Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
..
Disusun oleh:
ADRIAN HARDEC N.
30101206568
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2016
ii
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
MANAJEMEN PELAYANAN PADA PENDERITA DIARE DI PUSKESMAS
Disahkan Oleh:
Pembimbing Kepala Puskesmas Ngaliyan
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan case report
mengenai manajemen pelayanan diare di Puskesmas Ngaliyan Periode Agustus 2016
Oktober 2016.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas-tugas dalam rangka menjalankan
kepanitraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat. Laporan ini dapat diselesaikan berkat
kerjasama tim dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Tjatur Sembodo, MS(PH), Kepala bagi]an IKM FK UNISSULA Semarang
2. dr. Ratnawati, selaku Koordinator Pendidikan IKM FK Unissula Semarang
3. dr. Djoko Sulistiono , selaku Kepala Puskesmas Ngaliyan Kota Semarang
4. dr. Azmi Syahril Fandi, selaku Pembimbing Koass IKM Puskesmas Ngaliyan Kota
Semarang
5. Seluruh Staf Puskesmas Ngaliyan Kota Semarang
6. Semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan laporan kasus ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna karena keterbatasan waktu dan kemampuan. Karena itu kami sangat berterima
kasih atas kritik dan saran yang bersifat membangun.Akhir kata kami berharap semoga hasil
case report mengenai manajemen ini di Puskesmas Ngaliyan Semarang Periode 8 Agustus
2016 25 Juli 2016 dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
iii
iv
DAFTAR ISI
v
vi
DAFTAR TABEL
1
BAB I
PENDAHULUAN
kematian anak mengalami penurunan sebesar 41% dari estimasi 87 kematian per 1000
kelahiran pada tahun 1990, menjadi 51 kematian per 1000 kelahiran hidup pada tahun
2011. Penurunan ini menjadi penurunan rata-rata angka kematian anak sebesar 2.5%
setiap tahunnya. Jumlah kematian anak telah menurun dari 12 juta pada tahun 1990
Diare merupakan penyebab kurang gizi yang penting terutama anak anak.
Diare menyababkan anoreksia (kurang nafsu makan) sehingga megurangi asupan gizi
dan diare dapat megurangi daya serap usus terhadap sari makanan. Dalam keadaan
infeksi, kebutuhan sari makanan pada anak anak yang mengalami diare akan
meningkat, sehingga setiap serangan diare akan meyebabkan kekurangan gizi. Jika hal
Penyakit diare dapat ditanggulangi dengan penangan yang tepat sehingga tidak sampai
kejadian diare pada bulan desember 2015 sebanyak 66 kasus, pada bulan januari 2016
sebanyak 125 kasus, bulan februari 2016 sebanyak 104 kasus, maret 2016 67 kasus,
April 2016 42 kasus ,Mei 2016 69 kasus, dan Juni 2016 77 kasus. Berdasarkan data
tersebut terjadi fluktuasi tidak menentu angka kejadian diare pada balita. Maka dari itu
dapat disimpulkan angka kejadian diare pada balita di Puskesmas genuk masih
menjadi perhatian untuk segera ditangani baik secara promotif preventif dan kuratif.
2
1.3. Tujuan
pada balita
1.3.2.3. Untuk mengetahui pengaruh perilaku dengan kejadian diare pada balita
pada balita
1.3.2.5 Untuk mengetahui pengaruh genetik dengan kejadian diare pada balita
1.4. Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
frekuensi yang tidak normal (meningkat), konsistensi tinja menjadi lebih lembek
atau cair.Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal
atau tidak seperti biasanya ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta
frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari
dengan tanpa lender darah. Diare dapat juga didefinisikan sebagai suatu kondisi
dimana terjadi perubahan dalam kepadatan dan karakter tinja, atau tinja cair
dikeluarkan tiga kali atau lebih perhari.Diare merupakan salah satu gejala dari
pencernaan. Jadi diare adalah buang air besar yang frekuensinya lebih dari 3
a. Diare akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan
penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu: (1)
Diare tanpa dehidrasi, (2) Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang
hilang 2-5% dari berat badan, (3) Diare dengan dehidrasi sedang, apabila
cairan yang hilang berkisar 5-8% dari berat badan, (4) Diare dengan
b. Diare persisten
kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
c. Diare kronik
metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. Menurut
(Suharyono, 2008), diare kronik adalah diare yang bersifat menahun atau
2.1.3. Etiologi
a. Faktor Infeksi
1. Infeksi enteral
penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi: (a) Infeksi
2. Infeksi parenteral
b. Faktor Malabsorbsi
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi
laktrosa.
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
e. Faktor Pendidikan
cairan rehidrasi oral dengan baik pada balita dibanding dengan kelompok ibu
tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin baik tingkat kesehatan yang
7
diperoleh si anak.
f. Faktor pekerjaan
Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta rata-rata
mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang
bekerja sebagai buruh atau petani. Jenis pekerjaan umumnya berkaitan dengan
Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita yang
berumur 12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding anak
h. Faktor lingkungan
berbasisi lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan
pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku
manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare
serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu
penyakit diare.
i. Faktor Gizi
penyembuhan diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian
besar meninggal karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan
8
malnutrisi. Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90,
keluarga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang
kesehatan.
Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air
minum yang tidak dimasak dapat juga terjadi secara sewaktu mandi dan
virus, serta parasite yaitu cacing (Ascaris, Trichuris), dan jamur (Candida
albikan).
kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk menderita diare lebih
besar daripada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita
dehidrasi berat juga lebih besar. Menggunakan botol susu ini memudahkan
2.1.4. Patogenesis
a. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang
diare.
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan
elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus
dengan cairan ekstraseluler. Diare terjadi jika bahan yang secara osmotic dan
sulit diserap. Bahan tersebut berupa larutan isotonik dan hipertonik. Larutan
isotonik, air dan bahan yang larut didalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi
hipertonik, air, dan elektronik akan pindah dari cairan ekstraseluler kedalam
lumen usus sampai osmolaritas dari usus sama dengan cairan ekstraseluler dan
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Akibat
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus
diare.
hipovolemik atau prarenjatan sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai
diobati penderita dapat meninggal. (3) Gangguan gizi yang terjadi akibat
bertambahnya muntah dan diare pada anak atau bila makanan tetap diberikan
Patogenesis diare akut adalah: (a) Masuknya jasad renik yang msih hidup
kedalam usus halus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung. (b)
Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) didalam usus halus. (c)
Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin Diaregenik). (d) Akibat toksin
lain-lain.
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja
cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah
sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin
asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang
tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum
atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang
telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi makin
tampak. Berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun
membesar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak
2.1.6. Komplikasi
berkurang.
elektrokardiogram.
dan anak balita yang disebabkan diare makin lama makin menurun. Angka
kesakitan diare masih tetap tinggi ialah sekitar 400 per 1000 kelahiran hidup.
13
Salah satu jalan pintas yang sangat ampuh untuk menurunkan angka kesakitan
suatu penyakit infeksi baik oleh virus maupun bakteri. Untuk dapat membuat
pencernaan makanan.
1. Pemberian ASI
makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna
dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk
menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan, tidak ada makanan lain
yang dibutuhkan selama masa ini. ASI adalah makanan bayi yang paling
proteksi yang tidak bisa ditiru oleh pabrik susu manapun. Tetapi pada
ke-20 sudah dimulai produksi secara masal susu kaleng yang berasal
dari air susu sapi sebagai pengganti ASI. ASI steril berbeda dengan
sumber susu lain, susu formula, atau cairan lain disiapkan dengan air
Pemberian ASI saja tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa
disusui secara penuh sampai mereka berumur 4-6 bulan, setelah 6 bulan
terhadap diare. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh
Supariasa dkk (2002) bahwa pda masa tersebut merupakan masa yang
berbahaya bagi
pendamping ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa, dan
baik, yaitu (1) perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 4-6
sewaktu anak berumur 6 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih sering
(4x sehari), setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua makanan yang
dan biji-bijian untuk energy. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan,
15
makanan dan menyuapi anak, suapi anak dengan sendok yang bersih.
(4) Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada
kepada anak.
dengan gizi seimbang, (3) Air bersih, keluarga menggunakan air bersih
kesehatan, (5) Air yang diminum dimasak terlebih dahulu, (6) Mandi
sabun, (9) Limbah, (10) Terhadap faktor bibit penyakit yaitu (a)
hidup sehingga faktor- faktor yang tidak baik dapat diawasi sedemikian
2.1.8. Penatalaksaan
nutrisi, medikamentosa, (a) Dehidrasi, diare cair membutuhkan pengganti cairan dan
elektrolit tanpa melihat etiologinya. Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan
jumlah yang telah hilang melalui diare dan atau muntah, ditambah
dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin, pernafasan, dan
ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih
terus berlangsung. Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat masing-
masing anak atau golongan umur, (b) Nutrisi. Makanan harus diteruskan bahkan
ditingkatkan selama diare untuk menghindari efek buruk pada status gizi. Agar
pemberian diet pada anak dengan diare akut dapat memenuhi tujuannya, serta
diet sebagai berikut yakni pasien segera diberikan makanan oral setelah
rehidrasi yakni 24 jam pertama, makanan cukup energy dan protein, makanan
tidak merangsang, makanan diberikan bertahap mulai dengan yang mudah dicerna,
makanan diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi sering. Pemberian ASI
diutamakan pada bayi, pemberian cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan, pemberian
vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup, (c) Medikamentosa. Antobiotik dan
antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, obat-obat anti diare meliputi
Berdasarkan derajat dehidrasi maka terapi pada penderita diare dibagi menjadi
a. Rencana pengobatan A
anak terkena diare lagi. Cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti
oralit, makanan cair, air matang. Gunakanlah larutan untuk anak seperti
b. Rencana pengobatan B
dan sedang dengan cara 3 jam pertama diberikan 75ml/kg BB, berat badan
anak tidak diketahui, berikan oralit paling sedikit sesuai tabel berikut:
ibu untuk meneruskan ASI. Bayi kurang dari 6 bulan yang tidak
mendapatkan ASI, berikan juga 100-200ml air masak. Setelah 3-4 jam,
c. Rencana pengobatan C
18
Jika keadaan anak sudah cukup baik maka berikan oralit. Setelah 1-3 jam
berikutnya nilai ulang anak dan pilihlah rencana pengobatan yang sesuai.
penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut
atau pada penderita dengan dehidrasi berat (Juffrie, 2010). Pemeriksaan tinja
tinja, ada tidaknya darah, lender, pus, lemak, dan lain-lain. Pemeriksaan
masalah kehilangan cairan yang berlebihan (dehidrasi). Dehidrasi ini bila tidak segera
diatasi dapat membawa bahaya terutama bagi balita dan anak-anak. Bagi penderita
diare ringan diberikan oralit, tetapi bila dehidrasi berat maka perlu dibantu dengan
cairan intravena atau infus. Hal yang tidak kalah penting dalam menanggulangi
kehilangan cairan tubuh adalah pemberian makanan kembali (refeeding) sebab selama
diare pemasukan makanan akan sangat kurang karena akan kehilangan nafsu makan
dan kehilangan makanan secara langsung melalui tinja atau muntah dan peningkatan
BAB III
STATUS PRESENT
Anamnesa awal kepada pasien dan kunjungan rumah untuk mengamati kondisi
lingkungan, perilaku pasien, dan keluarga pasien dilakukan di kelurahan Genuk Sari
1. Luas Wilayah
Luas wilayah kerja Puskesmas Genuk adalah 15.026,35 km2, dengan jumlah
penduduk 44.225 jiwa. Jumlah kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Genuk
adalah 7 (tujuh) kelurahan. Puskesmas Induk Genuk mempunyai 2 Puskesmas
Pembantu yaitu Pustu Gebang sari dan Pustu Muktiharjo Lor.
2
No. Kelurahan
Luas Wilayah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
(km2) RT RW KK Penduduk
1 GENUKSARI 2445 75 9 3696 18552
2 BANJARDOWO 3241.62 48 8 2232 8579
3 TRIMULYO 3323.64 20 4 946 3465
4 TERBOYO 2425.9 8 2 381 1431
WETAN
5 GEBANG SARI 1497.9 57 11 1563 7139
6 MUKTIHARJO 22 5 1310 4439
LOR 117.28
7 TERBOYO 1975.01 6 2 173 620
KULON
RTP JUMLAH 15.026,35 236 41 10301 44.225
Puskesmas, 2014
Nama : An. N L
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 4tahun 5bulan
Berat badan : 15 kg
Tinggi badan : 115 cm
Agama : Islam
Alamat : Genuk Sari RT 01/ RW 06
dengan keluhan sejak 2 hari anaknya BAB cair lebih dari 3x dalam 1 hari.
Orangtua pasien mengatakan BAB cair disertai ada ampas, warna kuning,
berbusa, tidak ada darah. Pasien juga terlihat lemas dan susah untuk makan
21
dan minum. Ibu pasien menyangkal adanya demam, batuk pilek, dan
muntah pada anaknya. Hingga saat ini belum ada obat yang diberikan pada
sebelumnya pasien hanya makan nugget goreng dan suka makan makanan
Riwayat alergi
- Orang tua pasien sudah bercerai pasien tinggal bersama ibu, nenek,
kakek, paman dan bibi-nya dalam satu rumah. Sehari-hari pasien dirawat
kamar mandi, dan 1 dapur. Luas rumah pasien 6x12 meter, rumah
Lantai rumah untuk ruang keluarga dan ruang tidur sudah berubin,
berasal dari ibu dan orang tua pasien yaitu sekitar Rp.2.000.000/bulan.
Riwayat Kebiasaan:
- Pasien dapat berktifitas seperti anak pada usianya, namun selama sakit
pasien hanya di rumah istirahan atau tidur.
Anak perempuan dari ibu G1P1A0, hamil cukup bulan, lahir normal
ditolong bidan. Bayi langsung menangis saat lahir. Berat badan lahir 3.100
gram. panjang badan lahir -, lingkar kepala dan lingar dada saat lahir tidak
diingat oleh ibu pasien.
Berat badan sekarang 15 kg, TB 115 cm, lingkar lengan atas 13 cm.
2. Vital sign :
Status Generalis:
BB : 15 Kg
TB : 115 cm
Z SCORE
WAZ = BB MEDIAN = 15 17,3 = -0,15
SD 15,2
HAZ = TB MEDIAN = 115 106,7 = 0,08
SD 102,3
WHZ = BB MEDIAN = 15 20,4 = -0,29
SD 18,6
1. Pemeriksaan Kepala
- Bentuk kepala : normocephal, simetris
- Rambut : warna kehitaman, tampak lebat tidak mudah patah
- Nyeri tekan : tidak ada
2. Pemeriksaan Mata
- Palpebra : tidak ada udem
- Konjungtiva : anemis
- Sklera : tidak ikterik
- Pupil : reflek cahaya (+/+), isokor dengan diameter 3 mm
3. Pemeriksaan Telinga : tidak ada discharge
24
3.6. Diagnosis
Dari hasil anamesis dan pemeriksaan fisik diperoleh diagnosis Diare Akut dengan
Dehidrasi ringan.
3.7. Pengobatan
R/Oralit no. X
R/ZINC no. X
S.U.C
3.8. Data Perkesmas
25
Identitas keluarga
Nama KK : M. C N
Pekerjaan :-
Nama ibu :RD
Pekerjaan : Karyawan
Usia
No Nama Pendidikan Status
(tahun)
4 An H 44 Tamat SD Kakek
5 An R 42 Tamat SD Nenek
26
Keterangan :
1. Data Lingkungan
1.1. Data Individu :
Pasien anak pertama, pasien tinggal dengan ibu, nenek, kakek, bibi dan paman-
nya dalam satu rumah. Pasien biasanya dirawat oleh neneknya.
1.2. Ekonomi
Pendapat orang tua perbulan Rp.2.000.000/bulan. Sebagian kebutuhan hidup
pasien juga dibantu oleh nenek dan kakek pasien yang tinggal satu rumah. Pasien
berobat dengan menggunakan BPJS.
1.3. Masyarakat
Pasien tinggal di daerah padat penduduk dengan tingkat kebersihan dan
kesadaran masyarakat akan kesehatan kurang.
27
1.4. Lingkungan
1. Struktur Rumah
Rumah terbuat dari tembok. Luas rumah 6m x 12m. Lantai rumah untuk
ruang keluarga dan kamar tidur terbuat dari ubin. Atap rumah terbuat dari
genteng. Rumah tersebut memiliki 2 ruang tidur, 1 ruang keluarga, dapur dan
1 kamar mandi dan toilet.sekililing rumah tanah kosong dan ada bekas
tumpukan sampah.bagian depan merupakan pasar kecil digunakan untuk
berjualan.
2. Pencahayaan dan kelembaban
Pencahayan pada ruang keluarga dan ruang tidur juga dapur minimal. Hampir
tidak ada ventilasi disekitar ruang keluarga. Pada saat siang hari ruang
keluarga dan dapur tampak gelap. Akibatnya ruangan tersebut agak lembab.
3. Sirkulasi udara
Ventilasi rumah pada ruang keluarga dan dapur tidak ada. Ventilasi hanya
terdapat pada masing-masing kamar tidur berupa jendela berbentuk persegi
panjang dengan ukuran 60 cm x 40 cm baik pada kamar depan dan belakang.
4. Dapur hanya tidak memiliki cerobong asap dan tampak gelap.Keluarga pasien
memasak menggunakan kompor gas LPG dan kondisi dapur kotor dan kurang
rapi gabung dengan tempat cuci pakaian.
5. Kondisi Lingkungan
1. Lingkungan rumah termasuk hunian padat penduduk. Rumah satu dengan
rumah yang lainnya saling berdekatan dan menempel, namun sebelah rumah
pasien nampak tanah kosong baik kanan maupum kiri tetapi terlihat bekas
tumpukan sampah.
2. Depan rumah adalah jalan raya umum dan ada selokan air yang tinggi dan
kotor.
3. Data Perilaku
1. Latar pendidikan kedua orangtua pasien adalah lulusan sekolah menengah
pertama. Pengetahuan akan kesehatan sangat rendah, ibu pasien hanya berbekal
ilmu yang diajarkan oleh nenek pasien dalam merawat balita, sehingga banyak
hal yang tidak disadari mengenai perilaku yang berpengaruh buruk terhadap
kesehatan.
28
2. Selain perilaku kurang sehat, pasien juga sejak kecil tidak mendapat ASI
ekslusif dari ibunya. Pasien diberi susu sapi dan dilanjutkan susu kaleng kental
manis hingga usia 4,5tahun. Pada saat 6 bulan pasien sudah mendapat makanan
tambahan berupa sereal. Ketiadaan asupan ASI ekslusif sejak lahir dapat
mempengaruhi kondisi imunologis pasien dan dapat meyebabkan pasien rentan
terhadap infeksi, termasuk infeksi yang meyebabkan terjadinya diare.
3. Pasien kurang begitu memperhatikan kebersihan anak, kamar, dan rumah.
4. Pasien tidak mengetahui dengan benar faktor-faktor yang dapat menyebabkan
penyakit diare.
Aspek resiko internal yang paling berpengaruh terhadap kesehatan pasien adalah
asupan nutrisi yang diperoleh oleh pasien sejak kecil. Pasien sejak kecil tidak
mendapat ASI ekslusif dari ibunya. Pasien diberi susu sapi sampai umur 2 tahun
dan dilanjutkan susu kaleng kental manis hingga usia 4,5 tahun. Pada saat <6 bulan
pasien sudah mendapat makanan tambahan berupa sereal. Makanan sehari hari
pasien sekarang nasi dan sayur saja pasien pun sering makan makanan pasar.
Ketiadaan asupan ASI sejak lahir dan kebiasaan jajan pasien dapat mempengaruhi
kondisi imunologis pasien dan dapat meyebabkan pasien rentan terhadap infeksi,
termasuk infeksi yang meyebabkan terjadinya diare.
29
Diagram HL Blum
LINGKUNGAN
Lingkungan dalam rumah tampak kotor dan kurang ventilasi.
GENETIKA/PENDUDUK PELAYANAN
BALITA DENGAN KESEHATAN
Genetika tidak DIARE
berhubungan dengan 1. Belum ada sistem
penyakit diare. monitoring dari evaluasi
dari puskesmas terhadap
setiap kegiatan
penyampaian informasi
kesehatan
PERILAKU
1. Kurangnya kebersihan alat-alat makan dan minum yang digunakan oleh pasien.
2. Perilaku ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif.
3. Kebiasaan pasien yang suka makan jajanan pasar
4. Kebiasaan diri untuk selalu mencuci tangan kurang
30
1. Kurangnya kebersihan alat-alat makan dan minum yang digunakan oleh pasien.
5. Belum ada sistem monitoring dari evaluasi dari puskesmas terhadap setiap kegiatan
Dari hasil observasi penyebab masalah tersebut, maka saya melanjutkan untuk
PERENCANAAN
1 Lingkungan Memberikan informasi Agar pasien Rumah terlihat keluarga Kunjungan Rp.-
rumah kepada keluarga mampu bersih dan rapi, ke rumah
tampak kotor tentang bagaimana menciptakan serta memiliki
dan tidak dampak lingkungan tatanan rumah cukup ruang
tertata rumah yang kotor dan yang bersih dan dan tidak terlalu
tidak tertata terhadap sehat. padat
kesehatan.
Memberikan edukasi
tentang penataan
ruang dalam rumah
yang bersih, rapi dan
sehat.
2 Kurangnya Memberikan edukasi Untuk Alat makan dan keluarga kunjungan Rp-
kebersihan mengenai teknik dan meningkatkan minum pasien rumah
alat-alat cara membersihkan pengetahuan bersih dan tidak
makan dan alat makan dan minum agar dapat mengandung
minum yang pasien agar tidak melakukan bakteri
digunakan menjadi sarang bakteri. peilaku hidup
oleh pasien bersih dan
sehat
4 Perilaku ibu Memberikan edukasi Untuk Ibu pasien keluarga Kunjungan Rp.-
yang tidak mengenai pentingnya meningkat mengerti dan ke rumah
memberikan ASI bagi pertumbuhan pengetahuan menjadi
asi eksklusif dan daya tahan tubuh tentang pembelajaran
balita agar tidak mudah peranan asi untuk
terjangkit penyakit terhadap kedepannya
pertumbuhan
dan
perkembangan
33
BAB IV
ANALISA/PEMBAHASAN
diare pada balita dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan sosial. Tingkat
pendidikan yang rendah pada umumnya akan mempengaruhi mata pencaharian ekonomi,
dari hal itu akan terbentuk paradigma pemenuhan kebutuhan hidup yang seadanya
termasuk pemenuhan sandang, pangan, maupun papan (pakaian, gaya hidup kurang
diperhatikan, makan seadanya, struktur rumah yang kurang diperhatikan). Sehingga hal
tersebut membuat nutrisi perorang menjadi berkurang, akhirnya daya tahan tubuh melemah
Lingkungan yang tidak sehat (higienis dan sanitasi tidak baik) dapat menjadi medium yang
penyebab diare dapat tumbuh dan berkembang biak dengan sangat baik pada lingkungan
yang kotor. Kenyataan yang kami temukan di lapangan antara lain: Pasien jarang
makan dan minum yang digunakan pasien, kurangnya kebiasaan dalam mencuci tangan,
serta perilakuan ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif sesuai anjuran dan hal ini jelas
Selain faktor perilaku, faktor lingkungan yang juga berpengaruh terhadap kejadian
diare pada penderita. Pada umumnya, lingkungan rumah yang buruk (tidak memenuhi
merupakan merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor
yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan
berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat
karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak
sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan
kejadian penyakit diare. Kenyataan yang kami temukan di lapangan antara lain,
lingkungan dalam dan luar rumah pasien tidak terawat kebersihannya, terdapat tumpukan
barang bekas pada dapur dan terlihat ada sampah. Daerah rumah tersebut sangat
Dari faktor pelayanan kesehatan kami menemukan belum ada sistem monitoring
dan evaluasi dari penyampaian informasi yang diberikan kepada masyarakat baik berupa
penyuluhan maupun informasi yang diberikan melaui leaflet. Pengetahuan kesehatan akan
berpengaruh kepada perilaku, sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari
kesehatan.
Dalam hal ini tidak didapatkan hubungan kausal antara genetika dengan penyakit diare
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Dari pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien baik secara observasi langsung
(home visit), wawancara dengan pasien dan catatan medik selama pasien berobat di
dapatkan data sebagai berikut:
5.1.1.1.Anamnesis
Pada tanggal 24 juni 2016 pasien dibawa oleh ibunya ke Puskesmas Gebang
sari dengan keluhan sejak 2 hari anaknya BAB cair lebih dari 3x dalam 1 hari.
Orangtua pasien mengatakan BAB cair disertai ada ampas, warna kuning,
berbusa, tidak ada darah. Pasien juga terlihat lemas dan susah untuk makan dan
minum. Ibu pasien menyangkal adanya demam, batuk pilek, dan muntah pada
anaknya. Hingga saat ini belum ada obat yang diberikan pada pasien untuk
mengurangi diare pada pasien. Ibu pasien mengatakan sebelumnya pasien hanya
makan nuget dan minum susu kaleng kental manis, tidak ada makanan lain yang
diberikan.
1. Kurangnya kebersihan alat-alat makan dan minum yang digunakan oleh pasien.
36
5. Belum ada sistem monitoring dari evaluasi dari puskesmas terhadap setiap
1. Untuk pasien
1. Lingkungan
3. Untuk Unissula
1. Bekerjasama dengan puskesmas di sekitar kampus Unissula untuk lebih
meningkatkan kesehatan masyarakat.
2. Mengadakan bulan bakti kesehatan dan pengobatan massal.
38
BAB VI
PENUTUP
Demikianlah laporan dan pembahasan mengenai hasil peninjauan kasus diare pada
balita pasien di Puskesmas Genuk. Saya menyadari bahwa kegiatan ini sangat penting dan
bermanfaat bagi para calon dokter, khususnya yang kelak akan terjun di masyarakat
sebagai Health Provider, Decision Maker, dan Communicator sebagai wujud peran serta
dalam pembangunan kesehatan.
Akhir kata saya berharap laporan ini bermanfaat sebagai bahan masukan dalam usaha
peningkatan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Genuk dan
puskesmas pembantu gebang sari.
39
DAFTAR PUSTAKA
Aman, A.T., 2004, Perkembangan Terkini Vaksin terhadap Diare, disampaikan dalam Seminar
Nasional Diare Perkembangan Terkini dan Permasalahannya, Yogyakarta.
Amiruddin R., (2007), Current Issue Kematian Anak (Penyakit Diare), Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Andrianto, P., (1995), Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare Akut, EGC, Jakarta.
Depkes, (2000), Buku Pedoman Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit
Diare,Ditjen PPM & PLP, Jakarta.
Hamdani, 2009,. Pengaruh Faktor Upaya Pengobatan Dan Pencegahan Yang Dilakukan Ibu
Pada Balita Dengan Penyakit Diare Di Puskesmas Bandar Baru Kabupaten Pidie
Jaya Tahun 2009. Tesis. Medan: FKM USU
Handayani, L,. 2007. Hubungan Higiene Pribadi Ibu dan Sanitasi Lingkungan dengan
Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tempel I Kecamatan Tempel
Kabupaten Sleman. Yogyakarta : Pasca sarjana UGM
LAMPIRAN
DATA ANGKA KEJADIAN DIARE
PADA BALITA DI PUSKESMAS GENUK
KOTA SEMARANG tahun 2015 s/d 2016
NO. TAHUN JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUS SEPT OKT NOV DES
1 2016 125 104 67 42 69 77 - - - - - -
2 2015 - - - - - - - - - - - 66
41