidak dapat ini memberikan gambaran bahwa perilaku
diterima. Namun demikian, sikap permisif merokok bagi subjek dianggap memberikan
orang tua terhadap perilaku merokok kenikmatan dan menyenangkan. Rokok
remaja dan lingkungan teman sebaya diyakini dapat mendatangkan efek-efek
merupakan prediktor yang cukup baik yang menyenangkan. Berikut ini disajikan
terhadap perilaku merokok remaja yaitu perasaan subjek setelah merokok.
sebesar 38,4%. Hal ini berarti bahwa faktor
lingkungan yaitu lingkungan keluarga dan Tabel 6. Efek-efek setelah merokok
lingkungan teman sebaya memberikan
sumbangan yang berarti dalam perilaku Efek-efek %
merokok remaja. Hasil penelitian ini Nikmat 38,298
mendukung hasil penelitian yang dilakukan Puas 15,957
Theodorus (1994) mengatakan bahwa Tenang 12,766
keluarga perokok sangat berperan terhadap Biasa saja 11,703
perilaku merokok anak-anaknya dibanding- Santai 5,319
kan keluarga non-perokok. Dalam hal ini Hangat 3,192
menurut pandangan social cognitive Percaya diri 2,128
learning theory, merokok bukan semata- Gaya 1,064
mata proses belajar pengamatan anak Masalah hilang 1,064
terhadap orang tua atau saudaranya tetapi Ngantuk 1,064
adanya pengukuh positif dari orang tua dan Pusing 5,257
konsekuensi-konsekuensi merokok dirasa- Pahit 2,218
kan menyenangkan remaja.
Pengukuh positif lain diterima dari Berdasarkan tabel 6 terlihat bahwa
teman sebaya. Hasil penelitian ini merokok bagi remaja mempunyai kaitan
memperkuat penelitian yang dilakukan oleh yang erat dengan aspek psikologis terutama
Harlianti (1988) bahwa lingkungan teman efek yang positif yaitu sejumlah 92,555%
sebaya memberikan sumbangan efektif sedangkan efek negatif hanya sebesar
sebesar 33,048%. Lingkungan teman 7,45% (pusing, ngantuk, dan pahit). Hasil
sebaya mempunyai arti yang sangat penting ini menunjukkan bahwa subjek merasakan
bagi remaja. Kebutuhan untuk diterima dan kepuasan setelah merokok. Kepuasan ini
usaha untuk menghindari penolakan berkaitan dengan aspek-aspek emosi. Yang
kelompok teman sebaya merupakan paling menonjol dirasakan subjek adalah
kebutuhan yang sangat penting. Remaja kenikmatan (38,298%), kepuasan
tidak ingin dirinya ditolak dan mengindari (15,957%), dan merasakan ketenangan
sebutan banci atau pengecut. Merokok (12,766%). Kepuasan psikologis ini
bagi remaja juga merupakan simbolisasi, kemungkinan berhubungan erat dengan
simbol atas kekuasaan, kejantanan, dan frekuensi merokok subjek. Rata-rata subjek
kedewasaan (Brigham, 1991). merokok 7 batang per hari. Dikatakan
Laventhal & Cleary (dalam Cahyani, 1995)
Kepuasan psikologis memberikan bahwa remaja yang merokok lebih dari 4
sumbangan yang sangat tinggi terhadap batang per hari mereka sudah dikategorikan
sebagai perokok. Subjek yang meng- seperti apakah jumlah rokok yang
konsumsi rokok sama dengan atau lebih dikonsumsi paling banyak ?
besar dari 4 batang per hari lebih dari 68%.
Tabel 8. Kondisi konsumsi rokok yang
Hanya 15% subjek yang menyatakan tidak
tentu dalam mengkonsumsi rokok dengan terbanyak
alasan karena keterbatasan uang. Hasil ini Kondisi konsumsi rokok
%
semakin memperkuat pandangan bahwa yang terbanyak
merokok bukan berkaitan dengan aspek Stres 40,86
rasional yaitu aspek negatif dari rokok, baik Kumpul dengan teman 27,96
dari sisi ekonomis maupun kesehatan, Habis makan 12,903
tetapi lebih berkaitan kepuasan emosional. Dingin 7,529
Adapun frekuensi konsumsi rokok disaji- Ada uang lebih 6,452
kan dalam tabel berikut ini. Mendengarkan musik 1,075
Jauh dari orang tua 1,075
Tabel 7. Jumlah Rokok Per Hari Jalan-jalan 1,075
Kondisi yang paling banyak perilaku
Jumlah rokok (batang) Frekuensi
merokok yaitu ketika subjek dalam tekanan
24 2 (stres) yaitu 40,86%; yang kedua ketika
14 1 berkumpul dengan teman sebaya (27,96%).
12 14 Konsumsi rokok ketika stres merupakan
11 1 upaya-upaya pengatasan masalah yang
10 2 bersifat emosional atau sebagai
8 1 kompensatoris kecemasan yang dialihkan
7 6 terhadap perilaku merokok. Hal ini
6 12 semakin mempertegas mengapa para
5 10 perokok merasakan kenikmatan setelah
4 2 merokok. Perilaku merokok dipandang
3 6 sebagai upaya penyeimbang dalam kondisi
2 6 stres. Dengan kata lain berdasarkan
1 1 pandangan Laventhal & Cleary (dalam
Tidak tentu 11 Cahyani, 1995) bahwa kemungkinan besar
Total 75 subjek telah masuk ke tahap bukan saja
dalam becoming a smoker tetapi telah
Kepuasan psikologis merokok diperkuat masuk ke dalam tahap maintenance of
oleh efek-efek setelah merokok, bahwa smoking. Merokok sudah menjadi salah
efek negatif merokok hanya dirasakan satu bagian dari cara pengaturan diri (self-
sebesar 7,45%. Hal ini berarti subjek sudah regulating). Merokok dilakukan untuk
terbiasa merokok, sebab bagi pemula efek memperoleh efek fisiologis yang
yang timbul adalah pusing, mual-mual, dan menyenangkan.
mulut pahit. Seperti yang telah dikemukakan, bahwa
Perilaku merokok erat kaitannya dengan remaja merokok lebih merupakan upaya-
kondisi emosi. Dalam kondisi upaya untuk dapat diterima di