Вы находитесь на странице: 1из 29

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa nifas alat - alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat- alat genital sepenuhnya disebut involusi.
Selain involusi terjadi perubahan perubahan seperti homokonsentrasi dan timbulnya laktasi.
Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah plasenta lahir,
Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah pusat. Uterus menyerupai buah advokat gepeng berukuran
panjang 15 cm, lebar 12 cm dan tebal 10 cm. Dinding uterus sendiri kira kira 5 cm, pada bekas
implantasi plasenta lebih tipis daripada bagian bagian lainnya.
Pada hari kelima post partum uterus kurang lebih 7 cm atas simfisis atau setengah simfisis
pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi diatas simfisis atau setengah simfisis pusat,
sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi diatas simfisis.

1.2. Tujuan
1.1.1. Tujuan Umum
Setelah mempelajari asuhan kebidanan post partum diharapkan mahasiswa kebidanan
mampu memberikan asuhan kebidanan post partum pada ibu dengan bendungan asi.
1.1.2. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari asuhan kebidanan post partum pada ibu dengan bendungan asi, diharapkan
mahasiswa mampu :
1) Melakukan pengkajian data untuk memperoleh data yang dibutuhkan pada ibu post
partum dengan bendungan asi.
2) Merumuskan identifikasi masalah/ diagnosa pada ibu post partum dengan bendungan asi.
3) Merumuskan diagnosa dan masalah potensial pada ibu post partum dengan
bendungan asi.
4) Menilai adanya kebutuhan segera berdasarkan keadaan ibu post partum dengan
bendungan asi.
5) Melakukan perencanaan untuk tindakan yang komprehensif yang dilakukan, didukung
dengan penjelasan dan rasional pada ibu post partum dengan bendungan asi.
6) Melakukan implementasi pada ibu post partum dengan bendungan asi.
7) Mengevaluasi keefektifan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada ibu post partum
dengan bendungan asi.
8) Mendokumentasikan asuhan kebidanan post partum dengan bendungan asi.

1
1.3. Metode Pembahasan
Makalah ini disusun dengan cara praktek kerja lapangan, studi kasus, konsultasi dengan
pembimbing ruangan, konsultasi dengan dosen pembimbing, studi pustaka dan ceramah tanya
jawab.

1.4. Ruang Lingkup


Laporan asuhan kebidanan post partum dengan bendungan asi di BPS Nani Sutinyati Amd.Keb

1.5. Sistematika Penulisan


Dalam Penyusunan kebidanan ini dengan sistematika sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, ruang lingkup,
metode pembahasan dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan teori tentang nifas patologi.
BAB III : Studi Kasus
BAB IV : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

2
BAB 2
LANDASAN TEORI
NIFAS DENGAN BENDUNGAN ASI

2.1 Konsep Dasa Nifas


2.1.1 Definisi Nifas
Masa nifas adalah masa pulih kembali mulai dari partus selesai sampai alat alat
kandungan kembali seperti pra hamil, lamanya 6-8 minggu.
Pembagian pada masa nifas, ada 3 periode :
1. Puerpurium dini adalah kepulihan dimana ibu telah dibolehkan berdiri dan berjalan
jalan.
2. Puerpurium intermedial adalah kepulihan menyeluruh alat alat genetalia yang lamanya 6-
8 minggu.
3. Remote puerpurium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu
untuk sehat sempurna bisa berminggu- minggu, bulanan, dan tahunan.

2.1.2 Involusi Alat Alat Kandungan


1. Uterus. Uterus secara berangsur angsur menjadi kecil sehingga akan kembali seperti
sebelum hamil.
2. Bekas implantasi uteri, plasental bed mengecil karena kontraksi menonjol ke vakum uteri
dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm dan pada minggu ke-6 2,4 cm
dan akhirnya pulih.
3. Luka luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam waktu 6-7 hari.
4. After pains disebabkan kontraksi uterus, berlangsung 2-4 hari PP.
5. Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa
nifas.Macam macam lochea, antara lain :
- lochea rubra: berisi darah segar dan sisa- sisa selaput ketuban, sel- sel desidua, vernik
kaseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari PP.
- lochea sanguinolenta: berwarna merah, kuning berisi darah dan lender hari ke 3-7 PP
- lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7 14 PP
- lochea alba: cairan putih setelah 2 minggu
- lochea purulenta: terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
- Lochiostasi:lochea tidak lancar keluarnya.
6. Servik, setelah partus bentuk servik agak menganga seperti corong berwarna merah
kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang- kadang terdapat perlukaan perlukaan kecil.
Setelah bayi lahir tangan dapat masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat melalui 2-3 jari
dan setelah 7 hari terbuka 1 jari.

3
7. Ligamen: ligament, fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus,
setelah bayi lahir secara berangsur angsur ciut dan pulih kembali.

2.1.3. Perawatan Post Partum


1. Mobilisasi: karena lelah habis bersalin ibu harus beristirahat, tidur terlentang selama 8
jam PP.Kemudian boleh miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis
dan tromboemboli. Hari ke 2 duduk kemudian jalan-jalan, pada hari ke 4 atau 5 pulang.
Mobilisasi mempunyai variasi tergantung adanya komplikasi persalinan, nifas dan
sembuhnya luka.
2. Diit : Makanlah makanan yang mengandung protein, menandung banyak cairan, buah dan
sayur.
3. Miksi : Hendaknya dilakukan secara sendiri, kadang-kadang beberapa wanita mengalami
kesulitan karena spinter uretra mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh
iritasi M. Spinter ani selama.
4. Defekasi : BAB harus ada 3-4 hari PP bila belum dan terjadi konstipasi maka berikan
laksan per oral atau per rectal. Bila belum berikan klisma.
5. Perawatan payudara : dilakukan sejak hamil supaya puting lemas, tidak keras dan kering
untuk persiapan menyusui. Bila bayi meninggal maka lakukan pembalutan mamae sampai
tertekan dan pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti linoral dan perodel.
6. Laktasi : dalam menghadapi masa laktasi sejak kehamilan telah terjadi perubahan-
perubahan pada kelenjar mamae, yaitu :
- Proliferasi jaringan pada kelenjar dan aveoli dan jaringan lemak bertambah.
- Keluar cairan susu jolong dari duktus laktiverus yang disebut colostrums, berwarna
kuning putih susu.
- Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena berdilatasi
sehingga tampak lebih jelas.
- Setelah persalinan pengaruh supresi esterogen dan progesterone hilang maka timbul
pengaruh LH atau prolaktin yang merangsang air susu. Oksitosin menyebabkan
mioepitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar, produksi ASI 2-3 hari
PP. Bila bayi ditetekkan, isapan pada putting susu merupakan rangsangan yang secara
reflektoris mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipovisa sehingga keluarlah
ASI, selain itu akan menyebabkan involusi uteri akan lebih sempurna. ASI merupakan
makanan yang bagus buat bayi dan menjelmakan rasa kasih saynag ibu dan anaknya.
7. Cuti hamil dan bersalin.
Undang undang memberikan cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan bagi wanita pekerja
yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah partus.

4
8. Pemeriksaan pasca persalinan : control kembali 6 minggu setelah partus bagi wanita yang
melahirkan secara normal dan 1 minggu setelah partus bagi wanita dengan persalinan
yang luar biasa.
2.2 konsep Dasar Bendungan ASI
2.2.1 Pembendungan Air Susu
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar kadar estrogen dan progesterone turun dalam 2-3
hari. Faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic hormone
(prolaktin) waktu hamil dan sangat dipengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi dan terjadi
sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mamae
terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya membutuhkan reflek yang menyebabkan
kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar
tersebut, reflek ini timbul bila bayi menyusu.
Pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik atau kemudian apabila
kelenjar- kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna terjadi pembendungan air susu. Mamae
panas, keras pada perabaan dan nyeri, suhu badan tidak naik. Putting susu mendatar sehingga
dapat menyukarkan bayi menyusu. Kadang- kadang pengeluaran susu juga terhalang sebab
duktuli laktiferi menyempit karena pembesaran vena serta pembuluh limfe.
2.2.2 Penanganan Bendungan Asi
Penanganan bendungan asi, bila ibu menyusui bayinya, antara lain:
1. susukan sesering mungkin.
2. Kedua payudara disusutkan.
3. Kompres hangat payudara sebelum disusutkan
4. Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui
5. Sangga payudara
6. Kompres dingan payudara diantara waktu menyusui
7. Bila demam tinggi berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
8. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengetahui hasilnya.

Penanganan bendungan asi, bila ibu tidak menyusui bayinya, antara lain:
1. Sangga payudara
2. Kompres dingan payudara untuk mengurang pembengkakan dan rasa sakit
3. Berikan parasetamol 500 mg/oral/4 jam
4. jangat dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara
5. Pompa dan kosongkan payudara

5
BAB 3
ASKEB TEORI

3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Data subjektif
1) Identitas, (data demografi)
Untuk membedakan dan untuk menetapkan identitas pasti pasien karena mungkin
ada pasien yang memiliki nama yang sama tetapi bisa dibedakan dengan melihat
alamat dan nomor telepon yang berbeda.
( Pengantar Kuliah Obstetri, Manuaba : 159 ).
2) Keluhan Utama
Alasan pasien datang kepelayanan kesehatan. Apakah pasien datang untuk control
ulang masa nifas atau karena alasan lain, misalnya karena sakit. ( Hellen
Varney,2007)
3) Riwayat Keluhan Utama ( berhubungan dengan keluhan atau masalah utama ).
(1) Bentuk awitan.
(2) Faktor pencetus atau latar belakang, yang berhubungan
dengan awitan.( P = Profokasi/ Penyebab ).
(3) Perjalanan penyakit sejak awitan, termasuk durasi dan
kekambuhan.
( Q= Quality )
(4) Lokasi spesifik. ( R=Region )
(5) Jenis nyeri atau ketidaknyamanan dan keparahan atau
intensitas.
( S=Sever ).
(6) Tanggal dan waktu. ( T= Time )
(7) Gejala lain yang berkaitan.
(8) Hubungan dengan fungsi dan aktivitas tubuh.
(9) Faktor yang mempengaruhi masalah, baik yang
memperparah atau yang meredakan.
(10) Penanganan sebelumnya.
( Hellen Varney,2007)
4) Riwayat Menstruasi
(1) Menarche ( usia saat haid pertama kali )
(2) Disminorhe
(3) Frekuensi; rentang jika tidak teratur.
(4) Lama
(5) Jumlah darah yang keluar
(6) Karakteristik darah yang keluar ( misalnya terdapat
bekuan darah )
(7) Periode menstruasi terakhir
6
Anamnesa haid memberikan kesan pada kita tentang faal alat kandungan,
haid terakhir, teratur tidaknya haid dan siklusnya, dipergunakan untuk
memperhitungkan tanggal persalinan.
( Hellen Varney,2007)
5) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan bayi yang lalu yang lalu
(1) Usia Gestasi
Usia gestasi saat bayi terdahulu lahir harus diketahui karena kelahiran preterm
cenderung terjadi lagi dan karena beberapa wanita mengalami kesulitan
mengembangkan ikatan dengan bayi gengan dihospitalisasi untuk waktu yang
lama.
(2) Tipe Persalinan
Catat kelahiran yang lalu, apakah pervaginam, melalui bedah sesar, di bantu
forsef/vakum. Jika wanita pada kelahiran terdahulu menjalani bedah sesar, untuk
kehamilan saat ini ia mungkin melahirkan pervaginam. Keputusan ini biasanya
bergantung kepada lokasi insisi di uterus, kemampuan unit persalinan di rumah
sakit untuk berespons segera bila ruptur uterus terjadi dan keinginan ibu.
(3) Lama Persalinan
Lama persalinan merupakan faktor penting karena persalinan yang lama juga
mencerminkan suatu masalah dapat berulang. Disporporsi antara bagian
presentasi dan pelvis ibu dapat terjadi. Untugnya persalinan pertama yang lama
jarang berulang pada persalinan berikutnya. Lama persalinan sulit ditentukan
karena setiap klinis mempunyai cara yang berbeda dapat memilih titik awal
persalinan.
(4) Berat Lahir
Berat lahir sangat penting untuk mengidentikasi apakah bayi kecil untuk masa
kehamilan(BKMK) atau bayi besar untuk masa kehamilan, suatu kondisi yang
biasanya berulang. Apabila persalinan pervaginam, berat lahir mencerminkan
bahwa bayi dengan ukuran tertentu berhasil memotong pelvis maternal.
(5) Gender
Dengan membicarakan jenis kelamin bayi terdahulu, klinis memiliki kesempatan
untuk menanyai klien tentang perasaannya terhadap anak laki-laki dan
perempuan serta keinginannya dan pasangannya sehubungan dengan jenis
kelamin bayi yang dilahirkannya saat ini. Pengetahuan ini dapat bermafaat bila
jenis kelamin ternyata berbeda dari yang diinginkan.
(6) Keadaan Anak saat ini
Hasil akhir setiap kehamilan dan status kesehatan anak-anak saat ini di catat.
Penyakit, ketidakmampuan, masalah emosional, dan masalah kedisiplinan dapat
mencetuskan stres berat dalam keluarga. Perujukan mungkin diperlukan,
7
tanyakan juga tempat anak tersebut akan tinggal karena ibu yang melahirkan
tidak selalu ingin menjaganya.
(7) Nifas
Nifas yang dahulu apakah ada panas, perdarahan dan bagaimana laktasinya
apakah ada hambatan yang mungkin akan terulang.
(Linda Wheeler, 2004)
6) Riwayat persalinan
Meliputi : tanggal persalinan, tempat, penolong, jenis persalinan, penyulit persalinan
dan lama persalinan.
( Hellen Varney,2007)
7) Kebutuhan sehari-hari (ADL)
(1) Ambulasi / Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam
pasca persalinan. Kemudian boleh miring kanan miring kiri untuk mencegah
terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk,
hari ke-3 jalan-jalan, dan hari ke-4 atau ke-5 sudah diperbolehkan pulang.
Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan,
nifas, dan sembuhnya luka-luka
(2) Pola nutrisi
(3) Pola Istirahat dan Tidur
(4) Pola Aktivitas
(5) Pola Eliminasi
(6) Pola Personal Hygiene
(7) Pola Seksualitas
(Maternal dan Neonatal, 2002)
8) Psikososial
Kemiskinan, permukiman yang tidak adekuat, masalah yang berhubungan dengan
depresi, harga diri rendah, tingkat pendidikan yang rendah, stres, dan system
pendukung yang kurang akan membuatwanita sangat beresiko. Kunjungan konseling
prakonsepsi dapat membantu para ibu mengkaji kesiapan psikososialnya untuk
menjadi orang tua. Salah satu topik yang harus dibicarakan adalah penganiayaan
( Linda Wheler ,2004)
(1) Komunikasi non verbal
(2) Komunikasi verbal
(a) Anak yang dilahirkan direncanakan atau tidak
(b) Penerimaan anggota keluarga
(c) Peran sebagai orang tua
(d) Rencana yang akan merawat bayi
(e)Ibu tinggal dengan siapa
(f) Rencana pemberian ASI

8
Pemberian ASI selama mungkin dilaksanakan karena pemberian ASI
mempunyai keuntungan yang sangat penting bagi bayi, yaitu bahwa ASI
setiap saat diberikan, mudah dicerna dan pertumbuhan bayi, serta ASI
mempunyai antibodi khusus yang dibutuhkan untuk tumbuh dan kembang
bayi yang sempurna.
(g) Alasan pemberian PASI
(h) Masalah yang dihadapi sekarang
9) Latar belakang sosial budaya
Untuk mengetahui tentang adat istiadat dan kepercayaan, tahayul yang dapat
mempengaruhi masa nifas.
10) Pengetahuan dan kemampuan ibu tentang
Ditanyakan sejauh mana ibu dapat mengerti dan memahami tentang pola kebiasaan
fungsional sehari-hari (nutrisi, eliminasi, istirahat, aktivitas, personal hygiene,
seksual) yang dilakukan selama masa nifas, perawatan-perawatan serta teknik
ataupun terapi (seperti perawatan payudara, perawatan luka perineum, teknik-teknik
untuk mengurangi ketidaknyamanan ) serta tanda-tanda bahaya masa
3.1.2 Data obyektif
1) Pemeriksaan Umum
(1) Keadaan Umum: diamati mulai saat pertama kali bertemu dengan pasien,
dilanjutkan sewaktu mengukur tanda-tanda vital. Selama pemeriksaan lihat cara
berbaring dan mobilitas pasien, apakah aktif atau pasif, sikap terpaksa karena
nyeri, apati atau gelisah.
( Priharjo, 2006 : 22 )

(2) Kesadaran :
- Komposmentis : Mengalami kesadaran penuh dengan
memberikan respon yang cukup terhadap
stimulus yang diberikan.
- Apatis : Mengalami acuh tak acuh terhadap keadaan
sekitarnya.
- Somnolen : Memiliki kesadaran yang lebih rendah ditandai
dengan tampak mengantuk, selalu ingin tidur,
tidak responsif terhadap rangsangan ringan dan
masih memberikan respons terhadap
rangsangan yang kuat.
- Sopor : Tidak memberikan respons ringan maupun
sedang tetapi masih memberikan respons
sedikit terhadap rangsangan yang kuat dengan
adanya refleks pupil terhadap cahaya yang
masih positif.
- Koma : Tidak dapat bereaksi terhadap stimulus atau
9
rangsangan apapun sehingga refleks pupil
terhadap cahaya tidak ada.
- Delinum : Tingkat kesadaran yang paling bawah ditandai
dengan disorientasi yang sangat iritatif, kacau
dan salah presepsi terhadap rangsangan
sensorik.
(Hidayat, 2006)
(3) TTV
a) TD
Segara setelah melahirkan banyak wanita mengalami peningkatan sementara
tekanan darah sistolik dan diastolik, yang kembali secara spontan ke tekanan
darah sebelum hamil selama beberapa hari. Bidan bertnggung jawab
mengkaji resiko pre-eklamsi pascapartum. Komplikasi yang relatif jarang,
tetapi serius jika peningkatan tekanan darah segifikan.
b) Suhu
Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit meningkat selama
periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum.
c) RR
Fungsi pernapasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama
pascapartum. Napas pendek, cepat atau perubahan lain memerlukan evaluasi
adanya kondisi-kondisi sepeti kekebalan cairan, eksaserban asma dan
embolus paru.
d) Nadi
Penyulit nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal
setelah beberapa jam pertama pascapartum.
Hemoragi, demam selama persalinan dan nyeri akut atau perssisten dapat
mempengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi diastol 100 selama
puerperium, hal tersebut abnormal mungkin menunjukkan adanya infeksi
atau hemoragi pascapartum lambat.
2) Pemeriksaan fisik
(1) Kepala
a. Inspeksi dengan mengamati bentuk kepala,kesimertisan dan keadaan kulit
kepala. Penyebaran, ketebalan, kebersihan dan tekstur, warna rambut.
b. Palpasi dengan gerakan mfemutar yang lembut mmenggunakan ujung jari,
lakukan mulai dari depan turun ke bawah, mulai garis tengah kemudian
palpasi setiap sudut garis kepala.Rasakan apakah terdapat benjolan/masa,
tanda bekas luka di kepala, pembengkakan, nyeri tekan, jika hal itu terjadi
perhatikan berapa besar/luasnya, bagaimana konsistensi dan dimana

10
kedudukannya, apakah di kulit, pada tukang/di bawah kulit terlepas dari
tulang.
(2) Muka
Inspeksi kulit muka, apakah ada bekas luka, odema, bentuk muka. Tes N V &
VII, dengan minta klien mengikuti gerakan pemeriksa, palpasi otot maseter
apakah ada pegeseran rahang.
(3) Mata
a. Kelopak mata/palpebra : klien melihat lurus ke depan, bandingkan mata
kanan & kiri, Inspeksi posisi dan warna palpebra, kemudian klien
memejamkan mata, amati bentuk dan keadaan kulit pada palpebra,
kkemudian inspeksi bagian bawah minta klien untuk membuka mata.
Perhatikan frekuensi reflek berkedip mata.
b. Konjungtiva dan sklera : klien melihat lurus ke depan, arik kelopak mata
bagian bawah ke bawah dengan menggunakan ibu jari, amati keadaan
konjungtiva dan kantung konjungtiva bagian bawah, catat jika terdapat
infeksi, push, warna tidak normal/anemis. Kemudian konjungtiva bagian
atas, dengan membuka/memalik kelopak mata atas, amati warna sklera
ketika memeriksa konjungtiva.
c. Kornea : sinari mata dengan cahaya tak langsung, inspeksi kejernihan dan
tekstur kornea. Uji sensitifitas kornea dengan menyentuhkan gulungan kapas
steril untuk mjelihat reaksi berkedip.
d. Pupil dan Iris : pencahayaan kamar sedikit diredupkan, pegang kepala dan
dagu agar klien tidak bergerak-gerak, inspeksi ukuran, bentuk, keselarasan
pupil dan reaksi terhadap cahaya. Uji reflek pupil dengan menyinari dengan
senter klien dari samping, amati pengecilan pupil yang sedang di sinari,
kemudian lakukan pada pupil yang lain. Reflek akomodasi, anjurkan klien
untuk menatap objek yang jauh, minta klien untuk menatap objek
pemeriksa(jari/pensil) yang dipegang 10 cm dari batang hidung klien, amati
perubahan pupil dan akomodasi melalui konstruksi saat melihat objek yang
dekat.
e. Pergarakan bola mata : minta klien untuk melihat lurus ke depan, amati
kedua bola mata apakah diam/nistagmus(pergerakan secara
spontan),bentuk,frekuensi(cepat/lambat), amplitudo(luas/sempit).
Jika ditemukan nistagmus, lihat apakah kedua mata memandang lurus ke
depan atau salah satu deviasi. Luruskan jari telunjuk dan dekatkan pada klien
dengan jarak 15-30 cm.
f. Medan penglihatan : berdiri di depan klien kira-kira 60 cm,tutup mata yang
tidak diperiksa, instruksikan klien untuk melihat lurus ke depan dan
11
memfokuskan pada satu titik pandang. Gerakan jari pada jarak yang
sebanding dengan panjang lengan di luar lapang penglihatan. Minta klien
untuk memberitahu pemerika, jika ia melihat jari pemeriksa perlahan tarik
jari pemeriksa mendekat. Jaga jari agar selalu tetap di tengah antara
pemeriksa dan klien, kaji mata sebelahnya.
(4) Hidung
a. Inspeksi dan palpasi hidung bagian luar; amati
bentuk dan tulang hidung bagian luar dari sisi depan, samping, atas. Amati
keadaan kulit hidung terhadap warna, adanya pembengkakan, kesimetrisan
lubang hidung. Observasi pengeluaran dan pelebaran nares(lubang hidung),
jika terdapat terdapat pengeluaran(sekret, darah dll) berapa jumlahnya, dan
apa warnanya. Palpasi lembut pada batang dan jaringan lunak hidung
terhadap nyeri dan masa.
b. Inspeksi hidung bagian dalam; tekan hidung
secara lembut untuk mengelvasikan ujung hidung dan lakukan pengamatan
lubang hidung bagian anterior, posisi septum hidung. Pasang spekulum,
amati kortilago dan dinding rongga mulut dan selaput lendir, adakah
sekret,bengkak, dan warnanya.
(5) Telinga
a Inspeksi dan palpasi telinga luar; atir pencahayaan dengan auroskop/lampu
kepala. Inspeksi telinga luar terhadap posisi,warna, ukuran, hygiene, adanya
lesi/masa, kesimetrisan. Palpasi dengan memegang telinga menggunakan jari
telunjuk dan ibu jari, paipasi kortilago telinga luar secara sistemis. Lakukan
penekanan pada area tragus ke dalam dan tulang telinga di bawah daun
telinga, inspeksilubang pendengaran eksterna. Pegang daun telinga dan
perlahan tarik ke atas dan ke belakang sehingga lurus(dewasa), dan tarik
daun telinga ke bawah(anak-anak)
b Pemeriksaan pendengaran; atur posisi klien berdiri membelakangi pemeriksa
4-6 cm. Minta klien menutup salah satu telinga, bisikan suatu bilangan dan
minta klien untuk mengulangi bilangan yang di dengar.
(6) Mulut dan Faring
a Inspeksi mulut dan faring; amati bibir klien observasi warna, kesimetrisan,
kelembaban apakah ada kelainan kongenital, bibir sumbing, pembengkakan,
lesi dan ulkus. Minta klien untuk membuka mulut, amati keadaan gigi,
jumlah, ukuran, warna, kebersihan, caries, gusi apakah ada lesi, tumor,
pembengkakan, observasi kebersihan dan bau mulut. Minta klien untuk
menjulurkan lidah, amati warna, simetris, adanya kelainan. Amati selaput
lendir mulut dengan memeriksa warna, sekresi, peradangan, lesi dan ulkus.
12
Tarik bibir ke bawah, amati mukosa terhadap warna, tekstur, hidasi dan lesi.
Minta klien untuk hiperekstensikan kepala dan inbspeksi faring, kemudian
tekan lidah ke bawah ketika klien berkataah amati faring terhadap
kesimetrisan. Uvula, tonil apakah ada peradangan.
b Palpasi mulut; pegang pipi di antara ibu jari dan tangan(jari telunjuk di
dalam) palpasi secara sistemasi, kaji adanya tumor, pembengkakan, nyeri.
Minta klien untuk berkatael palpasi dasar mulut sedangkan ibu jari
menekan bawah dagu, minta klien untuk menjulurkan lidah palpasi lidah
dengan di pegang menggunakan kasa steril, palpasi bagian belakang dan
batas-batas lidah dengan jari telunjuk kanan.
(7) Leher
a. Inspeksi: Amati bentuk leher, warna kulit, jaringan parut, pembengkakan,
masa mulai dari, garis tengah sisi depan, samping, dan belakang.
b. Palpasi: Minta klien untuk menelan sedangkan tangan pemeriksa di leher
untuk memeriksa kelenjar tiroid, jika teraba kelenjar tiroid pastikan bentuk,
ukuran, konsistensi dan permukaannya. Minta klien untuk memfleksikan
leher dengan dagu ke dada, hiperekstensikan leher, gerakan menyamping ke
masing-masing sisi, kemudian ke samping sehingga telinga bergerak ke arah
bahu. JVP di ukur pada seseorang dengan posisi setengah duduk 45 dalam
keadaan rileks. Pengukuran dilakukan berdasarkan tingkat pengisian vena
jugularis dari titik nol atau dari sudut sternum pada orang sehat. JVP
maksimal 3-4 cm di atas sudut sternum. Jika terdapat pembesaran JVP
kemungkinan terdapat kelainan jantung.
(8) Dada dan Paru
a. Inspeksi; amati bentuk dada dari 4 sisi, depan(klavikula, sternum, dan tulang
rusuk), belakang(bentuk tulang belakang, kesimetrisan skapula), sisi kanan
dan sisi kiri. Inspeksi bentuk dada untuk mengetahui kelainan dad, tentukan
frekuensi respirasi, keadaan kulit dada apakah terdapat retraksi interkostalis
selama bernafas, jaringan parut, atau kelainan lainnya.
b. Palpasi ekspansi dada; minta klien menarik napas, kedua telapak tangan
pemeriksa dari dinding dada klien. Rasakan gerakannya bandingkan sisi
kanan dan kiri. Letakkan tangan di belakang pada sisi dada lateral klien,
amati getaran ke samping waktu klien bernapas. Taktil fremitus; telapak
tangan pada dinding dada dekat apeks paru pada bagian belakang. Minta
klien untuk mengucapkan77. Ulangi langkah tersebut dengan telapak
tangan bergerak ke bagian dasar paru, bandingkan fremitus pada kedua sisi
paru dan di antara apeks dasar paru

13
c. Perkusi; posisi klien terlentang perkusi bagian anterior dan mulai dari atas
klavikula ke bawah pada spasium interkostalis dengan interval 4-5 cm
mengikuti pola sistemik. Bandingkan sisi kanan dan kiri, posisi klien duduk
perkusi paru posterior mulai dari puncak paru ke bawah.
d. Auskultasi; stetoskop dengan kuat pada kulit di atas interkostal. Minta klien
bernapas perlahan dengan mulut sedikit tertutup, dengarkan inspirasi dan
ekspirasi pada setiap tempat.
(9) Jantung
a Inspeksi dan palpasi; klien terlentang, palpasi
louis/sudut sternal yang teraba seperti tonjolan datar memanjang pada
sternum kurang lebih 5 cm di bawah takik sternal. Gerakan jari-jari
sepanjang sudut pada masing-masing sisi sternum untuk meraba iga kedua
yang berdekatan, palpasi spasium interkostal ke-2 kanan untuk menrntukan
area aorta dan spasium interkostalis ke-2 kiri untuk aorta pulmonal. Inspeksi
kemudian palpasi aorta dan area pulmonal untuk mengetahui ada/tidaknya
pulsasi. Palpasi spasium interkostalia ke-5 kiri untuk mengetahui area
trikuspidalis/vertikular, amati adanya pulsasi, pindahkan tangan secara
lateral 5-7 cm ke garis midklavikula kiri untuk menentukan area apikal/titik
denyut maksimum.
b Perkusi; perkusi dari lateral kiri ke medial untuk mengetahui batas kiri
jantung, perkusi dari sisi kanan ke kiri untuk mengetahui batas kanan
jantung, dari atas ke bawah untuk menentukan batas atas jantung.
c Auskultasi; klien bernapas secara normal dan kemudian tahan napas saat
ekspirasi, dengarkan suara jantng I/S1 sambil palpasi nadi karotis, amati
adanya splitting S1(bunyi S1 ganda yang terjadi dalam waktu yang sangat
berhimpitan. Pada awal sistol, dengarkan secara seksama untuk mengetahui
adanya bunyi tambahan/murmur S1. Pada periode diastol juga sama,
kemudian dengarkan S2. Periksa frekuensi jantung kedua bunyi terdengar
jelas sepertidub lub hitung setiap kombinasi S1 dan S2 sebagai satu denyut
jantung, hitung banyaknya denyut selama 1 menit.
(10) Payudara dan Ketiak
a Inspeksi; posisi klien duduk kedua tangan rileks, inspeksi ukuran, bentuk,
kesimetrisan, warna kulit, lesi, edema, pembengkakan, masa. Inspeksi puting
susu dan areola terhadap ukuran, warna, bentuk arah titik puting, keluaran.
Inspeksi 3 posisi(lengan ke atas, ke pinggang, tangan ekstensi lurus ke
depan). Inspeksi ketiak dan klavikula terhadap kemerahan,pembengkakan,
infeksi, pigmentasi.

14
b Palpasi; disekitar puting susu terhadap adanya keluaran pada daerah
klavikula dan ketiak terutama pada area limfenodi, dengan cara menekan
telapak tangan atau tiga jari tengah ke permukaan payudara pada kuadran
samping atas. Palpasi dengan gerakan memutar terhadap dinding dada dari
tepi menuju areola dan memtar searah jarum jam.
(11) Abdomen(GI Treck)
a Inspeksi; posisi klien terlentang dengan tangan di kedua sisi dan sedikit
menekuk, bantal kecil di bawah lutut untuk menyokong dan melemaskan
otot-otot abdomen. Buka abdomen mulai dari prosesus xifoideus sampai
pubis, amati bentuk perut secara umum, warna kulit, kontur permukaan
perut, adanya retraksi, penonjolan, adanya ketidaksimetrisan, jaringan parut
striae. Perhatikan posisi bentuk, warna, inflamasi, umbilikus, amati gerakan
kulit parut saat inspirasi dan ekspirasi.
b Palpasi ringan abdomen setiap kuadran; letakkan tangan secara ringan di atas
abdomen dengan jari-jari ekstrasi dan berhimpitan untuk mendeteksi area
nyeri, penegangan abnormal, atau adanya masa. Palpasi dalam/bimanual,
tekan dinding abdomen sekitar 4-5 cm catat adanya masa, struktur organ di
bawahnya, pembesaran hepar, pembesaran limpa. Kaji gelombang acites
dengan menekan area tepat sepanjang garis tengah ventrikel dari abdomen
dengan tepi tangan dan lengan atas. Letakkan tangan pemeriksa pada setip
sisi abdomen dan ketuk tajam dengan ujung jari, rasakan impuls gelombang
cairan. Palpasi ginjal tekankan tangan secara langsung ke atas sambil klien
menarik napas panjang, pada orang dewasa normal ginjal tidak teraba tapi
pada orang yang sangat kurus ginjal akan dapat dirasakan.
c Perkusi; dari kuadran kiri bawah kemudian bergerak kearah jam. Perhatikan
reaksi klien catat jika terdapat keluhan dan lakukan pada area timpani dan
redup, pada lambung di iga bawah anerior dan bagian epigastrik.
d Auskultasi; letakkan diafragma di atas kuadran kanan bawah pada area
sekum. Minta klien untuk tidak berbicara sekitar 5 menit tentukan adanya
bising usus.
(12) Genetalia
a. Inspeksi kuantitas dan penyebaran pertumbuhan bulu pubis dan
bandingkan masa perkembangan klien, kulit dan area pubis, lesi, eritema,
fisura, leukoplakia dan ekskoriasi, keadaan klitoris, labia minora, uretra,
orifisium vagina dan perinium. Perhatikan pembengkakan, ulkus, keluaran
dan nodul.
b. Palpasi kelenjar skene untuk mengetahui adanya rabas atau kekakuan dan
kelenjar bartholin.
15
(13) Anus
Inspeksi adanya haemorroid.
(14) Ekstremitas
a. Ekstremitas atas; perhatikan warna dasar kuku, ketebalan bentuk kuku,
tekstur dan kondisi jaringan sekitarnya.
b. Ekstremitas bawah; palpasi adanya virices dan odema, reflek patella
dengan minta klien duduk dengan tungkai bergantung, raba daerah tendon
petella, satu tangan meraba paha penderita bagian distal, tangan yang lain
memukul reflek hammer pada tendon patela.
3) Pemeriksaan Penunjang
(1) Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g%
dibutuhkan suplemen Fe)
(2) Air Kencing
a. Terutama diperiksa glukosa, protein urine dan sedimen. Adanya glukosa
dalam urine dianggap sebagai gejala penyakit diabetes kecuali kalu kita
dapat membuktikan bahwa hal-hal lain yang menyebabkan.
b. Pada akhir kehamilan dan dalam nifas reaksi reduksi dapat menjadi positif
oleh adanya laktase dalam air kencing. Protein positif dalam air kencing
pada nefritis, toxaemia gravidarum radang dari saluran kencing.
c. Protein urine.
Tujuan : untuk mengetahui adanya pre-eklampsia ringan.
(a) Normal : Urine tidak keruh (jernih)
(b) + 1 : Terjadi kekeruhan
(c) + 2 : Kekeruhan mudah dilihat dan ada endapan yang lebih jelas
terlihat
(d) + 3 : Urine lebih keruh ada endapan yang lebih jelas terlihat.
(e) + 4 : Urine sangat keruh dan disertai endapan menggumpal
d. Glukosa Urine
Tujuan : Untuk mengetahui apakah ada penyakit DM
(a) Normal : Berwarna biru
(b) + 1 : Warna hijau kekuningan agak keruh.
(c) + 2 : Wrna kuning kehijauan dan keruh
(d) + 3 : Warna jingga dan keruh.
(e) + 4 : Wna merah bata.
(3) Feces
Feces diperiksa atas telur-telur cacing.
3.2 INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosa Kebidanan : Pxxxx Post partum fisiologis hari ke-1 dengan masalah yang dialami
16
xxxx : A(aterm/hamil cukup bulan), P(prematur; usia kehamilan 28-36 minggu,
A(abortus/kaguguran; usia kehamilan kurang dari 28 minggu).
3.3 IDENTIFIKASI DIAGNOSA POTENSIAL DAN POTENSIAL MASALAH
Merupakan langkah bidan melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial &
mengantisipasi penenganannya. Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial
atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mengantisipasi masalah potensial, tidak
hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan
antisipasi akar masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi, sehingga rasa ini behar-benar
merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis. ( Hellen Varney,2007)
3.4 KEBUTUHAN SEGERA
Pada langkah ini bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan
konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. Pada langkah
ini mengidentifikasi perlu tindakan segera oleh bidan atau dokter & untuk dikonsultasikan
atau ditangani bersama dengan anggotan team kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi
klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan
( Hellen Varney,2007)
3.5 INTERVENSI / RENCANA ASUHAN KOMPERHENSIF
Diagnosa :
Tujuan : (Tujuan dilakukannya asuhan kebidanan)
Kriteria : (Kriteria yang ingin dicapai setelah dilakukan asuhan kebidanan)
Ditulis dengan SMART
a. Spesifik : tidak boleh menimbulkan arti ganda.
b. Measurable : dapat diukur.
c. Achiveble : tujuan harus dapat dicapai.
d. Reasonable : dapat dipertanggung jawabkan.
e. Time : ada batas waktunya.
Manifestasi terhadap respon pasien:
1. Kognitif : pengetahuan.
2. Affektif : emosinya.
3. Psikomotor : tingkah laku.
4. Perubahan fungsi tubuh.
Intervensi
(rencana-rencana tindakan yang akan dilakukan pada pasien sesuai kasusnya disertai
rasional/alasan dilakukannya tindakan tersebut).
Karakteristik rencana tindakan:
a. Konsisten dengan rencana tindakan.
b. Berdasarkan prinsip ilmiah.

17
c. Berdasarkan situasi individu klien.
d. Menciptakan situasi yang aman dari terapeutik.
e. Menciptakan situasi pengajaran.
f. Menggunakan sarana yang sesuai.
3.6 IMPLEMENTASI / PELAKSANAAN
Pada langkah ini,bidan dituntut melakukan tindakan kebidanan secara mandiri,tetapi dalam
pelaksanaan penyelesaian kasus pasien swaktu-waktu,bidan juga harus melaksanakan
kegiatan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya. Seperti : dokter umum, dokter ahli
obgien, perawat, ahli gizi dan sebagainya.penatalaksanaan asuhan kebidanan selalu
diupayakan dalam waktu singkat dan seefektivitas mungkin,hemat dan berkualitas.
Implementasi meliputi : menginformasikan kepada pasien bahwa pasien dan janin dalam
keadaan baik,menjelaskan kepada pasien bahwa hal yang dikeluhkan adalah merupakan hal
yang fisiologis,menjelaskan kepada klien cara mengatasi keluhannya,menjelaskan kepada
pasien tentang kebutuhan-kebutuhan yang belum dimengerti oleh pasien dan merencanakan
waktu kunjungan berikutnya.
Tabel Implementasi :

Tanggal Implementasi Paraf

3.7 EVALUASI
Evaluasi : Tindakan intelektual untuk melengkapi manajemen kebidanan berdasarkan
tujuan yang kita lakukan.
Tujuan : Melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
Dalam asuhan kebidanan evaluasi sangat berperan terutama menetapkan tindakan kebidanan
untuk mengatasi masalah pasien. Dalam evaluasi kebidanan kita mengunakan SOAP :
S (subyektif) : Data yang diperoleh dari hasil wawancara dari klien, rekam medik.
O (Obyektif) : Data dari hasil pemeriksaan oleh petugas.
A (Assesment) : Kesimpulan dari hasil pemeriksaan.
P (Planning) : Rencana yang akan dilakukan sebagai evaluasi dari rencana yang sudah
berhasil maupun yang belum berhasil

BAB 4
TINJAUAN KASUS

18
1. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 09 Maret 2011 Pukul : 16.30 WIB

A. Data Subyektif
1. Identitas
Nama Istri : Ny. M Nama Suami :Tn.K
Umur : 26 th Umur : 30 th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/ bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMU Pendidikan : PT
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Ds. Keyongan, moropelang
Status Perkawinan : nikah 1X, umur nikah 21 th, lama nikah 5 th
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan payudaranya bengkak, keras dan panas serta nyeri
3. Riwayat Keluhan Utama
Ibu mengatakan payudaranya bengkak, keras dan panas sejak tanggal 08-03-2011. Ibu
mengatakan payudaranya bertambah sakit jika ASI tidak dikeluarkan.
4. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus : 30 hari / teratur
Lama : 6 7 hari
Jumlah : hari 1-3 ganti pembalut 3X/hari, hari 4-6 ganti pembalut 2X/hari
Dusmenorhea : tidak pernah
Flour albus : tidak pernah
5. Riwayat Kehamilan
TM I TM II TM III
ANC 1X di bidan, UK 3 bulan 2X di bidan UK 5 dan 6 bulan 3X di bidan UK 7,8, dan 9 bulan
Keluhan Mual,muntah Tidak ada keluahan Tidak ada keluhan
TT - TT1 UK 4 bln, TT2 UK 5 bln -
Pengobatan Vitamin dan obat anti Vitamin dan tablet tambah Vitamin dan tablet tambah darah
mual darah

6. Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas, dan anak yang lalu

19
No Kehamilan Persalinan Anak Nifas Menete KB
ki
Suami UK Penyulit Jenis Penyulit Pnlng L/P BB/PB H/M

1 1 9 bln - normal - Bidan L 3100/49 H:5th normal 2th Suntik 3


bulan
2 1 9bln - Normal - Bidan Nifas ini

7. Riwayat persalinan sekarang dan keadaan bayi


Riwayat Persalinan
Kala I : kenceng-kenceng sering mulai tgl/ jam : 06-03-2011pukul : 09.00 wib
3cm, pukul 15.15 wib 10cm.
Lama kala I : 6 jam 15 menit
Kala II : tgl 06-03-2011pukul 15.35 wib, bayi lahir Spt B, langsung menangis BB/PB
3000gr/50cm, jenis kelamin : laki-laki, langsung menangis.
Lama Kala II : 20 menit
Kala III : tgl 06-03-2011jam 15.45 wib, placenta lahir spontan lengkap.
Lama Kala III : 10 menit

8. Riwayat kesehatan yang lalu


Ibu tidak pernah menderita dan tidak sedang menderita penyakit menular (TBC,
hepatitis), penyakit menahun (jantung, ginjal, hipertensi), penyakit menurun (DM,
hipertensi). Ibu tidak pernah dioperasi.
9. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga ibu tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit menular (TBC,
hepatitis), penyakit menahun (jantung, ginjal, hipertensi), penyakit menurun (DM,
hipertensi).
10. Pola Kebiasaan Sehari hari
a. Pola Nutrisi
Selama Hamil
Makan 3x/hari dengan porsi 1 piring sedang, komposisi nasi, sayur dan lauk pauk,
kadang buah. Minum 5-6 gelas/hari air putih.
Nifas hari ke 3:
Makan 3x/hari dengan porsi 1 piring sedang, komposisi nasi, sayur dan lauk pauk,
kadang buah. Minum 6-7 gelas/hari air putih
b. Pola Eliminasi
Selama Hamil
BAK 4-5x/ hari warna kuning jernih, lancar dan tidak ada keluhan
BAB 1x/ hari warna kuning, konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan, bau khas
dan tidak ada keluhan
Nifas hari ke 3:

20
BAK 4-5 x/ hari warna jernih, lancar dan tidak ada keluhan. BAB baru 1x
konsistensi keras, tidak panas, tidak nyeri
c. Pola Aktivitas
Selama Hamil
Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, menyapu, dan
mencuci, serta mengurus anak.
Nifas hari ke 3:
Ibu berjalan-jalan dan menyusui bayinya, ibu melakukan pekerjaan runah tangga.
d. Pola Istirahat Tidur
Selama Hamil
Ibu tidur siang 2 jam dan 7-8 jam tidur malam.
Nifas hari ke 2
Ibu tidak pernah tidur siang dan 6-7 jam tidur malam
e. Pola Personal Hygiene
Selama Hamil
Mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, ganti baju dan celana dalam 2x/ hari sesudah
mandi, keramas 3X/minggu.
Nifas hari ke 3
Mandi 2x/hari, gosok gigi 2x/hari, ganti baju dan celana dalam 2x/ hari sesudah
mandi, keramas 3X/minggu.
f. Pola hubungan seksual
selama hamil : ibu mengatakan melakukan hubungan sexual 1X/bulan.
Nifas hari ke 3 : ibu belum melakukan hubungan sexual.
11. Riwayat Psikososial dan Budaya
Ibu sangat senang dengan kelahiran anak keduanya. Ibu mengatakan anak yang
dilahirkan direncanakan, semua anggota keluarga meneriama kehamilannya. Ibu
berencana mengasuh bayinya sendiri. Ibu tinggal bersama suami dan anaknya. Ibu
berencana menyusui bayinya segera setelah pulang dari BPS dan menyusui 2 th. Ibu
berencana akan ikut KB suntik 3 bulan.
12. Latar belakang sosial budaya
Ibu mengatakan tidak tarak makanan, minuman ataupun pekerjaan, bagi ibu selama itu
aman dan tidak berlebihan. Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suaminya,
tetapi biasanya ibu diajak berunding dahulu sebelum memutuskan sesuatu.

Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum

21
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Compos metis
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/ menit
Suhu : 36,6 o C
RR : 20 x/mnt
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Warna rambut hitam, ikal, distribusi merata, tidak ada luka, bersih dan tidak
berketombe, tidak ada benjolan abnormal, tidak rontok.
Muka :Bentuk wajah oval, simetris,tidak pucat, tidak ada oedema
Mata : tidak juling, tidak ada sekret,warna sklera putih terdapat gambaran tipis
pembuluh darah, conjungtiva berwarna merah muda, reflek pupil isokor.
Hidung : Tidak ditemukan pernafasan cuping hidung, mukosa lembab dan tidak ada
polip, tidak ada secret.
Mulut : bibir lembab tidak ditemukan cianosis. Gigi tidak ada caries, tidak ada gigi
palsu, lidah lembab,tidak berslag, tidak hiperemi dan tidak tremor, tidak ada
pembesaran tonsil (T1)
Telinga : simetris, telinga bersih, tidak ada serumen, membran timpani putih mengkilap,
tidak ada benjolan abnormal.
Leher : tidak ada kaku kuduk, tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid dan lymfe
Dada : bentuk dada bulat datar, gerakan dada simetris, tidak retraksi intrcoste, BJ I, II
normal, tidak ada suara tambahan (ronki, rales wheezing)
Payudara : Asimetris, adanya hiperpigmentasi, bersih, putting susu datar, bengkak, keras,
ASI keluar sedikit, tidak ada benjolan abnormal, konsistensi padat, nyeri
tekan.
Perut : Tidak ada bekas operasi,dinding perut longgar, ada strie albican, tidak ada nyeri
tekan epigastrik, tidak ada pembesaran lien/hepar, kontraksi uterus baik
konsistensi keras, TFU simpisis pusat, kandung kemih kosong.
Genetalia : Bersih, tidak ada oedema, tidak ditemukan varices, tidak ditemukan benjolan
abnormal, keluar lochea rubra pembalut, perineum tidak ada luka bekas
episiotomi. Anus tidak ada hemoroid.
Ekstremitas : atas : Tidak ada oedem, tidak ada keterbatasan gerak, turgor kulit kembali < 1
detik, kuku merah muda, jumlah jari 10, tidak ada sindaktil dan polidaktil.
Bawah :panjang simetris, tidak odem, tidak ada keterbatasan gerak, kuku merah muda, tidak
ada varices, tidak ada tromboplebitis femoralis, jumlah jari 10, tidak ada
sindaktil dan polidaktil.
3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

22
II. Interpretasi Data Dasar
Dx : P2002 Post partum hari ke 3 dengan bendungan ASI
DS : Ibu mengatakan asinya keluar sedikit
Ibu mengatakan payudaranya bengkak, keras, panas dan nyeri
DO :
Putting susu datar, bengkak, keras, panas dan nyeri
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Compos metis
TTV :TD : 120/80 mmHg Nadi : 84 x/ menit
Suhu : 36,6 o C RR : 20 x/mnt
TFU simpisis- pusat,
Kontraksi uterus baik dan mengeras
Lochea rubra pembalut,tidak berbau
III. Antisipasi Masalah Potensial
infeksi
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
Tidak ada
V. Perencanaan Menyeluruh
Dx : P2002 Post partum hari ke 3 dengan bendungan ASI
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 30 jam diharapkan ibu dapat mengerti
penjelasan bidan. Dengan kriteria hasil :
- Ibu dapat mengerti penjelasan bidan dan bersedia melakukan anjuran
- Ibu dapat menjelaskan kembali
Intervensi :
1. Ciptakan suasana yang terapeutik
R/ klien lebih kooperatif dan dapat bekerja sama dengan baik.
2. Beritahu keadaan kesehatan ibu
R/ pengetahuan adekuat, ibu lebih kooperatif dalam menerima asuhan
3. Anjurkan ibu untuk merawat payudara secara teratur
R/ perawatan payudara teratur, produksi ASI lancar.
4. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
R/ menyusui secara rutin, mengurangi terjadinya bendungan payudara
5. berikan ibu antibiotik dan analgesik
R/ antibiotik mencegah infeksi, analgesik mengurangi nyeri.

23
VI. Implementasi
No Tanggal/jam Implementasi
1 09-03-2011 Menciptakan suasana yang terapeutik dengan bahasa yang sopan
pkl. 16.30 wib dan suara yang lembut
2 Memberitahu keadaan kesehatan ibu bahwa ibu mengalami
Pkl 16.40 wib
bendungan ASI karena ASI yang keluar tidak lancar.
3 pkl. 16.45wib Menganjurkan pada ibu untuk perawatan payudara
Menjaga payudara tetap bersih dan kering
Menggunakan BH yang menyokong payudara
Mengeluarkan ASI sedikit dan dioleskan sekitar putting
susu setiap sebelum menyusui dan selesai menyusui
ASI bisa dikeluarkan dan diminumkan ke bayi dengan
sendok atau botol
Apabila payudara bengkak, lakukan :
- Komnpres payudara dengan kain basah dan hangat
selama 5 menit
- Urut payudara dari arah pangkal menuju putting
- Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara
sehingga putting susu menjadi lunak
- Letakkan kain dingin pada payudara setelah
menyusui
- Payudara dikeringkan
4 Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
Pkl. 16.55 wib
yaitu tiap 2-3 jam sekali atau setiap kali bayi menangis
5 Memberikan ibu antibiotik dan analgesik
Pkl. 17.00 wib Amoxilin 500 mg (1 tablet)
Asam mefenamat 500 mg (1 tablet

VIII. Evaluasi
Tanggal 09-03-2011 Pukul 17.10 WIB
S : Ibu mengatakan sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
Ibu mengatakan sudah bisa merawat payudaranya
Ibu mengatakan akan melaksanakan apa yang telah dianjurkan
O : Ibu dapat mengulang kembali penjelasan yang diberikan tentang perawatan payudara,
obat yang diminum dan kunjungan ulang
A : P2002 post partum hari ke 3 dengan bendungan ASI tujuan tercapai
P : - Anjurkan ibu untuk kontrol 1 minggu lagi atau sewaktu-waktu bila keluhan semakin
berat
- Anjurkan ibu untuk imunisasi bayinya di puskesmas atau tenaga kesehatan terdekat

BAB 4

24
PEMBAHASAN

I. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
obstetric, Auskultasi, Perkusi.
Dari hasil pengkajian pengkajian di dapatkan data focus yaitu:
- Dari hasil anamnesa didapatkan data subyektif sebagai berikut :
Ny M P2002 post partum hari ke 3 dengan bendungan ASI
Tanggal bersalin :06-03-2011
Hal ini berdasarkan teori Sulaiman Sastrawinata tahun 1984, bahwa
pemeriksaan ibu hamil meliputi:
a) Anamnesa
- Nama, umur, pekerjaan, nama suami, agama, agama alamat
- Keluhan utama
- Tentang haid
- Tentang perkawinan
- Kehamilan sekarang
- Anamnesa keluarga
- Kesehatan badan
b) Pemeriksaan
- Pemeriksaan umum
- Pemeriksaan involusi uteri,meliputi inspeksi dan palpasi

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Dari hasil data focus di atas dapat di ambil diagnosis Ny.M P2002 post partum hari ke 3
dengan bendungan ASI . Hal ini berdasarkan teori , bahwa membuat diagnosa harus mampu
menjawab pertanyaan:
- KU penderita
- Anak hidup atau mati
- Anak tunggal atau kembar
- Gangguan rasa nyaman (After Pain)
- Involusi uteri
- Luka jahitan

III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


25
Dari interpretasi data dasar di atas maka antisipasi masalah potensial yang mungkin
terjadi tidak ada karena Ny.Madalah nifas patologis sehingga di harapkan dengan di
berikannya asuhan yang berkualitas maka masalah potensial/ komplikasi tidak akan terjadi.
Menurut Lynda Juall tahun 2000 bahwa masalah potensial adalah masalah yang nyata
akan terjadi jika tidak di lakukan intervensi, dimana masalah belum ada tetapi etiologi dan
factor resiko sudah ada.
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Dari antisipasi masalah potensial di atas oleh karena Ny.M post partum hari ke 3
dengan bendungan ASI, maka identifikasi kebutuhan segera tidak di lakukan.
Menurut teoti varney tahun 2004 bahwa identifikasi kebutuhan segera di lakukan jika
dalam data-data yang di peroleh mengindikasikan situasi kedaruratan, yang mengharuskan
mengambil tindakan secara cepat untuk menyelamatkan nyawa ibu.
V. PERENCANAAN
Dari data focus di atas, maka rencana yang dapat dilakukan adalah:
1. Lakukan pendekatan terapeutik
2. Observasi involusi uteri
3. Jelaskan hasil pemeriksaan
4. Jelaskan pada ibu manfaat mobilisasi dini
5. Observasi TTV
6. Ajarkan ibu cara perawatan vulva
7. Berikan terapi Leomoxyl, Ponsamic, Inhibion, Linnoril
Menurut Ida Bagus Gde manuaba tahun 2007, bahwa standart asuhan pada Post Partum yaitu:
1) Nasihat tidak perlu diet dan makan dengan menu seimbang
2) Observasi penyakit yang dapat mempengaruhi terjadinya komplikasi nifas
3) Observasi involusi uteri
4) Rujukan atau konsultasi untuk mengatasi komplikasi.
VI. IMPLEMENTASI
Berdasarkan rencana tindakan di atas, maka pelaksanaannya di sesuaikan dengan kondisi
dan situasi dan semua rencana yang di susun dapat dilaksanakan semua selama asuhan.
Menurut Lynda Juall tahun 2000 bahwa implementasi merupakan pelaksanaan rencana
tindakan
VII. EVALUASI
Dari pelaksanaan rencana yang telah dilakukan dapat di evaluasi bahwa ibu telah
memahami penjelasan yang telah di berikan oleh bidan
Menurut Lynda Juall tahun 2000 bahwa evaluasi formatif adalah pengamatan
perawat/bidan dan analisa respon pasien segera setelah di lakukan intervensi.

26
BAB 5

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. M, dapat ditarik beberapa
kesimpulan :

1. Dalam melakukan pengkajian diperlukan adanya ketelitian, kepekaan dan peranan dari
ibu nifas sehingga diperoleh data yang menunjang untuk mengangkat diagnosa
kebidanan.

2. Dalam analisa data dan menegakkan diagnosa kebidanan pada dasarnya mengacu pada
tinjauan pustaka & adanya perubahan serta keseimbangan dengan tinjauan pustaka
tergantung pada kondisi ibu nifas.

3. Pada dasarnya perencanaan yang ada pada tinjauan pustaka tidak semuanya dapat
direncanakan pada tinjauan kasus nyata, karena dalam perencanaan disesuaikan dengan
masalah yang ada pada saat itu, sehingga masalah yang ada pada tinjauan pustaka tidak
akan direncanakan jika tidak ada tinjauan kasus nyata.

4. Pada dasarnya pelaksanaan merupakan perwujudan dari perencanaan akan tetapi tidak
dilaksanakan seperti perawatan payudara dalam kasus nyata hanya dilakukan penyuluhan
saja sehingga klaien melakukan sendiri dirumah sesuai petunjuk.

5. Setelah penulisan mengadakan evaluasi pada Ny. M, maka sebagian dari semua masalah
dapat diatasi. Keberhasilan dalam mengatasi masalah klien didukung oleh beberapa
faktor diantaranya sarana yang memadai, adanya tindakan yang yang komprehensif serta
adanya kesadaran klien.

B. SARAN

1. Bagi Petugas

Bidan dalam fungsinya sebagai pelaksana pelayanan kebidanan harus meningkatkan


kemampuan dan keterampilan yang dimiliki serta harus memiliki kepribadian yang baik
sehingga dapat bekerja sama dengan petugas kesehatan yang lain, klien dan keluarga.

27
2. Bagi klien.

Klien harus dapat bekerja sama dengan baik dengan tenaga kesehatan agar keberhasilan
dalam asuhan kebidanan dapat tercapai serta semua masalah klien dapat terpecahkan.

3. Bagi pendidikan.

Tenaga kesehatan yang berada disuatu intansi kesehatan supaya lebih memperhatikan dan
memberikan bimbingan kepada calon tenaga kesehatan pada umumnya.

4. Bagi BPS.

Puskesmas harus berusaha untuk mempertahankan pelayanan yang sudah ada dan selalu
berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien serta memberikan
bimbingan kepada calon tenaga kesehatan yang merupakan generasi penerus dan tonggak
estafet dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya kesehatan ibu
dan anak.

28
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGIS
PADA NY M, P2002, POST PARTUM HARI KE 3
DENGAN BENDUNGAN ASI
DI BPS Sutinyati Amd.Keb

MAHASISWA
ANA SHOFIAH
NIM . 08.02.02.0499

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2011

29

Вам также может понравиться