Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan dan penyakit terjadi saling kait-mengkait, dengan
hubungan yang tidak akan pernah putus kecuali dilakukannya intervensi pada
salah satu atau kedua sisi, yakni pada kemiskinannya atau penyakitnya.
Upaya-upaya pelayanan kesehatan penduduk miskin, memerlukan
penyelesaian menyeluruh dan perlu disusun strategi serta tindak pelaksanaan
pelayanan kesehatan yang peduli terhadap penduduk miskin.
Undang-undang Nomor 36 tahun 2009, Bab VI pasal 46 dan 47 bahwa
untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh
dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat.
Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,
menyeluruh, dan berkesinambungan. Untuk keberhasilan upaya pembangunan
kesehatan tersebut maka masyarakat perlu diikuti sertakan agar berpartisipasi
aktif dalam upaya kesehatan.
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor
23/ 1992 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan
masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan
negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi
penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Derajat
kesehatan masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi
(AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, masih cukup tinggi,
yaitu AKB sebesar 26,9 per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 248 per
100.000 kelahiran hidup serta Umur Harapan Hidup 70,5 Tahun (BPS 2007).
Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan
karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Kesulitan akses
pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak adanya
kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan memang mahal.
Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak tahun
2005 telah diupayakan untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut
melalui pelaksanaan kebijakan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat Miskin. Program ini diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan
melalui penugasan kepada PT Askes (Persero) berdasarkan SK Nomor
1241/Menkes /SK/XI/2004, tentang penugasan PT Askes (Persero) dalam
pengelolaan program pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin.
Program ini dalam perjalanannya terus diupayakan untuk ditingkatkan melalui
perubahan-perubahan sampai dengan penyelenggaraan program tahun 2008.
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penjaminan terhadap masyarakat
miskin yang meliputi sangat miskin, miskin dan mendekati miskin, program
ini berganti nama menjadi JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT yang
selanjutnya disebut JAMKESMAS dengan tidak ada perubahan jumlah
sasaran.
Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) adalah program
bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak
mampu. Program ini diselenggarakan secara nasional agar subsidi silang
dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi
masyarakat miskin (Mukti, 2008). Peserta Program JAMKESMAS adalah
setiap orang miskin dan tidak mampu selanjutnya disebut peserta
JAMKESMAS sejumlah 76,4 juta jiwa bersumber dari data Badan Pusat
Statisti (BPS) tahun 2006 yang dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran
peserta secara Nasional oleh Menteri Kesehatan RI (Menkes), Jumlah
masyarakat miskin dan tidak mampu di Indonesia untuk Jaminan Kesehatan
Masyarakat Tahun 2009 sebesar 18.963.939 rumah tangga miskin, 76.400.000
jiwa anggota rumah tangga miskin sedangkan anak-anak terlantar, panti
jompo dan masyarakat tidak memiliki KTP sebanyak 2.629.309 jiwa. Propinsi
X sendiri 944.972 rumah tangga miskin dan 4.124.247 jiwa anggota rumah
tangga miskin dan Kabupaten X 158.194 jiwa masyarakat miskin.
Indonesian Corruption Watch (ICW) menilai pelayanan kesehatan bagi
masyarakat miskin melalui Program Jamkesmas belum optimal. Lembaga
Swadaya Masyarakat itu menyatakan, meski hasil survei menunjukkan
sebagian besar peserta Jamkesmas (83,2 persen) menyatakan puas dengan
layanan yang diberikan namun masih ada peserta yang tidak puas dengan
pelayanan dokter (5%), perawat (4,7 %) dan petugas kesehatan sebanyak
4,7%. Hasil observasi ICW juga menunjukkan bahwa kualitas pelayanan
kesehatan bagi peserta Jamkesmas belum baik jika dilihat berdasarkan
panjangnya antrian berobat, sempitnya ruang tunggu, dan lamanya peserta
dalam menunggu waktu operasi. Beberapa pasien Jamkesmas mengeluhkan
kekecewaan yang terkait dengan rumitnya proses administrasi untuk
mengurus persyaratan Jamkesmas, sikap perawat dan dokter yang tidak
ramah, lamanya waktu menunggu tindakan medis atau operasi dan fasilitas
ruang rawat yang terbatas, bahkan berita penolakan terhadap pasien
Jamkesmaspun sering terdengar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari JAMKESMAS dan JAMKESDA?
2. Apa saja fasilitas yang ditanggung dan tidak ditanggung oleh
JAMKESMAS dan JAMKESDA?
3. Bagaimana cara menggunakan dan mendapatkan JAMKESMAS
ataupun JAMKESDA?
4. Mengapa sebagian masyarakat daerah sekitar tidak menggunakan
pelayanan JAMKESMAS?
5. Bagaimana persepsi pasien JAMKESMAS terhadap kepuasan
pelayanan di PUSKESMAS SUMBANG?
BAB II
PEMBAHASAN
http://ditppk.depsos.go.id/html/modules.php
www.depkes.go.id/downloads/jamkesmas
www.jpkm-online.net/sim-jamkesmas/
www.kesehatan.kompas.com/read/2010/10/0/jamkesmas