Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
2. Etiologi
1. Faktor lingkungan/psikososial :
a. Konflik keluarga.
b. Sosial ekonomi keluarga yang tidak memadai.
c. Jumlah keluarga yang terlalu besar.
d. Orang tua terkena kasus kriminal.
e. Orang tua dengan gangguan jiwa (psikopat).
f. Anak yang diasuh di penitipan anak.
g. Riwayat kehamilan dengan eklampsia, perdarahan antepartum, fetal
distress, bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, ibu merokok saat
hamil, dan alkohol.
2. Faktor genetik
Terdapat mutasi gen pengkode neurotransmiter dan reseptor dopamin (D2
dan D4) pada kromosom 11p.
3. Gangguan otak dan metabolisme
a. Trauma lahir atau hipoksia yang berdampak injury pada lobus
frontalis di otak.(terjadi penurunan aliran darah ke lobos frontalis).
b. Pengurangan volume serebrum.
c. Gangguan fungsi astrosit dalam pembentukan dan penyediaan
laktat serta gangguan fungsi oligodendrosit.
4. Faktor neurokimiawi
a. Kaitan dengan dopamin, ataupun norepinephrin
3. Epidemiologi
Pria :wanita =3 : 1 /5:1
Di amerika penelitian menunjukan kejadian ADHD mencapai hingga 2-20% pada
anak sekolah
4. Faktor Resiko
Kurangnya Deteksi dini
Gangguan pada masa kehamilan (infeksi, genetic, keracuanan obat dan alkohol,
rokok dan stress psikogenik)
Gangguan pada masa persalinan (premature, postmatur, hambatan persalinan,
induksi, kelainan persalinan
5. Jenis
Dalam hal ini, maka pembagian subtype ADD/ADHD di Belanda dibedakan dalam perbedaan
gangguan fungsi:
1. Attention disorder.
Gangguan pada peningkatan kepekaan terhadap berbagai faktor yang
mengintervensi (faktor yang dapat menarik perhatiannya), gangguan itu
menyebabkan gagalnya menyeleksi perhatian.Ia tidak mampu membedakan mana
faktor yang bisa diterima sebagai aspek yang perlu mendapatkan perhatian, dan
mana yang tidak.
Seringkali gangguan perhatian dapat berubah-ubah tergantung situasi dan
tempatnya, misalnya saja gangguan perhatian bisa terjadi di sekolah, tetapi di
rumah tidak. Dan adanya perbedaan antara di rumah dan di sekolah itu artinya
disini bahwa anak tersebut tidak bisa diberi diagnosa ADD/ADHD.
Seringkali terjadi juga, apabila sepanjang hari anak terlalu
lelah, merasa tertekan, maka ia akan kesulitan melakukan fungsi perhatian dan ke-
alert-annya yang menyebabkan terjadinya adanya episode yang disebut day
dreaming episodes , atau bengong. Seringkali episode ini seperti episode serangan
epilepsi, seolah ia tengah melayang atau lepas dari dunia sekelilingnya. Para orang
tua melihatnya seolah ia tengah sangat berkonsentrasi. Karena itu untuk hal seperti
ini diperlukan anamnesa yang mendalam.
2. Bentuk perilaku yang tidak teratur dan gangguan fungsi eksekutif (dalam hal ini
Aldenkamp dkk menjelaskan berupa gangguan fungsi perencanaan yang disebutnya
sebagai planning disorder)
Bentuk perilaku ini dikenal dengan gejala terjadinya peningkatan impulsivitas.
Pada dasarnya impulsivitas adalah perilaku gangguan inhibisi, sebagaimana juga
pada attention deficit atau kurangnya perhatian (terutama merosotnya
kemampuan melakukan seleksi perhatian), maka gangguan ini akan berlanjut
kepada gangguan kognitif. Masalah impulsivitas juga akan berakibat pada
komplikasi terhadap masalah psikis dan komplikasi sosial yang seringkali pada
akhirnya menyebabkan isolasi sosial terhadap anak tersebut. Diagnosa
pembanding sangat penting artinya dengan conduct disorder yang mempunyai
aspek lebih ke arah anti sosial dan acting out.
3. Motoric Hyperactivity
Bentuk ini muncul terutama dalam bentuk motorik yang tak pernah tenang, yang
juga muncul sebagai akibat gangguan inhibisi. Seringkali bentuk ini sulit dilihat
karena hanya mengenai motorik halus dan untuk melihatnya memerlukan metoda
pemeriksaan yang tajam. Pemikiran populer agar anak menjadi lebih tenang,
seringkali orang mengatakan biarkan ia mengeluarkan enerjinya misalnya
berlari-lari mengitari lapangan. Sebetulnya cara ini tidak pernah ada buktinya
bahwa ia akan menjadi lebih tenang. Beberapa penelitian justru menunjukkan
hiperaktifitasnya akan terlihat lebih parah.
4. ADHD dengan gangguan lain yang secara langsung muncul bersama-sama.
6. Diagnosis banding
kumpulan temperamental yang terdiri dari tinkat aktivitas yang tinggi dan rentang
perhatian yang pendek.
Kecemasan pada anak
7. Penegakan diagnosis
Menurut DSM IV
impulsivitas:
Sering langsung menjawab sebelum pertanyaan dilontarkan dengan lengkap.
Sering kesulitan menunggu giliran. Contohnya anak sering menyerobot teman
di depannya saat antrian menunggu pemberian buku tugas dari guru. Saat
acara makan bersama keluarga anak seringnya tidak bisa menunggu giliran.
Sering menginterupsi atau menyela orang lain (seperti menyela saat
pembicaraan atau permainan).
10. Progresivitas
Perilaku ADD/ADHD ini adalah efek dari kecemasan yang tinggi, yang dialami oleh
anak sewaktu kecil. Karena anak cemas maka pikirannya bekerja sangat aktif,
Terjadinya gangguan sistem inhibisi (sistem rem) yaitu berupa gangguan untuk
membedakan mana rangsangan yang baik atau relevan dan memang diperlukan, dengan
rangsangan yang tidak diperlukan. Misalnya ia berada di tengah keramaian dan sedang
diajak bicara, maka ia tidak bisa menyeleksi suara mana yang perlu ia tangkap, dan
mana yang yang menjadi latar belakang dan tak perlu didengarkan.
Ia berada di bawah tekanan dan selalu waspada terhadap rangsangan yang datang
sehingga mengingkatkan perhatian, maka akan memunculkan kondisi stress yang
memngkinkan munculnya gejala gangguan perhatian (attention disorder).
11. Treatment
Pengobatan ADHD tahap pertama dilakukan selama 14 bulan, lalu tingkah laku dievaluasi oleh
orang tua, guru, dan lingkungan.
Farmakoterapi:
stimulan sistem saraf pusat:dextroamphetamine(dexedrine), methylphenidate dan
pemoline(cylert)
antidepresan: imipramine (tofranil), desipramine, dan nortriptyline(pamelor).\
Psikoterapi
psikoterapi individual
modifikasi perilaku
konseling orang tua
terapi tiap gangguan belajar
Terapi nutrisi
Terapi biomedis
Suplemen nutrisi,deisiensi,mineral.
Terapi perilaku
12. Prognosis
Kurang baik
13. Komplikasi
1 Menimbulkan hambatan penyesuaian perilaku sosial
2 20 40% dari anak ADHD bisa mengalami gangguan tingkah laku bahkan
menumbuhkan perilaku antisosial
3 Menurunnya kemampuan akademik di lingkungan rumah dan sekolah
4 Mengakibatkan perkembangan anak tidak optimal dengan timbulnya gangguan
perilaku di kemudian hari (berkembang hingga dewasa)
14. KDU
2 dan 3b