Вы находитесь на странице: 1из 89

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis

Jacq.) DI TELUK SIAK ESTATE PT ANEKA INTIPERSADA,


MINAMAS PLANTATION, RIAU

SUSILAWATI
A24080100

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI
TELUK SIAK ESTATE, PT ANEKA INTIPERSADA, MINAMAS
PLANTATION, RIAU
Waste Management of Palm Oil (Elaeis guineensis Jacq.) in Teluk Siak Estate,
PT Aneka Intipersada, Minamas Plantaion, Riau
Susilawati1 dan Supijatno2
1
Mahasiswa, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB
(A24080100)
2
Staf Pengajar, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB

Abstract
The internship was conducted at oil palm plantation of Teluk Siak Estate,
PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Riau for three months starting from
February 13th 2012 to May 13 th 2012. The main purpose of this internship is to
increase knowledge, skill, experience, waste product management of oil palm
plantation, and to analyze waste product of palm oil as an organic fertilizer. The
analysis results showed that application of empty fruit bunches(EFB) as organic
fertilizer has not been able to increase the amount of nutrients on palm oil leaf
and increase of palm oil production. Application of palm oil mill effluent (POME)
are able to increase the amount of nutrients on palm oil leaf palm oil especially
nitrogen and phosphate and a positive impact to increase production of oil palm
plantations especially on the productivity (ton/ha).

Kery word : By Product, Oil Palm Plantation, Empty Fruit Bunch (EFB), Palm
Oil Mill Effluent (POME)
RINGKASAN

SUSILAWATI. Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)


di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation, Riau
(Dibimbing oleh SUPIJATNO).

Kegiatan magang dilakukan di Teluk Siak Estate, PT Aneka Intipersada,


Minamas Plantation, Riau mulai pada bulan Februari hingga Mei 2012. Tujuan
khusus dalam kegiatan magang ini untuk mempelajari pengelolaan limbah kelapa
sawit dan mempelajari pemanfaatan limbah kelapa sawit sebagai pupuk organik
yang berhubungan dengan aspek budidaya tanaman serta mengetahui dampak
aplikasinya terhadap tanaman dan dampak aplikasi limbah cair terhadap kualitas
air. Kegiatan yang dilakukan yaitu meliputi kegiatan yang berkaitan dengan aspek
teknis di lapangan dan aspek manajerial di kebun maupun di kantor kebun,
melakukan pengamatan mengenai pemanfaatan limbah kelapa sawit sebagai
pupuk organik di lapangan, serta kegiatan pengumpulan data dan informasi.
PT Aneka Intipersada mempunyai satu pabrik kelapa sawit yang kapasitas
olahnya 45 ton/jam. Limbah yang dihasilkan Teluk Siak Factory adalah janjang
kosong (JJK), palm oil mill effluent (POME), fiber (serabut) dan cangkang.
Produk sampingan (by product) hasil pengolahan TBS di pabrik dalam bentuk
cangkang dan fiber dimanfaatkan di pabrik sebagai umpan boiler sedangkan JJK
dan POME dimanfaatkan oleh kebun untuk dijadikan pupuk organik yang
diaplikasikan ke lahan karena mengandung unsur hara dalam jumlah yang besar.
Metode aplikasi JJK di TSE dengan teknik mulching yang diaplikasikan
diantara empat pokok untuk satu titik pada tanaman menghasilkan (TM). JJK
diaplikasikan di gawangan mati dengan dosis 250 kg/pokok sehingga dalam satu
titik ada 1 ton JJK. Jumlah JJK yang diterima TSE sebanyak 17 667.42 ton/tahun
sehingga luasan yang dapat diaplikasi seluas 519.63 ha/tahun atau sekitar 17.75 %
dari luas total TSE (dosis 34 ton/ha dengan satu kali rotasi setahun). Luas lahan
aplikasi JJK di TSE pada tahun 2011/2012 yaitu 461.3 ha (sekitar 15.82 % dari
luas total TSE) dan lebih kecil dibandingkan luasan yang seharusnya dapat
diaplikasi.
Aplikasi JJK di lahan belum memberikan pengaruh yang nyata terhadap
kandungan unsur hara dalam daun dan peningkatan perolehan produktivitas secara
konsisten. Aplikasi JJK lebih mengarah untuk peningkatan kesuburan tanah
sehingga kemampuan tanah dalam menahan air dan unsur hara menjadi lebih baik,
selain itu aplikasi JJK belum berperan sebagai substitusi penggunaan pupuk
anorganik.
Limbah cair diaplikasikan ke lahan dengan sistem flat bed yang
sebelumnya limbah cair tersebut diolah dengan sistem kolam pada kolam instalasi
pengolahan air limbah (IPAL). Hal tersebut bertujuan untuk menurunkan kadar
bahan pencemar yang terkandung pada limbah, sehingga parameter bahan
pencemar limbah cair yang akan diaplikasikan ke lahan sesuai dengan baku mutu
yang ditetapkan. Luas lahan aplikasi limbah cair di Teluk Siak Estate yaitu 120 ha
dengan jumlah flat bed sebanyak 15 694 buah. Aplikasi limbah cair ke lahan
memberikan dampak positif terhadap peningkatan ketersediaan unsur hara N dan
P, serta memberikan dampak positif bagi perolehan produksi terutama bagi
perolehan produktivitas tanaman (ton/ha).
Limbah cair yang diaplikasikan ke lahan menyebabkan air sumur
penduduk yang ada di sekitar lahan aplikasi dan air permukaan (sungai) tidak
dapat digunakan sebagai air minum karena tidak memenuhi baku mutu standar
yang ditentukan yaitu nilai pH yang rendah. Tetapi, apabila dilihat dari parameter
bahan pencemar limbah cair lain yang diuji menunjukkan hasil yang sudah sesuai
dengan baku mutu yang ditetapkan sehingga secara keseluruhan aplikasi limbah
cair aman dilakukan karena tidak berdampak negatif bagi kualitas air sumur
maupun air sungai.
PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis
Jacq.) DI TELUK SIAK ESTATE PT ANEKA INTIPERSADA,
MINAMAS PLANTATION, RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

SUSILAWATI
A24080100

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012
Judul : PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis
guineensis Jacq.) DI TELUK SIAK ESTATE PT ANEKA
INTIPERSADA, MINAMAS PLANTATION, RIAU
Nama : SUSILAWATI
NIM : A24080100

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Supijatno, MSi.


NIP. 19610621 198601 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemen

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr.


NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Susilawati, dilahirkan di Kabupaten Kuningan Provinsi


Jawa Barat pada tanggal 7 Juni 1989. Penulis merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara dari pasangan Bapak Karsim dan Ibu Casih.
Tahun 2002 penulis lulus dari SD Negeri 2 Taraju, tahun 2005 penulis
menyelesaikan studi di SMP Negeri 2 Garawangi dan lulus dari SMA Negeri 3
Kuningan pada tahun 2008. Tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian
Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) sebagai mahasiswa
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.
Selain mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis juga mengikuti kegiatan
kampus. Penulis pernah menjabat sebagai anggota Divisi Kewirausahaan,
Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura (2009-2010) dan sekretaris
Koperasi Agrohotplate Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura (2009-
2011). Penulis juga pernah mengikuti kepanitiaan yang diselenggarakan oleh
pihak Departemen Agronomi dan Hortikultura seperti Masa Perkenalan
Departemen (2010), Agrosportment (2009-2010), dan Festival Tanaman (2010-
2011). Selain itu, penulis juga pernah mengikuti Program IPB Goes to Field
(2010) dan kegiatan magang di Balai Pelatihan Pertanian Jawa Barat (2011).
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi ini berjudul Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Minamas Plantation,
Riau.
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ayah, ibu, kakak dan adik penulis, atas doa, kasih sayang, perhatian,
pengertian, dukungan dan kepercayaan kepada penulis.
2. Dr. Ir. Supijatno, MSi. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan
bimbingan serta arahan selama pelaksanaan magang dan penyusunan
skripsi.
3. Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS. dan Dr. Ir. Heni Purnamawati, MSc. Agr.
selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan saran.
4. Dr. Ir. Iskandar Lubis, MS. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama menjalani studi.
5. Bapak H. Syahril A.S (Manajer Kebun), Bapak Teddy Lesmana (Asisten
Divisi II), Bapak Rusnanto (Asisten Divisi I) dan Bapak R.E. Ginting
(KTU), selaku pembimbing lapangan dan manajerial yang telah
membimbing penulis selama menjalani magang.
6. Seluruh karyawan Divisi II dan keluarga besar Teluk Siak Estate PT Aneka
Intipersada Riau serta seluruh staf PT Aneka Intipersada.
7. Tama dan Rene teman seperjuangan saat magang, Miftah dan M. Ismail
teman satu bimbingan skripsi, Cucun, Izza, Ami, Mia, Rista dan Bunga
yang telah banyak membantu. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura
angkatan 45 dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak
dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Bogor, Agustus 2012
Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................... vi


DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ viii
PENDAHULUAN ................................................................................... 1
Latar Belakang................................................................................ 1
Tujuan ............................................................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
Botani Kelapa Sawit ....................................................................... 3
Ekofisiologi Kelapa Sawit............................................................... 4
Limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS) ................................................ 5
Limbah Padat ......................................................................... 5
Limbah Cair........................................................................... 6
METODE MAGANG .............................................................................. 10
Tempat dan Waktu .......................................................................... 10
Metode Pelaksanaan ....................................................................... 10
Pengamatan dan Pengumpulan Data dan Informasi ......................... 11
Analis Data dan Informasi .............................................................. 12
KEADAAN UMUM ................................................................................ 14
Sejarah dan Perkembangan Kebun .................................................. 14
Letak Wilayah Administratif ........................................................... 14
Keadaan Iklim dan Tanah ............................................................... 14
Luas Areal dan Tata Guna Lahan .................................................... 15
Keadaan Tanaman dan Produksi ..................................................... 15
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ........................................ 16
PELAKSANAAN MAGANG.................................................................. 18
Aspek Teknis .................................................................................. 18
Penunasan ................................................................................ 18
Leaf Sampling Unit (LSU) ....................................................... 19
Pemupukan .............................................................................. 21
Pengendalian Gulma ................................................................ 23
Pengendalian Hama ................................................................. 26
Pemanenan............................................................................... 28
Pengolahan TBS ...................................................................... 33
Pengelolaan Limbah................................................................. 36
Aspek Manajerial ............................................................................ 41
Pendamping Mandor ................................................................ 41
Pendamping Asisten................................................................. 44
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 45
Produksi dan Karakteristik Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit ........ 45
v

Halaman

Janjang Kosong (JJK) ............................................................. 46


Limbah Cair (POME)............................................................... 48
Dampak Aplikasi Limbah terhadap Tanaman .................................. 52
Dampak Aplikasi Limbah terhadap Status Hara pada Daun ...... 53
Dampak Aplikasi Limbah terhadap Perolehan Produksi ........... 56
Dampak Aplikasi Limbah Cair terhadap Kualitas Air...................... 58
Kualitas Air Tanah Dangkal (Sumur) ....................................... 59
Kualitas Air Sungai Hulu dan Hilir (Air Permukaan) ............... 60
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 62
Kesimpulan..................................................................................... 62
Saran .............................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 64
LAMPIRAN ............................................................................................ 66
vi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jenis, Potensi dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit ...... 5

2. Potensi dan Pemanfaatan JJK dari Limbah PKS sebagai Hara dalam
Suatu Luasan ................................................................................ 6

3. Baku Mutu Limbah Cair untuk Aplikasi Limbah Cair ................... 8

4. Produksi, Produktivitas dan BJR TBS di Teluk Siak Estate........... 16

5. Komposisi Jumlah Tenaga Kerja Teluk Siak Etate ........................ 17

6. Uraian Standar Pelaksanaan Tunas Progresif ................................ 19

7. Peralatan Panen di Teluk Siak Estate ............................................ 31

8. Komposisi Jenis Limbah yang Dihasilkan Teluk Siak Factory ..... 45

9. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Limbah dari Raw Effluent dan


Effluent Treatment PT AIP ........................................................... 49

10. Spesifikasi Kolam Limbah di IPAL Teluk Siak Factory ................ 50

11. Luas Lahan Blok Aplikasi Limbah Cair dan Jumlah Flat Bed
PT AIP ........................................................................................ 51

12. Hasil Analisis Daun pada Lahan Aplikasi JJK dan Lahan
Kontrol ......................................................................................... 53

13. Hasil Analisis Daun pada Lahan Aplikasi Limbah Cair (LA) dan
Lahan Kontrol (LK) ...................................................................... 54

14. Konsentrasi Hara dalam Daun Kelapa Sawit pada Kondisi Defisiensi,
Optimum dan Berlebih untuk Tanaman Tua > 6 Tahun ................. 55

15. Perbandingan Produksi antara Lahan Aplikasi JJK dan Lahan


Kontrol ......................................................................................... 56

16. Perbandingan Produksi antara Lahan Aplikasi Limbah Cair (LA) dan
Lahan Kontrol (LK) ...................................................................... 57

17. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Tanah Sumur Pantau (SP I, SP II dan
SP III) di Blok Aplikasi dan Sumur Penduduk .............................. 60

18. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Sungai Hilir dan Hulu ................. 61
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pengambilan Lembaran Daun pada Saat LSU ............................... 21

2. Pengendalian Gulma Secara Kimia. Pengisian Herbisida ke dalam


Sprayer (Kiri), Penyemprotan Piringan (Kanan)............................ 25

3. Bongkar Tumbuhan Pengganggu. (A) Cados, (B) Parang Babat


dan (C) Kegiatan BTP .................................................................. 25

4. Beneficial Plant. (A) Turnera subulata, (B) Casia cobanensis


dan (C) Antigonon leptosus ........................................................... 27

5. Aplikasi JJK di Lahan. (A) Tumpukan JJK di Collection Road,


(B) Kegiatan Aplikasi JJK dan (C) Aplikasi JJK dengan Teknik
Mulching ...................................................................................... 37

6. Kolam Instalasi Pengolahan Air Limbah ........................................ 38

7. Sumur Pantau ................................................................................ 39

8. Alplikasi Limbah Cair. Pengisian Limbah Cair ke dalam Flat Bed


(Kiri), Flat Bed Berisi Limbah Cair ............................................... 40
v

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL di Teluk Siak Estate


PT Aneka Intipersada ................................................................... 67

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di


Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada ....................................... 68

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di


Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada ....................................... 69

4. Peta Areal Teluk Siak Estate......................................................... 72

5. Hari Hujan dan Curah Hujan di Teluk Siak Estate, PT Aneka


Intipersada, Riau, Periode 2007/2008-2011/2012.......................... 73

6. Struktur Organisasi Teluk Siak Estate........................................... 74

7. Lay Out Effluent Treatment Teluk Siak Factory ............................ 75

8. Peta Seksi Aplikasi Limbah Cair Teluk Siak Estate ...................... 76


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan


yang memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia sebagai salah satu
penyumbang devisa non-migas yang cukup besar. Kelapa sawit menghasilkan
produk olahan yang mempunyai banyak manfaat (Lubis, 1992). Produk minyak
kelapa sawit tersebut digunakan untuk industri penghasil minyak goreng, minyak
industri, bahan bakar, industri kosmetik dan farmasi.
Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2005 yaitu 4 520
600 ha dan terjadi peningkatan yang cukup besar pada tahun 2010 menjadi 8 430
027 ha (Badan Pusat Statistik, 2011). Luas perkebunan kelapa sawit yang besar
akan diiringi dengan volume ekspor yang tinggi pula, hal tersebut dikarenakan
permintaan dunia akan minyak sawit terus meningkat sehingga pasaran ekspornya
selalu terbuka lebar dan dapat menghasilkan keuntungan yang besar. Volume
ekspor CPO pada tahun 2006 sebesar 11 745 954 ton mencapai nilai US$ 4 139
286 000 dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 20 615 958 ton atau senilai US$
12 626 595 000 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2011).
Pertambahan dan peningkatan areal pertanaman kelapa sawit diiringi
pertambahan jumlah industri pengolahannya menyebabkan jumlah limbah yang
dihasilkan semakin banyak pula. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah dan bobot
limbah pabrik kelapa sawit (PKS) yang harus dibuang semakin bertambah.
Limbah yang dihasilkan dari proses pengolahan kelapa sawit akan menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan, baik kuantitas sumber daya alam, kualitas
sumber daya alam, maupun lingkungan hidup.
Dampak negatif limbah yang dihasilkan dari suatu industri menuntut
pabrik agar dapat mengolah limbah dengan cara terpadu. Pemanfaatan limbah
menjadi bahan-bahan yang menguntungkan atau mempunyai nilai ekonomi tinggi
dilakukan untuk mengurangi dampak negatif bagi lingkungan dan mewujudkan
industri yang berwawasan lingkungan.
Limbah industri pertanian khususnya industri kelapa sawit mempunyai
ciri khas berupa kandungan bahan organik yang tinggi. Kandungan bahan organik
2

tersebut dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan kelapa sawit. Limbah PKS


memungkinkan dimanfaatkan pada lahan perkebunan kelapa sawit untuk
menghindari pencemaran lingkungan dan mengatasi kebutuhan pupuk.
Limbah padat yang dihasilkan pabrik kelapa sawit berupa janjang kosong
(JJK) yang jumlahnya sekitar 20 % dari tandan buah segar (TBS) yang diolah dan
merupakan bahan organik yang kaya akan unsur hara (Direktorat Pengolahan
Hasil Pertanian, 2006). Aplikasi JJK berpotensi tinggi sebagai bahan pembenah
tanah, memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, serta meningkatkan produksi
kelapa sawit (Darmosarkoro et al., 2003).
Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) yang dikenal dengan istilah
POME (Palm Oil Mill Effluent) mempunyai kandungan bahan organik yang
tinggi, sehingga LCPKS harus diolah atau dimanfaatkan untuk pupuk. Limbah
cair pabrik kelapa sawit memilki sejumlah kandungan hara yang dibutuhkan
tanaman, yaitu N, P, K, Ca dan Mg yang berpotensi sebagai sumber hara untuk
tanaman (Budianta, 2005).
Kegiatan magang ini dilakukan untuk mengetahui pengelolaan dan
pemanfaatan limbah yang dilakukan perusahaan. Upaya pengelolaan dan
pemanfaatan limbah kelapa sawit perlu dilakukan dengan benar sehingga tidak
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.

Tujuan

Kegiatan magang ini mempunyai tujuan umum untuk menambah


pengalaman, meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial perkebunan kelapa
sawit, serta meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami proses kerja
secara nyata. Tujuan khusus dalam kegiatan magang ini untuk mempelajari
pengelolaan limbah kelapa sawit dan mempelajari pemanfaatan limbah kelapa
sawit sebagai pupuk organik yang berhubungan dengan aspek budidaya tanaman
serta mengetahui dampak aplikasinya terhadap tanaman dan dampak aplikasi
limbah cair terhadap kualitas air.
TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang berasal


dari Afrika. Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam famili Aracaceae dan
subkelas Monocotyledoneae. Tanaman ini merupakan tanaman monokotil,
memiliki batang tumbuh lurus, berakar serabut serta memiliki bunga jantan dan
bunga betina pada satu tanaman dengan tandan terpisah. Kelapa sawit tumbuh
sebagai tanaman liar (hutan), setengah liar dan sebagai tanaman budidaya yang
tersebar di berbagai negara beriklim tropis bahkan mendekati subtropis di Asia,
Amerika Selatan dan Afrika (Setyamidjaja, 2006).
Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 20 75
cm. Tinggi batang bertambah sekitar 45 cm per tahun. Batang kelapa sawit
mempunyai tiga fungsi utama, yaitu sebagai struktur yang mendukung daun,
bunga dan buah; sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral
dari akar ke atas serta hasil fotosintesis dari daun ke bawah; serta dapat juga
berfungsi sebagai organ penimbunan zat makanan (Pahan, 2010).
Tanaman kelapa sawit memiliki jenis akar serabut. Akar utama akan
membentuk akar sekunder, tertier dan kuartener. Pertumbuhan ke bawah dibatasi
oleh permukaan air tanah, ke samping hampir sejajar dengan permukaan tanah,
bahkan akar tertier dan kuartener menuju ke lapisan atas. Akar kuartener (feed
root) umumnya terkonsentrasi pada bagian tanah dimana kandungan bahan
organik tinggi dan lengas tanah optimal. Lubis (1992) menyatakan bahwa, akar
pertama yang muncul dari biji yang telah berkecambah adalah radikula yang
panjangnya mencapai 15 cm.
Daun kelapa sawit adalah daun majemuk, terdiri atas pelepah dengan
panjang antara 7 - 9 m. Kelapa sawit yang tumbuh normal jumlah pelepahnya
bervariasi antara 40 - 60 buah. Pelepah tersusun menurut spiral dimana pelepah
satu dengan lainnya terdapat susunan yang teratur yang dinamakan phylotaxis.
Susunan daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk. Susunan ini
menyerupai susunan daun pada tanaman kelapa. Pada tanah yang subur, kuncup
4

cepat membuka sehingga lebih cepat dan efektif menjalankan fungsinya sebagai
tempat fotosintesis.
Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman berumah satu, artinya pada satu
tanaman terdapat bunga jantan dan betina. Meskipun dalam satu tanaman terdapat
bunga betina dan bunga jantan namun muncul dan mekarnya tidak bersamaan,
sehingga tanaman kelapa sawit melaksanakan penyerbukan secara silang (cross
polinated). Bunga kelapa sawit merupakan bunga majemuk yang terdiri dari
kumpulan spikelet dan tersusun dalam inflorensen yang berbentuk spiral (Pahan,
2010).
Secara botani buah kelapa sawit terdiri dari exocarp (kulit), mesocarp dan
endocarp (cangkang) yang membungkus 1 - 4 kernel. Inti memiliki testa,
endosperm yang padat dan sebuah embrio (Pahan, 2010). Buah terkumpul di
dalam tandan, dalam satu tandan terdapat sekitar 1 600 buah. Tanaman normal
akan menghasilkan 20 - 22 tandan per tahun. Jumlah tandan buah pada tanaman
tua sekitar 12 14 tandan per tahun dan berat setiap tandan sekitar 25 35 kg.

Ekofisiologi Kelapa Sawit

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di
sekitar lintang Utara Selatan 120 pada ketinggian 0 500 m dari atas permukaan
laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 2 000 2 500 mm/tahun, tidak
memiliki defisit air serta hujan agak merata sepanjang tahun (Lubis, 1992). Pahan
(2010) menambahkan bahwa tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas
cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakuan fotosintesis, kecuali pada
kondisi juvenile di pre-nursery. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada
berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu (HK), regosol,
andosol, organosol dan alluvial (Lubis, 1992).
Temperatur yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit yaitu
24 - 28 0C, terendah 18 0C dan tertinggi 32 0C. Kelembaban optimal yaitu 80 %
dan penyinaran matahari 5 7 jam. Penyinaran matahari yang kurang dari 5 jam
dapat menyebabkan berkurangnya asimilasi, gangguan penyakit, gagalnya
pembakaran dan rusaknya jalan karena lambat kering. Kelembaban rata-rata yang
tinggi akan merangsang perkembangan penyakit. Ketinggian dari permukaan yang
5

optimal adalah 0 - 400 m. Pada ketinggian yang lebih, pertumbuhan akan


terhambat dan produksi lebih rendah. Kecepatan angin 5 6 km/jam sangat baik
untuk membantu penyerbukan kelapa sawit, angin yang terlalu kencang akan
menyebabkan tanaman baru doyong atau miring (Lubis, 1992).

Limbah Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

Limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang
terdiri dari janjang kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain, sedangkan limbah
cair yang terjadi pada in house keeping yang berasal dari kondensat, stasiun
klarifikasi dan dari hidrosiklon. Selain kedua jenis limbah tersebut, industri kelapa
sawit juga menghasilkan limbah gas antara lain gas cerobong dan uap air buangan
pabrik kelapa sawit (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2006). Jenis, potensi
dan pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis, Potensi dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit

Potensi per ton


Jenis Manfaat
TBS (%)
Pupuk kompos, pulp kertas, papan
Janjang kosong 23.0
partikel, energi
Wet Decanter Solid 4.0 Pupuk, kompos, makanan ternak
Cangkang 6.5 Arang, karbon aktif, papan partikel
Serabut (fiber) 13.0 Energi, pulp kertas, papan partikel
Limbah cair 50.0 Pupuk, air irigasi
Air kondensat Air umpan boiler
Sumber: Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian (2006)

Limbah Padat
Limbah yang dihasilkan oleh pabrik pengolahan kelapa sawit yaitu limbah
padat seperti janjang kosong (JJK) atau disebut juga tandan kosong kelapa sawit
(TKKS), cangkang, serat (serabut) dan lain-lain yang pada umumnya lebih mudah
untuk dikendalikan bahkan dapat dimanfaatkan (Lubis, 1992). Janjang kosong
dapat dimanfaatkan untuk pupuk, karena limbah ini mempunyai fungsi ganda
yaitu selain menambah hara ke dalam tanah juga meningkatkan kandungan bahan
organik tanah yang sangat diperlukan bagi perbaikan sifat fisik tanah. Persentase
janjang kosong terhadap tandan buah segar (TBS) sekitar 20 % dan setiap ton
6

janjang kosong mengandung unsur hara N, P, K dan Mg berturut-turut setara


dengan 3 kg Urea, 0.6 kg CIRP, 12 kg MOP dan 2 kg Kieserite (Direktorat
Pengolahan Hasil Pertanian, 2006). Melalui kegiatan mikroorganisme tanah atau
proses mineralisai, unsur hara yang didapati pada JJK kembali ke dalam tanah.
Potensi dan pemanfaatan JJK sebagai hara dalam suatu luasan disajikan pada
Tabel 2.

Tabel 2. Potensi dan Pemanfaatan JJK dari Limbah PKS sebagai Hara
dalam Suatu Luasan

Kapasitas Pabrik Luasan yang dapat Diaplikasi JJK


JJK (ton/tahun)**
(ton/jam)* (ha/tahun) ***
30 31 200 780
45 46 800 1 170
60 62 800 1 560
Keterangan: * = jam kerja pabrik 2 jam per hari, hari kerja dalam 1 tahun = 260 hari
** = 20 % TBS merupakan JJK
*** = dosis 40 ton JJK/ha
Sumber: Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian (2006)

Aplikasi janjang kosong sebagai mulsa di perkebunan kelapa sawit secara


umum akan meningkatkan kadar N, P, K, Ca, Mg, C-organik dan KTK tanah.
Peningkatan hara tanah ini diikuti dengan peningkatan tandan buah segar (TBS).
Winarna et al. (2003) menambahkan bahwa secara ekonomis aplikasi JJK sebagai
mulsa di perkebunan kelapa sawit dengan dosis 40 ton/ha/tahun yang dikombinasi
dengan pemberian 60 % dari dosis pupuk N dan P standar kebun dapat
meningkatkan produksi TBS hingga 34 %. Janjang kosong akan hancur dan
menyatu dengan tanah dalam jangka waktu 7 - 10 bulan. Selain dimanfaatkan
sebagai mulsa, janjang kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan melalui
pengomposan dan pupuk organik (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2006).
Salah satu kendala aplikasi JJK secara langsung adalah biaya transportasi per unit
hara yang cukup tinggi (Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2003).

Limbah Cair

Pengolahan tandan buah segar (TBS) di pabrik kelapa sawit menghasilkan


limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) yang cukup merugikan bagi lingkungan.
Proses pengolahan minyak kelapa sawit akan menghasilkan tiga macam limbah
7

cair yaitu yang berasal dari kondensat rebusan sebanyak 0.21 ton dari setiap ton
TBS yang diolah, dari centrifuge sludge 0.50 ton dan dari pencucian hidrosiklon
(hydrocyclone) 0.20 ton atau seluruhnya berjumlah 0.67 ton (Lubis, 1992).
Poeloengan dan Tobing (2000) menambahkan bahwa jumlah dan volume limbah
cair yang dihasilkan dari beberapa unit proses adalah sebagai berikut: air
kondensat antara 15 20 %, limbah atau air sludge dari stasiun klarifikasi antara
70 75 % dan air buangan dari hidroksiklon antara 5 10 %. Limbah cair yang
akan dihasilkan dari seluruh proses produksi minyak kelapa sawit diperkirakan
maksimal 60 % dari seluruh tandan buah segar yang diolah (Direktorat
Pengolahan Hasil Pertanian, 2006).
Menurut Lubis (1992) pedoman atau parameter yang dipakai dalam
pengolahan LCPKS adalah Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxigen
Demand (COD), Suspended Solid (SS), Total Solid (TS) dan Kemasaman (pH).
BOD adalah kebutuhan oksigen oleh jasad renik (mikroba) untuk merombak atau
mengoksidasikan bahan organik secara biologis pada kondisi (suhu dan waktu)
tertentu. BOD dinyatakan dalam mg/l artinya jumlah oksigen (mg) yang
dibutuhkan bakteri untuk menetralisir atau mencernakan zat organik yang ada
dalam satu liter air. COD adalah kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk
merombak bahan organik maupun anorgaik secara kimia. SS adalah bahan
padatan (bahan organik) yang terdapat pada limbah sebagai indikator tinggi
rendahnya BOD dan COD. TS adalah total bahan padatan yang merupakan
indikator daya serap air limbah terhadap udara (oksigen). pH adalah keasaman air
atau limbah cair yang menentukan tingkat gangguan atau kehidupan dalam air.
Limbah cair yang dihasilkan pabrik kelapa sawit mengandung bahan
organik dan mineral cukup tinggi dengan Biological Oxygen Demand (BOD)
sekitar 25 000 mg/l dan apabila dibuang langsung ke sungai atau perairan lainnya
dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan air dan tanah tempat
pembuangannya dan selanjutnya akan menimbulkan pencemaran (Poeloengan dan
Tobing, 2000).
Nilai Biological Oxigen Demand (BOD) yang masih tinggi menunjukkan
bahwa dalam kolam penampungan limbah belum terjadi proses penguraian oleh
mikroorganisme dan belum mengalami proses pengolahan limbah dalam suatu
8

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Proses pengolahan limbah tersebut


dengan cara pemberian bakteri anaerob yang berfungsi untuk mereduksi BOD dan
menguraikan senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana. Kandungan BOD
limbah dalam kolam outlet yang boleh dimanfaatkan untuk aplikasi lahan
perkebunan kelapa sawit maksimum 5 000 mg/l. Nilai BOD yang terlalu rendah
menyebabkan kandungan nutrisi limbah juga akan rendah, sehingga limbah yang
dialirkan hanya berfungsi sebagai air irigasi saja (Budianta, 2005).
Kualifikasi limbah cair yang digunakan dalam aplikasi adalah limbah
dengan BOD antara 3 500 5 000 mg/l. Limbah cair yang berasal dari pabrik
kelapa sawit dengan tingkat BOD antara 3 500 5 000 mg/l dapat langsung
dipakai sebagai pupuk pada tanaman kelapa sawit (Sutarta et al., 2003). Berbagai
metode aplikasi limbah cair yang digunakan antara lain sistem sprinkle, flat bed
atau teknik parit, long bed (teknik parit atau alur) dan traktor tangki. Teknik
aplikasi limbah secara flat bed umum digunakan yaitu dengan mengalirkan limbah
tersebut dari kolam limbah flat bed melalui pipa ke bak-bak distribusi dan
selanjutnya ke parit primer dan parit sekunder (Pusat Penelitian Kelapa Sawit,
2003). Baku mutu limbah cair yang dapat diaplikasikan seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Baku Mutu Limbah Cair untuk Aplikasi Limbah Cair

No. Uraian Batasan Kepekatan


1 BOD (mg/l) < 3 500
2 Minyak dan lemak (mg/l) < 3 000
3 pH 6.0
Sumber: Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian (2006)

Limbah cair pabrik kelapa sawit mengandung unsur hara esensial yang
berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai pupuk melalui land application dalam
rangka meningkatkan kualitas lahan pertanian. Selain itu, limbah cair juga masih
mengandung bahan organik (c-organik) yang sangat baik sebagai bahan pembenah
tanah (soil conditioner) (Banuwa, 2007).
Kandungan hara yang dimilki oleh limbah cair kelapa sawit merupakan
hara yang dibutuhkan oleh tanaman yaitu N, P, K, Ca dan Mg sehingga limbah
cair tersebut mempunyai potensi sebagai sumber hara untuk tanaman yang dapat
menggantikan fungsi pupuk konvensional yang telah biasa diberikan. Sutarta et al.
9

(2003) menjelaskan bahwa aplikasi limbah cair sebagai pupuk dapat


meningkatkan produksi TBS sebesar 16 60 % dibandingkan tanaman yang tidak
diaplikasikan pupuk cair tersebut.
Limbah cair pabrik kelapa sawit mempunyai beberapa manfaat seperti
yang dinyatakan oleh Widhiastuti et al. (2006) yaitu: dapat dijadikan pupuk
karena pemberian limbah cair pabrik pengolahan kelapa sawit pada lahan
perkebunan kelapa sawit dapat meningkatkan sifat fisik dan kimia tanah,
meningkatkan biodiversitas tumbuhan penutup tanah dan menurunkan kehadiran
gulma penting pada perkebunan kelapa sawit, meningkatkan biodiversitas
makrofauna dan mesofauna tanah dan meningkatkan total bakteri tanah namun
menurunkan bakteri Enterobacteriaceae yang sering merupakan kelompok bakteri
penyebab penyakit.
10

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada,


Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Provinsi Riau
mulai dari tanggal 13 Februari sampai 13 Mei 2012.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang yang dilakukan meliputi kegiatan yang berkaitan dengan


aspek teknis dan manajerial baik di kebun maupun di kantor. Pada aspek teknis
penulis diposisikan sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama tiga minggu dan
bekerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang ada di kebun. Pekerjaan yang diikuti
selama menjadi KHL yaitu kegiatan penunasan, Leaf Sampling Unit (LSU),
pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama, pemanenan, pengolahan
TBS dan kegiatan pengelolaan limbah yaitu aplikasi JJK dan POME.
Kegiatan yang dilakukan pada aspek manajerial yaitu penulis diposisikan
atau bekerja sebagai pendamping supervisi selama tiga minggu dan supervisi yang
diikuti diantaranya mandor 1, mandor pupuk, mandor semprot, mandor aplikasi
limbah cair, mandor aplikasi JJK, mandor perawatan, mandor panen, kerani cek
sawit, kerani keliling dan kerani divisi. Selain menjadi pendamping supervisi pada
kegiatan aspek manajerial penulis juga diposisikan sebagai pendamping asisten
selama enam minggu.
Kegiatan aspek teknis dan manajerial yang diikuti disesuaikan dengan
jadwal kebutuhan yang ada di kebun serta disetujui oleh pihak kebun. Selain
melakukan kegiatan aspek manajerial yang ada, penulis juga melakukan kegiatan
pengamatan terhadap aspek khusus di lapangan serta pengumpulan data. Aspek
khusus yang diperdalam pada kegiatan magang ini yaitu pengelolaan limbah
kelapa sawit hasil dari pengolahan TBS kelapa sawit yang dilakukan perusahaan.
Kegiatan yang dipelajari yaitu seluruh kegiatan yang berkaitan dengan
penanganan dan pemanfaatan limbah kelapa sawit. Rincian kegiatan magang
dicatat dalam jurnal harian magang yang disajikan pada yang Lampiran 1, 2 dan 3.
11

Pengamatan dan Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data yang dilakukan meliputi pengambilan data primer dan


data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan diperoleh
melalui hasil diskusi atau wawancara dengan pegawai, mandor dan asisten kebun.
Data sekunder diperoleh melalui laporan manajemen (bulanan, triwulan, semester,
serta tahunan), data perusahaan dan arsip perusahaan.
Data sekunder terdiri dari pengambilan data jumlah/bobot janjang kosong
yang dihasilkan setiap bulan, kapasitas limbah yang dihasilkan pabrik, organisasi
pengelolaan limbah, kualitas limbah cair (kandungan BOD, COD, TSS,
kandungan minyak dan lemak, nitrogen total, pH), data perolehan produksi
tanaman pada blok yang diaplikasikan limbah dan blok kontrol selama empat
tahun terakhir, data hasil analisis status hara daun tanaman kelapa sawit pada blok
aplikasi limbah dan blok kontrol dan data hasil analisis kualitas air sumur pantau
yang berada di sekitar lahan aplikasi limbah serta kualitas air sungai hulu dan hilir
sungai yang ada di dekat pabrik. Data pendukung lainnya yaitu sejarah dan
perkembangan kebun, letak geografis, keadaan iklim, keadaan tanah, luas areal
dan tata guna lahan, data curah hujan, data kondisi pertanaman, serta struktur
organisasi dan ketenagakerjaan.
Pengamatan dilakukan terutama terhadap aspek-aspek yang berhubungan
dengan pengelolaan limbah yaitu:
Pengamatan limbah padat kelapa sawit (Janjang Kosong)
1. Jumlah dan distribusi limbah janjang kosong di lahan
Mengamati secara langsung jumlah serta alur distribusi limbah janjang
kosong yang dihasilkan sampai diaplikasikan ke lahan.
2. Dosis dan cara aplikasi janjang kosong di lahan
Mengamati secara langsung dosis dan cara aplikasi janjang kosong yang
dipakai untuk setiap satuan tanaman kelapa sawit maupun untuk luasan
dalam hektar (ha).
3. Jumlah tenaga kerja yang mengaplikasikan janjang kosong di lahan
Pengamatan secara langsung jumlah tenaga kerja untuk mengaplikasikan
janjang kosong di lahan. Selain itu mencatat prestasi kerja, upah dan premi
yang diperoleh para pekerja tersebut.
12

Pengamatan limbah cair kelapa sawit


1. Jumlah limbah cair yang dihasilkan pabrik
Pengamatan secara langsung jumlah limbah cair yang dihasilkan pabrik
pengolahan limbah cair kelapa sawit.
2. Jumlah dan kapasitas kolam-kolam penampungan limbah cair
Pengamatan terhadap jumlah kolam penampungan yang digunakan serta
kapasitas kolam-kolam penampungan limbah cair yang ada di pabrik.
3. Jumlah dan distribusi limbah cair yang diaplikasikan di lahan
Mengamati dan mencatat secara langsung di kebun yaitu jumlah serta alur
distribusi limbah cair yang dihasilkan serta proses pengolahannya sampai
diaplikasikan ke lahan.
4. Dosis dan cara aplikasi limbah cair di lahan
Mengamati dan mencatat secara langsung dosis dan cara aplikasi limbah
yang dipakai untuk luasan dalam hektar (ha).
5. Jumlah tenaga kerja yang mengaplikasikan limbah cair di lahan
Pengamatan secara langsung jumlah tenaga kerja untuk mengaplikasikan
limbah cair di lahan kelapa sawit. Selain itu mencatat prestasi kerja, upah dan
premi yang diperoleh para pekerja tersebut.

Analisis Data dan Informasi

Data hasil analisis status hara dalam daun kelapa sawit dan perolehan
produksi tanaman kelapa sawit yang diaplikasikan limbah dan kontrol dianalisis
dengan menggunakan uji hipotesis t-student. Jumlah blok sebagai ulangan diambil
masing-masing tiga blok (tiga blok untuk lahan aplikasi dan tiga blok untuk lahan
kontrol). Rumus uji hipotesis t-student (Walpole, 1993):
(x-x)
=
s s
n + n2
Keterangan :
x = rata-rata perolehan produksi kelompok perlakuan (lahan aplikasi)
x = rata-rata perolehan produksi kelompok kontrol pengamatan 1 & 2
s = standart deviasi kelompok perlakuan (lahan aplikasi)
13

s = standart deviasi kelompok kontrol


n = jumlah pengamatan (ulangan)
Nilai berbeda nyata apabila thitung > ttabel pada taraf 5 % dan tidak berbeda nyata
apabila thitung < ttabel pada taraf 5 %. Data dan informasi lainnya akan dianalisis
dengan penggunaan rata-rata, persentase dan dianalisis secara deskriptif.
KEADAAN UMUM

Sejarah dan Perkembangan Kebun

Teluk Siak Estate (TSE) merupakan salah satu kebun yang dikelola oleh
PT Aneka Intipersada (PT AIP) di bawah PT Minamas Plantation dan merupakan
bagian dari Sime Darby Group. PT Aneka Intipersada merupakan suatu Perseroan
Terbatas yang didirikan pada tanggal 30 Agustus 1989 dengan tujuan utama untuk
usaha di bidang pertanian dan pekebunan. PT Aneka Intipersada membangun
suatu perkebunan kelapa sawit sebagai konversi dari hutan sekunder dengan luas
kurang lebih 12 000 ha di atas cadangan lahan seluas 15 000 ha. PT AIP terdiri
dari tiga kebun yaitu Aneka Persada Estate (APE), Teluk Siak Estate (TSE) dan
Pinang Sebatang Estate (PSE). Penanaman kelapa sawit pada areal tersebut
dimulai sejak tahun 1989. PT Aneka Intipersada dilengkapi dengan satu unit
pabrik kelapa sawit yaitu Teluk Siak Factory (TSF) yang dibangun pada tahun
1999 dan beroperasi tahun 2000 serta kapasitas olah 45 ton/jam.

Letak Wilayah Administratif

Teluk Siak Estate berada di Desa Tualang Perawang, Kecamatan Tualang,


Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Secara geografis wilayah perkebunan Teluk Siak
terletak antara 105230 LS 20425 LS dan 10301945 LU - 10302757 LU
dengan batas wilayah: sebelah barat berbatasan dengan PT SIR Surya Dumay
Grup, sebelah utara berbatasan dengan Desa Gasib Kecamatan Koto Gasib,
sebelah selatan berbatasan dengan Pinang Sebatang Estate PT Aneka Intipersada
dan sebelah timur berbatasan dengan Aneka Persada Estate PT Aneka Intipersada.
Peta areal Teluk Siak Estate disajikan pada Lampiran 4.

Keadaan Iklim dan Tanah

Keadaan iklim di Teluk Siak Estate curah hujan tahunan berdasarkan


periode 2007/2008 2011/2012 terendah 2 048 mm dan tertinggi 2 743 mm, rata-
rata curah hujan tahunan sebesar 2 420.4 mm. Total hari hujan selama periode
2007/2008 2011/2012 berkisar antara 143 - 168 hari/tahun dan rata-ratanya
15

153.8 hari/tahun. Suhu udara berkisar antara 20 35 0C, kelembaban udara rata-
rata 80 % dan lama penyinaran 12 - 13 jam/hari. Data hari hujan dan curah hujan
di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Riau, periode 2007/2008-2011/2012
disajikan pada Lampiran 5.
TSE mempunyai dua jenis yaitu tanah mineral dan gambut yang tersebar
di seluruh divisi. Jenis tanah pada areal TSE adalah tanah ultisol yang berasal dari
bahan induk tanah alluvial dengan tekstur tanah liat berpasir atau disebut juga
sandy clay. Ketinggian tanah yaitu 10 - 100 m dpl dan mempunyai tiga jenis
topografi tanah yaitu datar (level) kemiringan 0 4 % atau 0 20, bergelombang
(undulating) kemiringan 4 12 % atau 2 60 dan berbukit (rolling) kemiringan
12 24 % atau 6 120.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Areal pekebunan kelapa sawit Teluk Siak Estate memiliki luas total
berdasarkan Hak Guna Usaha (HGU) sebesar 3 321.20 ha dengan luas lahan yang
diusahakan yaitu sebesar 3 116.98 ha dan luas lahan yang mungkin bisa ditanam
sebesar 204.22 ha. Teluk Siak Estate memiliki tiga divisi yang terdiri dari Divisi I
dengan luas luas 1 063.16 ha, Divisi II dengan luas 1 116.68 ha dan Divisi III
dengan 1 141.36 ha.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Varietas kelapa sawit yang ditanam di Teluk Siak Estate adalah varietas
Tenera dengan jenis Socfindo, Marihat, Guthrie, Lonsum dan Rispa. Tanaman
yang ada di TSE terdiri dari 12 tahun tanam yaitu tahun 1994, 1995, 1996, 1997,
1998, 1999, 2000, 2001, 2003, 2004, 2008 dan 2011. Jarak tanam yang digunakan
adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan jarak antar barisan 7.96 m dan jarak dalam
barisan 9.2 m sehingga populasi per hektarnya 136 tanaman (pokok).
Berdasarkan kondisi di lapangan populasi tanaman rata-rata per hektar
lebih rendah dari populasi yang seharusnya yaitu sebanyak 136 pokok. Hal
tersebut disebabkan oleh adanya tanaman yang mati karena terserang hama dan
penyakit, kemiringan tempat, jarak tanam yang tidak teratur dan sebagainya.
16

Produksi, produktivitas dan Bobot Janjang Rata-rata (BJR) TBS Teluk Siak Estate
PT Aneka Intipersada lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Produksi, Produktivitas dan BJR TBS di Teluk Siak Estate PT


Aneka Intipersada Lima Tahun Terakhir

Luas Produksi
Produktivitas BJR
Tahun Areal Jumlah TBS Bobot TBS (ton/ha) (kg/tandan)
(ha) (tandan) (ton)
2006/2007 2 698 4 133 699 47 774 280 17.71 11.58
2007/2008 2 725 4 099 015 53 120 400 19.49 12.96
2008/2009 2 725 3 489 552 48 977 990 17.97 14.04
2009/2010 2 725 3 184 489 47 210 270 17.32 14.83
2010/2011 2 822 3 425 446 53 577 460 18.98 15.64
Sumber : Kantor Besar TSE (2012)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada merupakan salah satu unit usaha
dari Minamas Plantation. PTAneka Intipersada dipimpin oleh seorang General
Manager yang bertanggung jawab kepada Dewan Direksi dan membawahi
beberapa Manajer Kebun (Estate Manager). TSE dipimpin oleh satu orang
Manajer Kebun yang dibantu oleh seorang Asisten Kepala (askep) yang
merangkap sebagai asisten divisi II, satu orang asisten divisi I, asisten divisi III
pada saat kegiatan magang digantikan oleh asisten OJT (On Job Training) dan
seorang Kepala Tata Usaha (KTU). Struktur organisasi Teluk Siak Estate dapat
dilihat dalam Lampiran 6.
Manajer Kebun bertugas untuk mengelola, mengorganisasikan dan
mengendalikan semua kegiatan di kebun dalam rangka mencapai produksi dan
mutu hasil yang optimal. Asisten Kepala bertanggung jawab langsung kepada
Manajer Kebun untuk mengelola seluruh kegiatan divisi dan transportasi unit
(traksi) dengan tujuan untuk mencapai target produksi seluruh divisi dan
mengelola kelancaran pengangkutan di kebun. Asisten Divisi bertugas dan
bertanggungjawab untuk mengelola divisi secara menyeluruh baik dalam hal
teknis di lapangan maupun secara administrasi, pembinaan terhadap sumber daya
manusia yang dipimpinnya, serta pengendalian biaya yang disetujui dan menjadi
17

tanggung jawab divisi. Kepala Tata Usaha (KTU) bertugas dan bertanggungjawab
dalam bagian administrasi dan keuangan di tingkat kebun.
Tenaga kerja di Teluk Siak Estate terdiri dari karyawan staf dan non--staf.
Tenaga kerja staf terdiri dari manajer kebun, Asisten Divisi dan KTU. Karyawan
non-staf terdiri dari Serikat Karyawan Utama (SKU) Bulanan dan Harian. Tenaga
kerja Buruh Harian Lepas (BHL) yang bekerja di TSE berjumlah sekitar 10 orang
yang hanya digunakan untuk tenaga kerja aplikasi pemupukan apabila jumlah
karyawan tidak mencukupi. Jumlah karyawan di Teluk Siak Estate sampai dengan
bulan Maret 2012 yaitu 491 orang yang terdiri dari 5 orang staf dan 486 orang
karyawan non-staf. Indeks tenaga kerja di TSE sebesar 0.16 HK/ha dan hal
tersebut bisa dikatakan baik karena norma ITK untuk perkebunan kelapa sawit
adalah 0.2 HK/ha (Pahan, 2010). Komposisi jumlah tenaga kerja di Teluk Siak
Estate dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi Jumlah Tenaga Kerja Teluk Siak Estate

Jenis Tenaga Kerja Tingkatan Karyawan Jumlah (orang)


Karyawan Staf Manajer Kebun 1
PJS Asisten Kepala 1
Asisten Divisi 2
KTU 1
Karyawan non-staf SKU Bulanan Kantor 13
SKU Bulanan Traksi 24
SKU Bulanan Divisi 42
SKU Bulanan Keamanan 10
SKU Harian 401
Total 491
Indeks Tenaga Kerja 0.16
Sumber: Kantor Besar TSE (2012)

Organisasi pengelolaan limbah cair yang ada di Divisi II TSE terdiri dari
asisten divisi yang membawahi satu orang mandor dengan tiga orang karyawan
aplikasi limbah. Tenaga kerja aplikasi limbah dibagi dua shift yaitu satu orang
untuk shift pagi sampai siang dan dua orang untuk shift siang sampai malam.
Karyawan pengolahan limbah cair di pabrik terdiri dari dua orang yang
bertanggungjawab langsung terhadap asisten proses di pabrik dan bertugas untuk
mengelola pengolahan limbah serta menjaga kolam-kolam penampungan limbah
serta semua biaya dibebankan ke pihak pabrik.
PELAKSANAAN MAGANG

Aspek Teknis

Aspek teknis budidaya tanaman kelapa sawit yang dilakukan di Teluk Siak
Estate mencakup kegiatan perawatan tanaman dan produksi. Kegiatan teknis yang
dilakukan meliputi penunasan, Leaf Sampling Unit (LSU), pemupukan,
pengendalian gulma, pengendalian hama, pemanenan, pengolahan TBS dan
pengelolaan limbah (aplikasi JJK dan limbah cair). Sebelum melaksanakan
kegiatan di lapangan selalu diawali dengan kegiatan antrian pagi antara asisten
dan mandor setelah itu dilaksanakan lingkaran pagi antara mandor dan karyawan.

Penunasan

Tunas pokok (pruning) adalah memelihara pelepah daun produktif dengan


cara mengurangi jumlah pelepah yang kurang produktif sampai pada batas
tertentu yang tidak menyebabkan kemampuan fotosintesis di daun terganggu,
sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatif menjadi optimal. Pelepah daun
kelapa sawit merupakan pabrik minyak (CPO), dimana proses fotosintesis sangat
menentukan pembentukan buah (kuantitas dan kualitas) yang akan dipanen. Salah
satu tugas utama dalam melaksanakan tunas pokok adalah menjaga agar tidak
terjadinya tunas pelepah yang berlebihan (over pruning) dan atau pemeliharaan
pelepah yang terlambat (pokok gondrong).
Tujuan penunasan adalah mempermudah pekerjaan potong buah (melihat
dan memotong buah masak), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak
cabang, memperlancar proses penyerbukan alami, mempermudah pengamatan
buah pada saat sensus produksi dan melakukan sanitasi (kebersihan) tanaman,
sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan
penyakit.
Penunasan di Teluk Siak Estate menggunakan sistem tunas progresif
(Maintenance Progressive Pruning) yaitu kegiatan tunas pokok yang dilakukan
bersamaan dengan kegiatan panen oleh pemanen itu juga (bukan oleh tim tunas
khusus). Pemanen setelah melaksanakan potong buah langsung melakukan
pemeliharaan pelepah pada pokok itu juga dengan mengacu pada prinsip-prinsip
19

tunas pokok sesuai umur tanaman. Pemanen diwajibkan melaksanakan kegiatan


penunasan pelepah pada pokok-pokok yang tidak menjadi pokok panen pada hari
itu dengan tetap mengacu pada prinsip-prinsip tunas pokok sesuai umur tanaman.
Pelaksanaan tunas pelepah secara progresif apabila memungkinkan dapat
dilakukan secara langsung pada saat panen dan apabila tidak memungkinkan
dapat dilakukan melakukan hanca panen atau pada hari libur. Penunasan dengan
sistem progresive pruning dibayar dengan harga tunasan sebesar Rp 900/pokok
dan sistem pembayaran dilakukan sebanyak tiga kali dalam satu tahun. Uraian
standar pelaksanaan tunas progresif dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Uraian Standar Pelaksanaan Tunas Progresif

No Uraian Standar pelaksanaan


1 Standar pekerjaan teknis Tanaman umur 0 - 8 tahun songgo 3
Tanaman umur 8 14 tahun tahun songgo 2
Tanaman umur > 14 tahun songgo 1
2 Waktu pelaksanaan Ditunas sesuai kebutuhan pada saat panen
3 Rotasi Sesuai kebutuhan individu pokok/sesuai kebutuhan
jumlah pelepah ideal yang harus dipertahankan
4 Tenaga kerja Pemanen dan mandor panen
5 Keuntungan Biaya lebih rendah, penghematan tenaga kerja dan
mandor serta pokok tidak stres
Sumber : Komite Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas Plantation 2004

Penyusunan pelepah setelah penunasan yaitu cabang/pelepah daun disusun


(dirumpuk) di gawangan mati dan di antara pokok sehingga membentuk huruf U
(u shape) serta cabang/pelepah daun tidak perlu dipotong-potong melainkan
langsung disusun saling tindih menindih dan diusahakan agar semua pangkal
cabang letaknya tidak berdekatan dengan piringan (circle).

Leaf Sampling Unit (LSU)

Pengambilan sampel daun merupakan langkah awal dalam penentuan dosis


dan aplikasi pemupukan, karenanya perlu dilakukan sesuai dengan prosedur.
Tujuan utama pengambilan sampel daun adalah untuk memperoleh data tentang
kandungan unsur hara dalam daun melalui analisis di laboratorium, hal tersebut
dilakukan karena adanya hubungan antara kandungan hara daun dengan
pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit.
20

Pengambilan sampel daun didasarkan pada suatu unit yang dikenal dengan
kesatuan sampel daun atau leaf sampling unit. Pengambilan contoh daun ini
dilakukan satu kali dalam satu tahun dan digunakan untuk rekomendasi
pemupukan satu tahun berikutnya setelah dilakukan pengambilan contoh daun.
Kegiatan LSU ini dilakukan antara puku 07.00 - 11.00 waktu setempat dan tidak
boleh dilakukan pada watu hujan atau hujan di malam hari. Interval pengambilan
sampel daun dengan kegiatan pemupukan sebelumnya minimal 2 - 3 bulan.
Alat dan bahan yang digunakan yaitu egrek, gunting, kuas, alat tulis, cat
warna biru, plastik, blankgkoo LSU, label data LSU dan foto defisiensi hara.
Petugas LSU terdisri dari satu tim yang beranggotakan dua orang. Selain
mengambil sampel daun, pada kegiatan LSU dilakukan juga pengamatan status
hara daun pada pokok tanaman sampel dan pokok tanaman yang berada pada
barisan yang sama dengan tanaman sampel. Status hara yang diamati yaitu
defisiensi N, P, K, Mg dan B.
Titik sampel (TS) merupakan pokok yang diambil daunnya sebagai
sampel. Pokok TS pertama terletak pada baris ketiga dan pokok ketiga blok pada
posisi Barat-Selatan. Pokok yang akan diambil sebagai sampel harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut: pokok tidak dekat dengan jalan, sungai, bangunan
dan parit, bukan pokok sisipan, pohon normal dan tidak terkena penyakit. Apabila
tidak memenuhi syarat tersebut, maka TS harus digeser sebagai berikut: pokok
yang berada di pinggir jalan bergeser dua pokok ke dalam, pokok dekat parit dan
bangunan bergeser satu pokok, pokok yang bersebelahan dengan pokok
mati/kosong bergeser dua pokok, pokok steril atau terserang penyakit bergeser
satu pokok dan pokok yang tumbuh abnormal bergeser satu pokok.
Daun yang diambil yaitu daun pada pelepah ke-17 atau daun yang berada
pada fase perkembangan yang telah sempurna. Pelepah ke-17 dipilih karena
dinilai dapat menggambarkan status hara pada tanaman dibanding daun yang lain
dan pelepah ke-17 menunjukkan perbedaan yang paling mencolok dalam tingkat
kandungan hara N, P dan K. Penentuan pelepah ke-17 dengan menentukan
terlebih dahulu pelepah pertama yaitu pelepah yang daunnya telah membuka
sempurna. Setelah itu dari pelepah pertama ditentukan arah spiral pelepah kanan
21

atau kiri. Pelepah ke-17 terletak dua spiral di bawah pelepah pertama agak ke
sebelah kiri pada spiral kanan dan agak ke sebelah kanan pada spiral kiri.
Pelepah ke-17 diturunkan dengan menggunakan egrek, kemudian diambil
anak daun tengah, yaitu anak daun yang terletak diantara pelepah yang datar dan
tajam serta ditandai dengan jarum/tonjolan. Jumlah anak daun yang diambil
adalah terdiri atas 3 lembar daun sebelah kanan pelepah dan 3 lembar daun
sebelah kiri pelepah (Gambar 1). Helaian daun diambil bagian tengahnya
sepanjang 20 cm dengan menggunakan gunting dan memisahkan lembar daun
dengan lidinya kemudian memasukkan lembar daun ke dalam kantong plastik,
lembaran daun bagian kanan lidi ke kantong plastik putih dan lembaran daun
bagian kiri lidi ke kantong hitam. Lembaran daun dipotong menggunakan gunting
dengan ukuran 2 cm. Setelah satu blok selesai diambil seluruh sampelnya dan
daun sudah dipotong-potong dengan ukuran 2 cm daun-daun tersebut dimasukkan
ke dalam plastik yang sudah ditentukan dan setelah itu di kirim ke Minamas
Research Centre (MRC) untuk dianalisis kandungan haranya sehingga dapat
digunakan untuk dosis rekomendasi pemupukan.

Gambar 1. Pengambilan Lembaran Daun pada saat LSU

Pemupukan
Pemupukan adalah kegiatan memberi nutrisi atau hara tambahan pada
tanaman agar produksi tanaman menjadi optimal. Prinsip utama dalam
aplikasi/penaburan pupuk di perkebunan kelapa sawit adalah bahwa setiap pokok
harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang telah direkomendasikan oleh
Departemen Riset untuk mencapai produktivitas tanaman yang menjadi tujuan
akhir dari bisnis perkebunan. Kegiatan pemupukan merupakan kegiatan yang
sangat penting karena biaya pemupukan sangat signifikan mencapai 60 % dari
22

total biaya pemeliharaan. Oleh karena itu, ketepatan dan ketelitian aplikasi adalah
sesuatu yang sangat penting untuk dilakukan.
Efektivitas dan efisiensi pemupukan ditentukan enam faktor yaitu jenis
pupuk, dosis aplikasi, penyimpanan pupuk, waktu aplikasi, cara aplikasi dan
tempat diaplikasikan. Pupuk yang digunakan di kebun TSE adalah pupuk organik
yaitu aplikasi janjang kosong dan pupuk anorganik yang terdiri dari rock
phosphate (RP), urea, MOP, kieserite, HGFB dan dolomit. Sistem pemupukan di
TSE menggunakan Sistem Pemupukan Blok (Block Manuring System/BMS) yaitu
sistem pemupukan yang terkonsentrasi dalam 1 - 2 hanca pemupukan per kebun,
dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik,
supervisi lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi. Organisasi pemupukan
meliputi tukang angkut pupuk dari gudang sampai pengenceran pupuk di
collection road dan tukang tabur pupuk.
Pengenceran pupuk. Pengenceran pupuk merupakan kegiatan memuat
pupuk yang ada di gudang dan menyusunnya ke dalam truk serta
mendistribusikannya ke lokasi pemupukan. Pengeceran dilakukan di collection
road pada TPP (Tempat Penumpukan Pupuk) yang telah ditentukan jumlahnya
sesuai dengan dosis pupuk. Losses pupuk sering terjadi pada saat pengangkutan
pupuk menggunakan dump truck, saat menurunkan pupuk di TPP sering kali goni
terbuka sehingga pupuk terbuang di jalan. Pengenceran pupuk dari atas kendaraan
harus ditangani oleh petugas yang terlatih dan diletakkan pada tempat
pengenceran yang sudah ditentukan.
Pelaksanaan Aplikasi. Pelaksanaan pemupukan dikerjakan blok per blok
dengan tujuan agar mutu aplikasi lebih baik, produktivitas lebih tinggi dan
kegiatan supervisi lebih terkonsentrasi. Aplikasi penaburan pupuk dilakukan di
batas terluar piringan (bibir piringan) dan pupuk ditabur secara merata di bawah
rumpukan pelepah (yang ditumpuk secara u-shape) atau apabila di lahan terdapat
aplikasi janjang kosong maka pupuk dapat ditaburkan di atas janjang kosong.
Penaburan pupuk dilakukan dengan menggunakan alat tabur yang sudah
dikalibrasi sesuai dengan dosis pupuk yang digunakan.
Prestasi kerja kegiatan pemupukan adalah 450 kg/HK sampai 600 kg/HK
dan premi yang diperoleh pekerja yaitu Rp 50.00/kg apabila sudah mencapai basis
23

sebesar 450 kg, sedangkan prestasi kerja penulis yaitu 150 kg/HK. Alat pelindung
Diri (APD) yang dgunakan yaitu baju lengan panjang, apron (baju keselamatan),
sarung tangan, masker, pelidung kepala (topi) dan sepatu boots.

Pengendalian Gulma

Gulma adalah tanaman yang dapat merugikan tanaman budidaya, gulma


dapat mengakibatkan kerugian-kerugian diantaranya persaingan antara tanaman
utama sehingga mengurangi kemampuan produksi dalam pengambilan air, unsur-
unsur hara dari tanah, cahaya dan ruang tumbuh. Pengendalian gulma adalah
mengendalikan pertumbuhan gulma yang tumbuh di areal tanaman yang
diusahakan agar persaingan dengan tanaman utama dapat ditekan.
Pemberantasan gulma di perkebunan kelapa sawit dilakukan pada dua
tempat yaitu piringan (circle) dan gawangan (interrow). Gulma yang dikendalikan
seperti Clidemia hirta (bulu babi), Dicranopteris linearis (pakis kawat),
Stenochlaena palustris (pakis udang), Pteridium osculentum (pakis gajah),
Melastoma malabatrichum (senduduk), Peperomia pelucida, Asystasia
coromandeliana, Mikania micrantha, Boreria laevis, Boreria alata, Chromolaena
odorata, Ageratum conyzoides (babadotan), Brachiaria mutica, Setaria aplicata
dan Eleusine indica. Pengendalian gulma yang dilakukan ada dua yaitu
pengendalian gulma secara kimia dan pengendalian gulma manual.
Pengendalian gulma secara kimia. Gulma-gulma yang dikendalikan
didominasi oleh gulma-gulma berdaun lebar seperti Clidemia hirta, Dicranopteris
linearis (pakis kawat), Stenochlaena palustris (pakis udang), Pteridium
osculentum (pakis gajah), Melastoma malabatrichum, Peperomia pelucida,
Asystasia coromandeliana, Mikania micrantha, Boreria laevis, Boreria alata,
Chromolaena odorata, Ageratum conyzoides, Brachiaria mutica, dan gulma-
gulma lain yang tumbuh di piringan dan gawangan.
Pengendalian gulma secara kimia di Teluk Siak Estate dikenal dengan
nama Block Spraying System (BSS) yaitu penyemprotan dilakukan dari blok per
blok oleh tim unit semprot rayon yang terdiri atas satu orang mandor, satu orang
supir, satu orang yang mengisikan racun ke dalam alat semprot dan 25 orang
tenaga semprot. Penyemprotan di piringan dan gawangan dilakukan dengan rotasi
24

yang berbeda karena jenis herbisida yang digunakan berbeda. Keuntungan


menggunakan sistem BSS yaitu penghematan tenaga supervisi, kontrol lebih baik,
mobilitas unit semprot sangat tinggi, kualitas pencampuran racun lebih baik dan
pengorganisasian lebih mudah.
Jenis herbisida yang digunakan untuk semprot piringan dan gawangan
yaitu herbisida sistemik. Semprot piringan menggunakan campuran herbisida
dengan merk dagang Prima Up 480 SL yang mengandung bahan aktif
Isopropilamina glyphosate 480 g/l dan Trap 20 WP dengan bahan aktif
Metsulfuron methyl 20 %. Semprot gawangan menggunakan campuran herbisida
dengan merk dagang Kenlon 480 EC yang mengandung bahan aktif Triklopir
butoksi etil ester 480 (g/l) dan Trap 20 WP. Konsentrasi Prima Up yang
digunakan yaitu 0.8 % atau 96 ml/12 l air dan konsentrasi Trap yaitu 0.067 % atau
8 g/12 l air.
Alat semprot yang digunakan yaitu sprayer dengan merk dagang Inter 12
Green yang berkapasitas 12 l. Semprot piringan menggunakan nozel kuning yang
lubang semprotnya ada di tepi nozel, nozel kuning mempunyai tekanan yang kecil
karena jangkauan penyemprotan gulma di piringan lebih mudah. Nozel yang
digunakan untuk penyemprotan gawangan yaitu nozel hitam yang lubang
semprotnya ada di ujung nozel serta tekanan nozel lebih besar dibandingkan nozel
kuning sehingga semprotan airnya lebih jauh.
Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk dapat menyemprot 34 - 35 pokok
atau 1 sprayer herbisida yaitu 20 - 25 menit. Hal-hal yang mempengaruhi
kecepatan jalan pekerja diantaranya yaitu kerapatan dan jenis gulma serta
topografi lahan. Semakin rapat pertumbuhan gulma serta semakin banyak gulma
jenis daun lebar maka racun yang diberikan semakin banyak, sedangkan apabila
keadaan topografi lahan yang akan disemprot semakin curam maka waktu yang
digunakan untuk menyemprot semakin lama.
Prestasi kerja karyawan semprot pada kegiatan semprot piringan yaitu 2 -
2.5 ha/HK atau 8 sprayer/HK sedangkan prestasi kerja penulis yaitu 1 ha/HK atau
3 sprayer. Prestasi kerja semprot gawangan yang diperoleh karyawan semprot
yaitu 1 ha/HK. Alat pelindung diri (APD) yang digunakan pada kegiatan
penyemprotan yaitu pakaian khusus semprot, apron, penutup kepala (topi), sepatu
25

boots, sarung tangan dan masker. APD tersebut dipakai pekerja di rumah BSS dan
setelah dipakai maka dikembalikan dan dicuci di rumah BSS kembali. Kegiatan
pengendalian gulma secara kimia ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Pengendalian Gulma secara Kimia. Pengisian Herbisida ke dalam


Sprayer (Kiri) dan Penyemprotan Piringan (Kanan)

Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma manual di


Teluk Siak Estate salah satunya yaitu dikenal dengan nama Bongkar Tumbuhan
Pengganggu (BTP) yang merupakan kegiatan membongkar tumbuhan
pengganggu yang tumbuh di sekitar tanaman kelapa sawit yang berada di piringan
maupun gawangan. Gulma yang dibongkar yaitu gulma berkayu (anak kayu),
pisang liar, keladi liar, paku-pakuan dan gulma-gulma lainnya. Alat yang
digunakan untuk kegiatan BTP yaitu cados (cangkul kecil dengan lebar 14 cm)
dengan cara membongkar gulma sampai perakarannya dan menggunakan parang
untuk babat layang. Prestasi kerja dari kegiatan BTP yaitu 0.5 ha/HK atau satu
pasar pikul. Kegiatan BTP ditunjukkan pada Gambar 3.

A B C

Gambar 3. Bongkar Tumbuhan Pengganggu. (A) Cados, (B). Parang Babat dan
(C) Kegiatan BTP
26

Pengendalian Hama

Monitoring hama. Serangan hama ulat api dan ulat kantong telah banyak
menimbulkan masalah yang berkepanjangan dan akibat serangan tersebut
menyebabkan kehilangan daun tanaman yang berdampak langsung terhadap
penurunan produksi. Kejadian ledakan hama ulat api dan ulat kantong tidak tejadi
secara tiba-tiba melainkan dapat diduga dengan sistem pengamatan yang baik.
Pelaksanaan pengamatan dilakukan dengan sistem pengambilan contoh yang
terdistribusi secara merata.
Kegiatan sensus ulat meliputi deteksi dan perhitungan hama pada titik
sensus yang sudah ditentukan. Penentuan titik sensus adalah dimulai pada baris
pertama pokok pertama, baris pertama pokok ke-11, begitu selanjutnya sampai
satu baris habis. Setelah itu pindah baris ke-11 pokok 1, baris ke-11 pokok ke-11
dan begitupun selanjutnya. Interval perpindahan baris dan pokok untuk sensus ulat
api yaitu 10 pokok. Pengambilan contoh pelepah yang akan diamati yaitu pelepah
yang paling parah terkena serangan ulat api, setelah itu dihitung jumlah dan jenis
ulat yang ada pada pelepah tersebut dari kedua bagiannya yaitu bawah dan atas.
Jenis hama yang dominan adalah Setora nitens, Thosea asigna dan Darna trima.
Selain melakukan sensus ulat api, monitoring hama dilakukan terhadap
hama lain yaitu tikus. Pengamatan terhadap serangan tikus dilihat pada buah
kelapa sawit yaitu dari bekas gigitan pada buah/brondolan, kegiatan tersebut
biasanya dilakukan oleh mantri tanaman pada saat melakukan field check. Tikus
hanya memakan daging buah (mesokarp) baik pada tandan muda maupun tandan
yang sudah matang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa satu ekor tikus
dapat mengkonsumsi mesokarp 4 g/hari, sehingga kehilangan produksi
mencapai 5 % dari produksi normal.
Pengendalian hama. Tujuan utama tindakan pengendalian hama adalah
bukan untuk membasmi hama, tetapi untuk menurunkan populasi hama sampai
pada tingkat yang tidak merugikan. Pengendalian hama secara biologi dilakukan
apabila kerusakan akibat serangan diperkirakan belum akan menurunkan
produksi. Departemen Riset akan memberikan rekomendasi untuk menentukan
skala prioritas pengendalian berdasarkan jenis hama, tingkat serangan,
ketersediaan alat dan bahan (insektisida atau agen biologis), serta batas waktu
27

yang tersedia untuk pengendalian. Pengendalian ulat api dengan menanam


beneficial plant, tanaman yang digunakan untuk beneficial plant yaitu tanaman
yang mengandung madu (nectariferous) sebagai makanan bagi musuh alami serta
tempat hidup bagi predator (Sycanus croceoviattus). Jenis yang beneficial plant
ditanam di TSE adalah Cassia cobanensis, Turnera subulata dan Antigonon
leptopus. Penanaman tanaman Cassia cobanensis dan Turnera subulata dilakukan
di sepanjang main road ataupun collection road, sedangkan tanaman Antigonon
leptopus biasanya ditanam di pinggir (pojok) main road. Jenis-jenis beneficial
plant yang ada di TSE dapat dilihat pada Gambar 4.

A B C

Gambar 4. Beneficial Plant. (A)Turnera subulata, (B) Casia cobanensis dan


(C) Antigonon leptopus
Pengendalian hama tikus dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami
yaitu burung hantu (Tyto alba). Burung hantu (Tyto alba) termasuk golongan
burung buas (carnivora) yang umumnya memakan mangsanya dalam kondisi
hidup dan aktivitas berburunya dimulai dari lepas senja hingga fajar pagi hari.
Burung hantu ditempatkan pada nest box yang telah dibuat dan disediakan oleh
kebun dan ditempatkan di blok yang sesuai. Monitoring nest box dilakukan
sebulan sekali untuk mengetahui keberadaan burung hantu pada nest box yang
dipasang di kawasan tersebut. Selain dilakukan pengamatan harus dilakukan juga
pemeliharaan nest box seperti dari gangguan serangga atau kotoran dari burung-
burung liar lainnya.
28

Pemanenan

Panen adalah suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang
kemudian mengutip buah rontok (brondolan) yang tercecer di dalam dan di luar
piringan, selanjutnya menyusun tandan buah segar (TBS) di tempat pengumpulan
hasil (TPH). Fokus utama kegiatan panen adalah memotong semua tandan
(janjang) masak panen dengan rotasi panen < 9 hari dan dengan mutu panen
sesuai standar, mengutip seluruh brondolan (loose fruit), serta mengirimkan
seluruh TBS yang dipanen ke PKS selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.
Kunci sukses kegiatan panen adalah rotasi panen yang tepat waktu, jumlah
pemanen yang cukup, kompetensi dan disiplin tenaga panen, supervisi yang
efektif, sistem premi dan denda panen, sarana dan prasarana panen yang lengkap
(peralatan panen, pasar rintis, piringan, titi panen, TPH), sistem dan organisasi
panen yang terintegrasi dan efektif, serta administrasi yang baik.
Rotasi panen. Rotasi panen (umur pusingan/interval panen) merupakan
faktor penentu yang mempengaruhi keberhasilan seluruh kegiatan panen dan
merupakan faktor pembatas dalam menentukan produksi TBS, kualitas/mutu
buah, mutu transport, pengolahan TBS di PKS dan biaya. Rotasi panen harus
dijaga agar tidak telambat (umur pusingan > 9 hari) atau terlalu cepat (umur
pusingan < 7 hari). Rotasi panen yang telambat dapat mengakibatkan buah
menjadi empty bunch (janjang kosong) sehingga jumlah brondolan (persen
brondolan) sangat tinggi yang mengakibatkan penyelesaian hanca terlambat, basis
borong sulit tercapai, prestasi kerja (kg/ha) turun dan biaya panen (Rp/kg)
meningkat, peluang losses (janjang masak tinggal dan brondolan tidak terkutip
bersih) tinggi, serta kualitas minyak rendah. Rotasi panen terlambat
mengakibatkan penyelesaian hanca pada seksi panen hari itu menjadi tertunda.
Rotasi panen yang terlalu cepat (umur pusingan < 7 hari) akan
mengakibatkan pemanen cenderung memotong buah under ripe (agak mentah)
dan buah unripe (mentah) untuk memenuhi basis kerja. Peningkatan jumlah buah
under ripe dan unripe dapat mengakibatkan persentase OER (Oil Extraktion Rate)
rendah. Peningkatan biaya pengolahan (Rp/kg TBS diolah) karena pengolahan
TBS di PKS tidak optimal akibat tingginya persentase buah mogol sehingga
proses perebusan menjadi lebih lama.
29

Kriteria matang panen. Kriteria panen yang digunakan di Teluk Siak


Estate yaitu pemotongan tandan buah segar (TBS) dilakukan jika sedikitnya 5
(lima) brondolan yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke tanah (piringan) secara
alami serta buah berwarna kemerahan. Buah matang (ripe) adalah buah dengan
sedikitnya 10 brondolan yang lepas secara alami sampai di TPH serta buah
berwarna kemerahan. Buah dikategorikan kurang matang (under ripe) apabila
hanya ada 5 - 9 brondolan yang terlepas secara alami sampai di TPH, sedangkan
buah di kategorikan mentah (unripe) apabila jumlah brondolan yang terlepas
secara alami kurang dari 5 (lima) butir dan buah berwarna hitam. Empty bunch
yaitu buah yang brondolan lepas alami > 95 % dan belum ada tanda-tanda busuk
pada permukaan potong buah. Buah yang dikategorikan mempunyai gagang
panjang (long stalk) jika hasil potongan gagang panjang lebih dari 5 cm yang
diukur dari permukaan buah samapi sisi permukaan buah yang miring. Old crop
merupakan buah yang tidak terangkut > 2 hari.
Sistem dan organisasi panen. Sistem organisasi panen yang efektif dan
efisien yang diterapkan di TSE di kenal dengan BHS (Block Harvesting System).
BHS adalah sistem panen yang kegiatan panennya setiap hari kerja terkonsentrasi
pada satu seksi panen tetap berdasarkan interval yang telah ditentukan. BHS
mempunya ciri-ciri yaitu, setiap divisi atau kebun mempunyai enam seksi panen,
terdapat satu kelompok panen per divisi atau per kebun dalam setiap hari kerja,
setiap hari kerja harus menyelesaikan satu seksi panen, pemanen mendapatkan
hanca panen tetap, kegiatan panen terkonsentrasi untuk memudahkan transport
TBS dan kegiatan panen dimulai dan diakhiri dengan arah yang sama. Sistem
BHS yang diterapkan di TSE yaitu BHS Non DOL (Non Division of Labour) yang
dalam sistem ini satu orang tenaga bekerja sebagai cutter, carrier dan picker.
Organisasi pelaksanaan kegiatan panen di TSE terdiri dari pemanen,
mandor panen, kerani cek sawit (kerani buah), mandor I, asisten dan manajer.
Jumlah tenaga pemanen di masing-masing divisi berbeda tergantung luasan
kemandoran yang harus dipanen. Jumlah mandoran panen setiap divisi terdiri dari
tiga mandoran yang setiap mandor membawahi 18 - 20 pemanen serta masing-
masing mandoran mempunyai satu orang kerani cek sawit (kerani buah).
30

Persiapan panen. Persiapan yang harus dilakukan sebelum melaksanakan


kegiatan panen yaitu persiapan kondisi areal, penetapan seksi panen, penetapan
luas hanca kerja pemanen dan mandoran, serta penyediaan peralatan kerja.
Pekerjaan yang harus dilakukan dalam persiapan areal sebelum TBM menjadi TM
yaitu perbaikan jalan di main road maupun di collection road, perbaikan pasar
rintis dan titi panen, pembersihan piringan, serta pembuatan TPH pada setiap tiga
pasar rintis atau enam baris tanaman. Pada setiap TPH berisi keterangan tentang
nomor TPH dan blok tempat TPH berada.
Penetapan seksi panen mempunyai fungsi utama sebagai kerangka area
kerja yang harus bisa diselesaikan dalam satu hari panen. Seksi panen disusun
sedemikian rupa sehingga dalam satu seksi diselesaikan dalam satu hari,
mempermudah pindah hanca dari satu blok ke blok lain, mempermudah kontrol
asisten, mandor I dan mandor panen, transportasi TBS lebih efisien dan output
pemanen lebih tinggi.
Penetapan luas hanca mandoran berfungsi sebagai kerangka kerja tetap
untuk mempertajam proses supervisi, sehingga diharapkan timbulnya rasa
tanggung jawab atas pemeliharaan mutu hanca dan siklus buah dalam jangka
panjang serta membangun budaya kompetisi yang sehat antar mandor panen.
Penentuan luas hanca permandoran tergantung jumlah pemanen yang ada dan
keseragaman waktu penyelesaian hanca dengan mandoran lain. Luas hanca tiap
pemanen ditentukan berdasarkan output yang akan dicapai, hectare coverage yang
dapat diselesaikan pemanen dan keadaan topografi. Setiap pemanen mendapatkan
luas hanca untuk satu hari adalah 3 ha atau 6 pasar rintis per pemanen.
Pelaksanaan panen. Kegiatan panen dimulai dari pagi yang didahului
dengan lingkaran pagi pemanen dengan mandor panen untuk pembagian hanca
pemanen dan memeriksa kelengkapan alat panen. Setelah melaksanakan lingkaran
pagi pemanen langsung memasuki hanca tetap masing-masing sesuai dengan batas
hanca yang sudah ditentukan. Start awal dan arah panen dari setiap tenaga
pemanen pada masing-masing mandoran dilakukan dengan searah. Pemotongan
pelepah yang menjadi penyangga buah masak tidak boleh sengkleh dan dijaga
agar tidak over pruning ataupun sebaliknya dan setelah itu pelepah disusun di
gawangan mati secara u shape. Memotong buah yang sudah matang kemudian
31

gagang panjang dipotong 5 cm dari potongan buah. Buah yang telah dipotong lalu
diangkut ke TPH dan disusun di TPH secara teratur (kelipatan lima ke belakang)
kemudian di stempel sesuai dengan stempel yang telah diberikan. Isi dari stempel
untuk TBS yaitu kode nama kebun, divisi, nomor pemanen dan mandor.
Brondolan dikutip bersih dan dimasukkan ke dalam goni yang sudah disediakan
dan diletakkan di TPH. Kerani cek sawit menghitung dan mencatat TBS dan
brondolan sedangkan mador panen memeriksa mutu hanca setiap pemanen.
Peralatan panen yang digunakan untuk kegiatan panen terbagi menjadi alat potong
buah dan alat angkut buah ke TPH. Jenis, spesifikasi dan kegunaan beberapa
peralatan panen disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Peralatan Panen di Teluk Siak Estate

No Nama Alat Spesifikasi Kegunaan


1 Dodos kecil Berbentuk tembikar dengan lebar Potong buah tanaman
mata 8 cm umur 3 - 4 tahun atau TM
1 dan TM 2
2 Dodos besar Berbentuk tembikar dengan lebar Potong buah tanaman
mata 14 cm umur 5-8 tahun atau TM
3-TM 6
3 Pisau egrek Berat 0.5 kg, panjang pangkal 20 Potong buah tanaman
cm, panjang pisau 45 cm, sudut umur > 9 tahun
lengkung dihitung pada sumbu
135
4 Harvesting pole Aluminium ukuran 6 m dan 12 m Galah pisau egrek
5 Goni bekas Ukuran tergantung jenis pupuk Wadah brondolan (alas
pupuk brondolan) di TPH atau
wadah memindahkan
brondolan ke transport
6 Angkong Kereta sorong dengan satu roda Alat (wadah) untuk
transport TBS ke TPH
7 Ganco Besi beton 3/8 inch dengan Memuat TBS ke angkong
panjang sesuai kebiasaan
setempat
8 Tojok Besi berbentuk seperti tombak Memuat TBS ke alat
transport
9 Alat Pelindung Helm, sarung tangan, sarung Melindungi diri dari
Diri (APD) dodos/egrek bahaya keselamatan kerja
Sumber: Kantor Besar TSE (2012)

Pengangkutan TBS. Pengangkutan TBS ke pabrik harus dilakukan sebaik


mungkin agar buah tidak restan di kebun dan sasaran utamanya menjaga mutu
mutu produk yang akan dihasilkan yaitu kandungan asam lemak bebas (ALB)
32

yang rendah. Unit transportasi yang disediakan untuk transportasi TBS yaitu
sebanyak tiga angkutan untuk satu divisi. Alat transportasi yang digunakan yaitu
DT Colt diesel dengan kapasitas angkut 7 ton/unit dan jenis DT Colt Diesel HINO
kapasitas angkut yaitu 10 ton/unit. Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali
pengangkutan (trip) TBS membutuhkan waktu 2 jam dan setiap unit mampu
mengangkut sebanyak 3 - 4 kali dalam satu hari.
Sistem premi dan denda. Tujuan dari penentuan premi panen yaitu
memberikan penghargaan kepada pekerja apabila hasil kerjanya di atas standar
yang ditentukan (basis), merangsang pekerja untuk berupaya mencapai output di
atas standar, mendorong kenaikan output dengan biaya yang lebih rendah dan
memupuk rasa tanggung jawab pekerja terhadap tugasnya.
Jenis premi yang ada pada kegiatan panen yatiu premi siap borong dan
premi lebih borong. Premi siap borong yaitu premi yang diberikan kepada
pemanen apabila tonase janjang yang diperoleh pemanen sama dengan atau
melebihi jumlah tonase janjang basis borong yang telah ditentukan. Basis yang
ditentukan di TSE yaitu sebesar 1 300 kg tetapi untuk hari jumat yaitu 930 kg,
pemanen mendapatkan premi sebesar Rp 13 500.00 apabila mendapatkan hasil
panen sama dengan atau lebih dari basis borong yang ditentukan. Premi lebih
borong yaitu premi yang diberikan kepada pemanen apabila jumlah tonase janjang
panen yang diperoleh pemanen melebihi jumlah tonase janjang basis borong yang
telah ditentukan. Premi untuk supervisi dihitung berdasarkan persentase terhadap
total premi karyawannya. Premi tidak hanya diberikan kepada pemanen, tetapi
diberikan juga kepada mandor panen, kerani cek sawit dan mandor 1.
Perhitungannya sebagai berikut:
jumlah premi pemanen
1. Mandor panen = x 150 %
jumlah pemanen

jumlah premi pemanen


2. Kerani cek sawit = x 125 %
jumlah pemanen
jumlah premi mandor panen
3. Mandor 1 = x 150 %
jumlah mandor panen

Perusahaan menetapkan denda terhadap kesalahan/pelanggaran yang


terjadi untuk memberikan pembelajaran dalam bentuk sangsi/denda atas kesalahan
yang dilakukan sehingga memberikan manfaat bagi perusahaan, menegakkan
33

disiplin panen agar munculnya budaya tertib kerja dan menerapkan asas keadilan
dari hasil evaluasi prestasi dan kesalahan.
Administrasi panen. Kegiatan administrasi panen wajib dilakukan secara
up todate dan akurat dengan tujuan data-data hasil kerja pada hari tersebut,
sebagai bahan analisis dalam proses evaluasi kerja panen, sebagai referensi atau
pertimbangan dalam proses perencanaan kegiatan panen, membantu kecepatan
dalam pengambilan keputusan atas masalah-masalah yang terjadi dalam
pengelolaan kegiatan panen, alat bantu dalam proses supervisi, data pendukung
dalam pembuatan daftar pembayaran upah dan premi serta sebagai salah satu alat
ukur tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan organisasi panen.
Administrasi panen dalam kegiatan sehari-hari, mingguan dan bulanan
meliputi: Buku Kegiatan Mandor (BKM), Pusingan Potong Buah, pemeriksaan
Mutu Buah dan Mutu Hanca, Rekapitulasi Pemeriksaan Mutu Buah dan Mutu
Hanca, Buku Penerimaan Buah dan Brodolan, Notes potong Buah, surat
Pengantar Buah (SPB), Taksasi Produksi, Crop Book, Laporan Potong Buah SKU
(LPBSKU), Laporan Produksi dan Biaya serta Laporan Rekapitulasi.

Pengolahan TBS

Tandan buah segar (TBS) yang berasal dari TSE, APE (Aneka Persada
Estate) dan PSE (Pinang Sebatang Estate) diterima dan diolah di Teluk Siak
Factory (TSF) yang mempunyai kapasitas olah 45 ton/jam. Pabrik kelapa sawit
secara umum terdiri dari stasiun penerimaan buah, perebusan, pemipilan,
pencacahan, pengempaan, pemurnian dan stasiun nut-kernel. Selain itu ada juga
stasiun pendukung yaitu stasiun pembangkit tenaga, laboratorium, pengolahan air,
penimbunan produk, bengkel dan pengolahan limbah.
Stasiun penerimaan buah. TBS yang diangkut dari kebun pertama kali
diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang (weight bridge) dan
ditampung sementara di penampungan buah (loading ramp). Penimbangan
dilakukan dua kali untuk setiap angkutan TBS, yaitu pada saat angkutan masuk
membawa TBS kemudian menuangkan TBS di loading ramp setelah itu truk
kosong ditimbang kembali untuk mengetahui berat bersih TBS yang masuk
pabrik. Jembatan timbang mempunyai fungsi utama untuk menimbang TBS dan
34

brondolan yang masuk, menimbang CPO, janjang kosong, serta kernel yang
keluar pabrik. TSF mempunyai dua unit jembatan timbang berkapasitas 40 ton
serta dua unit penampungan buah (loading ramp). Loading ramp yaitu tempat
menampung TBS yang diturunkan dari truk merupakan bangunan dengan lantai
miring bersudut 270 tujuannya untuk mempermudah masuknya TBS ke dalam
conveyor yang selanjutnya didistribusikan masuk ke lori, lori yang telah berisi
TBS dan di tarik ke stasiun rebusan dengan menggunakan capstand.
Stasiun perebusan (sterilizer). Perebusan TBS mempunyai tujuan untuk
menghentikan kegiatan enzim penyebab hidrolisis minyak untuk mencegah
meningkatnya FFA (Free Fatty Acid) atau yang lebih dikenal dengan ALB (Asam
Lemak Bebas), memudahkan proses pemipilan pada tresher untuk melepaskan
brondolan dari tandannya, selama proses perebusan kadar air dalam buah akan
berkurang sehingga memudahkan proses pengambilan minyak selama proses
pengempaan (press), serta memudahkan proses pelepasan inti sawit dari
cangkangnya dengan berkurangnya kadar air dalam biji maka daya ikat biji
terhadap cangkangnya akan berkurang. Pada proses perebusan limbah yang
dihasilkan yaitu berupa air kondensat yang kemudian dialirkan ke kolam limbah.
Perebusan TBS yaitu memanaskan buah dengan uap pada temperatur 120 -
130 0C dan tekanan 2.5 - 2.8 kg/cm selama 80 - 90 menit untuk satu kali proses
perebusan. Proses perebusan dilakukan di dalam bejana tertutup rapat yang
bebentuk silinder horizontal. Jumlah bejana rebusan yang terdapat di TSF
sebanyak tiga unit.
Stasiun bantingan (tresher). Buah yang telah matang dari rebusan
dipisahkan antara buah (brondolan) dengan janjangnya di stasiun bantingan. Alat
yang digunakan yaitu rotary drum tresher dengan kecepatan 23 rpm (rotary per
menit), di TSF sendiri terdapat dua unit rotary drum tresher. Brondolan yang
keluar ditampung melalui conveyor dan akan dikirim ke stasiun pencacahan
(digester) dan pengempaan (presser), sedangkan janjanga kosong dengan bantuan
conveyor ditampung pada hopper untuk dimuat ke truk dan diaplikasikan di
kebun.
Stasiun pencacahan (digester) dan stasiun pengempaan (presser).
Tujuan utama dari proses pencacahan yaitu mempersiapkan daging buah untuk
35

pengempaan sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah.
Alat yang digunakan untuk pencacahan berbentuk silinder/bejana yang di
dalamnya dilengkapi dengan batang pengaduk yang terus berputar.
Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar berupa bubur
akan langsung masuk ke alat pengempaan yang berupa kempa ulir (screw press)
untuk memeras daging buahnya dan diambil minyak kasar, serabut, serta nut/biji.
Selama proses pengempaan diharapkan tidak ada minyak kasar yang tertinggal
pada serabut dan tidak ada nut/biji yang pecah akibat pengempaan yang terlalu
kuat. PKS Teluk Siak mempunyai tiga unit presser yang terpasang dan
mempunyai kapasitas 15 ton/unit/jam.
Stasiun pemurnian (clarifier). Stasiun pemurnian yaitu stasiun yang
bertujuan untuk melakukan pemurnian minyak kelapa sawit dari kotoran-kotoran
seperti padatan, lumpur dan air. Minyak kasar yang berasal dari proses
pengempaan harus dibersihkan dari kotoran baik berupa padatan maupun air agar
diperoleh minyak dengan kualitas sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan
harga yang layak. Proses pemurnian minyak kasar menjadi minyak murni
dilakukan dengan prinsip penyaringan, pengendapan dan pemusingan yang terjadi
pada beberapa tahap.
Minyak kasar dari proses pengempaan akan dialirkan menuju saringan
getar (vibrating screen) untuk menyaring kotoran berupa fiber (serabut), lumpur
dan pasir. Minyak hasil saringan kemudian ditampung di COT (Crude Oil Tank).
Kotoran yang tidak lolos saringan bergetar masuk kembali ke digester melalui
conveyor dan elevator yang terhubung. Minyak kasar yang terkumpul di COT
dipanaskan hingga temperatur mencapai 95 0C untuk memperbesar perbedaan
berat jenis minyak, air dan sludge. Minyak yang sudah dipanaskan di COT
selanjutnya dikirim ke tangki pengendap (Continous Setting Tank/CST).
CST berfungsi untuk memisahkan minyak dan sludge dengan proses
pengendapan. Minyak dari CST dikirim ke oil tank, sedangkan sludge dikirim ke
sludge tank. Minyak kemudian dikirim ke vacuum dryer untuk dipanaskan hingga
suhu 90 95 0C, vacuum dryer dilengkapi dengan vacum pump yang berfungsi
untuk memerangkap butiran air yang terpisah dari minyak murni. Minyak murni
yang diperoleh kemudian dikirim ke storage tank dan air yang terperangkap
36

ditampung pada hot well tank. Selain itu dilakukan pengutipan kembali minyak
yang masih terikut dengan sludge di sludge tank dan minyaknya ditampung di
recovery oil tank kemudian dikembalikan ke CST, sedangkan sisa lumpur dan air
dibuang ke fat fit dan selanjutnya dialirkan ke kolam limbah.
Stasiun nut-kernel. Stasiun ini bertujuan untuk memisahkan campuran
serabut dan biji sawit yang keluar dari screw press. Pemisahan inti dan serabut
dilakukan secara pneumatic yaitu pemisahan dengan hisapan udara. Gumpalan
ampas yang sudah di pres (campuran biji dan serabut) yang berbentuk gumpalan
akan di pecah di cake breaker conveyor untuk mempercepat penguapan air di
dalam serabut, agar serabut menjadi lebih ringan dan mudah dipisahkan dengan
biji. Biji/nut dari polishing drum akan dikirim ke ripple mill untuk dipecah, ripple
mill ini dilengkapi dengan batang biji dimana saat rotornya berputar
menggerakkan/melempar biji sehingga biji dapat dipecah. Hasil pemecahan dari
nut di ripple mill yang berupa kernel, cangkang dan kotoran halus akan dikirim ke
LTDS 1 dan 2 untuk dipisahkan. Pemisahan pertama yaitu pemisahan kering
dengan hisapan udara yang memanfaatkan perbedaan berat antara kernel dengan
cangkang (LTDS 1 dan 2). Pemisahan kedua yaitu pemisahan basah dengan
menggunakan hidrocyclon, pemisahan didasari pada perbedaan berat jenis antara
kernel dan cangkang dengan cara pusingan dan bantuan gaya sentrifugal. Kernel
yang sudah siap/matang dikirim ke bulk silo untuk siap dikirim.

Pengelolaan Limbah

Pengolahan TBS di pabrik kelap sawit selain menghasilkan produk utama


CPO dan kernel akan menghasilkan produk sampingan (by product) berupa
limbah padat dan limbah cair (POME). Banyaknya limbah yang dihasilkan dari
proses pengolahan TBS menuntut perusahaan untuk dapat mengelola limbah
tersebut dengan tepat sehingga tidak merugikan bagi lingkungan sekitar.
Perusahaan juga harus bisa mentaati peraturan yang sudah ditetapkan pemerintah
mengenai penanganan limbah dan menjaga kelestarian lingkungan hidup.
Limbah padat. Janjang kosong (JJK) adalah limbah padat janjang
(tandan) kelapa sawit yang telah dipisahkan dengan buahnya (brondolan) dan
berasal dari stasiun bantingan (tresher) di pabrik kelapa sawit. Produksi JJK
37

sekitar 21 23 % dari jumlah TBS yang diolah atau sekitar 210 - 230 kg JJK dari
setiap 1 ton TBS yang diolah. JJK yang berasal dari stasiun bantingan diangkut
melalui conveyor dan dikumpulkan di hopper sebelum diangkut dan diaplikasikan
ke lahan. Pengangkutan JJK dari PKS ke blok-blok aplikasi menggunakan jenis
truk DT Colt Diesel dengan kapasitas angkut 6 ton dan DT Colt Diesel HINO
kapasitas angkutnya 8 ton, truk tersebut mengangkut JJK setelah mengantarkan
TBS ke PKS.
JJK yang diangkut oleh truk kemudian ditumpuk di collection road yang
telah diberi pancang bambu di barisan gawangan mati dan setiap tumpukan JJK
sebanyak 6 - 8 ton. JJK yang sudah ditumpuk kemudian diaplikasikan di dalam
blok dengan cara manual yaitu diecer dengan menggunakan angkong dan
menggunakan alat gancu untuk pengaplikasiaannya. Aplikasi JJK pada tanaman
menghasilkan (TM) dengan dosis aplikasi yaitu 250 kg/pokok dan diletakkan di
gawangan mati diantara 4 pokok untuk satu titik aplikasi sehingga dalam satu titik
terdapat 1 ton JJK. JJK yang dapat diaplikasikan untuk luasan 1 ha sebanyak 34
ton JJK atau sebanyak 34 titik. Kapasitas angkut JJK sebanyak 50 - 60 kg setiap,
sehingga untuk satu titik dibutuhkan 17 - 20 angkong JJK. Aplikasi JJK dengan
teknik mulching yaitu diaplikasikan sebagai mulsa terutama digunakan untuk
mengendalikan gulma. Gulma-gulma yang dikendalikan dengan aplikasi JJK
diataranya pakis udang, pakis gajah, pakis kawat dan gulma-gulma lainnya
sehingga diharapkan tumbuh pakis air. Aplikasi JJK ditumpuk (disebar) menjadi
satu lapis untuk menghindari perkembangan hama kumbang tanduk (Oryctes
rhinoceros). Kegiatan aplikasi JJK di lahan ditunjukkan pada Gambar 5.

B C

A B C

Gambar 5. Aplikasi JJK di Lahan. (A) Tumpukan JJK di Collection Road, (B) Kegiatan
Aplikasi JJK dan (C) Aplikasi JJK dengan Teknik Mulching
38

Pekerjaan aplikasi JJK di Divisi II TSE dalam satu hari dilakukan oleh
empat orang karyawan SKU dan diawasi oleh satu orang mandor. Prestasi kerja
karyawan dan standar kerja aplikasi JJK yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu
sebesar 7 ton/HK atau sebanyak 7 titik/HK. Berdasarkan jumlah tenaga kerja
aplikasi, JJK yang dapat diecer yaitu sebanyak 28 ton atau 28 titik untuk satu hari
aplikasi.
Blok-blok yang akan diberikan aplikasi JJK direkomendasikan oleh
Departemen Riset setiap tahunnya dalam suatu program pemupukan kebun yang
menyeluruh. Blok-blok yang akan diaplikasi JJK harus disurvei terlebih dahulu
kelayakannya, dengan persyaratan sebagai berikut: TM yang terletak dalam radius
10 km dari PKS, tanah mineral sebaiknya bertekstur ringan (berpasir), bukan
daerah rendahan, drainase harus baik, sarana jalan dan jembatan berfungsi baik.
Limbah Cair (POME). Pengolahan TBS di pabrik menghasilkan produk
sampingan berupa limbah cair yang berasal dari proses perebusan (sterilizer),
pemurnian (clarifier), air cucian pabrik dan air buangan dari proses pemisahan
cangkang dan inti sawit (hydrocyclon). Limbah yang dihasilkan tersebut dapat
dimanfaatkan untuk pupuk organik tetapi harus diolah terlebih dahulu sehingga
dapat diaplikasikan ke lahan. Sebelum diaplikasikan ke lahan limbah terlebih
dahulu ditampung di dalam 8 kolam penampungan di Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) dan harus mendahului beberapa perlakuan untuk menurunkan
kadar BOD yang sesuai untuk diaplikasikan yaitu BOD 2 500 3 000 mg/l.
Kolam instalasi eengolahan air limbah di PKS dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Kolam Instalasi Pengolahan Air Limbah


39

Limbah cair yang telah diolah diaplikasikan di lahan dengan menggunakan


sistem flat bed (kolam datar) yaitu sistem aplikasi limbah secara irigasi yang
ditampung di dalam kolam-kolam dangkal dan datar dihubungkan dengan saluran
parit untuk mengalirkan limbah dengan ketinggian yang relatif tidak sama dan
mengikuti kemiringan tanah. Flat bed dibuat di gawangan mati yaitu gawangan
yang berselingan dengan pasar rintis/jalan panen, berbentuk empat pesegi panjang
dengan ukuran panjang 3 m, lebar 2.12 m dan kedalaman 0.6 m sehingga volume
flat bed yaitu 3.84 m3. Jarak antar flat bed dipisahkan oleh pamatang dengan lebar
0.4 - 0.5 m. Jumlah flat bed yang ada di TSE yaitu 131 flat bed per hektar, tetapi
dalam proses pengisian POME tidak semua flat bed diisi dikarenakan 2 - 3 flat
bed paling ujung dijadikan sebagai parit pengaman untuk mengantisipasi luapan
limbah pada saat hujan lebat sehingga limbah tidak mencemari ke lingkungan.
Pemantauan ada tidaknya dampak aplikasi limbah terhadap kualitas air tanah
dilakukan dengan pembuatan sumur pantau yang dilakukan analisis laboratorium
terhadap air sumur tersebut setiap bulannya. Gambar sumur pantau dapat dilihat
pada Gambar 7.

Gambar 7. Sumur Pantau

Blok aplikasi limbah cair dipilih dari blok yang tidak terlalu jauh letaknya
dari PKS (maksimal berjarak 5 km dari PKS), mempunyai topografi yang tidak
terlalu datar supaya memudahkan pengaliran limbah antar flat bed dan tidak
terlalu banyak areal rendahan sehingga penyebaran aplikasi limbah dalam satu
blok dapat dilakukan semaksimal mungkin. Limbah yang diaplikasikan ke blok-
blok aplikasi di kebun berasal dari kolam nomor 8 di stasiun IPAL, limbah
dialirkan ke lahan dengan menggunakan pompa yang rata-rata pemopaan limbah
60 m/jam atau sama dengan sekitar 60 ton/jam. Limbah dialirkan melalui pipa,
40

pipa yang digunakan adalah pipa utama jenis PVC berdiameter 6 inch, pipa
sekunder diameter 4 inch dan pipa distribusi di lahan yaitu pipa diameter 2 inch.
Limbah dari pipa 2 inch langsung dialirkan flat bed melalui kran dan mengalir
antar flat bed secara gravitasi melalui pipa penghubung atau parit antar tiap flat
bed. Gambar aplikasi limbah cair ditunjukkan pada Gambar 8.

Gambar 8. Aplikasi Limbah Cair. Pengisian Limbah Cair ke dalam Flat Bed
(Kiri), Flat Bed Berisi Limbah Cair (Kanan)

Lahan aplikasi limbah cair di TSE ada 8 blok dan luas total lahan aplikasi
yaitu 120 ha dengan jumlah flat bed sebayak 15 694 buah. Kegiatan aplikasi
limbah cair Divisi II TSE dilakukan setiap hari dan setiap blok diaplikasikan
limbah cair sebanyak empat kali dalam satu bulan (rotasi aplikas satu minggu
sekali). Rata-rata aplikasi limbah cair untuk pengisian flat bed yaitu 16 jam/hari
dan debit limbah yang diaplikasikan 46 m/jam sehingga banyaknya limbah cair
yang diaplikasikan yaitu 736 m/hari atau 18 400 m/bulan (18 381.6 ton/bulan).
Aplikasi limbah cair tidak dilakukan di saat hujan, selain itu pengaliran limbah
cair ke lahan dihentikan apabila pabrik tidak berproduksi, terjadi kerusakan
pompa dan kebocoran pipa.
Koordinasi pengaplikasian limbah cair dilakukan antara PKS dan kebun.
PKS berperan melaksanakan pemasangan dan pemeliharaan instalasi pompa dan
pipa-pipa ke areal aplikasi limbah cair, memelihara, merawat dan mengatur
penggunaan pompa aplikasi sesuai jadwal aplikasi, serta pemeliharaan dan
perawatan kolam-kolam limbah. Tenaga kerja yang bertugas terdiri dari dua orang
karyawan yang terbagi dari dua shift, satu orang bekerja dari pagi sampai sore dan
satu lainnya dari sore sampai malam atau esok hari yang biaya tenaga kerja
dibebankan ke pihak PKS.
41

Kebun berperan dalam pelaksanaan pendistribusian limbah cair pada setiap


flat bed sesuai jadwal aplikasi yang telah ditetapkan. Aplikasi limbah cair yang
dilakukan di Divisi II TSE diawasi oleh satu mandor aplikasi limbah cair yang
bertugas untuk mengawasi pekerjaan karyawan, pencatatan (monitoring) jumlah
flat bed yang sudah teraplikasi dan lama aplikasi. Tenaga kerja aplikasi limbah
cair terdiri dari tiga orang pekerja yang terbagi dalam dua shift, satu orang bekerja
pagi hari sampai sore dan dua orang bekerja dari sore sampai malam atau sampai
pagi esok hari. Tenaga kerja aplikasi limbah cair dilengkapi alat cangkul atau
parang serta bertugas untuk membuka dan menutup kran serta mengawasi
pengaliran, merawat flat bed, pembersihan gulma di flat bed dan pendalaman flat
bed akibat pendangkalan.
Standar kerja yang ditetapkan untuk aplikasi limbah cair yaitu 7 jam/HK
dan aplikasi di luar jam kerja untuk pekerja pabrik dan pekerja kebun dihitung
sebagai lembur. Prestasi kerja yang diperoleh karyawan pabrik dan karyawan
kebun rata-rata di atas standar yang sudah ditetapkan.

Aspek Manajerial

Pandamping Mandor

Selain mengikuti kegiatan tentang semua aspek teknis di kebun, penulis


juga mengikuti kegiatan di bidang manajerial yaitu berperan sebagai pendamping
supervisi yang ada di kebun tersebut. Setiap pagi semua supervisi melakukan
antrian pagi dengan asisten untuk melaporkan kegiatan yang sudah dilaksanakan
hari sebelumnya dan asisten divisi akan mengatur pembagian pekerjaan yang akan
dilakukan pada hari itu. Setelah melakukan antrian pagi dengan asisten divisi,
setiap supervisi juga melakukan kegiatan lingkaran pagi dengan karyawan
masing-masing mengenai kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu. Mandor
juga melakukan absensi karyawan, mengisi Buku Kegiatan Mador (BKM)
mengenai jenis pekerjaan yang dilakukan, jumlah tenaga kerja dan luasan hasil
yang diperoleh pada hari sebelumnya.
Mandor I. Mandor I merupakan tangan kanan dari asisten yang posisi
jabatannya berada di bawah asisten divisi yang mengatur semua kegiatan teknis di
42

lapangan sehingga tanggung jawab mandor I lebih luas dibandingkan mandor-


mandor lainnya. Tugas dan kewajiban mandor I adalah mengatur kongsi kerja
mandor-mandor, mengontrol dan mengawasi semua pekerjaan yang dilakukan,
memeriksa hasil kerja mandor-mandor dan membuat laporan tertulis hasil
pemeriksaan pekerjaan di lapangan kepada asisten.
Mandor Pupuk. Mandor pupuk mempunyai tugas untuk membuat
perencanaan blok yang akan dipupuk atas persetujuan asisten divisi, memberikan
pengarahan serta mendata karyawan pemupukan yang hadir, mengatur dan
mengecek alat tabur untuk masing-masing karyawan pupuk, mengawasi
pengambilan pupuk di gudang, melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
pemupukan di lapangan (langsir dan tabur), melakukan pemeriksaan mutu
pemupukan pada saat itu dan membuat laporan kepada asisten, bertanggung jawab
terhadap goni bekas pupuk dan membuat monitoring pemupukan.
Mandor Semprot. Tugas mandor semprot yaitu mendata tenaga semprot
yang ada, memberi pengarahan kepada karyawan semprot mengenai pelaksanaan
teknis penyemprotan, menentukan blok mana yang akan disemprot sesuai rencana
kerja yang telah dibuat, mencampur herbisida untuk penyemprotan yang akan
dilakukan, mengatur dan mengecek alat untuk masing-masing penyemprot,
mengarahkan, membagi hanca tiap karyawan semprot serta mengawasi penuh
pekerjaan semprot di lapangan, melaporkan hasil kerja dalam buku kegiatan
mandor, mengisi buku monitoring penyemprotan serta pemakaian bahan dan
membuat laporan inventaris alat-alat semprot
Mandor Aplikasi Limbah Cair. Mandor aplikasi limbah cair mempunyai
tugas untuk membuat perencanaan pelaksanaan pengaplikasian limbah cair,
mengatur dan mengawasi karyawan dalam pengaplikasian limbah cair agar
pengisian flat bed dilakukan dengan baik serta limbah tidak meluap keluar flat
bed, memastikan kondisi pipa-pipa yang mengalirkan limbah cair dalam keadaan
baik sehingga tidak terjadi kebocoran pipa dan pencatatan jumlah flat bed yang
sudah teraplikasi, serta lama aplikasi.
Mandor Aplikasi Janjang Kosong (JJK). Tugas mandor aplikasi janjang
kosong yaitu mengabsen tenaga aplikasi JJK, memberikan arahan kepada
karyawan mengenai pelaksanaan teknis aplikasi janjang kosong, menentukan blok
43

mana yang akan diaplikasi JJK dan melakukan pengawasan terhadap kinerja
karyawan. Selain itu mandor aplikasi JJK harus membuat laporan di buku
kegiatan mandor dan mencatat jumlah semua JJK yang diangkut dari PKS ke
kebun maupun jumlah JJK yang diaplikasikan.
Mandor Perawatan. Tugas dari mandor perawatan yang biasanya
kegiatan Bongkar Tumbuhan Penggaggu (BTP) adalah memberi pengarahan dan
mengabsen tenaga perawatan, menentukan pembagian hanca untuk kegiatan BTP
sesuai dengan lokasi yang akan dikerjakan, melakukan kontrol terhadap mutu
pekerjaan perawat, memastikan semua alat yang akan digunakan dalam kondisi
baik/siap pakai, menerima instruksi/pengarahan kerja dari asisten tentang teknis di
lapangan dan melaporkan hasil kerja dan HK yang digunakan ke dalam BKM.
Mandor Panen. Mandor panen di setiap divisi terdiri atas tiga orang yang
mempunyai luasan tertentu yang diawasi. Tugas dan kewajiban dari mandor panen
yaitu melakukan lingkaran pagi dengan karyawan sekaligus pemberitahuan
mengenai hasil kerja, sangsi-sangsi kerja, memeriksa kelengkapan alat panen,
mendata karyawan panen yang hadir setiap harinya, mengatur/membagi hanca
karyawan panen, mengawasi kegiatan panen dari awal sampai akhir, melakukan
pemeriksaan mutu hanca potong buah (Structure Block Supervision/SBS) minimal
160 pokok untuk empat tenaga panen serta melakukan pemeriksaan mutu buah
dari empat tenaga panen dan membuat laporannya utuk diserahkan kepada asisten,
membantu memastikan TBS yang dipanen hari itu terangkut seluruhnya ke PKS
dan melakukaan koordinasi dengan kerani buah, membuat laporan prestasi kerja
potong buah di monitoring produksi serta membuat taksasi produksi untuk panen
esok hari.
Kerani Cek Sawit (KCS). Tugas dan kewajiban KCS yaitu mengecek
jumlah TBS dan mutu TBS per TPH dan mencatatnya ke dalam buku penerimaan
buah kelapa sawit serta mencatat total buah masak, buah mentah, dan buah kurang
masak yang dipanen karyawan, membuat surat pengantar buah (SPB),
memastikan TBS yang dipanen hari itu terkirim seluruhnya ke PKS dan membuat
laporan potong buah (LPB) serta mencatat premi yang diperoleh pemanen ataupun
denda bagi pemanen karena melakukan kesalahan seperti memotong buah mentah.
44

Kerani buah harus memastikan bahwa buah yang dikirim ke PKS harus sesuai
dengan kriteria matang panen yang telah ditetapkan perusahaan.
Kerani Keliling. Tugas dari seorang kerani keliling yaitu melakukan
pendaataan karyawan yang masuk kerja dan alokasi tenaga kerja setiap harinya,
selain itu secara langsung memastikan dan memeriksa tenaga kerja tersebut di
lapangan. Kerani keliling juga bertugas membatu kerani divisi dalam melakukan
perekapan hasil produksi setiap harinya dan merekap semua absensi supervisi
maupun karyawan setiap harinya.
Kerani Divisi. Tugas dari kerani divisi yaitu mengurusi seluruh kegiatan
administrasi di yang dilakukan di kantor divisi baik harian, bulanan, maupun
tahunan. Kerani divisi harus membuat laporan produksi dan perawatan tanaman
ke dalam buku prestasi dan melaporkan ke kantor besar, memeriksa LPB dari
kerani cek sawit, mengisi laporan produksi dan biaya, membuat bon permintaan
barang, membuat rekapitulasi prestasi dan premi hasil kerja karyawan.

Pendamping Asisten

Pengelolaan kegiatan teknis yang dilakukan oleh asisten Divisi meliputi


pemberian pengarahan dan instruksi kepada kerani divisi, mandor 1, mandor dan
karyawan, melakukan pengawasan dan pengontrolan terhadap seluruh pekerjaan
dan mengevaluasi hasil kerja di lapangan. Kegiatan pengelolaan administrasi yang
dilakukan Asisten Divisi meliputi pembuatan rencana kerja (harian, bulanan dan
tahunan), memeriksa dan mengevaluasi laporan kerja mandor, laporan manajemen
dan laporan lainnya yang ada di divisi serta membuat bon permintaan dan
pengeluaran barang (BPPB). Asisten divisi dibantu oleh mandor dan kerani dalam
menjalankan tugasnya. Mandor membantu dalam hal keperluan teknis divisi,
mengatur dan mengawasi pekerjaan karyawan sedangkan kerani membantu
asisten dalam hal administrasi.
Asisten divisi merancang anggaran produksi dan perawatan kebun bersama
senior asisten, KTU dan manajer kebun. Anggaran yang relah dibuat tersebut
digunakan sebagai acuan untuk target produksi semester dan bulanan, kebutuhan
bahan, serta kebutuhan dan pemakaian tenaga kerja.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi dan Karakteristik Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit

Pengolahan tandan buah segar (TBS) yang dilakukan pabrik pengolahan


kelapa sawit menghasilkan produk sampingan (by product) dalam bentuk limbah
padat yang berupa serabut (fiber), janjang kosong (JJK) dan cangkang serta
limbah cair yang biasanya dikenal dengan POME (Palm Oil Mill Effluent).
Limbah padat dan cair kelapa sawit harus dikelola dengan tepat karena berpotensi
untuk dimanfaatkan kembali sehingga limbah tersebut mempunyai nilai ekonomis
yang tinggi yaitu sebagai bahan sumber unsur hara bagi tanah. PT Aneka
Intipersada memiliki satu pabrik kelapa sawit yaitu Teluk Siak Factory (TSF)
yang memiliki kapasitas olah 45 ton/jam. Komposisi jenis limbah yang dihasilkan
oleh TSF disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Komposisi Jenis Limbah yang Dihasilkan Teluk Siak Factory

Janjang
Bulan/tahun TBS Proses Fiber Cangkang POME
Kosong
.....................................................(ton)..........................................................
Jan/2011 14 631.671 2 292.300 1 902.117 731.584 8 779.003
Feb/2011 13 566.164 2 940.940 1 763.601 678.308 8 139.698
Mar/2011 15 665.731 2 272.000 2 036.545 783.287 9 399.439
Apr/2011 15 222.926 2 049.300 1 978.980 761.146 9 133.756
Mei/2011 15 146.682 2 298.570 1 969.069 757.334 9 088.009
Jun/2011 14 918.068 2 309.930 1 939.349 745.903 9 027.444
Jul/2011 16 200.542 2 890.110 2 106.070 810.027 8 961.823
Agt/2011 13 332.328 3 242.630 1 733.203 666.616 7 999.397
Sep/2011 18 933.288 3 368.750 2 461.327 946.664 11 359.973
Okt/2011 15 985.550 3 523.737 2 078.122 799.278 10 314.371
Nop/2011 18 600.530 3 505.150 2 418.069 930.027 11 160.318
Des/2011 17 643.899 3 820.304 2 293.707 882.195 10 586.339
Jan/2012 16 206.438 3 411.935 2 106.836 810.322 9 723.863
Feb/2012 13 566.164 2 796.930 1 763.601 678.308 7 891.256
Mar/2012 15 698.774 3 350.547 2 040.841 784.939 9 419.264
Apr/2012 14 684.267 3 039.982 1 908.954 734.213 9 231.539
Total 250 003.022 47 113.115 32 500.391 12 500.151 150 215.492
Rata-rata 15 625.189 2 944.570 2 031.274 781.259 9 388.468
Persentase 18.85 % 13 % 5% 60.09 %
Sumber: Teluk Siak Factory (2012)
46

Jumlah limbah padat dan cair yang dihasilkan TSF selama bulan Januari
2011 bulan April 2012 yaitu JJK sekitar 18.85 % dari TBS yang diolah, fiber
(serabut) sekitar 13 % dari TBS yang diolah, cangkang sekitar 5 % dari TBS yang
diolah dan POME sekitar 60.09 % dari TBS yang diolah. Berdasarkan
pengamatan selama bulan April 2012 rata-rata TBS yang diolah TSF yaitu
564.780 ton/hari dan menghasilkan janjang kosong sebanyak 116.922 ton/hari
atau sekitar 20.7 % dari TBS diolah, fiber sebanyak 73.421 ton/hari atau sekitar
11.04 % dari TBS diolah, cangkang sebesar 28.239 ton/hari atau sekitar 5 % dari
TBS diolah dan POME sebanyak 355.059 ton/hari atau sekitar 62.87 % dari TBS
yang diolah.
Limbah padat berupa cangkang dan fiber digunakan untuk bahan bakar
boiler dalam pengolahan TBS di PKS, sedangkan JJK dan POME diaplikasikan
sebagai pupuk organik ke lapangan dengan cara aplikasi yang tepat dan dosis
yang tepat sesuai rekomendasi dari Departemen Riset.

Janjang Kosong (JJK)

Janjang kosong (JJK) merupakan salah satu produk sampingan dari hasil
pengolahan TBS yang berasal dari stasiun bantingan (thresher) di PKS. JJK yang
dihasilkan oleh Teluk Siak Factory (TSF) sebesar 16 21 % dari jumlah TBS
yang diolah atau sebesar 160 - 210 kg/ton dari TBS yang diolah. JJK dapat
dimanfaatkan untuk pupuk organik sebagai pembenah tanah dan penambah unsur
hara bagi perkebunan kelapa sawit. Pemanfaatan JJK sebagai pupuk organik
apabila ditinjau dari segi ekonomis dapat meningkatkan keuntungan perusahaan
melalui peningkatan produksi, selain itu dari segi efektivitas sangat penting untuk
menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan.
Berdasarkan penelitian Departemen Riset Minamas kandungan unsur hara
dalam 1 ton JJK yaitu Urea 5 kg, TSP 1 kg, MOP 16 kg dan Kieserit 4 kg.
Keuntungan aplikasi JJK dapat meningkatkan mikro fauna dan mikro flora tanah
serta aktifitas mikro flora, meningkatkan kapasitas tampung air tanah,
meningkatkan laju penyerapan air tanah dan aerasi, mendukung perkembangan
akar menjadi lebih baik, mencegah erosi tanah/water run off, meningkatkan
47

struktur tanah dan meningkatkan kapasitas tukar kation dan anion (Komite
Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas Plantation, 2004).
Pengangkutan JJK yang dihasilkan TSF tidak hanya diangkut ke Teluk
Siak Estate saja, JJK yang masuk ke TSE sekitar 50 % dari seluruh jumlah JJK
yang dihasilkan TSF dan sisanya diangkut ke kebun tetangga yaitu Aneka Persada
Estate dan Pinang Sebatang Estate. JJK yang dihasilkan pabrik langsung diangkut
ke lahan dengan menggunakan Dump Truck dan diletakkan (ditumpuk) di pinggir
collection road. Mandor JJK mengkoordinir pengaplikasian JJK di lapangan,
membuat pancang untuk peletakkan JJK di collection road supaya tenaga kerja
yang mengangkut tidak meletakkan JJK sembarangan dan mengontrol tenaga
kerja aplikasi.
Aplikasi JJK ke lahan harus dilakukan sebaik mungkin sehingga manfaat
JJK sebagai pupuk organik dapat maksimal dan biaya aplikasi tidak terlalau
mahal. JJK yang diangkut dari pabrik ke lapangan harus segera diaplikasikan
(diecer). JJK maksimal menumpuk di collection road selama satu minggu
semenjak diangkut, apabila dibiarkan terlalu lama maka dapat merusak kondisi
jalan dan kandungan unsur hara akan berkurang terutama unsur K. Rata-rata
kandungan K menurun 35 % setelah satu bulan, 70 % setelah tiga bulan dan 90 %
setelah enam bulan di lapangan. Setelah itu, terjadi penurunan yang melambat
dengan lebih dari 99 % penurunan setelah 10 bulan di lapangan.
Metode aplikasi JJK di TSE dengan teknik mulching yang diaplikasikan
diantara empat pokok untuk satu titik pada tanaman menghasilkan (TM). JJK
diaplikasikan di gawangan mati dengan dosis 250 kg/pokok sehingga dalam satu
titik ada 1 ton JJK dan dibutuhkan JJK sebanyak 34 ton/ha dengan rotasi aplikasi
satu kali setahun. Rata-rata jumlah JJK yang masuk ke TSE setiap bulan sebanyak
1 472.285 ton dan TSE menerima JJK sebanyak 17 667.42 ton/tahun sehingga
luasan yang dapat diaplikasi seluas 519.63 ha/tahun atau sekitar 17.75 % dari luas
total TSE (dosis 34 ton/ha dengan rotasi aplikasi satu kali setahun). Berdasarkan
data yang diperoleh, luas lahan aplikasi JJK di TSE pada tahun 2011/2012 yaitu
461.3 ha (sekitar 15.82 % dari luas total TSE) dan lebih kecil dibandingkan luasan
yang seharusnya dapat diaplikasi. Hal tersebut dikarenakan dosis aplikasi yang
tidak sesuai dan melebihi dosis aplikasi yang ditentukan yaitu 34 ton/ha/tahun.
48

Organisasi pekerjaan aplikasi JJK di TSE dilakukan oleh karyawan SKU.


Prestasi kerja yang ditetapkan di lapangan yaitu 7 ton/HK atau 28 ton/hari
sehingga dalam satu hari memperoleh 28 titik aplikasi atau seluas 0.824 ha, untuk
menyelesaikan luasan 1 ha diperlukan prestasi kerja 5 HK/ha/rotasi (dosis aplikasi
34 ton JJK/ha atau 250 kg/pokok). Apabila aplikasi JJK dilakukan oleh buruh
harian lepas (BHL) maka upah dihitung berdasarkan jumlah JJK yang dapat
diaplikasikan yaitu Rp 3 000.00/ton, sehingga biaya aplikasi per HK untuk satu
kali rotasi sebesar Rp 102 000.00 (dosis 34 ton JJK/ha).
Tenaga kerja aplikasi JJK yang ada di TSE seperti di Divisi II belum
secara khusus bekerja mengaplikasikan JJK. Tenaga kerja tersebut dapat
mengerjakan pekerjaan lain yang lebih diutamakan dan dibutuhkan pada saat itu
sehingga aplikasi JJK tidak dapat dilakukan setiap hari. Kurangnya tenaga kerja
aplikasi dan belum adanya tenaga kerja khusus menyebabkan JJK terlalu lama
menumpuk di collection road karena tidak dapat langsung diaplikasikan ke lahan
sehingga unsur hara yang terkandung pada JJK akan berkurang.

Limbah Cair (POME)

Limbah cair (POME) merupakan produk sampingan (by product) yang


dihasilkan dari pengolahan TBS di PKS dan berasal dari proses perebusan
(sterilizer), pemurnian (clarifier), air cucian pabrik dan air hydrocyclon (air dari
proses pemisahan cangkang dan inti sawit). POME merupakan produk yang
paling besar jumlahnya dibandingkan jumlah produk limbah lain dan dapat
menjadi pencemar lingkungan yaitu air, tanah dan udara. Limbah cair yang
dihasilkan Teluk Siak Factory PT Aneka Intipersada pada bulan April 2012 yaitu
sebanyak 9 231.539 ton atau sekitar 62.87 % dari jumlah TBS yang diolah.
Kandungan bahan organik dan anorganik pada limbah cair dapat menjadi
pencemar apabila dibuang langsung ke perairan bebas sehingga harus diolah
terlebih dahulu untuk dapat diaplikasikan ke lahan. Parameter pencemaran limbah
cair yang digunakan yaitu pH, BOD, COD, TS, minyak dan lemak, N-total, serta
logam berat. Kandungan bahan pencemar yang terkandung di dalam limbah cair
harus diturunkan kadar cemarnya terutama nilai BOD dan COD nya. Nilai BOD
menunjukkan jumlah bahan organik yang terkandung dalam limbah, limbah
49

dengan BOD tinggi berarti mengandung senyawa organik yang lebih banyak
sehingga perombakan membutuhkan waktu yang lama. Nilai BOD dan COD yang
tinggi akan sangat mencemari lingkungan karena oksigen yang terlarut digunakan
untuk merombak limbah, sehingga dapat membunuh organisme lain yang hidup di
badan air yang sama-sama membutuhkan oksigen.
Baku mutu limbah cair yang diambil dari kolam raw effluent dan kolam
effluent treatment di Teluk Siak Factory (TSF) PT AIP pada pemeriksaan bulan
Desember 2011 dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Pemerikasaan Kualitas Air Limbah dari Raw Effluent dan
Effluent Treatment PT AIP

Pergub No. KEPMENLH Hasil


35 Tahun No. 28 Tahun LC
Parameter Satuan LC Raw
2007 (Kadar 2003 (Kadar Effluent
Effluent
Maksimum) Maksimum) Treatment
pH - 6-9 6-9 4.38 7.65
BOD mg/l 5 000 5 000 14 120.60 626.70
COD mg/l 10 000 * 46 428.50 1 438.10
Minyak dan
mg/l 2 500 * 1 1
Lemak
TSS mg/l 12 500 * 10 400.0 1 600.0
Amoniak
mg/l 500 * 75.47 137.2
(NH-N)
Timbal (Pb) mg/l * * <0.015 <0.015
Tembaga (Cu) mg/l * * 0.547 0.026
Kadmium (Cd) mg/l * * <0.008 <0.008
Sumber: Teluk Siak Factory (2012): hasil pemeriksaan limbah cair oleh Unit Pelaksana Teknis
Pengujian Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau, Januari 2012
Keterangan : * = tidak dipersyaratkan

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan terhadap sampel limbah cair


TSF, diperoleh bahwa hasil analisis limbah pada kolam LC raw effluent hanya
parameter BOD dan COD saja yang melebihi baku mutu PERGUB No. 35 Tahun
2007 dan KEPMENLH No. 28 Tahun 2003 sedangkan parameter pH kurang dari
baku mutu PERGUB No. 35 Tahun 2007. Hasil analisis pada kolam LC effluent
treatment yang telah mengalami proses pengolahan limbah menunjukkan bahwa
semua parameter memenuhi baku mutu yang ditetapkan sehingga aman untuk
diaplikasikan ke lahan. Nilai BOD dari LC effluent treatment menunjukkan hasil
626.7 mg/l, nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan nilai BOD yang
50

ditetapkan oleh perusahaan yaitu nilai BOD 2 500 3 000 mg/l untuk
diaplikasikan ke lahan. BOD dengan nilai 626.7 mg/l cukup baik untuk keamanan
lingkungan apabila akan diaplikasikan, tetapi apabila dilihat dari kandungan
bahan organiknya limbah tersebut miskin bahan organik dan unsur hara bagi
tanaman karena nilai BOD menunjukkan banyaknya bahan organik yang
terkandung di dalam limbah tersebut.
Sistem pengolahan limbah di TSF menggunakan sistem kolam dengan
tujuan dapat menurunkan kadar cemarnya terutama nilai BOD dan COD limbah
agar dapat diaplikasikan ke lahan. Limbah cair yang dihasilkan pabrik akan
ditampung pada sistem IPAL yang terdiri dari 8 kolam. Kolam-kolam limbah
tersebut masing-masing dibuat dengan volume limbah maksimal yang dapat
ditampung dan masa retensi limbah dalam kolam tersebut. Limbah yang dapat
ditampung di tiap kolam dihitung 60 % dari volume kolam agar tidak terjadi
limpahan limbah dari kolam karena terlalu penuh. Selain 8 kolam yang terpasang
di stasiun IPAL terdapat juga 3 kolam pengaman (buffer pond) yang berfungsi
menjaga keamanan untuk menampung limpahan air limbah atau rembesan air
limbah dari kolam-kolam limbah sehingga tidak mencemari perairan bebas di
sekitar pabrik. Spesifikasi kolam limbah di IPAL Teluk Siak Factory dapat dilihat
pada Tabel 10.

Tabel 10. Spesifikasi Kolam Limbah di IPAL Teluk Siak Factory

Ukuran (pxlxt) Volume Masa Retensi


No. Kolam
(m) (m) (hari)
1 Deoiling Pond 34 x 18 x 4 2 448 2-4
2 Cooling Pond 29 x 15 x 4 1 740 4-6
3 Primary Pond No. 1 58 x 24 x 4.5 7 308 10 - 24
4 Primary Pond No. 2 58 x 24 x 4.5 7 308 10 - 24
5 Secondary Pond No. 1 58 x 24 x 4.5 7 308 14 - 24
6 Secondary Pond No. 2 58 x 24 x 4.5 7 308 14 - 24
7 Sedimentasi Pond No. 1 58 x 24 x 4.5 7 308 13 - 24
8 Sedimentasi Pond No. 2 58 x 24 x 4.5 7 308 13 - 24
Sumber: Teluk Siak Factory (2012)

Limbah cair yang dihasilkan pabrik pertama kali di tampung dalam kolam
limbah nomor 1 (deoiling pond) dan selanjunya akan dialirkan ke kolam nomor 2
(cooling pond) melalui proses under flow. Proses under flow dilakukan karena
51

limbah yang ditampung di kolam nomor 1 masih mengandung minyak sehingga


minyak harus dikutip kembali. Massa jenis minyak lebih kecil dibandingkan air
limbah maka minyak akan berada di atas, dengan proses under flow diusahakan
minyak yang masih terkandung di dalam kolam nomor 1 tidak ikut dialirkan ke
kolam nomor 2 dan tidak menjadi losses. Kolam nomor 1 dan 2 merupakan kolam
pendinginan, kolam nomor 3 dan 4 merupakan kolam anaerobik (primary pond
nomor 1 dan 2), kolam nomor 5 dan 6 merupakan kolam anaerobik lanjutan 3
(secondary pond nomor 1 dan 2), serta kolam nomor 7 dan 8 merupakan kolam
pengendapan (sedimentasi pond). Limbah yang berasal dari kolam nomor 7 dan 8
langsung dapat diaplikasikan ke lahan. Lay out effluent treatment Teluk Siak
Factory dapat dilihat pada Lampiran 7.
Blok yang dipilih untuk lahan aplikasi limbah cair yaitu blok-blok yang
berjarak tidak terlalu jauh dari pabrik yang berkaitan dengan pemakaian instalasi
dan kekuatan tekanan pompa (jarak maksimal 5 km dari pabrik), topografi tidak
terlalu curam/berbukit dan tidak terlalu banyak areal rendahan sehingga
penyebaran aplikasi dalam satu blok maksimal. Blok aplikasi limbah cair PT AIP
terletak di Divisi II TSE yang letaknya paling dekat dengan pabrik. Luas lahan
aplikasi limbah cair saat ini seluas 120 ha, jumlah flat bed 15 694 buah dan
jumlah kran 499 buah (Tabel 11).

Tabel 11. Luas Lahan Blok Aplikasi Limbah Cair dan Jumlah Flat Bed PT
AIP

Flat bed
Jumlah
Blok Luas (ha) Jumlah
Volume (m) Total (m) Kran
(buah)
F27 19 2 775 3.84 10 656 62
F28 16 2 400 3.84 9 216 76
F29 17 2 475 3.84 9 504 56
F30 10 1 500 3.84 5 760 44
G27 16 1 499 3.84 5 756 53
G28 14 1 987 3.84 7 630 79
G29 17 1 752 3.84 6 728 70
G30 11 1 306 3.84 5 015 59
Total 120 15 694 3.84 60 265 499
Sumber: Kantor Besar TSE (2012)

Rata-rata aplikasi limbah cair untuk pengisian flat bed yaitu 16 jam/hari
dan debit limbah yang diaplikasikan 46 m/jam sehingga banyaknya limbah cair
52

yang diaplikasikan yaitu 736 m/hari atau 18 400 m/bulan (18 381.6 ton/bulan).
Luas total lahan yang diaplikasikan limbah cair yaitu 120 ha sehingga dosis
aplikasi yang diperoleh yaitu 153.333 m/ha/bulan (153.180 ton/ha/bulan) atau
sekitar 1 839.996 m/ha/tahun (1 838.156 ton/ha/tahun). Aplikasi limbah cair
dilakukan setiap hari dengan rotasi aplikasi setiap blok mendapatkan empat kali
aplikasi dalam satu bulan. Pada satu kali aplikasi limbah cair yang dapat
ditampung dalam setiap flat bed yaitu sekitar 0.28 m3 limbah atau setinggi 4.5 cm
dari permukaan flat bed. Peta seksi aplikasi limbah cair Teluk Siak Estate dapat
dilihat pada Lampiran 8.
Dosis aplikasi limbah cair yang ditetapkan yaitu 750 ton/ha/tahun dengan
rotasi 3 4 kali dalam setahun, dosis tersebut digunakan untuk limbah dengan
nilai BOD sekitar 3 000 5 000 mg/l yang masih mengandung banyak bahan
organik (Hutabarat et al., 2005). Aplikasi limbah cair di TSE dilakukan dengan
rotasi satu minggu sekali dan menggunakan dosis yang lebih tinggi dikarenakan
nilai BOD limbah yang cukup rendah sehingga limbah tersebut sudah sangat cair
dan hanya berfungsi sebagai air irigasi.
Kegiatan aplikasi limbah cair ke lahan harus disupervisi sebaik mungkin
oleh pihak kebun dengan cara pengawasan aplikasi, perawatan flat bed,
pembagian rotasi aplikasi dan pengaturan pembukaan serta penutupan kran untuk
aplikasi menjadi taggung jawab pihak kebun. Pihak pabrik bertanggungjawab
atas perencanaan pembangunan IPAL, pemasangan dan perawatan pipa untuk
aplikasi, serta merawat dan menjaga kolam-kolam IPAL. Pengamatan dan
pemantauan dampak yang mungkin terjadi akibat aplikasi limbah cair harus
dilakukan dan menjadi tanggung jawab pabrik.

Dampak Aplikasi Limbah terhadap Tanaman

Aplikasi limbah padat (JJK) dan limbah cair (POME) di lahan diharapkan
memberikan dampak yang positif bagi tanaman sehingga perusahaan dapat
memperoleh keuntungan yang lebih besar. Analisis dampak aplikasi limbah
terhadap tanaman dilakukan dengan membandingkan kandungan unsur hara
dalam daun dan perolehan produksi antara lahan yang diaplikasikan limbah
dengan lahan yang tidak diaplikasikan limbah (lahan kontrol).
53

Blok yang digunakan untuk perbandingan aplikasi limbah padat (JJK)


yaitu Blok E19, E20, E21 dengan blok kontrolnya Blok F15, F16, F17 yang
masing-masing tahun tanamnya tahun 1996, sedangkan blok yang digunakan
untuk aplikasi limbah cair (POME) yaitu Blok F27, F28, G29 dengan blok
kontrolnya Blok E20, E21, E22 yang masing-masing tahun tanamnya tahun 1994.
Parameter unsur hara yang dibandingkan adalah kandungan unsur N, P, K dan Mg
yang masing-masing dinyatakan dalam % on dry matter serta parameter produksi
yang digunakan yaitu produktivitas tanaman (ton/ha), jumlah janjang (janjang/ha)
dan bobot janjang rata-rata (kg).

Dampak Aplikasi Limbah terhadap Status Hara pada Daun

Dampak aplikasi limbah terhadap status hara pada daun dilihat dengan
menaganalisis kandungan status hara daun dengan membandingkan hasil analisis
daun antara lahan yang diaplikasikan limbah dan lahan yang tidak diaplikasikan
limbah (lahan kontrol). Lahan yang akan dibandingkan masing-masing diambil
tiga blok sebagai ulangan dan parameter yang dibandingkan yaitu unsur N, P, K
dan Mg yang masing-masing dinyatakan dalam % on dry matter. Hasil analisis
kandungan unsur hara daun pada lahan aplikasi JJK dan lahan kontrol, serta lahan
aplikasi limbah cair lahan kontrol disajikan pada Tabel 12 dan Tabel 13.

Tabel 12. Hasil Analisis Daun pada Lahan Aplikasi JJK dan Lahan
Kontrol

Kandungan Hara dalam Daun Lahan Aplikasi Lahan Kontrol


(% On Dry Matter)
N 2.5300 a 2.6800 a
P 0.1373 a 0.1317 a
K 1.1847 a 1.1897 a
Mg 0.2187 a 0.1933 a
Sumber: Minamas Research Centre (2009)
Keterangan : Angka pada baris yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student pada taraf nyata 5 %.

Dari hasil analisis sampel daun tanaman kelapa sawit, dapat dilihat bahwa
kandungan hara dalam daun antara lahan aplikasi JJK dan lahan kontrol
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal tersebut diakibatkan karena
54

aplikasi JJK belum dilakukan secara maksimal (full block) dan tidak merata,
artinya dari total luasan satu blok hanya sebagian saja yang teraplikasi JJK.
Sebagai contoh yaitu pada Blok E19 yang mempunyai total luas blok 22 ha, pada
tahun 2005/2006 baru 13.15 ha saja yang diaplikasi JJK. Aplikasi JJK hanya
dilakukan pada pokok yang berada di dekat tumpukan JJK saja, tidak sampai
masuk ke dalam blok. Hal tersebut dikarenakan kontur lahan yang tidak rata
(bergelombang) dan sarana blok seperti titi panen dan pasar rintis yang kurang
memadai sehingga menyulitkan aplikasi JJK secara manual. JJK yang sudah
ditumpuk di lapangan dan tidak langsung diecer menyebabkan kehilangan banyak
hara terutama unsur Kalium (K) yang mudah tercuci akibat terkena hujan,
sehingga manfaatnya sebagai bahan pupuk akan menjadi berkurang namum masih
bisa diamanfaatkan untuk mulsa (Komite Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas
Plantation, 2004). JJK yang diaplikasikan ke lahan tidak beperan sebagai
substitusi pupuk organik tetapi hanya berperan sebagai pembenah tanah dan
meningkatkan produktivitas tanah saja.
Hasil analisis sampel daun tanaman kelapa sawit pada lahan aplikasi
limbah cair dan lahan kontrol menyatakan bahwa hanya kandungan unsur hara N
dan P saja yang berbeda nyata, sedangkan kandungan unsur K dan Mg tidak
berbeda nyata (Tabel 13).

Tabel 13. Hasil Analisis Daun pada Lahan Aplikasi Limbah Cair (LA) dan
Lahan Kontrol (LK)

Kandungan Hara dalam Daun Lahan Aplikasi Lahan Kontrol


(% On Dry Matter) (LA) (LK)
N 2.9033 a 2.4700 b
P 0.1623 a 0.1333 b
K 1.0837 a 1.1947 a
Mg 0.2260 a 0.2070 a
Sumber: Minamas Research Centre (2009)
Keterangan : Angka pada baris yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student pada taraf nyata 5 %.

Limbah cair yang diaplikasikan ke lahan memiliki kandungan hara yang


dibutuhkan oleh tanaman. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Budianta
(2005), limbah cair yang dihasilkan dan siap diaplikasikan ke lahan perkebunan
mempunyai kandungan K 500 - 600 mg/l, N 142 - 157 mg/l, P 24 - 53 mg/l dan
55

Mg 39 - 90 mg/l. Selain meningkatkan kandungan hara N dan P, seharusnya


aplikasi limbah cair dapat meningkatkan kandungan unsur hara K dan Mg karena
lahan tersebut dipupuk dengan menggunakan dosis aplikasi pupuk sesuai standar
kebun. Berdasarkan analisis tersebut hanya unsur N dan P saja yang menyatakan
hasil berbeda nyata, hal tersebut dikarenakan limbah yang diaplikasikan nilai
BOD nya yang tidak terlalu tinggi (< 3 000 mg/l). Limbah yang mempunyai nilai
BOD kecil disebabkan karena limbah terlalu lama dibiarkan di kolam IPAL, hal
tersebut mengakibatkan limbah akan mengalami degradasi terus menerus akibat
degradasi bakteri (Budianta, 2005). Nilai BOD yang terlalu rendah juga
menyebabkan kandungan hara yang rendah dan limbah yang diaplikasikan ke
lahan hanya berfungsi sebagai air irigasi saja.
Kandungan hara dalam daun kelapa sawit lahan alikasi limbah padat
maupun cair dan lahan yang tidak diaplikasikan limbah dilihat apakah berada pada
kondisi defisiensi, optimum, ataupun berlebih sesuai konsentrasi hara dalam daun
kelapa sawit yang disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Konsentrasi Hara dalam Daun Kelapa Sawit pada Kondisi
Defisiensi, Optimum dan Berlebih Untuk Tanaman Tua > 6
Tahun

Unsur Kondisi Kondisi


Satuan Kondisi Optimum
Hara Defisiensi Berlebihan
N % < 2.3 2.4 - 2.8 > 3.0
P % < 0.14 0.15 - 0.18 > 0.25
K % < 0.75 0.90 - 1.20 > 1.90
Mg % < 0.20 0.25 - 0.40 > 0.70
Sumber : Von Uexkull (1992)

Berdasarkan konsentrasi hara dalam daun kelapa sawit (Tabel 14),


kandungan unsur hara N, K dan Mg pada lahan aplikasi JJK serta unsur hara N
dan K pada lahan kontrol berada pada kondisi optimum. Unsur hara P pada lahan
aplikasi dan unsur hara P dan Mg pada lahan kontrol berada pada kondisi
defisiensi (kekurangan). Aplikasi JJK di lahan dapat meningkatkan kandungan
unsur hara Mg yang berada pada kondisi defisiensi pada lahan kontrol menjadi
optimum pada lahan aplikasi, tetapi belum dapat meningkatkan kandungan unsur
hara P. Kandungan unsur hara N, P, K dan Mg pada lahan aplikasi limbah cair
56

serta unsur hara N, K dan Mg pada lahan kontrol berada pada kondisi optimum.
Aplikasi limbah cair dapat meningkatkan kandungan unsur hara P, hal tersebut
dilihat dari kandungan unsur hara P di lahan kontrol berada pada kondisi
defisiensi sedangkan di lahan aplikasi berada pada kondisi optimum.

Dampak Aplikasi Limbah terhadap Perolehan Produksi

Analisis dampak aplikasi limbah terhadap perolehan produksi dilakukan


dengan membandingkan perolehan produksi lahan yang diaplikasikan limbah
dengan lahan yang tidak diaplikasikan limbah (lahan kontrol). Lahan yang akan
dibandingkan masing-masing diambil 3 (tiga) blok sebagai ulangan selama empat
tahun terakhir yaitu tahun 2006/2007, 2007/2008, 2008/2009 dan 2009/2010.
Parameter produksi yang dibandingkan yaitu produktivitas (ton/ha), jumlah
janjang (JJG/ha) dan Bobot Janjang Rata-rata (kg). Perbandingan produksi antara
lahan aplikasi dan lahan kontrol JJK dan limbah cair dapat dilihat pada Tabel 15
dan Tabel 16.

Tabel 15. Perbandingan Produksi antara Lahan Aplikasi JJK dan Lahan
Kontrol

Parameter Tahun Lahan Aplikasi Lahan Kontrol


2006/2007 17.58 a 17.65 a
Produktivitas 2007/2008 18.80 a 17.61 a
(ton/ha) 2008/2009 16.00 a 13.65 a
2009/2010 15.29 a 14.07 a
2006/2007 1 502 a 1 588 a
Jumlah Janjang 2007/2008 1 489 a 1 375 b
(janjang/ha) 2008/2009 1 182 a 1 061 a
2009/2010 1 040 a 973 a
2006/2007 11.71 a 11.12 b
Bobot Janjang 2007/2008 12.63 a 12.81 a
Rata-rata (kg) 2008/2009 13.53 a 12.86 b
2009/2010 14.70 a 14.43 a
Sumber: Kantor Besar TSE (2012)
Keterangan: Angka pada baris yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student pada taraf nyata 5 %.

Berdasarkan hasil analisis terhadap perolehan produksi (Tabel 15), aplikasi


JJK belum memberikan pengaruh yang berbeda nyata untuk produktivitas dan
jumlah janjang antara lahan aplikasi dan lahan kontrol. Pada tahun 2006/2007 dan
57

2008/2009 perolehan BJR menunjukkan hasil yang berbeda nyata, tetapi secara
keseluruhan aplikasi JJK belum dapat meningkatkan perolehan produksi secara
konsisten. Hal tersebut dikarenakan aplikasi JJK belum diaplikasikan secara
maksimal dan tidak merata sepanjang tahun serta JJK terlalu lama ditumpuk di
collection road. Sebagai contoh pada Blok E20 yang mempunyai luasan total 17
ha, pada tahun 2007/2008 luas lahan yang diaplikasi JJK hanya 5.32 ha dan tahun
2007/2008 pada blok yang sama tidak dilakukan aplikasi JJK. Aplikasi JJK yang
tidak maksimal dikarenakan kontur lahan yang tidak rata dan sarana dalam blok
yang tidak memadai sehingga sulit untuk melakukan aplikasi JJK secara manual.
Selain itu, JJK terlalu lama dibiarkan di collection road dan tidak segera
diaplikasikan ke lahan sehingga kandungan hara yang terkandung pada JJK sudah
berkurang yang mengakibatkan aplikasi JJK hanya berfungsi sebagai bahan
pembenah tanah saja.

Tabel 16. Perbandingan Produksi antara Lahan Aplikasi Limbah Cair (LA)
dan Lahan Kontrol (LK)

Lahan Aplikasi Lahan Kontrol


Parameter Tahun
(LA) (LK)
2006/2007 24.31 a 20.75 b
Produktivitas 2007/2008 27.02 a 22.37 b
(ton/ha) 2008/2009 24.08 a 22.35 a
2009/2010 22.81 a 20.14 a
2006/2007 1 432 a 1 275 a
Jumlah Janjang 2007/2008 1 483 a 1 228 b
(janjang/ha) 2008/2009 1 278 a 1 238 a
2009/2010 1 207 a 1 082 a
2006/2007 16.98 a 16.19 a
Bobot Janjang 2007/2008 18.22 a 18.23 a
Rata-rata (kg) 2008/2009 18.51 a 18.05 b
2009/2010 18.90 a 18.60 a
Sumber: Kantor Besar TSE (2012)
Keterangan: Angka pada baris yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata berdasarkan uji t-student pada taraf nyata 5 %.

Berdasarkan hasil analisis terhadap perolehan produksi yang disajikan


pada Tabel 16, aplikasi limbah cair ke lahan memberikan dampak positif bagi
perolehan produksi tanaman kelapa sawit terutama terhadap produktivitas
(ton/ha). Tahun 2006/2007 dan 2007/2008 produktivitas lahan aplikasi berbeda
nyata lebih tinggi dibandingkan lahan kontrol. Hal tersebut dikarenakan aplikasi
58

limbah cair ke lahan dapat menambah ketersediaan air di lapangan dan berfungsi
sebagai irigasi pada bulan-bulan kering sehingga dapat membantu dalam
mengatasi dampak kekeringan pada tanaman.
Kekeringan berdampak signifikan terhadap tanaman kelapa sawit dan
berpengaruh terhadap nisbah bunga jantan dan bunga betina. Menurut
Darmosarkoro et al. (2005) tanaman yang kekurangan air akan mengalami laju
fotosintesis menurun, distribusi asimilat dalam jaringan tanaman terganggu, laju
produksi pelepah menurun, jumlah tandan buah menurun, aborsi dan keguguran
bunga betina meningkat, gagal tandan atau kerusakan perkembangan tandan
bunga menjadi buah akan meningkat dan menyebabkan produktivitas akan
menurun, serta mengalami gagal tandan atau kerusakan tandan menjadi buah akan
meningkat.

Dampak Aplikasi Limbah Cair terhadap Kualitas Air

Limbah cair yang dimanfaatkan untuk pupuk organik yang diaplikasikan


pada tanah (flat bed) dapat menyebabkan pencemaran kualitas air sehingga
diperlukan pemantauan kualitas air di lingkungan sekitar pabrik dan di area sekitar
lahan aplikasi limbah cair. Pemantauan tehadap kualitas air tanah bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya dampak pengaruh aplikasi limbah cair terhadap kualitas
air tanah, serta mencegah penurunan kualitas dan penggunaan air yang dapat
mengganggu dan membahayakan kesehatan.
Pemantauan kualitas air yang dilakukan PT AIP untuk menganalisis
dampak aplikasi limbah cair yaitu dengan mengambil sampel air dari sumur
pantau I, II dan III yang berada di lahan aplikasi limbah cair, sumur penduduk dan
air sungai (hulu dan hilir). Hasil analisis sampel air dari sumur pantau dan sumur
penduduk dibandingkan dengan baku mutu Peraturan Menteri Kesehatan No. 416
Tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air sedangkan untuk
analisi sampel air sungai (hulu dan hilir) dibandingkan dengan baku mutu standar
(kadar maksimun) yang ditetapkan pemerintah yaitu Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air.
59

Pasal 8 PP No. 82 tahun 2001 bagian ketiga menyebutkan empat kelas


klasifikasi dan kriteria mutu air yaitu: kelas satu, air yang peruntukannya dapat
digunakan untuk air minum dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu
air yang sama dengan kegunaan tersebut; kelas dua, air yang peruntukannya dapat
digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukkan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; kelas tiga, air
yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut; kelas empat, air yang
peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi, pertanaman dan atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Kualitas Air Tanah Dangkal (Sumur)

Analisis kualitas air tanah dilakukan pada sumur pantau yang terdapat di
tiga blok aplikasi limbah yaitu Blok F27 (SP 1), Blok F28 (SP II) dan Blok F29
(SP III) sedangkan sumur penduduk terdapat di perumahan karyawan Divisi II
TSE (Blok H016). Hasil analisis yang diperoleh dibandingkan dengan baku mutu
Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990. Hasil pemeriksaan kualitas air
tanah pada SP I, SP II, SP III dan sumur penduduk disajikan pada Tabel 17.
Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 17, sumur pantau Blok F27, F28 dan
F29 semua parameter memenuhi baku mutu PERMEN416/MENKES/
PER/IX/1990. Sumur penduduk Blok H 016 semua parameter memenuhi baku
mutu kecuali pH yang kurang dari standar. Sumur penduduk yang dijadikan
sampel menurut hasil analisis yang dilakukan tidak cocok dijadikan untuk air
minum karena nilai pH dibawah standar. Kurangnya nilai pH pada sumur
penduduk dapat disebabkan karena terjadinya rembesan limbah cair yang
diaplikasikan dalam flat bed. Karyawan yang tinggal di perumahan yang dekat
dengan lahan aplikasi limbah cair dan PKS tidak menggunakan air sumur untuk
kebutuhan sehari-hari karena perusahaan mengalirkan air yang berasal dari water
treatment di pabrik sehingga aplikasi limbah aman dilakukan.
60

Tabel 17. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Tanah pada Sumur Pantau (SP I,
SP II dan SP III) di Lahan Aplikasi dan Sumur Penduduk

Hasil Analisis
Standar
SP I SP II SP III Sumur
Parameter Satuan (Kadar
(Blo (Blok (Blok Penduduk
Maksimum)
F27) F28) F29) (Blok H 016)
pH 6.59 6.54 6.66 6.38 6.5 - 9.0
0
Suhu C 28.1 28 28.1 28.1 Normal
Oksigen
mg/l 2.8 2.93 2.08 2.11 *
Terlarut (O)
BOD mg/l 8.336 4.521 8.399 3.347 *
COD mg/l 21.64 18.54 21.64 9.27 *
Nitrat (NO-
mg/l 2.156 1.398 3.41 2.487 10
N)
Amoniak
mg/l 1.129 0.327 0.27 0.43 *
(NH-N)
Klorida (Cl) mg/l 1.554 3.885 14.18 5.459 600
Sulfat (SO) mg/l 2.088 0.762 3.208 4.552 400
Timbal (Pb) mg/l <0.015 <0.015 <0.015 <0.015 0.05
Tembaga (Cu) mg/l <0.007 <0.007 <0.007 <0.007 *
Kadmium
mg/l <0.008 <0.008 <0.008 <0.008 0.05
(Cd)
Seng (Zn) mg/l <0.005 <0.005 <0.005 <0.005 15
Sumber : TSF (2012): Hasil Pemeriksaan Limbah Cair oleh Unit Pelaksana Teknis Pengujian
Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau, November 2011
Keterangan : SP I, SP II dan SP III = sumur pantau di lahan aplikasi
*) = tak dipersyaratkan

Kualitas Air Sungai Hulu dan Hilir (Air Permukaan)

Analisis untuk penilaian kualitas air sungai hulu dan hilir dilakukan
terhadap air sungai Pingai hulu dan hilir yang kemudian hasilnya dibandingkan
dengan baku mutu air kelas I, II, II dan IV PP No. 82 Tahun 2001. Hasil
pemeriksaan kualitas air sungai hulu dan hilir disajikan pada Tabel 18.
Sampel air yang diambil dari hulu sungai berjarak 2 km dari pabrik
sedangkan sampel air dari hilir sungai berjarak 1 km dari pabrik. Berdasarkan
hasil analisis laboratorium (Tabel 18), air sungai Pingai Hulu semua parameter
memenuhi baku mutu kadar maksimum kecuali nilai BOD melebihi baku mutu
kelas I dan II sedangkan pH kurang dari baku mutu kelas I, II, III dan IV yang
dipersyaratkan dalam PP No. 82 tahun 2001. Air sungai Pingai Hilir semua
parameter memenuhi baku mutu kecuali nilai BOD melebihi baku mutu kelas I
dan II, sedangkan pH kurang dari baku mutu kelas I, II, III dan IV yang
dipersyaratkan dalam PP No. 82 Tahun 2001.
61

Tabel 18. Hasil Pemeriksaan Kualitas Air Sungai Hulu dan Hilir

PP No 82 Tahun 2001 Hasil Analisis


Kelas Air Air
Parameter Satuan
Sungai Sungai
I II III IV
(Hulu) (Hilir)
pH * 6-9 6-9 6-9 6-9 5.05 4.92
BOD mg/l 2 3 6 12 4.764 3.054
COD mg/l 10 25 50 100 17 12.36
Total Phospat (P) mg/l 0.2 0.2 1 5 0.075 0.079
Nitrat (NO-N) mg/l 10 10 20 20 2.775 3.469
Nitrit (NO-N) mg/l 0.06 0.06 0.06 (-) 0.035 0.034
Amonia (NH-N) mg/l 0.5 (-) (-) (-) 1.206 1.337
Kobalt (Co) mg/l 0.2 0.2 0.2 0.2 <0.009 <0.009
Kadmium (Cd) mg/l 0.01 0.01 0.01 0.01 <0.008 <0.008
Kromium (Cr) mg/l 0.05 0.05 0.05 0.01 <0.024 <0.024
Tembaga (Cu) mg/l 0.2 0.2 0.2 0.2 <0.007 <0.007
Besi (Fe) mg/l 0.3 (-) (-) (-) 0.306 1.037
Timbal (Pb) mg/l 0.3 0.3 0.3 1 <0.015 <0.015
Mangan (Mn) mg/l 0.1 (-) (-) (-) 0.018 0.042
Seng (Zn) mg/l 0.05 0.05 0.05 2 <0.005 <0.005
Klorida (Cl) mg/l 600 (-) (-) (-) 4.856 6.779
Sianida (CN) mg/l 0.02 0.02 0.02 (-) <0.001 <0.001
Fluorida (F) mg/l 0.5 1.5 1.5 (-) <0.006 <0.006
Sulfat (SO) mg/l 400 (-) (-) (-) 13.06 12.06
Belerang (HS) mg/l 0.002 0.002 0.002 (-) 0.009 0.008
Sumber: TSF (2012): Hasil Pemeriksaan Limbah Cair oleh Unit Pelaksana Teknis Pengujian Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Riau, November 2011

Air sungai hilir mempuyai nilai pH yang rendah dikarenakan air yang
berasal dari hulu sungai sudah mempunyai nilai pH yang rendah. Apabila dilihat
dari nilai pH pada air sungai hulu dan hilir yang kurang dari baku mutu yang
telah ditentukan maka air sungai tersebut tidak cocok digunakan sesuai dengan
golongan air kelas I, II, III dan IV PP No. 82 Tahun 2001. Apabila dilihat dari
nilai BOD, COD dan parameter pencemaran lainnya, air sungai hulu dan hilir
sudah memenuhi baku mutu (kadar maksimum) yang dipersyaratkan sesuai
golongan air kelas III dan IV sehingga aplikasi limbah cair sudah aman dilakukan
serta tidak berdampak negatif bagi air sungai.
Pengelolaan dan pemanfaatan limbah cair dengan cara diaplikasikan ke
lahan yang dilakukan perusahaan tidak berdampak negatif bagi air sungai karena
tidak ada limbah yang dibuang secara langsung ke sungai. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perusahaan sudah melakukan pengawasan yang baik
terhadap kemungkinan rembesan dan limpahan air limbah baik dari kolam limbah
di stasiun IPAL maupun dari dalam flat bed di lahan aplikasi.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kegiatan magang sudah meningkatkan pengetahuan dan pengalaman


penulis dalam melakukan proses kerja secara nyata di lapangan khusunya
mengenai teknik budidaya kelapa sawit serta menambah wawasan tentang aspek
manajerial dalam pengelolaan kebun kelapa sawit.
Produk sampingan (by product) yang dihasilkan proses pengolahan TBS
dimanfaatkan untuk pupuk organik yang diaplikasikan ke lahan. Jumlah JJK yang
diterima TSE sebanyak 17 667.42 ton/tahun dan luas lahan yang diaplikasikan
JJK pada tahun 2011/2012 yaitu 461.3 ha (sekitar 15.82 % dari luas total TSE).
Aplikasi JJK di lahan tidak memberikan pengaruh secara nyata terhadap
kandungan unsur hara dalam daun dan secara keseluruhan aplikasi JJK belum
dapat meningkatkan perolehan produktivitas secara konsisten. Aplikasi JJK juga
belum dapat menggantikan penggunaan pupuk anorganik tetapi hanya sebatas
penambah unsur hara dan pembenah tanah saja.
Aplikasi limbah cair ke lahan berdampak positif terhadap peningkatan
kandungan unsur hara N dan P dalam daun serta memberikan dampak positif bagi
perolehan produksi tanaman kelapa sawit terutama terhadap produktivitas
(ton/ha). Limbah cair yang diaplikasikan ke lahan menyebabkan air sumur
penduduk yang ada di sekitar lahan aplikasi dan air permukaan (sungai) tidak
dapat digunakan sebagai air minum karena tidak memenuhi baku mutu standar
yang ditentukan yaitu nilai pH yang rendah. Apabila dilihat dari parameter
pencemar limbah secara keseluruhan, maka aplikasi limbah cair aman dilakukan
karena tidak berdampak negatif bagi air sumur maupun air sungai, selain itu
perusahaan tidak membuang limbah ke sungai.

Saran

Jumlah tenaga kerja aplikasi JJK harus ditetapkan secara khusus dan tidak
mengerjakan pekerjaan lain sehingga aplikasi JJK dapat dilakukan setiap hari dan
JJK tidak terlalu lama menumpuk di collection road. Blok aplikasi JJK harus
63

dipersiapkan lebih baik, yaitu disediakan sarana berupa pasar rintis, titi panen dan
lain-lain agar aplikasi JJK dapat dilakukan maksimal dalam satu blok serta JJK
harus segera diaplikasikan setelah diangkut ke lahan.
Limbah yang diaplikasikan ke lahan harus sesuai dengan nilai BOD yang
ditetapkan perusahaan yaitu 2 500 3 000 mg/l agar dapat meningkatkan produksi
tanaman. Pengerukan dan perawatan flat bed harus dilakukan secara berkala
sehingga tidak terjadi pendangkalan flat bed. Peningkatan pengawasan untuk
aplikasi limbah cair harus dilakukan secara intensif lagi agar tidak terjadi
limpahan dan rembesan air limbah ke perairan bebas dan mencemari lingkungan
sehingga membahayakan bagi kesehatan. Perusahaan harus tetap mempertahankan
pengawasan yang baik agar pemanfaatan limbah cair tidak memberikan dampak
negatif bagi lingkungan khususnya terhadap kualitas air sungai.
DAFTAR PUSTAKA

Banuwa, I. S. 2007. Studi kandungan hara dan bahan pencemar limbah cair
pabrik kelapa sawit untuk meningkatkan kualitas lahan pertanian. Jurnal
Agroland 14(2):106-110.

Budianta, D. 2005. Potensi limbah cair pabrik kelapa sawit sebagai sumber hara
untuk tanaman perkebunan. Jurnal Dinamika Pertanian 20(3):273-282.

Badan Pusat Statistik. 2011. Luas Tanaman Perkebunan Besar Menurut Jenis
Tanaman, Indonesia, 1995 2009. http://www.bps.go.id. [2 Mei 2011].

Bapedal. 1995. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51/Kep-


MenLH/-10/1995. Jakarta.

Darmosarkoro, W., dan S. Rahutomo. 2003. Tandan kosong kelapa sawit sebagai
bahan pembenah tanah, p. 167-179. Dalam W. Darmasarkoro, E.S. Sutarta
dan Winarna (Eds.). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit. Medan.

Darmosarkoro, W., I. Y. Harahap, E. Syamsudin, H. H. Siregar, dan E. S. Sutarta.


2005. Antisipasi dan Penanggulangan Pengaruh Kekeringan pada Kelapa
Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. 45 hal.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2011. 2011. Volume dan nilai ekspor, impor
Indonesia. http://ditjenbun.deptan.go.id. [2 Mei 2011].

Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah


Industri Kelapa Sawit. Deptan. Jakarta. 81 hal.

Hutabarat, S. M., Satyoso, Harimurti, Slamet, dan Berlian. 2005. Pemanfaatan


limbah cair PKS di PT Astra Agro Lestari Tbk. konsep, implementasi
operasional, dan manfaat, p. 69-84. Dalam E. S. Sutarta, H. H. Siregar, L.
Erningpraja, Darnoko, Winarna, B. G. Yudanto, dan E. Listia (Eds.).
Prosiding Pertemuan Teknis Kelapa Sawit 2005. Pusat Penelitian Kelapa
Sawit. Medan.

Komite Pedoman Teknis Kelapa Sawit Minamas Plantation. 2004. Buku Pedoman
Teknis Kelapa Sawit (Oil Palm Technical Policy) Minamas Plantation.
Jakarta. 600 hal.

Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia. Pusat


Penelitian Perkebunan Marihat-Bandar Kuala. Sumatera Utara. 435 hal.

Minamas Research Centre, Minamas Plantation. 2009. Hasil Analisi Daun.


Minamas Research Centre, Minamas Plantation. Teluk Siak. 4 hal.
65

Pahan, I. 2010. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir.
Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. PKKS. Medan. 184
hal.

Setyamidjaja, D. 2006. Teknik Budidaya Panen Pengolahan Kelapa Sawit.


Kanisius. Yogyakarta. 127 hal.

Sutarta, E.S., Winarna, P.L. Tobing dan Sufianto. 2003. Aplikasi limbah cair
pabrik kelapa sawit pada perkebunan kelapa sawit, p. 195-212. Dalam W.
Darmosarkoro, E.S. Sutarta, dan Winarna (Eds.). Lahan dan Pemupukan
Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Tobing, P.L. dan Z. Poeloengan. 2000. Pengendalian Limbah Cair Pabrik Kelapa
Sawit secara Biologis di Indonesia. Warta PPKS 8(2):99-106.

Uexkull, V. H. R. Balanced fertilizer use of sustained productivity of some major


rropical tree crops, p 223-231. In Proceedings of the International
Symposium on Balanced Fertilization. Cina. Dalam I. Pahan (Ed.). Kelapa
Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya.
Jakarta.

Unit Pelaksana Teknis Pengujian. 2011. Laporan Hasil Pemeriksaan Limbah Cair
PT Aneka Intipersada. Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau. 13 hal.

Widhiastuti, R., D. Suryanto, Mukhlis, H. Wahyuningsih. 2006. Pengaruh


pemanfaatan limbah cair pabrik kelapa sawit sebagai pupuk terhadap
biodiversitastanah. Jurnal Ilmiah Pertanian Kultura 41(1).

Winarna, E. S. Sutarta, P. Purba. 2003. Pengelolaan tanah berliat aktivitas rendah


(LAR) di perkebunan kelapa sawit, p. 25-34. Dalam W. Darmasarkoro,
E.S. Sutarta, dan Winarna (Eds.). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Walpole, R. E. 1993. Pengantar Statistika. Edisi ke-3. Penerbit PT Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta. 515 hal.
66

LAMPIRAN
67

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada

Prestasi Kerja Penulis


Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Pembimbing
Penulis Karyawan Standar
11 Februari 2012 Orientasi kebun - - - TSE Bpk. Teddy L
13 Februari 2012 Pemupukan RP 100 kg 450 - 600 kg 450 kg Blok F010 Bpk. Teddy L
14 Februari 2012 Pemupukan RP 150 kg 450 - 600 kg 450 kg Blok E010 Bpk. Teddy L
15 Februari 2012 Penyemprotan piringan - 2.5 ha 2.5 ha Blok H016 Bpk. Teddy L
16 Februari 2012 Penyemprotan piringan - - 2.5 ha Blok G016 Bpk. Teddy L
17 Februari 2012 Sosialisasi thrunk injection - - - Blok E12 Bpk. Teddy L
18 Februari 2012 Aplikasi janjang kosong 1 ton 7 ton 7 ton Blok E008 dan E009 Bpk. Teddy L
20 Februari 2012 Aplikasi limbah cair 7 jam 7 jam 7 jam Blok F014 Bpk. Teddy L
21 Februari 2012 Penyemprotan piringan 1 ha 2.5 ha 2.5 ha Blik G014 dan G015 Bpk. Teddy L
22 Februari 2012 Rapat persiapan ISPO - - - Kantor TSE Bpk. Teddy L
23 Februari 2012 Aplikasi janjang kosong 1 ton 7 ton 7 ton Blok E009 Bpk. Teddy L
24 Februari 2012 Rapat ISPO - - - Kantor TSE Bpk. Teddy L
25 Februari 2012 Bongkar tanaman pengganggu (BTP) - 0.5 ha 0.5 ha Blok E008 Bpk. Teddy L
27 Februari 2012 Pemupukan urea - 450 kg 450 kg Blok E010 Bpk. Teddy L
28 Februari 2012 Sensus ulat api 30 ha 30 ha 30 ha Blok E011 Bpk. Teddy L
29 Februari 2012 Sensus ulat api 30 ha 30 ha 30 ha Blok E009 Bpk. Teddy L
Persiapan perlengkapan dokumen
1 Maret 2012 - - - Kantor TSE Bpk. Teddy L
ISPO
2 Maret 2012 Panen - 3 ha 3 ha Blok G28 (F013) Bpk. Teddy L
3 Maret 2012 Aplikasi janjang kosong - 7 ton 7 ton Blok E009 dan E010 Bpk. Teddy L

67
Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Mandor di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada

Prestasi Kerja Penulis

Tanggal Uraian Kegiatan Jumlah KHL Luas Areal Lama Lokasi Pembimbing
yang Diawasi yang Kegiatan
(orang) Diawasi (ha) (jam)

5 Maret 2012 Aplikasi janjang kosong 3 2 6 Blok E008 dan E009 Bpk. Teddy L
6 Maret 2012 Aplikasi limbah cair 1 17 6 Blok F014 (F28) Bpk. Teddy L
7 Maret 2012 Administrasi data limbah cair - - 6 Kantor Divisi 2 Bpk. Teddy L
Persiapan dokumen untuk
- - 7
8 Maret 2012 pelatihan ISPO Kantor TSE Bpk. Teddy L
9 Maret 2012 Pelatihan ISPO - - 9 Kantor TSE Bpk. Teddy L
10 Maret 2012 Panen 2 6 6 Blok F013 dan F015 Bpk. Teddy L
12 Maret 2012 SOU - - 7 Blok H007 Div I TSE Bpk. Teddy L
13 Maret 2012 Panen 3 9 6 Blok H016 dan G014 Bpk. Teddy L
14 Maret 2012 Panen 3 9 6 Blok H016 Bpk. Teddy L
15 Maret 2012 Panen 3 9 6 Blok G015 Bpk. Teddy L
16 Maret 2012 Aplikasi limbah cair 1 17 6 Blok G29 Bpk. Teddy L
17 Maret 2012 Aplikasi limbah cair 3 11 6 Blok G30 Bpk. Teddy L
19 Maret 2012 Panen 4 9 6 Blok F015 dan F013 Bpk. Teddy L
20 Maret 2012 Aplikasi janjang kosong 4 10 6 Blok E010 dan E009 Bpk. Teddy L
21 Maret 2012 Aplikasi janjang kosong 4 13 6 Blok E009 Bpk. Teddy L
22 Maret 2012 Aplikasi janjang kosong 4 12 6 Blok F009 Bpk. Teddy L
24 Maret 2012 Pengutipan brondolan 4 8.7 7 Blok H016 Bpk. Teddy L

68
Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Pendamping Asisten di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada

Prestasi Kerja Penulis


Jumlah
Tanggal Uraian Kegiatan Luas Areal Lama Lokasi Pembimbing
Mandor yang
yang Kegiatan
Diawasi
Diawasi (ha) (jam)
(orang)
Kunjungan ke pabrik kelapa
26 Maret 2012 - - 5 Teluk Siak Factory Bpk. Teddy L
sawit
Pelatihan leaf sampling unit dan
27 Maret 2012 - - 8 G015 dan TSF Bpk. Teddy L
kunjungan ke PKS
LSU dan administrasi di kantor
28 Maret 2012 1 3 7 H016 dan kantor divisi Bpk. Teddy L
divisi
Administrasi kantor divisi dan
29 Maret 2012 - - 7 Kantor Divisi II Bpk. Teddy L
pembukaan koperasi
30 Maret 2012 LSU 3 16.33 5 Blok E013 Bpk. Teddy L
Administrasi kantor divisi dan Kantor Divisi II dan
31 Maret 2012 - - 7 Bpk. Teddy L
persentasi Kantor Besar TSE
Kunjungan ke pabrik kelapa
2 April 2012 - - 5 PKS Teluk Siak (TSF) Bpk. Teddy L
sawit
Administrasi kantor divisi dan
3 April 2012 - - 7 Kantor Divisi II TSE Bpk. Teddy L
perekapan data
4 April 2012 Persentasi field clinic dari MRC - - 8 Kantor Besar TSE Bpk. Teddy L
Sosialisasi kegiatan pemupukan,
5 April 2012 aplikasi JJK dan pemupukan - - 5 Blok E012, F014 Bpk. Teddy L
limbah cair dari MRC
7 April 2012 Pembibitan beneficial plant 1 1 5 F015 Bpk. Teddy L
Bpk. Teddy L

69
9 April 2012 BTP dan aplikasi limbah cair 2 21 7 Blok F016
Lampiran 3. Lanjutan.

Prestasi Kerja Penulis


Jumlah
Tanggal Uraian Kegiatan Luas Areal Lama Lokasi Pembimbing
Mandor yang
yang Kegiatan
Diawasi
Diawasi (ha) (jam)
(orang)
10 April 2012 Administrasi kantor divisi - - 7 Kantor Divisi II TSE Bpk. Teddy L
11 April 2012 Aplikasi limbah cair 1 17 6 Blok F29 Bpk. Teddy L
12 April 2012 Panen 1 30 6 Blok F013 Bpk. Teddy L
13 April 2012 SOU (mill visit) dan persentasi - - 8 TSF dan Kantor TSE Bpk. Teddy L
14 April 2012 Administrasi kantor divisi - - 7 Kantor Divisi II TSE Bpk. Teddy L
16 April 2012 Aplikasi limbah cair 1 19 6 Blok F27 Bpk. Teddy L
17 April 2012 Supervisi - - - Kantor TSE Bpk. Teddy L
18 April 2012 Supervisi - - - Kantor TSE Bpk. Teddy L
19 April 2012 Monitoring perawatan 1 4 7 Blok F009 Bpk. Teddy L
20 April 2012 Monitoring aplikasi limbah cair 1 14 5 Blok G015 Bpk. Teddy L
21 April 2012 Monitoring aplikasi JJK 1 2 7 Blok H016 Bpk. Teddy L
23 April 2012 Monitoring aplikasi limbah cair 1 19 7 Blok F014 Bpk. Teddy L
24 April 2012 Monitoring perawatan 1 4 7 Blok F008 Bpk. Teddy L
25 April 2012 Administrasi kantor divisi - - 7 Kantor Divisi II TSE Bpk. Teddy L
Monitoring pembibitan
26 April 2012 1 1 7 Blok F015 Bpk. Teddy L
beneficial plant
27 April 2012 Administrasi kantor divisi - - 5 Kantor Divisi II TSE Bpk. Teddy L
28 April 2012 Kunjungan ke MRC - - 5 MRC Bpk. Teddy L
30 April 2012 Monitoring aplikasi limbah cair 1 19 7 Blok F014 (F27) Bpk. Teddy L

70
Lampiran 3. Lanjutan.

Prestasi Kerja Penulis


Jumlah
Tanggal Uraian Kegiatan Luas Areal Lama Lokasi Pembimbing
Mandor yang
yang Kegiatan
Diawasi
Diawasi (ha) (jam
(orang)
Administrasi kantor divisi dan
1 Mei 2012 - - 7 Kantor Divisi II TSE Bpk. Teddy L
peat leveling
2 Mei 2012 Monitoring BTP 2 25 7 Blok E013 Bpk. Teddy L
3 Mei 2012 Monitoring KCS 1 12 7 Blok E013 Bpk. Teddy L
4 Mei 2012 Administrasi kantor divisi - - 5 Kantor Divisi II TSE Bpk. Teddy L
Interview penilaian manajer dan Kantor Besar TSE dan
5 Mei 2012 - - 4 Bpk. Teddy L
kunjungan ke MRC MRC
7 Mei 2012 Pembuatan laporan - - 7 Kantor Besar TSE Bpk. Teddy L
8 Mei 2012 SOU dan persentasi akhir - - 8 Kantor Besar TSE Bpk. Teddy L
9 Mei 2012 Pembuatan laporan - - 7 Kantor Besar TSE Bpk. Teddy L
10 Mei 2012 Pembuatan laporan - - 7 Kantor Besar TSE Bpk. Teddy L
11 Mei 2012 Pembuatan laporan - - 7 Kantor Besar TSE Bpk. Teddy L
12 Mei 2012 Pembuatan laporan - - 7 Kantor Besar TSE Bpk. Teddy L

71
Lampiran 4. Peta Areal Teluk Siak Estate

AKTUAL HA
KELOMPOK AREAL (DALAM HA)
Div.I Div.II Div.III TOTAL
I. AREAL YANG DIUSAHAKAN
A. AREAL YANG DITANAM
1. TANAMAN MENGHASILKAN
Tahun Tanam 1994 - 531.74 - 531.74
Tahun Tanam 1995 67.70 - - 67.70
Tahun Tanam 1996 256.54 444.03 176.91 877.48
Tahun Tanam 1997 227.37 - 211.83 439.20
Tahun Tanam 1998 358.26 - 194.19 552.46
Tahun Tanam 1999 - - 69.87 69.87
Tahun Tanam 2000 - - 35.43 35.43
Tahun Tanam 2001 - - 118.24 118.24
Tahun Tanam 2003 76.67 76.67
Tahun Tanam 2004 - - 51.42 51.42
Sub Total TM : 909.87 975.76 934.57 2,820.20
2. TANAMAN BELUM MENGHASILKAN
Tahun Tanam 2008 29.00 29.00
Tahun Tanam 2011 30.00 30.00
Sub Total TBM : 29.00 30.00 - 59.00
TOTAL AREAL TANAMAN (TM+TBM) 938.87 1,005.76 934.57 2,879.20
3. TANAMAN BARU - - - -
TOTAL AREAL YANG DITANAM (TM+TBM+TB) 938.87 1,005.76 934.57 2,879.20

B. PEMBUKAAN LAHAN (LC)


1. Rencana LC
2. LC dalam proses
Sub Total LC : - - - -
TOTAL AREAL DITANAM + LC 938.87 1,005.76 934.57 2,879.20
C. BIBITAN
D. PABRIK - 20.90 - 20.90
E. AREAL PRASARANA - - -
1. Emplasment/ Pondok 6.58 15.81 8.66 31.05
2. Jalan, Jembatan dan Parit,Pinggiran Sungai 25.71 27.72 27.49 80.91
3. Lain-lain Konservasi - 17.49 87.42 104.91
Sub Total Prasarana : 32.29 61.02 123.57 216.88
F. BUKIT, SUNGAI dan LEMBAH
TOTAL I 971.16 1,087.68 1,058.14 3,116.98
II. AREAL MUNGKIN BISA DITANAM (EXTENTION)
G. Cadangan - - - -
H. Okupasi 92.00 29.00 83.22 204.22
I. Tanah Desa / Pemda - - - -
TOTAL II 92.00 29.00 83.22 204.22
GRAND TOTAL AREAL (I + II) 1,063.16 1,116.68 1,141.36 3,321.20
RINGKASAN
I. AREAL DIUSAHAKAN 971.16 1,087.68 1,058.14 3,116.98
II. AREAL MUNGKIN BISA DITANAM 92.00 29.00 83.22 204.22
LUAS AREAL SELURUH 1,063.16 1,116.68 1,141.36 3,321.20

72
Lampiran 5. Hari Hujan dan Curah Hujan di Teluk Siak Estate PT Aneka Intipersada, Riau Periode 2007/2008-2011/2012

T ahun
Rata-rata
BULAN 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 2011/2012
hh ch hh ch hh ch hh ch hh ch hh ch
Juli 18 266 11 166 20 236 14 230 6 167 13.8 213
Agustus 8 235 12 157 10 189 14 233 7 170 10.2 196.8
September 19 565 21 214 19 280 14 256 6 197 15.8 302.4
Oktober 19 339 17 296 8 153 14 262 19 317 15.4 273.4
November 6 24 13 223 14 295 16 160 19 292 13.6 198.8
Desember 7 108 4 78 7 136 8 179 20 286 9.2 157.4
Januari 8 81 4 88 14 230 18 202 6 100 10 140.2
Februari 9 115 17 201 14 233 6 86 15 154 12.2 157.8
Maret 10 323 13 196 14 256 14 124 14 208 13 221.4
April 12 211 18 176 14 262 15 141 22 194 16.2 196.8
Mei 11 267 16 173 16 160 7 110 13 121 12.6 166.2
Juni 16 209 22 459 8 179 7 65 6 69 11.8 196.2
Total 143 2 743 168 2 425 158 2 609 147 2 048 153 2 275 153.8 2 420.4
Rata-rata 11.92 228.60 14.00 202.10 13.17 217.42 12.25 170.67 14.00 207.00 12.82 207.1
BK 1 0 0 0 0
BL 1 2 0 2 2
BB 10 10 12 10 10
Keterangan: Bulan Kering (BK) = ch < 60 mm, Bulan Lembab (BL) = ch 60 100 mm, Bulan Basah (BB) = ch > 100 mm
Rata-rata BK 1+0+0+0+0 1
Q= x 100% = x 100% = = 1.923 %
Rata-rata BB 10+10+12+10+10 52
Menurut Schmid Ferguson, tipe iklim Teluk Siak Estate termasuk kelas A (sangat basah)

73
Lampiran 6. Struktur Organisasi Teluk Siak Estate

74
75

Lampiran 7. Lay Out Effluent Treatment Teluk Siak Factory


Lampiran 8. Peta Seksi Aplikasi Limbah Cair Teluk Siak Estate

76

Вам также может понравиться