Вы находитесь на странице: 1из 25

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gram pada waktu lahir (Amru sofian,2012).
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru
lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan
usia gestasi (Wong, 2009).
Keadaan BBLR ini dapat disebabkan oleh :
a. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai
(masa kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari
haid yang teratur).
b. Bayi small gestational age (SGA); bayi yang beratnya kurang dari
berat semestinya menurut masa kehamilannya (kecil untuk masa
kehamilan =KMK).
c. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan SGA.

2. Etiologi
Menurut huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2013). Penyebab
kelahiran bayi berat badan lahir rendah,yaitu :
1) Prematur Murni
Premature Murni adalah neonates dengan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai
dengan masa kehamilan atau disebut juga neonates preterm atau

1
BBLR. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan
premature atau BBLR adalah :
a. Faktor ibu :
Riwayat kelahiran premature sebelumnya.
Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
Penyakit ibu : HT, jantung, gangguan pembuluh
darah (perokok).
Primigravidarum.
Usia ibu < 20 tahun.
b. Faktor kehamilan
c. Faktor janin
Seperti cacat bawaan,infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda,
anomaly congenital.
d. Faktor kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan.
Karakteristik yang ditemukan pada Premature Murni adalah:
LK <33 cm, LD < 30 cm.
Gerakan otot bmasih hipotonis.
Umur kehamilan <37 minggu.
Kepala lebih besar dari badan dan memiliki rambut tipis dan
halus.
Pernapasan belum normal dan sering terserang apnea.
Kulit tipis, lanugo banyak terutama pada bagian dahi dan
pelipis lengan.
Genetelia belum sempurna, pada wanita labia minora belum
tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki testis belum turun.
Reflek menelan dan reflek batuk masih lemah.

2
2) Dismature
Dismatur(IUGR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang
dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan
mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan. Menurut
Renfield (1975) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Proportionate IUGR
Janin yang menderita distress yang lama dimana gangguan
pertumbuhan terjadi berminggu-minggu.
b. Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distress subakut gangguan terjadi beberapa
minggu sampai beberapa hari sampai janin lahir. Factor-faktor
yang mempengaruhi BBLR pada dismatur adalah :
Faktor ibu (HT,GGK,perokok,DM,toksemia, dan hipoksia
ibu)
Faktor utery dan plasenta (uterus bicornis,infark
plasenta,insersi tali pusat).
Faktor janin (kelainan kromosom,gamelli,cacat bawaan,
infeksi dalam kandungan)
Penyebab lain : keadaan sosial ekonomi yang rendah.

3. Manifestasi Klinik
Menurut Huda dan Hardhi. (2013) tanda dan gejala dari bayi berat
badan rendah adalah :
1. Sebelum lahir
Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.
Pergerakan janin lebih lambat.
Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai yang
seharusnya.
2. Setelah bayi lahir
Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin.

3
Bayi premature yang alhir sebelum kehamilan 37 minggu.
Bayi small for date sama dengan bayi retradasi pertumbuhan
intra uterine.
Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya
Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
a. Berat badan dari 2500 gram.
b. Panjang kurang dari 45 cm.
c. LD < 30 cm.
d. LK < 33 cm.
e. Umur kehamilan < 37 minggu
f. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
g. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea.
h. Ekstremitas : paha abduks, sendi lutut atau kaki fleksi-lurus.

4. Komplikasi
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani
secepatnya menurut Mitayani, 2009 yaitu :
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyababkan kesulitan bernapas pada
bayi).
2. Hipoglikemia simtomatik.
3. Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru belum
sempurna,sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan
inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga
selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk yang
berikutnya.
4. Asfiksia neonetorom.
5. Hiperbulirubinemia.

4
5. Patofisiologi Dan Pathway

Menurut Maryani, et al (2012) faktor yang mempengaruhi


terjadinya BBLR terdiri dari faktor ibu yang meliputi penyakit ibu, usia
ibu, keadaan sosial ekonomi dan sebab lain berupa kebiasaan ibu, faktor
janin, dan faktor lingkungan. BBLR dengan faktor risiko paritas terjadi
karena sistem reproduksi ibu sudah mengalami penipisan akibat sering
melahirkan. Hal ini disebabkan oleh semakin tinggi paritas ibu, kualitas
endometrium akan semakin menurun. Kehamilan yang berulang-ulang
akan mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi
akan berkurang dibandingkan dengan kehamilan sebelumnya.
Faktor yang juga mempengaruhi terjadinya BBLR adalah
penyakit pada ibu hamil. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan
penurunan suplai oksigen ke jaringan, selain itu juga dapat merubah
struktur vaskularisasi plasenta, hal ini akan mengganggu pertumbuhan
janin sehingga akan memperkuat risiko terjadinya persalinan prematur
dan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah terutama untuk
kadar hemoglobin yang rendah mulai dari trimester awal kehamilan.
Selain anemia, implantasi plasenta abnormal seperti plasenta previa
berakibat terbatasnya ruang plasenta untuk tumbuh, sehingga akan
mempengaruhi luas permukaannya. Pada keadaan ini lepasnya tepi
plasenta disertai perdarahan dan terbentuknya jaringan parut sering
terjadi, sehingga meningkatkan risiko terjadi perdarahan
antepartum (Prawirohardjo, 2009).
Menurut Wiknjosastro dalam (Prawirohardjo, 2009) pre eklamsi
ringan jarang sekali menyebabkan kematian dan bila tidak diobati dapat
menyebabkan kerusakan yang menetap pada sistem syaraf, pembuluh
darah atau ginjal dari ibu sehingga terjadi keterbelakangan pada janin
karena kurangnya aliran darah melalui plasenta atau kurangnya oksigen
pada janin yang menyebabkan BBLR.

5
Pada BBLR ditemukan tanda dan gejala berupa disproporsi
berat badan dibandingkan dengan panjang dan lingkar kepala, kulit
kering pecah-pecah dan terkelupas serta tidak adanya jaringan
subkutan . Karena suplai lemak subkutan terbatas dan area permukaan
kulit yang besar dengan berat badan menyebabkan bayi mudah
menghantarkan panas pada lingkungan. Sehingga bayi dengan BBLR
dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia (Maryani, 2012). Selain itu tipisnya lemak subkutan
menyebabkan struktur kulit belum matang dan rapuh. Sensitivitas kulit
yang akan memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit, terutama
pada daerah yang sering tertekan dalam waktu yang lama. Pada bayi
prematuritas juga mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan antibodi belum sempurna (Maryani, 2012).
Kesukaran pada pernafasan bayi prematur dapat disebabakan
belum sempurnanya pembentukan membran hialin surfaktan paru yang
merupakan suatu zat yang dapat menurunkan tegangan dinding alveoli
paru. Defisiensi surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru
untuk mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps
setiap akhir ekspirasi sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan
tekanan negative intratoraks yang lebih besar yang disertai usaha
inspirasi yang kuat. Hal tersebut menyebakan ketidakefektifan pola
nafas.
Alat pencernaan bayi BBLR masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pencernaan belum matang (Maryanti et al., 2012). Selain
itu jaringan lemak subkutan yang tipis menyebabkan cadangan energi
berkurang yang menyebabkan malnutrisi dan hipoglikemi. Akibat
fungsi organ-organ belum baik terutama pada otak dapat menyebabkan
imaturitas pada sentrum-sentrum vital yang menyebabkan reflek
menelan belum sempurna dan reflek menghisap lemah. Hal ini
menyebabkan diskontinuitas pemberian ASI

6
Pathway
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

Immaturitas Jaringan, Organ

Immaturitas Immaturitas
Lemak kulit Luas badan Immaturitas
system imun berkurang relative besar saluran cerna hepar

Pertahanan tubuh Prematuritas Pemecahan


Kemampuan Penguapan usus
terhadap antigen bilirubin berlebihan
metabolisme panas bertambah
menurun
menurun

Resiko
Resiko tinggi
Refleks menelan hiperbilirubinemi
infeksi a
Kehilangan panas belum sempurna

Regurgitasim Masuk peredaran


akanan darah otak
Suhu tubuh menurun
Ototpencernaan
immatur
Penumpukan
Resiko hipotermi bilirubin dalam otak

Intake nutrisi Kejang


berkurang

Perubahan kebutuhan Resiko cidera Inefektif


nutrisi kurang dari jalan
kebutuhann tubuh napas

MRS
Hospitalisasi Masalah keluarga

Perpisahan Lingkungan baru Kurang informasi Situasi kritis


Tindakaninvasif

Cemas Kurang
Cemas Cemas
pengetahuan
Nyeri injuri Gg.fungsi bermain 7
6. Penatalaksaan (Medis Dan Keperawatan)

Setelah bayi lahir tindakan umum yang dilakukan

a. Membersihkan jalan nafas.


b. Mengusahakan nafas pertama dan seterusnya.
c. Perawatan tali pusat dan mata.
Tindakan Khusus
a. Suhu tubuh dijaga pada 36,5-37,5 oC pengukuran aksila, pada
bayi barulahir dengan umur kehamilan 35 minggu perlu perhatian
ketat, bayi dengan BBL 2000 garm dirawat dalam inkubator atau
dengan boks kaca menggunakan lampu.
b. Awasi frekwensi pernafasan pada 24 jam pertama untuk
mengetahui sindroma aspirasi mekonium.
c. Setiap jam hitung frekwensi pernafasan, bila 60x/mnt lakukan
foto thorax.
d. Berikan oksigen sesuai dengan masalah pernafasan yang didapat.
e. Pantau sirkulasi dengan ketat (denyut jantung, perfusi darah,
tekanan darah).
f. Awasi keseimbangan cairan.
g. Pemberian cairan dan nutrisi bila tidak ada masalah pernafasan
dan keadaan umum baik:
1) Berikan makanan dini early feeding untuk menghindari
terjadinya hipoglikemia.
2) Periksa kadar gula darah 812 jam post natal.
3) Periksa refleks hisap dan menelan.
4) Motivasi pemberian ASI.
5) Pemberian nutrisi intravena jika ada indikasi, nutrien yang
dapat diberikan meliputi; karbohidrat, lemak, asam amino,
vitamin, dan mineral.
6) Berikan multivitamin jika minum enteral bisa diberikan secara
kontinyu.

8
Tindakan pencegahan infeksi:
1) Cara kerja aseptik, cuci tangan sebelum dan sesudah memegang
bayi.
2) Mencegah terlalu banyak bayi dalam satu ruangan.
3) Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke tempat bayi
dirawat.
4) Pemberian antibiotik sesuai dengan pola kuan.
5) Membatasi tindakan seminimal mungkin.
6) Mencegah perdarahan berikan vitamin K 1 mg dalam sekali
pemberian.

B. ASUHAN KEPERAWAATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat
1. Pengkajian
a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di
dalam kandungan terganggu.
b. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan
atau suhu tubuh rendah.
c. Riwayat penayakit sekarang
Lahir spontan, SC, umur kehamilan antara 24 sampai 37
minnggu, berat badan kurang atau sama dengan 2.500 gram,
apgar pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan
kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-
10 normal.
d. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur, kehamilan ganda,
hidramnion.

9
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti
DM,TB paru, tumor kandungan, kista, dan hipertensi.
f. ADL
1) Pola nutrisi: reflek sucking lemah, volume lambung
kurang, daya absorbsi kurang/lemah sehingga kebutuhan
nutrisi terganggu.
2) Pola istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia.
3) Pola personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan.
4) Pola aktivitas: gerakan kaki dan tangan lemas.
5) Pola eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah
mekonium, produksi urin rendah.
6) Pemeriksaan Umum
7) Kesadaran compos mentis.
8) Nadi: 180X/menit pada menit I kemudian menurun
sampai 120-140X/menit.
9) RR: 80X/menit pada menit I kemudian menurun sampai
40X/menit, Suhu: kurang dari 36,5 C

b. Pola Gordon
Pola Gordon
1. Pola persepsi kesehatan
Penanganan kesehatan menggambarkan persepsi klien dan
penanganan kesehatan dan kesejahteraan.
2. Pola Nutrisi atau Metabolik
Menggambarkan masukan nutrisi.keseimbangan cairan dan
elektrolit, kondisi kulit, rambut dan kuku.
3. Pola Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi eksresi usus, kandung kemih dan
kulit, frekuensi, masalah berkemih, dan pola masukan cairan.
4. Pola aktivitas atau latihan

10
Mengambarkan pola latihan dan aktivitas, fungsi pernafasan
dan sirkulasi, riwayat asma, bronkitish dan enfisema serta
penyakit jantung dalam keluarga
5. Pola tidur atau istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat dan persepsi tentang
tingkat energi, kebiasaan tidur rutin, istirahat untuk aktivitas
sehari-hari
6. Pola kognitif atau perseptual
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecapan,
perabaan, penghidu, persepsi nyeri, bahasa, memori dan
penggambaran keputusan.
7. Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi
terhadap kemampuan.
8. Pola peran dan hubungan
Menggambarkan keefektifan peran dan hubungan dengan orang
terdekat.
9. Pola seksual dan reproduksi
Riwayat penyakit hubungan seksual pdan pemeriksaan
genetalia.
10. Pola koping dan toleransi
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan
penggunaan sistem pendukung.
11. Pola nilai dan kepercayaan
Agama, spritual, kegiatan keagamaan dan budaya dan berbagi
dengan orang lain.

c. Pemeriksaan Fisik
a. Timbang setiap hari
b. Ukur panjang dan lingkar kepala secara periodik.

11
c. Observasi bentuk dan ukuran tubuh umum, postur saat
istirahat, kemudahan bernafas, adanya edema, dan lokasiny
serta adanya deformitas yang nyata.
d. Observasi adanya tanda disstres: warna buruk, mulut terbuka,
kepala terangguk-angguk, meringis, alis berkerut.
e. Pengkajian pernafasan
f. Observasi bentuk dada (barrel, cembung), kesimetrisan,
adanya insisi, selang dada, atau penyimpangan lain.
g. Observasi otot aksesori: pernafasan cuping hidung atau
substansial, interkostal, atau retraksi subklavikular.
h. Tentukan frekuensi dan keteraturan pernafasan.
i. Auskultasi bunyi pernafasan: stridor, krekels, mengi, ronki
basah, area yang tidak ada bunyinya, mengorok, penurunan
udara masuk, keseimbangan bunyi nafas.
j. Tentukan saturasi oksigen dengan oksimetri nadi dan tekanan
parsial oksigen dan karbon dioksida dengan oksigen transkutan
dan karbondioksida transkutan.
k. Pengkajian kardiovaskular

1. Tentukan frekuensi, irama jantung., tekanan darah


2. Auskultasi bunyi jantung, termasuk adanya murmur.
3. Observasi warna kulit bayi: sianosis, pucat, pletora,
ikterik, mottling.
4. Kaji warna kuku, membran mukosa, bibir.
5. Gambarkan nadi perifer, pengisian kapiler (< 2 3 detik),
perfusi perifer mottling.
L. Pengkajian gastrointestinal
1. Tentukan distensi abdomen: lingkar perut bertambah, kulit
mengkilat, tanda-tanda eritema dinding abdomen,
peristaltik yang dapat dilihat, lengkung susu yang dapat
dilihat, status umbilikus.

12
2. Tentukan adanya tanda-tanda regurgitasi dan waktu yang
berhubungan dengan pemberian makan.
3. Monitor jumlah, warna, konsistensi, dan bau dari adanya
muntah.
4. Monitor jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa
adanya darah samar dan atau penurunan substansibila
diinstruksikan atau diindikasikan dengan tampilan feses.
5. Gambarkan bising usus, ada atau tidak ada.
M. Pengkajian genitourinaria
1. Gambarkan adanya abnormalitas genetalia.
2. Gambarkan jumlah urin (warna, pH, dll).
N. Pengkajian neurologis-muskuloskeletal
1. Observasi gerakan bayi: acak, bertujuan, gelisah, kedutan,
spontan, menonjol, tingkat aktivitas dengan stimulasi,
evaliasi berdasarkan usia gestasi.
2. Observasi posisi atau sikap bayi: fleksi, ekstensi.
3. Periksa reflek yang diamati: moro, menghisap, Babinski,
reflek plantar, dan reflek yang diharapkan.
4. Tentukan perubahan pada lingkar kepala (bila
diindikasikan).
O. Pengkajian suhu
1. Tentukan suhu kulit dan aksila.
2. Tentukan dengan suhu lingkungan.
P. Pengkajian kulit
1. Monitor adanya perubahan warna, area kemerahan, tanda
iritasi, lepuh, abrasi atau area gundul, khususnya di mana
alat pemantau, infus, atau alat lain lontak dengan kulit,
periksa juga dan perhatikan adanya preparat kulit yang
digunakan (misal plester,, providin-iodin).
2. Tentukan tekstur dan turgor kulit: kering, halus, pecah-
pecah, terkelupas, dll.

13
3. Monitor adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.

d. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia.


2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan.
3. Titer torch sesuai indikasi.
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi.
5. Pemantauan elektrolit.
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (mis : fhoto thorak)
2. Diagnosa keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas paru dan neorumuskular,
penurunan energi, dan keletihan.
2. Termoregulasi tidak efektif b.d kontrol suhu yang imatur dan
penurunan lemak tubuh subkutan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d
ketidakmampuan mencerna nutrisi.
4. Ketidakefektifan pola minum
5. Menyusui terputus
6. Resiko infeksi b.d pertahanan imunologis yang kurang.
7. Risiko kerusakan integritas kulit b.d imobilitas, penurunan status
nutrisi, kelembaban kulit
8. Ketidakefektifan pola minum bayi b.d prematuritas

14
15
3. Perencanaan Keperawatan

NO Diagnosa keperawatan/ TUJUAN INTERVENSI

1 Pola nafas tidak efektif b.d NOC : Airway Management


imaturitas paru dan Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau
Respiratory status : Ventilation
neorumuskular, penurunan jaw thrust bila perlu
Respiratory status : Airway patency
energi, dan keletihan. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Vital sign Status
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
Kriteria Hasil :
nafas buatan
Mendemonstrasikan batuk efektif dan Pasang mayo bila perlu
suara nafas yang bersih, tidak ada Lakukan fisioterapi dada jika perlu
-
sianosis dan dyspneu (mampu Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
mengeluarkan sputum, mampu bernafas Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
dengan mudah, tidak ada pursed lips) tambahan
Menunjukkan jalan nafas yang paten Lakukan suction pada mayo
(klien tidak merasa tercekik, irama
Berikan bronkodilator bila perlu
nafas, frekuensi pernafasan dalam
Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
rentang normal, tidak ada suara nafas
Lembab

16
abnormal) Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
Tanda Tanda vital dalam rentang normal keseimbangan.
(tekanan darah, nadi, pernafasan) Monitor respirasi dan status O2
Terapi Oksigen

Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea


Pertahankan jalan nafas yang paten
Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Onservasi adanya tanda tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi
Vital sign Monitoring

Monitor TD, nadi, suhu, dan RR


Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau
berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

17
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
2 Infektif termoregulasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Penanganan demam
berhubungan dengan 3x24 jam, klien dapat mencapai status
Lakukan monitoring suhu secara kontinyu
kontrol suhu yang imatur thermoregulasi yang baik secara konstan
Monitor warna dan suhu kulit
dan penurunan lemak tubuh dengan criteria hasil :
Monitor tekaan darah, nadi dan RR
subkutan.
Tanda-tanda vital dalam batas normal Monitor tingkat kesadaran
Kulit tidak panas, kemerahan Monitor WBC, HB, HCT
Monitor intake dan output

18
Berikan anti piretik
Lakukan tapid sponge
Berikan cairan intravena
Kompres klien pada lipat paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Pengaturan suhu

Monitor suhu minimal tiap 2 jam


Monitor TD, nadi, RR
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
3 Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Managemen nutrisi
kurang dari kebutuhan selama 3 x 24 jam, diharpkan status nutrisi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang kebutuhan
tubuh berhubungan dengan klien terpenuhi: intake makanan, gizi dan
kalori dan tipe makanan yang dibutuhkan
ketidakmampuan mencerna cairan.
Tingkatkan intake protein, zat besi dan vit c
nutrisi
Dengan kriteria: Anjurkan untuk makan tktp dan tingkatkan minum
sesuai kebutuhan
BB normal sesuai umur dan TB

19
Mengkonsumsi nutrisi yang adekuat Monitor intake nutrisi dan kalori
Tidak menunjukkan tanda mal nutrisi Nutritional terapi

Kaji kebutuhan untuk pemasangan NGT


Berikan makanan melalui NGT k/p
Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang untuk
mendukung makan
Berikan makanana sedikit-sedikit tetapi sering
Monitor penurunan dan peningkatan BB
Kaji rasa mual dan muntah
Monitor kelemahan, fatigue
Monitor intake kalori dan gizi
4 Risiko kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x Skin survailance
kulit b.d penurunan status 24 jam tidak ada tanda-tanda kerusakan
Monitor suhu tubuh, warna kulit
nutrisi dan kelembaban intergritas kulit dengan criteria hasil :
Monitor kulit dari tanda kemerahan, edema, turgor
kulit
Turgor kulit elastis kulit
Suhu tubuh dbn Monitor perubahan kulit dan membrane mukosa
Tidak ada edema Pressure management

20
Tidak ada tanda REEDA Monitor activity dan mobility
Monitor sumber penekanan
Monitor status nutrisi
Alih baring tiap 2 jam
5 Risiko infeksi berhubungan NOC : Infection Control (Kontrol infeksi)
dengan pertahanan
Immune Status Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
imunologis yang kurang
Knowledge : Infection control Pertahankan teknik isolasi
Risk control Batasi pengunjung bila perlu
Kriteria Hasil : Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
Klien bebas dari tanda dan gejala
meninggalkan pasien
infeksi
Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
Mendeskripsikan proses penularan
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
penyakit, factor yang mempengaruhi
kperawtan
penularan serta penatalaksanaannya,
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
Menunjukkan kemampuan untuk
pelindung
mencegah timbulnya infeksi
Pertahankan lingkungan aseptik selama
Jumlah leukosit dalam batas normal
pemasangan alat

21
Menunjukkan perilaku hidup sehat Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk umum
Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
infeksi kandung kencing
Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)

Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan


lokal
Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor kerentanan terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap penyakit menular
Partahankan teknik aspesis pada pasien yang
beresiko
Pertahankan teknik isolasi k/p
Berikan perawatan kuliat pada area epidema

22
4. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa 1 :

Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,


tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak
ada suara nafas abnormal)
Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)

Diagnosa 2 :
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Kulit tidak panas, kemerahan
Diagnosa 3 :

BB normal sesuai umur dan tinggi badan


Mengkonsumsi nutrisi yang adekuat
Tidak menunjukkan tanda mal nutrisi
Diagnosa 4 :
Turgor kulit elastis
Suhu tubuh dbn
Tidak ada edema
Tidak ada tanda REEDA

Diagnosa 5 :
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang
mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya,
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat

23
DAFTAR PUSTAKA

Amru, sofian. 2012. Rustam Mochtar synopsis obsterti : Obstetri operatif


obstetric social edisi 3 jilid 1&2. Jakarta : EGC

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Medis & Diagnosis NANDA NIC NOC
Jilid 2. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol 1 Edisi 6.


Jakarta : EGC

24
LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK PROFESI NERS

BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

DISUSUN OLEH :

WINDA SITI JULIANI

SN162208

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2017/2018

25

Вам также может понравиться