Вы находитесь на странице: 1из 14

Case Based Discussion

Laringitis Akut
Diajukan untuk Melengkapi Tugas Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher

(THT KL)

Disusun oleh :

Puput Praharani Dewi

30101206705

Pembimbing:

dr. Budi Wiranto, Sp. THT KL

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTANAGUNG

SEMARANG

2017
LEMBAR PENGESAHAN

Case Based Discussiom

Laringitis Akut
Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas
Kepaniteraan Klinik Departemen THT Rumah Sakit Tk.II
dr. Soedjono Magelang

Oleh :

Puput Praharani Dewi

30101206705

Magelang, Juli 2017

Telah dibimbing dan disahkan oleh,

Pembimbing,

(dr. Budi Wiranto, Sp.THT-KL )


BAB I

PENDAHULUAN

Laringitis akut pada umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis akut


(Common cold) atau merupakan manifestasi dari radang saluran nafas bagian atas.
Pada anak laryngitis akut dapat menimbulkan sumbatan saluran jalan nafas,
sedangkan pada orang dewasa tidak secepat pada anak.1,2,3
Biasanya laryngitis akut menyerang pada individu yang berusia 18-40 tahun.
Anak-anak tidak termasuk dalam kategori studi tersebut, dan termasuk dalam
observasi laryngitis akut dimana usianya 3 tahun dan diatsnya.1
Laringitis akut biasanya biasanya sembuh sendiri dan diobati dengan terapi
konservatif, morbiditas dan mortalitas tidak dapat diperhitungkan.pasien dengan
laringitis akut yang bersala dari etiologi infeksi daripada yang disebabkan oleh trauma
vocal pada akhirnya dapat melukai plika vokalis. Ketidaksempurnaan produksi suara
pada pasien dengan laringitis akut dapat diakibatkan oleh penggunaan kekuatan
aduksi yang besar atau tekanan untuk mengimbangi penutupan yang tidak sempurna
dari glottis selama episode laringitis akut. Tekanan ini selanjutnya menegangkan
lipatan-lipatan (plika) vocal dan mengurangi produsi suara. Pada akhirnya menunda
kembalinya fonasi normal.1
Laringitis akut memiliki onset yang cepat dan biasanya sembuh sendiri. Jika
pasien memiliki gejala laringitis lebih dari 3 minggu, keadaan ini diklasifikasikan
sebagai laringitis kronik. Etiologi larigitis akut dapat berupa penyalahgunaan suara,
pemaparan dengan agen yang berbahaya atau agen infeksius lainnya yang
menyebabkan infeksi traktus respirasi bagian atas. Agen infeksius paling banyak
adalah virus, akan tetapi kadang-kadang bakteri.4
Biasanya laringitis akut dapat sembuh spontan dalam beberapa hari. Serak
dapat menetap bila sekresi normal belum pulih. Beberapa pasien cenderung menderita
afonia fungsioal setelah laringitis akut. Pemeriksaan tindak lanjut menunjukkan laring
yang normal, akan tetapi hampir tanpa suara. Rujukan kepada ahli patologi suara akan
dapat mengatasi keadaan tersebut.4
Dari Penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk membahas laporan kasus
yang berjudul Laringitis Akut.
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Definisi

Laringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh virus dan bakteri
yang berlangsung kurang dari 3 minggu dan pada umumnya disebabkan oleh infeksi
virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus.
Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus
pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae. 2,3
Biasanya laringitis akut merupakan suatu fase infeksi virus pada saluran nafas atas yang
dapat sembuh sendiri, factor prediposisi dapat berupa rhinitis kronik, penyalah gunaan
alcohol, tembakau serta pemakaian suara yang berlebihan.5

2.2. Etiologi

Penyakit ini sering disebabkan oleh virus. Biasanya merupakan perluasan


radang saluran nafas bagian atas oleh karena bakteri Haemophilus Influenzae,
Staphylococcus, streptococcus, atau pneumococcus. Timbulnya penyakit ini sering
dihubungkan dengan perubahan cuaca atau suhu, gizi yang kurang/malnutrisi,
imunisasi yang tidak lengkap dan pemakaian suara yang berlebihan.1,3,4

Infeksi : Infeksi virus dari Gastroesophageal refluks Evironmental insults


saluran pernafasan atas disease (Polusi)

Vocal trauma Konsumsi alcohol Alergi


berlebihan

Penggunaan suara Iritasi bahan kimia atau


berlebihan bahan lainnya

Tabel 1: Etiologi Laringitis akut

2.3. Anatomi dan Fisiologi

2.3.1. Anatomi

Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas. Berikut
ini akan ditampilkan laring secara anatomi.

Gambar 1. Anatomi laring6

Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrisik.


Otot ekstinsik bekerja pada laring secara keseluruhan yang terdiri dari otot
ekstrinsik suprahioid (m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid)
yang berfungsi menarik laring ke atas. otot ekstinsik infrahioid (m.sternihioid,
m.omohioid, m.tirohioid). Otot intrisik laring menyebabkan gerakan antara berbagai
struktur laring sendiri, seperti otot vokalis dan tiroaritenoid yang membentuk
tonjolan pada korda vokalis dan berperan dalam membentuk teganngan korda
vokalis, otot krikotiroid berfungsi menarik kartilago tiroid kedepan, meregang dan
menegangkan korda vokalis.7
Laring disarafi oleh cabang-cabang nervus vagus yakni nervus laringeus
superior dan nervus laringeus inferior (n.laringeus rekurens). Kedua saraf ini
merupakan campuran saraf motorik dan sensorik. Perdarahan pada laring terdiri
dari dua cabang yakni arteri laringeus superior dan ateri laringeus inferior yang
kemudian akan bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.2,3

2.3.2. Fisiologi

Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi,


sirkulasi, menelan, emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk
mencegah agar makanan dan benda asing masuk kedalam trakea dengan jalan
menutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing yang
telah masuk ke dalam trakea dan sekret yang berasal dari paru juga dapat
dikeluarkan lewat reflek batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur mengatur
besar kecilnya rima glotis. Dengan terjadinya perubahan tekanan udara maka
didalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah tubuh.
Oleh karena itu laring juga mempunyai fungsi sebagai alat pengatur sirkulasi darah.
Fungsi laring dalam proses menelan mempunyai tiga mekanisme yaitu gerakan
laring bagian bawah keatas, menutup aditus laringeus, serta mendorong bolus
makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring. Laring
mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak, mengeluh,
menangis dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi dengan
membuat suara serta mementukan tinggi rendahnya nada.7

2.4. Patofisiologi

Laringitis akut merupakan inflamasi dari mukosa laring dan pita suara yang
berlangsung kurang dari 3 minggu. Parainfluenza virus, yang merupakan penyebab
terbanyak dari laringitis, masuk melalui inhalasi dan menginfeksi sel dari epitelium
saluran nafas lokal yang bersilia, ditandai dengan edema dari lamina propria,
submukosa, dan adventitia, diikuti dengan infitrasi selular dengan histosit, limfosit, sel
plasma dan lekosit polimorfonuklear (PMN). Terjadi pembengkakan dan kemerahan dari
saluran nafas yang terlibat, kebanyakan ditemukan pada dinding lateral dari trakea
dibawah pita suara. Karena trakea subglotis dikelilingi oleh kartilago krikoid, maka
pembengkakan terjadi pada lumen saluran nafas dalam, menjadikannya sempit, bahkan
sampai hanya sebuah celah. Membran pelindung plika vokalis biasanya merah dan
membengkak. Puncak terendah pada pasien dengan laringitis berasal dari penebalan
yang tidak beraturan sepanjang seluruh plika vokalis. Beberapa penulis percaya bahwa
plika vokalis mengeras daripada menebal. Pengobatan konservatif seperti yang
disebutkan sebelumnya biasanya cukup mengatasi inflamasi laring dan mengembalikan
aktivitas vibrasi plika vokalis.1

2.5. Gejala Klinis

Pada laringitis akut ini terdapat gejala radang umum, seperti demam, malaise,
gejala rinofaringitis. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien
sebagai suara yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih
rendah dari suara yang biasa / normal dimana terjadi gangguan getaran serta
ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan
suara menjada parau bahkan sampai tidak bersuara sama sekali (afoni).8

1. Sesak nafas dan stridor


2. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menelan atau berbicara.

3. Gejala radang umum seperti demam, malaise

4. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental

5. Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan,
sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan temperatur
yang tidak mengalami peningkatan dari 38 derajat celsius.

6. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan
hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu yang sangat berarti
yakni lebih dari 38 derajat celsius, dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan
nyeri diseluruh tubuh.10

2.6. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang.

Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan suara yang serak, coryza, faring yang
meradang dan frekuensi pernafasan dan denyut jantung yang meningkat, disertai
pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal, infrasternal dan intercostal serta
stridor yang terus menerus, dan anak bisa sampai megap-megap (air hunger). Bila
terjadi sumbatan total jalan nafas maka akan didapatkan hipoksia dan saturasi oksigen
yang rendah. Bila hipoksia terjadi, anak akan menjadi gelisah dan tidak dapat
beristirahat, atau dapat menjadi penurunan kesadaran atau sianosis. Dan kegelisahan
dan tangisan dari anak dapat memperburuk stridor akibat dari penekanan dinamik dari
saluran nafas yang tersumbat. Dari penelitian didapatkan bahwa frekuensi pernafasan
merupakan petunjuk yang paling baik untuk keadaan hipoksemia. Pada auskultasi suara
pernafasan dapat normal tanpa suara tambahan kecuali perambatan dari stridor.
Kadang-kadang dapat ditemukan mengi yang menandakan penyempitan yang parah,
bronkitis, atau kemungkinan asma yang sudah ada sebelumnya.2

2.6.1. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan dengan laringoskop direk atau indirek dapat membantu menegakkan


diagnosis. Dari pemeriksaan ini plika vokalis berwarna merah dan tampak edema
terutama dibagian atas dan bawah glottis.

Sebetulnya pemeriksaan rontagen leher tidak berperan dalam penentuan


diagnosis, tetapi dapat ditemukan gambaran staplle sign (penyempitan dari supraglotis)
Foto rontgen leher AP bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign).
Tanda ini ditemukan pada 50% kasus pada foto AP dan penyempitan subglotis pada
foto lateral, walaupun kadang gambaran tersebut tidak didapatkan. Pemeriksaan
laboratorium tidak diperlukan, kecuali didapatkan eksudat di orofaring atau plika suara,
pemeriksaan kultur dapat dilakukan.Dari darah didapatkan lekositosis ringan dan
limfositosis.1

2.7. Penatalaksanaan

Umumnya penderita penyakit ini tidak perlu masuk rumah sakit, namun ada
indikasi masuk rumah sakit apabila :

Usia penderita dibawah 3 tahun


Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted

Diagnosis penderita masih belum jelas

Perawatan dirumah kurang memadai

Perawatan Umum

1. Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari

2. Jika pasien sesak dapat diberikan O2 2 l/ menit

3. Menghirup uap hangat dan dapat ditetesi minyak atsiri / minyak mint bila ada muncul
sumbatan dihidung atau penggunaan larutan garam fisiologis (saline 0,9 %) yang
dikemas dalam bentuk semprotan hidung atau nasal spray

Perawatan Khusus

Terapi Medikamentosa

1. Antibiotik golongan penisilin

Anak 50 mg/kg BB dibagi dalam 3 dosis

Dewasa 3 x 500 mg perhari.3

Menurut Reveiz L, Cardona AF, Ospina EG dari hasil penelitiannya menjelaskan dari
penggunaan penisilin V dan eritromisin pada 100 psien didapatkan antibiotic yang lebih
baik yaitu eritromisin karena dapat mengurangi suara serak dalamsatu minggu dan
batuk yang sudah dua minggu.10

2. Kortikosteroid diberikan untuk mengatasi edema laring.1

Pencegahan :

Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan membuat tenggorokan
kering dan mengakibatkan iritasi pada pita suara, minum banyak air karena cairan akan
membantu menjaga agar lendir yang terdapat pada tenggorokan tidak terlalu banyak
dan mudah untuk dibersihkan, batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah
tenggorokan kering. jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan karena
berdehem akan menyebabkan terjadinya vibrasi abnormal pada pita suara,
meningkatkan pembengkakan dan berdehem juga akan menyebabkan tenggorokan
memproduksi lebih banyak lendir.8

2.8. Prognosis

Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya
selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini
dapat menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan
obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal.8
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien


Nama : Tn. H
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Muslim
Alamat : Jl. Kaligintung RT 04/14 Kalinegara
Tanggal Pemeriksaan : 8 Juli 2017

3.2. Anamnesis (autoanamnesis, tanggal 8 juli 2017)


Keluhan Utama: suara serak

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang dengan keluhan suara serak kurang lebih sejak 2 hari
yang lalu. Keluhan diawali karena pasien baru saja menonton konser band,
selama konser berlangsung pasien sering ikut benyanyi bersama sambil
brteriak-teriak dengan penonton lainnya. Keesokan paginya pasien
mengeluhkan suaranya serak sepanjang hari, serta batuk tidak berdahak.
pasien sudah mengkonsumsi permen pelega tenggorokan namun keluhan tidak
membaik. Pasien juga merasakan nyeri saat berbicara. Pasien merasa
badannya meriang dan demam. Nyeri menelan disangkal, pilek, nyeri dibagian
wajah, serta sesak napas disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Riwayat suara serak berulang : disangkal
Riwayat nyeri telan : disangkal
Riwayat gigi berlubang : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
Riwayat operasi THT : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama
dengan pasien.
Riwayat penyakit THT dalam keluarga pasien juga disangkal oleh pasien.

Riwayat Pribadi dan Sosial:


Riwayat merokok : diakui
Riwayat konsumsi alkohol : disangkal
Biaya pengobatan menggunakan BPJS, kesan ekonomi cukup

3.3 Pemeriksaan Fisik (08 Juli 2017)


Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis


Berat badan : 50 kg
Tinggi Badan : 155 cm
Status Gizi : BMI 20.4 (normoweight)
2.3.1. Tanda vital
TD : 148/82
Nadi : 74 x/menit
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 38C
2.3.2. Kepala dan Leher
Kepala : Normocephal
Wajah : Simetris
Leher anterior : tidak ada pembesaran KGB
Leher posterior : tidak ada pembesaran KGB
2.3.3. Gigi dan Mulut :
Gigi geligi : tumbuh tidak beraturan
Lidah : bentuk normal, kotor (-) seperti peta (-), tremor (-)
Pipi : bengkak (-)

Status THT
Telinga
Dextra Sinistra
Aurikula Bentuk normal Bentuk normal
Nyeri tarik (-) Nyeri tarik (-)
Oedem (-) Oedem (-)
Preaurikula Tragus pain (-) Tragus pain (-)
Oedem (-) Oedem (-)
Retroaurikula Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Oedem (-) Oedem (-)
Mastoid Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Oedem (-) Oedem (-)
CAE Discharge (-) Discharge (-)

Serumen (-) Serumen (-)


Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Corpus alienum (-) Corpus alienum (-)

Membran Timpani
Dextra Sinistra
Perforasi (-) (-)
Cone of light (+) anteroinferior (+) anteroinferior
Warna Putih keabu-abuan mengkilat Putih keabu-abuan
seperti mutiara mengkilat seperti mutiara
Bentuk Cekung Cekung

2.3.3.1. Pemeriksaan hidung

Luar: Dextra Sinistra


Inspeksi
Bentuk Tidak ada deformitas Tidak ada deformitas
Inflamasi/tumor Eritem (-) bengkak (-) Eritem (-) bengkak (-)
Palpasi
Krepitasi (-) (-)
Nyeri tekan/ ketok (-) (-)
sinus

Pemeriksaan hidung Dextra Sinistra


Hidung Bentuk normal Bentuk normal
Sekret Mukoserous Mukoserous
Mukosa konka media Hiperemis(-), hipertrofi (-) Hiperemis(-), hipertrofi(-)

Mukosa konka Hiperemis(-), hipertrofi (-) Hiperemis(-), hipertrofi(-)


inferior
Meatus media Hiperemis(-), hipertrofi (-) Hiperemis(-), hipertrofi(-)

Meatus inferior Hiperemis(-), hipertrofi (-) Hiperemis(-), hipertrofi(-)

Septum Deviasi (-)


Massa (-) (-)

Mulut dan Tenggorok

Pemeriksaan kanan kiri


Arcus Faring Warna merah muda, hiperemis (-), oedem (-)
Uvula Warna merah muda, berada di garis median
Hiperemis (-/-), ukuran T0/T0, detritus (-/-) , kripte
Tonsil
melebar(-/-)
Dinding posterior
Hiperemis (-), granulasi (-), post nasal drip (-)
orofaring
Laring
Hiperemis (+), oedem (+), massa/ nodul (-), oedem
(Laringoskopi
diatas & bawah plica vocalis (+)
indirek)

3.4. Resume
Pasien datang dengan keluhan suara serak kurang lebih sejak 2 hari
yang lalu. Keluhan diawali karena pasien baru saja menonton konser band,
selama konser berlangsung pasien sering ikut benyanyi bersama sambil
brteriak-teriak dengan penonton lainnya. Keesokan paginya pasien
mengeluhkan suaranya serak sepanjang hari, pasien sudah mengkonsumsi
permen pelega tenggorokan namun keluhan tidak membaik. Pasien juga
merasakan nyeri saat berbicara dan batuk tidak berdahak. Pasien merasa
badannya meriang dan demam. Nyeri menelan dan pilek disangkal, nyeri
dibagian wajah disangkal oleh pasien. Pada anamnesa dan pemeriksaan fisik
dengan laringoskopi indirek didapatkan adanya gejala oedem dan hiperemis
pada mukosa laring yang menyebabkan keluhan suara serak dan sakit saat
berbicara
3.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah lengkap
Pemeriksaan radiologi leher AP lateral
Pemeriksaan teleskop laring
Pemeriksaan Stroboskop

DIAGNOSIS SEMENTARA
Laringitis akut

2.1. DIAGNOSIS BANDING


Laringitis akut

Epiglotitis akut

2.2. Penatalaksanaan
2.7.1. Medikamentosa
Cefixime 100 mg XLII, S2dd caps I
Dexamethason 5 mg XXX, S3dd tab 1
Dextrometorphan 30 mg XL, s3dd tab 1
Paracetamol 500 mg, XXI, S3dd tab 1 prn

2.7.2. Non Medikamentosa


Menganjurkan pasien untuk beristirahat dan tidak banyak bicara 2-3 hari
Menganjurkan untuk banyak minum air putih
Menganjurkan pasien untuk menjauhi factor pemicu
Makan makanan bergizi dan hindari goring-gorengan dan makanan berminyak
Kontrol ke poliklinik THT jika suara serak menetap selama lebih dari 2
minggu

Prognosis
Ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN

Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan :
disfonia (+)
nyeri saat berbicara (+)
batuk kering (+)
demam (+)
malaise (+)
vocal abuse (+)
merokok (+)
Tn. H, 23 Pasien datang dengan keluhan suara serak kurang lebih sejak
2 hari yang lalu. Keluhan diawali karena pasien baru saja menonton konser
band, selama konser berlangsung pasien sering ikut benyanyi bersama sambil
brteriak-teriak dengan penonton lainnya. Keesokan paginya pasien
mengeluhkan suaranya serak sepanjang hari, pasien sudah mengkonsumsi
permen pelega tenggorokan namun keluhan tidak membaik. Pasien juga
merasakan nyeri saat berbicara dan batuk tidak berdahak. Pasien merasa
badannya meriang dan demam. Nyeri menelan disangkal, batuk dan pilek,
nyeri dibagian wajah disangkal oleh pasien.
Keluhan serak tersebut dapat dikarenakan adanya infeksi. Anamnesis dilakukan
untuk mencari etiologi, factor risiko dan komplikasi. Dari anamnesis didapatkan
suara serak, sakit saat berbicara, demam, malaise, batuk kering dan riwayat vocal
abuse dan merokok. Lalu ditegakkan diagnosis Banding Laringitis akut dan
Epiglotitis akut

Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :

Laring Hiperemis (+), oedem (+), massa/ nodul (-), oedem diatas & bawah
plica vocalis (+), dan suhu 38 c
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik akhirnya ditegakkan
diagnosis laringitis akut. Oleh karena itu dapat diberikan edukasi pada pasien untuk
tidak banyak bicara selama 2-3 hari, Selain itu pasien dianjurkan untuk banyak
minum air putih dan menghindari faktor pemicu.
Untuk terapi medikamentosa pada pasien ini dapat diberikan obat antibiotik
(cefixime capsul 100mg). Dan dapat diberikan antiinflamasi (Dexametasone tab 5
mg, dan antitusif berupa Dextromethorphan tab 15 mg dan paracetamol tab 500 mg
untuk menurunkan demam jika diperlukan.

Вам также может понравиться