Вы находитесь на странице: 1из 19

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH MINIMUM,

INFLASI TERHADAP PENGANGGURAN


DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN/KOTA
PROVINSI KALIMANTAN BARAT

ARTIKEL ILMIAH

Disampaikan sebagai Salah Satu Syarat dalam Mencapai Gelar Magister Ekonomi (ME)
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura

Oleh

DESI SUSANTI
NIM : B61112050

PROGRAM MAGISTER ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH MINIMUM,
INFLASI TERHADAP PENGANGGURAN
DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN/KOTA
PROVINSI KALIMANTAN BARAT
Oleh : Desi Susanti (NIM : B61112050)
Program Magister Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Tanjungpura Pontianak 2017

ABSTRACT
Penelitian ini berjudulPengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum dan Inflasi Terhadap
Pengangguran dan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Barat . Tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh variabel independent yaitu pertumbuhan ekonomi, upah
minimum dan inflasi terhadap variabel intervening yaitu pengangguran dan variabel dependent yaitu
Kesejahteraan masyarakat di kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2010-2014.
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yaitu data pertumbuhan
ekonomi, upah Minimum, inflasi , pengangguran dan indeks pembangunan manusia di 14 kabupaten/kota
Provinsi Kalimantan Barat. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah Analisis Jalur (path
analysis). Pada dasarnya analisis jalur di sini adalah penggabungan dua persamaan regresi yang
terstruktur.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi, upah minimum, dan inflasi signifikan
berpengaruh secara langsung terhadap pengangguran dan memiliki pengaruh yang tidak signifikan secara
tidak langsung setelah melalui variabel intervening ke variabel dependent yaitu kesejahteraan masyarakat
dan pengaruh total pertumbuhan ekonomi dan pengangguran terhadap kesejahteraan berpengaruh positif,
sedangkan Upah minimum dan Inflasi berpengaruh negatif.
Kata Kunci : Pertumbuhan ekonomi,upah minimum, infalsi, pengangguran, Kesejahteraan masyarakat.

ABSTRACT
This study entitled "Effect of Economic Growth, Minimum Wages and Inflation Against
Unemployment and Welfare Society in the District/West Kalimantan Province." The purpose of this
research is to know the effect of independent variables namely economic growth, minimum wage and
inflation on an intervening variable that is unemployed and welfare dependent variable that communities
in the districts/cities in West Kalimantan 2010-2014.
Data used in this research is secondary data is data of economic growth, minimum wage, inflation,
unemployment and human development index in 14 districts / cities in West Kalimantan. The analytical
tool used in this research is the analysis Path (path analysis). Basically, path analysis here is the merger
of two regression equations are structured.
Research shows that economic growth, minimum wages, and inflation significant direct impact on
unemployment and have no significant effect indirectly after going through the intervening variables to
the dependent variable, namely the welfare of society and the total effect of economic growth and
unemployment in the welfare of positive influence, while minimum wages and inflation negative effect.
Keywords : Economic growth, minimum wage, inflation, unemployment, welfare society

1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu isu yanng sering dihadapi oleh setiap
negara khususnya negara berkembang seperti Indonesia. Permasalahan ketenagakerjaan yang
sering menjadi bahan topik bahasan dalam pembangunan dan penelitian adalah terjadinya
pengangguran. Hasil penelitian Internasional Labour Organization (ILO) di Indonesia
menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak diikuti oleh perluasan kesempatan
kerja. Berdasarkan data Sakernas (Survei Angkatan Kerja Nasional) yang dilakukan oleh BPS
tahun 2014 dalam laporan Kajian Ekonomi Regional Bank Indonesia Kalimantan Barat
(2014:77) melaporkan kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Kalimantan Barat adalah sebagai
berikut :
1. Jumlah penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) pertengahan tahun 2014 tercatat sebanyak
3.068 ribu orang, mengalami peningkatan 0,56% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya.
2. Terjadi penurunan jumlah angkatan kerja sebesar 3,78% dibandingkan tahun 2013 yang
tercatat sebanyak 2.140 ribu orang.
3. Rasio jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja atau Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) mengalami penurunan menjadi 69,75% pada tahun 2014.
4. Jumlah penduduk yang bekerja mengalami penurunan 4,71% dibandingkan 2013 yakni
berjumlah 2.054 ribu orang.
5. Tingkat Pengangguran Terbuka mengalami peningkatan menjadi 4,03% pada tahun 2014. Hal
tersebut dipengaruhi oleh adanya peningkatan yang cukup tinggi pada jumlah pengangguran
sebesar 25,63% dibandingkan akhir tahun 2013 menjadi 86.343 ribu orang.
Tingkat pengangguran terbuka di No Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014
1 Sambas 4,53 2,99 3,11 3,03 3,70
Provinsi Kalimantan Barat berfluktuasi 2 Bengkayang 3,21 3,32 3,30 2,30 3,74
dari tahun ke tahun dan tidak sama antar 3 Landak 4,61 3,18 4,80 3,24 3,43
4 Mempawah 7,80 3,35 4,67 5,66 5,57
daerah. Pada tabel 1.1 dapat dilihat sejak 5 Sanggau 3,62 3,27 1,39 0,78 3,25
tahun 2011 dan 2012 TPT menurun, 6 Ketapang 3,90 3,70 1,95 4,70 2,06
7 Sintang 2,35 3,38 2,05 2,24 3,06
namun mulai tahun 2013 dan meningkat 8 Kapuashulu 2,25 2,50 1,58 2,09 2,02
lagi dari 3,48 pada tahun 2012 menjadi 9 Sekadau 2,31 2,93 0,60 1,44 0,31
10 Melawi 1,30 3,08 2,90 3,99 2,46
4,03 pada tahun 2013 dan 4,04 pada tahun 11 Kayong Utara 4,29 2,56 6,96 4,66 4,08
2014. Secara angka mengalami penurunan 12 Kubu Raya 6,20 4,52 6,06 9,26 6,18
13 Kota Pontianak 7,79 7,26 5,35 6,12 7,05
setiap tahun. 14 Kota Singkawang 8,05 5,34 5,75 4,59 8,22
KalimantanBarat 4,62 3,88 3,48 4,03 4,04

Di sisi lain pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota cukup tinggi yang bervariasi antar
daerah, paling tinggi dalam 5 tahun terakhir adalah Kabupaten Kubu Raya (6,50%) dan
terendah adalah Kabupaten Mempawah (4,13%). Tingginya pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Kalimantan Barat tidak memberikan jaminan terhadap pengurangan angka pengangguran,
bahkan pertumbuhan ekonomi yang tidak disertai oleh pemerataan akan membuat gap yang
semakin jauh antara golongan ekonomi tinggi dengan golongan masyarakat ekonomi bawah.
Namun demikian banyak kalangan mengakui bahwa pertumbuhan ekonomi menjadi alat ukur
untuk melihat seberapa besar tingkat keberhasilan pembangunan perekonomian dapat dicapai di
suatu daerah atau negara. Pertumbuhan ekonomi mempunyai kelemahan yakni kurang

2
mengindikasikan kesejahteraan secara horizontal.
Namun demikian menurut Bappenas dalam Sulistiawati (2012:199) bahwa :
kesejahteraan masyarakat diharapkan akan terwujud apabila pertumbuhan ekonomi yang
terus meningkat akan menciptakan lapangan kerja sehinggga dapat menyerap tenaga kerja lebih
banyak pada tingkat upah yang layak. Fakta yang ditemui adalah IPM secara nasional maupun
provinsi dan kabupaten/kota masih rendah, yaitu masih pada kategori Medium Human
developtment. Relatif rendahnya capaian IPM tersebut berarti telah terjadi masalah dalam
pelaksanaan pembangunan ekonomi. Dari fenomena ini penulis tertarik untuk melakukan
penelitian berjudul Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, dan Inflasi Terhadap
Pengangguran dan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Barat.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan diantaranya Kurniawan (2014) mengadakan
penelitian tentang pengaruh pertumbuhan ekonomi, upah minimum, dan investasi terhadap
pengangguran di Kabupaten Gresik. Hasilnya menyimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi
berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran, artinya setiap kenaikan pertumbuhan
ekonomi akan terjadi penurunan pengangguran. Kurniawan juga menyimpulkan bahwa upah
minimum berpengaruh positif terhadap jumlah pengangguran, artinya setiap kenaikan upah
minimum maka jumlah pengangguran malah meningkat.

1.2. Rumusan Permasalahan


Setelah memperhatikan uraian pada latar belakang bahwa kondisi pengangguran di
Provinsi Kalimantan Barat masih menjadi momok yang belum terselesaikan. Jumlah angka
pengangguran bervariasi antara daerah kabupaten/ kota, tingkat upah tidak sama antar
kabupaten/kota, begitu juga dengan pertumbuhan ekonomi. Dilihat trendnya jumlah
pengangguran mengalami penurunan untuk beberapa tahun, namun berfluktuasi pada tahun
lainnya dan pada daerah tertentu. Kita ketahui juga bahwa tujuan pembangunan ekonomi adalah
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator kesejahteraan adalah IPM
(indeks pembangunan manusia) yang di dalamnya mengandung unsur pendidikan, kesehatan dan
pendapatan) sehingga jelas bahwa pengangguran mempunyai kaitan dengan tingkat
kesejahteraan seseorang.

1.3. Tujuan Penelitian


1. Menguji dan menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran
terbuka di kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Barat.
2. Menguji dan menganalisis pengaruh upah minimum terhadap tingkat pengangguran terbuka
di kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Barat.
3. Menguji dan menganalisis pengaruh inflasi terhadap tingkat pengangguran terbuka di
kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Barat.
4. Menguji dan menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kesejahteraan
masyarakat di kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Barat ?
5. Menguji dan menganalisis pengaruh upah minimum terhadap tingkat kesejahteraan
masyarakat di kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Barat ?
6. Menguji dan menganalisis pengaruh tingkat inflasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat
di kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Barat ?
7. Menguji dan menganalisis pengaruh tingkat pengangguran terbuka terhadap tingkat

3
kesejahteraan masyarakat pada di kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Barat.

1.4. Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sbb :
1. Bagi Pengembangan Ilmu
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu, khususnya ilmu
ekonomi pembangunan dan ketenagakerjaan. Sedangkan manfaat khusus bagi ilmu pengetahuan
yakni merupakan sumber referensi bagi berbagai kalangan atau peneliti lain untuk melakukan
analisis lebih jauh yang berkaitan dengan ketenagakerjaan, pengupahan, pengangguran dan
pembangunan ekonomi.
2. Bagi Pemerintah
Bagi pemerintah sebagai pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan mampu
memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah maupun pemerintah daerah dalam
pengambilan kebijakan dalam perencanaan pembangunan ketenagakerjaan dan pembangunan
ekonomi.

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA


2.1. Landasan Teoritis
1. Teori Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi (Sukirno, Todaro)
Menurut Sukirno (2008:09) dalam Setyo (2015:1), pertumbuhan ekonomi dapat
didefinisikan sebagai suatu perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan
barang dan jasa yang diproduksi di masyarakat bertambah. Kemampuan yang meningkat ini
disebabkan karena adanya peningkatan kuantitas dan kualitas dari faktor-faktor produksi,
investasi, teknologi yang berkembang, juga sebagai akibat perkembangan penduduk, tenaga
kerja dan pengalaman kerja serta pendidikan keterampilan yang mereka miliki.
Jika dilihat faktor penyebab pertumbuhan ekonomi secara teoritis maupun empiris bahwa
pertumbuhan ekonomi adalah sebagai akibat atau interaksi berbagai faktor yang ada di
dalamnya diantaranya penduduk, sumberdaya alam, SDM, dukungan teknologi, dan kemampuan
atau skil pengelolaannya. Sedangkan konsep secara makro pertumbuhan ekonomi yang
ditunjukkan dengan PDRB riil merupakan penjumlahan dari aktivitas konsumsi, Investasi, peran
pemerintah serta adanya aktivitas perdagangan luar negeri Y = C + I + G + (X-M).
Menurut Todaro (2000) dalam Sulistiawati (2012:196) masalah ketenagakerjaan bukan
hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas namun
banyak penyebab yang berbeda-beda. Pada dasawarsa yang lalu masalah pokoknya tertumpu
pada kegagalan penciptaan lapangan kerja yang baru pada tingkat yang sebanding dengan laju
pertumbuhan output industri. Seiring dengan berubahnya lingkungan makro ekonomi mayoritas
negara-negara berkembang, angka pengangguran yang meningkat pesat terutama disebabkan
oleh terbatasnya permintaan tenaga kerja, yang selanjutnya semakin diciutkan oleh faktor-
faktor eksternal seperti memburuknya kondisi neraca pembayaran, meningkatnya masalah utang
luar negeri dan kebijakan lainnya yang pada gilirannya mengakibatkan kemerosotan
pertumbuhan industri, tingkat upah, dan akhirnya, penyedian lapangan kerja (Todaro,2000:307).

4
2. Ekonomi Sumber Daya Manusia/ Ketenagakerjaan. (Simanjuntak)
Menurut Simanjuntak (1985) Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali
atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha mencari
pekerjaan. Kemudian menurut BPS (1990) pengangguran adalah mereka yang tidak bekerja
dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan, termasuk mereka yang sudah bekerja karena
sesuatu hal berhenti atau di berhentikan dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan.
Jadi pada dasarnya Pengangguran adalah angka yang menunjukkan berapa banyak angkatan
kerja yang tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan.
Kebijakan upah minimum merupakan sistem pengupahan yang telah banyak diterapkan di
beberapa negara, yang pada dasarnya bisa dilihat dari dua sisi. Pertama, upah minimum
merupakan alat proteksi bagi pekerja untuk mempertahankan agar nilai upah yang diterima tidak
menurun dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.Kedua, sebagai alat proteksi bagi
perusahaan untuk mempertahankan produktivitas pekerja (Simanjuntak, 1992 dalam Gianie,
2009:1). Di Indonesia, pemerintah mengatur pengupahan melalui Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang Upah Minimum. Upah minimum yang
ditetapkan tersebut berdasarkan pada Kebutuhan Fisik Hidup Layak berupa kebutuhan akan
pangan sebesar . Dalam Pasal 1 Ayat 1 dari Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1/1999, upah
minimum didefinisikan sebagai Upah bulanan terendah yang meliputi gaji pokok dan tunjangan
tetap

2.2. Kajian Empiris


Judul, Tujuan
Nama Peneliti, Tujuan, Data dan Metode
Lokasidanpeneliti Hasil Penelitian
Publisher Analisis
an
1. Sulistiawati, Rini Pengaruh Upah Tujuan:
mengetahui Secara statisti terbukti bahwa upah
(2012), Jurnal Minimum Pengaruh Upah Minimum berpengaruh signifikan terhadap
Ekonomi dan terhadap terhadap Penyerapan penyerapan tenaga kerja di provinsi-
Sosial FEB Penyerapan Tenaga Kerja dan provinsi di Indonesia.
Untan, Volume 8, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Masyarakat Pengaruh upah terhadap penyerapan
Nomor 3, Oktober Kesejahteraan di Provinsi di Indonesia. tenaga kerja tidak negtif, artinya apabila
2012 hal 195 - Masyarakat di Mengunakan Path terjadi kenaikan upah maka berpotensi
211 Provinsi di Analysis, data panel 33 menurunkan penyerapan tenaga kerja.
Indonesia, provinsi tahun 2006-2010
2. Kristiyana (2011), Pengaruh Upah Tujuan : mengidentifikasi Kesimpulan : ada pengaruh antara upah
Skripsi Jurusan Minimum pengaruh upah minimum minimumKabupaten/Kota (UMK),
Ekonomi Kabupaten/Kota( (UMK), pertumbuhan pertumbuhan ekonomi dan inflasi
Pembangunan UMK), ekonomi dan inflasi terhadappengangguran terbuka di Jawa
Fakultas Ekonomi Pertumbuhan terhadap pengangguran Tengah.koefisiendeterminasi (R2) sebesar
Universitas Ekonomi dan terbuka di Kab/Kota 0,948
Negeri Semarang Inflasi Terhadap JawaTengah Secara parsial Upah Minimum
Pengangguran Teknik analisis analisis Kabupaten/Kota(UMK) dan
Terbuka di Jawa regresi datapanel dengan pertumbuhanekonomi berpengaruh positif
Tengah Tahun menggunakan bantuan dan signifikan terhadap pengangguran
2004-2009 program Eviwes 6. terbuka,
Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap pengangguranterbuka, dengan
adanya permintaan agregat akan menaikan
produksi dan terjadipenyerapan tenaga
kerja yang berdampak pada menurunya

5
pengangguran.
3. Kurniawan, Analisis Pengaruh Bertujuan : mengetahui Hasil regresi menunjukan bahwa
Aditya Barry Pertumbuhan pengaruh pertumbuhan pertumbuhan ekonomi(PE),
(2014) Ekonomi, Upah ekonomi,upah minimum, upahminimum, investasi mempunyai
Minimum, dan dan investasi terhadap pengaruh terhadap jumlah pengangguran
Investasi jumlah pengangguran di di Kabupaten Gresik pada tingkat
Terhadap Jumlah Kabupaten Gresik. kepercayaan 95%.
Pengangguran di Menggunakan pendekatan Secara parsial PE berpengaruh signifikan
Kab. Gresik kuantitatif deskriptif, data terhadap jumlah penganggurandengan
yang digunakan data time nilai koefisien negatif (-4361.485), setiap
series selama 10 tahun. kenaikan PE 1% pengangguran menurun
Model regresi linier 4361.485 orang.
berganda.Uji Terdapat pengaruh signifikan dari upah
statistikmenggunakan minimum terhadap penganggurandengan
software eviews 6.0. nilai koefisienpositif 0.029, berarti setiap
kenaikan upah minimum sebesarRp 1,-
maka jumlah pengangguran akan
meningkat sebesar 0.029 orang/jiwa
(kurang dari 1 orang).
4..Nirmala Mansur, : Analisis Upah Tujuan : menganalisis Hasil pengujian menunjukan bahwa upah
Daisy Engka dan Terhadap Upah Terhadap memberikan pengaruh negatif yang
Steeva Pengaangguran Di Pengangguran di Kota signifikanterhadap Pengangguran di Kota
Tumangkeng, Kota Manado Manado. Manado.
(2014) Tahun 2003- Data 10 tahun (2003-2012) Upah berpengaruh negatif signifikan
2012 terhadap pengangguran di Kota Manado.
Artinya jika upah meningkat maka
penganggur akan segera mencari
pekerjaan sehingga dapat mengurangi
pengangguran.
5.. Setyo et al., Analisis Faktor- Bertujuan menganalisis Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
(2015) Faktor yang faktor-faktor yang1) PDRB berpengaruh terhadap tingkat
Mempengaruhi mempengaruhi tingkat pengangguran di Kabupaten Jombang
Tingkat pengangguran di dengan arah negatif.
Pengangguran di Kabupaten Jombang tahun2) Pertumbuhan penduduk berpengaruh
Kabupaten 2004-2013. terhadap tingkat pengangguran di
Jombang Metode penelitian ini Kabupaten Jombang dengan arah positif.
menggunakan metode3) UMK berpengaruh terhadap tingkat
penelitian Explanatory pengangguran di Kabupaten Jombang
Research. dengan arah negatif.
Data yang digunakan yaitu
PDRB, pertumbuhan
penduduk, dan UMK.
Alat analisis menggunkan
regresi linier berganda.
6.. Utomo, Fajar Pengaruh Inflasi Menggunakan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
analisis
Wahyu (2013) dan Upah regresi linier sederhana 1) Upah mempunyai pengaruh yang
Terhadap Tujuan : mengetahui signifikan terhadap pengangguran di
Pengangguran di hubungan antara Inflasi, Indonesia selama periode 1980-2010
Indonesia Tahun Upah terhadap2)Iinflasi tidak berpengaruh signifikan
1980-2010, Pengangguran di Indonesia terhadappengangguran. Bahwa inflasi
dan seberapa besar pada tingkat yang rendah akan berfungsi
pengaruhnya. mendorong perkembangan perekonomian,
Jenis data yang digunakan sedangkan inflasi pada laju yang tinggi
adalah data sekunder, yaitu justru akan menghambat perkembangan
data yang diperoleh secara perekonomian.
tidak langsung dari objek3)Inflasi yang terlalu cepat perlu
penelitian. ditanggulangi karena akan merusak
struktur perekonomian, dan inflasi dapat
ditanggulangi secara cepat, namun
dibarengi dengan timbulnya angka
pengangguran yang tinggi.

6
7.. Darman, (2013), Pengaruh Penelitian ini bertujuan Di Indonesia literature ilmiah yang khusus
Manage ment Pertumbuhan untuk melihat bagaimana mengangkat Hukum Okun belum ada.
Department, Ekonomi penerapan Hukum Okun di Hasil penelitian : bahwa Hukum Okun
School of Terhadap Tingkat Indonesia. berlaku di Indonesia, dengan koefisien
Business Pengangguran: Menggunakan data time Okun bernilai negatif.
Management, Analisis Hukum series tahun 1990-2013. Tingkat pengangguran cenderung
Binus University, Okun Metode yang digunakan meningkat seiring dengan dicapainya
Jakarta. Journal adalah difference version pertumbuhan GDP.
The Winners, hukum Okun untuk Dalam kerangka ekonomi makro, hukum
Vol. 14 No. 1, mendapatkan koefisien Okun menyatakan bahwa apabila GDP
Maret 2013: 1-12 Okun dan analisis tumbuh sebesar 2,5% diatas trendnya,
Ordinary Least Square yang telah dicapai pada tahun tertentu,
(OLS) untuk mendapatkan tingkat pengangguran akan turun sebesar
koefisien regresi. 1%.
Dari berbagai penelitian yang dilakukan
oleh beberapa peneliti dapat diketahui
bahwa koefisien Okun di tiap-tiap Negara
berbeda.
8..Sari, Susan, Revita Pengaruh Tujuan: mengetahui Dalam analisanya Sari menyebutkan
(2015) Pertumbuhan pengaruh inflasi, bahwa faktor-faktor yang dapat
Ekonomi, Upah pertumbuhan ekonomi, dan mempengaruhi tingkat pengangguran
Minimum investasi terhadap adalah, tingkat upah, pertumbuhan
Regional dan pengangguran pada ekonomi (PDRB), dan tingkat iflasi.
Tingkat Inflasi seluruh Kabupaten/Kota di
Terhadap Tingkat Jawa Tengah tahun 2008-
Pengangguran 2010. Data sekunder dari
Terbuka di BPS dan BPMPD Prov.
Provinsi Sumatera Jawa Tengah.
Barat. Teknik analisis regresi
dan path analysis dengan
data panel (time series dan
cross section).
9. Tirta, A.S. (2013), Analisis Pengaruh Tujuan: mengetahui Hasil penelitian : terdapat pengaruh
Fakultas Inflasi, pengaruh inflasi, antara inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan
EkonomiUniversit Pertumbuhan pertumbuhan ekonomi, dan investasi terhadap pengangguran di
as Negeri Ekonomi dan investasi terhadap Provinsi Jawa Tengah.
Semarang. Investasi pengangguran pada Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan
Terhadap seluruh Kabupaten/Kota di terhadap pengangguran sebesar 0,031815
Pengangguran di Jawa Tengah tahun 2008- ;2)
Provinsi Jawa 2010. Data sekunder dari Pertumbuhan ekonomi berpengaruh
Tengah, BPS dan BPMPD Prov. negatif dan signifikan terhadap
Jawa Tengah. pengangguran sebesar 0,116828.
Teknik
analisis Investasi berpengaruh negatif dan
regresidanpath analysis signifikan terhadap pengangguran sebesar
dengan data panel (time 0,208683.
series dan cross section).


10.Jonathan Sinuhaji Analisis HubunganAnalisisGranger Hasil estimasi diperoleh bahwa tingkat
(2006), Tesis Tingkat Inflasi Causality inflasi berpengaruh positif terhadap
Sekolah dengan Test.Dataskunder dalam tingkat pengangguran sebesar 0,28 dan
Pascasajana Pengangguran di kurun waktu 1971 s/d coeffisien of determination (R2) = 0,74.
Universitas Indonesia 2004. (Granger Causality Artinya bahwa bila tingkat inflasi naik 1%
Sumatera Utara Test adalah hubungan (ceteris paribus), maka akan mendorong
Medan. USU searah yaitu tingkat inflasi tingkat pengangguran sebesar 0,28%.
Repository mempengaruhi tingkat
2007 pengangguran).dan metode
Ordinary Least Square
(OLS).
11..M. Yasin Pengaruh TingkatTujuan penelitian adalahPenelitian menyimpulkan bahwa sektor
Yusuf (2007) Upah Terhadap menganalisis peranan informal sangat penting dalam menunjnag
Fakultas Ekonomi Kesejahteraan sektor informal dalam perekonomian dan menampung

7
Universitas Pekerja (Pandai mengatasi pengangguran tenagakerja kalangan bawah dan
Negeri Surabaya Besi) di Daerah dan kesejahteraan pekerja. mengatasi pengangguran.
Kureksari Waru Variabel upah berpengaruh signifikan
Sidoarjo (studi terhadap tingkat kesejahteraan pekerja
kasus hanya industri pandai besi. Berdasarkan hasil uji
pekerja yang T, diperoleh nilai T hitung sebesar 36,200
mendapatkan dengan signifikansi sebesar 0,000 (< 0,05)
upah dibawah artinya variabel ini berpengaruh
UMR) signifikan terhadap variabel tingkat
kesejahteraan.

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1. Jenis Penelitian
Dilihat dari hubungan antar variabel ini adalah penelitian asosiatif kausalitas, yakni
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Suliyanto,
2006;11). Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan gabungan data kuantitatif dan
kualitatif. Data kuantitatif merupakan data atau informasi berupa angka-angka, sedangkan data
kualitatif berupa informasi non angka (kondisi, karakteristik obyek penelitian) yang digunakan
untuk mempertajam bahasan.

3.2. Kerangka Berpikir/Prosedur Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut :
1. Mengamati dan menelaah landasan teoritis dan landasan empiris yang berkaitan dengan
masalah pengangguran, pertumbuhan ekonomi, upah, inflasi.
2. Merumuskan hipotesis berdasarkan kajian pustaka, landasan teoritis dan kajian
empiris/penelitian terdahulu.
3. Melakukan identifikasi, pengamatan dan pengumpulan data tentang pengangguran terbuka,
pertumbuhan ekonomi, tingkat upah minimum (kab/kota), dan tingkat inflasi dalam periode
yang sama.
4. Menyusun data-data dalam bentuk data panel, kemudian dilakukan analisa regresi
bergandaantara variabel bebasterhadap variabel terikat.
5. Membuat kesimpulan sebagai jawaban atas hipotesis yang dibuat

3.3. Kerangka Konseptual Penelitian


Konsep penelitian ini dirancang berdasarkan kajian empiris dan teoritis, dimana
pertumbuhan ekonomi ,tingkat upah minimum dan tingkat inflasi diduga berpengaruh terhadap
tingkat pengangguran terbuka dan selanjutnya berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat.
Dalam penelitian ini terdapat 5 buah variabel yang dianalisa, tigadiantaranya adalah sebagai
variabel bebas yakni pertumbuhan ekonomi (X 1), upah minimum (X2) dan tingkat inflasi (X3)
yang akan dianalisis pengaruhnya terhadap tingat pengangguran terbuka (Y 1). Analisa
selanjutnya adalah pengujian pengaruh dari pengangguran terbukaterhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat(Y 2).

3.5. Jenis dan Sumber Data

8
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel yakni berupa gabungan
data cros section (silangtempat) dari 14 kabupaten/kota selama 5 tahun dari tahun 2010 sampai
dengan tahun 2014. Data panel di gunakan oleh penulis karena data panel dapat mengontrol
heterogenitas individual sehingga hasil yang di dapat tidak bias dan data panel juga lebih banyak
memberikan informasi,variabelitas,derajat kebebasan (degree of freedom) dan mengurangi
kolinieritas antar variabel.Sumber yang utama adalah dari Dinas Transmigrasi dan
Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Barat. Sumber data lainnya yaitu data sekunder diambil
dari BPS yaitu Kalimantan Barat dalam angka, Kabupaten Dalam Angka dan Statistik
Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Barat.

3.6. Alat Analisis

Alat analisis yang digunakan adalah Analisis Jalur (path analysis).Pada dasarnya analisis
jalur di sini adalah penggabungan dua persamaan regresi yang terstruktur. Analisi jalur ini di
gunakan dengan tujuan agar dapat mengetahui pengaruh yang sesuai dengan teori baik secara
langsung,tidak langsung maupun total dari hasil perhitungan regresi berganda. Adapun langkah-
langkah pengujian path analysis adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan persamaan struktural
2. Menghitung koefisien yang didasarkan pada koefisien regresi
3. Menghitung koefisien jalur secara simultan (keseluruhan)
4. Menghitung secara individual
5. Menguji kesesuaian anatar model analisis jalur
6. Merangkum kedalam tabel
7. Memaknai dan Menyimpulkan
8. Uji Statistika
9. Uji t
10. Uji F
11. Koefisien Determinasi (Uji R2)

3.7. Variabel Penelitian

Pengertian variabel penelitian menurut Sugiyono (2007;42) ...adalah segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya. Pada dasarnya tiga jenis variabel dalam
penelitian ini yakni variabel penentu (variabel bebas) atau variabel eksogen atau variabel yang
mempengaruhi, variabel eksogen intervening atau variabel antara yang dipengaruhi sekaligus
mempengaruhi variabel lainnya dan yang ketiga adalah variabel terikat atau variabel endogen.
Dari hasil identifikasi variabel maka ditentukan sebagai berikut :
1. Variabel eksogen yang pertama (X 1) yaitu pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota
Provinsi Kalimantan Barat.
2. Variabel eksogen kedua (X 2) yaitu tingkat upah minimum di kabupaten/kota Provinsi
Kalimantan Barat.
3. Variabel eksogen ketiga (X 3) yaitu tingkat inflasi di kabupaten/kota Provinsi Kalimantan
Barat

9
4. Variabel endogen intervening (Y 1) adalah tingkat pengangguran di kabupaten/kota
Provinsi Kalimantan Barat.
5. Variabel endogen terikat (Y2) adalah tingkat kesejahteraan masyarakat (IPM)
dikabupaten/kota Provinsi Kalimantan Barat.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis jalur
(path analysis) dan analisis regresi
data panel pada persamaan struktural
maka dapat diidentifikasi besarnya
pengaruh masing-masing variabel
eksogen (PE, UMK, Inflasi), endogen
intervening (TPT) dan endogen
dependen (IPM) yang ditunjukkan oleh
nilai-nilai koefisien masing-masing
pada gambar di samping.

1. Pertumbuhan ekonomi (PE) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat


pengangguran terbuka (TPT), ditunjukkan oleh koefisien sebesar -0,312 dengan probability
0,0024 lebih kecil dari taraf signifikansi ( = 0,05). Hal ini berarti pertumbuhan ekonomi (PE)
berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengengguran terbuka (TPT) atau pertumbuhan
ekonomiberpengaruh cukup berarti (signifikan) terhadap tingkat pengangguran
terbuka(TPT).Hasil studi ini memperlihatkan bahwa hipotesis pertama yang dimunculkan
dalam penelitian ini terbukti benar bahwa pertumbuhan ekonomiberpengaruh dan signifikan
terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).
2. Upah minimum (UMK) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Tingkat pengangguran
(TPT), ditunjukkan dari koefisien sebesar -2,540 dengan probability value sebesar 0,0187
(lebih kecil dari taraf signifikansi ( = 0,05). Ini berarti upah minimum berpengaruh
signifikan dan negatif terhadap pengangguran (TPT). Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis
ke dua terbukti benar.
3. Tingkat Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengangguran (TPT). Hal ini
dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar 0,251 dengan probability value sebesar 0,0171
lebih kecil dari taraf signifikansi ( = 0,05). Koefisien regresi positif menunjukkan hubungan
yang searah.Hasil studi ini membuktikan bahwa hipotesis ketiga dalam penelitian juga
terbukti benar.
4. Kemudian pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kesejahteraan Masyarakat ditunjukkan
dengan koefisien regresi sebesar -2,237 dengan probability value sebesar 0.8343 lebih besar
dari taraf signifikansi ( = 0,05). Ini berarti Pertumbuhan Ekonomi tidak cukup berarti atau
tidak signifikan secara parsial terhadap Kesejahteraan Masyarakat (IPM). Hasil studi ini
menunjukkan bahwa hipotesis keempat dalam penelitian tidak terbukti.
5. Tingkat upah minimum (UMK) berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat

10
(IPM) ditunjukkan dengan koefisien regresi sebesar -36,909 namun tidak signifikan, artinya
bahwa tingkat upah Minimum (UMK) tidak cukup berarti atau tidak signifikan secara parsial
terhadap kesejehteraan. Hasil studi ini menunjukkan bahwa hipotesis kelima dalam penelitian
tidak terbukti.
6. Tingkat Inflasi berpengaruh positif terhadap kesejahteraan masyarakat (IPM) namun tidak
signifikan. Hal ini dapat dilihat dari koefisien regresi sebesar 1,872 dengan probability value
sebesar 0.8269 lebih besar dari taraf signifikansi ( = 0,05). Koefisien regresi positif
menunjukkan hubungan yang searah, namun tidak signifikan. Hasil studi ini membuktikan
bahwa hipotesis ke enamdalam penelitian ini tidak terbukti benar.
7. Pengangguran (Y1) berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap kesejahteraan
masyarakat (IPM), ini dilihat dari koefisien regresi sebesar -9,557 dan probabilitas sebesar
0.7806 lebih besar dari taraf signifikansi ( = 0,05). Hal ini berarti pengangguran (TPT)
secara parsial pengaruhnya sangat kecil (tidak berarti) terhadap kesejahteraan masyarakat
(IPM)sehingga dapat diabaikan.Hasil studi ini menunjukkan bahwa hipotesis ketujuh dalam
penelitian ini tidak terbukti.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Pengangguran pada


Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan berdampak
baik pada perluasan lapangan kerja dan dapat mengurangi pengangguran, dari hasil pengujian
diketahui bahwa Pertumbuhan ekonomi secara langsung berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Pengangguran. Artinya bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi di kabupaten/kota
Provinsi Kalimantan Baratdapat berdampak pada menurunkan jumlah pengangguran. Hal
tersebut telah sesuai dan konsisten dengan beberapa hasil penelitian, diantaranya penelitian
Kurniawan (2014),
Dalam teori yang dikemukakan tingginya PDRB disebabkan tingginya aktivitas ekonomi
dari setiap unit-unit ekonomi termasuk produktivitas tenagakerja. Untuk meninggikan
produktivitas tentunya pengangguran harus seminimal mungkin. Jadi pada dasarnya
pengangguran akan menghambat pertumbuhan ekonomi.Kasus yang terjadi dalam studi ini
membuktikan bahwa tujuan pokok pembangunan ekonomi adalah meningkatkan kemakmuran
masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalam keadaan naik terus. Jika tingkat
pengangguran tinggi, hal tersebut akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi.

4.2.2. PengaruhUpah Minimum Terhadap Pengangguranpada Kabupaten/Kota di


Provinsi Kalimantan Barat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa upah minimum (UMK) secara langsung berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap Pengangguran (TPT), artinya meningkatnya upah minimum
cenderung menurunkan tingkat pengangguran. Hasil studi ini tidak sesuai dengan yang
diharapkan dan juga tidak sesuai atau tidak konsisten dengan beberapa hasil penelitian
diantaranya penelitian Sulistiawati (2011) bahwa pengaruh upah terhadap penyerapan tenaga
kerja adalah tidak negatif, artinya apabila terjadi kenaikan upah, maka berpotensi untuk
menurunkan penyerapan tenaga kerja, terutama tenaga kerja yang produktivitasnya rendah.

11
Namun berdasarkan hasil penelitian ini dimana tingkat upah minimum berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap Pemngangguran di kabupaten/kota provinsi Kalimantan Barat.
Selanjutnya Sulistiawati (2012:204) menyatakan bahwa untuk kasus Indonesia tingkat
upah berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja, yang artinya bahwa pengaruh
upah terhadap kesempatan kerja adalah tidak searah atau negatif terhadap penyerapan tenaga
kerja, apabila terjadi kenaikan upah maka berpotensi menurunkan penyerapan tenaga kerja,
artinya pengangguran cenderung meningkat.Namun menurut Sulistiawati (2011), dalam kasus
tertentu bagi sebagian pekerja upah minimum ini tidak berpengaruh bagi mereka yang
menikmati upah di atas upah minimum. Sedangkan bagi sebagian lainnya (terutama yang tidak
terdidik dan kurang berpengalaman) upah minimum sangat berarti dan meningkatkan upah
mereka.
Hasil studi ini juga bertentangan atau tidak sesuai dengan penelitian Kurniawan (2014)
yang menyimpulkan bahwa upah minimum berpengaruh positif terhadap jumlah pengangguran,
artinya setiap kenaikan upah minimum maka jumlah pengangguran malah meningkat.

4.2.3. PengaruhInflasi Terhadap Pengangguran pada Kabupaten/Kota di Provinsi


Kalimantan Barat
Berdasarkan hasil studi bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Pengangguran (TPT). Artinya bahwa inflasi yang tinggi akan menambah pengangguran yang
terjadi. Hal ini telah sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh A.W. Phillips yang
mengemukakan hubungan yang erat antara tingkat pengangguran dengan tingkat perubahan
harga-harga termasuk kenaikan upah yang termasuk harga juga. Dalam teorinya Phillip
mengungkapkan bahwa tingkat upah akan mengikuti kenaikan harga-harga secara umum atau
inflasi.
Kurva phillips yang menghubungkan persentase perubahan tingkat upah nominal (koheren
dengan inflasi) dengan persentase tingkat pengangguran. Bentuk kurva tersebut menggambarkan
adanya hubungan negatif antara laju inflasi dengan pengangguran dimana jika laju inflasi tinggi
maka pengangguran rendah dan hal tersebut tidak berlaku pada kabupaten/kota di Provinsi
Kalimantan Barat. Hasil studi ini yang terjadi justru kebalikannya, yakni kenaikan harga-harga
secara umum yang dilihat dari laju kenaikan deflator PDRB akan menurunkan output (produksi
nasional) dan dengan sendirinya meningkatkan pengangguran.
Hasil studi ini juga didukung dan konsisten dengan penelitian Sinuhaji (2007),
menyimpulkan hasil estimasi pengaruh inflasi terhadap pengangguran di Indonesia diperoleh
bahwa tingkat inflasi berpengaruh positif terhadap tingkat pengangguran. Hal ini memberi kesan
bahwa bila tingkat inflasi naik 1% (ceteris paribus), maka akan mendorong tingkat pengangguran
sebesar 0,28%. Penelitian Tirta, A.S. (2013) di Jawa Tengah juga menyimpulkan bahwa inflasi
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran.

4.2.4. PengaruhPertumbuhan Ekonomi Terhadap Kesejahteraan Masyarakat pada


Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Barat
Kita ketahui bahwa tujuan utama pembangunan ekonomi adalah terciptanya kesejahteraan
masyarakat.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh langsung
terhadap Kesejahteraan Masyarakat (IPM) dengan koefisien regresi -0,312 namun tidak

12
signifikan secara parsial, artinya bahwa untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat bukan saja
dari tingginya pertumbuhan ekonomi namun perlu dibarengi dengan kebijakan lain yang
mengarahkan pada terciptanya pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Walaupun memang
dalam konsep klasik pembangunan adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. akan
tetapi pengaruh tidak langsung dari pertumbuhan ekonomi terhadap kesejahteraan masyarakat
bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa apabila pertumbuhan ekonomi naik maka
kesejahteraan masyarakat akan naik pula dan telah sesuai dengan teori tetapi untuk mencapai hal
tersebut di perlukan program program untuk menurunkan pengangguran terlebih dahulu
sehingga kesejahteraan masyarakat dapat meningkat apabila pertumbuhan ekonomi naik salah
satunya adalah dengan membuka lapangan pekerjaan dengan mendorong investasi baik dari
dalam negeri maupun dari luar negeri sehingga lapangan pekerjaan bertambah dan pengangguran
berkurang maka pertumbuhan ekonomi naik, kesejahteraan masyarakat ikut meningkat.
Seperti telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
manusia merupakan hubungan dua arah yang timbal balik, dimana pertumbuhan ekonomi
meningkatkan pembangunan manusia namun disisi lain peningkatan pembangunan manusia juga
memungkinkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Boozer dkk (2003) dalam BPS
(2015:11) yang menyatakan seberapa besar hubungan kedua bergantung kepada berbagai faktor
yaitu kondisi suatu negara, lingkungan, dan kebijakan telah terbukti. Kemudian pendapat Tulika
dkk (2014) bahwa hubungan pembangunan manusia dengan pertumbuhan ekonomi bersifat
kondisional bergantung kepada kondisi masyarakat, struktur ekonomi, distribusi aset dan
investasi, kebijakan ekonomi yang tepat,social capital, distribusi pendapatan yang merata. Faktor
penguat lainnya adalah budaya, kelompok sosial dan jaringan di dalam kelompok masyarakat,
sifat dari institusi dan pemerintahan, pendidikan dalam keluarga, dll.
Hasil penelitian ini juga mendukung atau konsisten dengan penelitian Constantini et.al
(2008) yang juga menyatakan bahwa IPM yang tinggi tidak secara langsung berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

4.2.5. PengaruhUpah Minimum Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten/Kota di


Provinsi Kalimantan Barat
Hasil studi menunjukkan bahwa pengaruh langsung Upah Minimum (UMK) terhadap
Kesejahteraan Masyarakat (IPM) adalah negatif (-36,909). Hal ini di pengaruhi karena upah
minimum hanya di pakai untuk di sektor formal saja padahal banyak masyarakat yang bekerja di
sektor informal yang tidak memiliki standar upah sehingga pengaruh langsung dari upah menjadi
negatif terhadap kesejahteraan masyarakat. Hal ini sesuai dengan data Sakernas bulan agustus
tahun 2013 menunjukkan persentase pekerja Formal di provinsi Kalimantan Barat sebesar 34,01
% sedangkan pekerja Informal sebesar 65,99 %., sehingga upah minimum tidak mencerminkan
keseluruhan dari penghasilan masyarakat yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat di
Provinsi Kalimantan Barat Pengaruh tidak langsung Upah Minimum (UMK) terhadap
Kesejahteraan Masyarakat (IPM) setelah melalui Tingkat Pengangguran (TPT) menjadi positif
(24,275). Hal ini telah sesuai dengan yang diharapkan dalam teori maupun beberapa kajian
empiris dimana upah berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Hal yang menarik
dari pengaruh upah ini adalah pengaruh langsung sangat besar (-36,909) sehingga setelah
ditambahkan dengan pengaruh tidak langsung masih negatif (-12,634). Namun demikian
berdasarkan pengujian signifikansi parsial pengaruh langsung tersebut tidak signifikan sehingga

13
pengaruh tersebut dapat diabaikan.

4.2.6. Pengaruh Inflasi Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten/ Kota di


Provinsi Kalimantan Barat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh langsung inflasi terhadap kesejahteraan
masyarakat atau IPM adalah positif (1,872) yang bearti apabila inflasi naik 1 % maka
kesejahteraan masyarakat akan naik 1,872 point. Hal ini bisa terjadi di karenakan inflasi yang di
alami oleh suatu daerah terbilang ringan sehingga produksi akan barang meningkat, penyerapan
tenaga kerja meningkat sehingga kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat. Pengaruh tidak
langsung inflasi terhadap Kesejahteraan Masyarakat (IPM) setelah melalui pengangguran (TPT)
menjadi negatif (-0,527). Hal ini telah sesuai dengan yang diharapkan dalam teori dimana adanya
hubungan negatif antara laju inflasi dengan pengangguran (kurva phillip), dimana jika laju inflasi
tinggi maka pengangguran rendah. Selanjutnya jika dilihat pengaruh tidak langsung inflasi
terhadap Kesejateraan Masyarakat (IPM) adalah negatif. Hal ini juga telah sesuai dengan teori
inflasi dimana inflasi akan menurunkan daya beli masyarakat dan otomatis tingkat kesejahteraan
berkurang.
Penulis berpendapat sesungguhnya inflasi memiliki dampak positif dan negatif dalam
perekonomian tergantung parah atau tidaknya inflasi. Dampak yang sangat nyata inflasi
terhadap perekonomian adalah penurunan daya beli masyarakat, hal ini akan terasa sekali
terutama bagi masyarakat yang berpenghasilan tetap. Jadi jelas bahwa dari segi ini inflasi akan
mengurangi tigkat kesejahteraan seseorang. Namun apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai
pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik yaitu meningkatkan
pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan
investasi baik dari asing maupun dalam negeri. Namun tidak juga jika inflasinya terlalu parah
dan tidak terkendali keadaan perekonomian akan menjadi kacau dan tidak stabil.

4.2.7. Pengaruh PengangguranTerhadap Kesejahteraan Masyarakat pada


Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat
Hipotesis ke 7 dalam penelitian ini adalah tingkat pengangguran berpengaruh signifikan
terhadap kesejahteraan masyarakat pada kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Barat. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengangguran secara langsung berpengaruh negatif (-9,557)
namun tidak signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat (IPM). Artinya bahwa meningkatnya
pengangguran cenderung akan menurunkan kesejahteraan masyarakat (IPM), namun hal ini tidak
berlaku secara parsial. Hal ini telah sesuai dengan teori sebagaimana telah dijelaskan bahwa
pengagguran akan menghambat pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, yang sulit untu
mencapai kesejahteraan.
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat dalam mengidentifikasi tingkat
kesejahteraan masyarakat yakni dengan menghimpun data mengenai kondisi kehidupan sosial
ekonomi masyarakat yang meliputi keadaan demografi, pendidikan, kesehatan, serta
permukiman dan fasilitas perumahan yang selanjutnya digunakan Kesejahteraan Masyarakat
(IPM) sebagai indikator.

Empat unsur pembentuk IPM adalah angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata
lama sekolah dan kemampuan daya beli. Indikator angka harapan hidup merepresentasikan

14
dimensi umur panjang dan sehat. Angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah mencerminkan
output dari dimensi pengetahuan. Kemampuan daya beli digunakan untuk mengukur dimensi
hidup layak. Luasnya cakupan pembangunan manusia menjadikan peningkatan IPM sebagai
manifestasi dari pembangunan manusia dapat ditafsirkan sebagai keberhasilan dalam
meningkatkan kemampuan dalam memperluas pilihan-pilihan.

Dilihat dari pola hubungan atau pengaruhnya pengangguran (TPT) terhadap kesejahteraan
masyarakat (IPM) pengaruhnya adalah negatif, artinya jika pengangguran (TPT) naik maka
kesejahteraan masyarakat (IPM) akan turun atau rendah dan sebaliknya jika pengangguran (TPT)
rendah maka kesejahteraan masyarakat (IPM) akan tinggi. Namun jika kita lihat perbandingan
trend pengangguran (TPT) dan kesejahteraan masyarakat (IPM) antar daerah kabupaten/kota
rata-rata selama lima tahun terakhir 2010 sampai dengan 2014 ditunjukkan pada gambar berikut.
Trend peningkatan Pengangguran
(TPT) diikuti oleh peningkatan pada
kesejahteraan masyarakat (IPM) pada
beberapa daerah. Sebagian daerah
lainnya bervariasi sebagaimana
ditunjukkan pada gambar di samping.
Kabupaten Sekadau dengan
pengangguran (TPT) terendah (1,52%)
IPMnya cukup baik (66,79) dan bukan
yang terendah, sementara daerah
dengan TPT tertinggi yakni Kota
Pontianak (6,71%) justru memiliki
nilai IPM tertinggi (74,37) di atas rata-
rata kabupaten/kota yakni 68,00 selama 5 tahun 2010 sampai dengan 2014, dan IPM Kalbar pada
periode tersebut rata-rata 68,99.
Luasnya cakupan pembangunan manusia menjadikan peningkatan kesejahteraan
masyarakat (IPM) sebagai manifestasi dari pembangunan manusia dapat ditafsirkan sebagai
keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan dalam memperluas pilihan-pilihan (enlarging the
choices of the people). Seperti diketahui beberapa faktor penting dalam pembangunan yang
sangat efektif bagi pembangunan manusia adalah pendidikan dan kesehatan. Dua faktor penting
ini merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dimiliki agar mampu meningkatkan
potensinya. Umumnya, semakin tinggi kapabilitas dasar yang dimiliki suatu bangsa, semakin
tinggi pula peluang untuk meningkatkan potensi bangsa itu. Di tengah eskalasi persaingan
global, tuntutan terhadap kapabilitas dasar itu dirasakan semakin tinggi. Jika tidak demikian
maka bangsa tersebut akan kalah bersaing dengan bangsa-bangsa lain yang lebih maju.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
1. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif secara langsung (-0,312) dan signifikan terhadap
Pengangguran Terbuka dan berpengaruh tidak langsung positif terhadap kesejahteraan
masyarakat, serta berpengaruh negatif (-2,237) secara langsung namun tidak signifikan

15
terhadap IPM. Pengaruh total dari pertumbuhan ekonomi (PE) dan pengangguran terhadap
IPM adalah positif (0,745). Artinya semakin tingginya pertumbuhan ekonomi maka tingkat
pengangguran akan semakin berkurang dan untuk selanjutnya akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat (IPM).
2. Tingkat upah minimum berpengaruh negatif (-2,540) dan signifikan secara langsung terhadap
pengangguran (TPT) dan secara tidak langsung berpengaruh positif (24,275) tidak signifikan
terhadap IPM. Adapun pengaruh total dari upah minimum (UMK) dan pengangguran (TPT)
adalah negatif (-12,634) namun tidak signifikan.Artinya semakin tinggi tingkat upah maka
tingkat pengangguran akan menurun, sedangkan pengaruhnya terhadap kesejahteraan
masyarakat (IPM) yang tidak signifikan dapat diabaikan.
3. Inflasi secara langsung berpengaruh positif (0,251) dan signifikan terhadap pengangguran dan
secara tidak langsung berpengaruh negatif (-2,399) terhadap kesejahteraan
masyarakat.Adapun pengaruh total dari inflasi dan pengangguranterhadap kesejahteraan
masyarakatadalah negatif (-0,527). Jadi tingkat inflasi yang tinggi cenderung akan
meningkatkan tingkat pengangguran, dan selanjutnya akan menurunkan tingkat kesejahteraan.
4. Pengangguran berpengaruh langsung negatif dengan koefisien regresi sebesar -9,557 namun
tidak signifikan terhadapkesejahteraan masyarakat (IPM) pada kabupaten/kota di Provinsi
Kalimantan Barat. Artinya semakin tinggi tingkat pengangguran maka tingkat kesejahteraan
masyarakat akan menurun. Walaupun hasil terbut tidak signifikan yang terpenting arahnya
sudah benar yaitu negatif. Jika pengangguran naik maka kesejahteraan menurun.

5.2. Saran
Mengacu pada hasil penelitian maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut.
1. Agar pertumbuhan ekonomi dapat berpengaruh positif terhadap kesejahteraan masyarakat
maka penulis menyarankan agar pertumbuhan ekonomi itu di barengi oleh upaya upaya
menurunkan pengangguran sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat seperti berupaya mendapatkan investasi baik dalam negeri maupun dari luar
negeri untuk menciptakan lapangan pekerjaan di Provinsi Kalimantan Barat serta secara
otomatis menyerap tenaga kerja. Ketika masyarakat banyak yang bekerja itu bearti
pendapatan meningkat, daya beli meningkat, kesejahteraan masyarakat menjadi naik.
2. Untuk upah minimum secara langsung memiliki koefisien negatif terhadap kesejahteraan
masyarakat dan tidak signifikan, hal ini disebabkan indikator upah minimum hanya di pakai
untuk orang yang bekerja di sektor formal saja, padahal berdasarkan data Sakernas tahun
2013 menunjukkan bahwa 65,99 % masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat bekerja di
sektor informal sehingga disarankan untuk rekan-rekan yang akan meneliti tentang upah
minimum yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat untuk dapat memperhitungkan
sektor informal agar data atau hasil perhitungan lebih akurat dan menggambarkan situasional
yang sesungguhnya.

DAFTAR PUSTAKA
BPS Indonesia (2007), Indeks Pembangunan Manusia, Jakarta 2006 2007.
---------- (2015), Statistik Ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2014

16
Darman, (2013), Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Pengangguran: Analisis Hukum
Okun, Journal The Winners, Vol. 14 No. 1, Maret 2013: 1-12, Binus University, Jakarta.
Harun, Hamrolie (2004), Analisis Peningkatan PAD, Fakultas Ekonomi UGM, BPFE UGM Yogyakarta.
Hasan, M. Iqbal (2003), Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensif), Bumi Aksara, Jakarta.
Khalwaty, Tajul, Dr. (2000), Inflasi dan Solusinya, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kristiyana (2011), Pengaruh Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK), Pertumbuhan Ekonomi dan
Inflasi Terhadap Pengang guran Terbuka di Jawa Tengah Tahun 2004-2009 Skripsi Jurusan
Ekonomi Pemba ngunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Kurniawan, Aditya Barry (2014), Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, dan
Investasi Terhadap Jumlah Pengangguran Di Kabupaten Gresik, Jurnal Ilmiah Jurusan Ilmu
Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang
Nanga, Muana (2005), Makro Ekonomi: Teori, Masalah dan Kebijakan.Edisi Kedua. Jakarta: PT.Raja
Grafika Persada
Nirmala Mansur, Daisy Engka dan Steeva Tumangkeng, (2014), Analisis Upah Terhadap
Pengaangguran di Kota Manado Tahun 2003-2012, Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 14
No. 2 - Mei 2014, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Ilmu Ekonomi
PembangunanUniversitas Sam Ratulangi, Manado.
Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter. Yogyakarta, BPFE-Yogyakarta.
Rohima, Siti, Agus Suman, Asfi Manzilati, Khusnul Ashar, 2013, Self Empowerment Model of the Poor
in Improving Prosperity: Studies in the District of Alangalang Lebar Palembang, Indonesia,
Journal of Indonesian Economy and Business,Volume 28, Number 2, pp 211-225.
Samuelson dan Nordhaus. 2001. Ilmu Ekonomi Makro I. Jakarta: PT. Media Global Edukasi
Samuelson, Paul, et all, 2004. Ilmu Makro Ekonomi (terjemahan). Jakarta, PT. Media Global Edukasi.
Sari, Susan, Revita (2015) Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum Regional dan Tingkat
Inflasi Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Sumatera Barat.
Setyo et al., (2015), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengangguran di Kabupaten
Jombang, Artikel Mahasiswa, Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas
Ekonomi, Universitas Jember (UNEJ).
Simanjutak, Payaman, J. (1985), Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia
Sinuhaji, Jonathan (2006), Tesis Sekolah Pascasajana Universitas Sumatera Utara Medan. USU
Repository 2007
Sugiono, Prof, Dr. (2006), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Penerbit Alfabeta CV,
Bandung.
------------ (2007), Metode Penelitian Bisnis, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo
Sukirno, Sadono (2004), Makroekonomi Teori Pengantar, edisi ketiga. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
----------,(2008), Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Sulistiawati, Rini (2012), Pengaruh Upah Minimum terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan
Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi di Indonesia, Jurnal EKSOS, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Tanjungpura Pontianak, Vol. 8, No. 3, Oktober 2012, hal 195 - 211
Suliyanto, (2006), Metode Riset Bisnis, Penerbit ANDi, Yogyakarta.
------------ (2011), Ekonometrika Terapan : Teori dan Aplikasi dengan SPSS, Andi, Yogyakarta.
Tirta, A.S. (2013)Analisis Pengaruh Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Dan Investasi Terhadap
Pengangguran Di Provinsi Jawa Tengah, Tesis Jurusan Ekonomi PembangunanFakultas
EkonomiUniversitas Negeri Semarang
Todaro, P.Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.Jakarta: Penerbit Erlangga.
Utomo, Fajar Wahyu (2013), Pengaruh Inflasi Dan Upah Terhadap Pengangguran di Indonesia Periode
Tahun 1980-2010, Jurnal Ilmiah Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya Malang.
Yudha, et al, (2013), Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum, Tingkat Pengangguran

17
Terbuka dan Inflasi Terhadap Kemiskinan di Indonesia Tahun 2009-2011 Skripsi Jurusan
Ekonomi Pemba ngunan. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang..
Yusuf, M.Yasin (2007) Pengaruh Tingkat Upah Terhadap Kesejahteraan Pekerja di Daerah Kureksari
Waru Sidoarjo (studi kasus hanya pekerja yang mendapatkan upah dibawah UMR), Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Surabaya.

18

Вам также может понравиться