Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SUSILAWATI
A24080100
Abstract
The internship was conducted at oil palm plantation of Teluk Siak Estate,
PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Riau for three months starting from
February 13th 2012 to May 13 th 2012. The main purpose of this internship is to
increase knowledge, skill, experience, waste product management of oil palm
plantation, and to analyze waste product of palm oil as an organic fertilizer. The
analysis results showed that application of empty fruit bunches(EFB) as organic
fertilizer has not been able to increase the amount of nutrients on palm oil leaf
and increase of palm oil production. Application of palm oil mill effluent (POME)
are able to increase the amount of nutrients on palm oil leaf palm oil especially
nitrogen and phosphate and a positive impact to increase production of oil palm
plantations especially on the productivity (ton/ha).
Kery word : By Product, Oil Palm Plantation, Empty Fruit Bunch (EFB), Palm
Oil Mill Effluent (POME)
RINGKASAN
SUSILAWATI
A24080100
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP
Halaman
Halaman
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
2. Potensi dan Pemanfaatan JJK dari Limbah PKS sebagai Hara dalam
Suatu Luasan ................................................................................ 6
11. Luas Lahan Blok Aplikasi Limbah Cair dan Jumlah Flat Bed
PT AIP ........................................................................................ 51
12. Hasil Analisis Daun pada Lahan Aplikasi JJK dan Lahan
Kontrol ......................................................................................... 53
13. Hasil Analisis Daun pada Lahan Aplikasi Limbah Cair (LA) dan
Lahan Kontrol (LK) ...................................................................... 54
14. Konsentrasi Hara dalam Daun Kelapa Sawit pada Kondisi Defisiensi,
Optimum dan Berlebih untuk Tanaman Tua > 6 Tahun ................. 55
16. Perbandingan Produksi antara Lahan Aplikasi Limbah Cair (LA) dan
Lahan Kontrol (LK) ...................................................................... 57
17. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Tanah Sumur Pantau (SP I, SP II dan
SP III) di Blok Aplikasi dan Sumur Penduduk .............................. 60
18. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Sungai Hilir dan Hulu ................. 61
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Latar Belakang
Tujuan
cepat membuka sehingga lebih cepat dan efektif menjalankan fungsinya sebagai
tempat fotosintesis.
Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman berumah satu, artinya pada satu
tanaman terdapat bunga jantan dan betina. Meskipun dalam satu tanaman terdapat
bunga betina dan bunga jantan namun muncul dan mekarnya tidak bersamaan,
sehingga tanaman kelapa sawit melaksanakan penyerbukan secara silang (cross
polinated). Bunga kelapa sawit merupakan bunga majemuk yang terdiri dari
kumpulan spikelet dan tersusun dalam inflorensen yang berbentuk spiral (Pahan,
2010).
Secara botani buah kelapa sawit terdiri dari exocarp (kulit), mesocarp dan
endocarp (cangkang) yang membungkus 1 - 4 kernel. Inti memiliki testa,
endosperm yang padat dan sebuah embrio (Pahan, 2010). Buah terkumpul di
dalam tandan, dalam satu tandan terdapat sekitar 1 600 buah. Tanaman normal
akan menghasilkan 20 - 22 tandan per tahun. Jumlah tandan buah pada tanaman
tua sekitar 12 14 tandan per tahun dan berat setiap tandan sekitar 25 35 kg.
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di
sekitar lintang Utara Selatan 120 pada ketinggian 0 500 m dari atas permukaan
laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2 000 2 500 mm/tahun, tidak
memiliki defisit air serta hujan agak merata sepanjang tahun (Lubis, 1992). Pahan
(2010) menambahkan bahwa tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas
cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakuan fotosintesis, kecuali pada
kondisi juvenile di pre-nursery. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada
berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol,
andosol, organosol dan alluvial (Lubis, 1992).
Temperatur yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit yaitu
24 - 28 0C, terendah 18 0C dan tertinggi 32 0C. Kelembaban optimal yaitu 80 %
dan penyinaran matahari 5 7 jam. Penyinaran matahari yang kurang dari 5 jam
dapat menyebabkan berkurangnya asimilasi, gangguan penyakit, gagalnya
pembakaran dan rusaknya jalan karena lambat kering. Kelembaban rata-rata yang
tinggi akan merangsang perkembangan penyakit. Ketinggian dari permukaan yang
5
Limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang
terdiri dari janjang kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain, sedangkan limbah
cair yang terjadi pada in house keeping yang berasal dari kondensat, stasiun
klarifikasi dan dari hidrosiklon. Selain kedua jenis limbah tersebut, industri kelapa
sawit juga menghasilkan limbah gas antara lain gas cerobong dan uap air buangan
pabrik kelapa sawit (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2006). Jenis, potensi
dan pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 1.
Limbah Padat
Limbah yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan kelapa sawit yaitu limbah
padat seperti janjang kosong (JJK) atau disebut juga tandan kosong kelapa sawit
(TKKS), cangkang, serat (serabut) dan lain-lain yang pada umumnya lebih mudah
untuk dikendalikan bahkan dapat dimanfaatkan (Lubis, 1992). Janjang kosong
dapat dimanfaatkan untuk pupuk, karena limbah ini mempunyai fungsi ganda
yaitu selain menambah hara ke dalam tanah juga meningkatkan kandungan bahan
organik tanah yang sangat diperlukan bagi perbaikan sifat fisik tanah. Persentase
janjang kosong terhadap tandan buah segar (TBS) sekitar 20 % dan setiap ton
6
Tabel 2. Potensi dan Pemanfaatan JJK dari Limbah PKS sebagai Hara
dalam Suatu Luasan
Limbah Cair
cair yaitu yang berasal dari kondensat rebusan sebanyak 0.21 ton dari setiap ton
TBS yang diolah, dari centrifuge sludge 0.50 ton dan dari pencucian hidrosiklon
(hydrocyclone) 0.20 ton atau seluruhnya berjumlah 0.67 ton (Lubis, 1992).
Poeloengan dan Tobing (2000) menambahkan bahwa jumlah dan volume limbah
cair yang dihasilkan dari beberapa unit proses adalah sebagai berikut: air
kondensat antara 15 20 %, limbah atau air sludge dari stasiun klarifikasi antara
70 75 % dan air buangan dari hidroksiklon antara 5 10 %. Limbah cair yang
akan dihasilkan dari seluruh proses produksi minyak kelapa sawit diperkirakan
maksimal 60 % dari seluruh tandan buah segar yang diolah (Direktorat
Pengolahan Hasil Pertanian, 2006).
Menurut Lubis (1992) pedoman atau parameter yang dipakai dalam
pengolahan LCPKS adalah Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxigen
Demand (COD), Suspended Solid (SS), Total Solid (TS) dan Kemasaman (pH).
BOD adalah kebutuhan oksigen oleh jasad renik (mikroba) untuk merombak atau
mengoksidasikan bahan organik secara biologis pada kondisi (suhu dan waktu)
tertentu. BOD dinyatakan dalam mg/l artinya jumlah oksigen (mg) yang
dibutuhkan bakteri untuk menetralisir atau mencernakan zat organik yang ada
dalam satu liter air. COD adalah kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk
merombak bahan organik maupun anorgaik secara kimia. SS adalah bahan
padatan (bahan organik) yang terdapat pada limbah sebagai indikator tinggi
rendahnya BOD dan COD. TS adalah total bahan padatan yang merupakan
indikator daya serap air limbah terhadap udara (oksigen). pH adalah keasaman air
atau limbah cair yang menentukan tingkat gangguan atau kehidupan dalam air.
Limbah cair yang dihasilkan pabrik kelapa sawit mengandung bahan
organik dan mineral cukup tinggi dengan Biological Oxygen Demand (BOD)
sekitar 25 000 mg/l dan apabila dibuang langsung ke sungai atau perairan lainnya
dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan air dan tanah tempat
pembuangannya dan selanjutnya akan menimbulkan pencemaran (Poeloengan dan
Tobing, 2000).
Nilai Biological Oxigen Demand (BOD) yang masih tinggi menunjukkan
bahwa dalam kolam penampungan limbah belum terjadi proses penguraian oleh
mikroorganisme dan belum mengalami proses pengolahan limbah dalam suatu
8
Limbah cair pabrik kelapa sawit mengandung unsur hara esensial yang
berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pupuk melalui land application dalam
rangka meningkatkan kualitas lahan pertanian. Selain itu, limbah cair juga masih
mengandung bahan organik (c-organik) yang sangat baik sebagai bahan pembenah
tanah (soil conditioner) (Banuwa, 2007).
Kandungan hara yang dimilki oleh limbah cair kelapa sawit merupakan
hara yang dibutuhkan oleh tanaman yaitu N, P, K, Ca dan Mg sehingga limbah
cair tersebut mempunyai potensi sebagai sumber hara untuk tanaman yang dapat
menggantikan fungsi pupuk konvensional yang telah biasa diberikan. Sutarta et al.
9
METODE MAGANG
Metode Pelaksanaan
Data hasil analisis status hara dalam daun kelapa sawit dan perolehan
produksi tanaman kelapa sawit yang diaplikasikan limbah dan kontrol dianalisis
dengan menggunakan uji hipotesis t-student. Jumlah blok sebagai ulangan diambil
masing-masing tiga blok (tiga blok untuk lahan aplikasi dan tiga blok untuk lahan
kontrol). Rumus uji hipotesis t-student (Walpole, 1993):
(x-x)
=
s s
n + n2
Keterangan :
x = rata-rata perolehan produksi kelompok perlakuan (lahan aplikasi)
x = rata-rata perolehan produksi kelompok kontrol pengamatan 1 & 2
s = standart deviasi kelompok perlakuan (lahan aplikasi)
13
Teluk Siak Estate (TSE) merupakan salah satu kebun yang dikelola oleh
PT Aneka Intipersada (PT AIP) di bawah PT Minamas Plantation dan merupakan
bagian dari Sime Darby Group. PT Aneka Intipersada merupakan suatu Perseroan
Terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989 dengan tujuan utama untuk
usaha di bidang pertanian dan pekebunan. PT Aneka Intipersada membangun
suatu perkebunan kelapa sawit sebagai konversi dari hutan sekunder dengan luas
kurang lebih 12 000 ha di atas cadangan lahan seluas 15 000 ha. PT AIP terdiri
dari tiga kebun yaitu Aneka Persada Estate (APE), Teluk Siak Estate (TSE) dan
Pinang Sebatang Estate (PSE). Penanaman kelapa sawit pada areal tersebut
dimulai sejak tahun 1989. PT Aneka Intipersada dilengkapi dengan satu unit
pabrik kelapa sawit yaitu Teluk Siak Factory (TSF) yang dibangun pada tahun
1999 dan beroperasi tahun 2000 serta kapasitas olah 45 ton/jam.
153.8 hari/tahun. Suhu udara berkisar antara 20 35 0C, kelembaban udara rata-
rata 80 % dan lama penyinaran 12 - 13 jam/hari. Data hari hujan dan curah hujan
di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Riau, periode 2007/2008-2011/2012
disajikan pada Lampiran 5.
TSE mempunyai dua jenis yaitu tanah mineral dan gambut yang tersebar
di seluruh divisi. Jenis tanah pada areal TSE adalah tanah ultisol yang berasal dari
bahan induk tanah alluvial dengan tekstur tanah liat berpasir atau disebut juga
sandy clay. Ketinggian tanah yaitu 10 - 100 m dpl dan mempunyai tiga jenis
topografi tanah yaitu datar (level) kemiringan 0 4 % atau 0 20, bergelombang
(undulating) kemiringan 4 12 % atau 2 60 dan berbukit (rolling) kemiringan
12 24 % atau 6 120.
Areal pekebunan kelapa sawit Teluk Siak Estate memiliki luas total
berdasarkan Hak Guna Usaha (HGU) sebesar 3 321.20 ha dengan luas lahan yang
diusahakan yaitu sebesar 3 116.98 ha dan luas lahan yang mungkin bisa ditanam
sebesar 204.22 ha. Teluk Siak Estate memiliki tiga divisi yang terdiri dari Divisi I
dengan luas luas 1 063.16 ha, Divisi II dengan luas 1 116.68 ha dan Divisi III
dengan 1 141.36 ha.
Varietas kelapa sawit yang ditanam di Teluk Siak Estate adalah varietas
Tenera dengan jenis Socfindo, Marihat, Guthrie, Lonsum dan Rispa. Tanaman
yang ada di TSE terdiri dari 12 tahun tanam yaitu tahun 1994, 1995, 1996, 1997,
1998, 1999, 2000, 2001, 2003, 2004, 2008 dan 2011. Jarak tanam yang digunakan
adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan jarak antar barisan 7.96 m dan jarak dalam
barisan 9.2 m sehingga populasi per hektarnya 136 tanaman (pokok).
Berdasarkan kondisi di lapangan populasi tanaman rata-rata per hektar
lebih rendah dari populasi yang seharusnya yaitu sebanyak 136 pokok. Hal
tersebut disebabkan oleh adanya tanaman yang mati karena terserang hama dan
penyakit, kemiringan tempat, jarak tanam yang tidak teratur dan sebagainya.
16
Produksi, produktivitas dan Bobot Janjang Rata-rata (BJR) TBS Teluk Siak Estate
PT Aneka Intipersada lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.
Luas Produksi
Produktivitas BJR
Tahun Areal Jumlah TBS Bobot TBS (ton/ha) (kg/tandan)
(ha) (tandan) (ton)
2006/2007 2 698 4 133 699 47 774 280 17.71 11.58
2007/2008 2 725 4 099 015 53 120 400 19.49 12.96
2008/2009 2 725 3 489 552 48 977 990 17.97 14.04
2009/2010 2 725 3 184 489 47 210 270 17.32 14.83
2010/2011 2 822 3 425 446 53 577 460 18.98 15.64
Sumber : Kantor Besar TSE (2012)
Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada merupakan salah satu unit usaha
dari Minamas Plantation. PTAneka Intipersada dipimpin oleh seorang General
Manager yang bertanggung jawab kepada Dewan Direksi dan membawahi
beberapa Manajer Kebun (Estate Manager). TSE dipimpin oleh satu orang
Manajer Kebun yang dibantu oleh seorang Asisten Kepala (askep) yang
merangkap sebagai asisten divisi II, satu orang asisten divisi I, asisten divisi III
pada saat kegiatan magang digantikan oleh asisten OJT (On Job Training) dan
seorang Kepala Tata Usaha (KTU). Struktur organisasi Teluk Siak Estate dapat
dilihat dalam Lampiran 6.
Manajer Kebun bertugas untuk mengelola, mengorganisasikan dan
mengendalikan semua kegiatan di kebun dalam rangka mencapai produksi dan
mutu hasil yang optimal. Asisten Kepala bertanggung jawab langsung kepada
Manajer Kebun untuk mengelola seluruh kegiatan divisi dan transportasi unit
(traksi) dengan tujuan untuk mencapai target produksi seluruh divisi dan
mengelola kelancaran pengangkutan di kebun. Asisten Divisi bertugas dan
bertanggungjawab untuk mengelola divisi secara menyeluruh baik dalam hal
teknis di lapangan maupun secara administrasi, pembinaan terhadap sumber daya
manusia yang dipimpinnya, serta pengendalian biaya yang disetujui dan menjadi
17
tanggung jawab divisi. Kepala Tata Usaha (KTU) bertugas dan bertanggungjawab
dalam bagian administrasi dan keuangan di tingkat kebun.
Tenaga kerja di Teluk Siak Estate terdiri dari karyawan staf dan non--staf.
Tenaga kerja staf terdiri dari manajer kebun, Asisten Divisi dan KTU. Karyawan
non-staf terdiri dari Serikat Karyawan Utama (SKU) Bulanan dan Harian. Tenaga
kerja Buruh Harian Lepas (BHL) yang bekerja di TSE berjumlah sekitar 10 orang
yang hanya digunakan untuk tenaga kerja aplikasi pemupukan apabila jumlah
karyawan tidak mencukupi. Jumlah karyawan di Teluk Siak Estate sampai dengan
bulan Maret 2012 yaitu 491 orang yang terdiri dari 5 orang staf dan 486 orang
karyawan non-staf. Indeks tenaga kerja di TSE sebesar 0.16 HK/ha dan hal
tersebut bisa dikatakan baik karena norma ITK untuk perkebunan kelapa sawit
adalah 0.2 HK/ha (Pahan, 2010). Komposisi jumlah tenaga kerja di Teluk Siak
Estate dapat dilihat pada Tabel 5.
Organisasi pengelolaan limbah cair yang ada di Divisi II TSE terdiri dari
asisten divisi yang membawahi satu orang mandor dengan tiga orang karyawan
aplikasi limbah. Tenaga kerja aplikasi limbah dibagi dua shift yaitu satu orang
untuk shift pagi sampai siang dan dua orang untuk shift siang sampai malam.
Karyawan pengolahan limbah cair di pabrik terdiri dari dua orang yang
bertanggungjawab langsung terhadap asisten proses di pabrik dan bertugas untuk
mengelola pengolahan limbah serta menjaga kolam-kolam penampungan limbah
serta semua biaya dibebankan ke pihak pabrik.
PELAKSANAAN MAGANG
Aspek Teknis
Aspek teknis budidaya tanaman kelapa sawit yang dilakukan di Teluk Siak
Estate mencakup kegiatan perawatan tanaman dan produksi. Kegiatan teknis yang
dilakukan meliputi penunasan, Leaf Sampling Unit (LSU), pemupukan,
pengendalian gulma, pengendalian hama, pemanenan, pengolahan TBS dan
pengelolaan limbah (aplikasi JJK dan limbah cair). Sebelum melaksanakan
kegiatan di lapangan selalu diawali dengan kegiatan antrian pagi antara asisten
dan mandor setelah itu dilaksanakan lingkaran pagi antara mandor dan karyawan.
Penunasan
Pengambilan sampel daun didasarkan pada suatu unit yang dikenal dengan
kesatuan sampel daun atau leaf sampling unit. Pengambilan contoh daun ini
dilakukan satu kali dalam satu tahun dan digunakan untuk rekomendasi
pemupukan satu tahun berikutnya setelah dilakukan pengambilan contoh daun.
Kegiatan LSU ini dilakukan antara puku 07.00 - 11.00 waktu setempat dan tidak
boleh dilakukan pada watu hujan atau hujan di malam hari. Interval pengambilan
sampel daun dengan kegiatan pemupukan sebelumnya minimal 2 - 3 bulan.
Alat dan bahan yang digunakan yaitu egrek, gunting, kuas, alat tulis, cat
warna biru, plastik, blankgkoo LSU, label data LSU dan foto defisiensi hara.
Petugas LSU terdisri dari satu tim yang beranggotakan dua orang. Selain
mengambil sampel daun, pada kegiatan LSU dilakukan juga pengamatan status
hara daun pada pokok tanaman sampel dan pokok tanaman yang berada pada
barisan yang sama dengan tanaman sampel. Status hara yang diamati yaitu
defisiensi N, P, K, Mg dan B.
Titik sampel (TS) merupakan pokok yang diambil daunnya sebagai
sampel. Pokok TS pertama terletak pada baris ketiga dan pokok ketiga blok pada
posisi Barat-Selatan. Pokok yang akan diambil sebagai sampel harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut: pokok tidak dekat dengan jalan, sungai, bangunan
dan parit, bukan pokok sisipan, pohon normal dan tidak terkena penyakit. Apabila
tidak memenuhi syarat tersebut, maka TS harus digeser sebagai berikut: pokok
yang berada di pinggir jalan bergeser dua pokok ke dalam, pokok dekat parit dan
bangunan bergeser satu pokok, pokok yang bersebelahan dengan pokok
mati/kosong bergeser dua pokok, pokok steril atau terserang penyakit bergeser
satu pokok dan pokok yang tumbuh abnormal bergeser satu pokok.
Daun yang diambil yaitu daun pada pelepah ke-17 atau daun yang berada
pada fase perkembangan yang telah sempurna. Pelepah ke-17 dipilih karena
dinilai dapat menggambarkan status hara pada tanaman dibanding daun yang lain
dan pelepah ke-17 menunjukkan perbedaan yang paling mencolok dalam tingkat
kandungan hara N, P dan K. Penentuan pelepah ke-17 dengan menentukan
terlebih dahulu pelepah pertama yaitu pelepah yang daunnya telah membuka
sempurna. Setelah itu dari pelepah pertama ditentukan arah spiral pelepah kanan
21
atau kiri. Pelepah ke-17 terletak dua spiral di bawah pelepah pertama agak ke
sebelah kiri pada spiral kanan dan agak ke sebelah kanan pada spiral kiri.
Pelepah ke-17 diturunkan dengan menggunakan egrek, kemudian diambil
anak daun tengah, yaitu anak daun yang terletak diantara pelepah yang datar dan
tajam serta ditandai dengan jarum/tonjolan. Jumlah anak daun yang diambil
adalah terdiri atas 3 lembar daun sebelah kanan pelepah dan 3 lembar daun
sebelah kiri pelepah (Gambar 1). Helaian daun diambil bagian tengahnya
sepanjang 20 cm dengan menggunakan gunting dan memisahkan lembar daun
dengan lidinya kemudian memasukkan lembar daun ke dalam kantong plastik,
lembaran daun bagian kanan lidi ke kantong plastik putih dan lembaran daun
bagian kiri lidi ke kantong hitam. Lembaran daun dipotong menggunakan gunting
dengan ukuran 2 cm. Setelah satu blok selesai diambil seluruh sampelnya dan
daun sudah dipotong-potong dengan ukuran 2 cm daun-daun tersebut dimasukkan
ke dalam plastik yang sudah ditentukan dan setelah itu di kirim ke Minamas
Research Centre (MRC) untuk dianalisis kandungan haranya sehingga dapat
digunakan untuk dosis rekomendasi pemupukan.
Pemupukan
Pemupukan adalah kegiatan memberi nutrisi atau hara tambahan pada
tanaman agar produksi tanaman menjadi optimal. Prinsip utama dalam
aplikasi/penaburan pupuk di perkebunan kelapa sawit adalah bahwa setiap pokok
harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang telah direkomendasikan oleh
Departemen Riset untuk mencapai produktivitas tanaman yang menjadi tujuan
akhir dari bisnis perkebunan. Kegiatan pemupukan merupakan kegiatan yang
sangat penting karena biaya pemupukan sangat signifikan mencapai 60 % dari
22
total biaya pemeliharaan. Oleh karena itu, ketepatan dan ketelitian aplikasi adalah
sesuatu yang sangat penting untuk dilakukan.
Efektivitas dan efisiensi pemupukan ditentukan enam faktor yaitu jenis
pupuk, dosis aplikasi, penyimpanan pupuk, waktu aplikasi, cara aplikasi dan
tempat diaplikasikan. Pupuk yang digunakan di kebun TSE adalah pupuk organik
yaitu aplikasi janjang kosong dan pupuk anorganik yang terdiri dari rock
phosphate (RP), urea, MOP, kieserite, HGFB dan dolomit. Sistem pemupukan di
TSE menggunakan Sistem Pemupukan Blok (Block Manuring System/BMS) yaitu
sistem pemupukan yang terkonsentrasi dalam 1 - 2 hanca pemupukan per kebun,
dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik,
supervisi lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi. Organisasi pemupukan
meliputi tukang angkut pupuk dari gudang sampai pengenceran pupuk di
collection road dan tukang tabur pupuk.
Pengenceran pupuk. Pengenceran pupuk merupakan kegiatan memuat
pupuk yang ada di gudang dan menyusunnya ke dalam truk serta
mendistribusikannya ke lokasi pemupukan. Pengeceran dilakukan di collection
road pada TPP (Tempat Penumpukan Pupuk) yang telah ditentukan jumlahnya
sesuai dengan dosis pupuk. Losses pupuk sering terjadi pada saat pengangkutan
pupuk menggunakan dump truck, saat menurunkan pupuk di TPP sering kali goni
terbuka sehingga pupuk terbuang di jalan. Pengenceran pupuk dari atas kendaraan
harus ditangani oleh petugas yang terlatih dan diletakkan pada tempat
pengenceran yang sudah ditentukan.
Pelaksanaan Aplikasi. Pelaksanaan pemupukan dikerjakan blok per blok
dengan tujuan agar mutu aplikasi lebih baik, produktivitas lebih tinggi dan
kegiatan supervisi lebih terkonsentrasi. Aplikasi penaburan pupuk dilakukan di
batas terluar piringan (bibir piringan) dan pupuk ditabur secara merata di bawah
rumpukan pelepah (yang ditumpuk secara u-shape) atau apabila di lahan terdapat
aplikasi janjang kosong maka pupuk dapat ditaburkan di atas janjang kosong.
Penaburan pupuk dilakukan dengan menggunakan alat tabur yang sudah
dikalibrasi sesuai dengan dosis pupuk yang digunakan.
Prestasi kerja kegiatan pemupukan adalah 450 kg/HK sampai 600 kg/HK
dan premi yang diperoleh pekerja yaitu Rp 50.00/kg apabila sudah mencapai basis
23
sebesar 450 kg, sedangkan prestasi kerja penulis yaitu 150 kg/HK. Alat pelindung
Diri (APD) yang dgunakan yaitu baju lengan panjang, apron (baju keselamatan),
sarung tangan, masker, pelidung kepala (topi) dan sepatu boots.
Pengendalian Gulma
boots, sarung tangan dan masker. APD tersebut dipakai pekerja di rumah BSS dan
setelah dipakai maka dikembalikan dan dicuci di rumah BSS kembali. Kegiatan
pengendalian gulma secara kimia ditunjukkan pada Gambar 2.
A B C
Gambar 3. Bongkar Tumbuhan Pengganggu. (A) Cados, (B). Parang Babat dan
(C) Kegiatan BTP
26
Pengendalian Hama
Monitoring hama. Serangan hama ulat api dan ulat kantong telah banyak
menimbulkan masalah yang berkepanjangan dan akibat serangan tersebut
menyebabkan kehilangan daun tanaman yang berdampak langsung terhadap
penurunan produksi. Kejadian ledakan hama ulat api dan ulat kantong tidak tejadi
secara tiba-tiba melainkan dapat diduga dengan sistem pengamatan yang baik.
Pelaksanaan pengamatan dilakukan dengan sistem pengambilan contoh yang
terdistribusi secara merata.
Kegiatan sensus ulat meliputi deteksi dan perhitungan hama pada titik
sensus yang sudah ditentukan. Penentuan titik sensus adalah dimulai pada baris
pertama pokok pertama, baris pertama pokok ke-11, begitu selanjutnya sampai
satu baris habis. Setelah itu pindah baris ke-11 pokok 1, baris ke-11 pokok ke-11
dan begitupun selanjutnya. Interval perpindahan baris dan pokok untuk sensus ulat
api yaitu 10 pokok. Pengambilan contoh pelepah yang akan diamati yaitu pelepah
yang paling parah terkena serangan ulat api, setelah itu dihitung jumlah dan jenis
ulat yang ada pada pelepah tersebut dari kedua bagiannya yaitu bawah dan atas.
Jenis hama yang dominan adalah Setora nitens, Thosea asigna dan Darna trima.
Selain melakukan sensus ulat api, monitoring hama dilakukan terhadap
hama lain yaitu tikus. Pengamatan terhadap serangan tikus dilihat pada buah
kelapa sawit yaitu dari bekas gigitan pada buah/brondolan, kegiatan tersebut
biasanya dilakukan oleh mantri tanaman pada saat melakukan field check. Tikus
hanya memakan daging buah (mesokarp) baik pada tandan muda maupun tandan
yang sudah matang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa satu ekor tikus
dapat mengkonsumsi mesokarp 4 g/hari, sehingga kehilangan produksi
mencapai 5 % dari produksi normal.
Pengendalian hama. Tujuan utama tindakan pengendalian hama adalah
bukan untuk membasmi hama, tetapi untuk menurunkan populasi hama sampai
pada tingkat yang tidak merugikan. Pengendalian hama secara biologi dilakukan
apabila kerusakan akibat serangan diperkirakan belum akan menurunkan
produksi. Departemen Riset akan memberikan rekomendasi untuk menentukan
skala prioritas pengendalian berdasarkan jenis hama, tingkat serangan,
ketersediaan alat dan bahan (insektisida atau agen biologis), serta batas waktu
27
A B C
Pemanenan
Panen adalah suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang
kemudian mengutip buah rontok (brondolan) yang tercecer di dalam dan di luar
piringan, selanjutnya menyusun tandan buah segar (TBS) di tempat pengumpulan
hasil (TPH). Fokus utama kegiatan panen adalah memotong semua tandan
(janjang) masak panen dengan rotasi panen < 9 hari dan dengan mutu panen
sesuai standar, mengutip seluruh brondolan (loose fruit), serta mengirimkan
seluruh TBS yang dipanen ke PKS selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.
Kunci sukses kegiatan panen adalah rotasi panen yang tepat waktu, jumlah
pemanen yang cukup, kompetensi dan disiplin tenaga panen, supervisi yang
efektif, sistem premi dan denda panen, sarana dan prasarana panen yang lengkap
(peralatan panen, pasar rintis, piringan, titi panen, TPH), sistem dan organisasi
panen yang terintegrasi dan efektif, serta administrasi yang baik.
Rotasi panen. Rotasi panen (umur pusingan/interval panen) merupakan
faktor penentu yang mempengaruhi keberhasilan seluruh kegiatan panen dan
merupakan faktor pembatas dalam menentukan produksi TBS, kualitas/mutu
buah, mutu transport, pengolahan TBS di PKS dan biaya. Rotasi panen harus
dijaga agar tidak telambat (umur pusingan > 9 hari) atau terlalu cepat (umur
pusingan < 7 hari). Rotasi panen yang telambat dapat mengakibatkan buah
menjadi empty bunch (janjang kosong) sehingga jumlah brondolan (persen
brondolan) sangat tinggi yang mengakibatkan penyelesaian hanca terlambat, basis
borong sulit tercapai, prestasi kerja (kg/ha) turun dan biaya panen (Rp/kg)
meningkat, peluang losses (janjang masak tinggal dan brondolan tidak terkutip
bersih) tinggi, serta kualitas minyak rendah. Rotasi panen terlambat
mengakibatkan penyelesaian hanca pada seksi panen hari itu menjadi tertunda.
Rotasi panen yang terlalu cepat (umur pusingan < 7 hari) akan
mengakibatkan pemanen cenderung memotong buah under ripe (agak mentah)
dan buah unripe (mentah) untuk memenuhi basis kerja. Peningkatan jumlah buah
under ripe dan unripe dapat mengakibatkan persentase OER (Oil Extraktion Rate)
rendah. Peningkatan biaya pengolahan (Rp/kg TBS diolah) karena pengolahan
TBS di PKS tidak optimal akibat tingginya persentase buah mogol sehingga
proses perebusan menjadi lebih lama.
29
gagang panjang dipotong 5 cm dari potongan buah. Buah yang telah dipotong lalu
diangkut ke TPH dan disusun di TPH secara teratur (kelipatan lima ke belakang)
kemudian di stempel sesuai dengan stempel yang telah diberikan. Isi dari stempel
untuk TBS yaitu kode nama kebun, divisi, nomor pemanen dan mandor.
Brondolan dikutip bersih dan dimasukkan ke dalam goni yang sudah disediakan
dan diletakkan di TPH. Kerani cek sawit menghitung dan mencatat TBS dan
brondolan sedangkan mador panen memeriksa mutu hanca setiap pemanen.
Peralatan panen yang digunakan untuk kegiatan panen terbagi menjadi alat potong
buah dan alat angkut buah ke TPH. Jenis, spesifikasi dan kegunaan beberapa
peralatan panen disajikan pada Tabel 7.
yang rendah. Unit transportasi yang disediakan untuk transportasi TBS yaitu
sebanyak tiga angkutan untuk satu divisi. Alat transportasi yang digunakan yaitu
DT Colt diesel dengan kapasitas angkut 7 ton/unit dan jenis DT Colt Diesel HINO
kapasitas angkut yaitu 10 ton/unit. Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali
pengangkutan (trip) TBS membutuhkan waktu 2 jam dan setiap unit mampu
mengangkut sebanyak 3 - 4 kali dalam satu hari.
Sistem premi dan denda. Tujuan dari penentuan premi panen yaitu
memberikan penghargaan kepada pekerja apabila hasil kerjanya di atas standar
yang ditentukan (basis), merangsang pekerja untuk berupaya mencapai output di
atas standar, mendorong kenaikan output dengan biaya yang lebih rendah dan
memupuk rasa tanggung jawab pekerja terhadap tugasnya.
Jenis premi yang ada pada kegiatan panen yatiu premi siap borong dan
premi lebih borong. Premi siap borong yaitu premi yang diberikan kepada
pemanen apabila tonase janjang yang diperoleh pemanen sama dengan atau
melebihi jumlah tonase janjang basis borong yang telah ditentukan. Basis yang
ditentukan di TSE yaitu sebesar 1 300 kg tetapi untuk hari jumat yaitu 930 kg,
pemanen mendapatkan premi sebesar Rp 13 500.00 apabila mendapatkan hasil
panen sama dengan atau lebih dari basis borong yang ditentukan. Premi lebih
borong yaitu premi yang diberikan kepada pemanen apabila jumlah tonase janjang
panen yang diperoleh pemanen melebihi jumlah tonase janjang basis borong yang
telah ditentukan. Premi untuk supervisi dihitung berdasarkan persentase terhadap
total premi karyawannya. Premi tidak hanya diberikan kepada pemanen, tetapi
diberikan juga kepada mandor panen, kerani cek sawit dan mandor 1.
Perhitungannya sebagai berikut:
jumlah premi pemanen
1. Mandor panen = x 150 %
jumlah pemanen
disiplin panen agar munculnya budaya tertib kerja dan menerapkan asas keadilan
dari hasil evaluasi prestasi dan kesalahan.
Administrasi panen. Kegiatan administrasi panen wajib dilakukan secara
up todate dan akurat dengan tujuan data-data hasil kerja pada hari tersebut,
sebagai bahan analisis dalam proses evaluasi kerja panen, sebagai referensi atau
pertimbangan dalam proses perencanaan kegiatan panen, membantu kecepatan
dalam pengambilan keputusan atas masalah-masalah yang terjadi dalam
pengelolaan kegiatan panen, alat bantu dalam proses supervisi, data pendukung
dalam pembuatan daftar pembayaran upah dan premi serta sebagai salah satu alat
ukur tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan organisasi panen.
Administrasi panen dalam kegiatan sehari-hari, mingguan dan bulanan
meliputi: Buku Kegiatan Mandor (BKM), Pusingan Potong Buah, pemeriksaan
Mutu Buah dan Mutu Hanca, Rekapitulasi Pemeriksaan Mutu Buah dan Mutu
Hanca, Buku Penerimaan Buah dan Brodolan, Notes potong Buah, surat
Pengantar Buah (SPB), Taksasi Produksi, Crop Book, Laporan Potong Buah SKU
(LPBSKU), Laporan Produksi dan Biaya serta Laporan Rekapitulasi.
Pengolahan TBS
Tandan buah segar (TBS) yang berasal dari TSE, APE (Aneka Persada
Estate) dan PSE (Pinang Sebatang Estate) diterima dan diolah di Teluk Siak
Factory (TSF) yang mempunyai kapasitas olah 45 ton/jam. Pabrik kelapa sawit
secara umum terdiri dari stasiun penerimaan buah, perebusan, pemipilan,
pencacahan, pengempaan, pemurnian dan stasiun nut-kernel. Selain itu ada juga
stasiun pendukung yaitu stasiun pembangkit tenaga, laboratorium, pengolahan air,
penimbunan produk, bengkel dan pengolahan limbah.
Stasiun penerimaan buah. TBS yang diangkut dari kebun pertama kali
diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang (weight bridge) dan
ditampung sementara di penampungan buah (loading ramp). Penimbangan
dilakukan dua kali untuk setiap angkutan TBS, yaitu pada saat angkutan masuk
membawa TBS kemudian menuangkan TBS di loading ramp setelah itu truk
kosong ditimbang kembali untuk mengetahui berat bersih TBS yang masuk
pabrik. Jembatan timbang mempunyai fungsi utama untuk menimbang TBS dan
34
brondolan yang masuk, menimbang CPO, janjang kosong, serta kernel yang
keluar pabrik. TSF mempunyai dua unit jembatan timbang berkapasitas 40 ton
serta dua unit penampungan buah (loading ramp). Loading ramp yaitu tempat
menampung TBS yang diturunkan dari truk merupakan bangunan dengan lantai
miring bersudut 270 tujuannya untuk mempermudah masuknya TBS ke dalam
conveyor yang selanjutnya didistribusikan masuk ke lori, lori yang telah berisi
TBS dan di tarik ke stasiun rebusan dengan menggunakan capstand.
Stasiun perebusan (sterilizer). Perebusan TBS mempunyai tujuan untuk
menghentikan kegiatan enzim penyebab hidrolisis minyak untuk mencegah
meningkatnya FFA (Free Fatty Acid) atau yang lebih dikenal dengan ALB (Asam
Lemak Bebas), memudahkan proses pemipilan pada tresher untuk melepaskan
brondolan dari tandannya, selama proses perebusan kadar air dalam buah akan
berkurang sehingga memudahkan proses pengambilan minyak selama proses
pengempaan (press), serta memudahkan proses pelepasan inti sawit dari
cangkangnya dengan berkurangnya kadar air dalam biji maka daya ikat biji
terhadap cangkangnya akan berkurang. Pada proses perebusan limbah yang
dihasilkan yaitu berupa air kondensat yang kemudian dialirkan ke kolam limbah.
Perebusan TBS yaitu memanaskan buah dengan uap pada temperatur 120 -
130 0C dan tekanan 2.5 - 2.8 kg/cm selama 80 - 90 menit untuk satu kali proses
perebusan. Proses perebusan dilakukan di dalam bejana tertutup rapat yang
bebentuk silinder horizontal. Jumlah bejana rebusan yang terdapat di TSF
sebanyak tiga unit.
Stasiun bantingan (tresher). Buah yang telah matang dari rebusan
dipisahkan antara buah (brondolan) dengan janjangnya di stasiun bantingan. Alat
yang digunakan yaitu rotary drum tresher dengan kecepatan 23 rpm (rotary per
menit), di TSF sendiri terdapat dua unit rotary drum tresher. Brondolan yang
keluar ditampung melalui conveyor dan akan dikirim ke stasiun pencacahan
(digester) dan pengempaan (presser), sedangkan janjanga kosong dengan bantuan
conveyor ditampung pada hopper untuk dimuat ke truk dan diaplikasikan di
kebun.
Stasiun pencacahan (digester) dan stasiun pengempaan (presser).
Tujuan utama dari proses pencacahan yaitu mempersiapkan daging buah untuk
35
pengempaan sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah.
Alat yang digunakan untuk pencacahan berbentuk silinder/bejana yang di
dalamnya dilengkapi dengan batang pengaduk yang terus berputar.
Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar berupa bubur
akan langsung masuk ke alat pengempaan yang berupa kempa ulir (screw press)
untuk memeras daging buahnya dan diambil minyak kasar, serabut, serta nut/biji.
Selama proses pengempaan diharapkan tidak ada minyak kasar yang tertinggal
pada serabut dan tidak ada nut/biji yang pecah akibat pengempaan yang terlalu
kuat. PKS Teluk Siak mempunyai tiga unit presser yang terpasang dan
mempunyai kapasitas 15 ton/unit/jam.
Stasiun pemurnian (clarifier). Stasiun pemurnian yaitu stasiun yang
bertujuan untuk melakukan pemurnian minyak kelapa sawit dari kotoran-kotoran
seperti padatan, lumpur dan air. Minyak kasar yang berasal dari proses
pengempaan harus dibersihkan dari kotoran baik berupa padatan maupun air agar
diperoleh minyak dengan kualitas sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan
harga yang layak. Proses pemurnian minyak kasar menjadi minyak murni
dilakukan dengan prinsip penyaringan, pengendapan dan pemusingan yang terjadi
pada beberapa tahap.
Minyak kasar dari proses pengempaan akan dialirkan menuju saringan
getar (vibrating screen) untuk menyaring kotoran berupa fiber (serabut), lumpur
dan pasir. Minyak hasil saringan kemudian ditampung di COT (Crude Oil Tank).
Kotoran yang tidak lolos saringan bergetar masuk kembali ke digester melalui
conveyor dan elevator yang terhubung. Minyak kasar yang terkumpul di COT
dipanaskan hingga temperatur mencapai 95 0C untuk memperbesar perbedaan
berat jenis minyak, air dan sludge. Minyak yang sudah dipanaskan di COT
selanjutnya dikirim ke tangki pengendap (Continous Setting Tank/CST).
CST berfungsi untuk memisahkan minyak dan sludge dengan proses
pengendapan. Minyak dari CST dikirim ke oil tank, sedangkan sludge dikirim ke
sludge tank. Minyak kemudian dikirim ke vacuum dryer untuk dipanaskan hingga
suhu 90 95 0C, vacuum dryer dilengkapi dengan vacum pump yang berfungsi
untuk memerangkap butiran air yang terpisah dari minyak murni. Minyak murni
yang diperoleh kemudian dikirim ke storage tank dan air yang terperangkap
36
ditampung pada hot well tank. Selain itu dilakukan pengutipan kembali minyak
yang masih terikut dengan sludge di sludge tank dan minyaknya ditampung di
recovery oil tank kemudian dikembalikan ke CST, sedangkan sisa lumpur dan air
dibuang ke fat fit dan selanjutnya dialirkan ke kolam limbah.
Stasiun nut-kernel. Stasiun ini bertujuan untuk memisahkan campuran
serabut dan biji sawit yang keluar dari screw press. Pemisahan inti dan serabut
dilakukan secara pneumatic yaitu pemisahan dengan hisapan udara. Gumpalan
ampas yang sudah di pres (campuran biji dan serabut) yang berbentuk gumpalan
akan di pecah di cake breaker conveyor untuk mempercepat penguapan air di
dalam serabut, agar serabut menjadi lebih ringan dan mudah dipisahkan dengan
biji. Biji/nut dari polishing drum akan dikirim ke ripple mill untuk dipecah, ripple
mill ini dilengkapi dengan batang biji dimana saat rotornya berputar
menggerakkan/melempar biji sehingga biji dapat dipecah. Hasil pemecahan dari
nut di ripple mill yang berupa kernel, cangkang dan kotoran halus akan dikirim ke
LTDS 1 dan 2 untuk dipisahkan. Pemisahan pertama yaitu pemisahan kering
dengan hisapan udara yang memanfaatkan perbedaan berat antara kernel dengan
cangkang (LTDS 1 dan 2). Pemisahan kedua yaitu pemisahan basah dengan
menggunakan hidrocyclon, pemisahan didasari pada perbedaan berat jenis antara
kernel dan cangkang dengan cara pusingan dan bantuan gaya sentrifugal. Kernel
yang sudah siap/matang dikirim ke bulk silo untuk siap dikirim.
Pengelolaan Limbah
sekitar 21 23 % dari jumlah TBS yang diolah atau sekitar 210 - 230 kg JJK dari
setiap 1 ton TBS yang diolah. JJK yang berasal dari stasiun bantingan diangkut
melalui conveyor dan dikumpulkan di hopper sebelum diangkut dan diaplikasikan
ke lahan. Pengangkutan JJK dari PKS ke blok-blok aplikasi menggunakan jenis
truk DT Colt Diesel dengan kapasitas angkut 6 ton dan DT Colt Diesel HINO
kapasitas angkutnya 8 ton, truk tersebut mengangkut JJK setelah mengantarkan
TBS ke PKS.
JJK yang diangkut oleh truk kemudian ditumpuk di collection road yang
telah diberi pancang bambu di barisan gawangan mati dan setiap tumpukan JJK
sebanyak 6 - 8 ton. JJK yang sudah ditumpuk kemudian diaplikasikan di dalam
blok dengan cara manual yaitu diecer dengan menggunakan angkong dan
menggunakan alat gancu untuk pengaplikasiaannya. Aplikasi JJK pada tanaman
menghasilkan (TM) dengan dosis aplikasi yaitu 250 kg/pokok dan diletakkan di
gawangan mati diantara 4 pokok untuk satu titik aplikasi sehingga dalam satu titik
terdapat 1 ton JJK. JJK yang dapat diaplikasikan untuk luasan 1 ha sebanyak 34
ton JJK atau sebanyak 34 titik. Kapasitas angkut JJK sebanyak 50 - 60 kg setiap,
sehingga untuk satu titik dibutuhkan 17 - 20 angkong JJK. Aplikasi JJK dengan
teknik mulching yaitu diaplikasikan sebagai mulsa terutama digunakan untuk
mengendalikan gulma. Gulma-gulma yang dikendalikan dengan aplikasi JJK
diataranya pakis udang, pakis gajah, pakis kawat dan gulma-gulma lainnya
sehingga diharapkan tumbuh pakis air. Aplikasi JJK ditumpuk (disebar) menjadi
satu lapis untuk menghindari perkembangan hama kumbang tanduk (Oryctes
rhinoceros). Kegiatan aplikasi JJK di lahan ditunjukkan pada Gambar 5.
B C
A B C
Gambar 5. Aplikasi JJK di Lahan. (A) Tumpukan JJK di Collection Road, (B) Kegiatan
Aplikasi JJK dan (C) Aplikasi JJK dengan Teknik Mulching
38
Pekerjaan aplikasi JJK di Divisi II TSE dalam satu hari dilakukan oleh
empat orang karyawan SKU dan diawasi oleh satu orang mandor. Prestasi kerja
karyawan dan standar kerja aplikasi JJK yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu
sebesar 7 ton/HK atau sebanyak 7 titik/HK. Berdasarkan jumlah tenaga kerja
aplikasi, JJK yang dapat diecer yaitu sebanyak 28 ton atau 28 titik untuk satu hari
aplikasi.
Blok-blok yang akan diberikan aplikasi JJK direkomendasikan oleh
Departemen Riset setiap tahunnya dalam suatu program pemupukan kebun yang
menyeluruh. Blok-blok yang akan diaplikasi JJK harus disurvei terlebih dahulu
kelayakannya, dengan persyaratan sebagai berikut: TM yang terletak dalam radius
10 km dari PKS, tanah mineral sebaiknya bertekstur ringan (berpasir), bukan
daerah rendahan, drainase harus baik, sarana jalan dan jembatan berfungsi baik.
Limbah Cair (POME). Pengolahan TBS di pabrik menghasilkan produk
sampingan berupa limbah cair yang berasal dari proses perebusan (sterilizer),
pemurnian (clarifier), air cucian pabrik dan air buangan dari proses pemisahan
cangkang dan inti sawit (hydrocyclon). Limbah yang dihasilkan tersebut dapat
dimanfaatkan untuk pupuk organik tetapi harus diolah terlebih dahulu sehingga
dapat diaplikasikan ke lahan. Sebelum diaplikasikan ke lahan limbah terlebih
dahulu ditampung di dalam 8 kolam penampungan di Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) dan harus mendahului beberapa perlakuan untuk menurunkan
kadar BOD yang sesuai untuk diaplikasikan yaitu BOD 2 500 3 000 mg/l.
Kolam instalasi eengolahan air limbah di PKS dapat dilihat pada Gambar 6.
Blok aplikasi limbah cair dipilih dari blok yang tidak terlalu jauh letaknya
dari PKS (maksimal berjarak 5 km dari PKS), mempunyai topografi yang tidak
terlalu datar supaya memudahkan pengaliran limbah antar flat bed dan tidak
terlalu banyak areal rendahan sehingga penyebaran aplikasi limbah dalam satu
blok dapat dilakukan semaksimal mungkin. Limbah yang diaplikasikan ke blok-
blok aplikasi di kebun berasal dari kolam nomor 8 di stasiun IPAL, limbah
dialirkan ke lahan dengan menggunakan pompa yang rata-rata pemopaan limbah
60 m/jam atau sama dengan sekitar 60 ton/jam. Limbah dialirkan melalui pipa,
40
pipa yang digunakan adalah pipa utama jenis PVC berdiameter 6 inch, pipa
sekunder diameter 4 inch dan pipa distribusi di lahan yaitu pipa diameter 2 inch.
Limbah dari pipa 2 inch langsung dialirkan flat bed melalui kran dan mengalir
antar flat bed secara gravitasi melalui pipa penghubung atau parit antar tiap flat
bed. Gambar aplikasi limbah cair ditunjukkan pada Gambar 8.
Gambar 8. Aplikasi Limbah Cair. Pengisian Limbah Cair ke dalam Flat Bed
(Kiri), Flat Bed Berisi Limbah Cair (Kanan)
Lahan aplikasi limbah cair di TSE ada 8 blok dan luas total lahan aplikasi
yaitu 120 ha dengan jumlah flat bed sebayak 15 694 buah. Kegiatan aplikasi
limbah cair Divisi II TSE dilakukan setiap hari dan setiap blok diaplikasikan
limbah cair sebanyak empat kali dalam satu bulan (rotasi aplikas satu minggu
sekali). Rata-rata aplikasi limbah cair untuk pengisian flat bed yaitu 16 jam/hari
dan debit limbah yang diaplikasikan 46 m/jam sehingga banyaknya limbah cair
yang diaplikasikan yaitu 736 m/hari atau 18 400 m/bulan (18 381.6 ton/bulan).
Aplikasi limbah cair tidak dilakukan di saat hujan, selain itu pengaliran limbah
cair ke lahan dihentikan apabila pabrik tidak berproduksi, terjadi kerusakan
pompa dan kebocoran pipa.
Koordinasi pengaplikasian limbah cair dilakukan antara PKS dan kebun.
PKS berperan melaksanakan pemasangan dan pemeliharaan instalasi pompa dan
pipa-pipa ke areal aplikasi limbah cair, memelihara, merawat dan mengatur
penggunaan pompa aplikasi sesuai jadwal aplikasi, serta pemeliharaan dan
perawatan kolam-kolam limbah. Tenaga kerja yang bertugas terdiri dari dua orang
karyawan yang terbagi dari dua shift, satu orang bekerja dari pagi sampai sore dan
satu lainnya dari sore sampai malam atau esok hari yang biaya tenaga kerja
dibebankan ke pihak PKS.
41
Aspek Manajerial
Pandamping Mandor
mana yang akan diaplikasi JJK dan melakukan pengawasan terhadap kinerja
karyawan. Selain itu mandor aplikasi JJK harus membuat laporan di buku
kegiatan mandor dan mencatat jumlah semua JJK yang diangkut dari PKS ke
kebun maupun jumlah JJK yang diaplikasikan.
Mandor Perawatan. Tugas dari mandor perawatan yang biasanya
kegiatan Bongkar Tumbuhan Penggaggu (BTP) adalah memberi pengarahan dan
mengabsen tenaga perawatan, menentukan pembagian hanca untuk kegiatan BTP
sesuai dengan lokasi yang akan dikerjakan, melakukan kontrol terhadap mutu
pekerjaan perawat, memastikan semua alat yang akan digunakan dalam kondisi
baik/siap pakai, menerima instruksi/pengarahan kerja dari asisten tentang teknis di
lapangan dan melaporkan hasil kerja dan HK yang digunakan ke dalam BKM.
Mandor Panen. Mandor panen di setiap divisi terdiri atas tiga orang yang
mempunyai luasan tertentu yang diawasi. Tugas dan kewajiban dari mandor panen
yaitu melakukan lingkaran pagi dengan karyawan sekaligus pemberitahuan
mengenai hasil kerja, sangsi-sangsi kerja, memeriksa kelengkapan alat panen,
mendata karyawan panen yang hadir setiap harinya, mengatur/membagi hanca
karyawan panen, mengawasi kegiatan panen dari awal sampai akhir, melakukan
pemeriksaan mutu hanca potong buah (Structure Block Supervision/SBS) minimal
160 pokok untuk empat tenaga panen serta melakukan pemeriksaan mutu buah
dari empat tenaga panen dan membuat laporannya utuk diserahkan kepada asisten,
membantu memastikan TBS yang dipanen hari itu terangkut seluruhnya ke PKS
dan melakukaan koordinasi dengan kerani buah, membuat laporan prestasi kerja
potong buah di monitoring produksi serta membuat taksasi produksi untuk panen
esok hari.
Kerani Cek Sawit (KCS). Tugas dan kewajiban KCS yaitu mengecek
jumlah TBS dan mutu TBS per TPH dan mencatatnya ke dalam buku penerimaan
buah kelapa sawit serta mencatat total buah masak, buah mentah, dan buah kurang
masak yang dipanen karyawan, membuat surat pengantar buah (SPB),
memastikan TBS yang dipanen hari itu terkirim seluruhnya ke PKS dan membuat
laporan potong buah (LPB) serta mencatat premi yang diperoleh pemanen ataupun
denda bagi pemanen karena melakukan kesalahan seperti memotong buah mentah.
44
Kerani buah harus memastikan bahwa buah yang dikirim ke PKS harus sesuai
dengan kriteria matang panen yang telah ditetapkan perusahaan.
Kerani Keliling. Tugas dari seorang kerani keliling yaitu melakukan
pendaataan karyawan yang masuk kerja dan alokasi tenaga kerja setiap harinya,
selain itu secara langsung memastikan dan memeriksa tenaga kerja tersebut di
lapangan. Kerani keliling juga bertugas membatu kerani divisi dalam melakukan
perekapan hasil produksi setiap harinya dan merekap semua absensi supervisi
maupun karyawan setiap harinya.
Kerani Divisi. Tugas dari kerani divisi yaitu mengurusi seluruh kegiatan
administrasi di yang dilakukan di kantor divisi baik harian, bulanan, maupun
tahunan. Kerani divisi harus membuat laporan produksi dan perawatan tanaman
ke dalam buku prestasi dan melaporkan ke kantor besar, memeriksa LPB dari
kerani cek sawit, mengisi laporan produksi dan biaya, membuat bon permintaan
barang, membuat rekapitulasi prestasi dan premi hasil kerja karyawan.
Pendamping Asisten
Janjang
Bulan/tahun TBS Proses Fiber Cangkang POME
Kosong
.....................................................(ton)..........................................................
Jan/2011 14 631.671 2 292.300 1 902.117 731.584 8 779.003
Feb/2011 13 566.164 2 940.940 1 763.601 678.308 8 139.698
Mar/2011 15 665.731 2 272.000 2 036.545 783.287 9 399.439
Apr/2011 15 222.926 2 049.300 1 978.980 761.146 9 133.756
Mei/2011 15 146.682 2 298.570 1 969.069 757.334 9 088.009
Jun/2011 14 918.068 2 309.930 1 939.349 745.903 9 027.444
Jul/2011 16 200.542 2 890.110 2 106.070 810.027 8 961.823
Agt/2011 13 332.328 3 242.630 1 733.203 666.616 7 999.397
Sep/2011 18 933.288 3 368.750 2 461.327 946.664 11 359.973
Okt/2011 15 985.550 3 523.737 2 078.122 799.278 10 314.371
Nop/2011 18 600.530 3 505.150 2 418.069 930.027 11 160.318
Des/2011 17 643.899 3 820.304 2 293.707 882.195 10 586.339
Jan/2012 16 206.438 3 411.935 2 106.836 810.322 9 723.863
Feb/2012 13 566.164 2 796.930 1 763.601 678.308 7 891.256
Mar/2012 15 698.774 3 350.547 2 040.841 784.939 9 419.264
Apr/2012 14 684.267 3 039.982 1 908.954 734.213 9 231.539
Total 250 003.022 47 113.115 32 500.391 12 500.151 150 215.492
Rata-rata 15 625.189 2 944.570 2 031.274 781.259 9 388.468
Persentase 18.85 % 13 % 5% 60.09 %
Sumber: Teluk Siak Factory (2012)
46
Jumlah limbah padat dan cair yang dihasilkan TSF selama bulan Januari
2011 bulan April 2012 yaitu JJK sekitar 18.85 % dari TBS yang diolah, fiber
(serabut) sekitar 13 % dari TBS yang diolah, cangkang sekitar 5 % dari TBS yang
diolah dan POME sekitar 60.09 % dari TBS yang diolah. Berdasarkan
pengamatan selama bulan April 2012 rata-rata TBS yang diolah TSF yaitu
564.780 ton/hari dan menghasilkan janjang kosong sebanyak 116.922 ton/hari
atau sekitar 20.7 % dari TBS diolah, fiber sebanyak 73.421 ton/hari atau sekitar
11.04 % dari TBS diolah, cangkang sebesar 28.239 ton/hari atau sekitar 5 % dari
TBS diolah dan POME sebanyak 355.059 ton/hari atau sekitar 62.87 % dari TBS
yang diolah.
Limbah padat berupa cangkang dan fiber digunakan untuk bahan bakar
boiler dalam pengolahan TBS di PKS, sedangkan JJK dan POME diaplikasikan
sebagai pupuk organik ke lapangan dengan cara aplikasi yang tepat dan dosis
yang tepat sesuai rekomendasi dari Departemen Riset.
Janjang kosong (JJK) merupakan salah satu produk sampingan dari hasil
pengolahan TBS yang berasal dari stasiun bantingan (thresher) di PKS. JJK yang
dihasilkan oleh Teluk Siak Factory (TSF) sebesar 16 21 % dari jumlah TBS
yang diolah atau sebesar 160 - 210 kg/ton dari TBS yang diolah. JJK dapat
dimanfaatkan untuk pupuk organik sebagai pembenah tanah dan penambah unsur
hara bagi perkebunan kelapa sawit. Pemanfaatan JJK sebagai pupuk organik
apabila ditinjau dari segi ekonomis dapat meningkatkan keuntungan perusahaan
melalui peningkatan produksi, selain itu dari segi efektivitas sangat penting untuk
menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.
Berdasarkan penelitian Departemen Riset Minamas kandungan unsur hara
dalam 1 ton JJK yaitu Urea 5 kg, TSP 1 kg, MOP 16 kg dan Kieserit 4 kg.
Keuntungan aplikasi JJK dapat meningkatkan mikro fauna dan mikro flora tanah
serta aktifitas mikro flora, meningkatkan kapasitas tampung air tanah,
meningkatkan laju penyerapan air tanah dan aerasi, mendukung perkembangan
akar menjadi lebih baik, mencegah erosi tanah/water run off, meningkatkan
47
struktur tanah dan meningkatkan kapasitas tukar kation dan anion (Komite
Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas Plantation, 2004).
Pengangkutan JJK yang dihasilkan TSF tidak hanya diangkut ke Teluk
Siak Estate saja, JJK yang masuk ke TSE sekitar 50 % dari seluruh jumlah JJK
yang dihasilkan TSF dan sisanya diangkut ke kebun tetangga yaitu Aneka Persada
Estate dan Pinang Sebatang Estate. JJK yang dihasilkan pabrik langsung diangkut
ke lahan dengan menggunakan Dump Truck dan diletakkan (ditumpuk) di pinggir
collection road. Mandor JJK mengkoordinir pengaplikasian JJK di lapangan,
membuat pancang untuk peletakkan JJK di collection road supaya tenaga kerja
yang mengangkut tidak meletakkan JJK sembarangan dan mengontrol tenaga
kerja aplikasi.
Aplikasi JJK ke lahan harus dilakukan sebaik mungkin sehingga manfaat
JJK sebagai pupuk organik dapat maksimal dan biaya aplikasi tidak terlalau
mahal. JJK yang diangkut dari pabrik ke lapangan harus segera diaplikasikan
(diecer). JJK maksimal menumpuk di collection road selama satu minggu
semenjak diangkut, apabila dibiarkan terlalu lama maka dapat merusak kondisi
jalan dan kandungan unsur hara akan berkurang terutama unsur K. Rata-rata
kandungan K menurun 35 % setelah satu bulan, 70 % setelah tiga bulan dan 90 %
setelah enam bulan di lapangan. Setelah itu, terjadi penurunan yang melambat
dengan lebih dari 99 % penurunan setelah 10 bulan di lapangan.
Metode aplikasi JJK di TSE dengan teknik mulching yang diaplikasikan
diantara empat pokok untuk satu titik pada tanaman menghasilkan (TM). JJK
diaplikasikan di gawangan mati dengan dosis 250 kg/pokok sehingga dalam satu
titik ada 1 ton JJK dan dibutuhkan JJK sebanyak 34 ton/ha dengan rotasi aplikasi
satu kali setahun. Rata-rata jumlah JJK yang masuk ke TSE setiap bulan sebanyak
1 472.285 ton dan TSE menerima JJK sebanyak 17 667.42 ton/tahun sehingga
luasan yang dapat diaplikasi seluas 519.63 ha/tahun atau sekitar 17.75 % dari luas
total TSE (dosis 34 ton/ha dengan rotasi aplikasi satu kali setahun). Berdasarkan
data yang diperoleh, luas lahan aplikasi JJK di TSE pada tahun 2011/2012 yaitu
461.3 ha (sekitar 15.82 % dari luas total TSE) dan lebih kecil dibandingkan luasan
yang seharusnya dapat diaplikasi. Hal tersebut dikarenakan dosis aplikasi yang
tidak sesuai dan melebihi dosis aplikasi yang ditentukan yaitu 34 ton/ha/tahun.
48
dengan BOD tinggi berarti mengandung senyawa organik yang lebih banyak
sehingga perombakan membutuhkan waktu yang lama. Nilai BOD dan COD yang
tinggi akan sangat mencemari lingkungan karena oksigen yang terlarut digunakan
untuk merombak limbah, sehingga dapat membunuh organisme lain yang hidup di
badan air yang sama-sama membutuhkan oksigen.
Baku mutu limbah cair yang diambil dari kolam raw effluent dan kolam
effluent treatment di Teluk Siak Factory (TSF) PT AIP pada pemeriksaan bulan
Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Hasil Pemerikasaan Kualitas Air Limbah dari Raw Effluent dan
Effluent Treatment PT AIP
ditetapkan oleh perusahaan yaitu nilai BOD 2 500 3 000 mg/l untuk
diaplikasikan ke lahan. BOD dengan nilai 626.7 mg/l cukup baik untuk keamanan
lingkungan apabila akan diaplikasikan, tetapi apabila dilihat dari kandungan
bahan organiknya limbah tersebut miskin bahan organik dan unsur hara bagi
tanaman karena nilai BOD menunjukkan banyaknya bahan organik yang
terkandung di dalam limbah tersebut.
Sistem pengolahan limbah di TSF menggunakan sistem kolam dengan
tujuan dapat menurunkan kadar cemarnya terutama nilai BOD dan COD limbah
agar dapat diaplikasikan ke lahan. Limbah cair yang dihasilkan pabrik akan
ditampung pada sistem IPAL yang terdiri dari 8 kolam. Kolam-kolam limbah
tersebut masing-masing dibuat dengan volume limbah maksimal yang dapat
ditampung dan masa retensi limbah dalam kolam tersebut. Limbah yang dapat
ditampung di tiap kolam dihitung 60 % dari volume kolam agar tidak terjadi
limpahan limbah dari kolam karena terlalu penuh. Selain 8 kolam yang terpasang
di stasiun IPAL terdapat juga 3 kolam pengaman (buffer pond) yang berfungsi
menjaga keamanan untuk menampung limpahan air limbah atau rembesan air
limbah dari kolam-kolam limbah sehingga tidak mencemari perairan bebas di
sekitar pabrik. Spesifikasi kolam limbah di IPAL Teluk Siak Factory dapat dilihat
pada Tabel 10.
Limbah cair yang dihasilkan pabrik pertama kali di tampung dalam kolam
limbah nomor 1 (deoiling pond) dan selanjunya akan dialirkan ke kolam nomor 2
(cooling pond) melalui proses under flow. Proses under flow dilakukan karena
51
Tabel 11. Luas Lahan Blok Aplikasi Limbah Cair dan Jumlah Flat Bed PT
AIP
Flat bed
Jumlah
Blok Luas (ha) Jumlah
Volume (m) Total (m) Kran
(buah)
F27 19 2 775 3.84 10 656 62
F28 16 2 400 3.84 9 216 76
F29 17 2 475 3.84 9 504 56
F30 10 1 500 3.84 5 760 44
G27 16 1 499 3.84 5 756 53
G28 14 1 987 3.84 7 630 79
G29 17 1 752 3.84 6 728 70
G30 11 1 306 3.84 5 015 59
Total 120 15 694 3.84 60 265 499
Sumber: Kantor Besar TSE (2012)
Rata-rata aplikasi limbah cair untuk pengisian flat bed yaitu 16 jam/hari
dan debit limbah yang diaplikasikan 46 m/jam sehingga banyaknya limbah cair
52
yang diaplikasikan yaitu 736 m/hari atau 18 400 m/bulan (18 381.6 ton/bulan).
Luas total lahan yang diaplikasikan limbah cair yaitu 120 ha sehingga dosis
aplikasi yang diperoleh yaitu 153.333 m/ha/bulan (153.180 ton/ha/bulan) atau
sekitar 1 839.996 m/ha/tahun (1 838.156 ton/ha/tahun). Aplikasi limbah cair
dilakukan setiap hari dengan rotasi aplikasi setiap blok mendapatkan empat kali
aplikasi dalam satu bulan. Pada satu kali aplikasi limbah cair yang dapat
ditampung dalam setiap flat bed yaitu sekitar 0.28 m3 limbah atau setinggi 4.5 cm
dari permukaan flat bed. Peta seksi aplikasi limbah cair Teluk Siak Estate dapat
dilihat pada Lampiran 8.
Dosis aplikasi limbah cair yang ditetapkan yaitu 750 ton/ha/tahun dengan
rotasi 3 4 kali dalam setahun, dosis tersebut digunakan untuk limbah dengan
nilai BOD sekitar 3 000 5 000 mg/l yang masih mengandung banyak bahan
organik (Hutabarat et al., 2005). Aplikasi limbah cair di TSE dilakukan dengan
rotasi satu minggu sekali dan menggunakan dosis yang lebih tinggi dikarenakan
nilai BOD limbah yang cukup rendah sehingga limbah tersebut sudah sangat cair
dan hanya berfungsi sebagai air irigasi.
Kegiatan aplikasi limbah cair ke lahan harus disupervisi sebaik mungkin
oleh pihak kebun dengan cara pengawasan aplikasi, perawatan flat bed,
pembagian rotasi aplikasi dan pengaturan pembukaan serta penutupan kran untuk
aplikasi menjadi taggung jawab pihak kebun. Pihak pabrik bertanggungjawab
atas perencanaan pembangunan IPAL, pemasangan dan perawatan pipa untuk
aplikasi, serta merawat dan menjaga kolam-kolam IPAL. Pengamatan dan
pemantauan dampak yang mungkin terjadi akibat aplikasi limbah cair harus
dilakukan dan menjadi tanggung jawab pabrik.
Aplikasi limbah padat (JJK) dan limbah cair (POME) di lahan diharapkan
memberikan dampak yang positif bagi tanaman sehingga perusahaan dapat
memperoleh keuntungan yang lebih besar. Analisis dampak aplikasi limbah
terhadap tanaman dilakukan dengan membandingkan kandungan unsur hara
dalam daun dan perolehan produksi antara lahan yang diaplikasikan limbah
dengan lahan yang tidak diaplikasikan limbah (lahan kontrol).
53
Dampak aplikasi limbah terhadap status hara pada daun dilihat dengan
menaganalisis kandungan status hara daun dengan membandingkan hasil analisis
daun antara lahan yang diaplikasikan limbah dan lahan yang tidak diaplikasikan
limbah (lahan kontrol). Lahan yang akan dibandingkan masing-masing diambil
tiga blok sebagai ulangan dan parameter yang dibandingkan yaitu unsur N, P, K
dan Mg yang masing-masing dinyatakan dalam % on dry matter. Hasil analisis
kandungan unsur hara daun pada lahan aplikasi JJK dan lahan kontrol, serta lahan
aplikasi limbah cair lahan kontrol disajikan pada Tabel 12 dan Tabel 13.
Tabel 12. Hasil Analisis Daun pada Lahan Aplikasi JJK dan Lahan
Kontrol
Dari hasil analisis sampel daun tanaman kelapa sawit, dapat dilihat bahwa
kandungan hara dalam daun antara lahan aplikasi JJK dan lahan kontrol
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal tersebut diakibatkan karena
54
aplikasi JJK belum dilakukan secara maksimal (full block) dan tidak merata,
artinya dari total luasan satu blok hanya sebagian saja yang teraplikasi JJK.
Sebagai contoh yaitu pada Blok E19 yang mempunyai total luas blok 22 ha, pada
tahun 2005/2006 baru 13.15 ha saja yang diaplikasi JJK. Aplikasi JJK hanya
dilakukan pada pokok yang berada di dekat tumpukan JJK saja, tidak sampai
masuk ke dalam blok. Hal tersebut dikarenakan kontur lahan yang tidak rata
(bergelombang) dan sarana blok seperti titi panen dan pasar rintis yang kurang
memadai sehingga menyulitkan aplikasi JJK secara manual. JJK yang sudah
ditumpuk di lapangan dan tidak langsung diecer menyebabkan kehilangan banyak
hara terutama unsur Kalium (K) yang mudah tercuci akibat terkena hujan,
sehingga manfaatnya sebagai bahan pupuk akan menjadi berkurang namum masih
bisa diamanfaatkan untuk mulsa (Komite Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas
Plantation, 2004). JJK yang diaplikasikan ke lahan tidak beperan sebagai
substitusi pupuk organik tetapi hanya berperan sebagai pembenah tanah dan
meningkatkan produktivitas tanah saja.
Hasil analisis sampel daun tanaman kelapa sawit pada lahan aplikasi
limbah cair dan lahan kontrol menyatakan bahwa hanya kandungan unsur hara N
dan P saja yang berbeda nyata, sedangkan kandungan unsur K dan Mg tidak
berbeda nyata (Tabel 13).
Tabel 13. Hasil Analisis Daun pada Lahan Aplikasi Limbah Cair (LA) dan
Lahan Kontrol (LK)
Tabel 14. Konsentrasi Hara dalam Daun Kelapa Sawit pada Kondisi
Defisiensi, Optimum dan Berlebih Untuk Tanaman Tua > 6
Tahun
serta unsur hara N, K dan Mg pada lahan kontrol berada pada kondisi optimum.
Aplikasi limbah cair dapat meningkatkan kandungan unsur hara P, hal tersebut
dilihat dari kandungan unsur hara P di lahan kontrol berada pada kondisi
defisiensi sedangkan di lahan aplikasi berada pada kondisi optimum.
Tabel 15. Perbandingan Produksi antara Lahan Aplikasi JJK dan Lahan
Kontrol
2008/2009 perolehan BJR menunjukkan hasil yang berbeda nyata, tetapi secara
keseluruhan aplikasi JJK belum dapat meningkatkan perolehan produksi secara
konsisten. Hal tersebut dikarenakan aplikasi JJK belum diaplikasikan secara
maksimal dan tidak merata sepanjang tahun serta JJK terlalu lama ditumpuk di
collection road. Sebagai contoh pada Blok E20 yang mempunyai luasan total 17
ha, pada tahun 2007/2008 luas lahan yang diaplikasi JJK hanya 5.32 ha dan tahun
2007/2008 pada blok yang sama tidak dilakukan aplikasi JJK. Aplikasi JJK yang
tidak maksimal dikarenakan kontur lahan yang tidak rata dan sarana dalam blok
yang tidak memadai sehingga sulit untuk melakukan aplikasi JJK secara manual.
Selain itu, JJK terlalu lama dibiarkan di collection road dan tidak segera
diaplikasikan ke lahan sehingga kandungan hara yang terkandung pada JJK sudah
berkurang yang mengakibatkan aplikasi JJK hanya berfungsi sebagai bahan
pembenah tanah saja.
Tabel 16. Perbandingan Produksi antara Lahan Aplikasi Limbah Cair (LA)
dan Lahan Kontrol (LK)
limbah cair ke lahan dapat menambah ketersediaan air di lapangan dan berfungsi
sebagai irigasi pada bulan-bulan kering sehingga dapat membantu dalam
mengatasi dampak kekeringan pada tanaman.
Kekeringan berdampak signifikan terhadap tanaman kelapa sawit dan
berpengaruh terhadap nisbah bunga jantan dan bunga betina. Menurut
Darmosarkoro et al. (2005) tanaman yang kekurangan air akan mengalami laju
fotosintesis menurun, distribusi asimilat dalam jaringan tanaman terganggu, laju
produksi pelepah menurun, jumlah tandan buah menurun, aborsi dan keguguran
bunga betina meningkat, gagal tandan atau kerusakan perkembangan tandan
bunga menjadi buah akan meningkat dan menyebabkan produktivitas akan
menurun, serta mengalami gagal tandan atau kerusakan tandan menjadi buah akan
meningkat.
Analisis kualitas air tanah dilakukan pada sumur pantau yang terdapat di
tiga blok aplikasi limbah yaitu Blok F27 (SP 1), Blok F28 (SP II) dan Blok F29
(SP III) sedangkan sumur penduduk terdapat di perumahan karyawan Divisi II
TSE (Blok H016). Hasil analisis yang diperoleh dibandingkan dengan baku mutu
Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990. Hasil pemeriksaan kualitas air
tanah pada SP I, SP II, SP III dan sumur penduduk disajikan pada Tabel 17.
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 17, sumur pantau Blok F27, F28 dan
F29 semua parameter memenuhi baku mutu PERMEN416/MENKES/
PER/IX/1990. Sumur penduduk Blok H 016 semua parameter memenuhi baku
mutu kecuali pH yang kurang dari standar. Sumur penduduk yang dijadikan
sampel menurut hasil analisis yang dilakukan tidak cocok dijadikan untuk air
minum karena nilai pH dibawah standar. Kurangnya nilai pH pada sumur
penduduk dapat disebabkan karena terjadinya rembesan limbah cair yang
diaplikasikan dalam flat bed. Karyawan yang tinggal di perumahan yang dekat
dengan lahan aplikasi limbah cair dan PKS tidak menggunakan air sumur untuk
kebutuhan sehari-hari karena perusahaan mengalirkan air yang berasal dari water
treatment di pabrik sehingga aplikasi limbah aman dilakukan.
60
Tabel 17. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Tanah pada Sumur Pantau (SP I,
SP II dan SP III) di Lahan Aplikasi dan Sumur Penduduk
Hasil Analisis
Standar
SP I SP II SP III Sumur
Parameter Satuan (Kadar
(Blo (Blok (Blok Penduduk
Maksimum)
F27) F28) F29) (Blok H 016)
pH 6.59 6.54 6.66 6.38 6.5 - 9.0
0
Suhu C 28.1 28 28.1 28.1 Normal
Oksigen
mg/l 2.8 2.93 2.08 2.11 *
Terlarut (O)
BOD mg/l 8.336 4.521 8.399 3.347 *
COD mg/l 21.64 18.54 21.64 9.27 *
Nitrat (NO-
mg/l 2.156 1.398 3.41 2.487 10
N)
Amoniak
mg/l 1.129 0.327 0.27 0.43 *
(NH-N)
Klorida (Cl) mg/l 1.554 3.885 14.18 5.459 600
Sulfat (SO) mg/l 2.088 0.762 3.208 4.552 400
Timbal (Pb) mg/l <0.015 <0.015 <0.015 <0.015 0.05
Tembaga (Cu) mg/l <0.007 <0.007 <0.007 <0.007 *
Kadmium
mg/l <0.008 <0.008 <0.008 <0.008 0.05
(Cd)
Seng (Zn) mg/l <0.005 <0.005 <0.005 <0.005 15
Sumber : TSF (2012): Hasil Pemeriksaan Limbah Cair oleh Unit Pelaksana Teknis Pengujian
Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau, November 2011
Keterangan : SP I, SP II dan SP III = sumur pantau di lahan aplikasi
*) = tak dipersyaratkan
Analisis untuk penilaian kualitas air sungai hulu dan hilir dilakukan
terhadap air sungai Pingai hulu dan hilir yang kemudian hasilnya dibandingkan
dengan baku mutu air kelas I, II, II dan IV PP No. 82 Tahun 2001. Hasil
pemeriksaan kualitas air sungai hulu dan hilir disajikan pada Tabel 18.
Sampel air yang diambil dari hulu sungai berjarak 2 km dari pabrik
sedangkan sampel air dari hilir sungai berjarak 1 km dari pabrik. Berdasarkan
hasil analisis laboratorium (Tabel 18), air sungai Pingai Hulu semua parameter
memenuhi baku mutu kadar maksimum kecuali nilai BOD melebihi baku mutu
kelas I dan II sedangkan pH kurang dari baku mutu kelas I, II, III dan IV yang
dipersyaratkan dalam PP No. 82 tahun 2001. Air sungai Pingai Hilir semua
parameter memenuhi baku mutu kecuali nilai BOD melebihi baku mutu kelas I
dan II, sedangkan pH kurang dari baku mutu kelas I, II, III dan IV yang
dipersyaratkan dalam PP No. 82 Tahun 2001.
61
Tabel 18. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Sungai Hulu dan Hilir
Air sungai hilir mempuyai nilai pH yang rendah dikarenakan air yang
berasal dari hulu sungai sudah mempunyai nilai pH yang rendah. Apabila dilihat
dari nilai pH pada air sungai hulu dan hilir yang kurang dari baku mutu yang
telah ditentukan maka air sungai tersebut tidak cocok digunakan sesuai dengan
golongan air kelas I, II, III dan IV PP No. 82 Tahun 2001. Apabila dilihat dari
nilai BOD, COD dan parameter pencemaran lainnya, air sungai hulu dan hilir
sudah memenuhi baku mutu (kadar maksimum) yang dipersyaratkan sesuai
golongan air kelas III dan IV sehingga aplikasi limbah cair sudah aman dilakukan
serta tidak berdampak negatif bagi air sungai.
Pengelolaan dan pemanfaatan limbah cair dengan cara diaplikasikan ke
lahan yang dilakukan perusahaan tidak berdampak negatif bagi air sungai karena
tidak ada limbah yang dibuang secara langsung ke sungai. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perusahaan sudah melakukan pengawasan yang baik
terhadap kemungkinan rembesan dan limpahan air limbah baik dari kolam limbah
di stasiun IPAL maupun dari dalam flat bed di lahan aplikasi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
Jumlah tenaga kerja aplikasi JJK harus ditetapkan secara khusus dan tidak
mengerjakan pekerjaan lain sehingga aplikasi JJK dapat dilakukan setiap hari dan
JJK tidak terlalu lama menumpuk di collection road. Blok aplikasi JJK harus
63
dipersiapkan lebih baik, yaitu disediakan sarana berupa pasar rintis, titi panen dan
lain-lain agar aplikasi JJK dapat dilakukan maksimal dalam satu blok serta JJK
harus segera diaplikasikan setelah diangkut ke lahan.
Limbah yang diaplikasikan ke lahan harus sesuai dengan nilai BOD yang
ditetapkan perusahaan yaitu 2 500 3 000 mg/l agar dapat meningkatkan produksi
tanaman. Pengerukan dan perawatan flat bed harus dilakukan secara berkala
sehingga tidak terjadi pendangkalan flat bed. Peningkatan pengawasan untuk
aplikasi limbah cair harus dilakukan secara intensif lagi agar tidak terjadi
limpahan dan rembesan air limbah ke perairan bebas dan mencemari lingkungan
sehingga membahayakan bagi kesehatan. Perusahaan harus tetap mempertahankan
pengawasan yang baik agar pemanfaatan limbah cair tidak memberikan dampak
negatif bagi lingkungan khususnya terhadap kualitas air sungai.
DAFTAR PUSTAKA
Banuwa, I. S. 2007. Studi kandungan hara dan bahan pencemar limbah cair
pabrik kelapa sawit untuk meningkatkan kualitas lahan pertanian. Jurnal
Agroland 14(2):106-110.
Budianta, D. 2005. Potensi limbah cair pabrik kelapa sawit sebagai sumber hara
untuk tanaman perkebunan. Jurnal Dinamika Pertanian 20(3):273-282.
Badan Pusat Statistik. 2011. Luas Tanaman Perkebunan Besar Menurut Jenis
Tanaman, Indonesia, 1995 2009. http://www.bps.go.id. [2 Mei 2011].
Darmosarkoro, W., dan S. Rahutomo. 2003. Tandan kosong kelapa sawit sebagai
bahan pembenah tanah, p. 167-179. Dalam W. Darmasarkoro, E.S. Sutarta
dan Winarna (Eds.). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit. Medan.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. 2011. Volume dan nilai ekspor, impor
Indonesia. http://ditjenbun.deptan.go.id. [2 Mei 2011].
Komite Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas Plantation. 2004. Buku Pedoman
Teknis Kelapa Sawit (Oil Palm Technical Policy) Minamas Plantation.
Jakarta. 600 hal.
Pahan, I. 2010. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir.
Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. PKKS. Medan. 184
hal.
Sutarta, E.S., Winarna, P.L. Tobing dan Sufianto. 2003. Aplikasi limbah cair
pabrik kelapa sawit pada perkebunan kelapa sawit, p. 195-212. Dalam W.
Darmosarkoro, E.S. Sutarta, dan Winarna (Eds.). Lahan dan Pemupukan
Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Tobing, P.L. dan Z. Poeloengan. 2000. Pengendalian Limbah Cair Pabrik Kelapa
Sawit secara Biologis di Indonesia. Warta PPKS 8(2):99-106.
Unit Pelaksana Teknis Pengujian. 2011. Laporan Hasil Pemeriksaan Limbah Cair
PT Aneka Intipersada. Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau. 13 hal.
LAMPIRAN
67
Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada
67
Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada
Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah KHL Luas Areal Lama Lokasi Pembimbing
yang Diawasi yang Kegiatan
(orang) Diawasi (ha) (jam)
5 Maret 2012 Aplikasi janjang kosong 3 2 6 Blok E008 dan E009 Bpk. Teddy L
6 Maret 2012 Aplikasi limbah cair 1 17 6 Blok F014 (F28) Bpk. Teddy L
7 Maret 2012 Administrasi data limbah cair - - 6 Kantor Divisi 2 Bpk. Teddy L
Persiapan dokumen untuk
- - 7
8 Maret 2012 pelatihan ISPO Kantor TSE Bpk. Teddy L
9 Maret 2012 Pelatihan ISPO - - 9 Kantor TSE Bpk. Teddy L
10 Maret 2012 Panen 2 6 6 Blok F013 dan F015 Bpk. Teddy L
12 Maret 2012 SOU - - 7 Blok H007 Div I TSE Bpk. Teddy L
13 Maret 2012 Panen 3 9 6 Blok H016 dan G014 Bpk. Teddy L
14 Maret 2012 Panen 3 9 6 Blok H016 Bpk. Teddy L
15 Maret 2012 Panen 3 9 6 Blok G015 Bpk. Teddy L
16 Maret 2012 Aplikasi limbah cair 1 17 6 Blok G29 Bpk. Teddy L
17 Maret 2012 Aplikasi limbah cair 3 11 6 Blok G30 Bpk. Teddy L
19 Maret 2012 Panen 4 9 6 Blok F015 dan F013 Bpk. Teddy L
20 Maret 2012 Aplikasi janjang kosong 4 10 6 Blok E010 dan E009 Bpk. Teddy L
21 Maret 2012 Aplikasi janjang kosong 4 13 6 Blok E009 Bpk. Teddy L
22 Maret 2012 Aplikasi janjang kosong 4 12 6 Blok F009 Bpk. Teddy L
24 Maret 2012 Pengutipan brondolan 4 8.7 7 Blok H016 Bpk. Teddy L
68
Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada
69
9 April 2012 BTP dan aplikasi limbah cair 2 21 7 Blok F016
Lampiran 3. Lanjutan.
70
Lampiran 3. Lanjutan.
71
Lampiran 4. Peta Areal Teluk Siak Estate
AKTUAL HA
KELOMPOK AREAL (DALAM HA)
Div.I Div.II Div.III TOTAL
I. AREAL YANG DIUSAHAKAN
A. AREAL YANG DITANAM
1. TANAMAN MENGHASILKAN
Tahun Tanam 1994 - 531.74 - 531.74
Tahun Tanam 1995 67.70 - - 67.70
Tahun Tanam 1996 256.54 444.03 176.91 877.48
Tahun Tanam 1997 227.37 - 211.83 439.20
Tahun Tanam 1998 358.26 - 194.19 552.46
Tahun Tanam 1999 - - 69.87 69.87
Tahun Tanam 2000 - - 35.43 35.43
Tahun Tanam 2001 - - 118.24 118.24
Tahun Tanam 2003 76.67 76.67
Tahun Tanam 2004 - - 51.42 51.42
Sub Total TM : 909.87 975.76 934.57 2,820.20
2. TANAMAN BELUM MENGHASILKAN
Tahun Tanam 2008 29.00 29.00
Tahun Tanam 2011 30.00 30.00
Sub Total TBM : 29.00 30.00 - 59.00
TOTAL AREAL TANAMAN (TM+TBM) 938.87 1,005.76 934.57 2,879.20
3. TANAMAN BARU - - - -
TOTAL AREAL YANG DITANAM (TM+TBM+TB) 938.87 1,005.76 934.57 2,879.20
72
Lampiran 5. Hari Hujan dan Curah Hujan di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Riau Periode 2007/2008-2011/2012
T ahun
Rata-rata
BULAN 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 2011/2012
hh ch hh ch hh ch hh ch hh ch hh ch
Juli 18 266 11 166 20 236 14 230 6 167 13.8 213
Agustus 8 235 12 157 10 189 14 233 7 170 10.2 196.8
September 19 565 21 214 19 280 14 256 6 197 15.8 302.4
Oktober 19 339 17 296 8 153 14 262 19 317 15.4 273.4
November 6 24 13 223 14 295 16 160 19 292 13.6 198.8
Desember 7 108 4 78 7 136 8 179 20 286 9.2 157.4
Januari 8 81 4 88 14 230 18 202 6 100 10 140.2
Februari 9 115 17 201 14 233 6 86 15 154 12.2 157.8
Maret 10 323 13 196 14 256 14 124 14 208 13 221.4
April 12 211 18 176 14 262 15 141 22 194 16.2 196.8
Mei 11 267 16 173 16 160 7 110 13 121 12.6 166.2
Juni 16 209 22 459 8 179 7 65 6 69 11.8 196.2
Total 143 2 743 168 2 425 158 2 609 147 2 048 153 2 275 153.8 2 420.4
Rata-rata 11.92 228.60 14.00 202.10 13.17 217.42 12.25 170.67 14.00 207.00 12.82 207.1
BK 1 0 0 0 0
BL 1 2 0 2 2
BB 10 10 12 10 10
Keterangan: Bulan Kering (BK) = ch < 60 mm, Bulan Lembab (BL) = ch 60 100 mm, Bulan Basah (BB) = ch > 100 mm
Rata-rata BK 1+0+0+0+0 1
Q= x 100% = x 100% = = 1.923 %
Rata-rata BB 10+10+12+10+10 52
Menurut Schmid Ferguson, tipe iklim Teluk Siak Estate termasuk kelas A (sangat basah)
73
Lampiran 6. Struktur Organisasi Teluk Siak Estate
74
75
76