Вы находитесь на странице: 1из 15

BAB 1

TINJAUAN TEORI

1.1. Konsep Dasar Cerebral Palsy


1.1.1. Definisi
Cerebral palsy adalah kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak
progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi
perkembangan otak normal dengan gambaran klinik dapat berubah selama hidup
dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan
neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan ganglia basal dan sebelum juga
kelainan mental (Gabrina, 2014).
Cerebral palsy ialah suatu gangguan nonspesifik yang disebabkan oleh
abnormalitas system motor piramida (motor korteks, basal ganglia dan otak kecil)
yang ditandai dengan kerusakan pergerakan dan postur pada serangan awal
(Saputri, 2015).
Dalam teori yang lain menurut Soeharso (Abdul Salim, 2007:170),Cerebral
palsy ialah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif,
terjadi pada waktu masih muda dan merintangi perkembangan otak normal
dengan gambaran klinis dapat berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan
dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan
spastis, gangguan ganglia basal dan sereblum dan kelainan mental (Kowalak,
2011 ).
Jadi dapat disimpulkan, Cerebral Palsy adalah suatu keadaan kerusakan
jaringan otak yang kekal dan tidak progresif, terjadi pada waktu masih muda
(sejak dilahirkan) dan merintangi perkembangan otak normal dengan gambaran
klinis dapat berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan
pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis, gangguan
ganglia, basal, cereblum dan kelainan mental.
1.1.2. Etiologi
Waktu terjadinya kerusakan otak secara garis besar dapat dibagi menjadi
tiga bagian masa pranatal, perinatal dan postnatal, yaitu sebagai berikut:
Penyebab dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu (Ramadhani, 2012):

1
2

1) Pranatal infeksi terjadi dalam masa kandungan, menyebabkan kelainan


pada janin, misalnya oleh lues, toksoplasmosis, rubela dan penyakit iklusi
sitomegalik. Kelainan yang menyolok biasanya gangguan pergerakan dan
retardasi mental. Anoxia dalam kandungan, terkena radiasi sinar-X dan
keracunan kehamilan dapat menimbulkan cerebral palsy.
2) Perinatal
(1) Anoksia / hipoksia
Penyebab yang terbanyak ditemukan dalam masa perinatal ialah brain
injury. Kelainan inilah yang menyebabkan anoksia. Hal ini terdapat pada keadaan
persentase bayi abnormal, disproporsi sefalo-pelviks, partus lama, plasenta previa,
infeksi plasenta, partus menggunakan bantuan instrumen tertentu dan lahir dengan
sectio caesar.
(2) Perdarahan otak
Perdarahan dan anoksia dapat terjadi bersama-sama, sehingga sukar
membedakannya, misalnya perdarahan yang mengelilingi batang otak,
mengganggu pusat pernafasan dan peredaran darah, sehingga terjadi anoksia.
Perdarahan dapat terjadi di ruang subaraknoid akan menyebabkan penyumbatan
CSS, sehingga mengakibatkan hidrocefalus. Perdarahan di subdural dapat
menekan korteks serebri, sehingga timbul kelumpuhan spastis.
(3) Prematuritas
Bayi kurang bulan mempunyai kemungkinan menderita perdarahan otak
lebih banyak dibandingkan bayi cukup bulan, karena pembuluh darah, enzim,
faktor pembekuan darah dan lain-lain masih belum sempurna.
(4) Ikterus
Ikterus pada masa neonatus dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak
yang kekal akibat masuknya bilirubin ke ganglia basal, misalnya pada kelainan
inkompatibilitas golongan darah.
(5) Meningitis purulenta
Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat
pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa cerebral palsy.
3

3) Pascanatal
Setiap kerusakan pada jaringan otak yang mengganggu perkembangan

dapat menyebabkan cerebral palsy. Misalnya pada trauma kapitis, meningitis

ensefalitis dan luka parut.


4

1.1.3. Web Of Cousen (WOC)

Pranatal Intranatal Postnatal

Infeksi Virus Radiasi Toksik Ikterus Partus lama Seksio cesarea Prematur Trauma kapitis Meningitis
Kehamilan
Persentasi bayi Plasenta Perdarahan Ensefalitis
abnormal previa Otak

Anoksia Dalam
Kandungan
Hipoksia Bayi Gangguan CSS

Gangguan SistemPiramid
Motor Otak Bayi

Cerebral Palsy

Terganggu Pusat Penurunan Sensori


Spastik Athetosis Ataksia Peristaltik menurun Kontratur
Saraf Pernapasan
Gangguan Gangguan Penurunan
Reffleks Meningkat Bicara Pendengara Lapang pandang Pengeluaran feses Feksibelitas
Terganggu Pusat n menurun tubuh
Saraf Pernapasan
Sulit mengunyah dan menurun
Hambatan tumbuh Konstipasi
menelan makanan dan kembang
Kerusakan
Mobilitas Fisik
Ketidakseimbangan nutrisi Resiko tinggi
kurang dari kebutuhan tubuh Terjadi injury
5

1.1.4. Manifestasi Klinik


Gangguan motorik berupa kelainan dan lokalisasi serta kelainan bukan
motorik yang menyulitkan gambaran klinis cerebral palsy.
1 . Spastik
Terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang disertai dengan klonus dan
refleks Babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan tidak hilang
meskipun penderita dalam keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak sama derajatnya
pada suatu gabungan otot, karena itu tampak sikap yang khas dengan kecendrungan
terjadi kontraktur. Golongan spastitis ini meliputi 2/3-3/4 penderita cerebral palsy
Bentuk kelumpuhan spastitis tergantung kepada letak dan besarnya kerusakan, yaitu:
1) Monoplegia/monoparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat
dari yang lainnya.
2) Hemiplegia/diparesis
Kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang sama
3) Diplegia/diparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi tungkai lebih hebat dari pada lengan
4) Tetraplegia/tetraparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak, tetapi lengan lebih atausama hebatnya
dibandingkan dengan tungkai
2 . Tonus otot yang berubah
Bayi golongan ini pada usia bulan pertama tampak flasio dan berbaring seperti
kodok terlentang, sehingga tampak seperti kelainan pada lower motor neuron.
3 . Athetosis atau koreoathetosis
Kelainan yang khas ialah sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi
sendirinya (involuntary movement).
4 . Ataksia
Ataksia ialah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flasid dan
menunjukkan perkembangan motorik yang terlambat.
5 . Gangguan pendengaran
6

Terdapat pada 5 10% anak dengan cerebral palsy. Gangguan berupa kelainan
neurogen terutama persepsi nada tinggi, sehingga sulit menangkap kata-kata.
Terdapat pada golongan koreo- atetosis.
6 . Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retardasi mental. Gerakan yang
terjadi dengan sendirinya di bibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot
tersebut, sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur.
7 . Gangguan mata
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi.
Pada keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak. Hampir 25% derita cerebral
palsy menderita kelainan mata.

1.1.5. Pemeriksaan Penunjang


1) Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis cerebral
palsy ditegakkan
2) Fungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
penyebabnya suatu proses degeneratif. Pada cerebral palsy, CSS normal.
3) Pemeriksaan EGG dilakukan pada penderita kejang atau pada golongan
hemiparesis baik yang disertai kejang maupun yang tidak.
4) Foto rontgen kepala
5) Penilaian psikologis perlu kerjakan untuk tingkat pendidikan yang dibutuhkan.
6) Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain dari retardasi
mental. (Saputri, 2015).

1) Magnetic Resonance Imaging atau MRI


MRI menggunakan medan magnet dan gelombang radio untukmenciptakan
gambar dari struktur internal otak. Studi ini dilakukanpada anakanak yang lebih tua.
MRI dapat mendefinisikan abnormalitas dari white matter dan korteks motorik lebih
jelas dari pada metodemetode lainnya.
7

2) CT scan
Teknik ini merupakan gabungan sinar X dan teknologi komputer,menghasilkan
suatu gambar yang memperlihatkan setiap bagian tubuh secara terinci termasuk
tulang, otot, lemak dan organ-organ tubuh.Suatu computed tomography scan dapat
menunjukkan malformasibawaan, hemorrhage dan PVL pada bayi.
3) Ultrasound
Ultrasound menggunakan echo dari gelombang suara yangdipantulkan ke dalam
tubuh untuk membentuk suatu gambar yangdisebut sonogram. Alat ini seringkali
digunakan pada bayi sebelum tulang tengkorak mengalami pengerasan dan menutup
untukmendeteksi kista dan struktur otak yang abnormal (Anonim, 2004).

1.1.6. Penatalaksanaan Medis


Pengobatan yang dilakukan biasanya tergantung kepada gejala dan bisa berupa :
1) Terapi fisik
2) Loraces (penyangga)
3) Kaca mata
4) Alat bantu dengar
5) Pendidikan dan sekolah khusus
6) Obat anti kejang; maintenance
7) Obat pengendur otot (untuk mengurangi tremor dan kekakuan) : baclofen dan
diazepam
8) Terapi okupasional
9) Bedah ortopedik / bedah saraf, untuk merekonstruksi terhadap deformitas yang
terjadi
10) Terapi wicara bisa memperjelas pembicaraan anak dan membantu mengatasi
masalah makan
11) Perawatan (untuk kasus yang berat)
Jika tidak terdapat gangguan fisik dan kecerdasan yang berat, banyak anak
dengan cp yang tumbuh secara normal dan masuk ke sekolah biasa. Anak
8

lainnya memerlukan terapi fisik yang luas. Pendidikan khusus dan selalu
memerlukan bantuan dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari.
Pada beberapa kasus, untuk membebaskan kontraktur persendian yang semakin
memburuk akibat kekakuan otot, mungkin perlu dilakukan pembedahan.
Pembedahan juga perlu dilakukan untuk memasang selang makanan dan untuk
mengendalikan pefluks gastroesofageal.(Saputri, 2015).

1.2. Manajemen Asuhan Keperawatan


1.2.1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dan dasar dalam proses
keperawatan, merupakan proses untuk menghimpun informasi tentang tentang status
kesehatan pasien, ada beberapa datang yang akan didapat pada pasien dengan
Cerebral Palsy yaitu:
1. Identifikasi anak yang mempunyai resiko
2. Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak daripada wanita
3. Kaji iritabel anak, kesukaran dalam makan, perkembangan terlambat,
perkembangan pergerakan kurang, postur tubuh yang abnormal, refleks
bayipersisten, ataxic, kurangnya tonus otot.
4. Monitor respon untuk bermain
5. Kaji kemampuan fungsi intelektual
6. Pemeriksaan Fisik
(1) Muskuluskeletal : spastisitas, ataksia
(2) Neurosensory : gangguan menangkap suara tinggi, gangguan bicara, anak
berliur, bibir dan lidah terjadi gerakan dengan sendirinya, strabismus
konvergen dan kelainan refraksi.
(3) Eliminasi : konstipasi
(4) Nutrisi : intake yang kurang
9

1.2.2. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan Cerebral
Palsy (CP) adalah
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular dan
kelemahan otot
2. Risiko injuri berhubungan dengan ifeksi pada otak besar dan pergerakan yang
tidak terkontrol
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan sistem nervous.
4. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungaan dengan proses
penyakit.
10

1.2.3. Intervensi Keperawatan


1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular dan
kelemahan otot.
N Tujuan dan Kriteria
Intervensi Keperawatan Rasional
o Hasil
1 Setelah dilakukan 1. Monitor lokasi dan 1. Cara untuk
tindakan keperawatan kegelisahan atau mengalihkan
selama 6 kali pertemuan aktivitas pengalihan nyeri.
diharapkan gangguan nyeri anak
mobilitas fisik pasien 2. Berikan pakaian yang 2. Agar anak
mulai teratasi dengan tidak membatasi leluasa dalam
kriteria hasil; pergerakan anak bergerak.
1. Anak dapat 3. Motivasi anak untuk
mempertahankan pemulihan dalam 3. Motivasi agar
keseimbangan tubuh. mobilisasi. anak tidak
2. Anak dapat 4. Jelaskan kepada anak putus asa.
melakukan gerakan (jika memungkinkan)
dengan mengunakan atau keluarga tentang 4. Agar keluarga
kedua otot secara tujuan dan rencana dapat
bergantian. untuk ikut serta mempraktikkan
3. Anak dapat latihan gerak badan. sendiri dan
melakukan mobilitas 5. Kolaborasi dengan mengajar
fisik secara bertahap. ahli fisioterapi dalam anaknya.
melakukan terapi 5. Keahlian
mobilitas dibidangnya
membantu lebih
tepat
11

2. Risiko injuri berhubungan dengan ifeksi pada otak besar dan pergerakan yang
tidak terkontrol
Tujuan dan Kriteria Intervensi
No Rasional
Hasil Keperawatan
1 Setelah dilakukan 1. Identifikasi tingkah 1. Mengetahui faktor
tindakan keperawatan laku dan faktor penyebab jatuh
selama 6 kali yang dapat dapat
pertemuan diharapkan menyebabkan meminimalkan
keamanan diri anak resiko jatuh. resiko.
terjamin dengan kriteria 2. Identifikasi
hasil; karakteristik dari 2. Mengetahui
1. Anak dapat lingkungan yang lingkungan yang
melakukan langkah- dapat meningkatkan berbahaya dapat
langkah untuk potensial untuk menghindari
mengurangi resiko jatuh lingkungan
cidera. tersebut
3. Ajarkan anak
2. Anak dapat bagaimana cara 3. Meminimalisasi
memberikan jatuh yang dapat cedera, agar tidak
gambaran untuk meminimalkan terlalu parah.
mencegah terjadinya cedera.
jatuh. 4. Ajarkan anggota 4. Mengetahui
3. Anak dapat keluarga tentang faktor-faktor
mengambarkan faktor resiko jatuh harapannya
tingkah laku yang dan bagaimana keluarga dapat
beresiko tinggi. mereka dapat menghindarkan
menurunkan resiko. anak dari faktor
5. Sarankan adaptasi resiko tersebut.
rumah untuk 5. Supaya keamanan
meningkatkan pasien terjamin.
keamanan
12

3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


gangguan sistem nervous.
Tujuan dan Kriteria Intervensi
No Rasional
Hasil Keperawatan
1 Setelah dilakukan 1. Monitor makanan 1. Indikator apakah
tindakan keperawatan atau cairan dan nutrisi pada anak
selama 6 kali pemasukan kalori terpenuhi atau
pertemuan diharapkan harian anak. tidak.
kebutuhan nutrisi anak 2. Anjurkan pemilihan 2. Meningkatkan
seimbang dan adekuat makanan yang kebutuhan kalsium
dengan kriteria hasil; tinggi kalsium. dan gizi seimbang.
1. Pemasukan vitamin, 3. Anjurkan anak 3. Mencegah
karbohidrat, duduk setelah makanan yang
kalsium, protein dan makan. sudah ada di
kalori adekuat. 4. Atur pola makan lambung tidak
pada anak. dikeluarkan
5. Lakukan Oral kembali/ di
hygiene sebelum muntahkan.
dan setelah anak 4. Pola makan yang
makan. teratur agar
6. Berikan pendidikan pemenuhan
kesehatan kepada kebutuhan nutrisi
keluarga sampel pada anak
diet pada cerebral terpenuhi.
palsy. 5. Menjaga
7. Kolaborasi dengan kebersihan mulut
dokter dalam 6. Meningkatkan
pemberian pemahaman
suplemen tambahan keluarga
yang tepat untuk 7. Menambah suplai
anak vitamin dari luar.
13

4. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungaan dengan proses


penyakit.
Tujuan dan Kriteria
No Intervensi Keperawatan Rasional
Hasil
1 Setelah dilakukan 1. Identifikasi kebutuhan 1. Melatih anak
tindakan keperawatan spesial anak. agar tidak
selama 6 kali pertemuan 2. Fasilitasi perhatian tergantung pada
diharapkan orang tua atau kontak dengan orang lain.
dan pengasuh anak teman kelompoknya 2. Untuk
mengerti tentang 3. Berikan perhatian menghilangkan
stimulasi tumbuh saat-saat yang stres dan
kembang pada anak dibutuhkan. merasakan
dengan kriteria hasil; 4. Ajarkan anak untuk udara segar.
1. Orang tua dapat mencari pertolongan 3. Motivasi agar
menstimulasi dari orang lain. anak tidak putus
pertumbuhan 5. Sediakan aktivitas asa.
spiritual dan yang dianjurkan untuk 4. Bila anak perlu
emosional anak. berinteraksi dgn bantuan, anak
2. Orang tua dapat teman sebayanya. tahu cara untuk
menstimulasi 6. Menyanyi dan bicara meminta tolong.
perkambangan pada anak setiap kali 5. Untuk
kognitif anak. pertemuan menghilangkan
3. Orang tua dapat stress pada anak
dapat berinteraksi 6. Untuk melatih
dan berempati pada kerja otak anak
anak.
4. Orang tua dapat
mengunakan bahasa
positif saat berbicara
dengan anak
14

1.2.4. Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, dimana
tindakan yang digunakan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari
asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Implementasi dilakukan sesuai
dengan rencana keperawatan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan masalah
keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan menuliskan waktu pelaksanaan
dan respon klien.
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, dimana tindakan
yang digunakan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Implementasi dilakukan sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan masalah
keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan menuliskan waktu pelaksanaan
dan respon klien.
Implementasi yang dilakukan meliputi Mengkaji kekuatan otot ekstremitas,
Membantu menyiapkan pakaian, dan mengarahkan untuk memakai pakaian sendiri,
Mebantu pasien dalam rentang gerak aktif pada ekstermitas yang dapat digerakan dan
yang tidak sakit, Mendorong penggunaan latihan isometric mulai dengan tungkai
yang tak sakit dengan cara mengerakan tangan yang tidak terganggu guna
merangsang mobilitas agar dapat digerakan, membantu pasien dalam memenuhi
kebutuhan seperti mandi, memotong kuku dan memberi makan dan mengantar pasien
untuk mengikuti fisioterapi bicara.

1.2.5. Evaluasi Keperawatan


Evaluasi menentukan respons klien terhadap tindakan keperawatan dan
seberapa jauh tujuan perawatan telah terpenuhi.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan cerebral palsy dapat melakukan
aktivitas biasa dengan sendiri atau mandiri tanpa ada halangan apapun dan pasien
dapat mengikuti kegiatan yang dilakukan panti setiap hari dan diharapkan juga
perawat dan suster dapat mengerti tentang cerebral palsy dan perawatan pada pasien
dengan cerebral palsy.
15

Вам также может понравиться