Вы находитесь на странице: 1из 17

BAHAN MICROTEACHING

Menyusun kalimat majemuk


Kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih. Kalilmat
majemuk terbagi menjadi dua jenis, yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
a. Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang unsur-unsurnya memiliki hubungan setara atau
sederajat. Kalimat majemuk setara tidak memiliki anak kalimat. Kalimat majemuk setara ditandai dengan
konjungsi atau kata hubung lalu, dan, kemudian, atau, tetapi, sedangkan.
Contoh :
Penggabungan dari dua atau lebih kalimat tunggal sehingga kalimat yang baru mengandung dua atau
lebih pola kalimat.
Kakak menyapu lantai (kalimat tunggal I)
Ibu memasak di dapur (kalimat tunggal II)
Kakak menyapu lantai dan ibu memasak di dapur.

b. Kalimat majemuk bertingkat


Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang unsur-unsurnya tidak sederajat. Sebuah kalimat
tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa sehingga perluasan itu membentuk satu atau
lebih pola kalimat baru, di samping pola yang sudah ada. Salah satu unsurnya berfungsi sebagai induk
kalimat, dan unsur yang lain sebagai anak kalimat. Kalimat majemuk bertingkat ditandai oleh konjungsi
antara lain sejak, ketika, agar, karena, atau seandainya.
Misalnya:
Adik bermain boneka. (kalimat tunggal)
Gadis kecil berpita merah itu sedang bermain bola. (subjek pada kalimat pertama diperluas)
Ayah berangkat ke Surabaya ketika aku

1. Kalimat Majemuk Setara


Kalimat Majemuk Setara adalah kalimat majemuk yang terdidri atas beberapa kalimat yang setara
atau sederajat kedudukannya, yang masing-masing dapat berdiri sendri. Kalimat Majemuk Setara
dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu :

1. Kalimat majemuk setara sejalan

Kalimat majemuk setara sejalan ialah kaliamat majemuk setara yang terdiri atas beberapa kalimaT
tunggal yang bersamaan situasinya

Contoh : Juminten pergi ke pasar, Parno berangkat ke bengkel, sedang Ganes pergi ke kebun
binatang.

Penjelasan Contoh Kalimat majemuk setara sejalan diatas :


Kalimat tersebut adalah kalimat majemuk setara sejalan.

Kalimat 1 : Juminten pergi ke pasar.

Juminten = subjek

Pergi = predikat

Ke pasar = keterangan tempat

Kalimat 2 : Norif berangkat ke bengkel

Norif = subjek

Berangkat = predikat

ke bengkel = keterangan tempat

Kalimat 3 : Ganes pergi ke kebun binatang.

a. Ganes = subjek

b. pergi = predikat

c. ke kebun binatang = keterangan tempat

Catatan:
a. Kata-kata yang penghubung yang dapat dipakai dalam kalimat majemuk setara sejalan ialah: dan,
dan lagi, lagi pula, sedang, sedangkan, lalu, kemudian.
b. Dalam meguraikan menurut jabatannya, hendaknya selalu dibiasakan menempuh cara-car
sebagai berikut:

1. Kalimat yang hendak diuraikan dikutip lebih dahulu.

2. Memberi nama kalimat yang akan diuraikan.

3. Kemudian baru bagian-bagian kalimat diuraikan menurut jabatannya sebagai berikut:

a. Kata-kata yang hendak diuraikan ditempatkan di sebelah kiri.

b. Jabatan-jabatan kalimat ditempatkan di sebelah kanan.

2. Kalimat Majemuk Setara Berlawanan

Kalimat majemuk setara berlawanan ialah kalimat majemuk setara yang terdiri atas beberapa
kalimat tunggal yang isinya menyatakan situasi berlawanan.

Contoh : Adiknya pandai, sedang kakaknya bodoh.

Rahmad berani, tetapi ia tidak mau bertengkar.

Penjelasan Contoh Kalimat majemuk setara berlawanan diatas :

Kalimat tersebut adalah kalimat majemuk setara berlawanan

Kalimat 1 : Rahmad berani

Rahmad = subjek
Berani = predikat

Kalimat 2 : ia tidak mau bertengkar.

Ia = subjek

tidak mau bertengkar = predikat

Catatan:
Kata-kata penhubung yang dapat dipakai dalam kalimat majemuk setara berlawanan antara lain
ialah: sedangkan, tetapi, melainkan, padahal, hanyalah, walaupun, meskipun, biarpun, kendatipun,
jangankan, namun.

3. Kalimat Majemuk Setara yang menyatakan sebab akibat

Kalimat Majemuk Setara yang menyatakan sebab akibat ialah kalimat majemuk setara yang terdiri
atas beberapa kalimat tunggal yang isi bagian yang satu menyatakan sebab akibat dari bagian yang
lain.
Contoh :

Roy Marten ditahan, karena ia telah membawa sabu-sabu.

Anak itum luka parah, sehingga ia harus dibawa ke rumah sakit.

Penjelasan Contoh Kalimat Majemuk Setara yang menyatakan sebab akibat diatas :

Roy Martien ditahan, karena ia telah membawa sabu-sabu.

Kalimat tersebut adalah kalimat majemuk setara yang menyatakan sebab akibat.

Kalimat 1 : Roy Martien ditahan


Roy Martien = subjek

ditahan = predikat

Kalimat 2 : ia telah membawa sabu-sabu.

Ia = subjek

telah membawa = predikat

sabu-sabu = objek

Catatan :

Kata-kata penghubung yang dapat dipakai dalam kalimat majemuk setara yang menyatakan sebab
akibat antara lain ialah: sebab, karena, oleh karena itu, sehingga, maka.

2. Kalimat Majemuk Bertingkat


Kalimat Majemuk bertingkat ialah kalimat yang terjadi dari beberapa kalimat tunggal yang
kedudukanya tidak setara/ sederajat, yakni yang satu menjadi bagian yang lain.

Kalimat majemuk bertingkat sesungguhnya berasal dari sebuah kalimat tunggal. Bagian dari kalimat
tunggal tersebut kemudian diganti atau diubah sehingga menjadi sebuah kalimat baru yang dapat
berdiri sendiri.

Bagian kalimat majemuk bertingkat yang berasal dari bagian kalimat tunggal yang tidak mengalami
pergantian/ perubahan dinamakan induk kalimat, sedang bagian kalimat majemuk yang berasal dari
bagian kalimat tunggal yang sudah mengalami penggantian/ peubahan dinamakan anak kalimat.
Contoh :

Ia datang kemarin. Kalimat tunggal tersebut ialah kalimat tunggal yang mempunyai keterangan
waktu: kemarin. Jika kata kemarin diganti/ diubah menjadi kalimat yang dapat berdiri sendiri, yakni
diubah/ diganti dengan kalimat: ketika orang sedang makan, maka berubahlah kalimat tunggal
tersebut menjadi kalimat majemuk bertingkat sebagai berikut: Ia datang, ketika orang sedang
datang.
Perkataan: ia datang (yang tidak pernah mengalami perubahan/ pergantian) dinamai induk kalimat,
sedang perkataan: ketika orang sedang makan (yang mengubah/ mengganti kata kemarin) dinamai
anak kalimat.

Macam Anak Kalimat dalam Kalimat Majemuk Bertingkat

Ada bermacam-macam anak kalimat dalam kalimat majemuk bertingkat. Hal itu bergantung kepada
bagian kalimat tunggal mana yang diubh/ digantinya. Karena itu macam anak kalimat dalam kalimat
majemuk bertingkat dapat diperinci sebagai berikut:

1. Anak kalimat pengganti subyek

Contoh:
Siapa bersalah, akan dihukum.

Yang mencuri sepeda saya, telah ditangkap polisi.

Contoh uraian kalimat:

Yang mencuri sepeda saya, telah ditangkap polisi.

G Kalimat tersebut ialah kalimat majemuk bertingkat

G A. Telah ditangkap polisi = induk kalimat

Ditangkap = predikat
Polisi = obyek/ pelengkap pelaku

Telah = keterangan waktu/ keterangan modalitas.

B. Yang mencuri sepeda saya = anak kalimat pengganti subyek

Yang = subyek

Mencuri = predikat

Sepeda saya = obyek/ pelengkap penderita

Catatan:
Tiap kali hendak menguraikan kalimat majemuk bertingkat, hendaknya lebih dulu diusahakan
mencari/ menyelidiki kalimat tunggal mana yang menjadi asal kalimat majemuk bertingkat itu.
Dengan cara itu kita akan mudah mencari induk kalimat dan anak kalimat dari kalimat majemuk
bertingkat yang hendak kita uraikan.

2. Anak kalimat pengganti predikat

Anak kalimat pengganti predikat hanya terdapat pada kalimat nominal.

Contoh:
Rumah itu batu. (kalimat tunggal)

Rumah itu bahannya terbuat dari benda keras. (kalimat majemuk bertingkat)

3. Anak kalimat pengganti obyek/ pelengkap penderita

Contoh:
Basir mencintai Nova. (kalimat tunggal)

Basir mencintai yang sangat dikasihinya. (kalimat majemuk bertingkat)


4. Anak kalimat pengganti obyek/ pelengkap pelaku

Contoh:
Ali ditikam oleh penjahat. (kalimat tunggal)

Ali ditikam oleh orang yang menggedor pintu rumahnya semalam. (kalimat majemuk bertingkat)

5. Anak kalimat pengganti obyek/ pelengkap penyerta

Contoh:
Norief memberikan uang kepada anaknya. (kalimat tunggal)

Norief memberikan uang kepada yang menumpang di Surabaya. (kalimat majemuk bertingkat)

6. Anak kalimat pengganti obyek/ pelengkap berkata depan

Contoh:
Ia rindu kepada ibunya. (kalimat tunggal)

Ia rindu kepada yang memeliharanya sejak kecil. (kalimat majemuk bertingkat)

7. Anak kalimat pengganti obyek pasangan

Contoh:
Kami telah berunding dengan Bpk. Susilo Bambang Yudhoyono. (kalimat tunggal)

Kami telah berunding dengan yang memimpin negara Indonesia. (kalimat majemuk bertingkat)

8. Anak kalimat pengganti obyek alat

Contoh:
Norief bersenjatakan pena. (kalimat tunggal)
Norif bersenjatakan yang dibuat untuk menulis. (kalimat majemuk bertingkat)

9. Anak kalimat pengganti keterangan tempat

Contoh:
Henny pergi ke pasar. (kalimat tunggal)

Henny pergi ke yang dikunjungi orang tiap hari. (kalimat majemuk bertingkat)

10. Anak kalimat pengganti keterangan waktu

Contoh:
Anis datang kemarin. (kalimat tunggal)

Anis datang ketika orang sedang sholat. (kalimat majemuk bertingkat)

11. Anak kalimat pengganti keterangan sebab

Contoh:
Basir tidak berkuliah karena sakit. (kalimat tunggal)

Basir tidak berkuliah karena jiwanya terganggu. (kalimat majemuk bertingkat)

12. Anak kalimat pengganti keterangan alasan

Contoh:
Saya tidak pergi karena hujan. (kalimat tunggal)

Saya tidak pergi karena suasana yang tidak mengizinkan. (kalimat majemuk bertingkat)

13. Anak kalimat pengganti keterangan akibat


Contoh:
Basir dianiaya sehingga sakit. (kalimat tunggal)

Basir dianaya sehingga badannya terbaring. (kalimat majemuk bertingkat)

14. Anak kalimat pengganti keterangan alat

Contoh:
Ia menikam dengan pisau. (kalimat tunggal)

Ia menikam dengan yang dibelinya kemarin. (kalimat majemuk bertingkat)

15. Anak kalimat pengganti keterangan asal

Contoh:
Sepatunya Norief terbuat dari emas. (kalimat tunggal)

Sepatunya Norief terbuat dari bahan yang diinginkannya. (kalimat majemuk bertingkat)

16. Anak kalimat pengganti keterangan syarat

Contoh:
Kalau begitu, saya tidak mau mengajak . (kalimat tunggal)

Kalau kamu nakal, saya tidak mau mengajak. (kalimat majemuk bertingkat)

17. Anak kalimat pengganti keterangan tujuan

Contoh:
Tora Sudiro belajar keras agar lulus. (kalimat tunggal)

Tora Sudiro belajar keras agar cita-citanya tercapai. (kalimat majemuk bertingkat)
18. Anak kalimat pengganti keterangan kualitas

Contoh:
Boneng tersenyum manis. (kalimat tunggal)

Boneng tersenyum seperti yang kita lihat. (kalimat majemuk bertingkat)

19. Anak kalimat pengganti keterangan perihal

Contoh:
Dengan tertawa ia menjawab pertanyaan itu. (kalimat tunggal)

Dengan mulut tertawa lebar ia menjawab pertanyaan itu. (kalimat majemuk bertingkat)

20. Anak kalimat pengganti keterangan perlawanan

Contoh:
Meskipun mendung, ia berangkat juga. (kalimat tunggal)

Meskipun cuaca buruk, ia berangkat juga. (kalimat majemuk bertingkat)

21. Anak kalimat pengganti keterangan kuantitas

Contoh:
Mereka berjalan seratus kilometer. (kalimat tunggal)

Mereka berjalan jauh sekali jaraknya. (kalimat majemuk bertingkat)

22. Anak kalimat pengganti keterangan derajat

Contoh:
Udara itu dingin sekali. (kalimat tunggal)
Uadara itu tak terperikan rasanya. (kalimat majemuk bertingkat)

23. Anak kalimat pengganti keterangan modalitas

Contoh:
Mungkin ia meninggal di sana. (kalimat tunggal)

Desas-desus tersiar ia meninggal di sana. (kalimat majemuk bertingkat)

24. Anak kalimat pengganti keterangan perbandingan

Contoh:
Paimo lebih rajin daripada Mopai. (kalimat tunggal)

Paimo lebih rajin daripada orang yang mirip dengannya itu. (kalimat majemuk bertingkat)

25. Anak kalimat pengganti keterangan perwatasan

Contoh:
Semua tahanan dibebaskan, kecuali Basir. (kalimat tunggal)

Semua tahanan dibebaskan, kecuali yang berseragam merah jambu itu. (kalimat majemuk
bertingkat)

Cucu Kalimat dalam Kalimat Majemuk Bertingkat

Dalam kalimat majemuk bertingkat kadang-kadang terdapat cucu kalimat, yaitu anak dari anak
kalimat. Cucu kalimat tersebut terjadi jika bagian kalimat dari anakkalimat diubah/ diganti menjadi
sebuah kalimat yang dapat berdiri sendiri.
Contoh:
Norief menyepak bola. (kalimat tunggal)

Ia menyepak yang disenangi oleh adiknya. (kalimat majemuk bertingkat yang mempunyai anak
kalimat pengganti obyek/ pelengkap penderita)

Ia menyepak yang disenangi oleh yang memakai baju baru itu. (kalimat majemuk bertingkat yang
mempunyai cucu kalimat pengganti obyek/ pelengkap pelaku pada anak kalimat)
a. Menggunakan huruf kapital
1) Huruf Kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.Misalnya:

Dia mengantuk.

Apa maksudnya?

2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.

Misalnya:

Adik bertanya, Kapan kita pulang?

Bapak menasihatkan, Berhati-hati, Nak!

3) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.

Misalnya: Allah, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Qur'an, Weda, Islam, Kristen.

Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.

4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti dengan nama orang.

Misalnya:
Mahaputra Yamin, Sultan Hasanudin, Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim.

5) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan
yang tidak diikuti nama orang.

Misalnya:

Dia baru saja diangkat menjadi sultan.

Tahun ini dia pergi naik haji.

6) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang
atau dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

Misalnya:
Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo, LaksamanaMuda Udara Husein
Sastranegara, Sekretaris Jendral Departemen Pertanian, Gubernur Kalimantan Selatan

7) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama
orang, instansi, atau nama tempat.

Misalnya:

Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?

Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.

8) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.

Misalnya:
Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudolf Supratman, Halim Pernakusumah, Ampere.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagainama jenis atau
satuan ukuran.

Misalnya:
mesin diesel, 10 volt, 5 ampere

9) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris

10) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai
bentuk dasar kata turunan.

Misalnya:

mengindonesiakan kata asing

keinggris-inggrisan

11) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa bersejarah.

Misalnya:
tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid, hari Jumat, hari Galungan,
hari Lebaran, hari Natal, Perang Candu, Prolamasi Kemerdekaan Indonesia.

12) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf depan pertama peristiwa bersejarah yang tidak dipakai sebagai
nama.

Misalnya:

Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.

Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

13) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.

Misalnya:
Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon, Danau Toba, Dataran Tinggi
Dieng, Gunung Semeru, Jalan Diponegoro, Jazirah Arab, Kali Brantas, Lembah Baliem,
Ngarai Sianok, Pegunungan Jayawijaya, Selat Lombok, Tanjung Harapan, Teluk
Benggala, Terusan Suez.

14) Huruf Kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi
unsur nama diri.

Misalnya:
berlayar ke teluk, mandi di kali, menyebrangi selat, pergi ke arah tenggara.

15) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.

Misalnya:
garam inggris, gula jawa, kacang bogor, pisang ambon

16) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan , serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya:
Republik Indonesia; Majelis Permusyawaratan Rakyat; Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Badan
Kesejahteraan Ibu dan Anak; Keputusan Prresiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972.

17) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara,lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.

Misalnya:
menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, kerja sama antara pemerintah dan rakyat, menurut
undang-undang yang berlaku.

18) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.

Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia, Rancangan Undang-Undang Kepegawaian.

19) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di
dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang,
untuk yang tidak terletak di posisi awal.
Misalnya:

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.

Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.

20) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.

Misalnya:

Dr. Doktor

S.E. Sarjana Ekonomi

Sdr. Saudara

21) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu,
saudara, kaka, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.

Misalnya:

Kapan Bapak berangkat? tanya Harto.

Adik bertanya, Itu apa, Bu?

Surat Saudara sudah saya terima.

Silakan duduk, Dik! kata Ucok.

Besok Paman akan datang.

Mereka pergi ke rumah Pak Camat.

Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.


22) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatanyang tidak
dipakai dalam pengacauan atau penyapaan.

Misalnya:

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.

Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

23) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

Misalnya:

Sudahkah Anda mengerti apa yang saya sampaikan ?

Buku Anda telah saya kembalikan.

Вам также может понравиться