Вы находитесь на странице: 1из 8

Bahan Ajar Asambasa Menggunakan Konteks Bahan Pengawet

Makanan untuk Mengembangkan.... (Dian Farkhatus Solikha) ISSN 1412-565 X

BAHAN AJAR ASAM-BASA MENGGUNAKAN KONTEKS BAHAN PENGAWET


MAKANAN UNTUK MENGEMBANGKAN LITERASI SAINS SMK JURUSAN
TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN (TPHP)

Dian Farkhatus Solikha


Guru Bidang Studi Kimia SMK Negeri 2 Indramayu
farkhatusdian@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar asam-basa menggunakan konteks bahan pengawet makanan
yang dapat mengembangkan kemampuan literasi sains siswa SMK jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian
(TPHP) serta mengevaluasi kualitas bahan ajar tersebut berdasarkan validasi ahli, pengujian keterbacaan, dan
penilaian guru. Penelitian dimulai dengan pembuatan bahan ajar dengan pendekatan STL (Scientific Literacy
and Technology) kemudian disempurnakan dengan metode validasi dan pengembangan. Validasi yang digunakan
pada penelitian ini meliputi validasi ahli. Selain itu, bahan ajar juga melalui pengujian keterbacaan dan penilaian
guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa empat dimensi sains tertuang dalam bahan ajar, nilai CVR dan CVI
menunjukkan bahwa bahan ajar sangat sesuai digunakan dalam pembelajaran baik dalam pembelajaran kimia
adaptif maupun pembelajaran mata pelajaran produktif TPHP materi bahan tambahan makanan, persentase total
keterbacaan 75,3 % menunjukkan bahwa bahan ajar dapat digunakan untuk siswa SMK Jurusan TPHP karena
mudah untuk dipahami dan termasuk bahan ajar yang baik sekali merujuk pada hasil persentase penilaian guru
sebesar 98%. Kekuatan bahan ajar terletak pada aspek visualisasi (kalimat, ukuran huruf, jenis huruf, tampilan
gambar) dan aspek ketertarikan siswa dalam mempelajari materi produktif TPHP, sedangkan kelemahan bahan
ajar terletak pada aspek ketertarikan siswa dalam mempelajari materi kimia.
Kata Kunci: bahan ajar, literasi sains, validasi ahli, pengujian keterbacaan, penilaian guru

ABSTRACT
This research aim to yielding substance teach acid-base use food preservatives context to develop science literacy
for SMK Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (TPHP) and evaluate quality of substance teach based
on expert validation, examination reading, and teacher assessment. Research started with making substance teach
with model STL (Scientific Literacy and Technology) and then completed with method of and development.
Validation used at this research cover expert validation. Others, substance teach also through examination reading
and teacher assessment. Results of research show that four dimensions of science decanted in substance teach,
assess CVR and CVI show that substance teach very according to used in good study in chemical study of adaptif
and also productive subject study of additional TPHP substance food preservative., total percentage of reading
75,3 % show that student substance teach applicable to SMK Majors TPHP because easy to to be comprehended
and inclusive of substance teach which very well refer at result presentase assessment learn equal to 98%. Strength
of substance teach to lay in aspect visualizing ( sentence, size measure letter, letter type, appearance draw) and the
student interest aspect in learning productive items of TPHP. While feebleness of substance teach to lay in aspect
of interest of student in learning chemical items.
Keywords: substance teach, science literacy, validation expert, examination reading, teacher assessment

PENDAHULUAN bidang atau spesialisasi bidang keahlian dari


Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) SMK yang bersangkutan.
mempunyai karakteristik yang berbeda Sebagaimana yang tercantum dalam
dibandingkan dengan Sekolah Menengah Permendiknas No.23 tahun 2006 tentang
Atas (SMA), perbedaan tersebut terletak Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk
pada output atau lulusan yang dihasilkan. satuan pendidikan dasar dan menengah,
Output atau lulusan yang diharapkan di SMK bahwa Sekolah Menengah Kejuruan
adalah menghasilkan sumber daya manusia (SMK) menyelenggarakan pendidikan
yang kompeten di dunia kerja sesuai dengan yang mempunyai tujuan meningkatkan

59
Bahan Ajar Asambasa Menggunakan Konteks Bahan Pengawet
Makanan untuk Mengembangkan.... (Dian Farkhatus Solikha) ISSN 1412-565 X

pengetahuan dan keterampilan siswa untuk mengingat lulusan SMK harus mampu
menyiapkannya menjadi tenaga kerja tingkat menghadapi tantangan global di dunia usaha
menengah yang terampil, terdidik, dan dan dunia industri sebagai salah satu wujud
profesional. Selain itu, untuk mengembangkan aspek konteks dalam dimensi literasi sains.
diri sejalan dengan perkembangan ilmu Struktur kurikulum pendidikan kejuruan
pengetahuan dan teknologi guna menghadapi dalam hal ini Sekolah Menengah Kejuruan
tantangan global di dunia usaha dan dunia (SMK) membagi mata pelajaran ke dalam tiga
industri. kelompok, yaitu kelompok normatif, adaptif,
Semua tujuan tersebut dapat tercapai apabila dan produktif. Kelompok normatif adalah
siswa dapat menerapkan pengetahuan mata pelajaran yang dialokasikan secara
yang mereka dapatkan untuk memecahkan tetap yang meliputi Pendidikan Agama,
masalah di kehidupan sehari-hari. Literasi Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa
sains merupakan modal dasar bagi siswa Indonesia, Pendidikan Jasmani Olahraga
SMK untuk menghadapi tantangan global dan Kesehatan, dan Seni Budaya. Kelompok
dalam dunia usaha dan dunia industri tersebut. adaptif terdiri atas mata pelajaran Bahasa
Sesuai yang dikemukakan oleh Hayat dan Inggris, Matematika, IPA (Fisika, Kimia, dan
Yusuf (dalam Setiawati, 2013) bahwa literasi Biologi), IPS, Keterampilan Komputer dan
sains berkaitan dengan kapasitas siswa dalam Pengelolaan Informasi, dan Kewirausahaan.
memahami informasi proses terjadinya ilmu Kelompok produktif terdiri atas sejumlah
pengetahuan dan fakta dalam kehidupan mata pelajaran yang dikelompokkan dalam
sehari-hari dan kaitannya dengan masa yang Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi
akan datang, serta kemampuan menerapkan Kejuruan.
pengetahuan tersebut dalam kehidupan Mata pelajaran kimia di SMK merupakan
sehari-hari. mata pelajaran adaptif atau dapat disebut
Firman (2007) menyatakan bahwa literasi sebagai mata pelajaran pendukung. Sesuai
sains merupakan salah satu ranah studi dari dengan fungsi tersebut, mata pelajaran kimia
PISA (2009). Literasi sains menurut PISA seharusnya dapat memberikan kontribusi
(2009) berkaitan dengan bagaimana siswa terhadap pengembangan mata pelajaran
dapat menggunakan sains (kemampuan produktif. Namun berdasarkan penelitian
mengidentifikasi isu-isu ilmiah, menjelaskan pendahuluan yang dilakukan oleh Azizah
fenomena ilmiah, dan menggunakan fakta- (2013) menyatakan bahwa mata pelajaran
fakta ilmiah). Pengertian tersebut didasarkan kimia belum mampu mengakomodasi
pada pengetahuan yang harus dimiliki oleh kebutuhan penguatan konsep pada mata
siswa di usia 15 tahun (jenjang usia untuk pelajaran produktif. Pemaparan ini
siswa SLTP kelas IX). Definisi literasi sains menunjukkan bahwa pembelajaran kimia
menurut PISA 2009 tidak hanya berkaitan yang dilakukan selama ini kurang bermakna
dengan kemampuan pengetahuan sains, bagi siswa SMK. Pada kenyataannya, kimia
namun juga berkaitan dengan tiga dimensi sangat diperlukan dalam mengembangkan
besar literasi sains. Tiga dimensi tersebut kompetensi keahlian SMK Jurusan TPHP
mencakup konten (pengetahuan), konteks diantaranya dapat menunjang kepada
sains, dan proses (kompetensi) sains. kompetensi mengidentifikasi komoditas
Berdasarkan hasil PISA 2009 diketahui dan produk pangan, memahami kaitan mutu
bahwa kemampuan literasi sains siswa dengan produk, mengolah bahan pangan
Indonesia masih sangat rendah. Literasi sains menjadi berbagai produk pangan, mengemas
penting dikembangkan untuk siswa SMK, (packing) produk, dapat membuka usaha
di bidang pengolahan pangan, menerapkan

60
Bahan Ajar Asambasa Menggunakan Konteks Bahan Pengawet
Makanan untuk Mengembangkan.... (Dian Farkhatus Solikha) ISSN 1412-565 X

konsep berproduksi dengan baik (good (STL), maka bahan ajar yang dikembangkan
manufacturing practice), dan mengendalikan mengikuti model Scientific and Technological
keamanan pangan. Literacy (STL).
Jika mata pelajaran kimia adaptif mampu Beberapa penelitian mengenai bahan ajar
mengakomodasi kebutuhan mata pelajaran yang telah dilakukan diantaranya adalah
produktif maka pemahaman konsep yang sebagai berikut: (1) Penggunaan bahan ajar
diperoleh siswa akan lebih bermakna, berbasis multimedia interaktif pada tema
sehingga akan meningkatkan kemampuan perubahan iklim untuk meningkatkan literasi
literasi sains siswa SMK jurusan TPHP sains siswa SMP oleh Windyarni, 2011; dan
dalam memecahkan permasalahan yang (2) Pengembangan bahan ajar bermuatan
terkait. Kemampuan literasi sains ini perlu nano untuk mencapai literasi sains siswa
dikembangkan bagi siswa SMK jurusan melalui model rekonstruksi pendidikan oleh
TPHP sebagai kecakapan hidup di dunia Noer-Azizah, 2013.
kerja sehingga lulusan atau tamatan SMK Penelitian tersebut memiliki kesamaan
lebih berkompeten dan mampu berdaya saing dalam ranah pengembangan bahan ajar
secara global (nasional dan internasional). yang bertujuan untuk mengembangkan
Pemaparan sebelumnya menyatakan bahwa literasi sains. Adapun penelitian serupa
literasi sains mencakup tiga dimensi yaitu yang telah dilakukan pada jenjang SMK
konten (pengetahuan), konteks sains, dan dilakukan oleh Azizah (2013) mengenai pola
proses (kompetensi) sains. Literasi sains pengintegrasian mata pelajaran adaptif kimia
berkaitan dengan bagaimana siswa dapat di SMK pelayaran. Berdasarkan penelitian
mengaplikasikan konten (pengetahuan) tersebut, didapatkan informasi bahwa
dalam konteks yang terkait dengan terdapat banyak mata pelajaran kimia adaptif
kehidupannya. Berdasarkan analisis standar yang dapat diintegrasikan dengan produktif.
isi mata pelajaran kimia dan analisis Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
standar isi mata pelajaran produktif TPHP ini adalah 1) menghasilkan bahan ajar asam-
disimpulkan konten yang akan dikembangkan basa asam-basa menggunakan konteks
pada penelitian ini adalah konten asam- bahan pengawet makanan yang dapat
basa. Sementara itu, konteks yang dekat mengembangkan kemampuan literasi sains
dengan siswa SMK jurusan TPHP dan dapat siswa SMK Jurusan Teknologi Pengolahan
diakomodasi dengan konten asam-basa yaitu Hasil Pertanian (TPHP) dan 2) mengevaluasi
konteks bahan pengawet makanan. kualitas bahan ajar yang dikembangkan
Berdasarkan pemaparan di atas terlihat dalam penelitian berdasarkan hasil validasi
bahwa materi produktif ternyata dapat ahli, tingkat keterbacaan, dan hasil penilaian
diakomodasi dengan materi kimia adaptif, guru.
namun diperlukan suatu bahan ajar untuk
memvisualisasikannya. Bahan ajar tersebut
diharapkan dapat membantu siswa dalam METODE PENELITIAN
memahami secara utuh materi produktif Penelitian bahan ajar asam-basa
TPHP dan materi kimia adaptif sehingga menggunakan konteks bahan pengawet
pembelajaran kimia adaptif yang dilakukan makanan yang dapat mengembangkan
dapat sinergis dengan produktif TPHP. literasi sains siswa SMK ini dilakukan
Perwujudan pengambilan keputusan dari dengan metode pengembangan dan validasi.
literasi sains terhadap sains dan teknologi Penelitian diawali dengan mengembangkan
adalah Scientific and Technological Literacy bahan ajar mengikuti empat tahapan yaitu

61
Bahan Ajar Asambasa Menggunakan Konteks Bahan Pengawet
Makanan untuk Mengembangkan.... (Dian Farkhatus Solikha) ISSN 1412-565 X

proses seleksi, proses strukturisasi, proses Berikut ini adalah pemaparan mengenai
karakterisasi, dan proses reduksi. Bahan instrument yang digunakan pada penelitian
ajar yang dikembangkan mengikuti model ini.
STL (Scientific and Technological Literacy Instrumen validasi ahli. Instrumen
(STL). Bahan ajar yang telah dikembangkan digunakan untuk menvalidasi bahan ajar
kemudian melalui validasi. Validasi yang yang telah dirancang, sebagai langkah
digunakan pada penelitian ini yaitu validasi sebelum penyempurnaan bahan ajar. Bahan
ahli (dosen ahli, guru kimia, dan guru ajar divalidasi oleh validator yang berjumlah
produktif TPHP). enam orang, yaitu dua orang dosen, dua orang
Selain menggunakan validasi, bahan ajar ini guru kimia, dan dua orang guru produktif
juga melalui uji coba terbatas keterbacaan TPHP.
dan penilaian oleh guru produktif TPHP Instrumen keterbacaan bahan ajar.
dan guru kimia adaptif. Uji coba terbatas Keterbacaan bahan ajar diukur melalui
keterbacaan bahan ajar dilakukan kepada metode rumpang (Cloze Prosedure,),
siswa SMK Jurusan TPHP kelas XII ( 27 metode ini befungsi untuk mengukur
orang siswi dan 3 orang siswa). Sedangkan tingkat keterbacaan sebuah wacana dan
penilaian guru dilakukan oleh guru produktif menggambarkan kemampuan siswa terhadap
TPHP dan guru kimia adaptif. bahan bacaan. Pada penelitian ini, metode
Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa rumpang mengikuti langkah-langkah sebagai
data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif berikut :
yang telah terkumpul kemudian dianalisis a. memilih wacana yang berjumlah lebih
menggunakan statistika deskriptif. Menurut dari 250 kata.
Sugiono (2008), statistika deskriptif adalah
statistik yang digunakan untuk menganalisis b. pelesapan kata tidak bergantung pada
data dengan cara mendeskripsikan atau jarak lesapan atau penghilangan namun
menggambarkan data yang telah terkumpul bergantung pada jenis kata yang
sebagaimana adanya tanpa bermaksud dilesapkan.
membuat kesimpulan yang berlaku untuk c. kata yang dilesapkan atau dihilangkan
umum atau generalisasi. merupakan konten asam-basa dan
Subjek dan lokasi penelitian konteks bahan pengawet makanan

Subjek dalam penelitian adalah buku d. menuliskan angka (1), (2), (3), dan
ajar yang dikembangkan. Penelitian ini seterusnya pada awal kata yang
dilakukan di salah satu SMK di Kabupaten dihilangkan atau dilesapkan, kemudian
Indramayu. SMK tersebut memiliki tujuh mengganti kata yang dilesapkan atau
jurusan yaitu TPHP (Teknologi Pengolahan dihilangkan dengan tanda
Hasil Pertanian), NKPI (Nautika Kapal Instrumen keterbacaan bahan ajar ini
Penangkapan Ikan), TAB (Teknik Alat Berat), ditujukan untuk siswa SMK jurusan TPHP
JB (Jasa Boga), AP (Agrobisnis Perikanan), kelas XII yang telah mempelajari materi asam
RPL (Rekayasa Perangkat Lunak), dan TKJ basa (kimia) dan materi bahan tambahan
(Teknik Komputer Jaringan). makanan (produktif).
Instrumen Instrumen Penilaian Guru. Penilaian guru
Instrumen yang digunakan pada penelitian digunakan untuk mengetahui kelayakan
ini berupa instrumen validasi ahli, instrumen bahan ajar berdasarkan aspek visualisasi
keterbacaan bahan ajar,dan penilaian guru. (kalimat, ukuran huruf, jenis huruf, tampilan
gambar), aspek ketertarikan siswa dalam
62
Bahan Ajar Asambasa Menggunakan Konteks Bahan Pengawet
Makanan untuk Mengembangkan.... (Dian Farkhatus Solikha) ISSN 1412-565 X

mempelajari materi kimia, dan aspek dan referensi lainnya yang berkaitan dengan
ketertarikan siswa dalam mempelajari materi bahan pengawet makanan (lampiran 1.5).
produktif TPHP (Bahan pengawet makanan). Tahap kedua, setelah dilakukan proses
Guru yang menilai bahan ajar pada penelitian seleksi maka dilakukan proses strukturisasi.
ini terdiri dari dua orang guru kimia adaptif Proses strukturisasi bertujuan agar bahan
dan dua orang guru produktif TPHP. Jumlah ajar yang dibuat tidak mengandung konsep
pernyataan yang diajukan berjumlah sepuluh yang parsial. Selain itu poses strukturisasi
buah. bertujuan untuk memberikan kesesuaian
antara kebutuhan siswa SMK Jurusan
HASIL DAN PEMBAHASAN TPHP dengan isi bahan ajar tersebut.
Proses strukturisasi ini dilakukan pada teks
Pembuat bahan ajar diawali dengan melakukan konten asam-basa dan teks konteks bahan
telaah standar isi mata pelajaran kimia untuk pengawet makanan. Proses strukurisasi ini
memilih konten dan telaah standar isi mata menghasilkan teks gabungan konten asam-
pelajaran produktif TPHP untuk memilih basa dan teks gabungan konteks bahan
konteks. Setelah melakukan telaah standar pengawet makanan.
isi tersebut, peneliti menentukan asam-basa
sebagai konten dan bahan pengawet makanan Tahap ketiga kemudian melalui proses
sebagai konteks. Bahan ajar kemudian dibuat karakterisasi menjadi abstrak, kompleks, dan
melalui beberapa tahapan yaitu proses seleksi, rumit (lampiran 1.2) agar memudahkan dalam
proses strukturisasi, proses karakterisasi dan membuat bahan ajar yang sesuai dengan
proses reduksi hingga didapatkan teks dasar. karakteristik siswa SMK jurusan TPHP.
Ketentuan karakterisasi tersebut adalah teks
Tahap pertama setelah penentuan konten asam bersifat abstrak apabila teks tidak bersifat
basa dan konteks bahan pengawet makanan konkret, kompleks apabila teks tidak bersifat
maka dilakukan proses seleksi. Proses simple, dan rumit apabila teks tidak bersifat
seleksi yang dilakukan harus memenuhi sederhana. Setelah dilakukan karakterisasi
kriteria kebenaran secara keilmuan baik kemudian dilakukan reduksi.
pada konten asam-basa dan konteks bahan
pengawet makanan, keluasan dan kedalaman Tahap keempat kemudian melalui proses
materi yang disesuaikan dengan siswa SMK reduksi. Pada proses ini bahan ajar direduksi
Jurusan TPHP, perkembangan psikologis dan secara didaktis, dengan pertimbangan aspek
berfikir siswa SMK Jurusan TPHP, manfaat psikologis dan keilmuan, agar bahan ajar yang
bagi siswa SMK Jurusan TPHP sehingga telah mengalami reduksi ini dapat difahami
bahan ajar yang diberikan lebih bermakna, oleh siswa SMK Jurusan TPHP dengan
ketersediaan waktu yang disediakan oleh mudah. Pada proses reduksi dihasilkan bahan
kurikulum untuk menyampaikan bahan ajar ajar yang siap untuk divalidasi oleh ahli.
yang akan dibuat dan aspek keesensialan Dimensi literasi sains. Empat dimensi sains
konsep (konten asam basa dan konteks yaitu aspek konteks aplikasi sains (konteks)
bahan pengawet makanan). Proses seleksi ini berupa pemilihan makanan (bahan pengawet
bertujuan untuk mendapatkan bahan ajar yang makanan), aspek proses (kompetensi) sains
sesuai dengan kebutuhan siswa SMK Jurusan berupa mengidentifikasi pertanyaan ilmiah
TPHP. Proses seleksi untuk konten asan-basa dan menjelaskan fenomena secara ilmiah,
dilakukan dengan menganalisis empat buah aspek pengetahuan (konten) berupa asam
buku teks (lampiran 1.1), sedangkan untuk basa yang mengarah pada hubungan sains
konteks bahan pengawet makanan dilakukan dengan teknologi dan aspek sikap sains
seleksi pada teks bahan pengawet makanan berupa mendukung inkuiri ilmiah, percaya

63
Bahan Ajar Asambasa Menggunakan Konteks Bahan Pengawet
Makanan untuk Mengembangkan.... (Dian Farkhatus Solikha) ISSN 1412-565 X

diri sebagai pembelajar sains, ketertarikan dalam pembelajaran kimia adaptif maupun
terhadap sains, dan tanggung jawab terhadap pembelajaran mata pelajaran produktif TPHP
diri dan lingkungan.yang tertuang dalam materi bahan tambahan makanan.
bahan ajar asam-basa menggunakan konteks Keterbacaan bahan ajar. Terdapat tiga
bahan pengawet makanan melalui tujuan orang siswa yang hanya mampu menjawab
pembelajarannya. kurang dari 50%, selebihnya dapat menjawab
Validitas bahan ajar. Hasil perhitungan dengan benar lebih dari 50%. Tiga orang
CVI (0,99) menunjukkan bahwa materi siswa yang hanya mampu menjawab kurang
konten dan konteks yang terdapat pada dari 50% (tepatnya hanya 25%), melihat
bahan ajar sangat sesuai, konteks dan konten prestasi di kelas temasuk siswa yang kurang
sangat sesuai dengan tujuan pembelajaran, pandai dan siswa yang kehadirannya pun
materi sangat sesuai dengan tahapan STL, kurang. Berdasarkan data pendukung tersebut
penggunaan gambar, ilustrasi, simbol, dan maka dapat dinyatakan bahwa agar dapat
percobaan sesuai untuk bahan ajar, dan menjawab dengan benar kata yang dilesapkan
materi pada bahan ajar sangat sesuai dengan atau dihilangkan maka siswa harus paham
kemampuan siswa SMK. Allahyari,et all akan konten asam-basa dan konteks bahan
(2010) menyatakan bahwa untuk jumlah pengawet makanan. Persentase (%) total
responden enam orang maka nilai minimum keterbacaan bahan ajar menunjukkan 75,3%
untuk CVI diterima adalah 0,99. Berdasarkan siswa mampu menjawab dengan benar kata
hasil perhitungan validasi ahli didapatkan yang dilesapkan atau dihilangkan. Merujuk
nilai CVI 0,99 maka sesuai dengan nilai pada kategorisasi tafsiran sebaran siswa
minimum nilai CVI untuk diterima maka menurut Koentjoroningrat, maka presentase
bahan ajar dikatakan sangat sesuai pada (%) total 75,3% menyatakan bahwa sebagian
setiap aspek kesesuaian. besar siswa SMK Jurusan TPHP kelas XII
Hasil perhitungan CVI menunjukan bahwa mampu menjawab dengan benar pada tes
materi konten dan konteks yang terdapat pada ketebacaan bahan ajar menggunakan metode
bahan ajar sangat sesuai, konteks dan konten rumpang.
sangat sesuai dengan tujuan pembelajaran, Menurut Schlezinger (dalam Hardjasujana,
materi sangat sesuai dengan tahapan STL, 1996), persentase hasil tes rumpang sebesar
penggunaan gambar, ilustrasi, simbol, dan 75,3% diinterpretasikan bahwa kata yang
percobaan sesuai untuk bahan ajar, dan dilesapkan atau dihilangkan tergolong mudah,
materi pada bahan ajar sangat sesuai dengan sedangkan sebesar 24,7% diinterpretasikan
kemampuan siswa SMK. bahwa kata yang dilesapkan atau dihilangkan
Rata-rata CVI yang diperoleh untuk bahan tergolong sukar. Berdasarkan interpretasi
ajar asam-basa menggunakan konteks tesebut maka dapat dikatakan bahwa bahan
bahan pengawet makanan yang dapat ajar asam-basa menggunakan konteks
mengembangkan literasi sains SMK Jurusan bahan pengawet makanan yang dibuat
Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian pada penelitian ini dapat digunakan untuk
(TPHP) adalah sebesar 0,99. Berdasarkan siswa SMK Jurusan TPHP karena mudah
kategori nilai CVI maka bahan ajar asam- untuk dipahami. Penggunaan bahan ajar
basa menggunakan konteks bahan pengawet ini diharapkan dapat memudahkan siswa
makanan yang dapat mengembangkan literasi untuk memahami konten asam basa dan
sains SMK Jurusan Teknologi Pengolahan konteks bahan pengawet makanan, sehingga
Hasil Pertanian (TPHP) sangat sesuai pembelajaran kimia dapat mengakomodasi
untuk digunakan dalam pembelajaran baik pemahaman konsep pada produktif TPHP.

64
Bahan Ajar Asambasa Menggunakan Konteks Bahan Pengawet
Makanan untuk Mengembangkan.... (Dian Farkhatus Solikha) ISSN 1412-565 X

Sebagaimana yang dikemukakan pada Nilai CVR dan CVI menunjukkan bahwa
bab II yaitu bahan ajar merupakan sarana bahan ajar asam-basa menggunakan
belajar yang penting untuk siswa mencapai konteks bahan pengawet makanan yang
kompetensi secara runtut dan sistematis dapat mengembangkan literasi sains SMK
sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil
Penilaian guru. Secara rinci sebanyak Pertanian (TPHP) sangat sesuai (berkualitas)
100% guru menilai bahan ajar asam basa untuk digunakan dalam pembelajaran baik
menggunakan konteks bahan pengawet dalam pembelajaran kimia adaptif maupun
makanan termasuk bahan ajar yang baik pembelajaran mata pelajaran produktif TPHP
sekali dilihat dari ukuran dan jenis huruf materi bahan tambahan makanan.
yang tampilan gambar, pemanfaat space, dan Persentase (%) total keterbacaan bahan
aspek ketertarikan siswa dalam mempelajari ajar menunjukkan 75,3% siswa mampu
materi produktif TPHP (Bahan pengawet menjawab dengan benar kata yang
makanan). dilesapkan atau dihilangkan. Merujuk pada
Kekuatan bahan ajar asam basa menggunakan kategorisasi tafsiran sebaran siswa menurut
konteks bahan pengawet makanan menurut Koentjoroningrat, maka persentase (%) total
penilaian guru kimia adaptif dan guru 75,3% menyatakan bahwa sebagian besar
produktif TPHP terletak pada aspek visualisasi siswa SMK Jurusan TPHP kelas XII mampu
(kalimat, ukuran huruf, jenis huruf, tampilan menjawab dengan benar pada tes ketebacaan
gambar) dan aspek ketertarikan siswa dalam bahan ajar menggunakan metode rumpang.
mempelajari materi produktif TPHP (Bahan Menurut Schlezinger (dalam Hardjasujana,
pengawet makanan). Kelemahan bahan ajar 1996), persentase hasil tes rumpang sebesar
asam basa menggunakan konteks bahan 75,3% diinterpretasikan bahwa kata yang
pengawet makanan menurut penilaian guru dilesapkan atau dihilangkan tergolong
kimia adaptif dan guru produktif TPHP mudah. Berdasarkan interpretasi tesebut
terletak pada aspek ketertarikan siswa dalam maka dapat dikatakan bahwa bahan ajar asam-
mempelajari materi kimia. basa menggunakan konteks bahan pengawet
makanan yang dibuat pada penelitian ini
dapat digunakan untuk siswa SMK Jurusan
KESIMPULAN TPHP karena mudah untuk dipahami.
Empat dimensi sains yaitu aspek konteks Bahan ajar asam basa menggunakan konteks
aplikasi sains (konteks) berupa pemilihan bahan pengawet makanan yang dibuat pada
makanan (bahan pengawet makanan), penelitian ini termasuk bahan ajar yang baik
aspek proses (kompetensi) sains berupa sekali Arikunto (2006), merujuk pada hasil
mengidentifikasi pertanyaan ilmiah dan presentase penilaian guru sebesar 98%.
menjelaskan fenomena secara ilmiah, Kekuatan terletak pada aspek visualisasi
aspek pengetahuan (konten) berupa asam (kalimat, ukuran huruf, jenis huruf, tampilan
basa yang mengarah pada hubungan sains gambar) dan aspek ketertarikan siswa dalam
dengan teknologi dan aspek sikap sains mempelajari materi produktif TPHP (Bahan
berupa mendukung inkuiri ilmiah, percaya pengawet makanan), sedangkan kelemahan
diri sebagai pembelajar sains, ketertarikan bahan ajar terletak pada aspek ketertarikan
terhadap sains, dan tanggung jawab terhadap siswa dalam mempelajari materi kimia.
diri dan lingkungan.yang tertuang dalam
bahan ajar asam-basa menggunakan konteks
bahan pengawet makanan melalui tujuan
pembelajarannya.

65
Bahan Ajar Asambasa Menggunakan Konteks Bahan Pengawet
Makanan untuk Mengembangkan.... (Dian Farkhatus Solikha) ISSN 1412-565 X

DAFTAR PUSTAKA Hasil PISA Nasional Tahun 2006. Jakarta :


Puspendik.
Alami, Sarinur Fitri. (2012). Penerapan Model
Pembelajaran STM dalam Pokok Bahasan FHSST.(2008). Textbooks for High School Students
Kalor untuk Meningkatan Penguasaan Studying the Sciences Chemistry Grades 10
Konsep dan Literasi Sains Siswa SMA. 12. FSSHT
Tesis Magister pada Pascasarjana UPI Hardjasujana, Ahmad S. dan Yeti Mulyati. 1996.
Bandung : Tidak Diterbitkan. Membaca 2. Jakarta: Depdikbud.
Arifin, Mulyati, dkk. (2003). Strategi Belajar Hoolbork.(1998). A resource book for teachers of
Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Science subjects. Europe: UNESCO
Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Karen C. (2012). Chemistry An Introduction to
Arikunto, Suharsimi.(2006). Prosedur Penelitian. General, Organic, and Biological
Jakarta: PT Rineka Cipta. Chemistry- 11ed edition.Canada : Pearson
Arikunto, Suharsimi.(2007). Dasar-Dasar Evaluasi Koentjoroningrat.(1985). Metode Penelitian untuk
Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Masyarakat. Jakarta : Gramedia.
Azizah, Dewiantika. (2013). Pola Pengintegrasian Lawshe, C.H. (1975). A Quantitative Approach to
Mata Pelajaran Adaptif Kimia di Content Validity. Personel Pyshycology.
SMK Pelayaran. Tesis Magister pada 28, 563-575.
Pascasarjana UPI Bandung : Tidak
Diterbitkan. Noer-Azizah, Retzy. (2013). Pengembangan Bahan
Ajar Bermuatan Nano untuk Mencapai
BSNP. (2006). Permendiknas No.22 Tahun 2006 Literasi Sains Siswa Melalui Model
Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Rekonstruksi Pendidikan. Tesis Magister
Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. pada Pascasarjana UPI Bandung : Tidak
Jakarta : Depdiknas. Diterbitkan.
Bybee, Roger. (2009).Program for International OECD. (2007). Executive Summary PISA 2006:
Student Assessment (PISA) 2006 and Science Competencies for Tomorrows
Scientific Literacy: A Perspective For World. .USA : OECD-PISA.
Science Education Leaders. Vol.18, No.2
OECD. (2009). PISA 2009 Assessment Framwork : Key
Brenntag Food & Nutrition Europe.(2011). Food & Competencies in Reading, Mathematics,
Beverage Preservation. Germany. and Sciene.USA : OECD-PISA.
Chang, Raymond .(2006). Chemistry.U.S : Pearson Petruci Ralph.(2010).General Chemistry Principles
Dahar, R. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: and Modern Applications Tenth Edition.
Erlangga Canada : Pearson
DeBoer, Gorge. (2000). Scientific Literacy: Another Putrayasa, I.B. 2001. Penerapan Model Inkuiri dalam
Look at Its Historical and Contemporary Pembelajaran Bahasa Indonesia. Disertasi.
Meanings and Its Relationship to Science Bandung: UPI Bandung.
Education Reform. Journal Of Research In Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta
Science Teaching Vol. 37, No. 6, PP. 582- : Kencana Prenada Media Group
601.
Setiadi, Rahmat. (1995).Studi Penerapan Pedagogi
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Pedoman Materi-Subyek dalam Penulisan Buku Teks
Pembuatan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas MIPA untuk Mengembangkan Keterampilan
Dillon, Justin. (2009). On Scientific Literacy and Intelektual Mahasiswa FPMIPA IKIP
Curriculum Reform. International Journal Bandung. Laporan Penelitian. Bandung :
of Environmental & Science Education Vol Tidak diterbitkan.
4, No. 3, 201-203. Setiawati, Dwi Murni. (2013). Analisis Literasi Sains
Dweck,Anthony C.(2010). Natural Preservatives.UK: Guru Biologi SMA dan Penerapannya
Peter Black Medicare Ltd dalam Proses Mengembangkan LKS
Inkuiri. Tesis Magister pada Pascasarjana
Fernandez, I.Y. 2002. Pembelajaran Bahasa
UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.
Indonesia Menuju Sebuah Pendekatan
yang Sesuai dalam Telaah Bahasa dan
Sastra. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Firman, H. (2007) Analisis Literasi Sains Berdasarkan

66

Вам также может понравиться