Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan Nasional, sesuai
dengan yang tertulis dalam Undang-Undang no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan dalam Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948 disepakati antara lain bahwa di perolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah suatu hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya. Masalah kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut berbagai aspek kehidupan. Masalah kesehatan masyarakat, dapat dipandang sebagai problem akibat dari berbagai kebijakan atau kondisi masyarakat. Sebaliknya masalah kesehatan sebagai salah satu unsur kualitas Sumber Daya Manusia, merupakan penentu berbagai kebijakan pembangunan. Perkembangan zaman saat ini menuntut setiap orang untuk melakukan segala hal secara tepat dan efisien. Hal ini mempengaruhi gaya hidup dan pola kebiasaan sehari-hari. Misalnya kebiasaan minum yang kurang dari kebutuhan tubuh per harinya. Masukan cairan yang tidak kuat dapat berdampak pada ginjal seperti pembentukan batu buli. Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan zaman Mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah ditemukan batu pada kandung kemih seorang mumi. Penyakit ini dapat menyerang penduduk di seluruh dunia tidak terkecuali penduduk di Indonesia. Angka kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai belahan bumi. Di negara-negara berkembang banyak dijumpai pasien batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas, hal ini karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari. Di Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit ini, sedangkan diseluruh dunia rata-rata terdapat 1-12% penduduk yang menderita batu saluran kemih. Penyakit ini merupakan tiga penyakit terbanyak di bidang urologi disamping infeksi saluran kemih dan pembesaran prostat benigna. Batu saluran kemih merupakan penyakit yang sering di klinik urologi di Indonesia. Angka kejadian batu saluran kemih di Indonesia tahun 2002 berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia adalah 37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan 58.959 penderita. Sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah 19.018 penderita, dengan jumlah kematian 378 penderita. Menurut Departemen Kesehatan RI (2004), jumlah pasien rawat inap penderita Batu Saluran Kemih di rumah sakit seluruh Indonesia yaitu 17.059 penderita, dengan Case Fatality Rate (CFR) 0,97%. Menurut Depkes RI (2006), jumlah pasien rawat inap penderita BSK di Rumah Sakit seluruh Indonesia yaitu 16.251 penderita dengan CFR 0,94%. Data dari Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan tahun 2006-2010 diketahui bahwa jumlah pasien rawat inap BSK 111 penderita dengan proporsi 11, 53 dari 963 kasus penyakit dibagian urologi, dengan rincian 24 penderita (2,5%) tahun 2006, 21 (2,2%) penderita pada tahun 2007, 22 penderita (2,3%) pada tahun 2008, 11 penderita (1,1) pada tahun 2009, dan 33 penderita (3,4%) pada tahun 2010. Data rekam medik Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan, diketahui bahwa selama 5 tahun dari tahun 2006-2010 penyakit BSK merupakan penyakit ketiga terbanyak kasusnya di bagian urologi yaitu setelah Gagal Ginjal Kronik (GGK) dengan proporsi 39,1% dan Infeksi Saluran Kemih (ISK) dengan proporsi 22,55% . Daerah Kalimantan Tengah khususnya di Rumah sakit dr. Doris Sylvanus Palangkaraya jumlah pasien yang dirawat diruang Dahlia dengan kasus batu buli pada bulan November dan Desember tahun 2011 sebanyak 20 pasien. Untuk bulan Maret sampai dengan Bulan September 2012 tercatat ada sebanyak 34 pasien yang dirawat dengan kasus batu buli. Jumlah pasien ini diambil dari data rekam medik yang ada di ruang administrasi Dahlia. Dari data tersebut, ditemukan penyakit batu buli tidak termasuk dalam kategori penyakit 10 besar yang ada di ruang Dahlia. Menghindari terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan, perlu hendaknya dilakukan penanganan yang baik. Diberikan dengan memperhatikan aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.