Вы находитесь на странице: 1из 4

Kerajaan Kerajaan Maritim Nusantara

I. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan sriwijaya di dirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa. Ibu kota kerajaannya dibangun di
wilayah delta Sungai Kampar. Puncak kejayaan Sriwijaya adalah sekitar abad ke-9 antara tahun
833-836 Masehi. Pada masa pemerintahan Balaputradewa yang memiliki orientasi
pembangunan ekonomi maritime dan menguasai perdagangan di selat Malaka bahkan Asia
Tenggara dan juga telah mampu membuka jalur perdagangan dengan Cina dan India. Setelah
runtuhnya kerajaan Fu Nan di Champa(Kamboja) Wilayah kekuasaan Sriwijaya meliputi
sebagian besar wilayah Barat Nusantara dan ibukota pemerintahannya di sekitar Palembang
Sumatera Selatan.

Kerajaan Sriwijaya terdiri atas tiga zona utama, yaitu (1) Daerah Ibukota yang berpusat di
Palembang, (2) lembah sungai Musi yang berfungsi sebagai daerah pendukung, dan (3) daerah-
daerah muara saingan yang mampu menjadi pusat kekuasaan saingan.

Perpindahan penduduk pada era Sriwijaya tidak hanya dari pedalaman ke delta. Belakangan
diketahui perpindahan penduduk Sriwijaya bahkan sampai ke pantai timur Benua Afrika.
Perempuan-perempuan Nusantara itu meninjakkan kaki di bumi Madagaskar, sejak 1200
tahun yang lalu. Mereka dating bersama para laki-laki pelaut dari kerajaan Sriwijaya. Dari
merekalah lahirlah orang-orang Malagasi, penduduk asli Madagaskar(Larasati Ariadne Anwar :
2005-2012)

Untuk menjaga perairanynya, Sriwijaya melakukan ekspedisi-ekspedisi militer agar negeri-


negeri lain mematuhi politik dagangnya. Jika ada kapal dagang yang mencoba menghindari
pungutan akan dikejar oleh armada laut Sriwijaya. Berdasarkan arsip Dinasti Sung, Reynold
Sumaiku memngungkapkan Di selat Malaka, kapal-kapal dagang kerap menghindari pungutan
pajak dengan cara berlayar selaju-lajunya. Namun usaha ini kerap gagal.

Menjelang akhir abad ketujuh, Budhisme di Sriwijaya berkembang pesat. Di kota Sriwijaya yang
dikelilingi tembok terdapat lebih dari seribu biksu yang menekuni pengkajian naskah agama dan
amal baik.

Faktor-faktor yang mendorong Sriwijaya tumbuh mejadi kerajaan maritim yang cukup besar adalah seperti
berikut ini :
1. Palembang terletak di muara Sungai Musi. Di hadapannya terdapat pulau-pulau yang menjadi
pelindung pelabuhan, sehingga baik sekali sebagai pusat perdagangan.
2. Letaknya strategis di tepi jalur perdagangan nasional maupun internasional. Jalan dagang Indonesia
bagian barat ke Indonesia bagian timur. Secara internasional terletak pada jalur perdagangan antara
India dan Cina.
3. Runtuhnya Kerajaan Funan di Vietnam Selatan memberi kesempatan besar bagi Sriwijaya untuk
mengembangkan kekuasaannya di laut, terutama Asia Tenggara.
4. Sriwijaya mempunyai kemampuan melindungi pelayaran dan perdagangan,karena memiliki armada
laut yaang kuat dan tangguh.

Karena didukung faktor-faktor di atas,berkembanglah Sriwijaya menjadi kerajaan maritim yang besar. Sriwijaya
berhasil menguasai daerah di sekitarnya, bahkan sampai ke daerah Ligor (Thailand). Daerah-daerah yang
dikuasai antara lain: Tulangbawang, Kedah, Pulau Bangka, Jambi, Kra,Jawa Tengah, Tanjung pura, Lampung,
dan daerah-daerah lain. Karena wilayahnya yang sangat luas dan menguasai lautan, Sriwijaya disebut sebagai
kerajaan bertaraf nasional pertama.

Negara maritim adalah suatu negara yang lebih mengutamakan bidang perdagangan dan pelayaran. Negara
maritim didukung armada laut yang kuat guna melindungi pelayaran dan perdagangannya. Letak Sriwijaya
yang sangat strategis menyebabkan banyak pedagang dari luar negeri singgah di pelabuhannya, seperti India,
Persia, Birma, Filipina, dan Cina.

Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami kemunduran pada abad ke 13M. Kemunduran ini terjadi karena adanya
beberapa faktor, di antaranya adalah faktor alam, ekonomi, politik, dan militer.

1. Faktor Alam
Ditinjau dari faktor alam, Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran karena kota Palembang semakin
jauh dari laut. Hal tersebut terjadi karena adanya pengendapan lumpur yang dibawa oleh Sungai Musi
dan sungai lainnya. Hal ini menyebabkan kapal-kapal dagang yang datang ke Palembang semakin
berkurang.
2. Faktor Ekonomi
Ditinjau dari faktor ekonomi, kota Palembang yang semakin jauh dari laut menjadi tidak strategis lagi.
Karena tidak banyak kapal dagang yang singgah, sehingga kegiatan perdagangannya menjadi
berkurang. Akibatnya pajak sebagai sumber pendapatan semakin berkurang. Hal ini memperlemah
posisi Sriwijaya.
3. Faktor Politik
Perekonomian Sriwijaya yang semakin lemah itu menyebabkan Sriwijaya tidak mampu lagi
mengontrol daerah kekuasaannya. Akibatnya, daerah-daerah bawahannya berusaha untuk
melepaskan diri.
4. Faktor Militer
Dalam segi militer, kemunduran Sriwijaya disebabkan adanya serangan militer dari kerajaan lain
antaranya sebagai berikut :
a. Adanya serangan Dharmawangsa pada tahun 992M.
b. Adanya serangan dari Kerajaan Colamandala yang berlangsung tiga kali,yaitu pada tahun 1023M,
1030M, dan 1068M.
c. Pada masa pemerintahan Raja Kertanegara, Kerajaan Singasari menduduki Melayu.
d. Pendudukan oleh Majapahit sekitar tahun 1377M.. Akibat beberapa serangan tersebut,
berakhirlah peranan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim sekaligus sebagai kerajaaan yang bertaraf
nasional pertama.

II. Kerajaan Majapahit


Majapahit merupakan kelanjutan dari Kerajaan Singasari. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan terkaya
dan mempunyai jumlah perahu dan kapal terbesar di dunia. Namun juga merujuk kitab-kitab musuh
Majapahit misalnya Kidung Sundayana, Hikayat Banjar, Hikayat Raja-raja Pasai, Sejarah Melayu, Hikayat
Hang Tuah dan sebagainya. Dari situ, terungkaplah berapa jumlah kapal milik Majapahit yang sekitar 2800
perahu/kapal ( minimal ), kerajaan Makasar 200 kapal, kerajaan Siam 100 kapal, kerajaan Cina 100 kapal,
kerajaan Portugis 43 kapal.

Kekuatan maritime Majapahit memungkin untuk melakukan ekspansi wilayah ke Nusantara yang
kemudian menjadi cikal bakal berdirinya Indonesia. Ekspansi wilayah dimulai pada masa raja ketiga yaitu
Tribhuwana Tungga Dewi Jaya Wisyhu Wardhani (1328-1350) dan dilanjutkan putranya Hayam Wuruk
(1350-1389). Motor penggerak penguasaan wilayah adalah Mahapatih Gadjah Mada yang bercita-cita
menaklukkan Nusantara dengan Sumpah Palapa.

KerajaanMajapahit berkembang bukan hanya dari basis ekonomi pertanian namun juga
pengembangan kegiatan pelayaran dan perdagangan sebagai sebuah negara maritim. Perdagangan laut itu
bukan hanya dilakukan antara satu daerah dengan daerah lain di Nusantara, tetapi juga perdagangan
internasional dengan kawasan yang lebih luas. Pigeaud berpendapat bahwa barang-barang impor telah dikenal
oleh masyarakat Majapahit hingga pedalaman seperti tekstil dari India dan barang-barang dari Cina seperti
mata uang,barang-barang pecah belah dan batu mulia.

Chao Ju-Kua memberikan kesaksian bahwa komoditas Cina yang dibeli oleh para pedagang Jawa
mencakup emas, perak, sutera, pernis, dan porselin. Begitu berkembangnya daya beli para pedagang Jawa
sehingga menyebabkan Kekaisaran Cina pernah melarang perdagangan dengan Jawa karena menyebabkan
terjadinya penyedotan mata uang Cina ke Jawa melalui perdagangan rempah-rempah, khususnya lada. Perlu
diingat bahwa Tome Pires yang berkunjung di pelabuhan-pelabuhan di Jawa pada awal abad XVI
mendengarkan dengan telinganya sendiri bahwa kebesaran Majapahit sudah beredar di kalangan banyak
orang pada waktu itu. Ia mengatakan bahwa: They say that the island of Java used to rule as far as the
Moluccas (Maluco) on theeastern side and (over) a great part of the west; and that it had almost all this for a
longtime past until about a hundred years ago, when its power began to diminish until it came to its present
state. Kemunduran Majapahit sebagai akibat dari perebutan kekuasaan di antara keluarga kraton
mengakibatkan ketidakmampuannya untuk mengontrol daerah-daerah yang dikuasai sejalan
dengan berkembangnya agama Islam di pelabuhan-pelabuhan yang dikuasai Majapahit.

Вам также может понравиться