Вы находитесь на странице: 1из 15

Sesak Nafas akibat Batuk Pilek

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana

Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

Pendahuluan

Setiap makhluk hidup termasuk manusia harus sentiasa bernapas agar dapat
melanjutkan kehidupannya. Manusia bernapas dengan menghirup oksigen dalam udara bebas
dan membuang karbon dioksida ke lingkungan. Mekanisme ini digelar sebagai respirasi yang
melibatkan proses inspirasi dan ekspirasi. Tubuh badan kita mempunyai banyak jaringan dan
organ yang memerlukan energi untuk berfungsi secara baik. Sel-sel dalam tubuh manusia
membutuhkan oksigen untuk melakukan proses metabolisme maka oksigen hendaklah
dihantar ke sel-sel dan jaringan dalam tubuh.1 Hasil metabolisme turut mengsekresi gas
karbon dioksida yang perlu di keluarkan dari tubuh. Di sini terdapat sistem pernafasan yang
berperan penting dalam mengkoordinasi pertukaran gas-gas dalam tubuh.

Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan
oksigen seterusnya pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh.
Sistem respirasi merupakan sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas oksigen yang
penting untuk metabolisme dan gas karbon dioksida yang merupakan hasil metabolisme
tubuh. Ia mencakup organ paru-paru dan sistem saluran yang menghubungkan jaringan paru
dengan udara dari luar tubuh ke jaringan tubuh. Pada dasarnya ia dibentuk oleh jalan atau
saluran nafas dan paru- paru beserta pembungkusnya dan rongga dada yang melindunginya.
Terdapat juga otot-otot utama dan otot-otot tambahan yang membantu dalam inspirasi dan
ekspirasi.2 Struktur dan mikroskopik alveoli dan struktur paru menjadikan proses difusi
efektif. Apabila proses inspirasi dan proses ekspirasi tidak berjalan dengan baik, maka akan
menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan kita.
Isi Perbahasan

Struktur Organ Pernafasan secara Makroskopis

Sistem pernafasan merangkumi alat-alat pernafasan yaitu hidung, faring, laring,


trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli. Saluran pernapasan adalah bagian tubuh manusia
yang berfungsi sebagai tempat pertukaran gas yang diperlukan untuk proses pernapasan.
Saluran ini berpangkal pada hidung atau mulut dan berakhir pada paru-paru. Secara dasarnya
sistem ini dapat dibagi kepada dua bagian yaitu, bagian konduksi dan bagian respirasi.3
Bagian konduksi yang berfungsi menyalurkan udara dan gas adalah kavum nasi yang
dipisahkan oleh septum nasi. Lubang bagian depan (nares anterior) dan bagian belakang
(nares posterior) berhubungan dengan bagian atas nasofaring melalui koana. Dibagi kepada
dua yaitu vestibulum nasi dan fossa nasalis. Selain itu juga terdapat juga nasofaring, laring,
trakea, bronkus ektrapulmonal dan intrapulmonal, serta bronkiolus terminalis. Manakala
bagian respirasi yang berperan dalam proses pertukaran gas adalah bronkiolus respiratorius,
duktus alveolaris, sakus alveolaris dan alveoli.4

Rongga Hidung (Cavum Nasalis)

Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Hidung merupakan
organ yang bertulang dan bertulang rawan hialin. Rongga hidung berlapis selaput lendir dan
terdapat kelenjar sebasea dan kelenjar keringat (sudorifera) di dalamnya. Selaput lendir
berfungsi untuk menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernafasan. Terdapat juga
rerambut pendek dan tebal yang berfungsi untuk menyaring partikel kotoran yang masuk
bersama udara.

Rongga hidung dibagi berdasarkan tiga bahagian yaitu penghidu, vestibulum dan
pernafasan. Regio penghidu berada di sebelah kranial, dimulai dari atap rongga hidung daerah
ini meluas sampai setinggi concha nasalis superior dan septum nasi di hadapan concha
tersebut.5 Vestibulum adalah perlebaran yang letaknya di sebelah dalam nares. Ke arah atas
dan ke dorsal vestibulum dibatasi oleh limen nasi dan sepanjang limen nasi ini kulit yang
melapisi vestibulum dilanjutkan dengan mukosa hidung. Regio pernafasan adalah bagian
rongga hidung selebihnya. Terdapat concha yang mempunyai banyak kapiler darah yang
berfungsi menghangatkan udara masuk.
Farings

Farings merupakan sebuah pipa musculomembranosa yang panjangnya 12-14 cm,


membentang dari basis cranii sampai setinggi vertebra cervical 6 atau tepi bawah cartilago
cricoidea. Pada bagian superior adalah paling lebar yaitu 3,5 cm dan dilanjutkan ke sebelah
caudal dengan oesophagus.6 Perbatasan farings dengan oesophagus lebarnya adalah sekitar
1,5 cm dan merupakan bagian tersempit saluran pencernaan selain appendix vermiformis.
Farings merupakan ruangan di belakang kavum nasi yang menghubungkan traktus digestivus
dan traktus respiratorius. Antara yang termasuk dari bagian farings adalah nasofarings,
orofarings dan laringofarings. Farings mempunyai dua saluran yaitu saluran pernafasan yaitu
nasofarings pada bagian depan dan saluran pencernaan atau orofarings pada bagian belakang.7

Nasofarings

Berada di sebelah dorsal hidung dan sebelah cranium molle berdinding statik kecuali
pada palatum molle. Rongga nasofarings tidak pernah tertutup dan berbeda dari orofarings
dan laryngofarings. Pada bagian ventral ia berhubung dengan rongga hidung melalui choanae
dan masing-masing terpisah oleh septum nasi. Pada dinding lateral nasopharynx dijumpai
ostium pharyngeal tubae auditivae, di sebelah dorsal dan caudal ujung posterior concha
nasalis inferior.8 Di sebelah dorsocranial, lubang ini dibatasi oleh torus tubarius yang
dibentuk oleh mukosa yang menutupi ujung pharyngeal tulang rawan tuba auditiva.

Orofarings

Orofarings terbentang dari palatum molle sampai tepi atas epiglottis atau setinggi
corpus vertebra cervical 2 dan 3 di bagian atas. Manakala di sebelah ventral berhubungan
dengan cavum oris melalui isthmus oropharyngeum dan berhadapan dengan aspek pharyngeal
lidah. Pada dinding lateral orofarings terdiri atas arcus palatopharyngeus dan tonsilla palatina.
Arcus palatopharyngeus terletak di sebelah dorsal arcus palatoglossus, turun dari uvula
menuju ke sisi farings sebagai lipatan mukosa yang menutupi M. Palatopharyngeus.9 Pada
setiap sisi, arcus palatopharyngeus dan arcus palatoglossus membentuk sinus tonsillaris
berbentuk segi tiga dan berisi tonsila palatina. Tonsila palatina adalah masa jaringan limfoid
pada kedua dinding lateral orofarings, masing-masing terletak pada sinus tonsillaris. Ia
terletak di sebelah dorsal gigi bawah molar ketiga dan diprojeksikan pada sebuah daerah bulat
telur di atas bagian bawah M. Messenter, sedikit di sebelah anterosuperior terhadap angulus
mandibulae.1
Laryngofarings

Laryngofarings terdapat dari bagian tepi cranial epiglottis sampai ke tepi inferior
cartilago cricoidea atau mulai setinggi bagian bawah corpus vertebra cervical 3 sampai bagian
atas vertebrae cervical 6. Ke arah caudalnya dilanjutkan menjadi oesophagus dan dinding
anteriornya tidak sempurna. Terdapat pintu masuk ke dalam larings yaitu aditus laryngis dan
di bawahnya terdapat permukaan posterior cartilago arytaenoidea dan cartilago cricoidea.2
Pada masing-masing sisi pula terdapat fossa atau recessus piriformis yang dibatasi di sebelah
medial oleh plica aryepiglottica dan di sebelah lateral oleh cartilago cricoidea dan membrana
thyreohyoidea.

Larings

Larings merupakan saluran udara dan juga organ pembentuk suara. Ia membentang
antara lidah sampai trakea atau pada laki-laki dewasa setinggi vertebrae cervical 3 sampai 6,
pada anak dan perempuan dewasa lebih tinggi sedikit. Larings berada di antara pembuluh-
pembuluh besar leher dan di sebelah ventral tertutup dengan kulit, fascia-fascia dan otot-otot
depressor lidah. Ke arah atas larings terbuka ke dalam laryngopharynx, dinding posterior
larings menjadi dinding anterior laryngopharynx dan ke arah bawah dilanjutkan sebgai trakea.
Larings laki-laki dewasa berukuran lebih besar, pertumbuhan yang pesat menjelang pubertas
dan cartilago thyroideanya berproyeksi lebih nyata ke arah anterior di garis tengah.3

Cartilago cricoidea pula berbentuk semua cincin stempel, membentuk bagian inferior
dinding larings. Tepi inferior cartilago ini bergabung dengan cincin pertama tulang rawan
trakea melalui ligamentum cricotracheale. Cartilago arytaenoidea pula berada di belakang
larings sebelah superolateral lamina cartilage cricoidea. Ia berbentuk piramid dengan tiga
permukaan dan dua processus, basis dan apex. Cartilago corniculatum terletak di posterior
dalam plica aryepigloticca dan bersandar pada apex cartilage arytaenoidea. Cartilago
cuneiforme berada dalam plica aryepiglottica di sebelah anterior terhadap cartilago
corniculatum.

Epiglottis adalah cartilago yang berbentuk daun dan menonjol serong ke atas
dibelakang dasar lidah dan corpus ossis hyoidea, di ventral aditus laryngis. Plica
aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilage
arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring.4 Cartilago cricoidea merupakan cartilago
berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak dibawah cartilago
tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh membrane cricotyroidea. Cornu inferior
cartilago thyroidea berartikulasi dengan cartilago tyroidea pada setiap sisi. Membrana
cricotracheale menghubungkan batas bawahnya dengan cincin trachea I. Cartilago
arytenoidea terbagi pada dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak pada basis
cartilago cricoidea.

Plica vokalis pada tiap sisi melekat dibagian posterior sudut piramid yang menonjol ke
depan membrana mukosa. Plica vocalis adalah dua lembar membrana mukosa tipis yang
terletak di atas ligamenturn vocale, dua pita fibrosa yang teregang di antara bagian dalam
cartilago thyroidea di bagian depan dan cartilago arytenoidea di bagian belakang.5 Plica
vocalis palsu adalah dua lipatan membrana mukosa tepat di atas plica vocalis sejati. Bagian
ini tidak terlibat dalarn produksi suara. Otot-otot kecil yang melekat pada cartilago
arytenoidea, cricoidea, dan thyroidea, yang dengan kontraksi dan relaksasi dapat mendekatkan
dan memisahkan plica vocalis.
.

Gambar 1. Struktur Bagian Laring

Trakea

Trakea adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm.
Trakea berjalan dari cartilago cricoidea ke bawah pada bagian depan leher dan dibelakang
manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus
sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini
bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak-
lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan
yang melengkapi lingkaran di sebelah belakang trakea, selain itu juga membuat beberapa
jaringan otot.6

Bronkus dan Bronkiolus

Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira vertebrata
torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel
yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampuk paru.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri
pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan
bawah.7 Cabang utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan
kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus
yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu
saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus tidak
diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya
dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut
saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat
pertukaran gas paru-paru.8

Paru-paru

Paru-paru adalah organ pernapasan yang penting karena udara yang masuk dapat
berhubungan secara erat dengan darah kapiler di dalam paru-paru. Tiap paru-paru melekat
pada jantung dan trakea melalui radix pulmonalis dan ligamentum pulmonal. Dibandingkan
dengan paru-paru kiri, maka paru-paru kanan lebih besar dan lebih berat, tetapi lebih pendek
karena kubah diafragma kanan letaknya lebih tinggi. Juga lebih besar karena adanya jantung
yang letaknya lebih ke kiri dalam rongga torax.

Tiap paru-paru mempunyai sebuah apeks, sebuah basis, tiga buah fasies yaitu
fasies costalis, fasies mediastinalis, dan facies diafragmatika, dan tiga buah margo yaitu
margo anterior, inferior dan posterior.9 Paru-paru kiri dibagi menjadi lobus superior dan lobus
inferior oleh sebuah fisura oblique. Paru-paru kanan dibagi menjadi lobus superior, inferior,
dan medius oleh fisura oblique dan fisura horizontalis. Bronchi dan faso pulmonalis muncul
dari trachea dan jantung menuju tiap paru-paru. Keseluruhannya membentuk radix pulmonis
yang akan memasuki hilum polmunis. Apeks pulmonis berbentuk bundar seperti bentuk
cupula pleura. Apex pulmonis sebelah kanan lebih kecil dan lebih dekat trachea, dan disilang
oleh vasa subclavia.

Fissura oblique pada paru-paru kiri memisahkan lobus superior dan lobus inferior.1
Lingua terdapat pada lobus superior paru-paru kiri. Lobus inferior meliputi sebagian besar
pulmonis dan bagian posterior paru-paru kiri. Fissura oblique paru-paru kiri dan kanan mulai
dari caput costae V, berjalan kebawah depan mengikuti garis sesuai dengan letak costa VI
sampai berakhir pada daerah costochondral VI di margo inferior. Pada lengan yang diletakkan
dibelakang kepala, margo vertebralis scapulae letaknya kurang lebih sesuai dengan letak
fissura.

Alveolus
Alveoli terdiri membran alveolar dan ruang interstisial. Membran alveolar terbagi
pada sel alveolar kecil dengan ekstensi ektoplasmik ke arah rongga alveoli dan satu sel
alveolar besar mengandung inclusion bodies yang menghasilkan surfaktan.2 Anastomosing
capillary pula merupakan sistem vena dan arteri yang saling berhubungan langsung yang
terdiri dari sel endotel, aliran darah dalam rongga endotel dan ruang interstisial merupakan
ruangan yang dibentuk oleh endotel kapiler, epitel alveoli, saluran limfe, jaringan kolagen dan
sedikit serum.

Struktur pernafasan secara mikroskopis

Hidung dan rongga hidung

Hidung merupakan organ berongga yang terdiri dari tulang, tulang rawan hialin, otot
bercorak dan jaringan ikat. Rongga hidung dipisahkan oleh septum nasi dan kavum nasi
dibagi menjadi dua bagian yaitu vestibulum nasi daerah lebar di belakang nares anterior dan
fossa nasalis yaitu daerah di belakang sebelah dalam vestibulum nasi. Vestibulum nasi
mempunyai epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dan berubah menjadi epitel bertingkat
torak bersilia bersel goblet sebelum masuk ke fossa nasalis.3 Pada bagian ini terdapat
vibrissae yaitu rambut-rambut kasar yang berfungsi untuk menyaring udara pernafasan.

Pada lamina propia terdapat glandula nasalis yang merupakan kelenjar campur.
Kelenjar ini menjaga kelembapan kavum nasi dan menangkap partikel-partikel debu yang
halus dalam udara inspirasi. Pada bagian ini juga terdapat noduli limfatisi. Silia pada epitel
bertingkat torak bersilia berperan mendorong lendir kearah belakang yaitu nasofaring
kemudian dibatukkan.4

Nasofarings

Terdapat epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Di bagian bawah membranesa
basalis, pada lamina propia terdapat kelenjar campur. Pada bagian posterior terdapat jaringan
limfoid yang membentuk tonsila faringea. Pada nasofaring juga terdapat muara dari saluran
yang menghubungkan rongga hidung dan telinga tengah yang disebut osteum faringeum tuba
auditiva. Di sekelilingnya juga banyak kelompok jaringan limfoid yang disebut tonsila tuba
faringea.5

Orofarings

Pada bagian ini ada epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk yang terletak di
belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah. Orofarings akan dilanjutkan sampai
bagian atas menjadi epitel mulut dan ke bawah ke epitel oesophagus. Pada bagian ini ada
tonsila palatina yang sering meradang dan disebut tonsilitis.

Laringofarings

Epitel pada bagian ini bervariasi dan sebagian besar epitel berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk. Ia terletak di belakang farings.

Larings

Menghubungkan faring dan trakea. Bentuknya tidak beraturan dan terdiri dari epitel
torak bersilia bersel goblet kecuali pada plika vocalis berlapis gepeng. Ia berperan untuk
fonasi dan mencegah benda asing memasuki jalan nafas dengan adanya reflex batuk. Ia
mempunyai sembilan tulang rawan antaranya tiroid, krikoid, arytenoid, epiglottis, kuneiformis
dan kornikulata.6 Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran
pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian,
saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi
bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan.

Trakea
Tenggorokan atau trakea berupa pipa yang panjangnya 10 cm, terletak sebagian di
leher dan sebagian di rongga dada. Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin
tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Cincin-cincin ini dihubungkan oleh
jaringan penyambung padat fibroelastis dan retikulin yang disebut ligamentum anulare yang
mencegah lumen trakea dari meregang berlebihan.7 Silia pula berfungsi menyaring benda-
benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Bagian yang mengandung tulang rawan
disebut pars kartilagenia manakala yang mengandung otot disebut pars membranasea. Bagian
posterior terdapat banyak kelenjer dan rangsangan dari N. laringeus rekuren akan
menyebabkan kelenjer ini mengeluarkan sekretnya.

Trakea juga terdiri dari tiga lapisan yaitu :

1. Mukosa trakea : epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Lamina basalis agak
tebal dan jelas manakala lamina propia mempunyai serat-serat elastin yang berjalan
longitudinalis yang membentuk membrane elastika interna.
2. Tunika submukosa : terdiri dari jaringan ikat jarang, lemak, kalenjer campur
( glandula trakealis) yang banyak di bagian posterior.
3.
Tunika adventisia : terdapat kelenjar campur. Jaringan fibroelastis yang berhubungan
dengan perikondrium sebelah luar pars kartilagenia.8

Bronkus dan bronkiolus

Bronkus primer atau ekstrapulmonal bercabang dan menghasilkan sederetan bronki


intrapulmonal yang lebih kecil. Bronki intrapulmonal mempunyai mukosa membentuk lipatan
longitudinal. Ia terdiri daripada epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Lamina propria
mempunyai jaringan ikat jarang, serat elastis dan muskulus polos spiral, noduli limfatisi dan
kalenjar bronkialis.9 Bronkus kecil terdiri dari epitel bertingkat torak bersilia namun bronkus
terkecil terdiri dari epitel selapis torak bersilia bersel goblet.

Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkiolus terdiri dari tulang


rawan. Lamina propria tipis, tiada kalenjar, noduli limfatisi, otot polos relatif banyak daripada
jaringan ikat, dan mempunyai serat elastin. Bronkiolus terbagi kepada bronkiolus terminalis
dan respiratorius. Bronkiolus terminalis terdiri daripada epitel selapis torak bersilia. Lamina
prorianya sangat tipis dan lapisan luarnya terdiri daripada serat kolagen, serat elastin,
pembuluh darah dan limfatik serta saraf.1 Bronkiolus respiratorius merupakan bagian
konduksi dari respirasi. Ia terdiri daripada epitel torak rendah atau selapis kubis. Lamina
propria mempunyai serat kolagen, serat elastin, otot polos terputus-putus.

Alveolus

Bagian terakhir dari perjalanan udara adalah di alveoli. Di sini terjadi pertukaran
oksigen dan karbon dioksida dari pembuluh darah kapiler dengan udara. Di sini terdapat serat
elastin yang akan melebar waktu inspirasi dan menciut pada waktu ekspirasi. Serat kolagen
pula adalah untuk mencegah regang yang berlebihan sehingga septum dan kapiller tidak
rusak. Pada dinding alveolus terdapat satu lubang kecil yang disebut stigma alveolaris atau
lamberts sunises atau porus kohn.2 Lubang ini penting jika berlaku penyumbatan di mana-
mana cabang bronkus atau bronkiolus kerana membenarkan udara mengalir dari alveolus ke
alveolus lain secara kolateral. Namun, ini juga menjadi jalan mudah untuk bakteria menyebar
contohnya pneumonia. Epitel di sini ialah epitel selapis gepeng yang tipis. Di antara sel
berikut ada sel alveol type II yang mensekresi surfaktan terdiri dari kompleks fosfolipoprotein
yang membantu pengembangan jaringan paru. Dapat juga ditemukan sel debu (dust cell) yang
bekerja memfagosit debu mikroorganisme dan benda asing yang terdapat dalam alveoli yang
ikut saat inspirasi.3

Mekanisme Pernapasan

Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan
tertidur sekalipun sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Menurut tempat
terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu pernapasan
luar dan pernapasan dalam. Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara
dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan
yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.

Udara yang masuk keluar dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara
dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih
besar maka udara akan masuk dan begitu juga sebaliknya.4 Pada keadaan istirahat (akhir
ekspirasi tenang) jaringan paru dan dinding dada pada kedudukan Resting End Expiratory
Level (REEL). Pada keadaan ini paru dalam keadaan tenang hasil resultant sifat paru yang
cenderung collapse dan dinding dada yang cenderung mengembang.
Faktor terpenting yang menyebabkan difusi gas adalah perbedaan tekanan parsiil gas
antara alveoli dan darah. Antara faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan proses difusi
adalah perbedaan tekanan parsiil gas dan tekanan dalam cairan, luas penampang lintang antar
gas muka-cairan, panjang jarak yang harus ditembus molekul-molekul gas dan daya larut gas.
Proses masuknya molekul gas ke dalam cairan adalah proses difusi. Proses inspirasi adalah
proses aktif (otot-otot inspirasi berkontraksi).5 Pada inspirasi tenang, otot utama berkontraksi
yaitu diafragma dan M. Interkostal eksternus. Pada inspirasi kuat, otot- otot inspirasi
tambahan turut berkontraksi termasuklah M. Sternokleidomastoideus dan M. Pektoralis
major.

Transport oksigen

Pengangkutan oksigen dari alveoli ke jaringan dilakukan oleh hemoglobin. Setiap sel
darah merah mengandung 250 juta molekul haemoglobin. Hemoglobin ini terdiri dari globin
dan gugus heme. Globin mempunyai 2 rantai alpha polipeptida dan 2 rantai beta polipeptida.
Gugus heme mengandung ion Fe (II).6 Setiap Fe(II) mengikat satu oksigen, dalam satu Hb
terdapat 4 Fe(II). Secara fisika, oksigen larut dalam plasma sedikit. Oksigen mayoriti
berdifusi dalam sel darah merah dan mengikat dengan Hb menjadi oksihemoglobin. Di
jaringan, apabila parsil gas oksigen rendah dari di kapiler darah maka Hb melepaskan oksigen
dan menjadi deoksihemoglobin. Reduced Hb berwarna merah gelap manakala oksiHb merah
terang.7

Hb + O2 HbO2
Reduced Hb Oxy-Hb

Transport karbon dioksida


Gambar 2. Transport Karbon Dioksida

Sumber : pelajaranilmu.blogspot.com

Gas karbon dioksida lebih larut berbanding oksigen kerana daya larutnya lebih besar.
Karbon dioksida diangkut dari jaringan ke paru. Karbon dioksida boleh diangkut dengan
empat cara yaitu dengan plasma, dengan Hb, membentuk asam karbonat atau dalam bentuk
ion bikarbonat dalam plasma. Karbon dikosida yang larut melalui plasma hanya 6%,
membentuk asam karbonat 4% , terikat dengan Hb menjadi karbaminohemoglobin 20%, dan
membentuk ion bikarbonat 70%.8

Dalam ikatan karbamino (dengan protein atau Hb)

CO2 akan berikatan dengan NH2-valine pada rantai beta Hb, 2,3DPG juga berikatan dengan
NH- valine. Maka CO2 akan bersaing untuk berikatan denga Hb. Menurut efek Haldane
pengikatan O2 pada Hb akan mengusir CO2 (pelepasan CO2 dari ikatannya sebagai
karbamino-Hb). Efek Haldane secara kuantitatif dapat meningkatkan transport CO2 lebih
penting dari efek Bohr dalam meningkatkan transport oksigen. Efek Haldane merupakan
akibat dari oxy-Hb lebih asam dari reduced Hb.9 Ini karena sewaktu oksigenasi hb menjadi
HbO2 meningkatkan pelepasan proton (H+) dari mol Hb. Seterusnya H+ akan berikatan HCO3-
membentuk H2CO3 yang kemudian akan dipecah menjadi CO2 dan H2O oleh Carbonic
Anhydrase.

Dalam bentuk gugus ion bikarbonat (HCO3-) dalam plasma

CO2 + H2O C.A H2CO3 H+ + HCO3 -

CO2 yang masuk ke dalam plasma akan masuk ke dalam eritrosit (ada enzim
anhydrase karbonat, CA) dan diubah menjadi H2CO3 yang kemudian terionisasi H+ +
HCO3-.
H+ pula akan diikat oleh KHb HHb + K+ . HCO3- akan keluar dari eritrosit masuk
ke plasma dan sebagai gantinya, Cl- dari plasma masuk ke eritrosit (Chloride Shift) dan
mengimbangi pengeluaran ion bikarbonat dari sel.
Gangguan terhadap pengangkutan CO2 dapat mengakibatkan munculnya gejala
asidosis karena turunnya kadar basa dalam darah. Hal tersebut dapat disebabkan karena
keadaan Pneumoni. Sebaliknya apabila terjadi akumulasi garam basa dalam darah maka
muncul gejala alkalosis.1

Keseimbangan Asam Basa

Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan


pH yang sangat kecil pun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ. Tubuh
menggunakan tiga mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah yaitu
kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia.2 Ginjal
memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya
berlangsung selama beberapa hari. Yang kedua adalah tubuh menggunakan penyangga pH
(buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba
dalam pH darah. Penyangga pH yang paling penting dalam darah adalah bikarbonat. Jika
lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak
bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam
aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbon dioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
Dan yang ketiga adalah pembuangan karbon dioksida.3 Karbon dioksida adalah hasil
tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel.
Darah membawa karbon dioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut
dikeluarkan.

Menurut Bronsted, asam adalah substansi yang di dalam larutan akan melepaskan ion
H (donor proton), sedangkan basa adalah substansi yang mampu mengikat ion H (akseptor
proton). pH darah arteri normal rata-rata adalah 7,4. Walaupun saat metabolisme sel, selalu
terbentuk produk asam yang akan dilepaskan ke dalam darah, pH tubuh selalu dipertahankan
normal. Hal ini penting, kerena semua enzim yang terlibat dalam aktivitas metabolisme dalam
tubuh bergantung pada pH.4 Faktor-faktor yang berperan dalam mempertahankan pH darah
yang konstan adalah buffer dalam darah, pertukaran gas dalam paru dan mekanisme ekskresi
oleh ginjal.

Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan


dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat,
kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika pernafasan
menurun, kadar karbon dioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam.
Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru
mampu mengatur pH darah menit demi menit. Adanya kelainan pada satu atau lebih
mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa menyebabkan salah satu dari dua kelainan utama
dalam keseimbangan asam basa yaitu asidosis atau alkalosis.5

Asidosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung asam dan
sering menyebabkan menurunnya pH darah. Alkalosis adalah suatu keadaan pada saat darah
terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang
menyebabkan meningkatnya pH darah.6 Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu
penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari sejumlah penyakit. Terjadinya asidosis dan
alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah metabolisme yang serius. Asidosis
dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung kepada
penyebab utamanya. Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh
ketidakseimbangan dalam pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal. Asidosis
respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau
kelainan pernafasan.7

Kesimpulan

Sistem respirasi berfungsi untuk menyediakan permukaan untuk pertukaran gas antara
udara dan sistem aliran darah. Saluran pernapasan sebagai jalur untuk keluar masuknya udara
dari luar ke paru-paru. Selain itu ia sebagai sumber produksi suara termasuk untuk berbicara,
menyanyi, dan bentuk komunikasi lainnya. Gangguan atau kelainan pada sistem ini dapat
mempengaruhi sistem lain juga. Proses pernafasan ini akan berjalan dengan sangat lancar
apabila tidak ada hambatan seperti misalnya batuk dan pilek. Jika mengalami batuk pilek
maka penyaluran oksigen ke paru-paru pun akan berkurang sehingga akan berkurang volume
tidalnya, kapasitas dan volume parunya pun akan berkurang dan menyebabkan sistem
pernafasan menjadi terganggu sehingga anak tersebut mengalami sesak nafas.

Daftar Pusaka

1. Kennelly PJ, Rodwell VW, Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper.
Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.h.44-9.
2. Gunardi S. Anatomi sistem pernapasan manusia. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2009.h.2-3.
3. Sherwood L. Human physiology from cells to system. 6th ed. Belmont : USA ; 2007.
4. Dorlands illustrated medical dictionary. 32nd ed. United States: Elsevier Saunders;
2012.h.547.
5. Moore KL, Dalley AF. Clinically oriented anatomy. 5th ed. United States: Lippincott
Williams & Wilkins: 2006. p.1124-55.
6. Bloom, Fawcett.Buku Ajar Histologi. Edisi 12. Jakarta: EGC. h. 29-33
7. Barret KB, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Ganongs review of medical
physiological. 23rd ed. Singapore: McGraw-Hill companies; 2010.
8. Anthony LM. Junquieras basic histology text & atlas. 12th ed. Singapore: Mc Graw
Hill; 2010.h.140-66.
9. Daries A, Moores C. The respiratory system. Basic science and clinical conditions.
Philadelphia: Chuchill Livingstone; 2003.p.11-25, 45-51.

Вам также может понравиться