Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
LANDASAN TEORI
Persalinan biasa atau normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada
kehamilan cukup bulan (aterm), pada janin terletak memanjang dan presentasi
belakang kepala, yang disusul dengan pengeluaran plasenta, dan seluruh proses
kelahiran itu berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa tindakan/
pertolongan buatan, dan tanpa komplikasi (Suradji, 2005).
5
6
2. Persalinan preterm
a. Etiologi
1) KPD
kelainan letak misalnya letak lintang sehingga tidak ada bagian terendah
yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan
terhadap membran bagian bawah (Kamisah: 2009).
2) Infeksi
Infeksi intrauterin meliputi korioamnionitis, infeksi intraamnion,
amnionitis, merupakan infeksi akut pada cairan ketuban, janin dan selaput
korion yang disebabkan oleh bakteri. Ada sekitar 25 % infeksi intrauterin
disebabkan oleh ketuban pecah dini. Makin lama jarak antara ketuban
pecah dengan persalinan, makin tinggi pula resiko morbiditas dan
mortalitas ibu dan janin. Hal ini ditambah lagi dengan perubahan suasana
vagina selama kehamilan yang menyebabkan turunnya pertahanan
alamiah terhadap infeksi. Pada umumnya infeksi intrauterin merupakan
infeksi yang menjalar keatas setelah ketuban pecah. Bakteri yang
potensial patogen (aerob, anaerob) masuk kedalam air ketuban,
diantaranya adalah (1) streptococcus golongan B, (2) Escherichia coli, (3)
streptococcus anaerob, dan (4) spesies bacteroides. Korioamnionitis dapat
terjadi jauh sebelum persalinan memasuki fase aktif atau malahan
sebelum trimester ketiga. Antara infeksi dan persalinan preterm terdapat
interaksi: korioamnionitis-pembebasan prostaglandin-partus prematurus-
pembukaan serviks uteri-korioamnionitis. Setelah terjadi invasi
mikroorganisme ke dalam cairan ketuban, janin akan terinfeksi karena
janin menelan atau teraspirasi air ketuban, ditandai dengan terjadinya
takikardi yaitu denyut jantung bayi > 160 kali permenit ( Cunningham et
al, 2005).
3) Kelainan Uterus
4) Vaginosis Bakterialis
Vaginosis bakterialis adalah sebuah kondisi ketika flora normal
vagina predominan-laktobasilus yang menghasilkan hidrogen peroksida
digantikan oleh bakteri anaerob Gardnerella vaginalis, spesies
Mobiluncus, dan Mycoplasma hominis. Vaginosis bakterialis telah lama
dikaitkan dengan kelahiran preterm spontan, ketuban pecah preterm,
infeksi korion dan amnion, serta infeksi cairan amnion ( Cunningham et al,
2005).
5) Komplikasi medis dan obstetris
Beberapa komplikasi langsung dari kehamilan yaitu
preeklampsia/eklamsia, ketuban pecah dini, perdarahan antepartum dan
lain-lain. Keadaan tersebut dapat mengganggu kesehatan ibu dan
pertumbuhan janin dalam kandungan sehingga meningkatkan resiko
kelahiran bayi prematur. Preeklamsia/eklampsia pada ibu hamil
mempunyai pengaruh langsung terhadap kualitas janin karena terjadi
penurunan darah ke plasenta yang mengakibatkan janin kekurangan nutrisi
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin. Sedangkan, perdarahan
antepartum yaitu keadaan perdarahan yang keluar dari vagina ibu hamil
pada usia kehamilan lebih dari 28 minggu, dapat diakibatkan oleh dua hal
yaitu plasenta previa (plasenta menutupi sebagian atau seluruh mulut
rahim) dan solusio plasenta (plasenta terlepas dari tempat melekatnya)
yang diakibatkan oleh suatu sebab seperti trauma/ kecelakaan dan tekanan
darah tinggi, dapat mengancam nyawa ibu maupun janin sehingga
9
b. Faktor Resiko
1) Umur ibu
2) Paritas
Pada ibu dengan primipara yaitu wanita yang melahirkan bayi hidup
untuk pertama kalinya, maka kemungkinan terjadinya kelainan dan
komplikasi cukup besar baik pada kekuatan his (power), jalan lahir
(passage) dan kondisi janin (passager). Menurut sebuah penelitian Dewi
Ana Sari dan Wewengkang Margaretha di Rumah Sakit WS Makassar
tahun 2004-2005, persentase tertinggi karakteristik ibu dengan persalinan
preterm adalah dengan paritas 0 atau primipara yaitu sebanyak 44,93%.
Tabel 1 Reccurent Spontaneous Preterm Births According to Prior Outcome in 15.863 Women
Delivering Their First and Subsequent Pregnancies at Parkaland Hospital. Adapted from Bloom and
associates 2001
Dapat pula digunakan sistem skoring terhadap faktor resiko ibu hamil
sebagai berikut:
a. Skor pelvik menurut Bishop
Tabel 2. Skor pelvik menurut bishop
Nilai 0 1 2 3
Dilatasi Serviks 0 1-2 cm 3-4 cm >4 cm
Penipisan serviks 0-30% 40-50% 60-70% >70%
Station -3 -2 -1 0
Konsistensi Kenyal Medium Lunak
serviks
Posisi serviks Posterior Medial Anterior
Nilai 1 2 3 4
Kontraksi Tidak teratur Teratur - -
Ketuban Utuh Pecah diatas /tidak - Pecah
jelas dibawah
Perdarahan Spotting Banyak
Dilatasi 1 cm 2 cm 3 cm 4 cm
Serviks
13
a. Patogenesis Infeksi
b. Vaginosis Bakterial
Adopted from: Lockwood CJ, Kuczynski E. Risk stratification and pathological mechanisms in
preterm delivery. Paediatr Perinat Epidemiol. 2001;15 Suppl 2:78-89.
5. Gejala Klinis
Selain kontraksi uterus yang nyeri atau tidak terasa nyeri, gejala-gejala
seperti tekanan pada panggul, kram seperti saat menstruasi, duh vagina cair atau
berdarah, dan nyeri punggung bawah secara empiris berkaitan dengan kelahiran
preterm yang membakat (Cunningham et al, 2005).
17
6. Diagnosis
a. Anamnesa
Untuk menentukan apakah seorang ibu hamil terancam persalinan
preterm atau tidak, dapat ditegakkan melalui beberapa kriteria meliputi:
a) Usia kehamilan antara 20-37 minggu lengkap atau antara 140-259 hari.
b) Kontraksi uterus (His) teratur, pastikan dengan pemeriksaan inspekulo
adanya pembukaan dan servisitis. Kontraksi uterus sendiri dapat
18
b. Pemeriksaan penunjang
Menurut Jefferson (2004) adapun pemeriksaan penunjang yang sering
dilakukan antara lain:
a) Laboratorium
- Pemeriksaan kultur urine
- Pemeriksaan gas dan PH darah janin
- Pemeriksaan darah tepi ibu:
1) Jumlah leukosit
2) C-reactive protein. CRP terdapat pada serum penderita yang
menderita infeksi akut dan dideteksi berdasarkan
kemampuannya untuk mempresipitasi fraksi polisakarida
somatik nonspesifik kuman pneumococcus yang disebut fraksi
C. CRP dibentuk di hepatosit sebagai reaksi terhadap IL-1, IL-
6, TNF.
b) Amniocentesis
- Hitung leukosit
- Pewarnaan Gram bakteri (+) pasti amnionitis
- Kultur
- Kadar IL-1, IL-6
- Kadar glukosa cairan amnion
c) Fetal Fibronectin
Fetal fibronectin adalah glikoprotein yang dihasilkan dalam 20
bentuk molekul dari berbagai jenis sel antara lain hepatosit, fibroblas,
sel endothel serta amnion janin. Kadar yang tinggi dalam darah
maternal serta dalam cairan amnion diperkirakan berperan dalam
adhesi interseluler selama implantasi dan dalam mempertahankan
adhesi plasenta pada desidua. Deteksi fibronectin dalam cairan
sevikovaginal sebelum adanya ketuban pecah adalah marker adanya
partus pretermus iminen. Pemeriksan fetal fibronektin dilakukan
dengan metode enzyme linked immunosorbent assay dan nilai diatas 50
ng/ml dianggap sebagai hasil positif. Pemeriksaan fibronectin bahkan
pada kehamilan 8-22 minggu merupakan prediktor kuat untuk
20
7. Diagnosis Differensial
8. Penatalaksanaan
a. Tokolitik
Agen tokolitik yang sering digunakan dan bermanfaat dalam
memperlama kehamilan meliputi; agonis, ritodrine, kalsium kanal bloker
contohnya, nifedipine, antagonis oksitosin (atosiban), obat anti-inflamasi
non-steroid (NSAID), contoh indometasin atau inhibitor kerja otot uterus
(progesteron). Pada keadaan dimana terjadi dilatasi serviks < 4cm, sebaiknya
persalinan dimulai setelah 24-48 jam memberikan waktu untuk pemberian
steroid pada ibu atau ibu dibawa ke ruang intensif neonatus (Michael, 2010).
22
b. Kortikosteroid
Menurut Wiknjosastro (2008) kortikosteroid diberikan untuk
percepatan pematangan paru.
1) Betamethasone 12 mg IM tiap 24 jam selama 48 jam
2) Dexamethasone 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam
c. Antibiotika
Terapi antibiotika pada kasus persalinan preterm diperkirakan oleh
sebagian besar ahli tidak memberikan manfaat dalam menghambat persalinan
preterm. Pemberian antibiotika bermanfaat untuk mencegah infeksi pada
kasus ketuban pecah dini. Terapi pilihan utama adalah penisilin dan
24
a. Penundaan persalinan
Ibu dirawat inap dan dilakukan evaluasi terhadap his dan pembukaan.
Kemudian untuk mempercepat kematangan paru janin diberikan
kortikosteroid dengan 2 dosis betamethason 12 mg IM selang 12 jam (atau
berikan 4 dosis deksamethason 5 mg IM selang 6 jam). Steroid tidak boleh
diberikan bila ada infeksi yang jelas (JNRPKKR, POGI, 2002).
25
b. Persalinan Berlanjut
9. Penyulit
10. Komplikasi
Menurut Nelson (2000) bayi berat badan lahir rendah (BBLR) dibagi
menjadi dua golongan, yaitu:
a. Prematuritas murni, yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa
disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
Bayi-bayi prematur ini merupakan bayi yang lahir secara preterm. Menurut
kurva pertumbuhan janin (lihat gambar 3) terdapat 3 golongan prematur
yaitu:
a) BKB SMK (sesuai dengan masa kehamilan)
b) BKB KMK (kecil untuk masa kehamilan)
c) BKB BMK (besar untuk masa kehamilan)
b. Dismaturitas/Imaturitas, yaitu bayi yang baru lahir dengan berat badan
lahirnya kurang dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk masa
gestasi bayi itu. Hal ini biasanya menandakan bahwa bayi tersebut
mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang
kecil untuk masa kehamilannya (KMK). Dismaturitas dapat terjadi pada
preterm, term, post-term (postmatur). Penyebab dari dismaturitas adalah
keadaan yang mengganggu pertukaran zat antara ibu dan janin.
Untuk menaksir umur atau lamanya masa gestasi baya pada saat bayi
dilahirkan untuk mengukur indeks maturasi neonatus salah satunya adalah
dengan skor Dubowitz dan Ballard. Ada dua hal yang dinilai meliputi kriteria
neurologis dan maturitas fisik.
1. Kriteria Neurologis
Cara menilai aktivitas neuromuskular:
a. Posture: dinilai bila bayi terlentang dan tenang.
b. Square window: tangan bayi difleksikan diantara ibu jari dan
telunjuk pemeriksa lalu diukur sudut antara hypothenar emirence
dengan forearm.
27
Total Gestational
Score Age, Weeks
10 20
-5 22
0 24
5 26
10 28
15 30
20 32
25 34
30 36
35 38
40 40
45 42
50 44
Primipara
Riw.preterm sebelumnya
Inkompetensia serviks
Asam Arakidonat >>
HAP
Distosia
Persalinan Preterm
Induksi persalinan
akibat gawat janin
31
Komplikasi
Kehamilan
II.4. HIPOTESIS