Вы находитесь на странице: 1из 10

LAPORAN PENYULUHAN

Nama Peserta dr. Andria Olivia

Nama Pendamping dr. Norsikawaty Haya

Nama Wahana Puskesmas Bontang Utara II Loktuan

Tema Penyuluhan Hipertensi

Tujuan Penyuluhan Secara umum


- Membantu pasien mengenali pengertian Hipertensi
Secara khusus
- Meningkatkan pengetahuan pasien Hipertensi tentang arti
dari Hipertensi
- Meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien Hipertensi
- Meningkatkan pengetahuan pasien mengenai komplikasi
Hipertensi
- Memperbaiki pemahaman pasien Hipertensi dalam
mengatur pola gaya hidup agar tekanan darah dapat
terkontrol dan mengkonsumsi obat secara teratur.

Tanggal 30 Juli 2016


Waktu 09.00 10.00 WITA
Tempat Puskesmas Bontang Utara II Loktuan

Jumlah Peserta 30 orang


LAPORAN PENYULUHAN
HIPERTENSI

LATAR BELAKANG
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang menetap yang penyebabnya mungkin tidak
diketahui (hipertensi esensial, idiopatik, atau primer) maupun yang berhubungan dengan
penyakit yang lain (hipertensi sekunder). Tekanan darah adalah kekuatan darah untuk
melawan tekanan dinding arteri ketika darah tersebut melewatinya (Dorland, 2009).

Berdasarkan The Seventh Report of the Joint National Committee on the Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) (2003), tekanan darah
dapat dibagi menjadi beberapa derajat, yaitu normal (di bawah 120/80 mmHg), prahipertensi
(dari 120/80 mmHg sampai 139/89 mmHg), hipertensi tingkat I (dari 140/90 mmHg sampai
159/99 mmHg), dan hipertensi tingkat II (melebihi 160/100 mmHg).

Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Kearney et al (2005) dalam Chockalingam et al


(2006), dilaporkan bahwa sekitar 972 juta jiwa pada tahun 2000 di seluruh dunia menderita
hipertensi dan negara berkembang di seluruh dunia menyumbang hampir dua kali lipat
dibandingkan dengan negara maju (sekitar 639 juta jiwa di negara berkembang dan sekitar
333 juta jiwa di negara maju) sehingga prevalensi kejadian hipertensi di seluruh dunia adalah
sekitar 26,4% dari seluruh populasi di dunia. Selain itu, diprediksi juga bahwa pada tahun
2025, kejadian hipertensi akan meningkat menjadi 60% dari seluruh populasi, yaitu sekitar
1,56 milliar jiwa.

Prevalensi kejadian hipertensi berkisar antara 5-35 % di berbagai negara di Asia sedangkan di
daerah Asia Pasifik, prevalensi kejadiannya berkisar antara 5-47% pada pria dan 7-38% pada
wanita. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) (2007), kejadian hipertensi di Indonesia secara
nasional mencapai 31,7 % dan sekitar 26,3 % di daerah Sumatra Utara (Rahajeng et al, 2009).

Menurut Yogiantoro (2006), hipertensi dapat menimbulkan kerusakan arteri di dalam tubuh
sampai organ-organ yang mendapatkan suplai darah darinya seperti jantung, otak dan ginjal.
Penyakit yang sering timbul akibat hipertensi adalah stroke, aneurisma, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan ginjal. hipertensi juga bisa mengakibatkan penyakit jantung
koroner yang merupakan pembunuh nomor satu di dunia. Oleh karena itu, hipertensi ini
berdampak negatif pada organ-organ tubuh bahkan dapat mengakibatkan kematian.

Banyak penelitian terdahulu menunjukkan adanya korelasi hipertensi terhadap kecemasan.


Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wei et al (2006), hampir 12 % pasien hipertensi
memiliki sindrom kecemasan. Selain itu, ada juga penelitian yang dilakukan oleh Grimsrud et
al (2009) menyatakan bahwa pasien hipertensi memiliki kecemasan dengan odds ratio sekitar
1,55 dibandingkan dengan yang tidak hipertensi.

Menurut Virtanen et al (2003), korelasi tekanan darah terhadap kecemasan adalah sebesar
0,25. Korelasi ini penting karena pasien hipertensi yang mengalami kecemasan akan semakin
meningkat tekanan darahnya sehingga akan lebih rentan mengalami komplikasi dini
hipertensi serta kegagalan terapi (Feng et al, 2012).

Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk menyadarkan masyarakat mengenai bahaya
hipertensi, komplikasi dan cara pengendaliannya. Menurut Dr.Tjandra Yoga (2009, dikutip
dari Dinkes Bonebolongo, 2009), melalui kegiatan seminar hipertensi dan deteksi dini faktor
risikonya ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi dan kemandirian masyarakat dalam
pencegahan dan penanggulangan hipertensi dan faktor risikonya, sehingga sekaligus dapat
menurunkan prevalensi faktor risiko dan prevalensi penyakit jantung dan pembuluh darah,
seperti stroke dan penyakit jantung koroner di Indonesia. Upaya pengendalian hipertensi ini
dapat dilakukan penderitanya dengan memonitoring tekanan darah secara teratur, berhenti
merokok, meningkatkan aktivitas fisik, mengkonsumsi makanan tinggi serat dan rendah
garam. Tetapi kenyataan membuktikan bahwa pengendalian hipertensi tidak semudah yang
diperkirakan. Banyak faktor yang harus diperhatikan baik dari penderita, tenaga kesehatan,
obat-obatan maupun pelayanan kesehatan (Fadilah, 2007).

PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer
kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar
25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum
adekuat meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia. Definisi Hipertensi atau tekanan
darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung
dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal
ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak
dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi
dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu,
partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah,
swasta maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan.

Menurut American Heart Association {AHA}, penduduk Amerika yang berusia diatas 20
tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar
90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala
dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit
lainnya. Gejala-gejalanya itu adalah sa kit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo),
jantung berdebar-debar, mudah Ieiah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan
mimisan.

Faktor resiko terjadinya hipertensi antara lain:


1) Usia
Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki
meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita meningkat pada usia
lebih dari 55 tahun.
2) Ras/etnik
Hipertensi bisa mengenai siapa saja. Bagaimanapun, biasa sering muncul pada etnik
Afrika Amerika dewasa daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.
3) Jenis Kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi daripada wanita.
4) Kebiasaan Gaya Hidup tidak Sehat
Gaya hidup tidak sehat yang dapat meningkatkan hipertensi, antara lain minum
minuman beralkohol, kurang berolahraga, dan merokok.
a. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi, sebab
rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok menyebabkan nikotin terserap oleh
pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak.
Di otak, nikotin akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas
epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa
jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi. Tembakau
memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan darah karena dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kandungan bahan kimia dalam
tembakau juga dapat merusak dinding pembuluh darah.Karbon monoksida dalam asap
rokok akan menggantikan ikatan oksigen dalam darah. Hal tersebut mengakibatkan
tekanan darah meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan
oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya. Karbon monoksida
dalam asap rokok akan menggantikan ikatan oksigen dalam darah. Hal tersebut
mengakibatkan tekanan darah meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk
memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh lainnya.

b. Kurangnya aktifitas fisik


Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang tidak
aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang
lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap
kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula
tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan perifer
yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah. Kurangnya aktifitas fisik juga dapat
meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan menyebabkan risiko hipertensi
meningkat. Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara teratur memiliki
efek antihipertensi dengan menurunkan tekanan darah sekitar 6-15 mmHg pada
penderita hipertensi. Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi,
karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada
hipertensi

Diagnosis hipertensi dengan pemeriksaan fisik paling akurat menggunakan


sphygmomanometer air raksa. Sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali pengukuran dalam
posisi duduk dengan siku lengan menekuk di atas meja dengan posisi telapak tangan
menghadap ke atas dan posisi lengan sebaiknya setinggi jantung. Pengukuran dilakukan
dalam keadaan tenang. Pasien diharapkan tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang
dapat mempengaruhi tekanan darah misalnya kopi, soda, makanan tinggi kolesterol, alkohol
dan sebagainya.

Pasien yang terdiagnosa hipertensi dapat dilakukan tindakan lebih lanjut yakni :
1) Menentukan sejauh mana penyakit hipertansi yang diderita
Tujuan pertama program diagnosis adalah menentukan dengan tepat sejauh mana
penyakit ini telah berkembang, apakah hipertensinya ganas atau tidak, apakah arteri
dan organ-organ internal terpengaruh, dan lain- lain.
2) Mengisolasi penyebabnya
Tujuan kedua dari program diagnosis adalah mengisolasi penyebab spesifiknya.
3) Pencarian faktor risiko tambahan
Aspek lain yang penting dalam pemeriksaan, yaitu pencarian faktor-faktor risiko
tambahan yang tidak boleh diabaikan.
4) Pemeriksaan dasar
Setelah terdiagnosis hipertensi maka akan dilakukan pemeriksaan dasar, seperti
kardiologis, radiologis, tes laboratorium, EKG (electrocardiography) dan rontgen.
5) Tes khusus
Tes yang dilakukan antara lain adalah : a. X- ray khusus (angiografi) yang mencakup
penyuntikan suatu zat warna yang digunakan untuk memvisualisasi jaringan arteri
aorta, renal dan adrenal. b. Memeriksa saraf sensoris dan perifer dengan suatu alat
electroencefalografi (EEG), alat ini menyerupai electrocardiography (ECG atau
EKG).

Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya sehingga menimbulkan
komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang berbagai target organ tubuh yaitu otak,
mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta ginjal. Sebagai dampak terjadinya komplikasi
hipertensi, kualitas hidup penderita menjadi rendah dan kemungkinan terburuknya adalah
terjadinya kematian pada penderita akibat komplikasi hipertensi yang dimilikinya.

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut
dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak
langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif,
down regulation, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam
dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ target,
misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi transforming growth
factor- (TGF-).

Umumnya, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ yang umum ditemui pada pasien hipertensi
adalah:
1) Jantung
- hipertrofi ventrikel kiri
- angina atau infark miokardium
- gagal jantung
2) Otak
- stroke atau transient ishemic attack
3) Penyakit ginjal kronis
4) Penyakit arteri perifer
5) Retinopati

Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan ataupun


dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan
membatasi asupan garam tidak lebih dari - sendok teh (6 gram/hari), menurunkan berat
badan, menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol. Olah raga juga
dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-
25 menit dengan frekuensi 3-5 x per minggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam)
dan mengendalikan stress.

Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh pen de rita hipertensi adalah:
1. Makanan yang berkadar lemakjenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers, keripikdan
makanan keringyangasin).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan
dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang
kering, telur asin, selai kacang).
5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang
tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu
penyedap lain yang pada umumnya mengandunggaram natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

Di Indonesia terdapat pergeseran pola makan, yang mengarah pada makanan cepat saji dan
yang diawetkan yang kita ketahui mengandung garam tinggi, lemak jenuh, dan rendah serat
mulai menjamurterutama di kota-kota besar di Indonesia. Dengan mengetahui gejala dan
faktor risiko terjadinya hipertensi diharapkan penderita dapat melakukan pencegahan dan
penatalaksanaan dengan modifikasi diet/gaya hidup ataupun obat-obatan sehingga komplikasi
yang terjadi dapat dihindarkan.

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Direncanakan untuk mengundang penderita Hipertensi yang berobat di Puskesmas Bontang
Utara II. Penyuluhan dilakukan tanggal 30 Juli 2016 pada pukul 09.00 10.00 WITA.
Metode intervensi yang dipilih berupa penyuluhan dan diskusi tanya jawab. Penyuluhan
pengaturan diet pada pasien diabetes mellitus mempunyai tujuan, yaitu:

Tujuan Umum:
- Membantu pasien mengenali pengertian Hipertensi
Tujuan Khusus:
- Meningkatkan pengetahuan pasien Hipertensi tentang arti dari Hipertensi
- Meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien Hipertensi
- Meningkatkan pengetahuan pasien mengenai komplikasi Hipertensi
- Memperbaiki pemahaman pasien Hipertensi dalam mengatur pola gaya hidup agar tekanan
darah dapat terkontrol dan mengkonsumsi obat secara teratur.

PELAKSANAAN
Penyuluhan diadakan pada hari Sabtu, 30 Juli 2016 pukul 09.00-10.00 WITA di Puskesmas
Bontang Utara II. Intervensi yang dilakukan berupa penyuluhan dan tanya jawab. Materi
disampaikan dengan menggunakan alat bantu berupa slide presentasi dan proyektor. Selama
proses penyuluhan tentang hipertensi, semua peserta yang hadir memperhatikan dengan
seksama. Penyaji terlebih dahulu memberi salam serta menyampaikan maksud dan tujuan
diberikan penyuluhan. Sesekali peserta menanyakan istilah yang tidak dipahami kepada
penyaji. Setelah materi disampaikan dengan tuntas, dibuka sesi tanya jawab singkat terkait
materi.

Materi yang dipaparkan secara garis besar berupa hal-hal penting yang berhubungan dengan
penyakit hipertensi, yaitu :
1. Pengertian hipertensi
2. Faktor risiko hipertensi
3. Cara mendiagnosa hipertensi
4. Komplikasi hipertensi
5. Pengobatan pada hipertensi
6. Perubahan pola gaya hidup pada pasien penderita hipertensi
7. Pola makan untuk penderita hipertensi

MONITORING DAN EVALUASI


Penyuluhan ini diharapkan dapat memberikan informasi yang benar dan tepat kepada
penderita hipertensi mengenai pentingnya melakukan pengenalan secara dini bahkan
mencegah dan meminum obat secara teratur.. Diharapkan dengan kesadaran tersebut, maka
tekanan pada pasien dapat terkontrol dan mencegah timbulnya penyakit lain yang disebabkan
oleh hipertensi. Penyuluhan ini juga menjadi sarana penyampaian informasi kepada keluarga
penderita sehingga menambah pengetahuan hipertensi. Keluarga penderita diharapkan
mampu menjadi motivator bagi pasien untuk senantiasa membantu dan mengingatkan akan
pentingnya meminum obat secara teratur dan menjaga pola hidup sehat.
....................................................................................................................................................

Penyaji, Pendamping,

dr. Andria Oliva dr. Norsikawaty Haya


NIP. 19850721 201001 2005
Komentar / umpan balik dari dokter pendamping
1. Komunikasi :
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
2. Kepribadian dan profesionalisme :
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................

Вам также может понравиться