Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LATAR BELAKANG
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang menetap yang penyebabnya mungkin tidak
diketahui (hipertensi esensial, idiopatik, atau primer) maupun yang berhubungan dengan
penyakit yang lain (hipertensi sekunder). Tekanan darah adalah kekuatan darah untuk
melawan tekanan dinding arteri ketika darah tersebut melewatinya (Dorland, 2009).
Berdasarkan The Seventh Report of the Joint National Committee on the Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) (2003), tekanan darah
dapat dibagi menjadi beberapa derajat, yaitu normal (di bawah 120/80 mmHg), prahipertensi
(dari 120/80 mmHg sampai 139/89 mmHg), hipertensi tingkat I (dari 140/90 mmHg sampai
159/99 mmHg), dan hipertensi tingkat II (melebihi 160/100 mmHg).
Prevalensi kejadian hipertensi berkisar antara 5-35 % di berbagai negara di Asia sedangkan di
daerah Asia Pasifik, prevalensi kejadiannya berkisar antara 5-47% pada pria dan 7-38% pada
wanita. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) (2007), kejadian hipertensi di Indonesia secara
nasional mencapai 31,7 % dan sekitar 26,3 % di daerah Sumatra Utara (Rahajeng et al, 2009).
Menurut Yogiantoro (2006), hipertensi dapat menimbulkan kerusakan arteri di dalam tubuh
sampai organ-organ yang mendapatkan suplai darah darinya seperti jantung, otak dan ginjal.
Penyakit yang sering timbul akibat hipertensi adalah stroke, aneurisma, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan ginjal. hipertensi juga bisa mengakibatkan penyakit jantung
koroner yang merupakan pembunuh nomor satu di dunia. Oleh karena itu, hipertensi ini
berdampak negatif pada organ-organ tubuh bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Menurut Virtanen et al (2003), korelasi tekanan darah terhadap kecemasan adalah sebesar
0,25. Korelasi ini penting karena pasien hipertensi yang mengalami kecemasan akan semakin
meningkat tekanan darahnya sehingga akan lebih rentan mengalami komplikasi dini
hipertensi serta kegagalan terapi (Feng et al, 2012).
Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk menyadarkan masyarakat mengenai bahaya
hipertensi, komplikasi dan cara pengendaliannya. Menurut Dr.Tjandra Yoga (2009, dikutip
dari Dinkes Bonebolongo, 2009), melalui kegiatan seminar hipertensi dan deteksi dini faktor
risikonya ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan kemandirian masyarakat dalam
pencegahan dan penanggulangan hipertensi dan faktor risikonya, sehingga sekaligus dapat
menurunkan prevalensi faktor risiko dan prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah,
seperti stroke dan penyakit jantung koroner di Indonesia. Upaya pengendalian hipertensi ini
dapat dilakukan penderitanya dengan memonitoring tekanan darah secara teratur, berhenti
merokok, meningkatkan aktivitas fisik, mengkonsumsi makanan tinggi serat dan rendah
garam. Tetapi kenyataan membuktikan bahwa pengendalian hipertensi tidak semudah yang
diperkirakan. Banyak faktor yang harus diperhatikan baik dari penderita, tenaga kesehatan,
obat-obatan maupun pelayanan kesehatan (Fadilah, 2007).
PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer
kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar
25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum
adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia. Definisi Hipertensi atau tekanan
darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung
dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal
ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak
dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi
dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu,
partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah,
swasta maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan.
Menurut American Heart Association {AHA}, penduduk Amerika yang berusia diatas 20
tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar
90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala
dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit
lainnya. Gejala-gejalanya itu adalah sa kit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo),
jantung berdebar-debar, mudah Ieiah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan
mimisan.
Pasien yang terdiagnosa hipertensi dapat dilakukan tindakan lebih lanjut yakni :
1) Menentukan sejauh mana penyakit hipertansi yang diderita
Tujuan pertama program diagnosis adalah menentukan dengan tepat sejauh mana
penyakit ini telah berkembang, apakah hipertensinya ganas atau tidak, apakah arteri
dan organ-organ internal terpengaruh, dan lain- lain.
2) Mengisolasi penyebabnya
Tujuan kedua dari program diagnosis adalah mengisolasi penyebab spesifiknya.
3) Pencarian faktor risiko tambahan
Aspek lain yang penting dalam pemeriksaan, yaitu pencarian faktor-faktor risiko
tambahan yang tidak boleh diabaikan.
4) Pemeriksaan dasar
Setelah terdiagnosis hipertensi maka akan dilakukan pemeriksaan dasar, seperti
kardiologis, radiologis, tes laboratorium, EKG (electrocardiography) dan rontgen.
5) Tes khusus
Tes yang dilakukan antara lain adalah : a. X- ray khusus (angiografi) yang mencakup
penyuntikan suatu zat warna yang digunakan untuk memvisualisasi jaringan arteri
aorta, renal dan adrenal. b. Memeriksa saraf sensoris dan perifer dengan suatu alat
electroencefalografi (EEG), alat ini menyerupai electrocardiography (ECG atau
EKG).
Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya sehingga menimbulkan
komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang berbagai target organ tubuh yaitu otak,
mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta ginjal. Sebagai dampak terjadinya komplikasi
hipertensi, kualitas hidup penderita menjadi rendah dan kemungkinan terburuknya adalah
terjadinya kematian pada penderita akibat komplikasi hipertensi yang dimilikinya.
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut
dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak
langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif,
down regulation, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam
dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target,
misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth
factor- (TGF-).
Umumnya, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ yang umum ditemui pada pasien hipertensi
adalah:
1) Jantung
- hipertrofi ventrikel kiri
- angina atau infark miokardium
- gagal jantung
2) Otak
- stroke atau transient ishemic attack
3) Penyakit ginjal kronis
4) Penyakit arteri perifer
5) Retinopati
Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh pen de rita hipertensi adalah:
1. Makanan yang berkadar lemakjenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers, keripikdan
makanan keringyangasin).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan
dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang
kering, telur asin, selai kacang).
5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang
tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu
penyedap lain yang pada umumnya mengandunggaram natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
Di Indonesia terdapat pergeseran pola makan, yang mengarah pada makanan cepat saji dan
yang diawetkan yang kita ketahui mengandung garam tinggi, lemak jenuh, dan rendah serat
mulai menjamurterutama di kota-kota besar di Indonesia. Dengan mengetahui gejala dan
faktor risiko terjadinya hipertensi diharapkan penderita dapat melakukan pencegahan dan
penatalaksanaan dengan modifikasi diet/gaya hidup ataupun obat-obatan sehingga komplikasi
yang terjadi dapat dihindarkan.
Tujuan Umum:
- Membantu pasien mengenali pengertian Hipertensi
Tujuan Khusus:
- Meningkatkan pengetahuan pasien Hipertensi tentang arti dari Hipertensi
- Meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien Hipertensi
- Meningkatkan pengetahuan pasien mengenai komplikasi Hipertensi
- Memperbaiki pemahaman pasien Hipertensi dalam mengatur pola gaya hidup agar tekanan
darah dapat terkontrol dan mengkonsumsi obat secara teratur.
PELAKSANAAN
Penyuluhan diadakan pada hari Sabtu, 30 Juli 2016 pukul 09.00-10.00 WITA di Puskesmas
Bontang Utara II. Intervensi yang dilakukan berupa penyuluhan dan tanya jawab. Materi
disampaikan dengan menggunakan alat bantu berupa slide presentasi dan proyektor. Selama
proses penyuluhan tentang hipertensi, semua peserta yang hadir memperhatikan dengan
seksama. Penyaji terlebih dahulu memberi salam serta menyampaikan maksud dan tujuan
diberikan penyuluhan. Sesekali peserta menanyakan istilah yang tidak dipahami kepada
penyaji. Setelah materi disampaikan dengan tuntas, dibuka sesi tanya jawab singkat terkait
materi.
Materi yang dipaparkan secara garis besar berupa hal-hal penting yang berhubungan dengan
penyakit hipertensi, yaitu :
1. Pengertian hipertensi
2. Faktor risiko hipertensi
3. Cara mendiagnosa hipertensi
4. Komplikasi hipertensi
5. Pengobatan pada hipertensi
6. Perubahan pola gaya hidup pada pasien penderita hipertensi
7. Pola makan untuk penderita hipertensi
Penyaji, Pendamping,