Вы находитесь на странице: 1из 9

BAB I

SPASMOFILIA

1. Pendahuluan
Spasmofilia atau laten tetani merupakan suatu keadaan terdapatnya gejala subjektif yang
samar-samar berupa nyeri perut, nyeri kepala, kelelahan, gugup, vertigo, kesemutan, berdebar,
sesak, tercekik, muntah, kehilangan berat badan, nyeri punggung dan nyeri haid yang disertai
tanda-tanda tetani laten dengan atau tanpa memperlihatkan telani hiperventilasi.1
Tetani laten adalah suatu keadaan di mana saraf sargat peka terhadap keadaan iskemik
(tanda Trousseau, spasme karpal), perkusi saraf (tanda Chvostek), stimulasi listrik (tanda Erb),
atau alkalosis (spasme karpal) dan tanda-tanda ini sangat umum didapat pada, orang-orang yang
mengalami tetani oleh sebab apapun.1
Dalam kamus kedokteran, spasmofilia diartikan sebagai suatu keadaan di mana saraf
motorik memperlihatkan sensitivitas yang abnormal terhadap rangsangan mekanik atau listrik
dan penderita menunjukkan kemudahan untuk mendapatkan spasme, tetani dan kejang.1
Spasmofilia atau tetani laten, telah lama dikenal sebagai gangguan neurovegetatif yang
ditandai suatu keadaan hiperiritatif neuromuskuler disertai tanda klinis, listrik dan humoral yang
khas. Di sini keadaan hiperiritatif neuromuskuler merupakan sifat dasar spasmofilia. Pada
keadaan spasmofilia ditemukan hipokalsemi sebagai inti gangguan pada susunan saraf, walaupun
pada keadaan tetani laten yang idiopati kadar kalsium dalam darah hampir selalu normal
sehingga bentuk ini dinamakan juga spasmofilia.1
Keadaan hiperiritatif susunan saraf pada spasmofilia sangat mencolok, hal ini tampak
bahwa kekuatan listrik galvanik terkecil masih memberikan suatu reaksi. Spasmofilia yang
merupakan suatu keadaan hiperiritabel neuromuskuler dan memberikan beragam gambaran
klinis dapat dideteksi dengan baik oleh alat elektromiografi. Pada pemeriksaan elektromiografi
stimulus atau rangsangan akan menimbulkan suatu potensial berupa gelombang listrik. Intensitas
rangsangan supra maksimal yang berbeda dapat memberi gelombang potensial listrik yang
berbeda pula. Penderita tertentu dapat sangat peka terhadap stimulasi listrik dan hal ini berkaitan
dengan keadaan spasmofilia atau tetani laten.1

2. Etiologi

1
Meskipun pengaruh faktor-faktor psikik sangat jelas, namun tidak dapat dianggap sebagai
suatu penyakit neurotik atau neurastenik. Dengan ditemukannya hipokalsemia dan hipomagnesia
pada para penderita spasmofilia harus difikirkan adanya suatu gangguan metabolik dari kation-
kation tersebut pada susunan saraf sebagai inti gangguannya.1
Hipokalsemi dapat disebabkan oleh keadaan-keadaan defisiensi vitamin D, defisiensi
hormon paratiroid, pankreatitis akut, hiperfostatemia, defisiensi magnesium, sekresi berIebih
hormon adrenokortikal, keganasan, sindrom nefrotik, obat-obatan, transfusi darah, kehilangan
kalsium melalui urin, kondisi alkalosis (alkali, hiperventilasi, obstruksi saluran cerna), kebutuhan
kalsium yang meningkat dan sepsis.1
Dikatakan penurunan kalsium ion dalam plasma akan menuju ke arah hipereksitabilitas
ataun hiperiritabilitas neuron yang menimbulkan gejala spasmofilia. Ansietas yang menginduksi
hiperventilasi akan menimbulkan gejala klinik spasmofilia. Sementara Day (1990) dalam studi
kasusnya menyebutkan tiga generasi mempunyai gejala klinik yang mirip, hal ini memberikan
keyakinan bahwa spasmofilia diturunkan secara dominan pada gangguan berupa hiperiritabilitas
neuronal. pada kesempatan lain Riggs (1992) dalam penelitiannya menyatakan spasmofilia
terjadi secara turun temurun dan penyebarannya luas.2
3. Patofisiologi
Hipokalsemia yang sering terjadi pada spasmofilia akibat kenaikan sistim regulasi
homeostatik konsentrasi kalsium dalam darah. Dalam darah 45% total kalsium darah terikat
dengan albumin, 10% sebagai ion komplek, 45% sisanya sebagai bentuk ion. Fraksi ion yang
diatur oleh hormon tiroid dan vitamin D ternyata berpengaruh terhadap fungsi neuromuskuler
dan neuropsikiatri.1
Secara fisiologis dan klinis hipokalsemia sering terjadi karena kekurangan hormon
paratiroid, vitamin D, metabolit aktifnya atau respon yang abnormal dari tulang, usus dan ginjal
(target organ) . gejala dan tanda akan timbul bila konsentrasi ion kalsium dalam darah dibawah 4
mg/dl atau 2 meq/l, dan ini kira-kira kurang dari 8 mg/dl total kalsium.3
Pada hipokalsemia yang kronik, sering didapatkan kadar kalsium darah sekitar 5-6 mg/dl
dan ini biasanya asimptomatik. Rangsangan neuromuskuler diatur menurut hukum LOEB di
mana ada keseimbangan antara ion K, Na, OH di satu pihak dengan ion Ca, Mg, H di lain pihak.
Penurunan kadar kalsium atau jumlah kalsium total dalam darah akan menuju ke arah
hipereksitasi dalam arti praktis hanya perlu pemeriksaan hipokalsemi yang merupakan tanda
pokok.1

2
Tempat asal aktivitas tetani masih diselidiki, yang jelas bahwa tempatnya bukanlah pada
otot itu sendiri dan diduga jaringan saraf yang berperan dalam aktivasi tetani adalah pusat spinal,
motor end plate atau motorneuron di kornu anterior, sedangkan para psikolog menganggap
bahwa hiperiritabel neuromuskuler merupakan suatu fenomena perifer yang meliputi
motorneuron sampai motor end plate .1
Konsentrasi kalsium pada cairan serebrospinalis ternyata tetap konstan pada keadaan
hipokalsemi dan hiperkalsemi, di sini mungkin faktor lain berperanan penting dalam mengatur
jumlah kalsium pada jaringan otak. Perubahan kadar kalsium ternyata tidak menunjukkan
perubahan pada elektroensefalografi. Keluhan neurologi atau neuromuskuler paling sering
sebagai manifestasi dari keadaan hipokalsemi kronis yang tidak diobati.1

4. Gambaran Klinis
Gejala klinis yang sering dikeluhkan sangat bervariasi dan tidak khas misalnya, spasme
laring, spasme karpopedal, epilepsi, migren psikotik, nyeri perut, nyeri kepala, kelelahan,
ketakutan, emosi labil, vertigo, nyeri haid, kram otot, dan lainnya. 1
Serangan yang khas biasanya didahului oleh perasaan tingling pada ekstremitas terutama
tangan dan daerah mulut disertai oleh parestesi di bibir dan lidah. Perasaan tingling ini bertambah
nyata dan menyebar ke proksimal sampai daerah muka, beberapa saat kemudian timbul rasa
tegang dan spasme pada otot-otot mulut, tangan dan tungkai bawah. Keadaan spasme ini juga
meluas sampai ke muka bahkan ke bagian tubuh lainnya. 1
Kontraksi tonik pada otot-otot distal lengan dan otot-otot interosel menyebabkan
gambaran spasme karpopedal di mana jari-jari dalam keadaan fleksi pada persendian
metakarpofalangeal dan ekstensi pada sendi interfalangeal. Jari-jari dalam keadaan aduksi dan
ibu jari dalam keadaan aduksi dan ekstensi sedangkan pada kaki dijumpai plantar fleksi
dipergelangan kaki dan aduksi jari-jari kaki.

3
Gambar 1. Karpopedal spasme pada tangan

Pada rangsangan yang lebih hebat, otot-otot yang spasme menjadi lebih luas, pada
ekstrimitas atas siku menjadi fleksi; dan bahu mengalami aduksi. Pada tungkai terjadi fleksi
sendi lutut dan aduksi paha. Otot-otot kepala juga mcngalarni spasme dengan trismus dan
retraksi pada sudut mulut (risus sardonikus) mata agak tertutup (blefarospasme) dan bila otot-
otot bulber kena terutama laring maka terjadi laringospasme dengan stridor. Spasme pada otot-
otot tubuh dan leher rnemberi gambaran opistotonus serta sering didapatkan kejang tonik klonik.
Dalam bentuk yang laten dapat memberi gambaran hiperiritabel neuromuskuler dalam
beberapa bentuk yaitu bentuk viseral berupa gangguan digestif dengan kolik lambung dan
muntah, bentuk neurologis berupa serangan tetani dengan kejang epilepsi dan penurunan
kesadaran, sakit kepala, sedangkan bentuk lain berupa bentuk neuropsikotik.1

5. Diagnosis Spasmofilia
Diagnosis spasmofilia dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik neurologis
dan laboratoris, pemeriksaan penunjang elektromiografi. Dengan alat EMG ternyata penyandang
spasmophilia menunjukkan hipereksitabilitas saraf. Stimuli elektrik yang kekuatannya umum
akan menimbulkan amplitude gelombang potensial yang sangat meningkat dibandingkan rata-
rata. Di samping itu pada pemeriksaan khusus dengan lengan dibuat iskhemik selama 10 menit,
perekaman otot pada tangan akan menimbulkan gelombang-gelombang potensial berulang
(repetitive wave potentials) yang disebut gelombang potensial multiplet.1,4

4
Pada anamnesis, didapatkan penderita dengan keluhan-keluhan nyeri kepala, nyeri perut,
nyeri haid, kram otot, epilepsi, migren, vertigo, ketakutan emosi yang labil, kesemutan, bahkan
pada penderita dengan gejala-gejala psikotik.1
Dari pemeriksaan fisik neurologis sangat mungkin timbul tanda-tanda hiperiritabel
neuromuskuler. Di samping tanda-tanda Erbs, Hoffman, Weiss, Lust dan lain-lain, yang sangat
penting adaah tanda fasial dari Chvostek, tanda Trousseau, serta pemeriksaan hiperventilasi.
Pemeriksaan laboratoris terutarna ditunjukkan pada pemeriksaan ion-ion kalsium,
magnesium serta pemeriksaan lain misalnya kalium, fosfat dan analisa gas darah.1
Yang paling penting adalah pemeriksaan elektromiografi di mana gambaran doublets,
triplets dan multiplets yang merupakan manifestasi hiperiritabel saraf dan sensitivitas saraf
adalah khas untuk spasmofilia.1

6. Pemeriksaan Pada Spasmofilia


Selain pemeriksaan elektromiografi pada penderita spasmofilia, dapat diperiksa lebih
dahulu tanda fisik yang berhubungan dengan hiperiritabel sistem neuromuskuler.1
Salah satu tanda yang penting adalah tanda Chvostek yang ditimbulkan melalui ketukan
pada bagian lunak dari pertengahan garis ujung telinga ke ujung mulut tepat di bawah apophyse
zygomaticus. Reaksi positif terdiri atas kontraksi muskulus orbikularis oris yang terutama nyata
pada bagian tengah bibir. Bila tanda ini meragukan sebaiknya dilakukan dahulu hiperventilasi.
Tanda Chvostek ini dikenal ada 3 tingkatan yaitu :
1. bila reaksinya hanya di bibir
2. bila reaksinya menjalar ke ujung hidung
3. bila seluruh muka ikut berkontraksi
Tanda lain yang tak kalah pentingnya adalah tanda Trousseau, kompresi lengan atas, baik
dengan cara meremas atau mengikat dengan torniket atau manset tensimeter, di mana mula-mula
timbul rasa kesemutan pada distal ekstremitas, kemudian timbul kejang pada jari-jari dan tangan
yang membentuk suatu konus. Modifikasi tehnik ini dengan tehnik Von Bonsdorff di mana
manset tensimeter diperrtahankan selama 10 menit kemudian dibuka dan dilakukan
hiperventilasi akan mengakibatkan spasme yang khas (spasme karpopedal) yang lebih cepat pada
lengan yang iskemik dibanding dengan lengan yang lain.

5
Gambar 2. Tanda Chvostek dan tanda trousseau

7. Elektromiografi
Turpin dan Kugelberg adalah orang yang pertama kali meneliti tentang elektromiografi
pada penderita tetani.5
Spasme pada tetani selain disertai aksi potensial yang repetitif dan ireguler pada motor
unit, dan pada saat tetani selalu motor unit potensial akan melepaskan muatan secara spontan
berkekuatan 5-15 Hz.1
Gambaran elektromiografi pada spasmofilia merupakan gambaran yang khas dari
manifestasi neuromuskuler perifer dan dimulai dengan adanya fibrilasi dan fasikulasi serta
bersamaan dengan meningkatnya frekuensi akan terlihat twitching otot.
Gambaran khas tersebut berupa gambaran-gambaran doublets, triplets, bahkan multiplets,
pada monitor yang merupakan potensial aksi yang repetitif di mana gelombang yang belakangan
cenderung mempunyai amplitudo yang lebih besar.
Gambaran ini diduga ada hubungannya dengan tempat di kornu anterior dan beberapa
peneliti menduga hal ini sebagai suatu fenomena perifer yang meliputi motor neuron sampai
motor end plate, walaupun secara keseluruhan belum jelas benar mekanismenya. Gambaran
elektromiografi yang khas ini tidak pada keadaan hiperiritabel lainnya.1
6
Derajat spasmofilia dapat dibagi dalam beberapa tingkat dengan melihal gambaran
elektromlografi yang dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan Trousseau dan hiperventilasi
yaitu ringan, sedang, berat dan sangat berat.
+ ringan : 2-6 potensial repetitif yang berlangsung selama masa lebih dari 2
menit setelah hiperventilasi.
++ sedang : banyak kelompok potensial repetitif yang berlangsung lebih dari
2 menit setelah hiperveutilasl atau 2-6 potensial repetitif
selama masa lebih dari 2 menit setelah iskemik.
+++ berat : tetani yang nyata setelah hiperventilasi atau lebih dari 6
kelompok potensial repetitif permenit selama sekurang -
kurangnya 2 menit setelah iskemik 10 menit.
++++ sangat berat : tetani yang nyata atau kelompok potensial repetitif yang terjadi
selama fase iskemik.

Gambar spasmofilia

8. Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah untuk mengembalikan keseimbangan metabolik. Hal ini dapat
dilakukan dengan pemberian intravena kalsium. Pada kondisi tumor parathyroid dilakukan
pengangkatan tumor, dimana tumor ini menyebabkan kondisi hiperparatiroid yang membuat
kondisi menurunnya Ca secara tiba-tiba.3
Selain itu, perlu dilakukan wawancara dan pemeriksaan fisik yang mengarah pada
kemungkinan adanya faktor kecemasan dan hipereksitabilitas sistim saraf otonom sebaiknya

7
dilakukan dengan saksama. Dicoba juga untuk melacak adanya faktor pemicu kecemasan antara
lain hal-hal yang umumnya terkait dengan kehidupan sehari-hari ataupun kejadian-kejadian
dalam hidup yang menimbulkan konflik batin dan manifest sebagai kecemasan.4
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Diberikan obat analgetik, pilihannya yaitu : parasetamol 500 mg, ibuprofen 400mg, diclofenac
25 mg.
2. Diberikan obat relaksasi otot, yaitu: diazepam 2 mg, eperisone HCl 50 mg.
3. Bila ada unsur kecemasan dapat ditambahkan obat anticemas: antara lain alprazolam 0.25mg
atau 0.5mg.
4. Bila hasil EMG menunjukkan hipereksitabilitas derajat berat, disarankan untuk diperiksa
kadar kalsium karena kemungkinan dijumpai hipokalsemi yang akan memperberat
hipereksitabilitas. Bila kurang dapat dikoreksi dengan calsium tablet atau tablet effervescent
(500mg-1000mg) per hari.
5. Hipereksitabilitas derajat berat dan spasme otot yang tidak kunjung reda dapat ditambahkan
gabapentin dosis kecil pada malam hari (75mg-150mg) disamping obat relaksasi otot.
6. Fisioterapi yang berupa diatermi dan masage untuk relaksasi otot.
7. Edukasi yang terkait dengan stres fisik yaitu mengurangi aktivitas kerja yang menimbulkan
straining otot dan edukasi untuk melakukan aktivitasnya dengan benar.
8. Psikoterapi ke psikolog atau psikiater bila memang diperlukan untuk kecemasannya. Atau
dapat dicoba dulu memberi kesempatan untuk diskusi mengenai sakitnya dan penyebabnya
dengan pasien atau keluarga. Berikan penjelasan, nasihat atau sugesti yang suportif untuk
menghilangkan kecemasannya. Seringkali tindakan ini sudah mencukupi.
9. Edukasi untuk perubahan life style (gaya hidup) untuk kasus-kasus yang tidak pernah
menjalankan latihan-latihan badan. Yang terbaik adalah latihan aerobik kombinasi dengan
latihan peregangan dan latihan pernapasan. Minimal menjalankan latihan untuk kepala dan
leher.

DAFTAR PUSTAKA

8
1. Hadinoto S, Sinarja AMG , Marulimangunsong. Spasmofilia, aspek klinis dan
elektromiografi. Dalam: Hadinoto S, Soetedjo, Jonatan T, editor. Kejang Otot. Semarang:
Badan penerbit Universitas Diponegoro; 1995.p 39-45.
2. Day J.W. Normocalemic tetany abolished by calcium infusion. An Neural 1990: (4): 438-
40.
3. Metz R, Larson EB. Blue book endocrinology. Philadelphia: WB Saunders Coy;1985:
172-216.
4. Widiastuti MI. Aspek anatomi terapan pada pemahaman neuromuskuloskeletal kepala
dan leher sebagai landasan penanganan nyeri kepala tegang primer. Dalam: Pidato
pengukuhan: Diucapkan pada upacara penerimaan jabatan guru besar anatomi fakultas
kedokteran universitas diponegoro). Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang;
2005.p.21-22,29-30.
5. Layzer RB. Neuromuscular manifestation of systemic disease. Philadelphia. FA Davis
Coy 1985: 57-62.

Вам также может понравиться